ETIKA BISNIS
ETIKA BISNIS
ETIKA DALAM BISNIS
ETIKA DALAM BISNIS
Dosen Pengampu:
Dosen Pengampu: Dra. Ni Ketut Purnawati, M.S. Dra. Ni Ketut Purnawati, M.S. Kelas / Ruang: A1/ E.II.1
Kelas / Ruang: A1/ E.II.1 Kelompok : 5
Kelompok : 5
NAMA :
NAMA : NIM :NIM :
1.
1. NI PUTU MEYDIANI CHINTI NI PUTU MEYDIANI CHINTIA DEWI A DEWI 16075320091607532009 2.
2. NYOMAN RATNA CANDRADEWI NYOMAN RATNA CANDRADEWI 16075320101607532010 3.
3. NYOMAN ARI WIDNYANI NYOMAN ARI WIDNYANI 16075320111607532011
JURUSAN AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI
PROGRAM STUDI NON REGULER PROGRAM STUDI NON REGULER FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR DENPASAR 2017 2017
PENDAHULUAN
Baerdasarkan prinsip-prinsip etika bisnis, maka dapat dikatakan bahwa dalam bisnis modern dewasa ini, para pelaku bisnis perlu bersikap etis. Keberhasilan penerapan etika dalam bisnis harus diimbangi dengan penerapan moral dalam berbisnis. Namun apakah moral bersifat relatif dan dapat menimbulkan penilaian yang berbeda-beda pada tiap pelaku bisnis? Berkaitan dengan hal tersebut, maka sangat penting untuk dibahas lebih mendalam mengenai relativitas moral dalam bisnis. Karena keterlibatan moral dalam bisnis, maka tiap pelaku bisnis memiliki tanggung jawab moral serta sosial dalam menjalankan bisnisnya. Perusahaan mempunyai tanggungjawab secara moral untuk menyampaikan secara jujur kemajuan dan kondisi ekonomis-finansial korporasi kepada pemegang saham. Bertanggungjawab secara sosial kepada masyarakat atau negara dimana perusahaan tersebut beroperasi. Untuk menunjang terealisasinya kedua tanggung jawab tersebut secara baik maka diperlukan penerapan kode etik berbagai profesi berupa norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap anggota profesi didalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidupnya di masyarakat. Namun dalam kenyataannya, dalam pelaksanaan bisnis yang beretika pastilah timbul kendala-kendala. Kendala-kendala tersebut nantinya dapat menimbulkan pro serta kontra penerapan etika dalam berbisnis, serta pro dan kontra antara keuntungan dengan etika dalam berbisnis. Untuk mengatasi tiap kendala yang terjadi, maka penting bagi para pelaku binis untuk mengetahui pentingnya penerapan etika dalam bisnis sebagai suatu alasan meningkatnya perhatian dunia bisnis terhadap etika. Berdasarkan pemaparan tersebut maka sangat penting untuk dibahas lebih mendalam mengenai relativitas moral dalam bisnis, tanggung jawab moral dan sosial bisnis, kode etik berbagai profesi, kendala-kendala pelaksanaan etika bisnis, pro - kontra antara keuntungan dan etika, serta alasan mengapa perhatian dunia bisnis terhadap etika meningkat.
PEMBAHASAN
1. Relativitas Moral Dalam Bisnis
Menurut De George, ada tiga pandangan umum yang dianut. Pandangan pertama adalah norma etis berbeda antara 1 tempat dengan tempat lainnya. Artinya perusahaan harus mengikuti norma dan aturan moral yang berlaku di negara tempat perusahaan tersebut beroperasi. Yang menjadi persoalan adalah anggapan bahwa tidak ada nilai dan norma moral yang bersifat universal yang berlaku di semua negara dan masyarakat, bahwa nilai dan norma moral yang berlaku di suatu negara berbeda dengan yang berlaku di negara lain. Oleh karena itu, menurut pandangan ini norma dan nilai moral bersifat relatif. Ini tidak benar, karena bagaimanapun
mencuri, merampas, dan menipu dimanapun juga akan dikecam dan dianggap tidak etis.
