• Tidak ada hasil yang ditemukan

B A B II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "B A B II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 9 B A B II

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 2.1 Aspek Geografi dan Demografi

2.1.1 Karakteristik Kab. Pinrang

2.1.1.1 Luas dan Batas Administrasi

Kabupaten Pinrang mempunyai luas wilayah 1.967 km persegi, memiliki daerah administratif 12 kecamatan, dan terdiri 39 Kelurahan dan 69 Desa yang meliputi 81 Lingkungan dan 168 Dusun.

Adapun batas wilayah Kabupaten Pinrang sebagai berikut :

 Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Tana Toraja

 Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Enrekang dan Sidrap

 Sebelah Barat dengan Selat Makassar serta Kabupaten Polewali Mandar

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kota Parepare.

Tabel 2.1

Luas Daerah dan Pembagian Daerah Administrasi Menurut Kecamatan Kabupaten Pinrang Tahun 2013

No KECAMATAN LUAS AREA (km2) KELURAHAN DESA LINGKUNGAN DUSUN

1 2 3 4 5 6 7 1 Suppa 74.2 2 8 5 22 2 Mattiro Sompe 96.99 2 7 4 19 3 Lanrisang 73.01 1 6 3 16 4 Mattiro Bulu 132.49 2 7 6 19 5 Watang sawitto 58.97 8 - 17 - 6 Paleteang 37.29 6 - 14 - 7 Tiroang 77.73 5 - 13 - 8 Patampanua 136.85 4 7 13 19 9 Cempa 90.3 1 6 2 15 10 Duampanua 291.86 5 10 10 27 11 Batulappa 158.99 1 4 4 11 12 Lembang 733.09 2 14 5 41 TOTAL 1.961,77 39 69 96 181

Sumber : Kabupaten Pinrang Dalam Angka 2014 2.1.1.2 Letak dan Kondisi Geografis

Kabupaten Pinrang berada ± 180 Km dari Kota Makassar terletak pada koordinat antara 4º10’30” sampai 3º19’13” Lintang Selatan dan 119º26’30” sampai 119º47’20”Bujur Timur. Kabupaten Pinrang berada pada perbatasan dengan Provinsi Sulawesi Barat, serta menjadi jalur lintas darat dari dua jalur utama, baik antar provinsi dan antar kabupaten di Selawesi Selatan, yakni dari arah selatan: Makassar, Parepare ke wilayah Provinsi Sulawesi Barat, dan dari arah Timur: kabupaten-kabupaten di bagian timur dan tengah Sulawesi Selatan menuju Provinsi Sulawesi Barat.

(2)

RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 10 2.1.1.3 Topografi

Kondisi topografi Kabupaten Pinrang memiliki rentang yang cukup lebar, mulai dari dataran dengan ketinggian 0 m di atas permukaan laut hingga dataran yang memiliki ketinggian di atas 1000 m di atas permukaan laut (dpl). Dataran yang terletak pada ketinggian 1000 m di atas permukaan laut sebagian besar terletak di bagian tengah hingga utara Kabupaten Pinrang terutama pada daerah yang berbatasan dengan Kabupaten Toraja. Klasifikasi ketinggian/ topografi di Kabupaten Pinrang dapat dikelompokkan sebagai berikut:

- Ketinggian 0 – 100 m dpl

Wilayah yang termasuk ke dalam daerah ketinggian ini sebagian besar terletak di wilayah pesisir yang meliputi beberapa wilayah kecamatan yakni Kecamatan Mattiro Sompe, Lanrisang, Watang Sawitto, Tiroang, Patampanua dan Kecamatan Cempa.

- Ketinggian 100 – 400 m dpl

Wilayah yang termasuk ke dalam daerah dengan ketinggian ini meliputi beberapa wilayah kecamatan yakni Kecamatan Suppa, Mattiro Bulu, dan Kecamatan Paleteang.

- Ketinggian 400 – 1000 m dpl

Wilayah yang termasuk ke dalam klasifikasi ketinggian ini sebagian kecil wilayah meliputi Kecamatan Duampanua.

