• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAYA IMMUNOPROTEKTIF BERBAGAI VAKSIN HOG CHOLERA DALAM MENDUKUNG BIBIT TERNAK BABI DI PROPINSI RIAU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAYA IMMUNOPROTEKTIF BERBAGAI VAKSIN HOG CHOLERA DALAM MENDUKUNG BIBIT TERNAK BABI DI PROPINSI RIAU"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

SYAFRIATI, TATTY dan A. SAROSA. 1999/2000. Daya immunoprotektif berbagai vaksin hog cholera dalam mendukung bibit ternak babi di Propinsi Riau.Laporan Bagian Proyek Rekayasa Teknologi Peternakan ARMP-II :380-390.

Hog cholera merupakan penyakit virus yang ganas pada ternak babi yang disebabkan Pestivirus, famili Pestiviridae . Penyebaran penyakit berlangsung cepat dengan morbiditas dan mortalitas tinggi pada babi muda kematian dapat mencapai 100% . Untuk pemberantasan penyakit diperlukan biaya yang cukup besar. Penyakit ini telah tersebar di berbagai negara, kecuali Australia, Amerika, Selandia Baru, Inggris, Swiss, Irlandia, Kanada dan negara-negara Skandinavia yang dinyatakan bebas. Pada tahun 1995/1996 di beberapa daerah di Indonesia telah teradi wabah penyakit menular pada ternak babi, dan berdasarkan hasil isolasi dan identifikasi virus yang telah dilakukan di Balai Penelitian Veteriner, penyakit yang telah banyak mematikan babi tersebut adalah hog cholera. Penelitian pada petemak babi di lapangan yang telah memakai berbagai macam vaksin hog cholera yang beredar di Indonesia, telah dilakukan pada 4 petemak babi di Propinsi Riau, untuk mengetahui sampai berapa jauh vaksin tersebut efektif dan dapat menanggulangi penyakit hog cholera tersebut di daerah. Daya immunoprotektif vaksin-vaksin tersebut diteliti di lapangan maupun di laboratorium, sehingga pemakaian vaksin di berbagai daerah dapat diketahui yang mana yang paling efektif, aman, relatif murah serta dapat dipergunakan. dalam skala besar sehingga dapat memberantas penyakit hog cholera secara cepat dan efisien. Dari 3 macam vaksin yang digunakan tidak terdapat pengaruh negatifterhadap babi yang diuji.

Kata kunci : babi, hog cholera, efektifitas, vaksin.

SYAFRIATI, TATTY and A. SAROSA . 1999/2000. hnmunoprotective level among a variety hog cholera vaccines to increase pig production in Riau Province . Laporan Bagian Proyek Rekayasa Teknologi Peternakan ARMP-1I : 380-390.

Hog cholera is highly infectious viral disease ofpigs, is caused by a Pestivirus, family Pestiviridae. Hogcholera is generally results in high morbidity and mortality, in young pigs can approach 100% mortality, therefore the disease has the potential causing extensive economic losses in commercial pig production . Hog cholera has a world wide distribution, the following countries free from the disease are Australia, USA, New Zealand, Canada, Great Britain, Switzerland, Iceland, Ireland and the Scandinavian countries. Hog cholera in Indonesia occurred since the first outbreak in Medan, North Sumatera in 1995/1996 then spread to almost entire provinces in Indonesia. At present, hog cholera is controlled by vaccination using a variety ofvaccines which has been distributed and used by the farmers in Indonesia. However, the vaccine efficacy of three vaccines are used, has been conducted in the field of Riau province and in the laboratory, therefore comparison ofthose vaccines in term of efficacy will be known. There is no negative effect out of 3 vaccines used in the field..

Key words : pig, hog cholera, efficacy, vaccine

Penyakit hog cholera (HC) merupakan penyakit menular pada ternak babi yang disebabkan oleh virus genus Pestivirus, Famili Flaviviridae. Infeksi oleh virus ini pada ternak babi dapat menimbulkan penyakit yang bersifat akut, sub-akut maupun khronik: Kasus penyakit HC akut disebabkan oleh

virus

yang virulen, dan pada umumnya morbiditas dan mortalitasnya sangat tinggi (VAN OIRSCHOT, 1986),kematian pada anak babi dapat mencapai 100%. Infeksi oleh virus HC umumnys melalui oral atau intranasal . Masa inkubasi pada kasus penyakit HC akut berkisar antara 2-6hari dengan gejala klinis berupa demam tinggi sampai 42 °C,nafsu makan berkurang, radang selaput lendir mata yang disertai dengan leleran air msta maupun leleran dari rongga hidung, diare kekuningan, timbul bercak-bercak merah keunguan pada kulit di daerah abdomen dan telinga, paresis serta angka kematian sangat tinggi biasanya terjadi antara 10-20 hari setelah infeksi. Bila hewan dapat bertahan hidup lebih dari 30 hsri, penyakit berjalan menjadi khronik(TERPSTRA, 1991).

