• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rubella

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Rubella"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Rubella

Rubella

1. Pengertian

1. Pengertian

Adalah suatu infeksi yang utama menyerang anak

Adalah suatu infeksi yang utama menyerang anak

-anak dan dewasa yang khas dengan adan

-anak dan dewasa yang khas dengan adan

ya rasti

ya rasti

demam dan lymphadenopaly. infeksi pada anak dan dewasa sebagian besar berjalan sub klinis. Jika

demam dan lymphadenopaly. infeksi pada anak dan dewasa sebagian besar berjalan sub klinis. Jika

rubella terjadi pada kehamilan ibu hamil bisa menyebabkan infeksi pada janin dan resiko terjadinya

rubella terjadi pada kehamilan ibu hamil bisa menyebabkan infeksi pada janin dan resiko terjadinya

kelainan kongenital (Congenital Rubella

kelainan kongenital (Congenital Rubella Syndrome, CRS). (http://spesialis-torch.com)

Syndrome, CRS). (http://spesialis-torch.com)

2. Etiologi

2. Etiologi

Rubella virus merupakan suatu toga virus

Rubella virus merupakan suatu toga virus yang dalam penyababnya tidak membutuhkan vector.

yang dalam penyababnya tidak membutuhkan vector.

3. Epidemiologi

3. Epidemiologi

Rubella paling sering terjadi pada akhir musim dingin dan awal musim semi dan biasanya menyerang

Rubella paling sering terjadi pada akhir musim dingin dan awal musim semi dan biasanya menyerang

kelompok usia sekolah, pada orang dewasa 80

kelompok usia sekolah, pada orang dewasa 80

 –

 –

90 telah imun. Epidemi besar terjadisetiap 6

90 telah imun. Epidemi besar terjadisetiap 6

 –

 –

9 th.

9 th.

Penularan biasanya lewat kontak eratmisalnya lewat sek

Penularan biasanya lewat kontak eratmisalnya lewat sek

olah / tempat kerja.

olah / tempat kerja.

4. Patofisiologi

4. Patofisiologi

Periode inkubasi rata-rata 18 hari (12-23 hari).

Periode inkubasi rata-rata 18 hari (12-23 hari).

Virus sesudah masuk melalui saluran pernafasan akan

Virus sesudah masuk melalui saluran pernafasan akan

menyebabkan peradangan pada mukosa saluran pernafasan untuk kemudian menyebar k

menyebabkan peradangan pada mukosa saluran pernafasan untuk kemudian menyebar k

eseluruh tubuh.

eseluruh tubuh.

dari saluran pernafasan inilah virus akan menyebrang ke sekelilingnya. Rubella baik yang bersifat klinis

dari saluran pernafasan inilah virus akan menyebrang ke sekelilingnya. Rubella baik yang bersifat klinis

maupun sub klinis akan bersifat sangat menular terhadap sekelilingnya. Pada infeksi rubella yang

maupun sub klinis akan bersifat sangat menular terhadap sekelilingnya. Pada infeksi rubella yang

diperoleh post natal virus rubella akan

diperoleh post natal virus rubella akan

dieksresikan dari faring selama fase prodromal yang berlanjut

dieksresikan dari faring selama fase prodromal yang berlanjut

sampai satu minggu sesudah muncul gejala klinis. pada rubella yang kongenal saluran pernafasan dan

sampai satu minggu sesudah muncul gejala klinis. pada rubella yang kongenal saluran pernafasan dan

urin akan tetap mengeksresikan virus sampai usia 2 tahun. hal ini perlu diperhatikan dalam perawatan

urin akan tetap mengeksresikan virus sampai usia 2 tahun. hal ini perlu diperhatikan dalam perawatan

bayi dirumah sakit dan dirumah untuk m

bayi dirumah sakit dan dirumah untuk m

encegah terjadinya penularan. Sesudah sembuh tubuh akan

encegah terjadinya penularan. Sesudah sembuh tubuh akan

membentuk kekebalan baik berupa antibody maupun kekebalan seluler yang akan mencegah terjadinya

membentuk kekebalan baik berupa antibody maupun kekebalan seluler yang akan mencegah terjadinya

infeksi ulangan.

infeksi ulangan.

5. Pengaruh Rubella Terhadap Kehamilan

5. Pengaruh Rubella Terhadap Kehamilan

Infeksi rubella berbahaya bila terjadi pada

Infeksi rubella berbahaya bila terjadi pada

wanita hamil muda, karena dapat menyebabkan kelainan

wanita hamil muda, karena dapat menyebabkan kelainan pada

pada

bayinya. Jika infeksi terjadi pada bulan pertama kehamilan, maka resiko terjadinya kelaianan adalah

bayinya. Jika infeksi terjadi pada bulan pertama kehamilan, maka resiko terjadinya kelaianan adalah

