• Tidak ada hasil yang ditemukan

Diabetes Melitus Tipe 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Diabetes Melitus Tipe 1"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

DIABETES MELITUS TIPE 1

DIABETES MELITUS TIPE 1

A.

A. PENDAHULUANPENDAHULUAN

Diabetes Tipe 1(DT1) adalah suatu penyakit autoimun yang mana Diabetes Tipe 1(DT1) adalah suatu penyakit autoimun yang mana system imun pasien merusak sekresi insulin oleh sel beta pancreas. DT1 system imun pasien merusak sekresi insulin oleh sel beta pancreas. DT1 merupakan penyakit autoimun multifaktorial yang dikarakteristikkan dengan merupakan penyakit autoimun multifaktorial yang dikarakteristikkan dengan adanya defisiensi insulin, dikarenakan perusakan sel beta pancreas yang adanya defisiensi insulin, dikarenakan perusakan sel beta pancreas yang dimediasi oleh sel T

dimediasi oleh sel T 1,21,2. Hal ini tidak bisa diklasifikasikan secara tepat ke. Hal ini tidak bisa diklasifikasikan secara tepat ke dalam gen dominan, resesif maupun intermediet

dalam gen dominan, resesif maupun intermediet 22. Sebagian besar kasus yang. Sebagian besar kasus yang terjadi diduga terjadi sebagai hasil proses interaksi antara genetic-lingkungan terjadi diduga terjadi sebagai hasil proses interaksi antara genetic-lingkungan 1,2

1,2. Sekitar 18 kelompok genom telah diketahui berhubungan dengan resiko. Sekitar 18 kelompok genom telah diketahui berhubungan dengan resiko terjadinya DT1. Beberapa kelompok ini, dimana setiap kelompoknya dapat terjadinya DT1. Beberapa kelompok ini, dimana setiap kelompoknya dapat terdiri dari beberapa gen, yaitu di antaranya IDDM1 sampai IDDM18. Salah terdiri dari beberapa gen, yaitu di antaranya IDDM1 sampai IDDM18. Salah satu yang paling dimengerti sepenuhnya adalah IDDM1, yang mengandung satu yang paling dimengerti sepenuhnya adalah IDDM1, yang mengandung gen HLA (Human Leukocyte Antigen) yang mengkode protein respon imun gen HLA (Human Leukocyte Antigen) yang mengkode protein respon imun 11.. Variasi dari gen-gen HLA merupakan faktor resiko yang penting

Variasi dari gen-gen HLA merupakan faktor resiko yang penting 11. Selain itu,. Selain itu, DT1 biasany juga dikarakteristikkan dengan adanya anti-GAD, sel islet DT1 biasany juga dikarakteristikkan dengan adanya anti-GAD, sel islet maupun antibody insulin yang mengidentifikasi proses autoimun yang maupun antibody insulin yang mengidentifikasi proses autoimun yang menyebabk

menyebabkan tan terjadinya perusakan sel beta pancreaserjadinya perusakan sel beta pancreas 33. DT1 diklasifikasikan ke. DT1 diklasifikasikan ke dalam 2 kategori, yaitu DT 1A (DT1 yang dimediasi imun/

dalam 2 kategori, yaitu DT 1A (DT1 yang dimediasi imun/immune mediated immune mediated )) dan DT 1B (DT1 yang tidak dimediasi imun/

dan DT 1B (DT1 yang tidak dimediasi imun/non-immune mediated non-immune mediated ))2,32,3..

B.

B. DEFINISIDEFINISI 1,2,31,2,3

Istilah diabetes mellitus (DM) menggambarkan gangguan metabolic Istilah diabetes mellitus (DM) menggambarkan gangguan metabolic oleh karena multiple etiologi yang dikarakterisasikan dengan hiperglikemia oleh karena multiple etiologi yang dikarakterisasikan dengan hiperglikemia kronik yang mengganggu metabolism karbohidrat, lemak dan protein yang kronik yang mengganggu metabolism karbohidrat, lemak dan protein yang diakibatkan karena defek sekresi insulin, aktivitas insulin maupun oleh diakibatkan karena defek sekresi insulin, aktivitas insulin maupun oleh keduanya. Efek DM meliputi disfungsi, kegagalan dan kerusakan berbagai keduanya. Efek DM meliputi disfungsi, kegagalan dan kerusakan berbagai macam organ yang berlangsung lama. DMdapat muncul dengan gejala yang macam organ yang berlangsung lama. DMdapat muncul dengan gejala yang khas yaitu polidipsi, poliuri, polifagi (Trias Classic) serta pandangan kabur dan khas yaitu polidipsi, poliuri, polifagi (Trias Classic) serta pandangan kabur dan   penurunan berat badan. Pada kondisi yang paling berat, dapat terjadi   penurunan berat badan. Pada kondisi yang paling berat, dapat terjadi

(2)

ketoasidosis maupun hiperosmolar non-ketotik yang dapat memicu terjadinya ketoasidosis maupun hiperosmolar non-ketotik yang dapat memicu terjadinya stupor, kom

stupor, koma, a, dan kematian apabila terapi yadan kematian apabila terapi yang diberikan tidak efektif.ng diberikan tidak efektif.

C

C.. INSIDENSIINSIDENSI

Insidensi DT1 sebesar 10% dari semua kasus DM. Terdapat beberapa Insidensi DT1 sebesar 10% dari semua kasus DM. Terdapat beberapa   perbedaan insidensi berdasarkan geografisnya, dengan insiden rata-rata per    perbedaan insidensi berdasarkan geografisnya, dengan insiden rata-rata per 

tahun sebesar 40 per 100000 anak di Finlandia, <2 per 100000 anak di Jepang, tahun sebesar 40 per 100000 anak di Finlandia, <2 per 100000 anak di Jepang, sedangkan di Indonesia belum ada data insidensi yang akurat

sedangkan di Indonesia belum ada data insidensi yang akurat 1,21,2. Insidensi pada. Insidensi pada anak laki-laki sebesar 21,1 per 100000 anak, sedikit lebih tinggi daripada anak  anak laki-laki sebesar 21,1 per 100000 anak, sedikit lebih tinggi daripada anak   perempuan yaitu sebesar 19

 perempuan yaitu sebesar 19 per 10000per 100000 anak 0 anak 11. Bukti adanya etiologi autoimun. Bukti adanya etiologi autoimun DT1 ditemukan pada

DT1 ditemukan pada 95% kasus, sisanya sebanyak 5% tidak ditemukan adanya95% kasus, sisanya sebanyak 5% tidak ditemukan adanya marker autoimun, oleh sebab itu diklasifikasikan sebagai DT 1B

marker autoimun, oleh sebab itu diklasifikasikan sebagai DT 1B22. Berdasarkan. Berdasarkan studi terbaru, insidensi DT1 meningkat sebesar 40% dari tahun 1997-2010 studi terbaru, insidensi DT1 meningkat sebesar 40% dari tahun 1997-2010 22,, atau meningkat sebesar 3% setiap tahunnya

atau meningkat sebesar 3% setiap tahunnya 11. Peningakatan ini terutama. Peningakatan ini terutama diduga karena adanya peranan lingkungan dalam epidemiologi DT1

diduga karena adanya peranan lingkungan dalam epidemiologi DT1 11. DT1. DT1 lebih sering terjadi pada kelompok umur 10-13 tahun dan paling rendah pada lebih sering terjadi pada kelompok umur 10-13 tahun dan paling rendah pada kelompok umur 6-9 tahun. Kembar monozigotik memiliki insidensi terkena kelompok umur 6-9 tahun. Kembar monozigotik memiliki insidensi terkena DT1 rata-rata 30%-50%, sedangkan kembar dizigotik memiliki rata-rata DT1 rata-rata 30%-50%, sedangkan kembar dizigotik memiliki rata-rata terkena DT1 sebesar 6%-10%. Sebanyak 18% kasus DT1 terjadi pada individu terkena DT1 sebesar 6%-10%. Sebanyak 18% kasus DT1 terjadi pada individu yang tidak meiliki riwayat DT1 pada keluarga. Perbedaan resiko yang terjadi yang tidak meiliki riwayat DT1 pada keluarga. Perbedaan resiko yang terjadi   juga dipengaruhi oleh orang tua yang menderita DM. Anak-anak yang ibunya   juga dipengaruhi oleh orang tua yang menderita DM. Anak-anak yang ibunya terkena DT1 hanya beresiko sebesar 2% untuk terjadinya DT1, sedangkan terkena DT1 hanya beresiko sebesar 2% untuk terjadinya DT1, sedangkan anak-anak yang bapaknya menderita DT1

anak-anak yang bapaknya menderita DT1 memiliki resiko sebesar 7%memiliki resiko sebesar 7%11..

D.

D. PATOFISIOLOGIPATOFISIOLOGI

DT1 merupakan tipe diabetes yang paling berat karena membutuhkan DT1 merupakan tipe diabetes yang paling berat karena membutuhkan injeksi insulin seumur hidup. Sebagian besar kasus DT1 terbukti disebabkan injeksi insulin seumur hidup. Sebagian besar kasus DT1 terbukti disebabkan karena destruksi sel beta

karena destruksi sel beta yang dimediasi ayang dimediasi a utoimun (Tipe 1A), sekitar 10%-20%utoimun (Tipe 1A), sekitar 10%-20% kasus tidak ditemukan adanya antibody (antibody negatif) sehingga disebut kasus tidak ditemukan adanya antibody (antibody negatif) sehingga disebut sebagai DT1 idiopatik (Tipe 1B). Penurunan sekresi insulin diteliti selama sebagai DT1 idiopatik (Tipe 1B). Penurunan sekresi insulin diteliti selama lebih dari 12 tahun sebelum terjadinya manifestasi klinis DT1. Inflamasi pada lebih dari 12 tahun sebelum terjadinya manifestasi klinis DT1. Inflamasi pada

(3)

sel islet pancr

sel islet pancreas (insulitis) yang melibatkan limfosit CD4+ dan eas (insulitis) yang melibatkan limfosit CD4+ dan CD8+CD8+, limfosit, limfosit B dan makrofag

B dan makrofag1,51,5..