380

TATTY SYAFRIATI danA.SAROSA : Daya ImmunoprotelaifBerbagai Vaksin Hog Cholera dalam Mendukung Bibit Ternak Babi

DAYA IMMUNOPROTEKTIF BERBAGAI VAKSIN HOG CHOLERA

DALAM MENDUKUNG BIBIT TERNAK BABI DI PROPINSI RIAU

TATTY SYAFRIATI DAN A. SAROSA BalaiPenelitian Veteriner

Jalan R. E. Martadinata 30, P. O. Box 151, Bogor 16114, Indonesia

ABSTRAK

ABSTRACT

(2)

Laporan Bagian Proyek Rekayasa Teknologi Peternakan ARMP-11 Th. 199912000

Diagnosis penyakit HC dapat dilakukan berdasarkan gejala Minis, isolasi dan identifikasi virus serta pemeriksaan serologik(VAN OIRSCHOT, 1986). Pemeriksaan serologik untuk mengetahui ada atau tidaknya antibodi

terhadap virus HC didalam serum, dapat menggunakan teknik NPLA

(neutralizing peroxidase linked antibody

assay)

(TERPSTRA

et al.,

1984), yang pada dasarnya merupakan gabungan antara uji netralisasi virus pada biakan

sel dengan teknik pewarnaan dengan menggunakan enzim peroxidase. Demikian juga HAVE (1984) telah mengembangkan teknik ELISA

(enzyme linked immuno assay )

dan teknik ini cukup praktis pemakaiannya karena tidak terlalu tergantung pada biakan sel. Dalam pengembangan selanjutnya WENSVOORT

et al.

(1986) telah memproduksi antibodi monoklonal terhadap virus HC, kemudian antibodi monoklonal ini dikembangkan pemakaiannya pada ELISA sehingga memberikan hasil yang lebih spesifik(WENSVOORT

et al.,

1988).

Penyakit HC merupakan penyakit baru yang masuk ke Indonesia, karena berdasarkan SK Menteri Pertanian 31- Januari 1994, Indonesia dinyatakan masih bebas terhadap 11 jenis penyakit hewan menular termasuk hog cholera(SOEHADJI, 1995). Sekanang SK tersebut berubah oleh karena pada tahun 1995/1996, di beberapa daerah di

Indonesia yaitu di Sumatera Utara dan Barat, Riau, DKI-Jakarta, Jawa Tengah, Kalimantan Barat, Bali, Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan telah berjangkit wabah penyakit menular pada ternak babi. Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan Balitvet yaitu berdasarkan hasil isolasi dan ideniifikasi virus, penyebab kematian banyak babi tersebut akibat penyakit hog cholera. Setelah adanya penyakit HC di Indonesia, sebagaimana banyak dilakukan di berbagai negara, vaksinasi merupakan sistem yang diterapkan oleh peternak babi di Indonesia, yaitu dengan menggunakan berbagai jenis vaksin yang telah beredar di Indonesia. Upaya melakukan vaksinasi tersebut dimaksudkan untuk menurunkan kerugian ekonomis yang disebabkan penyakit selain untuk menurunkan jumlah outbreak penyakit HC. Demikian pula peternak babi yang berada di Propinsi Riau telah menggunakan vaksin HC didalam mencegah babi tertular penyakit HC.

Penyakit HC telah tersebar luas diberbagai negara, kecuali Australia, Amerika, Selandia Baru, Inggris, Swiss, Irlandia, Kanada dan negara-negara Skandinavia yang dinyatakan bebas dari penyakit ini. Untuk memberantas penyakit HC ini diperlukan biaya yang cukup besar. Sebagai gambaran, biaya untuk memberantas penyakit HC di negeri Belanda pada periode tahun 1983-1985 menelan biaya sebesar 96 juta dolar Amerika(VAN OIRSCHOT, 1986). Untuk pencegahan penyakit HC umumnya dilakukan dengan program vaksinasi secara teratur

seperti halnya sistem pemberantasan penyakit HC yang dilakukan di negara Belanda yaitu dengan jalan melakukan program vaksinasi masal secara ketat dan teratur yang didukung dengan tindakan zoo-sanitasi dan penerapan tindakan polisi veteriner(TERPSTRA, 1991). Vaksin yang banyak dipakai adalah vaksin hidup galur Cina (Chinese

strain) dan GPE- dari Jepang (SZENT-IVANYI, 1984; TERPSTRA, 1991). Demikian juga vaksin yang beredar di pasaran di Indonesia adalah jenis vaksin tersebut.

VakSin

aktif HC galur Cina adalah jenis vaksin yang banyak digunakan dibeberapa negara Eropa dan juga negara di Asia. Vaksin tersebut diperoleh dari isolat virus ganas yang diatenuasikan sampai 800 kali pada kelinci. Vaksin tersebut sangat efektif untuk menghasilkan kekebalan dengan cepat dan bertahan cukup lama.Vaksin HC yang sangat aman digunakan apabila vaksin HC tersebut tidak menimbulkan demam pada babi yang divaksin dan tidak pula menyebabkan sel darah merah ataupun sel darah putih menurun. Demikian pula PCV

(packed cell

volume).