50%, sedanggkan jika infeksi terjadi trimester pertama maka

50%, sedanggkan jika infeksi terjadi trimester pertama maka

resikonya menjadi 25% (menurut America

resikonya menjadi 25% (menurut America

College Obstrician and gynecologis, 1981). Rub

College Obstrician and gynecologis, 1981). Rub

ella dapat menimbulkan abortfus, anomaly congenital dan

ella dapat menimbulkan abortfus, anomaly congenital dan

infeksi pada neonates (Konjungtivitis, engefalibis,

infeksi pada neonates (Konjungtivitis, engefalibis, vesikulutis, kutis, ikterus dan konvuisi)

vesikulutis, kutis, ikterus dan konvuisi)

6. Pengaruh rubella pada janin

6. Pengaruh rubella pada janin

Rubella dapat meningkatkan angka kematian perinatal

Rubella dapat meningkatkan angka kematian perinatal dan sering menyebabkan cacat bawaan pada

dan sering menyebabkan cacat bawaan pada

 janin. sering dijumpai apabila infeksi dijumpai pada kehamilan t

 janin. sering dijumpai apabila infeksi dijumpai pada kehamilan trimester I (30

rimester I (30

 –

 –

50%). Anggota tubuh anak

50%). Anggota tubuh anak

yang bisa menderita karena rubella :

yang bisa menderita karena rubella :

a. Mata (katarak, glaucoma, mikroftalmia)

a. Mata (katarak, glaucoma, mikroftalmia)

b. Jantung (duktus arteriosus persisten, stenosis fulmonalis, septum terbuka)

b. Jantung (duktus arteriosus persisten, stenosis fulmonalis, septum terbuka)

c. Alat pendengaran (tuli)

c. Alat pendengaran (tuli)

d. Susunan syaraf pusat (meningoesefalitis, kebodohan)

d. Susunan syaraf pusat (meningoesefalitis, kebodohan)

(2)

Dapat pula terjadihambatan pertumbuhan intra uterin. kelainan hematologgik (termasuk trombositopenia

dan anemia), hepotosplenomegalia dan ikterus, pneumonitis interfisialis kronika difusa dan kelainan

kromosom. Selain itu bayi dengan rubella bawaan selama beberapa bulan merupakan sumber infeksi

bagi anak-anak dan orang dewasa lain.

7. Diagnosis

Diagnosis rubella tidak selalu mudah karena gejala-gejala kliniknya hampir sama dengan penyakit lain.

Kadang tidak jelas atau tidak ada sama sekali. Virus pada rubella sering mencapai dan merujuk embrio

dan fetus. virus pada rubella sering mencapai dan merujuk embrio dan fetus. Diagnosis pasti dapat

dibuat dengan isolasi virus atau ditemukannya kenaikan tetes anti rubella dalam serum. Lebih dari 50%

kasus infeksi rubella pada ibu hamil bersifat subklinis/tanpa gejala sehingga sering tidak disadari. Karena

dapat berdampak negatif bagi janin yang dikandungnya

8. Pencagahan

a. Untuk perlindungan terhadap serangan virus rubella telah tersedia vaksin dalam bentuk vaksin

kombinasi yang sekaligus digunakan untuk mencegah infeksi campak dan gondongan, dikenal sebagai

vaksin MMR (Mumps Mrasies Rubella). vaksin rubella dapat diberikan kepada anak yang sistem

kekebalan tubuhnya sudah berkembang yaitu pada usia 12

 –

18 bulan. Bila pada usia tersebut belum

diberikan, vaksinasi dapat dilakukan pada usia 6 tahun. sedangkan vaksinasi dapat dilakukan pada usia

6 tahun. Sedangkan vaksinasi ulangan di anjurkan pada usia 10

 –

12 tahun atau 12

 –

18 tahun (sebelum

pubertas). Infeksi rubella, pada umumnya merupakan penyakit ringan.

b. vaksin rubella tidak boleh diberikan pada ibu hamil, terutama pada awal kehamilan, dapat

mendatangkan petaka bagi janin yang dikandungnya. Dapat terjadi abortus (keguguran), bayi meninggal

pada saat lahir, atau mengalami sindron rubella kongenital. oleh karena itu, sebelum hamil pastikan

bahwa anda telah memiliki kekebalan terhadap virus rubella dengan melakukan pemeriksaan anti

 –

rubella IgG dan anti

 –

rubella Ig M.

1) Jika hasil keduanya nagatif, sebaiknya anda ke dokter untuk melakukan vaksinasi, namun anda baru

diperbolehkan hamil 3 bulan setelah vaksinasi.

2) Jika anti

 –

rubella IgG saja yang positif, atau anti rubella IgM dan anti rubella- IgG positif, dokter akan

menyarankan anda untuk menunda kehamilan.

3) Jika anti

 –

rubella IgG saja yang positif, berarti anda pernah terinfeksi dan anti bodi yang terdapat

dalam tubuh anda dapat melindungi dari serangan virus rubella. Bila Anda hamil , bayi anda pun akan

terhindar dari Sindroma Rubella Kongenital. bila anda sedanghamil dan belum mengetahui apakah tubuh

anda telah terlindungi dari infeksi Rubella, maka anda di anjurkan melakukan pemeriksaan anti-Rubella

IgG dan anti-Rubella IgG : jika anda telah memiliki kekebalan( Anti- Rubella IgG ), berarti janin adapun

terlindungi dari ancaman virus rubella.

