• Tidak ada hasil yang ditemukan

AKSI GERAKAN MAHASISWA INDONESIA TAHUN 1966 TERHADAP SOEHARTO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "AKSI GERAKAN MAHASISWA INDONESIA TAHUN 1966 TERHADAP SOEHARTO"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

AKSI GERAKAN MAHASISWA INDONESIA TAHUN 1966 TERHADAP SOEHARTO

Alif Wibisono

Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang Jln. Semarang No.5, Malang 66145, Telepon 0341-585966

Alifkertosono123@gmail.com

Abstrak: Mahasiswa merupakan generasi muda yang sangat berjasa dalam pembangunan orde baru, suara-suara mahasiswa melalui organisasi kemahasiswaan mampu membuat Negara Indonesia bisa lebih baik, karena mahasiswalah yang bisa menyalurkan suara-suara rakyat agar di dengar oleh para petinggi Negara Indonesia. Dalam artikel ini membahas mengenai peran mahasiwa dalam pembentukan Orde Baru yang pada saat itu di pimpin oleh Soeharto, yang memimpin Negara Indonesia dengan cara otoriter.

Kata Kunci: Gerakan, Mahasiswa, Indonesia.

Memasuki tahun 1960 Negara Indonesia memasuki pergolakan politik yang sangat besar karena pada saat itu kekuatan politik hanya ada pada tiga golongan yaitu golongan Soekarno, PKI, dan AD. Pada saat itu hanya tiga golongan yang menguasai politik karena para partai politik pada saat itu tidak bisa menandingi kekuatan dari tiga golongan tersebut (Widayarsono T dkk, 2011). Di satu sisi para masyarakat Indonesia pada masa itu hanya mengenal Soekarno sebagai pemimpin utama.

Bentuk partisapi masyarakat pada kegiatan masalah politik oleh Woshinsky (dalam Usman S, 1999) digambarkan seperti layang-layang terbalik. Di bagian atas adalah kelompok elit minoritas yang berpengaruh terhadap keputusan politik dan memiliki kemampuan mengerahkan massa untuk gerakan politik. Gerakan mahasiswa telah terbukti mampu mengubah peta politik nasional, bahkan mampu menumbangkan sebuah rezim penguasa. Oleh karena itu, gerakan mahasiswa bisa

(2)

diartikan sebagai gerakan pendombrak dan penakluk rezim penguasa yang sangat efektif. Mereka seringkali di sebut “gerilyawan kota”, yang bisa mempengaruhi bahkan membalik keputusan-keputusan politik.

Menurut Eep Saefulloh Fattah (dalam Argenti G, 2016), konsolidasi awal pemerintahaan Orde Baru menjadi masa bulan madu antara militer dengan mahasiswa, dalam masa tersebut tumbuh harapan besar ditengah mahasiswa bahwa penguasa baru ini akan bersikap akomodatif dan responsif dibandingkan penguasa sebelumnya (Orde Lama). Tetapi masa bulan madu itu kemudian dengan cepat berubah memasuki tahun 1970-an, terutama semenjak tahun 1971. Pada masa itu, mulai bertumbuhan komunitas-komunitas kritis ditengah mahasiswa, sehingga mengakibatkan mulai terbentuk jarak antara kepentingan perubahan yang dicita-citakan mahasiswa dengan kepentingan yang dimiliki oleh negara dalam meletakan dasar-dasar modernisasi pembangunan secara cepat.

GERAKAN MAHASISWA TAHUN 1966

Menurut Abdul Mun’im DZ (dalam Usman S, 1999), gerakan mahasiswa 1966 terkait jelas dengan pertarungan para elit politik era orde lama yang ketika itu terbelah dalam beberapa kekuatan antara lain: kekuatan Soekarno yang anti amerika, kekuatan pro-barat, kekuatan militer dan komunis. Kekuaran militer sendiri terbelah lagi menjadi dua, yaitu ada yang Pro-Soekarno dan ada yang Pro-Soeharto. Hal ini lah yang membuat perpolitian Indonesia menjadi kacau balau.