Kekebalan dapat terjadi 1 minggu setelah vaksinasi dan bertahan sampai 2-3 tahun(VAN OIRSCHOT,

1988) . Kekebalan yang terbentuk setelah vaksinasi tidak saja mampu melindungi dari terjangkitnya penyakit tetapi juga mampu dalam mencegah replikasi virus pada tonsil atau tubuh babi (BIRONT et al, 1987). Hasil penelitian di Thailand dilaporkan bahwa vaksin HC galur China dan GPE- dapat memberikan proteksi terhadap viraemia dan kematian hewan pada 6 dan 14 hari pasca vaksinasi (PARCHARYANON et al., 1990), TERPSTRA and WENVOORT (1988) melaporkan bahwa perolehan titer NPLA < 12.5 pada babi yang divaksin vaksin galur China tidak cukup untuk mencegah dari serbuan penyakit dan kematian, sedang yang mempunyai titer antara 12.5 dan 30 hanya akan cukup untuk mencegah penyakit dan tahan terhadap uji tantang tetapi tidak cukup tahan dalam mencegah ekskresi virus. Titer NPLA >32 yang diperoleh pada individu babi yang divaksin, maupun kelompok ternak babi, akan cukup tahan.

(3)

Pengujian vaksin di Laboratorium

Pada penelitian daya immunitas vaksin di laboratorium digunakan tiga macam vaksin HC yang juga

digunakan di lapangan. Penelitian yang dilaksanakan di laboratorium dengan menggunakan babi berumur lebih dari

8 minggu yang berasal dari induk babi yang tidak mempunyai sejarah vaksinasi terhadap HC atau terbebas antibodi

terhadap virus HC, karena telah diketahui bahwa anak babi dari induk yang divaksin HC akan terlindungi dari

infeksi HC selama 5-8 minggu

(TERPSTRA

and

ROBuN,

1977).

.Vaksin yang akan diuji di laboratorium adalah jenis vaksin yang juga dipakai di lapangan yaitu vaksin galur

Cina danvaksin galur GPE (dari Jepang) dari berbagai jenis produk, karena vaksin tersebut yang selama ini banyak

dipakai di Indonesia untuk menanggulangi penyakit HC. Metoda tersebut dipakai seperti yang telah dilakukan oleh

(SASAHARAet al.,

1969;

TERPSTRA

and

WENSVOORT

1988).

Untuk setiap macam vaksin menggunakan 10 ekor babi umur 8 minggu. Vaksin yang digunakan untuk

penelitian adalah vaksin yang telah teregistrasi Dirjen Petemakan dan beredar di Indonesia, yang digunakan untuk

penelitian adalah sebanyak 3 macam, sehingga diperlukan 30 ekor babi, ditambah untuk kontrol yang tidak divaksin

sebanyak 10 ekor babi. Sehingga untuk percobaan di laboratorium diperlukan 40 ekor babi. Sebelum vaksin

digunakan dilakukan uji pada 3 macam vaksin tersebut untuk mengetahui apakah vaksin tersebut terkontaminasi

BVD yaitu dengan uji NPLA. Sedangkan terhadap babi-babi yang divaksin dan tidak divaksin akan diamati suhu

badan, berat badan serta gejala klinis yang ditimbulkan setelah vaksinasi, dan apabila timbul kematian/sakit parah

akan diseksi dan dibandingkan dengan kontrolnya. Selain itu akan diambil darahnya untuk diperiksa terhadap

jumlah sel darah putih

(white blood cell, WBQ,

packed cell volume (PCV) dan ada/ tidaknya respon vaksinasi dari

masing-masing vaksin selama 1 minggu, Untuk keperluan tersebut, babi yang divaksin akan diambil darahnya

pada hari 0, 1, 2, 4, 6, 8 sedangkan untuk perkembangan respon babi terhadap virus HC akan diambil

masing-masing pada minggu 1, 2, 3, 4, 6, 8, 12, 16 minggu pascavaksinasi demikian juga pada kontrol babi yang tidak

divaksin.

Pada akhir pengambilan darah dilakukan uji tantang dengan virus isolat lokal pada masing-masing grup babi

yang divaksin dengan jenis vaksin yang berbeda yaitu sebanyak 5 ekor babi, sedangkan untuk 5 ekor babi lainnya

dipakai sebagai kontrol yang divaksin tetapi tidak ditantang. Demikian juga pada babi yang tidak divaksin sebanyak

5 ekor babi diperlukan untuk di tantang sedangkan sisanya dipakai untuk kontrol tidak ditantang. Observasi

keseluruhan dilakukan sampai selama 6 bulan. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat diketahui pada hari atau

minggu keberapa setelah vaksinasi timbul kekebalan yang lengkap serta pengaruh vaksinasi terhadap viremia,

leukopenia dan berapa titer antibodi yang mempunyai nilai netralisasi terhadap virus & protektif, karena pada uji

serologi dengan NPLA setiap serum digunakan berbagai macam virus (virus vaksin, virus isolat lokal dan virus

standar challenge) dan virus BVD sebagai kontrol.