Jika belum memiliki kekebalan (Anti

 –

Rubella IgG dan Anti

 –

Rubella IgG positif),, maka :

- Sebaiknya anda rutin kontrol ke dokter

(3)

- Menghindari orang yang dicurigai terinfeksi rubellamaka deteksi infeksi rubella pada ibu hamil yang

belum memiliki kekebalan terhadap infeksi rubella sngat penting. ada beberapa pemeriksaan

laboratorium untuk mendeteksi infeksi rubella, yang lazim dilakukan adalah pemeriksaan anti Rubella IgM

dan anti rubella IgG pada contoh darah dari ibu hamil. Sedangkan untuk memastikan apakah janin

terinfeksi / tidak maka dilakukan pendeteksian virus rubella dengan teknik PCR (Polymerose Chain

reaction).

- Bahan pemeriksaan diambil dari air ketuban ( cairan amnion) / darah janin. Pengambilan ampel air

ketuban atau pun darah janin harus dilakukan oleh dokter ahli kandungan dan kebidanan dan hanya

dapat dilakukan setelah usia kehamilan diatas 22 minggu.

- Apabila wanita hamil dalam trimester I menderita viremia, maka abortus buatan perlu dipertimbangkan.

setelah trimester I, kemungkinan cacat bawaan menjadi kurang yaitu 6,8% dalam trimester II dan 5,3%

dalam trimester III.

9. Tanda dan gejala klinis

- Demam ringan

- Merasa mengantuk

- Sakit tenggorok

- Kemerahan sampai merah terang /pucat, menyebar secara cepat dari wajah keseluruh tubuh, kemudian

menghilang secara cepat.

- Kelenjar leher membengkak

- durasi 3

 –

5 hari

10. Penatalaksanaan

Penanggulangan infeksi rubella adalah dengan pencegahan infeksi salah satunya dengan cara

pemberian vaksinasi. pemberian vaksinasi rubella secara subkutan dengan virus hidup rubella yang

dilemahkan dapat memberikan kekebalan yang lama dan bahkan bisa seumur hidup.

Vaksin rubella dapat diberikan bagi orang dewasa terutama wanita yang tidak hamil. Vaksin rubella tidak

boleh diberikan pada wanita yang hamil atau akan hamil dalam 3 bulan setelah pemberian vaksin. hal ini

karena vaksin berupa virus rubella hidup yang dilemahkan dapat beresiko menyebabkan kecacatan

meskipun sangat jarang.

Tidak ada preparat kimiawi atau antibiotik yang dapat mencegah viremia pada orang-orang yang tidak

kebal dan terpapar rubella.

Bila didapatkan infeksi rubella dalam uterus sebaiknya ibu diterangkan tentang resiko dari infeksi rubella

kongenital. Dengan adanya kemungkinan terjadi defek yang berat dari infeksi pada trimester I, pasien

dapat memilih untuk mengakhiri kehamilan, bila di agnosis dibuat secara tepat.

B. Herpes Genitalis

1. Definisi

Adalah suatu penyakit menular seksual didaerah kelamin, kulit disekeliling rectum /daerah disekitarnya

disebabkan oleh virus Herpes Simplek.

(4)

Penyebab herpes genetalis adalah herpes simplek (HSV) dan sebagian hasil HSV (dimukosa mulut).

3. Patofisiologi

Pada saat virus masuk kedalam tubuh belum memiliki antibody maka infeksinya bisa bersifat luas dengan

gejala-gejala konstitusionil berat. Ini disebut infeksi primer. Virus kemudian akan menjalar melalui serabut

saraf sensoris ke ganglian saraf regional (ganglian sakralis) dan berdiam disana secara laten. kalau pada

saat virus masuk pertama kali tidak terjadi gejala-gejala primer, maka tubuh akan membuat antibody

sehingga pada serangan berikutnya gejala tidaklah seberat infeksi primer. Bila sewaktu-waktu ada faktor

pencetus, virus akan mengalami aktifasi dan multiplikasi kembali sehingga terjadi infeksi reklien. karena

pada saat ini tubuh sudah mempunyai antibody maka gejalanya tidak seberat infeksi primer. Faktor-faktor

pencetus, virus akan mengalami aktivasi dan multiplikasi kembali sehiangga terajadi infeksi neklien.

karena pada saat ini tubuh sudah mempunyai antibody maka gejalanya tidak seberat infeksi primer.

faktor pencetus tersebut bsia berupa trauma. parts berlebihan, demam, gangguan pencernaan, stress

emosi, makanan yang merangsang, alkohol, obat-obatan (imunosupresif, kortikosteroid) dan

kadang-kadang tidak ditemukan faktor pencetusnya.

4. Klasifikasi

Terdapat 2 tipe serologis yang berbeda pada HSV, yaitu :

a. HSV

 –

1

Asimtomatik dan hampir berada dimana-mana, bagian yang paling disukai adalah lendir mukosa dimata

dan mulut, hidung dan telinga. Berupa vesikel-visekel kecil terbesar. Virus ini ditularkan melalui infeksi

primer pada saluran perbafasan.

b. HSV

 –

2

Bagian yang paling disukai adalah pada alat kelamin dan perinatal, berupa bercak vesikel tebal, besar

dan berpusat.