- Ketinggian di atas 1000 m dpl

Wilayah yang termasuk ke dalam klasifikasi ketinggian ini terdiri dari sebagian Kecamatan Lembang dan Batulappa. Untuk lebih jelasnya sebagaimana pada tabel berikut ini :

Tabel 2.2

Ketinggian Wilayah Kabupaten Pinrang

No Kecamatan Ketinggian Dari Permukaan Laut (M Dpl)

1 2 3 1 Suppa 2 – 265 2 Mattiro Sompe 2 – 12 3 Lanrisang 2 – 14 4 Mattiro Bulu 12 – 228 5 Watang Sawitto 6 – 14 6 Paleteang 14 – 157 7 Tiroang 13 – 23 8 Patampanua 13 – 86 9 Cempa 2 – 18 10 Duampanua 2 – 965 11 Batulappa 20 – 1007 12 Lembang 2 – 1908

(3)

RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 11 Kondisi topografi Kabupaten Pinrang juga dapat dikelompokkan berdasarkan kemiringan lereng yang terdiri dari:

1. Kemiringan 0-3 %

Wilayah ini memiliki lahan yang relatif datar yang sebagian besar terletak di kawasan pesisir meliputi wilayah Kecamatan Mattiro Sompe, Lanrisang, Watang Sawitto, Tiroang, Patampanua dan Kecamatan Cempa.

2. Kemiringan 3 – 8 %

Wilayah ini memiliki permukaan datar yang relatif bergelombang. wilayah yang memiliki karakteristik topografi demikian terdiri dari Kecamatan, Suppa, Mattiro Bulu, Batulappa dan Kecamatan Paleteang.

3. Kemiringan 8 – 45 %

Wilayah ini memiliki permukaan yang bergelombang sampai agak curam.Wilayah yang memiliki karakteristik topografi seperti ini adalah Wilayah Kecamatan Duampanua.

4. Kemiringan > 45 %

Wilayah ini memiliki permukaan curam yang bergunung-gunung. Wilayah yang memiliki karakteristik topografi ini meliputi wilayah-wilayah kaki pegunungan seperti Kecamatan Lembang.

Kondisi Topografi Wilayah Kabupaten Pinrang bervariasi dari kondisi datar hingga berbukit.Keadaan wilayah berdasarkan kelerengan disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 2.3

Keadaan Wilayah Berdasarkan Kelerengan di Kabupaten Pinrang

No Lereng Kriteria Luas (Ha) Presentase (%)

1 2 3 4 5 1 0 - 2 Datar 100.370,2 51,1 2 2 - 15 Landai 15.696,8 8,1 3 15 - 40 Berbukit 50.246 25,6 4 > 40 Berbukit 29.864 15,2 Jumlah 196.177 100,00

(4)

RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 12 Secara detail, peta kemiringan lereng dapat dilihat pada gambar berikut:

(5)

RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 13 2.1.1.4 Geologi

Geologi wilayah Kabupaten Pinrang dari hasil pengamatan dan kompilasi Peta Geologi Kabupaten Pinrang, maka susunan lapisan batuan dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Endapan alluvium dan sungai, Endapan alluvium dan sungai mempunyai ketebalan antara 100-150 meter, terdiri dari atas lempung, lanau, pasir dan kerikil. Pada umumnya endapan lapisan ini mempunyai kelulusan air yang bervariasi dan kecil hingga tinggi. Potensi air tanah dangkal cukup besar tetapi sebagian wilayah kualitasnya kurang baik. Muka air tanah dangkal 1-1,50 meter. 2. Batuan gunung api tersusun atas breksi dengan komponen bersusun trakhit dan

andesit, tufa batu apung, batu pasir terfaan, konglomerat dan breki terfaan, ketebalannya berkisar 500 meter, penyebarannya dibagian utara Kota Pinrang, Sekitar Bulu Lemo, Bulu Pakoro sedangkan dibagian selatan sekitar Bulu Manarang, Bulu Paleteang, Bulu Lasako (berbatasan dengan Parepare). Kearah Bungin terdapat batu gamping terumbu yang umumnya relatif sama dengan batuan gunung api.

3. Batuan aliran lava, Batuan aliran lava bersusun trakhit abu-abu muda hingga putih, bekekar tiang, penyebarannya kearah daerah Kabupaten Pinrang, yaitu sekitar Kecamatan Lembang dan Kecamatan Duampanua.

4. Batuan konglomerat (Formasi Walanae), Batuan ini terletak dibagian Timur Laut Pinrang, sekitar Malimpung sampai kewilayah Kabupaten Sidrap, satuan batuan ini terdiri atas konglomerat, sedikit batu pasir glakonit dan serpih dan membentuk morfologi bergelombang dan tebalnya kira-kira hingga 400meter.