Tabel 1 . Rincian jumlah hewan percobaan dan perlakuan di laboratorium

TATTY SYAFRIATIdan A.SAROSA :Daya ImmunoprotektifBerbagai Vaksin Hog Cholera dalam Mendukung Bibit Ternak Babi

MATERI DAN METODE

Rincianjumlah hewan percobaan dan perlakuan tercantum dalam Tabel 1 .

No. Kelompok,

jumlah babi umur

_> 8 minggu

Pengambilan sampel darah

minggu ke.... pascavaksinasi

Uji tantang minggu ke..16.

(jumlah babi)

menggunakan virus

Uji NPLA

1

vaksin no 1

0, 1, 2, 3, 4, 6, 8, 12, 16

(5 ekor)

vaksin no 1, lokal,

10 ekor

standar

2

vaksin no 2

0, 1, 2, 3, 4, 6, 8, 12, 16

(5 ekor)

vaksin no 2, lokal,

10 ekor

standar

3

vaksin no 3

0, 1, 2, 3, 4, 6, 8, 12, 16

(5 ekor)

vaksin no 3, lokal,

10 ekor

standar

4

tidak divaksin

0, 1, 2, 3, 4, 6, 8, 12, 16

(5 ekor)

vaksin no 1,2,3,4 lokal,

(4)

Pengujian vaksin di lapangan

Uji vaksin di lapangan dilakukan pada peternak kecil yang sebelumnya dipilih berdasarkan jumlah babi yang dipelihara, lokasi dan cara memelihara babi. Akan digunakan 4 kelompok temak yang masing-masing terdiri dari 30 ekor babi. Lokasi dipilih pada satu kabupaten atau kotamadia di propinsi Riau. Vaksin yang digunakan adalah vaksin yang dijual di daerah setempat atau 4 mscam vaksin yang sudah beredar di Indonesia. Kelompok temak tersebut akan divaksin dan diobservasi untuk dilihat gejala klinis dan tanggap kebal babi terhadap ancaman virus alam, selama 12 minggu. Serum akan dikoleksi pada hari 0 ssat babi divaksin dan minggu ke 8 dan ke 12 pascavaksinasi, untuk diuji kandungan antibodinya dengan metode NPLA atau ELISA seperti yang disanankan 01E.(ANONIMUS, 1996) .

Metode Pengujuan ELISA:

Metode dengan ELISA buatan IDDLO Lelystad mengembangkan teknik Ceditest CSF yaitu yang dapat mendeteksi antibodi terhadap strain CSF yang rendah, sedang maupun tingi virulensinya, sedini mungkin setelah infeksi terutama Ceditest ini telah dirancang untuk menguji serum didalam jumlah banyak , berguna untuk program eradikasi setelah wabah, untuk monitoring dalam mengetahui status negara bebas CSFV. Deteksi tersebut dengan strain yang virulensi rendah untuk mengetahui infeksi HC secara subklinikal atau dapat dilakukan untuk mengetahui status kekebalan kelompok babi di negara yang mengadakan pemberlakuan vaksinasi dalam usaha menghilangkan kasus HC. Prinsip Ceditest adalah monoklonal antibodi yang yang langsung terhadap protein amplop utama virus E2 (GP-55). Dengan menggunakan monoklonal sebagai pangukur ikatan HC serum uji langsung dengan E2 protein HC. Setiap 2 monoklonal mengenal HC-E2 spesifik epitop berbeda. 1 monoklonal dipergunakan untuk diikatkan (coating) pada 96-well plate, monoklonal kedua dilabel dengan horseradish peroxidase (HRPO) dan digunakan sebagai konjugat, Serum,konjugat dan antigen dimasukkan kedalam plate, disimpan dalam suhu kamar, setelah dicuci ditambah pewama (chromagen) kemudian disimpan lagi dalam suhu ruangan maka akan apabila dengan monoklonal yang spesifik epitop telah berikatan berarti terjadi perkembangan wama, arti serum uji negatif. Apabila epitop di blok oleh spesifik antibodi pada serum uji, monoklonal antibodi tidak dapat mengikat antigen berarti bahwa antibodi spesifik terdapat pada serum uji yang berarti positip.

Metode Pengujian NPLA:

Laporan Bagian Proyek Rekayasa Teknologi Peternakan ARMP-// Th. 199912000

Neutralization Peroxidase Linked Assay, prinsipnya sama dengan uji netralisasi dengan uji konvensional hanya saja perkembangan virus pada sel dengan menggunakan indikator dideteksi dengan diwamai yaitu dengan menggunakan enzim peroxidase.

