• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL QUANTUM BERBASIS LINGKUNGAN UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN MODEL QUANTUM BERBASIS LINGKUNGAN UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL QUANTUM BERBASIS LINGKUNGAN UNTUK

MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN HASIL

BELAJAR IPA SISWA KELAS V

I Pt. Vina Sila Parwata

1

, Dewa Kd. Tastra

2

, Nym. Kusmariyatni

3

1,3

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar,

2

Jurusan Teknologi Pendidikan, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail : parwatasila@gmail.com

1

, kadetastraundiksha@.co.id

2

,

nym_kusmariyatni@yahoo.co.id

3

Abstrak

Permasalahan dalam penelitian ini adalah tentang kreativitas dan hasil belajar siswa, sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kreativitas dan hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran quantum berbasis lingkungan pada pelajaran IPA siswa kelas V SDN 8 Banyuning tahun pelajaran 2015 ∕ 2016 . Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi, serta refleksi. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V semester genap sebanyak 25 orang. Data dikumpulkan dengan metode observasi dan tes. Data kreativitas belajar diperoleh dengan menggunakan instrumen berupa lembar observasi dan data hasil belajar diperoleh dengan menggunakan instrumen berupa tes soal objektif. Data dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) terjadi peningkatan kreativitas belajar siswa pada siklus I dengan persentase kreativitas belajar sebesar 67% dengan kriteria cukup kreatif dan pada siklus II sebesar 81% dengan kriteria kreatif sehingga mengalami peningkatan sebesar 14%, (2) peningkatan hasil belajar siswa pada siklus I dengan persentase hasil belajar sebesar 68% dengan kriteria sedang dan pada siklus II sebesar 79% dengan kriteria tinggi. Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar pada siklus I sebesar 60% dan pada siklus II sebesar 92%. Sehingga dari siklus I ke siklus II hasil belajar siswa mengalami peningkatan sebesar 11% dan peningkatan Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar sebesar 32%. Ini berarti bahwa dengan penerapan model pembelajaran quantum berbasis dapat meningkatkan kreativitas dan hasil belajar IPA siswa kelas V SDN 8 Banyuning tahun pelajaran 2015/2016.

Kata kunci : Model Quantum, Kreativitas, Hasil Belajar IPA

Abstract

The problems discussed in this study was about the creativity and the learning outcomes, so that the aims of this study was to know about students creativity improvement and students learning outcomes through the implementation of Quantum Learning Model based on the environment in Science Subject of fifth grade students of SDN 8 Banyuning in academic year 2015∕2016. This study was a Classroom Action Research, which was done in two sections. There were some steps in every section, such as: planning, action, observation and evaluation and the last was reflection. The subject of this study was the fifth grade students in second semester of SDN 8 Banyuning in academic year 2015/2016, there were 25 students that used by the researcher. The methods of data collection that used in this study were observation and test. The data of student’s creativity improvement was obtained by using instrument in the form of observation sheet while the data of students’ outcome was obtained by using instrument in form of objective test. The technique of data analysis was descriptive qualitative. The result of this study shows that (1) students’ learning creativity increased in the first section in which the percentage of students’ learning creativity is 67% and the criteria is sufficient while 81% in the second section, that is why the improvement is 14%, (2) in the first section students’ learning outcome

(2)

increased 68% and the criteria is good while 79% in the second section with the criteria is excellent. The classical comprehensiveness students’ learning outcome in the first section is 60% and 92% in the second section. That is why from the first section into the second section there is 11% improvement while the improvement of classical comprehensiveness students’ learning outcome is 30%. It means that there is a significant improvement in students’ learning creativity and students’ learning outcome after using Quantum learning model at fifth grade students of SDN 8 Banyuning in academic year 205/2016.

Keywords : Model of Quantum, Creativity, Science Learning Result

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan hal mendasar yang harus dimiliki setiap individu dalam mengembangkan kualitasnya. Tanpa memiliki pendidikan yang cukup setiap individu tidak akan mampu bersaing dalam era globalisasi seperti sekarang ini.

Praktik pendidikan di Indonesia saat ini diarahkan pada upaya peningkatan kualitas SDM. Dengan demikian, diharapkan semua warga negara Indonesia menjadi manusia yang berkualitas dan proaktif menjawab tantangan global sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Untuk dapat meningkatkat kualitas SDM maka ada banyak hal yang dapat dilakukan salah satunya adalah peningkatan mutu pembelajaran IPA.