Gerakan mahasiswa tahun 1966 dengan tuntutan Trituranya berhasil melakukan perubahan sistem pemerintahan kearah yang lebih demokratis dengan turunnya Ir. Soekarno dari kursi kepresidenan dan diganti oleh Soeharto sebagai pelaksana tanggung jawab presiden pada tahun 1966. Keberhasilan ini tidak terlepas dari dukungan penuh militer terhadap gerakan mahasiswa tahun 1966. Dimana mahasiswa dan militer terkhusus Angkatan Darat saling memanfaatkan satu sama lain. Militer memanfaatkan mahasiswa sebagai pionir perubahan sedangkan

(3)

mahasiswa memanfaatkan angkatan darat sebagai back-up politik dan fisik (Siregar S, 2018).

Gerakan mahasiswa jika ingin di lihat lebih dalam harus menilik ke belakang saat setelah peristiwa 30 September di bentuk pembentukan KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia), Jauh sebelum pembubaran PPMI, para tokoh mahasiswa telah menjalin hubungan dengan Menteri PTIP, Brigadir Jenderal Syarief Thayeb. Setelah peristiwa 30 September, sikap Syarief Thayeb terhadap mahasiswa tidak berubah. Pertemuan terns terselenggara atas prakarsa mahasiswa dan Thayeb memberikan fasilitas ruangan di rumahnya. Pertemuan-pertemuan tersebut akhirnya melahirkan kesepakatan bahwa mahasiswa harus membuat sebuah kesatuan aksi seperti KAP Gestapu untuk menghadapi keadaan setelah meletusnya G 30 S/PKI. Ide pembentukan kesatuan aksi mahasiswa benar-benar berasal dari mahasiswa sendiri, bukan dari pihak manapun (Widayarsono T dkk, 2011).

Berdasarkan kesepakatan itu Kesatuan Aksi Mahasiswa Jndonesia (KAMI), dibentuk pada tanggal 25 Oktober 1965. KAMI dibentuk oleh organisasi mahasiswa yang hadir ketika itu, yaitu Himpunan Mahasiswa Islam (HMI); Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), Mapancas (Mahasiswa Pancasila), Somal (Sentral Organisasi Mahasiswa Lokal), IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah), Semmi (Serikat Mahasiswa Muslimin Indonesia), PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia), Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), PELMASI (Pelopor Mahasiswa Sosialis Indonesia), Ikatan Pers Mahasiswa Indonesia (IPMI), dan Gemsos (Gerakan Mahasiswa Sosialis) (Widayarsono T dkk, 2011).

Sepanjang tahun 1966 KAMI melancarkan aksi-aksi demonstarasi dan mendapat dukungan dari masyarakat. KAMl juga menggalang organisasi serupa di kalangan pelajar, yakni Kesatuan Aksi Pemuda dan Pelajar Indonesia (KAPPI). Dukungan KAPPI ini sangat strategis, karena di samping usia mereka yang rata-rata

(4)

masih sangat muda, kemurnian gerakan mereka juga secara psikologis mendukung secara taktis dalam menguasai jalanjalan raya di Ibukota (Widayarsono T dkk, 2011). Baik KAMI maupun KAPPI dalam setiap aksinya secara diam-diam mendapat dukungan dari tentara dan senantiasa melindungi mereka dari serangan-serangan unsurunsur yang prokomunis. Disamping itu KAMI juga menjalin hubungan erat dengan beberapa tokoh mi liter. Di antaranya Jenderal HR Dharsono, Kemal Idris dan Sarwo Edhi Wibowo. Mereka adalah tokoh penting dalam pengendalian situasi dan tekanan terhadap komunis sesudah 30 September l 965 (Widayarsono T dkk, 2011).