Caranya dengan memasukkan kedalam plat 50 pl serum uji yang diencerkan dengan media, lalu ditambah virus stok HC 50 pl (l:200), kemudian plate diinkubasikan selama 4 hsri pada 37 °C setelah penambahan sel PK-15 atau ST. Kontrl serum positifdan kontrol serum negatifjuga diikutkan dalam uji tersebut.

Kemudian medium dibuang, plate dicuci dengan PBS, sel pada plate difiksasi selama 20 menit dengan enceran 10% formaldehyde dalam PBSA yang mengandung 0.1% NP-40. Lslu cuci 3X dengan PBST (mengandung 0.05% Tween). Step pewamaan didahului dengan penambahan anti-HC polikolnal goat serum (l :200) dalam ELISA buffer diamkan selama 1 jam pada 37 *C. lalu cuci 3 X dengan PBST sebelum ditambahkan anti goat HRPO konjugat 1 :1000 pada ELISA buffer sebanyak 50 gl, kemudian diamkan selama 1 jam pada 37 *C. Setelah itu baru ditambah substrat sebanyak 100p1 (2mg Aminoethylcarbazole dalam 0.5 ml NN dimethylformamide) ditambahkan ke 9.5 ml dsri o,o5M acetat buffer pH 5.0. Substrat diaktivasi dengan penambahan 50 gl 3% hidrogen peroksida. Kemudian inkubasikan selama 15 menit pada suhu kamar, cuci dengan air. Pembacaan hasil dengan menggunakan inverted microscope, positif apabila terlihat warna kecoklatan pada intrasellular yang sangat nyata berbeda dengan background yang tidak terwamai .

(5)

Pengujian vaksin di Laboratorium Hasil ELISA per kelompok/ 10 ekor babi

Oa ¢ w

x

a

TATTY SYAFRIATIdanA . SAROSA :Daya Immunoprotektif Berbagai Vaksin Hog Cholera dalam Mendukung Bibit Ternak Babi

1.---X ' X

Hasil pengamatan PCV % per kelompok/ 10 ekor babi

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil ELISA

- A7- KONTROL 4 3 5 1 0 0

--IF- PESTVAC 2 1 2 2 2 1

- PESTIFFA 0 0 0 0 1 1

I-- E-KITASATO 0 0 0 0 0 6

KELOMPOK Hasil ELISA pos/jumlah serum

MG 0 MG 1 MG2 MG3 MG4 MG 6 KONTROL 4/10 3/10 5/10 1/10 0/10 0/10 PESTVAC 2/10 1/10 2/10 2/10 2/10 1/10 PESTIFFA 0/10 0/10 0/10 0/10 1/10 1/10 KITASATO 0/10 0/10 0/10 0/10 0/10 6/10 Kelompok 22/11/99 24/11/99 26/11/99PCV 28/11/99 30/11/99 KONTROL 35 .9 34.41 33.59 33 .75 33.41 PESTVAC 34 34.05 34.65 33 35.1 PESTIFFA 34.65 36.35 35 33 36.05 KITASATO 37.65 35.27 33.64 34.05 33.55

(6)

38 37-36 35 PCV%34 0 0 o_ X U 33 32 31 30 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0

Laporan Bagian Proyek Rekayasa Teknologi Peternakan ARMP-Il Th. 199912000

Pengamatan PCV% 1/l/00 1/2/00 1 angga pengamatan1/3f00 1/4/00 115100 PENGAMATAN WBC --* -KONTROL --E-PESTVAC PESTIFFA ~E-KITASATO 22/11/99 24/11/99 26/11/99 28/11/99 30/11/99

- -KONTROL -i-PESTVAC A PESTIFFA ~E-KITASATO

~

r^t r s= I

Hasil pengamatan WBC per kelompok/ 10 ekor babi

Kelompok 22/11/99 24/11/99 WBC X 10 / mm 26/11/99 28/11/99 30/11/99 KONTROL 8.49 9 .80 10 .84 10 .15 7 .39 PESTVAC 10.26 17.67 9.81 7.91 10.55 PESTIFFA 13 .31 12.77 11.47 9.25 9.29 KITASATO 12 .07 8 .94 9.33 7.82 8.48 ~is®

(7)

TATTY SYAFRIATIdanA. SAROSA :Daya ImmunoprotekttfBerbagai Vaksin Hog Cholera dalam Mendukung Bibit Ternak Babi

Pengu,jian vaksin di lapangan .

Petemak babi yang berada di Riau telah menggunakan berbagai macam vaksin yang diperuntukkan untuk mencegah HC. Perkembsngan babi dari tahun ke tahun sejak tahun 1990 tercatat berbagai macam peternak yaitu, petemakan rakyat, petemakan menengah/ sedang clan petemakan perusahaan. Terdapat 386 peternakan rakyat yang memiliki jumlah babi < 25 ekor dan 20 perusahaan sedang yang memiliki 25-200 ekor, sedangkan untuk jenis perusahaan terdapat 3 bush , belum yang termasuk di P. Bulan.