Terdapat 2 mekanisme onset terjadinya DT1 tang dikemukakan. Terdapat 2 mekanisme onset terjadinya DT1 tang dikemukakan. Mekanisme 1 menjelaskan bahwa faktor lingkungan memicu proses autoimun, Mekanisme 1 menjelaskan bahwa faktor lingkungan memicu proses autoimun, yang sering terjadi pada anak-anak umur <10 tahun. Meskipun diagnosis DT1 yang sering terjadi pada anak-anak umur <10 tahun. Meskipun diagnosis DT1  biasanya didahului gejala yang tidak diketahui selama beberapa minggu, tetapi  biasanya didahului gejala yang tidak diketahui selama beberapa minggu, tetapi   pada kenyataannya manifestasi klinisnya menjadi jelas hanya setelah periode   pada kenyataannya manifestasi klinisnya menjadi jelas hanya setelah periode   prodormal yang panjang karena adanya destruksi sel beta pancreas secara   prodormal yang panjang karena adanya destruksi sel beta pancreas secara   bertahap. Mekanisme ke-2 menjelaskan bahwa terdapat suatu reaksi   bertahap. Mekanisme ke-2 menjelaskan bahwa terdapat suatu reaksi

superantigen yang mengakibatkan dektruksi sel beta pancreas secara cepat superantigen yang mengakibatkan dektruksi sel beta pancreas secara cepat dalam waktu beberapa minggu sampai 1 bulan, yang memulai onset klinis dalam waktu beberapa minggu sampai 1 bulan, yang memulai onset klinis 1,2,4,5

1,2,4,5 ..

Metabolisme yang mendahului diabetes tipe 1 Metabolisme yang mendahului diabetes tipe 1 4,54,5

Oresic et al membandingkan profil serum metabolit antara anak-anak  Oresic et al membandingkan profil serum metabolit antara anak-anak  yang memiliki diabetes tipe 1 dan mereka yang sehat dan walafiat bebas yang memiliki diabetes tipe 1 dan mereka yang sehat dan walafiat bebas autoantibody. Analisa ini menemukan perubahan metabolic karakteristik hanya autoantibody. Analisa ini menemukan perubahan metabolic karakteristik hanya   pada anak-anak yang kemudian muncul diabetes tipe 1, termasuk suksinat   pada anak-anak yang kemudian muncul diabetes tipe 1, termasuk suksinat serum, foshaditilkolin, dan fosfolipid yang menurun, dan juga penurunan serum, foshaditilkolin, dan fosfolipid yang menurun, dan juga penurunan ketoleusin dan penungkatan asam glutamat.

ketoleusin dan penungkatan asam glutamat.

Masih belum jelas seberapa tinggi kadar glutamate, suksinat, Masih belum jelas seberapa tinggi kadar glutamate, suksinat, ketoleusin, atau asam amino rantai bercabang yang normalnya dapat ketoleusin, atau asam amino rantai bercabang yang normalnya dapat menyebabkan inisiasi diabetes tipe 1. Sulit juga untuk menggambarkan menyebabkan inisiasi diabetes tipe 1. Sulit juga untuk menggambarkan   bagaimana perubahan ini dapat terjadi. Mereka dapat mencerminkan infeksi   bagaimana perubahan ini dapat terjadi. Mereka dapat mencerminkan infeksi asimtomatik pada hepar atau otot, diet, atau gangguan metabolic dalam respon asimtomatik pada hepar atau otot, diet, atau gangguan metabolic dalam respon terhadap lingkungan.

terhadap lingkungan.

Glutamate, yang meningkat pada anak dalam perjalanan kea rah Glutamate, yang meningkat pada anak dalam perjalanan kea rah diabetes, terdapat dalam makanan, namun secara kunatitas tidak dapat diabetes, terdapat dalam makanan, namun secara kunatitas tidak dapat meningkatkan kadar serum sampai berlebihan (32 kali di atas normal). meningkatkan kadar serum sampai berlebihan (32 kali di atas normal). Peningkatan glutamate serum bersamaan dengan penurunan -ketoglutarat Peningkatan glutamate serum bersamaan dengan penurunan -ketoglutarat

(4)

dapat juga diakibatkan dari pening

dapat juga diakibatkan dari peningkatan katabolisme otot katan katabolisme otot atauatau gangguan padagangguan pada  jalur glutamate-dehidrogenase hepar dan ureagenesis. Glutamine dan glutamate  jalur glutamate-dehidrogenase hepar dan ureagenesis. Glutamine dan glutamate   plasma hanya terdiri dari fraksi kecil kumpulan glutamate intraseluler total.   plasma hanya terdiri dari fraksi kecil kumpulan glutamate intraseluler total. Orang yang mengkonsumsi monosodium glutamate 10 g atau lebih memiliki Orang yang mengkonsumsi monosodium glutamate 10 g atau lebih memiliki kadar glutamate plasma normal dua kali lipat dan konsentrasi insulin yang kadar glutamate plasma normal dua kali lipat dan konsentrasi insulin yang lebih tinggi. Glutamat juga disintesa secara endogen sebanyak 48 g/hr pada lebih tinggi. Glutamat juga disintesa secara endogen sebanyak 48 g/hr pada orang dewasa.

orang dewasa. Sel  dilengkapi dSel  dilengkapi dengan reseptor dengan reseptor dan transporter gan transporter glutamate danlutamate dan merespon glutamate dengan peningkatan sekresi insulin. Peningkatan merespon glutamate dengan peningkatan sekresi insulin. Peningkatan glutamate dalam sel  meningkatkan aktivitas GAD65, salah satu antigen sel  glutamate dalam sel  meningkatkan aktivitas GAD65, salah satu antigen sel  utama. Maka, dapat disimpulkan bahwa peningkatan sementara glutamate dan utama. Maka, dapat disimpulkan bahwa peningkatan sementara glutamate dan   peningkatan

  peningkatan aktifitas GAD daktifitas GAD dapat memicu apat memicu atau meingkatkan katau meingkatkan kerusakan erusakan sel sel  melalui sitolitik atau proses a

melalui sitolitik atau proses autoimun.utoimun.

Glutamate penting dalam komposisi mikrobiom, dan beberapa penelti Glutamate penting dalam komposisi mikrobiom, dan beberapa penelti   berspekula

  berspekulasi bahwa E. coli si bahwa E. coli bertahabertahan dalam usus dikarenan dalam usus dikarena kan GADkan GAD-ABC dan-ABC dan CadBA glutamate- dan lisin dependen acid-resistance sistem. Glutamine dan CadBA glutamate- dan lisin dependen acid-resistance sistem. Glutamine dan glutamate juga memiliki efek la

glutamate juga memiliki efek langsung tengsung terhadap rhadap sistem imun.sistem imun.

Peningkatan kadar lisofosfatidilkolin (LPC) ditemukan oleh Oresic et Peningkatan kadar lisofosfatidilkolin (LPC) ditemukan oleh Oresic et al di masa depan anak-anak diabetes tipe 1 saat lahir dan selama tahun pertama. al di masa depan anak-anak diabetes tipe 1 saat lahir dan selama tahun pertama. Perubahan lipid ini mungkin diakibatkan dari peristiwa yang dimulai di uterus, Perubahan lipid ini mungkin diakibatkan dari peristiwa yang dimulai di uterus, kemungkinan terkait nutrisi dan metabolism ibu. Selain itu, PLC, yang kemungkinan terkait nutrisi dan metabolism ibu. Selain itu, PLC, yang merupakan produk bioaktif fosfolipase A2 (PLA2) dan konstituen Ox-LDL, merupakan produk bioaktif fosfolipase A2 (PLA2) dan konstituen Ox-LDL, dapat mempengaruhi kemotaktis subpopulasi leukosit ketika inflamasi. Dan dapat mempengaruhi kemotaktis subpopulasi leukosit ketika inflamasi. Dan kelompok VIA fosfolipase A2 (iPLA2) turut andil dalam sekresi insulin. kelompok VIA fosfolipase A2 (iPLA2) turut andil dalam sekresi insulin.

Diabetes tipe 1 ± suatu gangguan autoimun Diabetes tipe 1 ± suatu gangguan autoimun 22

Peran elemen turunan sumsusm tulang dalam pathogenesis penyakit Peran elemen turunan sumsusm tulang dalam pathogenesis penyakit ditunjukan dengan munculnya diabetes pada pasien yang menerima transplant ditunjukan dengan munculnya diabetes pada pasien yang menerima transplant sumsum tulang dari HLA kompatibel saudara kandung dengan diabetes tipe 1 sumsum tulang dari HLA kompatibel saudara kandung dengan diabetes tipe 1 dan sesuai dengan autoimunitas. Selain itu, inflamasi lokal, produksi dan sesuai dengan autoimunitas. Selain itu, inflamasi lokal, produksi

(5)

autoantibody, respon sel T spesifik, dan pengelompokan dengan gangguan autoantibody, respon sel T spesifik, dan pengelompokan dengan gangguan autoimun lain semua

autoimun lain semua mendukung pathogenmendukung pathogenesis autoimun.esis autoimun.

Insulitis merupakan penemuan yang penting ketika jaringan pankreas Insulitis merupakan penemuan yang penting ketika jaringan pankreas dari individu yang didiagnosa diabetes diperiksa. Autoimunitas didukung lebih dari individu yang didiagnosa diabetes diperiksa. Autoimunitas didukung lebih   jauh oleh fakta bahwa sel T ada dalam islet manusia dengan diabetes tipe 1   jauh oleh fakta bahwa sel T ada dalam islet manusia dengan diabetes tipe 1 yang terkena dan mendominasi infiltrasi islet bahkan sebelum hiperglikemia yang terkena dan mendominasi infiltrasi islet bahkan sebelum hiperglikemia terbukti. Selain itu, peningkatan ekspresi MHC menunjukan presentasi antigen terbukti. Selain itu, peningkatan ekspresi MHC menunjukan presentasi antigen aktif dapat terjadi dalam jaringan islet. Sesuai dengan penemuan ini, diabetes aktif dapat terjadi dalam jaringan islet. Sesuai dengan penemuan ini, diabetes   juga pernah dilakporkan pada resipien yang sebelumnya diabetic yang   juga pernah dilakporkan pada resipien yang sebelumnya diabetic yang menerima transplant pankreas dari kembarannya yang non diabetic atau menerima transplant pankreas dari kembarannya yang non diabetic atau saudara kandungnnya dengan HLA identik. Dalam satu kasus, sel T diisolasi saudara kandungnnya dengan HLA identik. Dalam satu kasus, sel T diisolasi dari pankreas yang ditransplan segera setelah rekurensi penyakit. Meskipun dari pankreas yang ditransplan segera setelah rekurensi penyakit. Meskipun tidak definitive, akumulasi sel T dan peningkatan regulasi MHC di dekat tidak definitive, akumulasi sel T dan peningkatan regulasi MHC di dekat tempat penghancuran sel beta yang sangat mendukung mekanisme imun tempat penghancuran sel beta yang sangat mendukung mekanisme imun  penting untuk munculnya diabetes.

 penting untuk munculnya diabetes.