Banyak upaya yang telah ditempuh oleh pemerintah maupun pihak-pihak terkait guna peningkatan kualitas pembelajaran IPA. Namun hasilnya kurang memuaskan. “Hasil riset PISA (Program for Internasional Student Assesment), studi yang memfokuskan

pada literasi bacaan, matematika, dan IPA menunjukan peringkat Indonesia berada posisi 10 besar terbawah dari 65 negara” (Japa dan Suarjana, 2014:6). Japa dan Suarjana (2014:6) menyatakan bahwa hasil riset TIMSS (Trennd in

International Mathemathics and Science Study) menunjukan siswa Indonesia

berada pada ranking amat rendah dalam kemampuan (1) memahami informasi yang kompleks, (2) teori, analisis, dan pemecahan masalah, (3) pemakaian alat, prosedur dan pemecahan masalah, dan (4) melakukan investigasi.

Fakta-fakta tersebut menunjukan bahwa kualitas pembelajaran IPA perlu ditingkatkan, karena IPA berkontribusi besar dalam pembangunan bangsa lewat peningkatan kualitas SDM.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada Jumat, 15 Januari 2016 pada siswa kelas V SDN 8 Banyuning ditemukan bahwa rata-rata kreativitas siswa pada saat belajar masih kurang kreatif. Ini disebabkan karena guru masih dominan menggunakan metode ceramah yang mana metode tersebut kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif, baik secara fisik maupun psikologis yang berdampak pada rendahnya kreativitas dan hasil belajar IPA. Beberapa faktor penyebab rendahnya kreativitas dan hasil belajar IPA yaitu pertama, guru sangat jarang menggunakan media pembelajaran dalam menyampaikan materi tentang IPA. Guru hanya terpaku pada penggunaan spidol dan papan tulis untuk menyampaikan materi IPA. Kedua, penyampaian guru dalam pembelajaran IPA hanya menggunakan metode ceramah. Banyak guru yang beranggapan bahwa metode konvensional merupakan metode pembelajaran yang paling praktis, mudah, dan efisien. Guru beranggapan bahwa siswa telah menguasai materi sama halnya dengan apa yang sudah dikuasai oleh guru. Padahal sesungguhnya siswa merasa kesulitan dalam memahami materi yang diajarkan oleh guru.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap guru IPA di SDN 8 Banyuning diketahui bahwa dalam pembelajaran IPA siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran dan kreativitas yang dimiliki cenderung rendah karena guru hanya menggunakan metode

(3)

ceramah dalam penyampaian materi. Dampak dari hal ini adalah nilai hasil belajar IPA sebagian besar siswa berada di bawah KKM (<70).

Kualitas pembelajaran IPA dapat diketahui dari kreativitas dan hasil belajar IPA peserta didik. Dalam rangka peningkatan kreativitas dan hasil belajar IPA, perlu melakukan upaya yang inovatif salah satunya adalah dengan menerapkan model pembelajaran

quantum.

DePorter Reardon & Nourie (dalam Wena, 2012:164) “Pada dasarnya dalam pelaksanaan komponen rancangan pembelajaran quantum, dikenal dengan singkatan ‘TANDUR’ yang merupakan kepanjangan dari: Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan.” Dalam hal ini model quantum memastikan siswa mengalami pembelajaran secara aktif sehingga menjadikan isi pembelajaran menjadi nyata dan menyenangkan.

Didukung oleh hasil penelitian Rosyidi, dkk. (2013) dengan judul “ Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Quantum Berbasis Lingkungan Terhadap Motivasi Belajar dan Prestasi Belajar IPA Kelas VII SMPN I Keruak Tahun Pelajaran 2011∕2012”, menyatakan bahwa (1) terdapat perbedaan motivasi belajar IPA siswa yang menggunakan model pembelajaran

quantum berbasis lingkungan dengan

metode konvensional dengan hasil (F= 64.102, p<0,05), (2) terdapat perbedaan secara signifikan prestasi belajar IPA siswa yang menggunakan pembelajaran

quantum berbasis lingkungan dengan

metode konvensional dengan hasil (F= 4.313, p<0,05) dan (3) terdapat perbedaan motivasi dan prestasi belajar IPA siswa yang menggunakan pembelajaran quantum berbasis lingkungan dengan metode konvensional dengan hasil p<0,05 yaitu, 000 pada nilai

Pillae Trace, Wilk Lambda, Hotelling’s Trace dan Roy’s LargestRoot.

Berdasarkan uraian di atas, maka sebagai solusinya adalah dengan cara memperbaiki kualitas guru itu sendiri dan menerapkan cara belajar yang nantinya mampu menciptakan suasana belajar

yang meriah sehingga siswa tidak akan merasa bosan dalam belajar. Melihat situasi tersebut, perlu dilakukan suatu tindakan. Tindakan yang dilakukan berupa penelitian dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Quantum Berbasis Lingkungan untuk Meningkatkan Kreativitas dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SDN 8 Banyuning Tahun Pelajaran 2015∕2016.