Pandangan kedua adalah bahwa nilai dan norma moral sendiri paling benar dalam arti tertentu mewakili kubu moralisme universal, yaitu bahwa pada dasarnya norma dan nilai moral berlaku universal, dan karena itu apa yang dianggap benar di negara sendiri harus diberlakukan juga di negara lain (karena anggapan bahwa di negara lain prinsip itu pun pasti berlaku dengan sendirinya). Pandangan ini didasarkan pada anggapan bahwa moralitas menyangkut baik buruknya perilaku manusia sebagai manusia, oleh karena itu sejauh manusia adalah manusia,
dimanapun dia berada prinsip, nilai, dan norma moral itu akan tetap berlaku.
Pandangan ketiga adalah immoralis naif. Pandangan ini menyebutkan bahwa tidak ada norma moral yang perlu diikuti sama sekali.
Menurut De George prinsip yang paling pokok yang berlaku universal, khususnya dalam bisnis adalah prinsip integritas pribadi atau integritas moral.Ada dua keunggulan prinsip integritas pribadi dibandingkan dengan prinsip lainnya.Pertama, prinsip integritas pribadi tidak punya konotasi negatif seperti halnya pada prinsip-prinsip moral lainnya, bahkan pada kata etika
dan moralitas itu sendiri.Bagi banyak orang, kata etika, apalagi prinsip etika, mempunyai nada moralitas dan paksaan dari luar.Kedua, bertindak berdasarkan integritas pribadi berarti bertindak sesuai dengan norma-norma perilaku yang diterima dan dianut diri sendiri dan juga berarti memberlakukan pada diri sendiri norma-norma juga dianut oleh etika dan moralitas. Dengan kata lain, prinsip integritas pribadi mengandung pengertian bahwa norma yang dianut adalah norma yang sudah diterima menjadi milik pribadi dan tidak lagi bersifat eksternal.
2.
Tanggung Jawab Moral dan Sosial Bisnis
Tanggung Jawab Moral BisnisTerdapat berbagai pandangan mengenai tanggung jawab moral bisnis.Ada yang berpendapat bahwa bisnis adalah koporasi impersonal yang bertujuan untuk memperoleh laba.Sebagai institusi impersonal atau pribadi, bisnis tidak mempunyai nurani, sehingga tidak bertanggung jawab secara moral (Weiss, 1994:888).Namun, menurut pandangan Kenneth
Goodpastern dan John Metthews mengatakan bahwa bisnis adalah analog dengan individu, yang mempunyai kehendak, nurani, tujuan, dan strategi (Weiss, 1994:90).Pengertian individu disini adalah orang-orang yang mendukung nilai-nilai moral mewakili bisnis.Oleh karena itu, sangat wajar kalu bisnis mempunyai tanggungjawab moral dan sosial sebagaimana halnya pribadi individu.Denagn demikian, dapat disimpulkan bahwa bisnis menyerupai institusi personal sehingga mempunyai nurani.
Perusahaan mempunyai tanggungjawab secara moral untuk menyampaikan secara jujur kemajuan dan kondisi ekonomis-finansial korporasi kepada pemegang saham. Bertanggungjawab secara sosial kepada masyarakat atau negara dimana perusahaan tersebut beroperasi, berkewajiban moral untuk menyediakan kondisi dan lingkungan kerja yang sehat
dan aman, memberikan upah yang adil kepada pegawai, menginfomasikan dengan benar kepada konsumen mengenai produk yang dihasolkan serta jasa-jasa pelayanan yang diberikan.
Contoh :Kasus enron & KAP Arthur Anderse. Enron, suatu perusahaan yang menduduki ranking tujuh dari lima ratus perusahaan terkemuka di Amerika Serikat dan merupakan perusahaan energi terbesar di AS jatuh bangkrut dengan meninggalkan hutang hampir sebesar US $ 31.2 milyar. Dalam kasus Enron diketahui terjadinya perilaku moral hazard (perilaku jahat) : diantaranya manipulasi laporan keuangan dengan mencatat keuntungan 600 juta Dollar AS padahal perusahaan mengalami kerugian. Manipulasi keuntungan disebabkan
keinginan perusahaan agar saham tetap diminati para investor, kasus memalukan ini konon ikut melibatkan orang dalam gedung putih, termasuk wakil presiden Amerika Serikat.