5. Gambaran Umum

a. Timbul erupsi bintik kemerahan disertai rasa panas dan gatal pada kulit region genitalis.

b. Kadang-kadang disertai demam seperti influenza dan setelah2

 –

3 hari bintik kemerahan tersebut

berubah menjadi vesikel disertai rasa nyeri.

6. Dampak pada kehamilan dan persalinan

Sembilan puluh persen wanita dengan infeksi HSV

 –

2 genital primer melepaskan virus dari serviks

selama infeksi akut dan 50% wanita hamil dengan HSV genital primer akan menularkan infeksi pada

neonates (Gangguan pada reproduksi manusia, hal 101).

a. Penularan pada janin dapat terjadi hematogen melalui plasenta

b. Penularan pada janin dapat terjadi akibat perjalanan dari vagina ke janin apab ila ketuban pecah.

c. Penularan pada bayi dapat terjadi melalui kontak langsung pada waktu bayi lahir.

Seksio cesaria dianjurkan pada wanita yang pada saat persalinan menunjukkan gejala-gejala akut pada

genetalia untuk menghindari akibat dari kontak langsung bila persalinana berlangsung pervaginam 50%

bayi akan mengalami infeksi sedangkan dengan seksio cesaria resiko dapat menurun sampai 70% pasca

(5)

persalinan ibu yang menderita herpes aktif harus di isolasi. bayi dapat diberikan untuk menyusu bila ibu

telah cuci tangan dana mengganti baju bersih (Ilmu kebidanan, hal : 556)

7. Penatalaksanaan

Herpes genetalis merupakan infeksi virus yang senantiasa bersifat kronik, rekuren dan dapat dikatakan

sulit diobati. Hingga kini hanya dikenal satu cara pengobatan herpes yang cukup efektif, yaitu antivirus

yang disebut Acyclovir. Obat-obat genetalia dipakai untuk mengurangi rasa nyeri di daerah vulva. selain

itu pengobatan dapat ditunjang dengan obat-obat topical ataupun site baths air hangat.

Acyclovir dalam kehamilan tidak dianjurkan kecuali bila infeksi yang terjadi merupakan keadaan yang

mengancam jiwa ibu, seperti adanya ensefalitis, pneumanitis dan atau hepatitis, dimana acyclovir dapat

diberikan secara intra vena (Ilmu Kebidanan, hal : 556).

a. Wanita hamil

Kalau wanita hamil menderita herpes genetalis primer dalam 6 minggu terakhir dari kehamilannya

dianjurkan Sc sebelum atau dalam 4 jam sesudah pecah ketuban. sedang untuk herpes genitalis

sekunder SC tidak dikerjakan secara rutin, hanya yang masih menularkan saat persalinan dianjurkan

untuk SC.

b. Bayi baru lahir

Dilakukan untuk pemeriksaan adanya herpes konginetal dan kalau perlu kultus virus. kalau ibu aktif

menderita herpes genitalis maka bayinya diberi acyclovir 3 dd 10 mg/kg B selama 5

 –

7 hari. infeksi

herpes simpleks pada bayi kalau tidak diobati prognosisnya jelak.

8. Deteksi Dini

Infeksi HSV

 –

2 yang terjadi pada ibu hamil dapat membahayakn janin yang dikandungnya. Pada infeksi

ini, gejala klinis yang ad sering sulit dibedakan dari penyakit lain karena gejalanya tidak spesifik.

walaupun ada yang member gejala ini tidak muncul, sehingga menyulitkan dokter dapat memberaikan

penanganan atau terapi yang tepat.

Pemeriksaan laboratorium, yaitu anti HSV II IgG dan IgM sangat penting untuk mendeteksi secara dini

terhadap kemungkinan terjadinya infeksi oleh HSV II dan pencegahan bahaya lebih lanjut pada bayi bila

infeksi terjadi pada saat kehamilan. akan tetapi diagnosis tidak sulit apabila terdapat

gelembung-gelembung di daerah alat kelamin. ditemukannya benda-benda inklusi intra nuklier yang khas di dalam

sel-sel epital vulva. vagina dan serviks setelah dipulas menurut papanicolau, member kepastian pada

diagnosis. Dewasa ini diagnosis secara serologic banyak digunakan pula disamping pembiakkan.

RUBELLA

Diposkan oleh: Mudi Arsa - Jumat, 25 Juni 2010

BAB I

PENDAHULUAN

(6)

Infeksi virus Rubella merupakan penyakit ringan pada anak dan dewasa, tetapi apabila terjadi pada ibu

yang sedang mengandung virus ini dapat menembus dinding plasenta dan langsung menyerang janin.

“Rubella” atau dikenal juga dengan nama Campak Jerman adalah penyakit menular yang

disebabkan

oleh virus Rubella. Virus biasanya me nginfeksi tubuh melalui pernapasan seperti hidung dan

tenggorokan. Anak-anak biasanya sembuh lebih cepat dibandingkan orang dewasa.