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut, 1) untuk meningkatkan kreativitas belajar IPA siswa kelas V SDN 8 Banyuning Tahun Pelajaran 2015/2016 pada saat penerapan model pembelajaran

quantum berbasis lingkungan, 2) untuk

meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V SDN 8 Banyuning Tahun Pelajaran 2015/2016 setelah penerapan model pembelajaran quantum berbasis lingkungan.

METODE PENELITIAN

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 8 Banyuning yang berjumlah 25 orang yang terdiri dari 14 orang laki-laki dan 11 orang perempuan. Adapun objek penelitian ini adalah (1) kreativitas dan (2) hasil belajar.

Penelitian ini dilaksanakan di SDN 8 Banyuning, Kabupaten Buleleng pada semester II (genap) tahun pelajaran 2015/2016. Penelitian ini dirancang dengan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini merupakan PTK karena penelitian ini dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan penerapan suatu pembelajaran untuk meningkatkan kreativitas dan hasil belajar. Penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa siklus, dan setiap siklusnya terdiri atas empat tahap kegiatan yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan

(observing), dan refleksi (reflecting).

Setelah proses pembelajaran siklus I berakhir, maka akan diadakan refleksi. Kegiatan ini bertujuan untuk mencermati kembali segala sesuatu yang dialami dalam kegiatan pada siklus I seperti mengungkap kelemahan-kelemahan yang

(4)

dirasakan dalam tindakan siklus I. Refleksi dilakukan untuk melihat, mengkaji, dan mempertimbangkan dampak tindakan yang telah diberikan. Berdasarkan hasil refleksi ini, maka dapat dilakukan perbaikan mengenai kekurangan-kekurangan dalam proses pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan pada rancangan refleksi ini adalah mengkaji dan merenungkan hasil penilaian terhadap pelaksanaan tindakan tersebut dengan maksud jika terjadi hambatan, akan dicari pemecahan masalahnya untuk direncanakan tindakan pada siklus selanjutnya, yaitu siklus II.

Pada dasarnya prosedur dan langkah-langkah pada siklus II sama dengan siklus I, dimana proses pembelajaran masih menggunakan model pembelajaran quantum. Kendala-kendala yang dihadapi pada siklus I diupayakan pemecahan dan perbaikannya pada siklus II. Sehingga rancangan tindakan pada siklus II merupakan penyempurnaan dari

tindakan yang telah dilakukan pada siklus I.

Metode pengumpulan data disesuaikan dengan jenis data yang diperlukan. Data kreativitas belajar siswa dikumpulkan dengan menggunakan metode observasi dan data untuk hasil belajar siswa dikumpulkan dengan menggunakan metode tes.

Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif. Yaitu “ Suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka atau presentase, mengenai suatu objek yang diteliti, sehingga diperoleh kesimpulan umum” (Agung, 2014:110).

Hasil perhitungan data kreativitas belajar siswa dari rumus kemudian dikonversikan ke dalam Penilaian Acuan Patokan (PAP) dengan skala lima sebagai berikut.

Tabel 1. Pedoman Konversi PAP Skala 5 Tentang Data Kreativitas Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPA

Persentase Kriteria Keterangan

85% - 100% Sangat Kreatif Tuntas

70% – 84% Kreatif Tuntas

55% - 69% Cukup Kreatif Tidak Tuntas

40% - 54% Kurang Kreatif Tidak Tuntas

0% - 39% Sangat Kurang Kreatif Tidak Tuntas (Sumber: Departemen Pendidikan Nasional, 2007) Kriteria keberhasilan pelaksanaan

tindakan ini berpedoman pada kriteria sebagai berikut 1) Kreativitas siswa dalam pembelajaran dikatakan tuntas apabila kreativitas berada pada presentase kategori kreatif ( 70% - 84%), 2) Siswa dinyatakan tuntas jika sudah mampu memperoleh nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) belajar secara individu yaitu ≥ 70. Secara klasikal, siswa dinyatakan tuntas apabila 75% dari

jumlah siswa kelas V secara keseluruhan memperoleh nilai ≥70.

Apabila indikator keberhasilan sudah tercapai maka penelitian dihentikan dan akan dijadikan pembahasan dan simpulan.

Selanjutnya hasil analisis presentase tingkat hasil belajar siswa yang diperoleh selanjutnya dikonversikan ke dalam Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima dengan berpedoman pada kriteria seperti Tabel 2 berikut.

