LAPORAN KROMATOGRAFI
LAPORAN KROMATOGRAFI
KROMATOGRAFI KOLOM KLASIK
KROMATOGRAFI KOLOM KLASIK
Dosen Pembimbing : Edi Wahyu SM Dosen Pembimbing : Edi Wahyu SM
DISUSUN OLEH : DISUSUN OLEH :
Kelompok 8 Kelompok 8
ANGGUN FUJI RIZQIANI
ANGGUN FUJI RIZQIANI :101431002:101431002
ANNISSA APRILLIA :101431004 ANNISSA APRILLIA :101431004
FAJAR SIDDIQ SUBHI :
FAJAR SIDDIQ SUBHI : 101431012101431012
RESTYA ESA FARDINI : 101431023 RESTYA ESA FARDINI : 101431023
KELAS : 2A ANALIS KIMIA KELAS : 2A ANALIS KIMIA
Tanggal
Tanggal Praktikum Praktikum : 26 : 26 Maret Maret 20122012
Tanggal Peny
Tanggal Penyerahan Laporerahan Laporan an : 02 April 201: 02 April 20122
JURUSAN TEKNIK KIMIA
JURUSAN TEKNIK KIMIA
PROGRAM STUDI ANALIS KIMIA
PROGRAM STUDI ANALIS KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
JUDUL PRAKTIKUM : Kromatografi Kolom Klasik TANGGAL PRAKTIKUM : Jum’at, 26 Maret 2012
PEMBIMBING : Edi Wahyu SM
I.
TUJUAN
Setelah melakukan praktikum, diharapkan mahasiswa mampu:
1. Memahami prinsip kromatografi kolom (KK) dan melakukan pemisahan dengan metoda KK
2. Mampu melakukan pemisahan dan mengidentifikasi sampel dengan metoda KK 3. Mengamati dan mengetahui pengaruh eluen yang berbeda pada roses pemisahan
II.
DASAR TEORI
Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan perambatan komponen dalam medium tertentu. Pada kromatografi, komponen-komponennya akan dipisahkan antara dua buah fase yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam akan menahan komponen campuran sedangkan fase gerak akan melarutkan zat komponen campuran. Komponen yang mudah tertahan pada fase diam akan tertinggal. Sedangkan komponen yang mudah larut dalam fase gerak akan ergerak lebih cepat.
Kromatografi kolom merupakan teknik kromatografi yang paling awal yang pertama kali di lakukan oleh D.T.Davy (1987) yaitu untuk membedakan komposisi minyak bumi. Ditinjau dari mekanismenya kromatografi kolom merupakan kromatografi serapan atau adsorbsi. Kromatografi kolom digolongkan kedalam kromatografi cair
–
padat (KCP) kolom terbuka. Alat kromatografi kolom sederhana, terdiri dari kolom dari kaca yang ada krannya. Umumnya panjang kolom minimum 10x diameter pipa kaca yang digunakan dan labu Erlenmeyer sebagai penampung eluen. Fasa diam berupa adsorben yang tidak larut dalam fasa gerak, ukuran partikel fasa diam harus seragam. Adanya pengotor dalam fasa diam dapat menyebabkan adsorbsi tidak reversible. Sebagai fasa diam digunakan alumina , silica gel, arang, bauksit, kalsium karbonant, bauksit, magnesium karbonat, pati, talk, selulose, gula, tanah diatom.Sebagian besar prinsip pemisahan kromatografi kolom didasarkan pada afinitas kepolaran analit dengan fase diam, sedangkan fase gerak selalu memiliki kepolaran
yang berbeda dengan fase diam. Pada sebagian besar kromatografi kolom menggunakan fase diam yang bersifat polar dengan fase gerak yang non-polar dengan begitu waktu retensi akan menjadi lebih singkat. Semakin cepat pergerakan fase gerak
akan meminimalkan waktu yang diperlukan untuk bergerak di sepanjang kolom. Laju aliran kolom dapat ditingkatkan dengan memperluas aliran eluent di dalam kolom dengan mengisi fase diam pada bagian bawah atau dikurangi dengan mengontrol keran. Laju aliran yang lebih baik dapat dicapai dengan menggunakan pompa atau dengan menggunakan gas dengan kompresi (misalnya udara,nitrogen, argon) untuk mendorong pelarut melalui kolom.