Autoantibody, yang disebut ICA (islet cell autoantibody), Autoantibody, yang disebut ICA (islet cell autoantibody), terdeteksi dalam individu diabetes tipe 1 dan memudahkan perjalanan klinis terdeteksi dalam individu diabetes tipe 1 dan memudahkan perjalanan klinis diabetes dipelajari dengan subjek manusia. Antibody yang diarahkan terhadap diabetes dipelajari dengan subjek manusia. Antibody yang diarahkan terhadap sel islet pertama kali ditemukan dengan serum inkubasi dari pasien diabetic sel islet pertama kali ditemukan dengan serum inkubasi dari pasien diabetic tipe 1 dengan frozen section pankreas dari individu dengan darah normal tipe 1 dengan frozen section pankreas dari individu dengan darah normal kelompok O. GAD65 (glutamic acid decarboxylase), IA-2 atau ICA512 kelompok O. GAD65 (glutamic acid decarboxylase), IA-2 atau ICA512 (insulinoma associated antigen-2) dan insulin (IAA) merupakan antigen (insulinoma associated antigen-2) dan insulin (IAA) merupakan antigen sasaran paling sering. Glutamic acid decarboxylase mengubah asam glutamate sasaran paling sering. Glutamic acid decarboxylase mengubah asam glutamate menjadi GABA (asam g aminobutirat) neuron GABAergik dan sel beta islet. menjadi GABA (asam g aminobutirat) neuron GABAergik dan sel beta islet. IA-2 adalah protein seperti tirosin fosfat

IA-2 adalah protein seperti tirosin fosfat yang ditemukan di sel a yang ditemukan di sel a islet pankreas.islet pankreas. Bertempat sama dengan granul sekresi islet dan difosforilasi ketika insulin Bertempat sama dengan granul sekresi islet dan difosforilasi ketika insulin disekresi. Berhubungan dengan sitoskeleton untuk membantu eksositosis. disekresi. Berhubungan dengan sitoskeleton untuk membantu eksositosis. Autoantibody isulin ditujukan ke rantai b insulin atau proinsulin. Saat terapi Autoantibody isulin ditujukan ke rantai b insulin atau proinsulin. Saat terapi insulin dimulai, antibody insulin bisa jadi merupakan marker yang tidak  insulin dimulai, antibody insulin bisa jadi merupakan marker yang tidak 

(6)

  bermanfaat karena beberapa pasien membentuk antibody terhadap insulin   bermanfaat karena beberapa pasien membentuk antibody terhadap insulin

eksogen. eksogen.

Figure 1: The Immunopathology of Type 1 Diabetes. Resident antigen presenting Figure 1: The Immunopathology of Type 1 Diabetes. Resident antigen presenting cells phagocytose beta cells, become activated, and migrate to draining lymph cells phagocytose beta cells, become activated, and migrate to draining lymph nodes where they present antigen to

nodes where they present antigen to

circulating T cells. Upon activation beta cell specific T cells gain access to islet circulating T cells. Upon activation beta cell specific T cells gain access to islet tissue through the

tissue through the

vasculature and accumulate in the islet causing insulitis. Additional antigen vasculature and accumulate in the islet causing insulitis. Additional antigen presentation may occur

presentation may occur locally leading to

locally leading to destruction of beta cells destruction of beta cells with subsequewith subsequent hyperglycemia.nt hyperglycemia.

LADA (laten autoimun diabetes in adult), diabetes tipe 1.5, atau LADA (laten autoimun diabetes in adult), diabetes tipe 1.5, atau SPIDDM (slow progressive insulin dependent diabetes mellitus) merupakan SPIDDM (slow progressive insulin dependent diabetes mellitus) merupakan   bentuk variasi dari diabetes pada pasien dewasa, memiliki antibody terhadap   bentuk variasi dari diabetes pada pasien dewasa, memiliki antibody terhadap

GAD65 atau IA-2. GAD65 atau IA-2.

Produksi autoantibody tampak meningkat (bulan sampai tahun) pada Produksi autoantibody tampak meningkat (bulan sampai tahun) pada   perubahan metabolic diabetes tipe 1 dan dapat dipakai untuk memprediksi   perubahan metabolic diabetes tipe 1 dan dapat dipakai untuk memprediksi

(7)

 penyakit. Adanya 2 atau lebih s

 penyakit. Adanya 2 atau lebih spesifitas antibody yang bepesifitas antibody yang berbeda sangat predirbeda sangat prediktif ktif  untuk diabetes tipe 1 di masa mendatang (resiko lima tahun = 28-66%).

untuk diabetes tipe 1 di masa mendatang (resiko lima tahun = 28-66%).

Dua penelitian menggunakan tikus NOD yang mengalami defisiensi Dua penelitian menggunakan tikus NOD yang mengalami defisiensi sel B perifer menunjukan kemungkinan peran autoantibody dalam penyakit. sel B perifer menunjukan kemungkinan peran autoantibody dalam penyakit.   Namun, transfer autoantibody saja tidak menyebabkan penyakit pada tikus   Namun, transfer autoantibody saja tidak menyebabkan penyakit pada tikus   NOD sedikit B menunjukan bahwa kontribusi sel B terhadap pathogenesis   NOD sedikit B menunjukan bahwa kontribusi sel B terhadap pathogenesis   penyakit tidak terbatas pada produksi autoantibody. Sel B juga berperan   penyakit tidak terbatas pada produksi autoantibody. Sel B juga berperan sebagai APC dengan kemampuan mempresentasikan set peptide yang unik. sebagai APC dengan kemampuan mempresentasikan set peptide yang unik. Adalah mungkin ketiadaannya menyebabkan perubahan pada presentasi Adalah mungkin ketiadaannya menyebabkan perubahan pada presentasi antigen yang pengaruh sekundernya mengaktifkan sel T. Diabetes tidak dapat antigen yang pengaruh sekundernya mengaktifkan sel T. Diabetes tidak dapat ditransfer menggunakan serum dari manusia diabetic, plasmaferesis ditransfer menggunakan serum dari manusia diabetic, plasmaferesis memberikansedikit manfaat terapeutik, dan eliminasi penyakit yang tidak  memberikansedikit manfaat terapeutik, dan eliminasi penyakit yang tidak  sempurna terkadang terjadi pada tikus NOD dengan defisiensi sel B. Penyakit sempurna terkadang terjadi pada tikus NOD dengan defisiensi sel B. Penyakit ini dapat muncul saat tidak adanya sel B dan autoantibody. Kemampuan ini dapat muncul saat tidak adanya sel B dan autoantibody. Kemampuan antibody dengan afinitas tinggi terhadap insulin untuk meningkatkan onset antibody dengan afinitas tinggi terhadap insulin untuk meningkatkan onset diabetes menunjukan bahwa autoantibody dapat jelas mempengaruhi diabetes menunjukan bahwa autoantibody dapat jelas mempengaruhi  perjalanan waktu perkembangan penyakit.

 perjalanan waktu perkembangan penyakit.

Sel T ada dalam islet yang terinflamasi, kemampuan untuk  Sel T ada dalam islet yang terinflamasi, kemampuan untuk  mempelajari sel ini pada manusia terbatas karena aksesibilitas. Klon sel T dari mempelajari sel ini pada manusia terbatas karena aksesibilitas. Klon sel T dari tikus NOD terbukti bermanfaat dalam meningkatkan pemahaman kami tikus NOD terbukti bermanfaat dalam meningkatkan pemahaman kami mengenai mekanisme potensial yang berperan pada diabetes manusia. Karena mengenai mekanisme potensial yang berperan pada diabetes manusia. Karena sel T spesifik islet dengan potensial diabetogenik kuat terdapat pada tikus sel T spesifik islet dengan potensial diabetogenik kuat terdapat pada tikus  NOD, kemungkinan sel T serupa

 NOD, kemungkinan sel T serupa menginfiltrasi jaringan islet manusia juga.menginfiltrasi jaringan islet manusia juga.

Penelitian menunjukan bahwa sel T teraktivasi pertama di nodus limfe Penelitian menunjukan bahwa sel T teraktivasi pertama di nodus limfe yang mengosongkan pankeras. Arsitektur nodus limfe mendukung akses cepat yang mengosongkan pankeras. Arsitektur nodus limfe mendukung akses cepat antigen pada APC professional ke sel T naïve sirkulasi. Sesaat setelah antigen pada APC professional ke sel T naïve sirkulasi. Sesaat setelah teraktifasi, sel T spesifik islet bergerak ke pankreas di mana mereka teraktifasi, sel T spesifik islet bergerak ke pankreas di mana mereka  berproliferasi dan terakumulasi menyebabkan inflamasi spesifik organ. karena  berproliferasi dan terakumulasi menyebabkan inflamasi spesifik organ. karena makrofag dan sel dendritik terdapat dalam jaringan islet yang terinflamasi makrofag dan sel dendritik terdapat dalam jaringan islet yang terinflamasi

(8)

kemungkinan fungsi mereka sebagai APC professional mampu kemungkinan fungsi mereka sebagai APC professional mampu mempresentasikan antigen dalam konteks molekul MHC kelas II dan mempresentasikan antigen dalam konteks molekul MHC kelas II dan mensekresi IL-12, yang mengaktifkan sel T CD4 spesifik antigen dan mensekresi IL-12, yang mengaktifkan sel T CD4 spesifik antigen dan kemudian menstimulasi sekresi interferon gamma. Interferon gamma kemudian menstimulasi sekresi interferon gamma. Interferon gamma merupakan sitokin kunci yang mampu menghambat produksi sitokin Th2 merupakan sitokin kunci yang mampu menghambat produksi sitokin Th2 (IL-4, -5, -10) oleh sel T lain dan meningkatkan IL-1, TNF-, dan produksi 4, -5, -10) oleh sel T lain dan meningkatkan IL-1, TNF-, dan produksi radikal bebas oleh makrofag. Kesemuanya toksik bagi sel beta islet, meskipun radikal bebas oleh makrofag. Kesemuanya toksik bagi sel beta islet, meskipun   pre-sel be

  pre-sel beta tampak kuta tampak kurang rang sensitive bagi sensitive bagi sitokin yang memsitokin yang memediasi destruediasi destruksiksi dibandingkan sel a matur. Selain dari kerusakan sel beta langsung, interferon dibandingkan sel a matur. Selain dari kerusakan sel beta langsung, interferon gamma meningkatkan sitotoksisitas sel T CD8. Sel CD8 dapat menyebabkan gamma meningkatkan sitotoksisitas sel T CD8. Sel CD8 dapat menyebabkan kematian sel beta langsung melalui pelepasan perforin dan granzime atau oleh kematian sel beta langsung melalui pelepasan perforin dan granzime atau oleh apoptosis yang dimediasi Fas.

apoptosis yang dimediasi Fas.

