• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Kesehatan, kebugaran, stamina dan energi pada dasarnya merupakan harapan dari setiap manusia. Semua hal tersebut juga menentukan kinerja seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan. Kesehatan, kebugaran dan stamina dapat diperoleh dari pola hidup sehat yaitu dengan olah raga. Masyarakat juga mempercayai bahwa terdapat beberapa minuman yang dapat meningkatkan kesehatan, kebugaran dan stamina. Minuman tersebut adalah jamu, minuman yang sudah lama dikonsumsi oleh masyarakat.

Jamu adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sebagai norma yang berlaku di masyarakat1. Jamu merupakan warisan budaya bangsa yang sudah digunakan secara turun-temurun. Indonesia memiliki keunggulan dalam hal pengembangan jamu dengan 9600 jenis tanaman obat yang dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan jamu.

Jamu sudah mempunyai sejarah cukup panjang di Indonesia karena sudah dikenal oleh masyarakat Indonesia sejak zaman kerajaan. Jamu merupakan minuman

1

(2)

kesehatan yang dikonsumsi oleh keluarga kerajaan. Seiring dengan perkembangan waktu, jamu telah dapat dibuat oleh masyarakat untuk kebutuhan keluarga. Bagi beberapa orang yang lebih dapat melihat ini sebagai peluang menjadikan hal ini menjadi mata pencaharian, ataupun usaha keluarga. Beberapa usaha jamu muncul dan berkembang di daerah-daerah. Seperti halnya Jamu Djago yang sudah mulai tumbuh pada tahun 1900. Usaha jamu yang lain juga muncul seperti Mustika Ratu, Nyonya Meneer, Leo, Air Mancur, Deltomed, Jamu Simona, Jamu Borobudur, Jamu Dami, Jamu Pusaka Ambon, Jamu Bukit Mentjos, dan Tenaga Tani Farma (Aceh)2.

Jamu merupakan obat tradisional yang terbuat dari bahan-bahan alami berupa bagian dari tumbuhan seperti akar, daun, kulit, batang, dan buah. Jamu juga sering disebut dengan produk herba. Aktivitas pembuatan jamu telah lama dilakukan oleh masyarakat. Jamu berkembang di Indonesia, salah satu sentra jamu tradisional adalah kabupaten Sukoharjo. Identitas sebagai sentra jamu tradisional juga terlihat dengan adanya sebuah patung Jamu Gendong yang terdapat di Bulakrejo.

Industri jamu tradisional sudah berlangsung cukup lama di Sukoharjo. Pengertian industri menurut BPS (Biro Pusat Statistik) pada sensus industri 1974/ 1975 adalah perusahaan yang melakukan pengubahan suatu barang ke hasil produksi

2

Direktorat Kredit, BPR dan UMKM, Pola Pembiayaan Usaha Kecil (PPUK) Industri Jamu Tradisional (Pola Pembiayaan Syariah), (Jakarta: Bank Indonesia. 2013) hal. 10.

(3)

dengan tangan, mesin maupun campuran kimia.3 Industri rumah tangga jamu tradisional pada tahun 1984 terdapat 35 industri rumah tangga jamu tradisional dengan keseluruhan pekerja sebanyak 49 orang. Industri rumah tangga jamu tradisional pada tahun selanjutnya bertambah menjadi 36 dengan total pekerja 52 orang4. Industri jamu di sukoharjo pada awal tahun 80-an hanya terdiri dari beberapa indutri jamu skala rumah tangga. Industri rumah tangga merupakan industri dengan jumlah pekerja kurang dari lima orang. Industri jamu tradisional di sukoharjo tumbuh dan berkembang dari tahun ke tahun seiring dengan dibentuknya wadah bagi pengusaha untuk dapat mengembangkan usahanya.