Tanggungjawab Sosial Bisnis
Tanggungjawab Sosial Bisnis (Corporate Social Responsibility atau CSR) adalah memanfaatkan sumber daya yang ada untuk mencapai laba dengan cara-cara yang sesuai dengan aturan permainan dalam persaingan bebas tanpa penipuan dan kecurangan.Menaati aturan permainan, dan kesopanan, serta tidak melakukan kecurangan dan tipu muslihat sebenarnya
sudah mengandung arti bahwa bisnis sampai batas tertentu mempunyai tanggungjawab moral. CSR merupakan konsep yang bermaterikan tanggungjawab sosial dan lingkungan oleh perusahaan kepada masyarakat luas, khususnya di wilayah perusahaan tersebut beroperasi.Misalnya, CSR bisa berupa program yang memberikan bantuan modal kerja bagi para nelayan, petani, pemberian beasiswa bagi pelajar yang tidak mampu dan berprestasi, perbaikan infrastruktur, dan memelihara kondidi alam agar tetap sehat dan seimbang.
Implementasi CSR di perusahaan pada umumnya dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:
a. Komitmen pimpinan
Perusahaan yang pimpinannya tidak tanggap dengan masalah-masalah social dan lingkungan kecil kemungkinan akan mempedulikan aktivitas social.
b. Ukuran dan kematangan perusahaan
Perusahaan besar dan mapan lebih mempunyai potensi memberikan kontribusi ketimbang perusahaan kecil.
c. Regulasi dan sistem perpajakan yang diatur pemerintah
Semakin overlap-nya regulasi dan penataan pajak akan membuat semakin kecil ketertarikan perusahaan untuk memberikan donasi atau sumbangan social kepada masyarakat. Begitu pula sebaliknya.
Ada tiga alasan penting dan manfaat yang diperoleh suatu perusahaan dalam merespon dan menerapkan CSR yang sejalan dengan operasi usahanya:
1. Perusahaan adalah bagian dari masyarakat dan wajar jika perusahaan juga turut memperhatikan kepentingan masyarakat.
2. Kalangan bisnis dan masyarakat memiliki hubungan yang bersifat simbosis mutualisme (saling mengisi dan menguntungkan).
3. CSR merupakan cara untuk mengeliminasi berbagai potensi penduduk untuk melakukan hal-hal yang tidak diinginkan sebagai akses ekslusifme dan monopoli sumber daya alam
yang dieksploitasi oleh perusahaan tanpa mengedepankan kesempatan bagi sumber daya manusia yang berdomisili di sekitar wilayah perusahaan.
Ada dua jalur tanggungjawab sosial perusahaan sesuai dengan dua jalur relasi perusahaan dengan masyarakat, yaitu :
1. Terhadap relasi primer, misalnya memenuhi kontrak yang sudah dilakukan dengan perusahaan lain, membyar hutang, memberi pelayanan kepada konsumen dan pelanggan
dengan baik.
2. Terhadap relasi sekunder, seperti bertanggungjawab atas operasi dan dampak bisnis terhadap masyarakat, atas masalah-masalah seperti lapangan kerja, pendidikan, prasana sosial, dan pajak.
Bisnis yang baik akan tetap mengindahkan prinsip tanggungjawab, kalau perlu mengorbankan keuntungan jangka pendek demi keuntunganjangka panjang. Jadi, dari segi tuntutan bisnis dan dan tuntutan etis, tanggungjawab sosial moral bisnis merupakan suatau tuntutan yang semakin dirasakan relevansinya dalam operasi bisnis modern.Hanya saja pelaksanaan konkretnya diserahkan kepada setiap pelaku bisnis sesuai dengansituasi yang
diharapkan.
Contoh :Perusahaan harus mematuhi aturan-aturan hukum dan adat yang berlaku disekitarnya. Kembali lagi seperti yang terjadi di kasus PT Preefort karena kurangnya tanggung jawab atas kesejahteraan masyarakat sekitar maka terjadilah kecemburuan sosial. Masyarakat sekitar beranggapan bahwa PT preefort hanya mengeruk kekayaan alam di daerah mereka tanpa
memperhatikan kesejahteraan mereka, salah satunya penyebab kecemburuan sosial tersebut adalah karyawan preefort rata – rata di rekrut dari luar Papua yang pada akhirnya mereka memutuskan melakukan suatu tindakan anarkis dengan membunuh para personil TNI yang bertugas menjaga keamanan PT Freeport tersebut.