Dari 7 Ksbupaten Dati II Riau terdapat petemakan babi yang tercatat sbb:

Pet. Rakyat Populasi Sedang Populasi

Pekanbaru 34 5620 5 2015

Indragiri Hulu 43 592 -

-Indragiri Hilir - 20

-364 _

-Sedangkan di kabupaten yang lainnya seperti Kampar tidak ada peternakan babi, clan di Bengkalis, Kep. Riau clan Batam, selain jauh terletak di pulau clan letak terlalu jauh dari jangkauan pengawasan secara intensif dari BPTP Padang Marpoyan, Riau. Sehingga uji vaksin di lapangan dilakukan pada peternak kecil yang dipilih berdasarkan jumlah babi yang dipelihara, lokasi clan cara memelihara babi . Yaitu di Kodia Pekanbaru, kelurahan Umbansari, Kecamatan Rumbai. pada 4 kelompok ternak babi yang pemiliknya sangat kooperatif yang masing-masing mempunyai babi tidak kurang dari 30 ekor babi..

Vaksin yang digunakan adalah vaksin yang telah dijual di Indonesia dan mempunyai tanda registrasi dari Dirjen Perternakan . 4 macam vaksin yang sudah terclaftar dengan izin, namun baru 3 macam vaksin yang telah clijual luas di Indonesia yang kemudian dipakai untuk pengujian pemakaian vaksin di lapang pada masing-masing peternak . vaksin tersebut yaitu

KITASATO , Strain GPE, Distributor SHS (Surya Hidup Satwa) Jakarta PESTVAC, Strain China, Distributor PT. PAECO AGUNG Jakarta Pestifa, strain China, distributor PT Rominclo, Jakarta

3 jenis vaksin tersebut di gunakan dalam penelitian pada 3 petemsk terpilih dan 1 peternak dipilih sebagai kontrol dengan perlakuan penyuntikan dengan vitamin B12 Hematopan, Survei dilakukan pada minggu pertama awal September 1999. Adapun lokasinya terletak di kelurahan Umbansari, kecamatan Rumbai, Kodia Pekanbaru.

Pada kunjungan I tersebut babi telah divaksin sebanyak seperti perincian berikut:

Kelompok ternak tersebut divaksin dan diobservasi untuk dilihat gejala klinis dan tanggap kebal babi terhadap ancaman virus alam, selama 12 minggu. Serum dikoleksi pada hari 0 ssat babi divaksin dan minggu ke 8 dan ke 12 pascavaksinasi, untuk diuji kandungan antibodinya dengan metode NPLA atau ELISA seperti yang disarankan OIE. (ANONIMuS, 1996) .

-Setelah vaksin-tersebut diaplikasikan=pada babi selama2 bulan maka untuk mengetahui titer antibodi pada babi yang divaksin di lakukan kunjungan ke 2 dengan melakukan pengambilan darah pada masing-maing peternak termasuk dari babi kontrol. Perincian jumlah sampel darah yang diambil dari tiap pemilik seperti tabel berikut:

386

No. Nama pemilik Jenis vaksin Lot. VaksinExp. Date Populasi Babi/jumlah yang divaksin

Jumlah sampel serum

1 Apeng Kitasato Lot ex 1-1-3 91 ekor 42

Juli 27. 00

2 Samosir - Kontrol, disuntik 39 ekor 22

Hematopan

3 Marihot Pestvac No'de serie 072/98 56 ekor 31

Exp.date: Nov/00

4 Akey Pestifa Lot 60398 89 ekor 25

ut.av 02.2002

(8)

Pada kunjungan berikutnya dilakukan monitoring serta pengambilan sampel sebanyak 120 serum . vaksinasi hog cholera dari 3 jenis vaksin pada babi dilakukan pada 275 ekor babi pada kunjungan pertama tanggal 2-6 september 1999. pada kunjungan ke3 ini dilakukan pengambilan sampel darah setelah 4 bulan vaksinasi.

Pengambilan serum dan populasi pada saat kunjungan ke-3 terlihat pada perincian sebagai berikut:

Sejumlah 120 sampel yang diambil diambil secara acak, merupakan sampel serum setelah perlakuan 4 bulan divaksin. Di laboratorium serum tersebut diuji dengan metoda ELISA dan NPLA secara bersamaan dengan serum yang diambil sebelumnya.

Kematian dsn kesakitan babi setelah kunjungan sebelumnya tidak ada. Jumlah babi di peternakan tersebut berkurang dikarenakan dijual untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam rangka peringatan Natal, tahun baru 2000 serta hari Raya imlek tahun naga emas.