Awai tahun 1966 merupakan masa-masa yang sangat menentukan baik secara politis maupun secara taktis. Pertama, masa-masa transisi ini memberi nilai penting pada peran Angkatan '66 dalam proses pemindahan kekuasaan dari Soekamo kepada Soeharto. Kedua, masa-masa transisi ini berfungsi sebagai satu referensi dari model gerakan yang merefleksikan gagasan yang dapat ditiru oleh generasi berikut karena keberhasilannya dalam mengedepankan eksistensi kaum muda, khususnya mahasiswa (Widayarsono T dkk, 2011).

Pada saat itu mahasiswa Indonesia Khususnya di Jakarta pada tanggal 10 Januari 1966 disebut sebagai hari Tri Tuntutan Rakyat (TRITURA) atau biasa disebut hari bangkitnya kaum muda. Di hari itu sebuah rapat akbar kaum muda berlangsung di halaman Fakultas Kedokteran Uni versitas Indonesia. Pada forum ini juga untuk pertama kalinya TRITURA dikumandangkan. Mahasiswa mengumandangkan tiga tuntutan sebagai dasar mereka melancarkan demonstrasi, yakni: (1 ) Bubarkan PKI, (2) Retool Kabinet, (3) Turunkan Harga. Rapat akbar itu dihadiri oleh Kolonel Sarwo Edhi, yang ketika itu sebagai komandan pasukan elite RPKAD dengan pasukannya yang dikenal dalam menumpas gerakan komunis. Oleh karenanya kehadirannya disambut dengan antusias oleh mahasiswa. Sebagaimana lazimnya sebuah gerakan, pertemuan akbar tersebut dilanjutkan oleh mahasiswa

(5)

dengan berbondong-bondong menuju Sekretariat Negara untuk menyampaikan TRITURA (Widayarsono T dkk, 2011).

Selain itu mahasiswa juga melakukan kampanye anti-Soekarno, mahasiswa Indonesia pada saat itu berada di garis depan karena mereka mendapat dukungan yang kuat khususnya dari Angkatan Darat (AD). Soekarno di anggap sebagai lambing dan penganggung jawab atas tirani yang korup dan tidak berkompeten. Serangan-serangan terhadap Soekarno tidak hanya dilakukan melalui orasi-orasi mahasiswa, akan tetapi juga lewat media massa lewat kerjasama pers dan kesatuan aksi. Kampanye yang mereka lakukan dalam koran itu sendiri berlansung melalui beberapa tahap yang makin lama makin memperlihatkan sikap lebih keras (Raillon F, 1985:46).

Gerakan mahasiswa yang banyak terjadi pada saat itu bukan hanya dalam kaitan keprihatinan terhadap penderitaan rakyat tetapi juga usaha yang membangun opini mengganti pemimpin nasional. Kehadiran Dewan Mahasiswa dari berbagai universitas di Indonesia menuntut agar Presiden pada saat itu untuk turun dari jabatannya. Hal ini yang membuat kekuatan mahasiswa saat berarti bagi rakyat, karena pada saat itu tidak ada kekuatan manapun yang berani menentang kebijakan presiden.

PENGARUH GERAKAN MAHASISWA TERHADAP REZIM SOEKARNO

Demonstrasi mahasiswa di sekitar istana mewarnai siding penyempurnaan Kabinet Dwikora yang berlangsung di Istana Merdeka Jakarta. Ketika Soekarno sedang memimpin rapat kemudia mendengan kabar bahwa ada pasukan yang tidak beridentitas berkeliaran di sekitar monas. Mendengar hal itu Soekarno tetap melanjutkan rapat.

Pada saat itu gerakan mahasiswa Indonesia khususnya di Jakarta berdampak kepada munculnya surat supersemar yang di tandatangani Soekarno. Surat

(6)

supersemar itu di bawa oleh perwira tinggi utusna Soeharto kepada Soekarno. Di dalamnya surat supersemar ini bisa menjadikan Soeharto berkuasa secara de facto.