Tantangan dan permasalahan yang dihadapi oleh industri rumah tangga jamu tradisional menuntut untuk menciptakan suatu wadah yang dapat menjadi solusi dalam mengatasi permasalahan-permasalahan yang terdapat dalam industri rumah tangga jamu tradisional. Wadah yang dimaksud adalah sebuah lembaga yang berbadan hukum resmi yang berwujud koperasi. Koperasi berawal dari kata “co” yang berarti bersamaan dan “operation” (operasi) yang artinya bekerja. Koperasi dapat didefinisikan bentuk usaha kerjasama. Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian, disebutkan bahwa “Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan

3

Hussein Sawit. Kerajinan Rakyat dan Masa Depan Kasus DAS Cimanuk, (Prisma 3 Maret. 1979) hal. 9.

4

(4)

kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan.

Di Indonesia Koperasi menurut Undang-Undang Koperasi Tahun 1967 No.12 tentang pokok-pokok perkoperasian member penjelasan bahwa koperasi Indonesia adalah organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial, beranggotakan orang-orang atau badan-badan hukum koperasi yang merupakan tata susunan ekonomi sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan.5

Pembentukan Koperasi Jamu Indonesia (KOJAI) tidak langsung lahir begitu saja, terdapat proses yang dinamakan pra-koperasi. Pra-koperasi mulai terbentuk pada tahun 1977 dengan adanya pra koperasi tersebut, para pengusaha jamu tradisional mempunyai suatu wadah yang bisa menyuarakan dan diharapkan dapat membantu mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh pengusaha jamu. Pada awal terbentuknya GPJI hanya beranggotakan 15 pengusaha jamu. GPJI lahir dan berkembang karena adanya tuntutan dari masyarakat industri jamu yang menginginkan suatu wadah yang dapat menampung mereka yang dapat memberikan bantuan baik itu modal ataupun ilmu.

Perkembangan GPJI yang begitu baik dari tahun ke tahun mulai dengan nama baru ketika diadakannya musyawarah nasional yang pertama pada tahun 1989. Munas memutuskan untuk mengganti GPJI dengan GP jamu (Gabungan Pengusaha Jamu). Pergantian nama baru membuka kesempatan baru bagi GP jamu untuk lebih

5

(5)

berkembang dan dapat mewadahi para pengusaha maupun penjual jamu. GP jamu sebagai induk dari lahirnya koperasi jamu di seluruh Indonesia, karena dengan adanya GP jamu menjadi suatu pemicu sehingga koperasi jamu dibentuk. Munas tersebut juga sebagai agenda serta serah terima jabatan dari Bapak Drs.Moertedjo kepada Ibu BRA Moeryati Sudibyo, dengan perubahan nama GPJI menajdi GP (Gabungan Pengusaha) Jamu dan Obat Tradisional.6

Kojai sejak awal mempunyai kegiatan utama menghimpun pengrajin jamu, melakukan bimbingan, serta pengarahan bagaimana membuat jamu yang sehat, aman, dan baik (baik itu jamu dalam bentuk serbuk maupun jamu gendong). Selain melakukan pembinaan pada pengrajin jamu gendong, KOJAI memberikan fasilitas kepada para anggotanya untuk kemudahan dalam pengurusan perizinan, baik pendaftaran izin prinsip IKOT, maupun pendaftaran izin edar produk (TR) obat tradisional secara kolektif.

Pada tanggal 30 juli 1995, organisasi tersebut resmi berbadan hukum, dengan nomor: 1246/BH/KWK II/VII/1995/30 juli 1995, dengan nama organisasi Koperasi Jamu Indonesia (KOJAI) yang diketuai oleh Ny.Suwarsi Moertedjo dengan anggota 30 pengrajin jamu. Seiring dengan perkembangan Pengrajin jamu di kabupaten Sukoharjo, KOJAI mengalami perkembangan yang pesat. Hingga akhirnya pada tahun 2009 KOJAI berangotakan 72 anggota. Industri jamu di Sukoharjo masih