Diabetes tipe 1 sering dikaitkan dengan penyakit autoimun lain seperti kronik  Diabetes tipe 1 sering dikaitkan dengan penyakit autoimun lain seperti kronik  tiroiditis, non-destructive Addison¶s disease, Celiac disease, dan Autoimun tiroiditis, non-destructive Addison¶s disease, Celiac disease, dan Autoimun Poliendokrinopati Sindrom. Pengelompokan diabetes tipe 1 dengan penyakit Poliendokrinopati Sindrom. Pengelompokan diabetes tipe 1 dengan penyakit autoi

autoimun lain mun lain yang menunjukan kemungkinayang menunjukan kemungkinan dn defek pada efek pada regularegulasi imsi imun un ddapatapat  berperan dalam pembentukan f

(9)

Figure 2: Autoantigen presentation and lymphocyte activation occur in the Figure 2: Autoantigen presentation and lymphocyte activation occur in the lymph nodes draining the pancreas prior to diabetes development.

lymph nodes draining the pancreas prior to diabetes development.

Figure 3: Local chemokine production attracts autoreactive lymphocytes that Figure 3: Local chemokine production attracts autoreactive lymphocytes that destroy beta cells. Death can be mediated by various mechanisms including destroy beta cells. Death can be mediated by various mechanisms including Fas-FasL, perforin/granzymes, reactive oxygen species, and cytokines.

(10)

Gen-gen HLA dalam predisposisi DT1 Gen-gen HLA dalam predisposisi DT1 1,21,2::

Bukti terbaik mengenai komponen genetic terhadap DT1 didapatkan dari Bukti terbaik mengenai komponen genetic terhadap DT1 didapatkan dari   berbagai studi tentang gen HLA pada populasi keluarga dan binatang   berbagai studi tentang gen HLA pada populasi keluarga dan binatang   percobaan. Diperkirakan bahwa HLA (IDDM1) terdapat hingga 40%-50%   percobaan. Diperkirakan bahwa HLA (IDDM1) terdapat hingga 40%-50%   pada kelompok familial DT1. HLA merupakan kelompok gen-gen yang   pada kelompok familial DT1. HLA merupakan kelompok gen-gen yang  berlokasi dalam MHC pada rantai pendek kromosom 6 (6p21 .3).

 berlokasi dalam MHC pada rantai pendek kromosom 6 (6p21 .3). Kelas-kelas HLA

Kelas-kelas HLA1,21,2::

Dalam region HLA, dikelompokkan menjadi 3 Dalam region HLA, dikelompokkan menjadi 3 kelas.kelas. a.

a. Gen-gen kelas I, yaitu: (HLA-A, HLA-B dan HLA-C) mengkode antigen-Gen-gen kelas I, yaitu: (HLA-A, HLA-B dan HLA-C) mengkode antigen-antigen HLA kelas 1, yang terletak pada permukaan semua sel berinti.

antigen HLA kelas 1, yang terletak pada permukaan semua sel berinti.  b.

 b. Gen-gen kelas II, yaitu: (HLA-DR, HLA-DQ dan HLA-DP) yangGen-gen kelas II, yaitu: (HLA-DR, HLA-DQ dan HLA-DP) yang memproduksi antigen-antigen HLA kelas II yang ditemukan secara khusus memproduksi antigen-antigen HLA kelas II yang ditemukan secara khusus   pada limfosit B, makrofag, sel-sel epithel pada sel islet pulau Langerhans   pada limfosit B, makrofag, sel-sel epithel pada sel islet pulau Langerhans dan limfosit T teraktivasi. Ekspresi-ekspresi gen-gen ini pada sel-sel lain dan limfosit T teraktivasi. Ekspresi-ekspresi gen-gen ini pada sel-sel lain mungkin diinduksi oleh beberapa sitokin s

mungkin diinduksi oleh beberapa sitokin s eperti interferon dan IFN-.eperti interferon dan IFN-. c.

c. Gen-gen kelas III: mengkode komponen-komponen komplemen (C2,Gen-gen kelas III: mengkode komponen-komponen komplemen (C2,   properdin faktor B, C4A dan C4B), 21-hydrovylase dan produk-produk    properdin faktor B, C4A dan C4B), 21-hydrovylase dan produk-produk  yang terlibat pada inflamasi yang dimediasi oleh sel T, seperti TNF- dan yang terlibat pada inflamasi yang dimediasi oleh sel T, seperti TNF- dan TNF-, dan protein fase akut.

TNF-, dan protein fase akut.

Region HLA kelas II Region HLA kelas II1,21,2::

HLA kelas II merupakan faktor genetic yang paling kuat yang HLA kelas II merupakan faktor genetic yang paling kuat yang   berhubungan dengan DT1 yang disebabkan oleh alel-ale gen HLA kelas II   berhubungan dengan DT1 yang disebabkan oleh alel-ale gen HLA kelas II secara statistic. Molekul HLA kelas II, terutama DR dan DQ, sekitar 40% dari secara statistic. Molekul HLA kelas II, terutama DR dan DQ, sekitar 40% dari seluruh gen yang beresiko mengalami DT1. Meskipun HLA memainkan seluruh gen yang beresiko mengalami DT1. Meskipun HLA memainkan  peranan penting dalam hubungan ketidakseimbangan, akan tetapi hal ini sangat  peranan penting dalam hubungan ketidakseimbangan, akan tetapi hal ini sangat

sulit un

sulit untuk diteliti mengenai efek masingtuk diteliti mengenai efek masing-masing gen HLA-DQ dan DR -masing gen HLA-DQ dan DR secarasecara terpisah.

(11)

Spectrum haplotipe HLA yang beresiko DM Spectrum haplotipe HLA yang beresiko DM 1,21,2..

Beberapa loki di dalam maupun di dekat komplek HLA nampaknya Beberapa loki di dalam maupun di dekat komplek HLA nampaknya memodulasi resiko terjadinya DM dan menambah kekomplekan dalam analisis memodulasi resiko terjadinya DM dan menambah kekomplekan dalam analisis DT1 lebih lanjut. Individu dengan resiko tertinggi menderita DT1 DT1 lebih lanjut. Individu dengan resiko tertinggi menderita DT1 emngekspresikan beberapa haplotipe predisposisi, di antaranya: emngekspresikan beberapa haplotipe predisposisi, di antaranya: DQA1*0501-DQB1*0201 (DQ2), yang hampir selali diwariskan dengan DRB1* 0301 DQB1*0201 (DQ2), yang hampir selali diwariskan dengan DRB1* 0301 (DR3) dan DQA1*0301-DQBI*0302 (DQ8), diwariskan dengan DRB1*0401 (DR3) dan DQA1*0301-DQBI*0302 (DQ8), diwariskan dengan DRB1*0401 atau DRB1*0402 (DR4). Individu ini telah dihubungkan dengan adanya atau DRB1*0402 (DR4). Individu ini telah dihubungkan dengan adanya heterozigot DR3/DR4 atau DQ2/DQ8. Jadi, sebagian besar pasien DT1 heterozigot DR3/DR4 atau DQ2/DQ8. Jadi, sebagian besar pasien DT1 membawa gen HLA-DR3 atau DR4 antigen kelas II, dan sekitar 30% di membawa gen HLA-DR3 atau DR4 antigen kelas II, dan sekitar 30% di antaranya memiliki heterozigot DR3/DR4. Genotip DR3/DR4 berperan antaranya memiliki heterozigot DR3/DR4. Genotip DR3/DR4 berperan memberikan resiko DM tertinggi dengan cara aksi sinergis, kemudian didikuti memberikan resiko DM tertinggi dengan cara aksi sinergis, kemudian didikuti oleh homozigot DR4 dan DR3, secara berurutan. Berdasarkan rantai-rantai oleh homozigot DR4 dan DR3, secara berurutan. Berdasarkan rantai-rantai DNA, lokus HLA-DQ ditemukan memiliki hubungan paling kuat terhadap DNA, lokus HLA-DQ ditemukan memiliki hubungan paling kuat terhadap terjadinya DM. Mekanisme tepat tentang HLA-DQ yang mana yang terjadinya DM. Mekanisme tepat tentang HLA-DQ yang mana yang menentukan kecenderungan terjadinya DM masih belum jelas. Lokus ini menentukan kecenderungan terjadinya DM masih belum jelas. Lokus ini mengkode beberapa varian molekul HLA-DQ, suatu heterodimer yang terdiri mengkode beberapa varian molekul HLA-DQ, suatu heterodimer yang terdiri dari 2 rantai glikoprotein ( dan ) yang memiliki andil dalam penngenalan dari 2 rantai glikoprotein ( dan ) yang memiliki andil dalam penngenalan imun dan presentas antigen pada sel T CD4. Pada bangsa Kaukasian, imun dan presentas antigen pada sel T CD4. Pada bangsa Kaukasian, heterodimer HLA-DQ (rantai  dinamakan DQA1 dan rantai  sebagai DQB1) heterodimer HLA-DQ (rantai  dinamakan DQA1 dan rantai  sebagai DQB1) yang dikode oleh alel-alel DQA1*0301, DQB1*0302 dan DQA1*0501, yang dikode oleh alel-alel DQA1*0301, DQB1*0302 dan DQA1*0501, DQB1*0201 memiliki hubungan terkuat pada terjadinya DM. Alel-alel ini DQB1*0201 memiliki hubungan terkuat pada terjadinya DM. Alel-alel ini  berhubun

 berhubungan dengan ketidakseimbangan gan dengan ketidakseimbangan pada alel-alel HLA-DR4 dan pada alel-alel HLA-DR4 dan DR3.DR3. Menurut beberapa studi DQB1*0302 berbeda dengan DQB1*0301 Menurut beberapa studi DQB1*0302 berbeda dengan DQB1*0301   pada posisi 57, yang mana pada posisi ini kurang akan residu asam aspartat.   pada posisi 57, yang mana pada posisi ini kurang akan residu asam aspartat. Alel DQB1*0201 juga kurang akan asam aspartat pada posisi 57, dan telah Alel DQB1*0201 juga kurang akan asam aspartat pada posisi 57, dan telah dikemukakan juga bahwa residu ini mengkin terlibat dalam mekanisme dikemukakan juga bahwa residu ini mengkin terlibat dalam mekanisme molekuler yang mendasari kode terjadinya DT1. Pada kenyataannya, residu molekuler yang mendasari kode terjadinya DT1. Pada kenyataannya, residu asam amino pada posisi 57 dari rantai DQ- ini penting untuk pengenalan dan asam amino pada posisi 57 dari rantai DQ- ini penting untuk pengenalan dan ikatan peptide. Residu rantai DQ-  lainnya mungkin juga mempengaruhi ikatan peptide. Residu rantai DQ-  lainnya mungkin juga mempengaruhi