Kolomnya (tabung gelas) diisi dengan bahan seperti alumina, silika gel atau pati yang dicampur dengan adsorben, dan pastanya diisikan kedalam kolom. Larutan sampel kemudian diisikan kedalam kolom dari atas sehingga sampel diasorbsi oleh adsorben. Kemudian pelarut (fasa mobil; pembawa) ditambahkan tetes demi tetes dari atas kolom. Partisi zat terlarut berlangsung di pelarut yang turun ke bawah (fasa mobil) dan pelarut yang teradsorbsi oleh adsorben (fasa stationer). Selama perjalanan turun, zat terlarut akan mengalami proses adsorpsi dan partisi berulang-ulang. Laju penurunan berbeda untuk masing-masing zat terlarut dan bergantung pada koefisien partisi masing-masing zat terlarut. Akhirnya, zat terlarut akan terpisahkan membentuk beberapa lapisan.
Akhirnya, masing-masing lapisan dielusi dengan pelarut yang cocok untuk memberikan spesimen murninya. Nilai R didefinisikan untuk tiap zat etralrut dengan persamaan berikut:
R = (jarak yang ditempuh zat terlarut) / (jarak yang ditempuh pelarut/fasa mobil).
Pengisian fasa diam ke dalam kolom dapat dilakukan dengan cara kering dan cara basah:
o Cara kering yaitu silika gel dimasukkan ke dalam kolom yang telah diberi
kapas kemudian ditambahkan cairan pengelusi.
o Cara basah yaitu silika gel terlebih dahulu disuspensikan dengan cairan
pengelusi yang akan digunakan kemudian dimasukkan ke dalam kolom melalui dinding kolom secara kontinyu sedikit demi sedikit hingga masuk semua, sambil kran kolom dibuka. Eluen dialirkan hingga silika gel mapat, setelah si lika gel mapat eluen dibiarkan mengalir sampai batas adsorben kemudian kran ditutup dan sampel dimasukkan yang terlebih dahulu dilarutkan dalam eluen sampai diperoleh kelarutan yang spesifik. Kemudian sampel dipipet dan dimasukkan ke dalam kolom melalui dinding kolom
sedikit demi sedikit hingga masuk semua, dan kran dibuka dan diatur tetesannya, serta cairan pengelusi ditambahkan. Tetesan yang keluar ditampung sebagai fraksi-fraksi. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemisahan dengan kromatografi kolom adalah fase diam yang digunakan, kepolaran pelarut (fase diam), ukuran kolom (diamter dan panjang kolom), kecepatan alir elusi.
Gambar Kolom kromatografi
Keterbatasan kromatografi kolom-terbuka klasik ialah sebagai berikut :
Pemisahan lambat
Penjerapan linarut yang tidak bolak-balik Tidak dapat dipakai jika partikel terlalu kecil.
Kombinasi antara kromatografi kolom kering dan kromatografi cair vakum memiliki kelebihan dimana laju pengelusian lebih tinggi dan memperpendek waktu kontak linarut dengan penjerap. Untuk kolom gaya tarik bumi yang memakai penjerap berukuran 60-230 mesh (63-250 µm), umumnya laju aliran sekitar 10-20 mL/cm2 penampang kolom/jam. Untuk partikel yang lebih kecil dari 200 mesh diperlukan semacam pemompaan atau sistem bertekanan. Kemudian laju dapat ditingkatkan sampai 2 mL atau lebih setiap menitnya, atau sampai batas sistem tekanan. Kromatografi Vakum Cair mempunyai keuntungan yang utama dibandingkan dengan kolom konvensional yaitu :
Konsumsi fase gerak KCV hanya 80% atau lebih kecil dibanding dengan
kolom konvensional karena pada kolom mikrobor kecepatan alir fase gerak lebih lambat (10-100µl/menit)
Adanya aliran fase gerak lebih lambat membuat kolom mikrobor lebih ideal
jika digabung dengan spectrometer massa
Sensitivitas kolom mikrobor ditingkatkan karena solute lebih pekat karenanya
jenis kolom ini sangat bermanfaat jika jumlah sampel terbatas missal sampel klinis
Kerugian KCV (Kromatogravi Vakum Cair) :
Membutuhkan waktu yang cukup lama Sampel yang dapat digunakan terbatas
III.