6

(6)

termasuk dalam Industri Mikro, Kecil dan Menengah, dengan jumlah pekerja kurang dari 100 orang. Dalam masa awal pembentukannya industri jamu di Sukoharjo bukanlah industri dengan manajemen yang baik. Seiring dengan perkembangan, KOJAI mampu menggandeng pemerintah untuk ikut serta dalam pengembangan industri jamu di Sukoharjo

Pada tahun 2005, KOJAI mendapatkan kepercayaan dari pemerintah berupa dana APBD, serta dana bergulir dari Kementerian Koperasi dan UMKM. Dengan kerjasama yang baik diantara pengurus dan anggotanya, akhirnya dana tersebut dapat dikelola dengan baik sehingga tidak ada kesulitan pada saat pengembaliannya.

Bila pada banyak koperasi yang menjadi kendala adalah masalah keuangan, maka bagi KOJAI hal tersebut tidaklah menjadi persoalan atau beban bagi anggotanya. KOJAI terus bertekad untuk memberikan pelayanan dan bantuan kepada seluruh anggotanya dalam meringankan dan menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi anggotanya.

KOJAI memiliki peranan yang cukup vital dalam keberlangsungan industri jamu tradisional di Kabupaten Sukoharjo. Koperasi Jamu menjadi sarana pemerintah untuk melakukan sistem kontrol terhadap produsen jamu yang terdapat di Sukoharjo. Koperasi juga melakukan pendampingan terhadap produsen jamu yang belum memiliki izin resmi dari BPOM.

(7)

Fungsi lain yang dimiliki oleh koperasi jamu yaitu sebagai wadah produsen jamu untuk dapat menjembatani antara para produsen jamu dengan pemerintah. Regulasi- regulasi yang ditetapkan oleh pemerintah dalam pembuatan perizinan disosialisasikan kepada para pengrajin melalui koperasi agar dapat diterapkan sesuai prosedur. Koperasi Jamu Indonesia (KOJAI) Sukoharjo menjalin kerjasama dengan pemerintah khususnya dalam hal ini Kementrian Kesehatan yang diwujudkan dalam penunjukan desa Nguter, salah satu desa di kab. Sukoharjo untuk menjadi kampong jamu. Kampung jamu kemudian telah terealisasi pada 12 November 2012.

KOJAI secara langsung berpengaruh terhadap perkembangan industri jamu di kab.Sukoharjo khususnya industri kecil dan menengah. Legalitas produk yang semula hanya menjadi hal yang dianggap tidak penting bagi produsen jamu skala kecil saat ini sudah menjadi hal yang diutamakan. Jumlah industri kecil yang menjadi anggota koperasi juga semakin meningkat yang pada akhirnya berpengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat jamu di Sukoharjo. Peningkatan kualitas ekonomi anggota kojai dilihat dari semakin berkembangnya usaha yang di bangun dan juga adanya peningkatan kualitas serta kuantitas produk jamu kemasan atau sediaan. Peningkatan kualitas ekonomi anggota KOJAI yang merupakan industri jamu secara langsung berimbas pada pekerja pada sektor-sektor yang berhubungan langsung dengan industri jamu.

(8)

B.

Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang dapat diambil rumusan masalah:

1. Bagaimana Potensi Alam dan Sosial Budaya Sukoharjo tahun 1995-2012? 2. Bagaimana Dinamika Koperasi Jamu Indonesia (KOJAI) Sukoharjo tahun

1995-2012?

3. Bagaimana fungsi dan peran Koperasi Jamu Indonesia (KOJAI) terhadap kondisi sosial ekonomi anggota tahun 1995-2012 ?

C.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui Potensi Alam dan Sosial Budaya Sukoharjo Tahun 1995-2012 2. Mengetahui dinamika Koperasi Jamu Indonesia (KOJAI) Sukoharjo tahun

1995-2012

3. Mengetahui fungsi dan peran Koperasi Jamu Indonesia (KOJAI) dan pengaruhnya terhadap kondisi sosial ekonomi anggota tahun 1995-2012

D.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis yaitu dapat memberikan masukan dan saran yang berguna bagi Koperasi Jamu Indonesia (KOJAI) Sukoharjo dan koperasi-koperasi lain untuk mewujudkan tujuan koperasi yaitu mensejahterakan anggotanya pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

(9)

E.

Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian ini juga memerlukan beberapa sumber-sumber yang berupa buku atau hasil penulisan sejarah yang sejenis, atau berkaitan baik secara langsung atu tidak langsung, isi penulisan tersebut dapat membantu penelitian.

Skripsi yang berjudul Perkembangan Industri Rumah Tangga Jamu Tjap Djago Tahun 1918-1949 yang ditulis oleh Yunita Listyowati dari Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret (2014) membahas mengenai perkembangan industri Jamu Tjap Djago yang berawal dari usaha keluarga yang berada di Wonogiri sampai perpindahannya ke Semarang. Perkembangan industri Jamu Tjap Djago pada tahun 1930-1936 bisa dicapai karena adanya perkembangan transportasi. Pemasaran juga diperhatian yang serius dengan adanya strategi khusus hingga yang paling sederhana. Cara pemasaran yang paling sederhana yaitu sisten gethok tular, propaganda, jamuteria hingga media iklan. Media pemasan juga berpengaruh terhadap peningkatan penjualan produk dan perkembangan industri jamu Tjap Djago.

Tugas Akhir yang berjudul Proses Produksi Jamu Sediaan Serbuk Di PJ Sabdo Palon Kecamatan Nguter Sukoharjo karya Ainunnissala Quatauji dari Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret (2008) membahas mengenai perusahaan yang yang bergerak di bidang obat-obatan tradisional atau yang biasa disebut jamu. Perusahaan Jamu Sabdo Palon memperoleh bahan baku dari pemasok yang berasal dari petani. Bahan baku yang diperoleh dari pemasok sudah dalam bentuk kering. Proses produksi pembuatan jamu serbuk di Perusahaan Jamu Sabdo Palon terdiri dari

(10)

beberapa tahap, yaitu pengelolaan bahan baku, formulasi,dan penimbangan, pengeringan bahan baku, sortasi, penggilingan, pengayakan, pencampuran, pengeringan jamu serbuk dan kemudian pengemasan jamu serbuk. Peralatan yang digunakan adalah peralatan modern yaitu dengan penggunaan mesin sedangkan untuk pengemasan menggunakan mesin pengemas atau alat pengepres.

M Dawam Raharjo (1996), Transformasi Pertanian, Industrialisasi dan Kesempatan Kerja, buku ini membahas tentang peranan industri kecil dalam pembangunan ekonomi, kedudukan industri di beberapa negara, industri dan kerajinan rakyat di Indonesia yang merupakan dasar perekonomian Indonesia saat ini. Peranan ndutri dalam pembangnan antara lain, menyediakan lapangan pekerjaan dan mampu menyerap tenaga kerja yang bisa bertahan akibat krisis energi. Pemasaran barang-barang industri tidak berpengaruh terhadap reses ekonomi dan menurunnya intensitas perdagangan internasional sehingga merupakan suber devisa negara. Industrialisasi mengandung dimensi pemerataan yaitu memperoleh tempat dalam pertimbangan pemerataan kerja, segi keadilan dalam pemerataan pendapatan dan pemerataan kesempatan berusaha masyarakat baik dilihat dari segi sosial, regional dan sektoral. Penerapan teknologi pertanian yang tidak dibarengi dengan perluasan lahan pertanian menciptakan suatu permasalahan yang baru di bidang tenaga kerja. Sebagai alternativ adalah dengan mengembangkan industri pedesaan baik industri kecil dan industri lainnya agar dapat menampung tenaga kerja.