(12)

ikatan peptide dan menyebabkan kerentanan terhadap terjadinya DM, ikatan peptide dan menyebabkan kerentanan terhadap terjadinya DM, khususnya kombinasi variasi residu pada posisi 57 dan 70 berhubungan kuat khususnya kombinasi variasi residu pada posisi 57 dan 70 berhubungan kuat dengan resiko terjadinya DM. residu arginin rantai DQ- posisi 52 juga dengan resiko terjadinya DM. residu arginin rantai DQ- posisi 52 juga  berhubungan dengan kerentanan terhadap terjadinya DM. meskipun demikian,  berhubungan dengan kerentanan terhadap terjadinya DM. meskipun demikian,   beberapa DQB1 termasuk DQB1*0302/DQB1*0201 (DR7), DQB1*0201   beberapa DQB1 termasuk DQB1*0302/DQB1*0201 (DR7), DQB1*0201

(DR3)/DQ

(DR3)/DQB1*0201 B1*0201 (DR3) (DR3) dan dan DQB1*0201 DQB1*0201 (DR3)/ DQB1*0201 (DR3)/ DQB1*0201 (DR7)(DR7) memiliki resiko yang rendah.

memiliki resiko yang rendah.

Haplotipe dari gen HLA kelas II tertentu menggunakan aksi proteksi Haplotipe dari gen HLA kelas II tertentu menggunakan aksi proteksi untuk mnghambat perkembangan DM. Alel-alel HLA juga telah dihubungkan untuk mnghambat perkembangan DM. Alel-alel HLA juga telah dihubungkan

dengan proteksi terhadap DT1, haplotipe

dengan proteksi terhadap DT1, haplotipe

DQA1*0102/DQB1*0602/DRB1*1501 telah diketahui memberi proteksi. DQA1*0102/DQB1*0602/DRB1*1501 telah diketahui memberi proteksi. Beberapa bukti menjelaskan bahwa proteksi tersebut dikode oleh alel Beberapa bukti menjelaskan bahwa proteksi tersebut dikode oleh alel DQB1*0601 dan bahkan antibody relative sel islet paling utama memiliki DQB1*0601 dan bahkan antibody relative sel islet paling utama memiliki resiko rendah terhadap DM apabila memiliki DQB1*0601. Akan tetapi, efek  resiko rendah terhadap DM apabila memiliki DQB1*0601. Akan tetapi, efek   proteksi ini tidak mutlak.

 proteksi ini tidak mutlak.

Loki lain pada HLA kelas II juga dihubungkan dengan DT1 selain Loki lain pada HLA kelas II juga dihubungkan dengan DT1 selain HLA-DQ dan DR. HLA-DPB1*0101, DPB1*0301 dan DPB1*0202 dialporkan HLA-DQ dan DR. HLA-DPB1*0101, DPB1*0301 dan DPB1*0202 dialporkan memiliki hubungan positif, sedangkan DPB1*0402 memiliki hubungan memiliki hubungan positif, sedangkan DPB1*0402 memiliki hubungan negative.

(13)

Region HLA kelas I Region HLA kelas I11

Sejumlah penelitian mengindikasikan bahwa gen-gen kelas II Sejumlah penelitian mengindikasikan bahwa gen-gen kelas II menerangkan semua HLA berhubungan dengan DT1. Ada bukti bahwa menerangkan semua HLA berhubungan dengan DT1. Ada bukti bahwa   beberapa alel pada loki HLA B dan C kelas I mempengaruhi kerentanan   beberapa alel pada loki HLA B dan C kelas I mempengaruhi kerentanan terhadap DM sebagaimana onset umur dan kecepatan destruksi sel beta. Di terhadap DM sebagaimana onset umur dan kecepatan destruksi sel beta. Di samping itu, rantai kelas I related gen-gen MIC-A dan MIC-B yang terletak di samping itu, rantai kelas I related gen-gen MIC-A dan MIC-B yang terletak di antara HLA-B serta gen TNF ju

antara HLA-B serta gen TNF juga memiliki efek tga memiliki efek t erhadap DT1.erhadap DT1.

Region HLA kelas III Region HLA kelas III 11::

Gen TNF

Gen TNF ( ( tumor necrosis factor)tumor necrosis factor) adalah kandidat utama dari kelas III,adalah kandidat utama dari kelas III, karena polimorfisme fari gen ini dapat mempengaruhi produksi TNF, suatu karena polimorfisme fari gen ini dapat mempengaruhi produksi TNF, suatu sitokin poten, sehingga mempengaruhi potensial respon imun. Telah dilaporkan sitokin poten, sehingga mempengaruhi potensial respon imun. Telah dilaporkan   bahwa polimorfisme TNF dihubungkan dengan onset umur dan   bahwa polimorfisme TNF dihubungkan dengan onset umur dan

mempengaruhi proses inflamasi yang mengawali terjadinya destruksi sel beta mempengaruhi proses inflamasi yang mengawali terjadinya destruksi sel beta  pancreas dan perkembangan DT1.

 pancreas dan perkembangan DT1.

Terlepas dari menentukan resiko DT1, gen-gen HLA juga mampu Terlepas dari menentukan resiko DT1, gen-gen HLA juga mampu mengatur gambaran penyakit, seperti onset umur maupun hasil dari mengatur gambaran penyakit, seperti onset umur maupun hasil dari autoimunitas seluler aktif. Jadi,

autoimunitas seluler aktif. Jadi, kombkombinasi antara inasi antara haplotipe DR3 dan DR4 tidak haplotipe DR3 dan DR4 tidak  hanya mempredisposisi kuat terhadap DT1 tetapi juga mempercepat onset hanya mempredisposisi kuat terhadap DT1 tetapi juga mempercepat onset  penyakit. Sebaliknya, jarang seorang individu yang menderita DT1 meskipun  penyakit. Sebaliknya, jarang seorang individu yang menderita DT1 meskipun memiliki alel DQB1*0602 yang secara umum memperlihatkan onset penyakit memiliki alel DQB1*0602 yang secara umum memperlihatkan onset penyakit yang sangat lama. Kesimpulannya, hubungan HLA dengan DT1 merupakan yang sangat lama. Kesimpulannya, hubungan HLA dengan DT1 merupakan sesuatu yang kompleks, dengan banyak haplotipe yang mempengaruhi resiko sesuatu yang kompleks, dengan banyak haplotipe yang mempengaruhi resiko terjadinya DM.

terjadinya DM.

IDDM2: Gen Insulin IDDM2: Gen Insulin 11

Insulin tersusun dari 2 rantai polipeptida yang berbada, yaitu rantai A Insulin tersusun dari 2 rantai polipeptida yang berbada, yaitu rantai A dan rantai B, yang saling dihubungkan dengan ikatan disulfide. Beberapa dan rantai B, yang saling dihubungkan dengan ikatan disulfide. Beberapa  protein yang

 protein yang mengandung submengandung subunit, seperti hemoglobinunit, seperti hemoglobin, , merupakan produk darimerupakan produk dari  beberapa gen. Meskipun demikian, insulin merupakan produk dari 1 gen, yaitu  beberapa gen. Meskipun demikian, insulin merupakan produk dari 1 gen, yaitu INS. Penelitian yang dilakukan oleh Nakayama dkk secara kuat INS. Penelitian yang dilakukan oleh Nakayama dkk secara kuat

(14)

memperlihatkan bahwa insulin merupakan autoantigen utama dalam permulaan memperlihatkan bahwa insulin merupakan autoantigen utama dalam permulaan derajat DM. Juga, mendukung bukti ini adalah adanya antibody insulin dalam derajat DM. Juga, mendukung bukti ini adalah adanya antibody insulin dalam darah pada pasien prediabetik dan diabetic.

darah pada pasien prediabetik dan diabetic.

Gen insulin merupakan hal kedua yang menetukan kerentanan lokus Gen insulin merupakan hal kedua yang menetukan kerentanan lokus DT! Pada kromosom 11p15.5. Hal ini berperan sekitar 10% kea rah terjadinya DT! Pada kromosom 11p15.5. Hal ini berperan sekitar 10% kea rah terjadinya DT1.

DT1.

The variable number of tandem repeats (VNTRs) The variable number of tandem repeats (VNTRs) 11::

Area resiko pada lokus ini terletak pada sisi gen insulin yang Area resiko pada lokus ini terletak pada sisi gen insulin yang mengandung DNA rantai pendek yang diulang-ulang beberapa kali. Karena mengandung DNA rantai pendek yang diulang-ulang beberapa kali. Karena rantai yang diulang-ulang diikuti oleh satu sama lain di belakang ( rantai yang diulang-ulang diikuti oleh satu sama lain di belakang (inin tandem/ 

tandem/ dua-dua) dank arena jumlah gen yadua-dua) dank arena jumlah gen yang diulang bervariasi antar individu,ng diulang bervariasi antar individu, maka fenomena ini dinamakan VNTRs. Polimorfisme VNTRs dikategorikan maka fenomena ini dinamakan VNTRs. Polimorfisme VNTRs dikategorikan ke dalam kelas I-III.

ke dalam kelas I-III. 1.

1. Kelas I memiliki alel yang berbaris dari unit 26-63 yang diulang.Kelas I memiliki alel yang berbaris dari unit 26-63 yang diulang. 2.

2. Kelas II memiliki alel Kelas II memiliki alel yang rata-rata berada pada unit 80 yayang rata-rata berada pada unit 80 yang diulang.ng diulang. 3.

3. Kelas III memiliki alel yang berbaris dari unit 141-209 yang diulang.Kelas III memiliki alel yang berbaris dari unit 141-209 yang diulang.