5. Batuan lava bersusun basol hingga andesit, Satuan batuan ini berbentuk lava bantal, breksi andesit piroksin dan andesit trakhit. Tebalnya 50 hingga 100 meter dengan penyebaran sekitar Bulu Tirasa dan Pakoro.

6. Batu pasir, Satuan batuan ini bersusun andesit, batu lanau, konglomerat dan breksi. Struktur sesar diperkirakan terdapat pada batuan aliran lava dan batu pasir bersusun andesit, berupa sesar normal.

(6)

RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 14 2.1.1.5 Hidrologi

Di Kabupaten Pinrang, terdapat dua sungai besar yaitu sungai Mamasa dan Sungai Saddang, dimana sungai Mamasa sebenarnya masih merupakan anak sungai Saddang. Saat ini sungai Mamasa dimanfaatkan untuk keperluan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Bakaru yang berlokasi di Desa Ulu Saddang,

(7)

RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 15 Kecamatan Lembang. PLTA yang ada ini selain untuk memenuhi kebutuhan listrik di Kabupaten Pinrang, juga untuk memenuhi kebutuhan listrik di Provinsi Sulawesi Selatan. Sedangkan Sungai Saddang dimanfaatkan untuk pengairan pertanian dengan cakupan pelayanan selain Kabupaten Pinrang juga melayani Kabupaten Sidrap.

2.1.1.6 Klimatologi

Klasifikasi iklim menurut Smith-Ferguson, tipe iklim Wilayah Kabupaten Pinrang termasuk tipe A dan B dengan curah hujan terjadi pada bulan Desember hingga Juni dengan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Maret. Musim kemarau terjadi pada bulan Juni sampai September. Kriteria tipe iklim menurut Oldeman-Syarifuddin bulan basah di Kabupaten Pinrang tercatat 7 - 9 bulan, bulan lembab 1 - 2 bulan dan bulan kering 2 - 4 bulan. Tipe iklim menurut klasifikasi Oldeman - Syarifuddin adalah iklim B dan C. Curah hujan tahunan berkisar antara 1073 mm sampai 2910 mm, Evaporasi rata-rata tahunan di Kabupaten Pinrang berkisar antara 5,5 mm/hari sampai 8,7 mm/hari. Suhu rata-rata normal antara 27°C dengan kelembaban udara 82% - 85%.

Berdasarkan data dari BPS Kabupaten Pinrang, rata-rata curah hujan di Kabupaten Pinrang pada tahun 2012 sebesar 102,58 mm/bulan. Curah hujan terendah terjadi pada bulan September yakni sebesar 32 Mm, sedangkan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan April yakni sebesar 179 Mm.

Banyaknya curah hujan tiap bulan di wilayah Kabupaten Pinrang sejak tahun 2007 sampai 2013 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.4

Banyaknya Curah Hujan di Wilayah Kabupaten Pinrang

No Bulan Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 1 2 3 4 5 6 7 8 1 Januari 106 264 75 380 103 93 2 Pebruari 90 242 103 121 47 116 3 Maret 91 295 29 88 86 102 4 April 147 130 63 90 88 179 5 Mei 155 94 69 82 121 128 6 Juni 148 222 192 34 19 64 7 Juli 50 143 52 35 8 52 8 Agustus 26 199 34 34 2 35 9 September 109 80 8 42 21 32 10 Oktober 82 698 29 55 136 121 11 Nopember 96 571 221 55 155 133 12 Desember 129 391 282 79 143 176 Rata-Rata Per Bulan 102,42 277,42 96,42 91,25 77,41 102,58 Sumber : Bps Kab. Pinrang Tahun 2014

(8)

RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 16 2.1.1.7 Penggunaan Lahan

Luas Provinsi Sulawesi Selatan menurut Sulawesi Selatan Dalam Angka Tahun 2012 adalah 1.967,7 km2. Angka ini merupakan angka yuridis yang digunakan sebagai luas Kabupaten Pinrang. Kondisi penutup lahan di wilayah Kabupaten Pinrang pada tahun 2009 menunjukkan bahwa empat jenis penutup lahan, yaitu sawah 53.181 hektar (27,11%), kebun campur 46.741 hektar (23,83%), hutan 29.227 hektar (14,90%), dan tegalan/ladang sebanyak 26.840 hektar (13.68%). Areal tambak 15.665 hektar atau (7,99%) sementara lahan mangrove hanya 41 hektar atau (0,02%) dan lahan terbuka 10.124 hektar atau (5,16%) dan kawasan permukiman 5.482 atau (2,79%).