Setelah surat itu ditandatangani oleh Soekarno kemudian di berikan kembali oleh Soeharto, setelah peristiwa itu munculnya Surat Keputusan Presiden No.1/3/1966 tanggal 12 Maret 1966 tentang pembubaran PKI. Surat keputusan ini di siarkan lewat radio RRI (Fatubun B, 2019).

Mahasiswa mendengar siaran ini langsung bergembira karena mereka lewat Tritura nya menuntut agat PKI di bubarkan beserta ormas-ormasnya. Pada hari yang sama. Diadakan pawai kemengan keliling Kota Jakarta, pawai kebanyakan dilakukan oleh massa KAMI dna KAPPI bersama para pasukan RPKAD dan Kostrad. Pawai ini dilakuakan sebagai sebagai salah satu bentuk kepuasan terhadap berbagai tuntutan yang telah dilakukan oleh mahasiswa selama kurang lebih enam puluh hari. Namum pawai itu semakin memperkuat relasi antar para organisasi masyarakat terlebih antara AD dan Mahasiswa (Fatubun B, 2019)..

Selain membubarkan PKI Soeharto juga membubarkan 100 kabinet Soekarno. Menteri – menteri yang terindikasi dengan PKi di copot. Bersama kroni-kroninya, Soeharto membentuk kabinet yang bernama “Kabinet Ampera (Amanat Penderitaan Rakyat)”. Kabinet ini secara jelas menggambarkan relasi kekuasaan antara para pemimpin KAMI dan Soeharto. Pemimpin-pemimpin KAMI dimasukkan ke jajaran kabunet 100 menteri guna mengisi kekosongan jabatan akibat dikeluarkannya menter-menteri yang terlibar dalam PKI (Fatubun B, 2019).

Hancurnya kepemimpinan Soekarno secara kontroversial membuat Soeharto naik jabatan menjadi presiden Indonesia secara de facto. Pada tahun 1968, melalui siding MPRS Soeharto secara de jure diangkat menjadi Presiden Indonesia yang ke dua. Lewat Surat Perintah 11 Maret 1966 menjadi awal lahirnya penguasa baru di Indonesia. Surat perintah itu dikeluarkan oleh Soekarno di bawah tekanan akan ancaman perang saudara di dalam negeri.

(7)

KESIMPULAN

Gerakan mahasiswa telah terbukti mampu mengubah peta politik nasional, bahkan mampu menumbangkan sebuah rezim penguasa. gerakan mahasiswa 1966 terkait jelas dengan pertarungan para elit politik era orde lama yang ketika itu terbelah dalam beberapa kekuatan antara lain: kekuatan Soekarno yang anti amerika, kekuatan pro-barat, kekuatan militer dan komunis. Kekuaran militer sendiri terbelah lagi menjadi dua, yaitu ada yang Pro-Soekarno dan ada yang Pro-Soeharto. Hal ini lah yang membuat perpolitian Indonesia menjadi kacau balau.

Gerakan mahasiswa tahun 1966 dengan tuntutan Trituranya berhasil melakukan perubahan sistem pemerintahan kearah yang lebih demokratis dengan turunnya Ir. Soekarno dari kursi kepresidenan dan diganti oleh Soeharto sebagai pelaksana tanggung jawab presiden pada tahun 1966. KAMI dibentuk pada tanggal 25 Oktober 1965. KAMI dibentuk oleh organisasi mahasiswa yang hadir ketika itu Awai tahun 1966 merupakan masa-masa yang sangat menentukan baik secara politis maupun secara taktis. Pada saat itu mahasiswa Indonesia Khususnya di Jakarta pada tanggal 10 Januari 1966 disebut sebagai hari Tri Tuntutan Rakyat (TRITURA) atau biasa disebut hari bangkitnya kaum muda. Selain itu mahasiswa juga melakukan kampanye anti-Soekarno, mahasiswa Indonesia pada saat itu berada di garis depan karena mereka mendapat dukungan yang kuat khususnya dari Angkatan Darat (AD).