Virus ini dapat menular lewat udara. Selain itu Virus Rubella dapat ditularkan melalui urin, kontak

pernafasan, dan memiliki masa inkubasi 2-3 minggu. Penderita dapat menularkan virus selama seminggu

sebelum dan sesudah timbulnya “rash” (bercak merah) pada kulit. “Rash Rubella” berwarna merah

 jambu, akan menghilang dalam 2-3 hari, dan tidak selalu muncul untuk semua kasus infeksi.

Sindroma rubella kongenital terjadi pada 25% atau lebih bayi yang lahir dari ibu yang menderita rubella

pada trimester pertama. Jika ibu menderita infeksi ini sete lah kehamilan berusia lebih dari 20 minggu,

 jarang terjadi kelainan bawaan pada bayi. Kelainan bawaan yang bisa ditemukan pada bayi baru lahir

adalah tuli, katarak, mikrosefalus, keterbelakangan mental, kelainan jantung bawaan dan kelainan

lainnya.

1.2. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah yang dimaksud dengan penyakit rubella ?

2. Bagaimanakah dampak penyakit rubella pada kehamilan ?

3. Bagaimanakah dampak penyakit rubella pada ibu bersalin ?

4. Bagaimanakah dampak penyakit rubella pada ibu nifas ?

1.3. TUJUAN

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan penyakit rubella.

2. Untuk mengetahui dampak penyakit rubella pada kehamilan

3. Untuk mengetahui dampak penyakit rubella pada ibu bersalin

4. Untuk mengetahui dampak penyakit rubella pada ibu nifas

(7)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 RUBELLA

2.1.1 PENGERTIAN

Rubella atau campak Jerman adalah penyakit yang disebabkan suatu virus RNA dari golongan Togavirus.

Penyakit ini relatif tidak berbahaya dengan morbiditas dan mortalitas yang rendah pada manusia

normal. Tetapi jika infeksi didapat saat kehamilan, dapat menyebabkan gangguan pada pembentukan

organ dan dapat mengakibatkan kecacatan. Virus penyebab rubela atau campak Jerman ini beke rja

dengan aktif khususnya selama masa hamil. Akibat yang paling penting diingat adalah keguguran, lahir

mati, kelainan pada janin, dan aborsi terapeutik, yang terjadi jika infeksi rubela ini muncul pada awal

kehamilan, khususnya pada trimester pertama. Apabila seorang wanita terinfeksi rubela selama

trimester pertama, ia memiliki kemungkinan kurang lebih 52% melahirkan bayi dengan sindrom rubela

kongenital (CRS, Congenital Rubella Syndrome). Angka tersebut akan meningkat menjadi 85%, jika ibu

terinfeksi rubela pada usia kehamilan kurang dari 8 minggu. Kelainan CRS yang paling sering muncul

adalah katarak, kelainan jantung, dan tuli. Kemungkinan lainnya adalah glaukoma, mikrosefalus, dan

kelainan lain, termasuk kelainan pada mata, telinga, jantung, otak, dan sistem saraf pusat. Janin dengan

CRS sering kali mengalami retardasi pertumbuhan intrauteri dan pascanatal. Infeksi rubela yang te rjadi

pada usia kehamilan lebih dari 12 minggu jarang menyebabkan kelainan.

2.1.2 TANDA DAN GEJALA

Tanda-tanda dan gejala rubella, terutama pada anak-anak, sering begitu ringan sehingga sulit untuk

dilihat. Jika tanda-tanda dan gejala yang terjadi, mereka biasanya muncul antara dua dan tiga minggu

setelah terpapar virus. Rubella biasanya berlangsung sekitar dua sampai tiga hari dan gejalanya sebagai

berikut:

1. Demam ringan dengan suhu 38,9 derajat Celcius atau lebih rendah Mengantuk

2. Sakit tenggorok

(8)

3. Ruam-berwarna merah terang atau pucat pada hari pertama atau kedua, menyebar dengan cepat dari

wajah ke seluruh tubuh, dan menghilang dengan cepat pula.

4. Pembengkakan kelenjar leher.

5. Sakit kepala

6. Hidung tersumbat atau pilek.

7. Radang, mata merah

2.1.3 PENYEBAB

Virus yang ditularkan melalui kontak udara maupun kontak badan. Virus ini bisa menyerang usia anak

dan dewasa muda. Pada ibu hamil bisa mengakibatkan bayi lahir tuli. Penularan virus rubella adalah

melalui udara dengan tempat masuk awal melalui nasofaring dan orofaring. Setelah masuk akan

mengalami masa inkubasi antara 11 sampai 14 hari sampai timbulnya gejala. Hampir 60 % pasien akan

timbul ruam. Penyebaran virus rubella pada hasil konsepsi terutama secara hematogen. Infeksi

kongenital biasanya terdiri dari 2 bagian : viremia maternal dan viremia fet al. Viremia maternal terjadi

saat replikasi virus dalam sel trofoblas. Kemudian tergantung kemampuan virus untuk masuk dalam

barier bayi-bayi lain, disamping bagi orang dewasa yang rentan dan berhubungan dengan bayi tersebut.