(5)

Tabel 2. Pedoman Konversi PAP Skala 5 Tentang Data Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPA

Persentase Kriteria Keterangan

85% - 100% Sangat Tinggi Tuntas

70% – 84% Tinggi Tuntas

55% - 69% Sedang Tidak Tuntas

40% - 54% Rendah Tidak Tuntas

0% - 39% Sangat Rendah Tidak Tuntas

(Sumber: Departemen Pendidikan Nasional, 2007) Siswa dinyatakan tuntas jika sudah

mampu memperoleh nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) belajar yaitu ≥ 70. Secara klasikal, siswa dinyatakan tuntas apabila 75% dari jumlah siswa kelas V secara keseluruhan memperoleh nilai ≥70.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan pada siswa kelas V SDN 8 Banyuning tahun pelajaran 2015/2016. Jumlah siswa kelas V di SDN 8 Banyuning adalah 25 orang yang terdiri dari 14 orang siswa laki-laki dan 11 orang siswa perempuan. Pada setiap proses pembelajaran siswa tidak dibuatkan kelompok belajar. Data awal yang diperoleh yang dinilai dengan menggunakan pedoman kreativitas sebelum tindakan yaitu, rata-rata kreativitas belajar siswa berada pada persentase 55%, dengan kategori “cukup kreatif” dengan jumlah siswa yang mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) ≥70 sebanyak 3 orangdan untuk hasil belajar IPA siswa diperoleh dari nilai UTS (Ulangan Tengah Semester) rata-rata yang diperoleh adalah 13 dengan persentase hasil belajar IPA siswa adalah 65%, dan jumlah siswa yang belum mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) sebanyak 13.

Penelitian tindakan kelas pada mata pelajaran IPA ini dilaksanakan dalam 2 siklus dengan 2 kompetensi dasar yaitu mendeskripsikan proses daur air dan kegiatan manusia yang mempengaruhinya (2 indikator) dan mengidentifikasi peristiwa alam yang terjadi di Indonesia dan dampaknya bagi mahluk hidup dan lingkungan (2 indikator). Masing-masing siklus dibagi

menjadi 3 kali pertemuan yaitu 2 kali pertemuan pembelajaran untuk penilaian kreativitas dan 1 kali pertemuan untuk tes hasil belajar ranah kognitif. Karena kurikulum yang digunakan di SDN 8 Banyuning masih menggunakan KTSP dan keterbatasan waktu jadi batasan dalam pengukuran hasil belajar IPA hanya mengukur aspek kognitif .

Pada siklus I untuk pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Jumat, 15 April 2016, pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Senin, 18 April 2016. Proses pembelajaran yang berlangsung pada pertemuan pertama dan kedua dilaksanakan sesuai dengan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang telah disiapkan dengan menggunakan model pembelajaran Quantum berbasis lingkungan untuk mengukur kreativitas belajar siswa. Pada pertemuan ketiga yang dilaksanakan pada hari Jumat, 22 April 2016 dilaksanakan tes untuk mengukur hasil belajar ranah kognitif dengan menggunakan instrumen tes yang terdiri dari 20 soal obyektif yang dikerjakan dalam waktu 30 menit.

Persentase kreativitas belajar IPA siswa pada siklus I yang sudah mencapai 67% selanjutnya dikonversikan ke dalam PAP skala lima (tabel 3.5) berada pada rentang nilai 55%-69%, sehingga persentase kreativitas belajar IPA siswa pada siklus I termasuk dalam kategori “cukup kreatif” dan masih belum mencapai kriteria keberhasilan yang sudah ditentukan yaitu pada rentang 70%-84% atau kategori “kreatif” sehingga harus dilanjutkan pada siklus ke-II.

Berdasarkan analisis data di atas, dapat ditunjukan bahwa pada siklus I tingkat ketuntasan klasikal hasil belajar IPA siswa sebesar 60%. Dengan

(6)

mencapai target tersebut, penelitian dilanjutkan pada tindakan siklus II. Hal ini dilaksanakan karena batas penguasaan materi siswa secara klasikal belum mencapai target yang diharapkan sebesar 75%.