Sri Edi Swasiono (ed), (1987). Koperasi di Dalam Orde Ekonomi Indonesia: Mencari Bentuk Posisi dan Realitas. Berisi tulisan-tulisan tentang Koperasi dari

(11)

beberapa tokoh cendikiawan. Tulisan tersebut berupa pandangan pemikiran maupun interpretasi mereka tentang koperasi. Salah satu tulisan tersebut ditulis oleh Ibnoe Soejono yang menulis tentang masalah peranan dan kedudukan koperasi dalam hubungan dengan pelaku ekonomi lainnya. Dalam tulisan tersebut Soejono juga menulis bahwa koperasi dapat menggalang kerjasama, meningkatkan daya saing, memperbesar ukuran usaha ekonomi, mengurangi isolasi, menyelenggarakan dan sebagainya. Dikaitkan langsung dengan program-program pembangunan yang langsung memecahkan kemiskinan, akan menempatkan koperasi sebagai sarana yang efektif, seperti program lendreform, kredit untuk golongan ekonomi lemah, produksi juga pemasaran.

Ninik Widianti dan Y.W Sunindhita, (1998), Koperasi dan Perekonomian Indonesia. Buku ini memberi gambaran tentang koperasi yang bukan hanya menjadi objek ekonomi akan tetapi menjadi bagian penting dari perekonomian negara. Menurut Sri Edi Swasono adanya koperasi menampakkan kekuatan yang harus diperhitungkan.

Sukanto Reksohadiprodjo. (1974). Management Koperasi. Buku tersebut mengulas tentang koperasi, mulai dari manajemen, kesempatan usaha dan permasalahan yang dihadapi. Koperasi mengalami kesulitan dalam perkembangannya karena beberapa persoalan. Persoalan-persoalan tersebut dikelompokkan dalam dua hal yaitu persoalan dari luar dan dari dalam koperasi. Persoalan dari luar yaitu dicabutnya fasilitas-fasilitas tertentu hingga koperasi tidak dapat lagi menjalankan

(12)

usahanya dengan baik. Adanya peraturan-peraturan pemerintah yang mencampuri kehidupan koperasi juga menjadi persoalan tersendiri.

Persoalan dari dalam juga seringkali terjadi, permasalahan yang paling lama terjadi dalam tubuh koperasi Indonesia adalah masalah permodalan ataupun pendanaan. Pendanaan yang sulit ataupun minim mengakibatkan ruang gerak usaha koperasi menjadi terbatas. Permasalahan lain juga sering terjadi yaitu administrasi yang belum memenuhi standar juga kepengurusan yang dinilai lanjut usia. Administrasi yang tidak memenuhi standar mengakibatkan data untuk pengambilan keputusan tidak lengkap demikian pula data statistik.

Pandji Anoraga dan Ninik Widiyanti. (1998). Dinamika Koperasi. Dalam buku tersebut merupakan tulisan dari hasil kajian koperasi dari aspek teoretis dan aspek statis. Salah satu poin pembahasan yaitu daya saing koperasi yang begitu lemah jika dibandingkan dengan bentuk usaha lain. Adanya campur tangan pemerintah dalam pengembangan koperasi tidak seutuhnya membantu koperasi untuk dapat berkembang, hal tersebut terjadi karena situasi politik ekonomi Indonesia yang kurang stabil dan lebih menekan. Koperasi sulit berkembang dengan tumbuhnya unit-unit ekonomi komersial, baik terwujud dalam pertumbuhan sektor bisnis swasta maupun sektor kapitalis negara yang diwakili oleh perusahaan-perusahaan negara yang kesemuanya mendominasi perkembangan lingkungan kehidupan koperasi.