2.1.4 DIAGNOSA

Diagnosis Ditegakkan berdasarkan gejala klinis yang timbul, dan dari pemeriksaan darah di laboratorium

dengan melihat kadar antibodi IgG dan IgM-nya terhadap rubela. Diagnosa ditegakkan melalui

pemeriksaan serologi. IgM akan cepat memberi respon sete lah keluar ruam dan kemudian akan

menurun dan hilang dalam waktu 4

 –

8 minggu, IgG juga memberikan respon setelah keluar ruam dan

tetap tinggi selama hidup.

Diagnosa ditegakkan dengan adanya peningkatan tite r 4 kali lipat dari hemagglutination-inhibiting (HAI)

antibody dari dua serum yang diperoleh dua kali selang waktu 2 minggu atau setelah adanya IgM.

Diagnosa Rubella juga dapat ditegakkan melalui biakan dan isolasi virus pada fase akut. Ditemukannya

IgM dalam darah talipusat atau IgG pada neonatus atau bayi 6 bulan mendukung diagnosa infeksi

Rubella.

2.2 RUBELLA PADA KEHAMILAN

2.2.1 DEFINISI

10

 –

15% wanita dewasa rentan terhadap infeksi Rubella. Perjalanan penyakit tidak dipengaruhi oleh

kehamilan dan ibu hamil dapat atau tidak memperlihatkan adanya gejala penyakit. Derajat penyakit

terhadap ibu tidak berdampak terhadap resiko infeksi janin. Infeksi yang terjadi pada trimester I

memberikan dampak besar terhadap janin. Infeksi Rubella berbahaya bila tejadi pada wanita hamil

(9)

muda, karena dapat menyebabkan kelainan pada bayinya. Jika infeksi terjadi pada bulan pertama

kehamilan maka risiko terjadinya kelainan adalah 50%, sedangkan jika infeksi tejadi trimester per tama

maka risikonya menjadi 25% (menurut America College of Obstatrician and Gynecologists, 1981).

Bila ibu hamil yang belum kebal terserang virus Rubella saat hamil kurang dari 4 bulan, akan terjadi

berbagai cacat berat pada janin. Sebagian besar bayi akan mengalami katarak pada lensa mata,

gangguan pendengaran, bocor jantung, bahkan kerusakan otak. Infeksi Rubella pada kehamilan dapaT

menyebabkan keguguran, bayi lahir mati atau gangguan terhadap janin Susahnya, sebanyak 50% lebih

ibu yang mengalami Rubella tidak merasa apa-apa. Sebagian lain mengalami demam, tulang ngilu,

kelenjar belakang telinga membesar dan agak nyeri. Set elah 1-2 hari muncul bercak-bercak merah

seluruh tubuh yang hilang dengan sendirinya setelah beberapa hari. Tidak semua janin akan tertular.

Jika ibu hamil terinfeksi saat usia kehamilannya < 12 minggu maka risiko janin tertular 80 -90 persen. Jika

infeksi dialami ibu saat usia kehamilan 15-30 minggu, maka risiko janin terinfeksi turun yaitu 10-20

persen. Namun, risiko janin tertular meningkat hingga 100 persen j ika ibu terinfeksi saat usia kehamilan

> 36 minggu. Untungnya, Sindrom Rubella Kongenital biasanya terjadi hanya bila ibu terinfeksi pada saat

umur kehamilan masih kurang dari 4 bulan. Bila sudah lewat 5 bulan, jarang sekali ter jadi infeksi. Di

samping itu, bayi juga berisiko lebih besar untuk terkena diabetes melitus, gangguan tiroid, gangguan

pencernaan dan gangguan syaraf.

2.2.1 PENCEGAHAN

terhadap serangan virus Rubella telah tersedia vaksin dalam bentuk

vaksin kombinasi yang sekaligus digunakan untuk mencegah infeksi campak

dan gondongan, dikenal sebagai vaksin MMR (Mumps, Measles, Rubella).

Vaksin Rubella diberikan pada usia 15 bulan. Setelah itu harus mendapat

ulangan pada umur 4-6 tahun. Bila belum mendapat ulangan pada umur 4-6

tahun, harus tetap diberikan umur 11-12 tahun, bahkan sampai remaja.

Vaksin tidak dapat diberikan pada ibu yang sudah hamil.

l sebaiknya memeriksa kekebalan tubuh

terhadap Rubella, seperti juga terhadap infeksi TORCH lainnya.

-Rubella IgG saja yang positif, berarti Anda pernah terinfeksi atau sudah divaksinasi terhadap

Rubella. Anda tidak mungkin terkena Rubella lagi, dan janin 100% aman.

-Rubella IgM saja yang positif atau anti-Rubella IgM dan anti-Rubella IgG positif, berarti anda

baru terinfeksi Rubella atau baru divaksinasi terhadap Rubella. Dokter akan menyarankan Anda untuk

menunda kehamilan sampai IgM menjadi negatif, yaitu selama 3-6 bulan.