3. Kode Etik Berbagai Profesi
Pengertian Kode Etik ProfesiKode etik suatu profesi berupa norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap anggota profesi didalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidupnya di masyarakat. Norma norma tersebut berisi petunjuk-petunjuk bagi para anggota profesi tentang bagaimana mereka harus menjalankan profesinya dan larangan-larangan ataupun hal-hal yang tidak boleh diperbuat oleh mereka, tidak saja menyangkut dalam menjalankan tugas profesi mereka, melainkan juga menyangkut tingkah laku anggota profesi pada umumnya dalam pergaulannya sehari-hari di masyarakat.
Tujuan Kode Etik Berbagai Profesi Tujuan mengadakan kode etik :
1. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi. Dalam hal ini yang dijaga adalah “image” dari pihak luar atau masyarakat agar jangan sampai “orang luar” memandang rendah atau
remeh profesi tersebut.
2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota baik berupa materiil maupun spiritual/mental. Misalnya dengan menetapkan tarif minimum bagi guru honorer.
3. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi. Dalam hal ini kode etik juga berisi tujuan pengabdian generasi tertentu, sehingga bagi para anggota profesi dapat dengan mudah mengetahui tugas dan tanggung jawab pengabdiannya dalam melaksanakan tugas profesinya.
4. Untuk meningkatkan mutu profesi. Kode etik juga memuat norma-norma tentang anjuran agar para anggota profesi selalu berusaha meningkatkan mutu para anggotanya sesuai dengan bidang pengabdiannya.
Penetapan Kode Etik Berbagai Profesi
Kode etik ditetapkan oleh organisasi suatu perkumpulan atau perserikatan suatu profesi untuk para anggotanya.Penetapan kode etik lazim dilakukan pada suatu organisasi ataupun suatu profesi. Penetapan kode etik profesi tidak bisa sembarangan dan tidak bisa dilakukan oleh perseorangan, melainkan harus dilakukan oleh orang-orang yang diutus untuk dan atas nama anggota-anggota profesi dari organisasi tersebut, sehingga orang-orang yang bukan atau tidak menjadi anggota profesi tersebut tidak dapat ditundukkan padanya. Maka kode etik dari suatu
organisasi hanya akan mempunyai pengaruh yang kuat dalam menegakkan disiplin dikalangan profesi tersebut, jika orang yang menjalankan profesi tersebut tergabung dalam organisasi
ataupun profesi tersebut.
Sanksi Jika Melanggar Kode Etik
Dapat kita jumpai bahwa ada kalanya negara mencampuri urusan profesi, sehingga hal-hal yang semula hanya merupakan kode etik saja dapat meningkat menjadi peraturan hukum atau undang-undang.Pencampuran tersebut bersifat memberikan sanksi-sanksi hukum yang memaksa, baik pidana ataupun perdata.Sanksi pada dasarnya merupakan upaya pembinaan kepada suatu profesi yang melakukan pelanggaran dan juga untuk menjaga harkat dan martabat profesi
tersebut.
Jenis Kode Etika Profesi Bisnis yaitu:
1. Kode Etik Pemasaran atau American Marketing Association(AMA) a) Tanggung jawab(responsibilities)
Pelaku pemasaran harus bertanggungjawab atas konsekuensi aktivitas mereka dan selalu berusaha agar keputusan, rekomendasi dan fungsi tindakan mereka mengidentifikasi, melayani, dan memuaskan masyarakat (publik) yang relevan : para pelanggan, organisasi dan masyarakat
b) Kejujuran dan kewajaran(honesty and fairness)
Pelaku pemasaran harus menjaga dan mengembangkan integritas, kehormatan dan martabat profesi pemasaran.
2. Kode Etik Akuntansi atau Insitute of Management Accountants a) Kompetensi
Artinya, akuntan harus memelihara pengetahuan dan keahlian yang sepantasnya, mengikuti hukum, peraturan dan standar teknis, dan membuat laporan yang jelas dan lengkap berdasarkan informasi yang dapat dipercaya dan relevan.
Praktisi manajemen akuntansi dan manajemen keuangan memiliki tanggung jawab untuk :
Menjaga tingkat kompetensi profesional sesuai dengan pembangunan berkelanjutan, pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki.
Melakukan tugas sesuai dengan hukum, peraturan dan standar teknis yang berlaku.