Pada saat itu gerakan mahasiswa Indonesia khususnya di Jakarta berdampak kepada munculnya surat supersemar yang di tandatangani Soekarno. Surat supersemar itu di bawa oleh perwira tinggi utusna Soeharto kepada Soekarno. Di dalamnya surat supersemar ini bisa menjadikan Soeharto berkuasa secara de facto. Hancurnya kepemimpinan Soekarno secara kontroversial membuat Soeharto naik

(8)

jabatan menjadi presiden Indonesia secara de facto. Pada tahun 1968, melalui siding MPRS Soeharto secara de jure

DAFTAR RUJUKAN

Argenti G. 2016. Gerakan Sosial di Indonesia: Studi Kasus Gerakan Mahasiswa Tahun 1874 (online), Jurnal Politikom Indonesiana, VOL 1 NO. 1,

Juli 2016,

https://journal.unsika.ac.id/index.php/politikomindonesiana/article/ view/295, di akses pada 5 Februari 2020.

Siregar S. 2018. Gerakan Mahasiswa Tahun 1966 Dan 1998 (Studi Komparasi Upaya Demokratisasi Dan Reformasi Pemerintahan Indonesia)

(online), http://digilib.unimed.ac.id/32114/, di akses pada 26 Februari 2020.

Usman S. 1999. Arah gerakan Mahasiswa (online), Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik VOL 3, NO 2, November 1999,

https://jurnal.ugm.ac.id/jsp/article/view/11136, di akses pada 15 Februari 2020.

Widyarsono T dkk. 2011. Pengumpulan Sumber Sejarah Lisan: GERAKAN MAHASISWA 1966 DAN 1998 (online),

http://repositori.kemdikbud.go.id/12775/1/Pengumpulan%20sumber %20sejarah%20lisan%20gerakan%20mahasiswa1966%20dan%201 998.pdf, di akses pada 5 Mei 2020.

Raillon F. 1985. Politik dan Ideologi Mahasiswa Indonesia: Pembentukan dan Konsolidasi Orde Baru 1966-1974. Jakarta: CV. Teruna Grafica.

(9)

Fatubun B. 2019. Gerakan Mahasiswa Jakarta 1966: Melawan Rezim Penguasa

(online), http://repository.usd.ac.id/34783/2/141314002_full.pdf, di akses pada 5 Mei 2020.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis statistik menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara ke- jadian Excessive Daytime Sleepiness dan kua- litas tidur, sehingga perlu

Dia memperoleh gelar doktor Ilmu Sastra, Bidang Linguistik, di Universitas Indonesia pada tahun 1981 dan sejak tahun 1982 menjadi guru besar bahasa Indonesia dan Lingustik pada

Pengintegrasian TMK dalam PdP menuntut guru memahami aspek-aspek perancangan pengajaran (instructional planning), teori pembelajaran, reka bentuk pengajaran dan

Port 2 merupakan port I/O serba guna yang berada pada pin 21- 28, port ini dapat juga digunakan sebagai bus alamat byte tinggi untuk rancangan yang melibatkan pengaksesan

Meningkatkan Self Esteem Pada Siswa SMP Korban Bullying Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk

kelompok yang kurang aktif selama proses pembelajaran. Oleh karena itu, perlu adanya perbaikan yang diterapkan pada pertemuan berikutnya. a) Guru memberikan motivasi

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN Itepa (Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan) Kampus Bukit Jimbaran, Badung Bali Telp/Faks : (0361) 701801, e-mail :

Kadar sukrosa, fosfat anorganik dan produksi karet klon IRR 42 lebih rendah dibandingkan klon PB 260 yang menggambarkan aktivitas metabolisme kedua klon