Rata-rata kejadian VNTR pada populasi Kaukasoid kira-kira sebesar  Rata-rata kejadian VNTR pada populasi Kaukasoid kira-kira sebesar  70%, sedangkan pada VNTR III

70%, sedangkan pada VNTR III sebesar 30%. VNTR II sangat jarang terjadi.sebesar 30%. VNTR II sangat jarang terjadi. Kelas VNTR dihubungkan dengan kerentanan terhadap DT1. Alel Kelas VNTR dihubungkan dengan kerentanan terhadap DT1. Alel   pendek pada kelas I dihubungkan dengan resiko yang lebih tinngi untuk    pendek pada kelas I dihubungkan dengan resiko yang lebih tinngi untuk  terjadinya DT1, sebaliknya alel-alel yang lebih panjang pada kelas III bersifat terjadinya DT1, sebaliknya alel-alel yang lebih panjang pada kelas III bersifat  protektif. Adanya apling tidak satu alel kelas III dihubungkan dengan reduksi  protektif. Adanya apling tidak satu alel kelas III dihubungkan dengan reduksi resiko terhadap DT1 sebesar tiga kali lipat mekanisme mengenai polimorfisme resiko terhadap DT1 sebesar tiga kali lipat mekanisme mengenai polimorfisme insulin VNTR yang mana yang mempengaruhi resiko terjadinya DT1 tidak  insulin VNTR yang mana yang mempengaruhi resiko terjadinya DT1 tidak   jelas.

 jelas.

Jumlah HLA dan insulin pada agregrasi DT1 familial hampir  Jumlah HLA dan insulin pada agregrasi DT1 familial hampir  sebanyak 60%-70%. Pada beberapa populasi, efek gabungan antara HLA dan sebanyak 60%-70%. Pada beberapa populasi, efek gabungan antara HLA dan insulin memainkan peran sebesar <50% pada peningkatan resiko diabetic insulin memainkan peran sebesar <50% pada peningkatan resiko diabetic familial. Oleh karena itu, beberapa studi tenteang berbagai macam genom telah familial. Oleh karena itu, beberapa studi tenteang berbagai macam genom telah

(15)

dilakukan untuk menmgidentifikasi kandidat region yang dapat mengandung dilakukan untuk menmgidentifikasi kandidat region yang dapat mengandung gen-gen sukseptibilitas yang belum teridentifikasi.

gen-gen sukseptibilitas yang belum teridentifikasi.

Antigen Limfosit T Sitotoksik-4

Antigen Limfosit T Sitotoksik-4 (cytotoxic T-Lymphocyte Antigen-4 (CTLA-(cytotoxic T-Lymphocyte Antigen-4 (CTLA-4))

4))11

CTLA-4 diekspresikan saat sel T telah teraktivasi setelah presentasi CTLA-4 diekspresikan saat sel T telah teraktivasi setelah presentasi antigen. Karena CTLA-4 ini hanya diekspresikan oleh sel T yang teraktivasi, antigen. Karena CTLA-4 ini hanya diekspresikan oleh sel T yang teraktivasi, hal ini mungkin sekali bahwa CTLA-4 memiliki peran dalam melindungi hal ini mungkin sekali bahwa CTLA-4 memiliki peran dalam melindungi terhadapautoimunitas. Tidak adanya gen ini dapat mengakibatkan sel T terhadapautoimunitas. Tidak adanya gen ini dapat mengakibatkan sel T teraktivasi melawan antigen sensiri. Tentu saja, variasi genetic CTLA-4 telah teraktivasi melawan antigen sensiri. Tentu saja, variasi genetic CTLA-4 telah dihubungkan dengan gangguan autoimun. Gen CTLA-4 terletak pada lengan dihubungkan dengan gangguan autoimun. Gen CTLA-4 terletak pada lengan   panjang kromosom 2 (2q 33) dan region genetic ini, IDDM 12, yang   panjang kromosom 2 (2q 33) dan region genetic ini, IDDM 12, yang sebelumnya ditemukan dihubungkan dengan predisposisi DT1. Beberapa bukti sebelumnya ditemukan dihubungkan dengan predisposisi DT1. Beberapa bukti  juga telah diungkapkan untuk

 juga telah diungkapkan untuk menjelaskan bahwa polimorfisme CTLAmenjelaskan bahwa polimorfisme CTLA-4 dapat-4 dapat mempengaruhi ekspresi gen. tiga polimorfisme telah diketahui pada CTLA-4, mempengaruhi ekspresi gen. tiga polimorfisme telah diketahui pada CTLA-4, termasuk A/G SNPin exon 1, C/T SNP pada intron pertama kali dan termasuk A/G SNPin exon 1, C/T SNP pada intron pertama kali dan mikrosatelit yang

mikrosatelit yang diulang diulang pada 3 pada 3 region region yang tidak yang tidak ditranslasikan. CTLAditranslasikan. CTLA-4-4 yang diekspresikan pada permukaan sel dari sel T teraktivasi bertanggung yang diekspresikan pada permukaan sel dari sel T teraktivasi bertanggung  jawab dalam pelemahan respon imun dengan mengikat pada ligan CD80 atau  jawab dalam pelemahan respon imun dengan mengikat pada ligan CD80 atau

CD86 yang diekspresikan pada permukaan APC

CD86 yang diekspresikan pada permukaan APC (A(Antigen Presenting Cell)ntigen Presenting Cell).. Interaksi

Interaksi CTLA-4-CD8CTLA-4-CD80/CD86 0/CD86 menurunkan menurunkan sintesis sintesis IL-2 IL-2 atau atau dapatdapat menginduk

menginduksi apoptosis pada si apoptosis pada sel yang ssel yang sebelumnyebelumnya ta teraktivasi.eraktivasi.

 P 

 P rotein tyrosine phosphate non-receptor type 22 ( rotein tyrosine phosphate non-receptor type 22 (  P  P T T  P  P  N 22) N 22) 11::

Hal keempat yang mendukung lokus sukseptibilitas/kerentanan Hal keempat yang mendukung lokus sukseptibilitas/kerentanan terhadap DT1 pada manusia adalah PTPN22. PTPN22 mengkode suatu protein terhadap DT1 pada manusia adalah PTPN22. PTPN22 mengkode suatu protein limfoid tirosin kinase (LYP) yang penting pada kontrol negative dari aktivasi limfoid tirosin kinase (LYP) yang penting pada kontrol negative dari aktivasi dan perkembangan sel T. Satu-satunya polimorfisme nukleotid pada nukleotid dan perkembangan sel T. Satu-satunya polimorfisme nukleotid pada nukleotid 1858 dalam PTPN22 dihubungkan dengan DT1. Gen LYP, disebut juga 1858 dalam PTPN22 dihubungkan dengan DT1. Gen LYP, disebut juga sebagai PTPN22, merupakan limfoid tirosin fosfat yang terletak pada sebagai PTPN22, merupakan limfoid tirosin fosfat yang terletak pada kromosom 1 p13. Menarik bahwa PTPN22 memiliki besar efek yang sama kromosom 1 p13. Menarik bahwa PTPN22 memiliki besar efek yang sama

(16)

  pada polimorfisme gen insulin. Sama halnya dengan CTLA-4, PTPN22   pada polimorfisme gen insulin. Sama halnya dengan CTLA-4, PTPN22 merupakan lokus sukseptibilitas yang dibagi oleh beberapa organ spesifik dan merupakan lokus sukseptibilitas yang dibagi oleh beberapa organ spesifik dan  penyakit autoimun sistemik.

 penyakit autoimun sistemik.

Interleukin (IL) Interleukin (IL) 1,21,2::

Telah diketahui dengan baik bahwa IL-2 memiliki fungsi paradox Telah diketahui dengan baik bahwa IL-2 memiliki fungsi paradox   pada homeostasis sel T, beraksi sebagai growth faktor sel T selama inisiasi   pada homeostasis sel T, beraksi sebagai growth faktor sel T selama inisiasi respon imun dan memiliki fungsi penting dalam terminasi respon sel T dan respon imun dan memiliki fungsi penting dalam terminasi respon sel T dan menjaga toleransi diri. Fungsi terakhir telah dikemukakan dikarenakan menjaga toleransi diri. Fungsi terakhir telah dikemukakan dikarenakan   perlunya

  perlunya sinyal Isinyal IL-2 unL-2 untuk perkemtuk perkembangan dan bangan dan fungsi fungsi sel T sel T regulator.,regulator., meskipun

meskipun sinyal sinyal IL-2 IL-2 tidak dtidak diperlukan iperlukan bagi bagi perkembangan perkembangan mmereka sendereka sendiriiri  pada jaringan thymus. Pada tingkat ini mungkin mempengaruhi sukseptibilitas  pada jaringan thymus. Pada tingkat ini mungkin mempengaruhi sukseptibilitas terhadap penyakit melalui mekanisme yang menjaga homeostasis imun. Telah terhadap penyakit melalui mekanisme yang menjaga homeostasis imun. Telah dibuktikan bahwa meskipun tingkat sel T regulator CD4+ dan CD25+ normal dibuktikan bahwa meskipun tingkat sel T regulator CD4+ dan CD25+ normal  pada pasien dengan DT1, kemampuan mereka untuk mensupresi proliferasi sel  pada pasien dengan DT1, kemampuan mereka untuk mensupresi proliferasi sel T ditandai menurun dibandingkan dengan subjek kontrol. Dari hasil ini, bahwa T ditandai menurun dibandingkan dengan subjek kontrol. Dari hasil ini, bahwa region yang mengandung gen IL-2RA yang mengkode rantai  dari reseptor  region yang mengandung gen IL-2RA yang mengkode rantai  dari reseptor  IL-2 (CD25) pada kromosom 10p15-p14 dapat menjadi lokus sukseptabilitas IL-2 (CD25) pada kromosom 10p15-p14 dapat menjadi lokus sukseptabilitas kelima terhadap terjadinya DT1.

kelima terhadap terjadinya DT1.

IL-6 merupakan suatu sitokin yang telah dilibatkan pada sejumlah IL-6 merupakan suatu sitokin yang telah dilibatkan pada sejumlah   penyakit yang dimediasi imun. Terdapat polimorfisme pada posisi 174 dari   penyakit yang dimediasi imun. Terdapat polimorfisme pada posisi 174 dari region promoter dari gen IL-6 yang dapat mengubah ekspresi gen. Gen IL-6 region promoter dari gen IL-6 yang dapat mengubah ekspresi gen. Gen IL-6 dapat memiliki andil da

dapat memiliki andil dalam sukseptibilitas genetic terhadap DT1.lam sukseptibilitas genetic terhadap DT1.