Laporan Bagian Proyek Rekayasa Teknologi Peternakan ARMP-II Th. 199912000

No Nsma Pemilik Jenis Vaksin Exp. Date Populasi Babi/ Jumlah Sampel

Lot. Vsksin Jumlah (Ekor) Serum

1 Akey Pestiffa, 125 39 Lot 60398 ut.av 02.2002 2 Apeng Kitasato, 74 35 Lot ex 1-1-3 Juli 27. 00

3 Ssmosir Kontrol, disuntik Hematopan 47 15

4 Msrihot Pestvac, 34 33

No'de serie 072/98 Exp.date: Nov/00

Total 4 peternak- - 280 122 serum

No. Nsma Pemilik Jenis Vaksin Populasi Babi/

(Ekor) Jumlah Sampel Serum

1 Samosir - 25 10

2 Apeng Kitasato 118 44

3 Akey Pestiffa 156 43

4 Msrihot Pestvac 29 23

(9)

Jumlah peternak dan hasil perolehan serum selama kunjungan

di Kel. Umbansari, Kec. Rumbai, Kodia Pekanbaru, Riau Tahun 1999/2000

Hasil Elisa dari perolehan serum selama 3 x kunjungan

di Kel . Umbansari . Kec. Rumbai. Kodia Pekanbaru, Riau Tahun 1999/2000

No Nama Jenis Exp. Date Kunjungan I/Sept.99 Kunjungan II/Nov.99 Kunjungan III/Jan.00

Pemilik Vaksin Lot. Vaksin Populasi Babi/ Jumlah Populasi Jumlah Populasi Jumlah

Jumlah Yang Sampel Babi/ Sampel Babi/ Sampel

Divaksin Serum (Ekor) Serum (Ekor) Serum

1 Apeng Kitasato Lot ex 1-1-3 91 ekor 42 74 35 118 44

Juli 27. 00

2 Samosir - Kontrol, 39 ekor 22 47 15 25 10

disuntik Hemato an

3 Marihot Pestvac No'de serie 56 ekor 31 34 33 29 23

072/98 Exp.date: Nov/00

4 Akey Pestifa Lot 60398 89 ekor 25 125 39 156 43()

ut.av 02.2002

Total 4 peternak 275 ekor 120 serum 280 122 serum 328, 120 serum

'N Nama Jenis Kunjungan I/Sept.99 Kunjungan II/Nov.99 Kunjungan III/Jan.00 TOTAL JLJMLAH

o

Pemilik Vaksin

+/serum %POS +/serum %POS - +/serum %POS +/serum %POS

1 A en Kitasato 25;42 59 .5 17/35 48.57 6/44 13.63 48/121 ! 39.66 2 Samosir - 2/22 9.09 0115 0 0/10 0 2/47 4.25 3 Marihot Pestvac 11/31 35.48 8/33 24.24 14/23 60.86 33/87 37.93 4 Akey Pestifa 18/25 72.0 21/39 53.84 1/43 2.32 40/127 37.38 Total 57/120 47.5 46/122 37.7 21/120 17.5 123/362 33.97 4 eternak

(10)

Laboratorium :

Laporan Bagian Proyek Rekayasa Teknologi Peternakan ARMP-II Th. 199912000

KESIMPULAN

Pengujian pada 3 macam vaksin yang digunakan tidak terkontaminasi BVD dengan uji NPLA.

3 macam vaksin yang digunakan tidak menyebabkan kenaikan suhu badan atau tidak menimbulkan demam Ketiga macam vaksin yang digunakan tidak menyebabkan kenaikan atau penurunan penghitungan WBC, juga tidak mempengaruhi penghitungan PCV. Selain itu juga tidak mempengaruhi nafsu makan babi ` percobaan sehingga tidak mengganggu kenaikan berat badan babi.

Lapangan:

Selama 3x kunjungan di Kel. Umbansari, Kec. Rumbai, Kodia Pekanbaru, Riau tahun 1999/2000

Babi pada prevaksinasi mempunyai titer ELISA positif , kemungkinan disebabkan adanya antibodi bawaan dari outbreak penyakit HC 2 tahun sebelumnya di lokasi walaupun babi tersebut tidak divaksin.

Pada 2 peternakan yang menggunakan vaksin Pestiffa dan Kitasato, pada kunjungan ke 3 atau setelah 4 bulan, harus segera dibooster atau vaksin ulang oleh karena perolehan titer antibodi dengan ELISA sudah mengalami penurunan.Sedangkan pada peternak yang menggunakan vaksin Pestvac, perolehan titer ELISA masih positif.

Pada pengamatan tidak ada kematian segera setelah vaksinasi ataupun mengalami sakit. DAFTAR PUSTAKA

ANONIMUS, 1996. Classical Swine Fever (Hog Cholera). OIE, Manual of Standards for Diagnostic Tests and Vaccines. Office International Des Epizooties, 12 rue de Prony, 75017, Paris, France: 145-147.