Tabel 2.5

Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Kabupaten Pinrang Tahun 2010

NO

JENIS LUAS AREAL

PENUTUP LAHAN Km² Km² % 1 2 3 4 5 1 Permukiman 5.482 54,82 2,79 2 Sawah 53.181 531,81 27,11 3 Kebun Campur 46.741 467,41 23,83 4 Lahan Terbuka 10.124 101,24 5,16 5 Semak Belukar 7.005 70,05 3,57 6 Ladang / Tegalan 26.840 268,40 13,68 7 Hutan 29.227 292,27 14,90 8 Tambak 15.665 156,65 7,99 9 Mangrove 41 0,41 0,02 10 Tubuh air 1.870 18,70 0,95 JUMLAH 196,177 1.961,77 100,00

Rincian area tutupan Lahan Kabupaten Pinrang secara detail dapat dilihat pada peta berikut:

(9)

RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 17 Dalam kaitannya dengan kawasan hutan, dari keseluruhan luas Kabupaten Pinrang menurut Perda No. 14 tahun 2012 tentang RTRW Pinrang tercatat 71.605 yang termasuk dalam kawasan hutan atau merupakan 36,50% dari luas Kabupaten Pinrang seperti yang terlihat dalam tabel berikut:

(10)

RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 18 Tabel 2.6

Luas Kawasan Hutan Menurut Peta Padu Serasi Provinsi Sulawesi Selatan dan RTRW Kabupaten Pinrang

NO KECAMATAN LUAS AREA (Ha) Lindung (Ha) Hutan Produksi Hutan Terbatas (Ha) Luas Kawasan Persentase 1 2 3 4 5 6 7 1 Suppa 7.420 - 1.129 1.129 15.22 2 Mattiro Sompe 9.699 - - - - 3 Lanrisang 7.301 - - - - 4 Mattiro Bulu 13.249 - 1.324 1.324 9.99 5 Watang sawitto 5.897 - - - - 6 Paleteang 3.729 - - - - 7 Tiroang 7.773 - - - - 8 Patampanua 13.685 646 - 646 4.72 9 Cempa 9.030 - - - - 10 Duampanua 29.186 1.542 5.574 7.116 24.38 11 Batulappa 15.899 8.627 2.121 10.748 67.60 12 Lembang 73.309 34.353 16.289 50.642 69.08 Pinrang 196.177 45.168 26.437 71.605 36.50

Sumber : SK. Menhut No. 434/ Menhut tgl 23 Juli 2009, Tentang Penunjukan Kawasan Hutan Dan Konservasi Perairan Provinsi Sulsel.

Perda No. 09 tahun 2009 tentang RTRWP Sul-Sel

Perda Nomor 14 Tahun 2012 tentang RTRW Kabupaten Pinrang

Berdasarkan tabel di atas persentase luas kawasan hutan yang terbesar adalah Kecamatan Lembang dengan luas 50.642 Ha diikuti oleh Kecamatan Batulappa seluas 10.748 Ha. Dari data tersebut di atas terlihat pula bahwa Kawasan Hutan Lindung ini merupakan 23,02 % dari luas wilayah Kabupaten Pinrang, sedangkan Hutan Produksi Terbatas 13,48 % dari luas wilayah Kabupaten Pinrang.

2.1.2 Potensi Pengembangan Wilayah

2.1.2.1 Sistem Perkotaan dan Jaringan Prasarana

PP 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) mengamanatkan kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah nasional yang diwujudkan dalam kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang, pola ruang nasional dan kawasan strategis nasional yang mengatur pemanfaatan ruang di wilayah Sulawesi Selatan dan Kabupaten Pinrang.

Pengembangan wilayah Provinsi Sulawesi Selatan diarahkan dengan mengacu pada Rencana Tata Ruang baik Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) dan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Sulawesi Selatan guna mengembangkan Sulawesi Selatan sebagai simpul transportasi, industri,

(11)

RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 19 perdagangan, pariwisata, dan pertanian yang seiring dengan peningkatan kualitas lingkungan.