Thoby Mutis. (1992). Pengembangan Koperasi. Buku tersebut berisi tentang koperasi dan seluk beluknya. Terdapat salah satu tulisan tentang wanita dan pengembangan koperasi. Peran wanita dalam pengambangan koperasi ternyata sudah

(13)

dimulai di India pada tahun 1976, dengan pendirian Grameen Bank. Peran wanita dalam koperasi cukup besar jika kita melihat pada koperasi kredit. Kemampuan wanita dalam pengelolaan keuangan khususnya kredit menciptakan suatu tempat tersendiri dalam suatu unit usaha koperasi.

Hartini. (2009). Pemberdayaan Koperasi dalam Rangka Pengentasan Kemiskinan. Penaggulangan kemiskinan merupakan salah satu tujuan pembangunan nasional. Penanggulangan kemiskinan dapat dicapai dengan berbagai cara, salah satunya dengan koperasi. Koperasi dinilai cocok karena sesuai dengan nilai-nilai dan kepribadian bangsa Indonesia. Oleh karena itu penanggulangan kemiskinan tidak dapat berjalan jika tidak didukung dengan kerjasama dari pemerintah. Pada kenyataannya, koperasi di Indonesia menempati peringkat teratas dalam perekonomian nasional. Koperasi dapat menyerap tenaga kerja yang cukup besar hingga mengurangi angka pengangguran di masyarakat.

(14)

F.

Metode Penelitian

Menurut Nugroho Notosusanto, Metode sejarah adalah proses menguji dan mengalisa secara kritis rekaman dan peristiwa lampau dengan melalui beberapa tahapan yaitu: heuristic, kritik sumber, interpretasi dan historiografi.7

Tahap yang pertama adalah Heuristik yaitu mencari informasi, data berupa bahan yang tercetak, tertulis (dokumen dalam arti sempit), lisan dan artifact (barang atau peninggalan masa lampau) yang relevan dengan peristiwa masa lampau yang menjadi objek kajian. Pada tahapan ini jejak yang dicari adalah yang berbentuk tertulis, lisan dan juga tercetak.

Tahapan heuristik yang digunakan dalam penelitian ini antaralain: 1. Studi Dokumen

Studi bahan dokumen mempunyai arti yang penting karena pada dokumen tersimpan sejumlah fakta dan data sejarah. Dokumen dapat juga menjawab apa, kapan, dimana dan mengapa.8 Pada penelitian ini dokumen yang digunakan adalah dokumen-dokumen yang tersimpan di Koperasi Jamu Indonesia (KOJAI) Sukoharjo. Dokumen tersebut antara lain Akta Pendirian KOJAI, Keanggotaan KOJAI, Susunan kepengurusan KOJAI, Perkembangan Industri Jamu dari tahun 1995-2013.

7

Nugroho Notosusanto, Masalah-Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer (Jakarta: Indayu, 1978), hal 11-12.

8

Sartono Kartodirdjo dalam Koentjaraningrat, Metode Penelitian Masyarakat (Jakarta: Gramedia, 1977), hlm.63.

(15)

2. Wawancara

Wawancara merupakan bagian dari tahapan heuristik yang sangat penting dalam suatu penelitian. Tenik wawancara digunakan peneliti untuk mendapatkan keterangan yang diperlukan dalam penelitian. Karena keterbatasan dokumen yang dapat terjadi dalam pelaksanaan penelitian. Wawancara yang dilakukan peneliti merupakan wawancara yang terpusat pada pokok permasalahan tertentu dan menggunakan narasumber yang memiliki pengetahuan tentang masalah yang sedang diangkat. Nara sumber yang akan di mintai keterangan seperti halnya kepala koperasi jamu Indonesia (KOJAI) Sukoharjo, Ibu Hj Suwarsi Murtedjo, anggota, pelaku usaha. 3. Studi Pustaka

Studi pustaka merupakan sumber pustaka dapat berupa buku, artikel dan media lainnya. Dengan studi pustaka ini diharapkan mampu menambahkan pemahaman teori dan konsep yang diperlukan dengan penelitian. Studi pustaka dilakukan di Perpustakaan Pusat UNS dan Perpustakaan FSSR UNS.