Mampu menyiapkan laporan yang lengkap, jelas, dengan informasi yang relevan serta dapat diandalkan.
b) Kerahasiaan (Confidentiality)
Mengharuskan seorang akuntan manajemen untuk tidak mengungkapkan informasi rahasia kecuali ada otorisasi dan hukum yang mengharuskan untuk melakukan hal tersebut. Praktisi manajemen akuntansi dan manajemen keuangan memiliki tanggung jawab untuk :
Mampu menahan diri dari mengungkapkan informasi rahasia yang diperoleh dalam pekerjaan, kecuali ada izin dari atasan atau atas dasar kewajiban hukum.
Menginformasikan kepada bawahan mengenai kerahasiaan informasi yang diperoleh, agar dapat menghindari bocornya rahasia perusahaan. Hal ini dilakukan juga untuk menjaga pemeliharaan kerahasiaan.
Menghindari diri dari mengungkapkan informasi yang diperoleh untuk kepentingan pribadi maupun kelompok secara ilegal melalui pihak ketiga. c) Integritas ( Integrity)
Mengharuskan untuk menghindari “conflicts of interest ”, menghindari
kegiatan yang dapat menimbulkan prasangka terhadap kemampuan mereka dalam menjunjung etika. Praktisi manajemen akuntansi dan manajemen keuangan memiliki tanggung jawab untuk :
Menghindari adanya konflik akrual dan menyarankan semua pihak agar terhindar dari potensi konflik.
Menahan diri dari agar tidak terlibat dalam kegiatan apapun yang akan mengurangi kemampuan mereka dalam menjalankan tugas secara etis. Menolak berbagai hadiah, bantuan, atau bentuk sogokan lain yang dapat
mempengaruhi tindakan mereka.
Menahan diri dari aktivitas negatif yang dapat menghalangi dalam pencapaian tujuan organisasi.
Mampu mengenali dan mengatasi keterbatasan profesional atau kendala
lain yang dapat menghalangi penilaian tanggung jawab kinerja dari suatu kegiatan.
Mengkomunikasikan informasi yang tidak menguntungkan serta yang
menguntungkan dalam penilaian profesional.
Menahan diri agar tidak terlibat dalam aktivitas apapun yang akan
mendiskreditkan profesi.
d) Objektivitas (Objectifity)
Mengharuskan para akuntan untuk mengkomunikasikan informasi secara wajar dan objektif, mengungkapan secara penuh ( fully disclose) semua informasi relevan yang diharapkan dapat mempengaruhi pemahaman user terhadap pelaporan, komentar dan rekomendasi yang ditampilkan. Praktisi manajemen
akuntansi dan manajemen keuangan memiliki tanggung jawab untuk :
Mengkomunikasikan atau menyebarkan informasi yang cukup dan objektif. Mengungkapkan semua informasi relevan yang diharapkan dapat memberikan
pemahaman akan laporan atau rekomendasi yang disampaikan.
Resolusi atas konflik etis
Dalam menerapkan standar kode etik, praktisi akuntansi manajemen dan manajemen keuangan mungkin menghadapi masalah dalam mengidentifikasikan perilaku tidak etis atau di dalam memecahkan suatu konflik etis.
3. Kode Etik Keuangan atau Association for Investment Management and Research
(AIMR)
a. Bertindak berdasarkan integritas, kompetensi, martabat dan bertindak etis dalam berhubungan dengan publik dst.
b. Menjalankan dan mendorong pihak lain untuk bertindak etis dan professional. c. Berusaha keras untuk memeliharan dan meningkatkan kompetensi dan
kompetensi pihak lain.
4. Kode Etik Teknologi Informasi atau Association for Computing Machinary a. Bertindak berdasarkan tanggung jawab dan komitmen.
b. Menjalankan dan mendorong pihak lain untuk bertindak jujur dan dapat dipercaya.
c. Berusaha keras untuk memeliharan kerahasiaan para kliennya.
d. Mampu menjaga dan menghormati privasi orang lain dan bertindak secara adil. 5. Kode Etik Fungsi Lainnya
Setiap elemen di dalam perusahaan akan berinteraksi satu dengan yang lainnya yang akan memengaruhi perusahaan secara keseluruhan, sekecil apapun peran yang dimainkan oleh setiap elemen tersebut. Misalnya bagian produksi di suatu perusahaan.Walaupun bagian produksi tidak berhubungan langsung dengan pelanggan,
namun kualitas produk yang dihasilkan sangat menentukan kinerja fungsi pemasaran. Contoh:
Salah satu penerapan kode etik akuntansi adalah kompetensi , artinya, akuntan harus memelihara pengetahuan dan keahlian yang sepantasnya, mengikuti hukum, peraturan dan standar teknis, dan membuat laporan yang jelas dan lengkap. Sebagai seorang akuntan hendaknya dapat membuat laporan keuangan berdasarkan informasi yang dapat dipercaya dan relevan.