(10)

ti-Rubella IgG dan anti-Rubella IgM negatif berarti anda tidak mempunyai kekebalan terhadap

Rubella. Bila anda belum hamil, dokter akan memberikan vaksin Rubella dan menunda kehamilan

selama 3-6 bulan. Bila anda tidak bisa mendapat vaksin, tidak mau menunda kehamilan atau sudah

hamil, yang dapat dikerjakan adalah mencegah anda terkena Rubella.

berikut:

gan mendekati orang sakit demam Jangan pergi ke tempat banyak anak berkumpul, misalnya

Playgroup sekolah TK dan SD.

atau karena orang lain yang terjangkit Rubella belum tentu menunjukkan gejala demam. Kekebalan

terhadap Rubella diperiksa ulang lagi umur 17-20 minggu.

-bintik merah, pastikan apakah benar Rubella

dengan memeriksa IgG danIgM Rubella setelah 1 minggu. Bila IgM positif, berarti benar infeksi Rubella

baru.

akah janin tertular atau tidak Untuk memastikan apakah

 janin terinfeksi atau tidak maka dilakukan pendeteksian virus Rubella dengan teknik PCR (Polymerase

Chain Reaction). Bahan pemeriksaan diambil dari air ketuban (cairan amnion). Pengambilan sampel air

ketuban harus dilakukan oleh dokter ahli kandungan & kebidanan, dan baru dapat dilakukan setelah usia

kehamilan lebih dari 22 minggu.

2.2.2 PEMERIKSAAN

Pemeriksaan rubella harus dikerjakan pada semua pasien hamil dengan mengukur IgG . Mereka yang

non-imune harus memperoleh vaksinasi pada masa pasca persalinan. Tindak lanjut pemeriksaan kadar

rubella harus dilakukan oleh karena 20% yang memperoleh vaksinasi ternyata tidak memperlihatkan

adanya respon pembentukan antibodi dengan baik. Infeksi rubella tidak merupakan kontra indikasi

pemberian ASI

Tidak ada terapi khusus terhadap infeksi Rubella dan pemberian profilaksis dengan gamma globulin

pasca paparan tidak dianjurkan oleh karena tidak memberi perlindungan terhadap janin.Pemeriksaan

Laboratorium yang dilakukan meliputi pemeriksaan Anti-Rubella IgG dana IgM. Pemeriksaan Anti-rubella

IgG dapat digunakan untuk mendeteksi adanya kekebalan pada saat sebelum hamil. Jika ternyata belum

memiliki kekebalan, dianjurkan untuk divaksinasi. Pemeriksaan Anti-rubella IgG dan IgM terutama

sangat berguna untuk diagnosis infeksi akut pada kehamilan < 18 minggu dan risiko infeksi rubella

bawaan.

(11)

2.2.3 TERAPI ANTIVIRUS

1. Acyclovir adalah anti virus yang digunakan secara luas dalam kehamilan

2. Acyclovir diperlukan untuk terapi infkesi primer herpes simplek atau virus varicella zoster yang terjadi

pada ibu hamil

3. Selama kehamilan dosis pengobatan tidak perlu disesuaikan

4. Obat antivirus lain yang masih belum diketahui keamanannya selama kehamilan : Amantadine dan

Ribavirin

2.3 RUBELLA PADA PERSALINAN

Infeksi rubella pada persalinan

2.3.1 Penyebab

Adanya kuman yang masuk semisal karena dilakukan pemeriksaan dalam tanpa keadaan yang steril, juga

akibatketuban pecah dini sebelum proses persalinan.

2.3.1 Gejala Klinis

Suhu tubuh ibu panas, detak jantung janin cepat, begitu pula dengan detak jantung ibu, air ketuban

hijau kental dan berbau. Hal ini bisa membahayakan kondisi ibu dan janinnya bila tidak segera

melahirkan.

2.3.3 Penanganan

Jika ditemukan keadaan sangat gawat, bayi harus segera dilahirkan. Tentunya tergantung kondisi ibu

saat itu. Jika sudah waktunya mendekati persalinan, dilakukan tindakan vakum atau forsep. Jika masih

 jauh waktunya dari persalinan, akan dilakukan operasi meski dengan risiko bayi lahir prematur. Masalah

operasi ini memang masih kontroversial. ada kontroversi. Jika dalam keadaan infeksi dilakukan operasi,

luka pada tubuh ibu bisa memicu terjadinya sepsis. Namun jika bayi tak dikeluarkan segera, akan ter jadi

hipoksia (kekurangan oksigen), bahkan kematian janin.

2.3.4 Pencegahan

Proses persalinan dilakukan dengan cara dan peralatan yang steril mungkin, serta sedapat mungkin

dibantu oleh tenaga medis.

2.4 RUBELLA PADA NIFAS

Infeksi rubella pada masa nifas

2.4.1 Penyebab

(12)

Kuman bakteri Infeksi sesudah persalinan dapat ditemui pada endometrium atau lapisan dalam rahim.