ALAT DAN BAHAN
Alat dan bahan yang digunakan 1. Kolom kaca
2. Pipet pasteur panjang 1 buah, pendek 4 buah 3. Kapas
4. Silika gel 5. Etanol
6. Rhodamine B dan metilen biru
7. Larutan eluen 1 (methanol : dychloromethan=2:8) 8. Larutan eluen 2 (dychloromethan : propanol= 7:3)
9. Labu kimia 50 cc (6 buah), erlenmeyer 100 dan 250 dilengkapi tutup 10. Sarung tangan
IV.
LANGKAH KERJA
a. Metode Basah
Memasukkan sejumlah kapas ke dalam bagian paling bawah dari kolom,
tidak terlalu padat atau terlalu longgar
Menambahkan sedikit demi sedikit pasir (kwarsa) sampai membentuk
Mengalirkan dengan melalui dinding kolom setetes demi setetes etanol
untuk mencuci dan membilas pasir (kwarsa) dan kapas
Memasukkan silika gel yang sudah basah atau seperti bubur dengan
hati-hati ke dalam kolom. Mengetuk-ngetuk dengan pensil atau batang pengaduk agar diperoleh susunan yang rata di dalam kolom
Menambahkan tetes demi tetes larutan eluen sampai tertampung tetesan
pelarut sekitar 5 mL di bagian bawah dari kolom
Memasukkan dengan melalui dinding kolom sampel yang diberikan
Menambahkan dengan hati-hati pelarut pengembang. Dijaga jangan
sampai sampel yang akan dianalisis terencerkan dan tercampur dengan pelarut pengembang
Mengamati gerakan pelarut pengembang di dalam kolom. Mengamati pula
jika terbentuk pita-pita berwarna. Menampung setiap pita warna yang diperoleh
Dengan bantuan lampu UV-VIS, uji intensitas warna larutan yang
diperoleh dari kolom, membandingkan dengan larutan pembanding yang sudah diketahui jenisnya.
Mencari panjang gelombang maximumnya menggunakan
spektrofotometer shimadzu
b. Metode Kering
Menggunakan pipet tetes sebagai kolom
Memasukkan sejumlah kapas ke dalam bagian paling bawah dari kolom,
tidak terlalu padat atau terlalu longgar
Mengalirkan dengan melalui dinding kolom setetes demi setetes etanol
untuk mencuci dan membilas pasir (kwarsa) dan kapas
Memasukkan silika gel (kering). Mengetuk-ngetuk dengan pensil atau
batang pengaduk agar diperoleh susunan yang rata di dalam kolom
Memasukkan dengan melalui dinding kolom sampel yang diberikan
Menambahkan dengan hati-hati pelarut pengembang. Dijaga jangan
sampai sampel yang akan dianalisis terencerkan dan tercampur dengan pelarut pengembang
Mengamati gerakan pelarut pengembang di dalam kolom. Mengamati pula jika terbentuk pita-pita berwarna. Menampung setiap pita warna yang
diperoleh
Dengan bantuan lampu UV-VIS, uji intensitas warna larutan yang diperoleh dari kolom, membandingkan dengan larutan pembanding yang sudah diketahui jenisnya.
Mencari lamda maximumnya menggunakan spetrofotometer shimadzu
V.
DATA PENGAMATAN
a. Metode Basah
Eluen pengamatan Gambar
Metanol : Dychloromethan (2:8)
Pertama Rhodamin B dan Metylen blue setelah masuk kolom terpisah, namun lama kelamaan metylen larut sehingga tidak ada warna yang dipisahkan
saat awal pemisahan
saat pemisahan
Propanol : Dychloromethan (3:7)
Sampel dapat terlihat jelas terpisah, karena ada jarak antara warna pink(rhodamin b dan biru(metylen blue), namun metylen blue tidak dapat turun ke bawah kolom
Saat Pemisahan
Pemisahan masih berlangsung
Setelah pemisahan
Panjang gelombang maksimum rhodamin b = 592 nm
Absorbansi = -0,602 pada panjang gelombang maksimum 592,80 nm
b. Metode Kering
Eluen Pengamatan Gambar
Metanol : Dychloromethan (2:8)
tidak terjadi pemisahan , warna biru hilang terserap ke rhodamin b
saat pemisahan
setelah pemisahan