4. Kendala
–
Kendala Pelaksanaan Etika Bisnis
a. Standar Moral Para Pelaku Bisnis Masih LemahBanyak menempuh jalan pintas dan menghalalkan segala cara demi memperoleh keuntungan. Misalnya: menjual barang yang sudah kadaluarsa dan memalsukan laporan keuangan.
b. Konflik Kepentingan Antar Perusahaan
Konflik ini muncul karena ketidak sesuaian antara nilai pribadi yang dianut, peraturan yang berlaku, dan tujuan yang hendak dicapai.
c. Situasi Politik dan Ekonomi yang Belum Stabil
Keadaan seperti ini memungkinkan dilakukannya spekulasi untuk memanfaatkan peluang guna memperoleh keuntungan tanpa menghiraukan akibatnya.
d. Lemahnya Penegakan Hukum
Lemahnya penegakan hukum mempersulit upaya-upaya untuk memotivasi pelaku bisnis menegakkan norma-norma etika.
e. Belum Ada Organisasi yang Menangani Masalah Penegakan Kode Etik Bisnis
Organisasi profesi yang ada secara khusus belum menangani penyusunan dan penegakan kode etik bisnis dan manajemen.
Contoh: Banyak masalah terjadi pada kinerja perusahaan karena kurangnya standar moral para pelaku bisnis. Beberapa pengusaha terkadang tidak segan-segan menempuh jalan pintas dalam mencari keuntungan.Salah satunya adalah mencampur bahan makanan pokok dengan bahan berbahaya seperti beras plastik, tahu formalin.Hal tersebut sudah
sangat jelas melanggar etika dalam berbisnis.
5. Antara Keuntungan dan Etika
Tujuan utama bisnis adalah mengejar keuntungan.Keuntungan adalah hal yang pokok bagi kelangsungan bisnis, walaupun bukan merupakan tujuan satu-satunya, sebagaimana dianut pandangan bisnis yang ideal.Dari sudut pandang etika, keuntungan bukanlah hal yang buruk.Bahkan secara moral keuntungan merupakan hal yang baik dan diterima.Karena, keuntungan memungkinkan perusahaan bertahan dalam usaha bisnisnya.Tanpa memeperoleh keuntungan tidak ada pemilik modal yang bersedia menanamkan modalnya, dan karena itu berarti tidak akan terjadi aktivitas ekonomi yang produktif demi memacu pertumbuhan ekonomi yang menjamin kemakmuran nasional. Keuntungan memungkinkan perusahaan tidak hanya bertahan melainkan juga dapat menghidupi karyawan-karyawannya bahkan pada tingkat dan
taraf hidup yang lebih baik.
Ada beberapa argumen yang dapat diajukan disini untuk menunjukkan bahwa justru demi memperoleh keuntungan etika sangat dibutuhkan , sangat relevan, dan mempunyai tempat yang sangat strategis dalam bisnis dewasa ini. Pertama, dalam bisnis modern dewasa ini, para pelaku bisnis dituntut menjadi orang-orang profesional di bidangnya.Kedua dalam persaingan bisnis
yang ketat para pelaku bisnis modern sangat sadar bahwa konsumen adalah benar-benar raja.Karena itu hal yang paling pokok untuk bisa untung dan bertahan dalam pasar penuh persaingan adalah sejauh mana suatu perusahaan bisa merebut dan mempertahankan kep ercayaan konsumen.Ketiga, dalam sistem pasar terbuka dengan peran pemerintah yang bersifat netral tak
berpihak tetapi efektif menjaga agar kepentingan dan hak semua pemerintah dijamin, p ara pelaku bisnis berusaha sebisa mungkin untuk menghindari campur tangan pemerintah, yang baginya akan sangat merugikan kelangsungan bisnisnya. Salah satu cara yang paling efektif adalah dengan menjalankan bisnisnya bisnisnya secara secara baik dan etis yaitu dengan menjalankan bisnis sedemikian rupa tanpa secara sengaja merugikan hak dan kepentinga semua pihak yang
terkait dengan bisnisnya. Keempat, perusahaan-perusahaan modern juga semakin menyadari bahwa karyawan bukanlah tenaga yang siap untuk eksploitasi demi mengeruk keuntunga yang sebesar-besarnya.Justru sebaliknya, karyawan semakin dianggap sebagai subjek utama dari bisnis suatu perusahaan yang sangat menentukan berhasil tidaknya, bertahan tidaknya perusahaan tersebut.Bisnis sangat berkaitan dengan etika bahkan sangat mengandalkan etika. Dengan kata lain, bisnis memang punya etika dan karena itu etika bisnis memang relevan untuk dibicarakan. Argumen mengenai keterkaitan antara tujuan bisnis dan mencari keuntungan dan etika memperlihatkan bahwa dalam iklim bisnis yang terbuka dan bebas, perusahaan yang menjalankan bisnisnya secara baik dan etis, yaitu perusahaan yang memperhatikan hak dan kepentingan semua pihak yang terkait dengan bisnisnya, akan berhasil dan bertahan dalam kegiatan bisnisnya.