BIRONT, P., J. LEUNEN , and J. VANDEPUTTE 1987. Inhibition of Virus Replication In The Tonsils of Pigs Previously Vaccinated With a Chinese Strain Vaccin and Challenge oronasally with a Virulent Strain ofClassical Swine Fever Virus.

Vet.Microbiol. 14: 105-113.

HAVE, P. 1984. Detection OfAntibodies Against Swine Fever Virus By Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA). Acta. vet. Scand. 25:462-465.

PARCHARYANON, S., W PINYONCHON, P. METHIYAPUN, U. TANTAS WASm and RUJTIKUMPRON. 1990. The protective effect of swine fever vaccine against challenge with a field isolate. Proc. of the 7th Congress ofthe Federation ofAsian Veterinary Association 4-7 Nov. 1990. Pattaya. Thailand.

SASAHARA J., T. KUMAGAI, Y. SHIMUZU and S. FuRuuCHI, 1969. Field Experiments of Hog Cholera Live Vaccine Prepared in Guinea-Pig Kidney Cell Culture. Nat. Inst. Anim. Hlth Quart. 9, 83-91 .

SOEHADJI . 1995. Pembinaan kesehatan hewan dan pengamanan bahan asal ternak. Pros. Sem. Nas. Teknologi. Vet. untuk meningkatkan kesehatan hewan dan pengamanan bahan asal ternak. Cisarua. 22-24 maret 1994. Balitvet. hal.1-15. SZENT-IVANYI, T. 1984. Classical Swine Fever; New Control and Eradication Methods. Rev. Sci. Tech.Off.Int. Epiz. 3 (3):

465-486.

TERPSTRA, C and K.G. ROBUNS 1977. Experience With Regional And Vaccination Against Swine Fever Enzootic Areas For Limited Periods Using C Strain Virus. Tijd. Dierg. 102: 106-112.

TERPSTRA, C and G. WENSVOORT, 1988. The Protective Value Of Vaccine-Induced Neutralising Antibody Titres In Swine Fever. Vet. Microbiol., 16:123-128.

TERPSTRA, C., M. BLOEMRAAD, and A.L.J. GIELKENS. 1984. The Neutralizing Peroxidase Linked Assay For Detection Of Antibody Against Swine Fever Virus. Vet.Microbiol.9:113-120.

TERPSTRA, C. 1991. Hog cholera: an up date ofpresent knowledge. Br. vet.J. 147:397-406.

VAN OIRSCHOTT, J.T. 1986. Hog cholera. In. Diseases ofSwine. 6th Ed. Iowa State University Press pp.247-285.

(11)

TATTY SYAFRiATI danA. SAROSA : Daya lmmunoprotektifBerbagai Vaksin HogCholera dalam Mendukung Bibit Ternak Babi WENSVOORT, G., C. TERPSTRA, J. BOONSTRA, M BLOEMRAAD, and DVAN ZAANE. 1986. Production Of Monoclonal

Antibodies Against Swine Fever Virus And Their Use In Laboratory. Vet. Microbiol.12:101-108.

WENSVOORT, G., M. BLOEMRAAD,and C.TERPSTRA . 1988. An Enzyme Immunoassay Employing Monoclonal Antibodies And

Gambar

Tabel 1 . Rincian jumlah hewan percobaan dan perlakuan di laboratorium

Referensi

Dokumen terkait

dapat direlevansikan dengan pembelajaran SMA pada kelas X yaitu KD 3.15 Menganalisis aspek makna dan kebahasaan dalam teks biografi, kelas XII pada KD 3.9 yaitu

 Jika telah selesai membaca semua buku sesuai dengan daftar yang disusun maka serahkan formulir Catatan Baca Siswa kepada guru di sekolah... APA BUKTI BAHWA SISWA TELAH

Dari Abu Hurairah RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang bersedeqah senilai satu biji kurma dari hasil usaha yang halal, dan Allah tidak mau menerima

48 ARIYAH YUDANTI SMP NEGERI 1 GIRIMULYO MATEMATIKA SMP NEGERI 5 WATES 49 ENI NURHAYATI SMP MUHAMMADIYAH 2 KALIBAWANG MATEMATIKA SMP NEGERI 5 WATES 50 AGUSTINUS SUDIYONO SMP

Untuk mengatasi masalah tersebut telah dilakukan penelitian melalui teknik mutasi yang dikombinasi dengan kultur in vitro pada eksplan kalus embrionik dari tiga genotipe mutan

Kegiatan pelaksanaan kelas ibu masih ada yang disatukan dengan kegiatan posyandu dan peserta kelas ibu masih ada yang belum konsisten untuk hadir setiap bulannya..

Dengan berbekal tiga unsur fundamental pesantren di era sekarang tersebut, maka pesantren khususnya MBS akan semakin menemukan jati diri yang sebenarnya, mendapat perhatian

Krim 0,05% tube 5gr Rasa terbakar,gatal, iritasi lokal,kering Kortikosteroid topikal super-high potent, terapi untuk inflamasi dan gejala pruritus pd kulit yg responsif pada