Berdasarkan data yang diperoleh sampai akhir siklus I, dapat direfleksikan hal sebagai berikut: a) pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung masih ada siswa yang kurang disiplin mengikuti kegiatan tersebut karena kurangnya perhatian dari guru, dan b) siswa belum terlalu kreatif untuk mengajukan pendekatan dalam memecahkan suatu masalah, hal ini disebabkan siswa belum terlatih untuk mengajukan pemikiran dan ide yang dimiliki. Berdasarkan refleksi tersebut, perbaikan tindakan yang diambil untuk dilaksanakan pada siklus II sebagai berikut a) guru memberikan teguran atau peringatan kepada siswa yang kurang disiplin dan serius saat pembelajaran berlangsung. Selanjutnya, guru juga lebih memberikan bimbingan yang intensif dalam kegiatan pembelajaran tersebut, dan b) guru memberikan pandangan-pandangan kepada siswa yang dikira bisa untuk membangkitkan keberanian siswa dalam menuangkan ide yang dimiliki untuk memecahkan masalah yang terjadi saat kegiatan pembelajaran berlangsung.

Dengan menerapkan perbaikan tindakan di atas, diharapkan hasil belajar siswa lebih meningkat sehingga bisa memenuhi kriteria keberhasilan yang telah ditentukan.

Pelaksanaan tindakan pada siklus II disesuaikan dengan hasil refleksi siklus I yaitu dengan melakukan beberapa perbaikan tindakan. Pada siklus II untuk pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin, 25 April 2016 dan pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Jumat, 29 April 2016. Proses pembelajaran yang berlangsung pada pertemuan pertama dan kedua dilaksanakan sesuai dengan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang telah disiapkan dengan menggunakan model pembelajaran Quantum berbasis lingkungan untuk mengukur kreativitas belajar siswa. Pada pertemuan ketiga yang dilaksanakan pada hari Senin, 2 Mei

2016 dilaksanakan tes untuk mengukur hasil belajar ranah kognitif dengan menggunakan instrumen tes yang terdiri dari 20 soal obyektif yang dikerjakan dalam waktu 30 menit.

Persentase kreativitas belajar IPA siswa pada siklus II pertemuan ke-I yang sudah mencapai 73% selanjutnya dikonversikan ke dalam PAP skala lima (tabel 3.5) berada pada rentang nilai 70%-84%, sehingga persentase kreativitas belajar IPA siswa pada siklus II pertemuan ke-I termasuk dalam kategori “kreatif” dan sudah mencapai kriteria keberhasilan yang ditentukan yaitu pada rentang 70%-84% atau kategori “kreatif”. Namun penilaian kreativitas belajar IPA pada siklus II pertemuan ke-II akan tetap dilanjutkan dengan tujuan agar siswa bisa mencapai kategori “kreatif” dengan nilai persentase yang lebih tinggi.

Persentase kreativitas belajar IPA siswa pada siklus II pertemuan ke-II yang sudah mencapai 81% selanjutnya dikonversikan ke dalam PAP skala lima (tabel 3.5) berada pada rentang nilai 70%-84%, sehingga persentase kreativitas belajar IPA seluruh siswa pada siklus II pertemuan ke-II termasuk dalam kategori “kreatif” dan sudah mencapai kriteria keberhasilan yang ditentukan. Hal ini berarti pelaksanaan tindakan pada siklus II berhasil.

Berdasarkan persentase hasil belajar IPA siswa pada siklus II yaitu, 79% selanjutnya persentase hasil belajar IPA siswa dikonversikan ke dalam PAP skala lima (tabel 3.6) berada pada rentang nilai 70% - 84%, sehingga persentase hasil belajar IPA siswa pada siklus II termasuk dalam kategori “tinggi”. Artinya pelaksanaan tindakan pada siklus II berhasil.

Berdasarkan analisis data di atas, ditunjukan bahwa pada siklus II tingkat ketuntasan klasikal hasil belajar IPA siswa sebesar 92%. Dengan mencapai target tersebut, maka pelaksanaan tindakan siklus II sudah memenuhi kriteria keberhasilan penilitian dan dikatakan berhasil karena secara klasikal, seluruh siswa sudah mencapai target yang diharapkan sebesar 75%.

(7)

Pada siklus II, seluruh siswa kelas V SDN 8 Banyuning sudah mengalami peningkatan kreativitas dan mendapatkan hasil belajar sesuai dengan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang sudah ditentukan, rata-rata kreativitas dan hasil belajar serta persentase kreativitas dan hasil belajar IPA siswa juga sudah meningkat dan sudah mencapai kriteria keberhasilan yang ditentukan. Kekurangan atau kendala pada siklus I

sudah teratasi walaupun masih perlu dilakukan bimbingan-bimbingan untuk membuat siswa meningkatkan cara belajar yang lebih baik lagi dan memperoleh kreativitas dan hasil belajar yang maksimal.

Rekapitulasi data kreativitas belajar dan hasil belajar IPA siswa sebelum tindakan, siklus I, dan siklus II disajikan pada Tabel 3 dan Tabel 4.