Tahap kedua adalah kritik sumber yang merupakan metode sejarah untuk mencapai obyektivitas. Kritik sumber terbagi menjadi dua, yaitu: kritik ekstern dan kritik intern. Kritik ekstern bertujuan untuk mencari autentisitas atau keaslian sumber. Kritik intern dilakukan untuk mencari kredibilitas suatu sumber dengan cara menyelidiki objek dokumen sejarah untuk membuktikan keaslian fakta sejarah.

Tahap ketiga Interpretasi adalah proses penguraian sumber setelah terseleksi sumber-sumber tersebut disatukan dalam satu kelompok atau penggabungan sumber atau fakta-fakta sehingga tercapailah interpretasi yang menyeluruh. Dalam

(16)

penyusunan studi ini, digunakan dua teknik analisis yaitu teknik analisis sejarah kritis dan teknik analisis deskriptif naratif.

Tahap terakhir adalah Historiografi yang merupakan penulisan sejarah dengan merangkaikan fakta-fakta menjadi kisah sejarah berdasarkan data-data yang sudah dianalisa.

(17)

G.

Sistematika Penulisan

BAB I adalah pendahuluan diantaranya berisi latar belakang, rumusan

masalah, tujuan, manfaat, kajian pustaka, metode, dan sistematika penulisan

BAB II Deskripsi wilayah, potensi alam dan sosial Kab. Sukoharjo, dalam

bab ini diuraikan tentang kondisi geografis, demografi dan potensi kota yang mempengeruhi perkembangan industri jamu di Sukoharjo.

BAB III Dinamika Koperasi Jamu Indonesia (KOJAI) Sukoharjo tahun

1995- 2012 pada bab ini diuraikan tentang perubahan yang terjadi didalam Koperasi Jamu Indonesia (KOJAI) Sukoharjo, mulai dari sejarah pembentukannya, struktur organisasi, kegiatan usaha, keadaaan permodalan dan hubungan KOJAI dengan instansi ataupun organisasi yang terkait.

BAB IV Fungsi dan peran Koperasi Jamu Indonesia (KOJAI) Sukoharjo

terhadap kondisi sosial ekonomi anggotanya tahun 1995- 2012. Pada bab ini diuraikan tentang fungsi KOJAI antara lain bantuan modal usaha, penyediaan bahan baku, pengawas proses produksi, bantuan pemasaran dan bantuan pengurusan izin produk serta peran KOJAI dalam meningkatkan sosial ekonomi anggota.

Referensi

Dokumen terkait

underwear rules ini memiliki aturan sederhana dimana anak tidak boleh disentuh oleh orang lain pada bagian tubuhnya yang ditutupi pakaian dalam (underwear ) anak dan anak

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian [Yuliana, 2008] serta penelitian [Utami and Rahmawati, 2010] yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh ukuran

 Biaya produksi menjadi lebih efisien jika hanya ada satu produsen tunggal yang membuat produk itu dari pada banyak perusahaan.. Barrier

Berdasarkan pengamatan kemampuan berbahasa siswa pada siklus 1 telah mengalami peningkatan dari pratindakan walaupun belum mencapai persentase KKM yang telah ditentukan.

Masalah utama yang akan dijawab dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah : Apakah penerapan Metode pembelajaran Make a Match (Menjodohkan) dan MediaKartundapat

Hasil penelitian yang diperoleh adalah kasus spondilitis tuberkulosis yang ditemukan pada tahun 2014 sebanyak 44 pasien.. Penyakit ini dapat menyerang segala jenis kelamin dan

Pada tahap pertama ini kajian difokuskan pada kajian yang sifatnya linguistis antropologis untuk mengetahui : bentuk teks atau naskah yang memuat bentuk

Emisi surat utang korporasi di pasar domestik selama Januari 2018 mencapai Rp7,67 triliun atau naik 2,84 kali dibandingkan dengan Januari 2018, berdasarkan data oleh