IDDM 3-IDDM 18 IDDM 3-IDDM 18 11::

Awalnya IDDM3 dilaporkan terletak di dekat petanda D15 S107 pada Awalnya IDDM3 dilaporkan terletak di dekat petanda D15 S107 pada kromosom 15q 26 dan sejauh ini tidak ada gen sukseptibilitas DM yang telah kromosom 15q 26 dan sejauh ini tidak ada gen sukseptibilitas DM yang telah diidentifikasi pada

diidentifikasi pada lokus IDDM3.lokus IDDM3.

IDDM4 merupakan suatu region pada kromosom 11q13 dan satu dari IDDM4 merupakan suatu region pada kromosom 11q13 dan satu dari gen-gen ini mungkin berhubungan dengan predisposisi genetic terhadap gen-gen ini mungkin berhubungan dengan predisposisi genetic terhadap

(17)

terjadinya DT1 yang dapat dikoding pada FADD, suatu molekul yang terlibat terjadinya DT1 yang dapat dikoding pada FADD, suatu molekul yang terlibat dalam proses apoptosis.

dalam proses apoptosis.

Region dari kromosom 6q25 yang mengandung lokus IDDM5 Region dari kromosom 6q25 yang mengandung lokus IDDM5 termasuk gen-gen Mn-superoksida dismutase (MnSOD). MnSOD termasuk gen-gen Mn-superoksida dismutase (MnSOD). MnSOD memetabolisme oksigen radikal bebas berbahaya dan mengubahnya menjadi memetabolisme oksigen radikal bebas berbahaya dan mengubahnya menjadi molekul yang kurang reaktif dan kurang berbahaya. Polimorfisme yang molekul yang kurang reaktif dan kurang berbahaya. Polimorfisme yang mempengaruhi fungsi MnSOD dapat membuat sel beta lebih rentan terhadap mempengaruhi fungsi MnSOD dapat membuat sel beta lebih rentan terhadap kerusakan akibat oksigen radikal bebas.

kerusakan akibat oksigen radikal bebas.

Beberapa kandidat gen-gen sukseptibilitas terhadap DT1 telah Beberapa kandidat gen-gen sukseptibilitas terhadap DT1 telah diidentifikasi pada lokus IDDM6. Termasuk gen yang berhubungan dengan diidentifikasi pada lokus IDDM6. Termasuk gen yang berhubungan dengan cancer kolorektal yang dapat dihubungkan dengan penyakit autoimun, suatu cancer kolorektal yang dapat dihubungkan dengan penyakit autoimun, suatu gen yang mengkode ikatan tangan domain DNA (ZNF 236) yang dihubungkan gen yang mengkode ikatan tangan domain DNA (ZNF 236) yang dihubungkan dengan penyakit ginjal diabetic, dan sebuah molekul yang melawan apoptosis dengan penyakit ginjal diabetic, dan sebuah molekul yang melawan apoptosis (bCl-2).

(bCl-2).

Dalam lokus IDDM7 pada kromosom 2q 32 terdapat beberapa gen Dalam lokus IDDM7 pada kromosom 2q 32 terdapat beberapa gen kandidat resiko DM. salah satunya adalah NEUROD 1, suatu faktor transkripsi kandidat resiko DM. salah satunya adalah NEUROD 1, suatu faktor transkripsi yang mengatur ekspresi gen insulin dan memainkan peran penting dalam yang mengatur ekspresi gen insulin dan memainkan peran penting dalam  perkembang

 perkembangan sel an sel beta pancreas.beta pancreas.

IDDM8 ditemukan pada kromosom 6q 25-q 27. Sekarang ini tidak  IDDM8 ditemukan pada kromosom 6q 25-q 27. Sekarang ini tidak  terdapat gen kandidat yang diketahui pada region 6q 25-q 27. IDDM9 belum terdapat gen kandidat yang diketahui pada region 6q 25-q 27. IDDM9 belum sepenuhnya disetujui.

sepenuhnya disetujui.

Lokus sukseptibilitas lainnya mungkin terdapat pada kromosom Lokus sukseptibilitas lainnya mungkin terdapat pada kromosom 10p11-q11, dan telah dinamai sebagai IDDM10. Gen GAD2 sangat 10p11-q11, dan telah dinamai sebagai IDDM10. Gen GAD2 sangat  berhubungan dengan region dari kromosom 10. Glutamic Acid Decarboxylase  berhubungan dengan region dari kromosom 10. Glutamic Acid Decarboxylase (GAD) mengkataliasasi oembentukan neurotransmitter GABA. Sasaran enzim (GAD) mengkataliasasi oembentukan neurotransmitter GABA. Sasaran enzim ini oleh autoantibodi telah dilibatkan

ini oleh autoantibodi telah dilibatkan dalam pathogenesis DT1.dalam pathogenesis DT1.

IDDM11 nampaknya berada pada kromosom 14q 24.3-q31. Dua gen IDDM11 nampaknya berada pada kromosom 14q 24.3-q31. Dua gen kandidat telah dipetakan pada region kromosom ini. Gen ENSA mengkode kandidat telah dipetakan pada region kromosom ini. Gen ENSA mengkode -endosulfin, suatu regulator endogen dari saluran K (ATP) sel beta. endosulfin, suatu regulator endogen dari saluran K (ATP) sel beta. Rekombinan -endosulfin telah diperlihatkan menginhibisi ikatan sulfonylurea Rekombinan -endosulfin telah diperlihatkan menginhibisi ikatan sulfonylurea   pada membrane sel beta, untuk menurunkan arus aliran K (ATP) dan untuk    pada membrane sel beta, untuk menurunkan arus aliran K (ATP) dan untuk 

(18)

menstimuli sekresi insulin. Gen SEL-1L mengkode regulator negative yang menstimuli sekresi insulin. Gen SEL-1L mengkode regulator negative yang mana hal ini dibutuhkan untuk diferensiasi dan maturasi sel sebagaimana mana hal ini dibutuhkan untuk diferensiasi dan maturasi sel sebagaimana interaksi sel-sel selama perkembangan. SEL-1L secara berlebihan interaksi sel-sel selama perkembangan. SEL-1L secara berlebihan mengekspresi hanya pada pancreas, dan saat ini telah diperlihatkan bahwa mengekspresi hanya pada pancreas, dan saat ini telah diperlihatkan bahwa SEL-1L berperan penting dalam perkembangan pancreas dan s

SEL-1L berperan penting dalam perkembangan pancreas dan s el beta.el beta.

Beberapa gen-gen kandidat IDDM13 telah dihubungkan dengan DT1. Beberapa gen-gen kandidat IDDM13 telah dihubungkan dengan DT1. IDDM14 belum sepenuhnya disetujui. Lokus IDDM15 telah dihubungkan IDDM14 belum sepenuhnya disetujui. Lokus IDDM15 telah dihubungkan dengan DT1 dan mutasi di dekat region ini dihubungkan dengan suatu bentuk  dengan DT1 dan mutasi di dekat region ini dihubungkan dengan suatu bentuk  DM yang langka yang disebut

DM yang langka yang disebut transient neonatal diabetes.transient neonatal diabetes.

Satu dari gen kandidat pada lukos IDDM16 adalah immunoglobulin Satu dari gen kandidat pada lukos IDDM16 adalah immunoglobulin rantai berat. Immunoglobulin (antibodi) memiliki peran sentral dalam respon rantai berat. Immunoglobulin (antibodi) memiliki peran sentral dalam respon imun melawan antigen asing dan apabila ada kesalahan dapat melawan antigen imun melawan antigen asing dan apabila ada kesalahan dapat melawan antigen sendiri, mengakibatkan terjadinya penyakit autoi

sendiri, mengakibatkan terjadinya penyakit autoi mun.mun.

Peta IDDM17 terletak pada lengan panjang kromosom 10 (10q 25). Peta IDDM17 terletak pada lengan panjang kromosom 10 (10q 25). Hal ini berhubungan dengan DT1, akan tetapi gen kandidatnya belum Hal ini berhubungan dengan DT1, akan tetapi gen kandidatnya belum diketahui.

diketahui.

IDDM18 diidentifikasi dan dipetakan pada kromosom 5q 31.1-q33.1, IDDM18 diidentifikasi dan dipetakan pada kromosom 5q 31.1-q33.1, akhiran gen pada subunit P40 dari gen IL-12, Il-12B. Produksi IL-12 P40 akhiran gen pada subunit P40 dari gen IL-12, Il-12B. Produksi IL-12 P40 mempengaruhi respon sel T, dan oleh karena itu penting ddalam sukseptibilitas mempengaruhi respon sel T, dan oleh karena itu penting ddalam sukseptibilitas DT1.

(19)

Faktor Lingkungan Faktor Lingkungan 1,2,41,2,4

Penelitian pada kembar dizigotik dan

Penelitian pada kembar dizigotik dan monozigomonozigotik sesuai dengan faktatik sesuai dengan fakta   bahwa lingkungan penting pada resiko diabetes tipe 1. Sejumlah penelitian   bahwa lingkungan penting pada resiko diabetes tipe 1. Sejumlah penelitian kasus kontrol mengenai hubungan kejadian luarbiasa infeksi virus mumps, kasus kontrol mengenai hubungan kejadian luarbiasa infeksi virus mumps, coxsackie B, Echo virus, dan onset diabetes tipe 1 telah disiarkabarkan. Bukti coxsackie B, Echo virus, dan onset diabetes tipe 1 telah disiarkabarkan. Bukti   paling nyata ialah rubella congenital, yang berkaitan kuat dengan   paling nyata ialah rubella congenital, yang berkaitan kuat dengan kemunculannya pada anak yang terkena. Penelitian terbaru menunjukan bukti kemunculannya pada anak yang terkena. Penelitian terbaru menunjukan bukti   bahwa infeksi enterovirus maternal meningkatkan resiko diabetes tipe 1 pada   bahwa infeksi enterovirus maternal meningkatkan resiko diabetes tipe 1 pada anakan. Baru-baru ini ditunjukan bahwa paparan intrauterine terhadap anakan. Baru-baru ini ditunjukan bahwa paparan intrauterine terhadap enterovirus juga berhubungan dengan peningkatan resiko anakan terjadi enterovirus juga berhubungan dengan peningkatan resiko anakan terjadi diabetes tipe 1. Diperkirakan bahwa kombinasi gen susceptible dan faktor  diabetes tipe 1. Diperkirakan bahwa kombinasi gen susceptible dan faktor 

(20)

llii tt ii ii ii ii iitt

tt tt ii tt ll tt ii llii

E

E DIAGNOSISDIAGNOSIS66 Kr 

Kr itit r r ii ddii ii ununttuk uk ddii tt memelitlitusus titi e 1 hampe 1 hampiir sama samar sama sama dengan d

dengan diiabeabettes mees mellitllitusustiti pe 2, ya pe 2, yaititu ;u ; 1.