Tabel 3. Rekapitulasi Data Kreativitas Belajar IPA Siswa Sebelum Tindakan, Siklus I dan Siklus II

Siklus Rata-rata Kreativitas

Belajar Persentase Kreativitas Belajar Sebelum tindakan 11 55% Siklus I 13,4 67% Siklus II 16,2 81%

Tabel 4. Rekapitulasi Data Hasil Belajar IPA Siswa Sebelum Tindakan, Siklus I dan Siklus II

Siklus Rata-rata Hasil Belajar Persentase Hasil Belajar

Sebelum tindakan 13 65%

Siklus I 13,6 68%

Siklus II 15,8 79%

Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian pada siswa kelas V di SDN 8 Banyuning yang telah dilaksanakan dalam 2 siklus telah menunjukkan adanya peningkatan kreativitas belajar IPA dan hasil belajar IPA siswa dengan menerapkan model pembelajaran quantum berbasis lingkungan.

Pada siklus I persentase kreativitas belajar IPA siswa sebesar 67% kategori (cukup kreatif) dan hasil belajar IPA sebesar 68% kategori (sedang) yang belum memenuhi kriteria keberhasilan sehingga pelaksanaan tindakan pada siklus I belum berhasil. Dalam pelaksanaan siklus I masih terdapat beberapa kendala yang terjadi sehingga belum mencapai kriteria keberhasilan yang sudah ditentukan antara lain: a) Saat kegiatan pembelajaran berlangsung masih ada siswa yang kurang disiplin mengikuti kegiatan tersebut dan b) Siswa belum terlalu kreatif untuk mengajukan pendekatan dalam memecahkan suatu masalah, hal ini disebabkan siswa belum

terlatih untuk mengajukan pemikiran dan ide yang dimiliki

Selanjutnya pada siklus II dilaksanakan perbaikan terhadap kendala-kendala yang terjadi pada siklus I. Pada siklus II terjadi peningkatan kreativitas belajar IPA dan hasil belajar IPA. Persentase kreativitas belajar IPA meningkat menjadi 81% kategori (kreatif) dan persentase hasil belajar IPA meningkat menjadi 79%. Peningkatan kreativitas belajar IPA siswa dan hasil belajar IPA sudah mencapai kriteria keberhasilan sehingga pelaksanaan tindakan pada siklus II sudah berhasil.

Terjadinya peningkatan kreativitas belajar IPA dan hasil belajar IPA siswa disebabkan oleh beberapa hal.

Pertama, saat pembelajaran berlangsung guru memberikan teguran atau peringatan kepada siswa yang kurang disiplin dan serius saat pembelajaran berlangsung. Selanjutnya, guru juga lebih memberikan bimbingan yang intensif dalam kegiatan pembelajaran tersebut.

(8)

Kedua, pembelajaran yang dilaksanakan dengan berbasis lingkungan, dengan berbasis terhadap lingkungan tentunya siswa dalam hal ini akan menemukan banyak ide dan mampu untuk menuangkan ide yang dimiliki dalam memecahkan masalah yang terjadi saat kegiatan pembelajaran berlangsung sehingga membuat siswa tersebut menjadi lebih kreatif.

Ketiga, dalam proses pembelajaran guru juga menggunakan media pembelajaran pada tahap mengamati untuk menarik minat/perhatian siswa untuk belajar dan sebagai alat bantu mengajar agar siswa lebih mudah memahami materi yang disampaikan oleh guru. Dalam proses pembelajaran, guru menggunakan media pembelajaran yang menarik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran agar penggunaan media pembelajaran efektif. Media pembelajaran yang digunakan berupa media benda konkrit yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. Keempat, guru bersama siswa pada saat kegiatan inti dan setelah kegiatan inti melaksanakan evaluasi, evaluasi dilakukan agar siswa mengetahui kemampuan yang mereka miliki sesuai dengan tujuan pembelajaran. Dengan kegiatan evaluasi, siswa mengetahui kelebihan dan kelemahan siswa, dengan mengetahui hal tersebut dapat mendorong siswa belajar lebih baik lagi. Kelima, selama proses pembelajaran berlangsung dari awal sampai akhir pembelajaran, guru memberikan penguatan/rasa bangga kepada siswa secara berkelompok maupun individu berupa kata-kata pujian, tepuk tangan, senyuman atas keberhasilan yang mereka capai. Penguatan/rasa bangga diberikan kepada siswa agar siswa lebih termotivasi untuk terus berprestasi dan berhasil.