6. Pro dan Kontra Etika dalam Bisnis
Bisnis adalah bisnis.Bisnis jangan dicampur-adukkan dengan etika. Para pelaku bisnis adalah orang-orang yang bermoral, tetapi moralitas tersebut hanya berlaku dalam dunia pribadi mereka, begitu mereka terjun dalam dunia bisnis mereka akan masuk dalam permainan yang mempunyai kode etik tersendiri. Jika suatu permainan judi mempunyai aturan yang sah yang diterima, maka aturan itu juga diterima secara etis. Jika suatu praktik bisnis berlaku begitu umum di mana-mana, lama-lama praktik itu dianggap semacam norma dan banyak orang yang akan merasa harus menyesuaikan diri dengan norma itu. Dengan demikian, norma bisnis berbeda dari norma moral masyarakat pada umumnya, sehingga pertimbangan moral tidak tepat diberlakukan
untuk bisnis dimana “sikap rakus adalah baik”(Ketut Rindjin, 2004:65).
Belakangan pandangan diatas mendapat kritik yang tajam, terutama dari tokoh etika Amerika Serikat, Richard T.de George.Ia mengemukakan alasan alasan tentang keniscayaan etika bisnis sebagai berikut.
Pertama, bisnis tidak dapat disamakan dengan permainan judi. Dalam bisnis memang
dituntut keberanian mengambil risiko dan spekulasi, namun yang dipertaruhkan bukan hanya uang, melainkan juga dimensi kemanusiaan seperti nama bai kpengusaha, nasib karyawan, termasuk nasib-nasib orang lain pada umumnya.
Kedua, bisnis adalah bagian yang sangat penting dari masyarakat dan menyangkut
kepentingan semua orang. Oleh karena itu, praktik bisnis mensyaratkan etika, disamping hukum positif sebagai acuan standar dlaam pengambilan keputusan dan kegiatan bisnis.
Ketiga, dilihat dari sudut pandang bisnis itu sendiri, praktik bisnis yang berhasil adalah
memperhatikan norma-norma moral masyarakat, sehingga ia memperoleh kepercayaan dari masyarakat atas produk atau jasa yang dibuatnya.
7. Alasan Meningkatnya Perhatian Dunia Bisnis Terhadap Etika
Perhatian terhadap etika bisnis semakin meningkat di kalangan dunia bisnis.Perusahaan- perusahaan besar multinasional telah mempunyai kode etik, memiliki bagian khusus yang mengawasi pelaksanaan kode etik, dan memasukkan etika sebgai mata tataran dalam pelatihan pegawainya.
Leonard Brooks menyebut enam alasan mengapa dunia bisnis makin mengingkatkan perhatian terhadap etika bisnis (Rindjin, 2004:91), yaitu:
1. Krisis publik tentang kepercayaan
Publik kurang percaya pada kredibilitas dan kontribusi perusahaan kepada masyarakat.Skandal demi skandal perusahaan telah terjadi, sehingga memudarkan kepercayaan publik.
2. Kepedulian terhadap kualitas kehidupan kerja
Meningkatnya nilai-nilai masyarakat pada mutu kehidupan kerja seperti fleksibilitas waktu kerja, penekanan pada kebugaran dan kesehatan, dan pengasuhan anak di perusahaan.