Infeksi dapat terjadi bila pertolongan persalinan tidak steril; kondisi daya tahan tubuh menurun sehingga

kuman yang tadinya tidak menimbulkan penyakit jadi menimbulkan penyakit; banyaknya luka terbuka di

rahim akibat lepasnya plasenta, sehingga bila ada satu dua kuman yang masuk ke dalam luka tersebut

menimbulkan infeksi.

2.4.2 Gejala Klinis

Tergantung keganasan kumannya serta masa inkubasi. Bisa dalam hitungan jam atau hari. Gejalanya ada

reaksi radang seperti suhu tubuh naik (panas tinggi) dan badan terasa nyeri, menggigil, nafsu makan

menurun. Pada hari kedua mungkin timbul perlawanan antibodi-antigen. Kemudian keluarlah nanah

yang berbau dari vagina/jalan lahir. Jika berlanjut, kuman bisa masuk dalam aliran darah dan terjadi

sepsis sehingga harapan hidup si ibu kemungkinan sangat kecil.

2.4.3 Diagnosis

Ditegakkan berdasar gejala klinis pada ibu masa nifas, yaitu panas tinggi, lokhia berbau/nanah, denyut

nadi cepat, rahim tidak berkontraksi secara adekuat.

2.4.4 Pengobatan

Di rawat di rumah sakit dengan pemberian infus/cairan yang ade kuat, antibiotik yang sesuai, dan

usahakan rahim berkontraksi.

2.4.5 Pencegahan

Persalinan diupayakan dengan cara sester il mungkin. Dianjurkan pula ibu hamil untuk imunisasi

terutama tetanus guna perlindungan saat pemotongan tali pusat dengan bayi. Setelah per salinan,

karena terjadinya perdarahan, biasanya dokter memberikan obat-obatan antibiotik untuk mencegah

terjadinya infeksi. Meski ada juga dokter yang tidak memberikan obat-obatan antibiotik dengan

anggapan bahwa luka yang diakibatkan persalinan adalah alami dan dapat sembuh sendiri. Selain itu,

penggunaan antibiotika dianggap boros dan membuat kuman tertentu menjadi resisten.

(13)

BAB III

PENUTUP

3.1 SIMPULAN

Infeksi Rubella pada kehamilan dapaT menyebabkan keguguran, bayi lahir mati atau gangguan terhadap

 janin.Susahnya, sebanyak 50% lebih ibu yang mengalami Rubella tidak merasa apa-apa. Sebagian lain

mengalami demam, tulang ngilu, kelenjar belakang telinga membesar dan agak nyeri. Setelah 1-2 hari

muncul bercak-bercak merah seluruh tubuh yang hilang dengan sendirinya setelah beberapa hari.

Sedangkan dalam persalinan terjadi akibat adanya kuman yang masuk karena dilakukan pemeriksaan

dalam tanpa keadaan yang steril, juga akibat ketuban pecah dini sebelum proses persalinan. Selain itu

Kuman bakteri Infeksi sesudah persalinan dapat ditemui juga pada endometrium atau lapisan dalam

rahim . Infeksi dapat terjadi bila pertolongan persalinan tidak steril.

(14)

Bidan di harapkan dapat mendeteksi sedini mungkin adanya tanda dan gejala yang mengarah ke Rubella

terutama pada ibu tersebut hamil, supaya ibu tidak terlambat dalam mendapatkan penanganan.

DAFTAR PUSTAKA

Adam JMF. Survei diabetes melltitus pada wanita hamil. Penelitian Universitas Hasanuddin. 1986.

Amankwah KS, Prentile RL, Fleury FJ. The incidence of gestational diabetes. Obstetric and Gynecology

1977; 49:497-498.

Mochtar, Rustam. Prof. DR. 1989. Sypnosis Obstetrik : Obstetrik Patologi. Edisi I.

Jakarta : EGC

Manumba, Ida Bagus. 1993. Penuntun Kepanitraan Klinik Obstetrik dan Ginekologi

Jakarta : EGC

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Susanto (2009), pada periode bayi biasanya manifestasi klinis hipotiroid kongenital sangat sulit ditemukan, 95% bayi yang lahir dengan hipotiroid

Pada saat terjadi Kejadian Luar Biasa penyakit campak Jerman (Rubella), atau penyakit campak dan gondongan, maka vaksinasi MMR ini bisa diberikan juga untuk bayi

Bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi rubella pada trimester awal kehamilan akan beresiko mengalami kelainan dibawah

Terdapat beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian kelaianan kongenital pada bayi, yaitu: usia ibu, multi- paritas, riwayat abortus, kelainan kongenital

a. Katarak kongenital, adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah lahir dan bayi berusia kurang dari satu tahun. Katarak kongenital sering ditemukan

$nfeksi rubela saat kehamilan pada trimester pertama akan menyebabkan sindrom rubela kongenital % congenital rubella syndrome 34'(. Manifestasi klinis 4' antara lain berupa

a. Katarak kongenital, adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah lahir dan bayi berusia kurang dari satu tahun. Katarak kongenital sering ditemukan

a. Katarak kongenital, adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah lahir dan bayi berusia kurang dari satu tahun. Katarak kongenital sering ditemukan pada bayi