1. GGee j jaalla a k llasasiik k ddiiabeabettes (poes (poliliur ur iia, poa, poliliddii ps psii, , popolili agagii, dan penurunan bera, dan penurunan beratt

 badan

 badan ttanpa sebab yanganpa sebab yang j jeellas) das) dititambah dengan konsenambah dengan konsenttrasrasii ggllukosa darahukosa darah sewak 

sewak ttu >200 mgu >200 mg//ddll(11,1 mmo(11,1 mmol/ll/l)) 2.

2. GGuulla darah puasa > 126 mga darah puasa > 126 mg//ddll(7,0 mmo(7,0 mmoll))

3.

3. GGuulla darah 2a darah 2 j jam posam postt prandprandiiaall > 200 mg//d> 200 mg dll (11,1 mmo(11,1 mmol/ll/l) ) sesellamaama oraora

  

l  l ¡¡ ¢ ¢ 

ose

ose t t ool l eranceerance t t esest t (O(OGTTGTT).). TTes des dililakukan sesuaakukan sesuaii prosedur WHO, yaprosedur WHO, yaitituu

menggunakan g

menggunakan gllukosa sebanyak 75 g gukosa sebanyak 75 g gllukosa anhukosa anhiidradratt ddililaruaruttkan dakan dallam aam aiir.r. 4.

4. Hb A1Hb A1CC> 6,5%> 6,5%

O

Olleh karena kr 

eh karena kr 

it

iter 

er 

iia yang d

a yang diigunakan sama, pen

gunakan sama, pen

ti

ting un

ng unttuk 

uk 

menge

mengettahu

ahuii

perbedaan karak 

perbedaan karak 

tter 

er 

iissti

tik d

k d

iiabe

abettes me

es mellit

llitus

us

ti

ti

 pe 1 dan

 pe 1 dan

ti

ti

 pe 2

 pe 2

, ya

, yait

itu

u

77

::

 No

 No Karak Karak tter er iisstitik k DDMM titi   pe pe 1 1 MM titi pe 2 pe 2DD 1 Onse

1 Onsettususiia a Umumnya Umumnya < < 3030 ttahunahun

Umumnya > 30 Umumnya > 30 ttahunahun

2

2 BBerhubungan denganerhubungan dengan obes obesititasas T Tiidak dak YaYa 3 Kecenderungan 3 Kecenderungan

tter er  j jadadii kekettoasoasiidosdosiiss yang membu

yang membuttuhkanuhkan iinsunsulilin n sebagasebagaii con

conttrorolldan survdan surviiveve

Ya

Ya TTiidak dak 

4 Kadar 

4 Kadar  iinsunsulilin n dadallamam  p

 pllasmaasma

Sanga

Sangatt rendahrendah mungk 

mungk iin n sampasampaii ti

tidak dak tterdeerdettekseksii

Var 

Var iiaatiti ; dapa; dapatt rendah, norma rendah, normall,, aattau au meniingkamen ngkatt,,

(21)

tergantung pada tergantung pada derajat resistensi derajat resistensi insulin dan defek  insulin dan defek  sekresi insulin sekresi insulin 5

5 BerhubunBerhubungan gan dengandengan

antigen HLA-D antigen HLA-D spesifik  spesifik  Ya Tidak  Ya Tidak  6

6 Antibodi Antibodi sel sel isletislet  pada diagnosis

 pada diagnosis

Ya Tidak 

Ya Tidak 

7

7 Patologi Patologi sel sel islet islet Insulitis, Insulitis, kehilangankehilangan sel beta secara sel beta secara selektif 

selektif 

Lebih kecil, Lebih kecil, normal sel islet normal sel islet ;;

umumnya umumnya deposisi amyloid deposisi amyloid 8 Kecenderungan 8 Kecenderungan terjadi komplikasi terjadi komplikasi (retinopati, nefropati, (retinopati, nefropati, neuropati, neuropati, aterosklerosis, dan aterosklerosis, dan  penyakit  penyakit cardiovascular  cardiovascular )) Ya Ya Ya Ya 9

9 Respon Respon terhadap terhadap obatobat oral oral antihiperglikemia antihiperglikemia Tidak Ya Tidak Ya F.

F. MANAJEMEN DAN TERAPIMANAJEMEN DAN TERAPI 88

Manajemen pasien Diabetes Mellitus (DM) tipe 1 ini dilakukan secara Manajemen pasien Diabetes Mellitus (DM) tipe 1 ini dilakukan secara multidisipline

multidisipliner, yaitu r, yaitu pendekatan oleh dokter, perawat, dan ahli gizi.pendekatan oleh dokter, perawat, dan ahli gizi. A.

A. DietDiet

Langkah pertama untuk mengatur diabetes mellitus tipe 1 adalah Langkah pertama untuk mengatur diabetes mellitus tipe 1 adalah kontrol diet. Menurut ADA

kontrol diet. Menurut ADA (A(American diabetes association)merican diabetes association), terapi diet, terapi diet adalah berdsarkan penilaian status gizi dan tujuan dari terapi itu sendiri. adalah berdsarkan penilaian status gizi dan tujuan dari terapi itu sendiri. Diet harus dibuat sesuai dengan kebiasaan makan dan gaya

Diet harus dibuat sesuai dengan kebiasaan makan dan gaya hidup pasien.hidup pasien. 1.

1. Manajemen diet termasuk edukasi tentang waktu, besarnya,Manajemen diet termasuk edukasi tentang waktu, besarnya,   banyaknya, serta komposisi makanan yang dimakan untuk    banyaknya, serta komposisi makanan yang dimakan untuk 

(22)

menghindari terjadinya hipoglikemia atau hiperglikemia setelah menghindari terjadinya hipoglikemia atau hiperglikemia setelah makan. Pasien yang menggunakan insulin harus mendapat diet yang makan. Pasien yang menggunakan insulin harus mendapat diet yang komprehensif termasuk kebutuhan kalori sehari-hari

komprehensif termasuk kebutuhan kalori sehari-hari;; kebutuhankebutuhan karbohidrat, lemak, dan protein

karbohidrat, lemak, dan protein;; dan pembagian kalori antara makandan pembagian kalori antara makan dan snack.

dan snack. 2.

2. Distribusi kalori sangat penting pada pasien DM tipe 1.Distribusi kalori sangat penting pada pasien DM tipe 1. Pembagiaannya didasarkan pada kebutuhan kalori pasien selama satu Pembagiaannya didasarkan pada kebutuhan kalori pasien selama satu hari. Jumlah yang disarankan adalah 20% untuk makan pagi, 35% hari. Jumlah yang disarankan adalah 20% untuk makan pagi, 35% untuk makan siang, 30% untuk makan malam, dan 15% untuk snack  untuk makan siang, 30% untuk makan malam, dan 15% untuk snack  sore.

sore. 3.

3. Kebutuhan protein minimal adalah 0,9 Kebutuhan protein minimal adalah 0,9 g/kg/harig/kg/hari 4.

4. Kebutuhan lemak dibatasi sampai 30% atau kurang dari total kaloriKebutuhan lemak dibatasi sampai 30% atau kurang dari total kalori dan rendah kolesterol

dan rendah kolesterol 5.

5. Pasien disarankan mengkonsumsi sediaan sukrosa dan meningkatkanPasien disarankan mengkonsumsi sediaan sukrosa dan meningkatkan konsumsi sayur. Snack diberikan di antara makan pagi-siang dan konsumsi sayur. Snack diberikan di antara makan pagi-siang dan makan siang-m

makan siang-malam untuk alam untuk mencegah hipoglikemia.mencegah hipoglikemia. B.

B. AktivitasAktivitas

Olahraga sangat penting sebagai manajemen pasien diabetes. Olahraga sangat penting sebagai manajemen pasien diabetes. Pasien harus dimotivasi untuk olahraga secara teratur. Edukasi terhadap Pasien harus dimotivasi untuk olahraga secara teratur. Edukasi terhadap   pasien tentang efek olahraga terhapa kadar gula darah. Olahraga terlalu   pasien tentang efek olahraga terhapa kadar gula darah. Olahraga terlalu   berlebih selama 30 menit dapat menimbulkan hipoglikemia pada pasien.   berlebih selama 30 menit dapat menimbulkan hipoglikemia pada pasien. Untuk menghindarinya maka pemberian dosis insulin dikurangi 10-20% Untuk menghindarinya maka pemberian dosis insulin dikurangi 10-20% atau dengan pemberian snack tambahan. Pasien juga harus memperhatikan atau dengan pemberian snack tambahan. Pasien juga harus memperhatikan kebu

kebutuhan cairan selatuhan cairan selama olahraga.ma olahraga. C.

C. Pasien DM tipe 1 membutuhkan terapi insulin untuk mengontrolPasien DM tipe 1 membutuhkan terapi insulin untuk mengontrol hiperglikemia se

Gambar

Figure 1: The Immunopathology of Type 1 Diabetes. Resident antigen presentingFigure 1: The Immunopathology of Type 1 Diabetes
Figure  3:  Local  chemokine  production  attracts  autoreactive  lymphocytes  thatFigure  3:  Local  chemokine  production  attracts  autoreactive  lymphocytes  that destroy beta cells

Referensi

Dokumen terkait

Bebop adalah salah satu aliran musik jazz yang mempunyai karakteristik unik berupa tempo yang sangat cepat dengan mengutamakan improvisasi pada struktur harmoni.. Musik

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memberikan kepastian hukum dalam pelaksanaan hukuman mati ke masa depan adalah dengan mematuhi secara konsisten dan

Ada hubungan kejadian anemia saat kehamilan trimester IIIdengan kejadian perdarahan postpartum primer,dimana kejadian perdarahan postpartum primer 3,03 kali lebih

Ketersediaan varietas ubikayu genjah sebagai bahan baku pangan dan industri dengan potensi hasil tinggi dan karakteristik kimia maupun fisik umbi yang sama dengan ubikayu umur

Untuk lebih komprehensif, rekomendasi insentif regulasi didukung pula dengan analisis lingkungan strategis atau lingkungan usaha perbankan syariah yang secara umum dipengaruhi

Anak mulai mengembangkan dirinya sebagai individu yang mandiri, mulai mengenal lingkungannya lebih luas, anak mulai membina hubungan dengan teman-temannya. Konflik terjadi

Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa eritrosit sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang

warna e#streitas atas #eerahan ti%a# sianosis. !era#an e#streitas