Rencana struktur ruang Provinsi Sulawesi Selatan sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat diarahkan untuk meningkatkan interkoneksi antara kawasan perkotaan baik antara Pusat Kegiatan Nasional, dengan Pusat Kegiatan Wilayah maupun dengan Pusat Kegiatan Lokal yang didukung oleh peningkatan kualitas jaringan transportasi, energi, telekomunikasi, dan sumber daya air secara terpadu. Rencana struktur ruang wilayah nasional dan Provinsi Sulawesi Selatan di Pinrang meliputi sistem perkotaan, sistem jaringan transportasi, sistem jaringan energi, sistem jaringan telekomunikasi dan sistem jaringan sumber daya air. Sedangkan rencana pola ruang di Kabupaten Pinrang mencakup kawasan lindung nasional, dan kawasan budidaya yang memiliki nilai strategis nasional dan provinsi serta kawasan strategis nasional dan provinsi.

Tabel 2.7

Sistem Perkotaan Nasional, Provinsi dan Kabupaten Pinrang

Sistem Perkotaan Nasional

Sistem Perkotaan

Provinsi

Sistem Perkotaan Kabupaten

PPK PPL

1 2 3 4

KAPET Parepare di Pinrang terdiri atas : Kecamatan Suppa, Kecamatan

Lanrisang, Kecamatan Mattiro Bulu, Kecamatan Mattiro Sompe, Kecamatan Watang Sawitto, Kecamatan Paleteang, Kecamatan Tiroang, Kecamatan Patampanua, Kecamatan Cempa, Kecamatan Duampanua, Kecamatan Batulappa, dan Kecamatan Lembang Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Kawasan Perkotaan Pinrang Kawasan Perkotaan Watang Suppa di Kecamatan Suppa

Pusat permukiman perdesaan Lero di Kecamatan Suppa

Pusat Permukiman perdesaan Langnga di Kecamatan Mattiro Sompe

Kawasan Perkotaan Alitta di Kecamatan Mattiro Bulu

Pusat Permukiman perdesaanWaetuoe di Kecamatan Lanrisang

Pusat Permukiman perdesaan Tadang Palie di Kecamatan Cempa

Kawasan Perkotaan Teppo di Kecamatan Patampanua

Pusat Permukiman perdesaan Bungi di Kecamatan Duampanua

Pusat Permukiman perdesaanLembang Mesakada di Kecamatan Lembang Kawasan

Perkotaan Lampa Pekkabata di Kecamatan Duampanua

Pusat permukiman perdesaan Sali-Sali di Kecamatan Lembang

Pusat permukiman perdesaan Basseang di Kecamatan Lembang

Kawasan Perkotaan Kassa Di Kecamatan Batulappa

Pusat Permukiman perdesaan Tadang Palie di Kecamatan Cempa

Pusat Permukiman perdesaan Bungi di Kecamatan Duampanua Kawasan Perkotaan Tadokkong di Kecamatan Lembang

(12)

RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 20 Kabupaten Pinrang merupakan bagian dari Sistem Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) Pare-pare yang merupakan Kawasan Strategis Nasional (KSN) dengan arahan peningkatan pertumbuhan ekonomi dari sudut pandang agroindustri dan perikanan. Sedangkan sistem perkotaan provinsi sebagaimana arahan RTRW Provinsi selain mengalokasikan sistem perkotaan nasional sebagaimana arahan RTRWN juga mengalokasikan Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yang merupakan kawasan perkotaan mengembang fungsi sebagai pusat pengolahan dan distribusi barang dan jasa, simpul transportasi, pusat jasa pemerintahan kabupaten/kota serta pusat pelayanan publik berskala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan yakni kawasan perkotaan Pinrang yang sesuai dengan RTRW Kabupaten Pinrang meliputi sebagian Kecamatan Watang Sawitto, sebagian Kecamatan Paleteang dan sebagian Kecamatan Tiroang.

Adapun sistem perkotaan eksisting dan direncanakan meliputi Pusat Pelayanan Kawasan Watang Suppa, Alitta, Teppo, Lampa Pekkabata, Kassa dan Tadokkong. Selain itu, Pusat Permukiman Perdesaan berupa rencana Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) terdiri dari PPL Lero, Langnga, Waetuoe, Tadangpalie, Bungi, Lembang Mesakada, Sali-Sali, dan Basseang.