3. Hukuman terhadap tindakan yang tidak etis
Dimana akan dikenakan pada perusahaan-perusahaan yang melakukan tindakan ilegal, seperti diskriminasi pekerjaan, pelanggaran standar polusi, serta keamanan dan kesehatan kondisi kerja.
4. Kekuatan kelompok pemerhati khusus
(Lembaga Swadaya Masyarakat/LSM) yang bisa menyampaikan kritikdi media massa dimana bisa memberikan dampak negatif pada kepercayaan konsumen apabila ditemukan penyimpangan yang dilakukan korporasi.
5. Peran media dan publisitas
Media Massa sebagai pihak sebagai pihak berkepentingan sangat berpengaruh dalam membentuk opini publik tentang korporasi.
6. Mengubah format organisasi dan etika perusahaan
Bagi korporasi yang memiliki jaringan usaha yang luas mempunyai aliansi, mitra usaha, dan pusat keuntungan yang independen, timbul masalah etis yang menyangkut oprasional korporasi.Struktur organisasi, hubungan tanggungjawab antatrunit dan jaringan korporasi senantiasa perlu dikaji ulang.
SIMPULAN
1. Ada 3 pandangan umum mengenai relativitas moral dalam bisnis. Menurut De George prinsip yang berlaku universal dalam bisnis adalah prinsip integritas pribadi atau integritas moral, karena mengandung pengertian bahwa norma yang dianut adalah norma yang sudah diterima menjadi milik pribadi dan tidak lagi bersifat eksternal.
2. Tanggungjawab moral dan sosial bisnis merupakan aktivitas perusahaan sebagai integral guna kelangsungan hidup perusahaan.Dalam berbisnis perusahaan memiliki tanggungjawab moral dan sosial baik kepada pemegang saham, masyarakat, negara, maupun lingkungan sekitar.
3. Kode etik profesi merupakan bagian dari etika profesi. Dengan demikian kode etik profesi adalah sistem norma atau aturan yang ditulis secara jelas dan tegas serta terperinci tentang apa yang baik dan tidak baik. Tujuan utama kode etik profesi adalah memberi pelayanan khusus dalam masyarakat tanpa mementingkan kepentingan pribadi atau
kelompok.
4. Pelaksanaan prinsip-prinsip etika bisnis di Indonesia masih mengalami banyak kendala. Pengabaian etika bisnis akan berdampak kerugian tidak hanya bagi masyarakat, namun juga bagi tatanan ekonomi nasional. Disadari atau tidak, para pengusaha yang mengabaikan etika dalam berbisnis akan menghancurkan usaha mereka sendiri serta perekonomian negara.
5. Tujuan utama bisnis adalah mengejar keuntungan. Keuntungan adalah hal yang pokok bagi kelangsungan bisnis, walaupun bukan merupakan tujuan satu-satunya, sebagaimana dianut pandangan bisnis yang ideal.Keterkaitan antara tujuan bisnis dan mencari keuntungan dan etika memperlihatkan bahwa dalam iklim bisnis yang terbuka dan bebas, perusahaan yang menjalankan bisnisnya secara baik dan etis, yaitu perusahaan yang memperhatikan hak dan kepentingan semua pihak yang terkait dengan bisnisnya, akan berhasil dan bertahan dalam kegiatan bisnisnya.
6. Bisnis adalah bisnis. Bisnis jangan dicampur-adukkan dengan etika. Para pelaku bisnis adalah orang-orang yang bermoral, tetapi moralitas tersebut hanya berlaku dalam dunia pribadi mereka, begitu mereka terjun dalam dunia bisnis mereka akan masuk dalam permainan yang mempunyai kode etik tersendiri.
7. Meningkatnya perhatian dunia bisnis terhadap etika dikarenakan adanya krisis publik tentang kepercayaan, kepedulian terhadap kualitas kehidupan kerja, peran media dan publisitas, dan adanya kekuatan kelompok pemerhati khusus.
DAFTAR REFERENSI
Rindjin, Ketut. (2004). Etika Bisnis dan Implementasinya. PT. Gramedia Pustaka Utama Jakarta Sutrisna Dewi. (2010). Etika Bisnis, Konsep Dasar, Implementasi dan Kasus.Denpasar: Udayana University Press