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini didukung oleh penelitian penelitian yang dilaksanakan oleh Rosyidi, dkk. (2013) dengan judul “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Quantum Berbasis Lingkungan Terhadap Motivasi Belajar dan Prestasi Belajar IPA Kelas VII SMPN I Keruak Tahun Pelajaran 2011∕2012”,

menyatakan bahwa (1) terdapat perbedaan motivasi belajar IPA siswa yang menggunakan model pembelajaran

quantum berbasis lingkungan dengan

metode konvensional dengan hasil (F= 64.102, p<0,05), (2) terdapat perbedaan secara signifikan prestasi belajar IPA siswa yang menggunakan pembelajaran

quantum berbasis lingkungan dengan

metode konvensional dengan hasil (F= 4.313, p<0,05) dan (3) terdapat perbedaan motivasi dan prestasi belajar IPA siswa yang menggunakan pembelajaran quantum berbasis lingkungan dengan metode konvensional dengan hasil p<0,05 yaitu, 000 pada nilai

Pillae Trace, Wilk Lambda, Hotelling’s Trace dan Roy’s LargestRoot.

Penelitian yang dilakukan Setiawan, dkk (2015) dengan judul “Pengaruh Model

Quantum Teaching Terhadap Hasil

Belajar IPA Kelas VI di Gugus IV Kecamatan Petang.” Hasil penelitian menunjukan ada perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar IPA kelompok siswa dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran

quantum teachingdan siswa yang

dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional. Hasil analisisnya menunjukkan thitung = 7,461 dan ttabel= 2,000 untuk db = n1 + n2 –2 = 65 dengan taraf signifikansi 5%. Berdasarkan kriteria pengujian, karena t hitung > t tabel maka H0 ditolak dan Ha diterima. Jadi model pembelajaran quantum teaching berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas VI SD di gugus IV Kecamatan Petang.

PENUTUP

Berdasarkan rumusan masalah, hasil penelitian, dan pembahasan dapat disimpulkan 1) Penerapan model pembelajaran Quantum berbasis lingkungan dapat meningkatkan kreativitas belajar IPA siswa kelas V SDN 8 Banyuning tahun pelajaran 2015/2016. Dari rata-rata kreativitas belajar IPA yang diperoleh, diketahui bahwa terjadi peningkatan kreativitas dari siklus I sebesar 13.4 dan siklus II menjadi 16.2, 2) Penerapan model pembelajaran

(9)

meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V SDN 8 Banyuning tahun pelajaran 2015/2016. Dari rata-rata hasil belajar IPA yang diperoleh, diketahui bahwa terjadi peningkatan hasil belajar dari siklus I sebesar 13.6 dan siklus II menjadi 15.8.

Berdasarkan temuan tersebut, disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran quantum berbasis lingkungan dapat meningkatkan kreativitas dan hasil belajar IPA siswa kelas V SDN 8 Banyuning Kabupaten Buleleng.

Saran yang dapat disampaikan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut 1) bagi siswa, pengalaman belajar yang diperoleh setelah penerapan model pembelajaran

Quantum berbasis lingkungan yang telah

berhasil meningkatkan kreativitas dan hasil belajar IPA agar selalu dipertahankan dan ditingkatkan lagi untuk memperoleh kreativitas dan hasil belajar yang lebih maksimal, 2) bagi guru, guru agar lebih kreatif dan berani mencoba dalam menerapkan model pembelajaran yang lain selain yang digunakan sehari-hari dalam upaya meningkatkan hasil belajar. Salah satunya dengan menerapkan model pembelajaran

Quantum berbasis lingkungan untuk

meningkatkan kreativitas dan hasil belajar siswa, 3) bagi kepala sekolah, sebaiknya mempertimbangkan menggunakan model pembelajaran Quantum berbasis lingkungan untuk memantapkan proses pembelajaran agar dapat meningkatkan kreativitas dan hasil belajar siswa, 4) bagi peneliti lain, yang ingin melaksanakan penelitian model pembelajaran Quantum berbasis lingkungan bidang ilmu IPA atau bidang ilmu lainnya yang sesuai, hasil temuan dalam penelitian ini dapat memberikan informasi dan bahan rujukan untuk melakukan penelitian yang sejenis. DAFTAR RUJUKAN

Agung, A. A. Gede. 2014. Buku Ajar

Metodologi Penelitian Pendidikan.

Malang: Aditya Media Publishing. Departemen Pendidikan Nasional, 2007.

Materi Sosialisasi dan Pelatihan

Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) Sekolah

Dasar(hlm. 225). Tersedia pada

https:∕∕www.google.co.id (diakses tanggal 27 Januari 2016).

Djojosoediro, Wasih. 2012. “Kedudukan IPA Sebagai Proses, Produk dan Sikap Ilmiah” Sub-Unit 1.2 (hlm. 27 – 37). Tersedia pada https:∕∕www.google.co.id (diakses tanggal 14 Februari 2016).

Hamalik, Oemar. 2010. Proses Belajar

Mengajar.Jakarta: PT Bumi Aksara

Japa, I Gusti Ngurah dan I Made Suarjana. 2012. Pembelajaran

Matematika Sekolah

Dasar.Singaraja: Universitas

Pendidikan Ganesha.

Koyan, I Wayan. 2012. Statistik Pendidikan Teknik Analisis Data Kuantitatif. Singaraja: Undiksha.

Munandar, Utami. 2002. Kreativitas dan

Keberbakatan Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif dan Bakat. Jakarta:

PT Gramedia Pustaka Utama. Rosyidi, Ahyar, dkk. 2013. “Pengaruh

Penerapan Model Pembelajaran Quantum Berbasis Lingkungan Terhadap Motivasi Belajar dan Prestasi Belajar IPA Kelas VII SMPN I Keruak Tahun Pelajaran 2011∕2012.” Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha,

Volume 3. Tersedia pada https:∕∕www.google.co.id (diakses tanggal 12 Februari 2016).

Rusman. 2015. Pembelajaran Tematik

Terpadu Teori Praktik dan

Penilaian. Depok: PT RajaGrafindo

Persada

Setiawan, I Gd, dkk. 2015. “Pengaruh Model Quantum Teaching Terhadap Hasil Belajar IPA Kelas VI di Gugus IV Kecamatan Petang”. PGSD

Universitas Pendidikan Ganesha,

(10)

:∕∕www.google.co.id (diakses tanggal 7 Juni 2016).

Saminanto. 2010.Ayo Praktik PTK

(Penelitian Tindakan Kelas).

Semarang: RaSAIL Media Froup. Suprahatiningrum, Jamil. 2013. Strategi

Pembelajaran Teori dan

Aplikasi.Yogyakarta: AR-RUZZ

MEDIA.

Susiani, Ketut, dkk. 2013. “Pengaruh Model Pembelajaran Quantum Terhadap Kecerdasan Sosio-Emosional dan Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas V SD di Banyuning”.

Pascasarjana Universitas

Pendidikan Ganesha, Volume 3.

Tersedia pada

https:∕∕www.google.co.id (diakses tanggal 12 Februari 2016).

Suwatra, I Wayan dkk. 2007. Modul

Belajar dan Pembelajaran.

Singaraja: Undiksha.

Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran tentang Kurikulum & Pembelajaran, 2011. Jakarta Utara:

PT RajaGrafindo Persada.

Wena, Made. 2012. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer.

Gambar

Tabel  1.  Pedoman  Konversi  PAP  Skala  5  Tentang  Data  Kreativitas  Belajar  Siswa  dalam  Pembelajaran IPA
Tabel 2.   Pedoman  Konversi  PAP  Skala  5  Tentang  Data  Hasil  Belajar  Siswa  dalam  Pembelajaran IPA
Tabel 3.   Rekapitulasi Data Kreativitas Belajar IPA Siswa Sebelum Tindakan, Siklus I dan  Siklus II

Referensi

Dokumen terkait

Identitas social FN dalam pemilu kali ini adalah hasil pemilu, yang menyatakan bahwa FN merupakan partai l’extrême droite yang memiliki dukungan terbanyak dari kelompok

Dari 4 hasil penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu, belum ada yang membahas mengenai kekerasan simbolik dalam iklan politik televisi yang akan

Pada masa itu jumlah haji dari Indonesia memang sangat besar karena beberapa tahun sebelumnya orang Indonesia tidak bisa naik haji sama sekali. Setelah Sultan Turki

Anda mungkin tidak akan bisa mengenal seseorang sedekat itu kalau anda berada di Australia untuk waktu yang singkat saja, tetapi anda dapat berteman dan mendapat kesempatan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi pembelajaran Berbasis Kecerdasan Majemuk adalah Guru merencanakan suatu pendekatan pembelajaran berdasarkan kurikulum yang

Tujuan penelitian fenomenologis ini adalah memahami dan mendeskripsikan penerimaan diri pada wanita dewasa madya yang telah melakukan operasi

Pengunjung tidak perlu datang jauh-jauh ke toko tersebut untuk membeli produk, mereka hanya butuh seperangkat computer yang terhubung dengan internet dan melakukan pemesanan

Dengan adanya penggunaaan komputer dalam pencatatan penjualan sparepart akan lebih cepat dari pada menggunakan cara manual, dengan menggunakan komputer sekaligus akan mendapatkan