Data Arahan Sistem Jaringan Struktur Ruang Wilayah Nasional dan Provinsi di Kabupaten Pinrang secara lebih detail dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 2.8

Arahan Sistem Jaringan Struktur Ruang Wilayah Nasional dan Provinsi di Kabupaten Pinrang

No Sistem Jaringan Transportasi Nasional/Provinsi Sistem Jaringan Energi Nasional/Provinsi Sistem Jaringan Komunikasi Nasional/Provinsi Sistem Jaringan Sumber Daya Air

1 2 3 4 5

1 Ruas Batas Provinsi Sulawesi Barat – Batas Kota Pinrang sepanjang 43,554 (empat puluh tiga koma lima lima empat) kilometer

Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Bakaru di Kecamatan Lembang dengan kapasitas 126 (seratus dua puluh enam) megawatt

Peningkatan Station Telepon Otomat (STO) di Kecamatan Watang Sawitto

Air permukaan yang bersumber dari WS Saddang sebagai wilayah sungai lintas provinsi yang meliputi DAS Kariango, DAS Rappang, dan DAS Karajae 2 Ruas jalan Sultan Hasanuddin

sepanjang 0,891 (nol koma delapan sembilan satu) kilometer

Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Suppa di Kecamatan Suppa dengan kapasitas 62 (enam puluh dua) megawatt

Rencana telepon nirkabel berupa menara Base Transceiver Station (BTS) dikembangkan tidak mengganggu aktivitas sekitarnya

Bendung, yaitu Bendung Benteng dan Bendung Pasolengan di Kecamatan Duampanua, , Bendung Padang Lolo dan Bendung Taccipi di Kecamatan Patampanua dan Bendung Kalosi di Kecamatan Lembang

3 Ruas jalan Ahmad Yani sepanjang 2,804 (dua koma delapan kosong empat) kilometer

Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) Sawitto di Kecamatan Patampanua dengan kapasitas 1,5 (satu koma lima) megawatt

Rencana penggunaan Tower Base Transceiver Station (BTS) secara terpadu

Bendungan yaitu Bendungan Bakaru di Kecamatan Lembang

4 Ruas Batas Kota Pinrang – Batas Kota Parepare sepanjang 20,154 (dua puluh koma satu lima empat) kilometer

Rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya Terpusat di Kecamatan Lembang, Kecamatan Batulappa, dan Kecamatan Duampanua

Embung, yaitu Embung Watang pulu di Kecamatan Suppa, dan Embung Watang Kasa I dan Embung Watang Kasa II di Kecamatan Batu Lappa, Embung

(13)

RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 21 (I-IV/B) Binanga Karaeng I dan Embung Binanga Karaeng II di Kecamatan Lembang, dan Embung Malimpung di Kecamatan Patampanua

5 Ruas jalan Jenderal Sudirman sepanjang 2,912 (dua koma sembilan satu dua) kilometer

Rencana pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi dengan kapasitas 25 (dua puluh lima) Mwe

sumber air permukaan lainnya berupa mata air yang meliputi mata air Pakeng, mata air Taddokkong, dan mata air Tuppu di Kecamatan Lembang, mata air Rajang, dan mata air Massewae di Kecamatan Duampanua, dan mata air Tapporang di Kecamatan Batulappa 6 Ruas Pinrang –Rappang sepanjang

19,68 (sembilan belas koma enam delapan) kilometer

Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) kapasitas 150 (seratus lima puluh) KV yang menghubungkan GI Bakaru – GI Tuppu - GI Pinrang, GI Pinrang - GI Parepare, dan GI Parepare – GI Suppa

Cekungan Air Tanah (CAT) yang meliputi: Cekungan Air Tanah (CAT) lintas kabupaten, yaitu CAT Sidenreng Rappang yang melintasi Kecamatan Watang Sawitto, Kecamatan Paleteang, Kecamatan Tiroang, Kecamatan Mattiro Bulu, Kecamatan Suppa, Kecamatan Lanrisang, Kecamatan Cempa, Kecamatan Patampanua, dan Kecamatan Duampanua

No Sistem Jaringan Transportasi Nasional/Provinsi

Sistem Jaringan Energi Nasional/Provinsi

Sistem Jaringan Komunikasi

Nasional/Provinsi Sistem Jaringan Sumber Daya Air 7 Ruas jalan Pincara – Malimpung –

Malaga Batas Kabupaten Enrekang sepanjang 22,50 (dua puluh dua koma lima nol) kilometer

Gardu Induk (GI) Bakaru dengan kapasitas 20 (dua puluh) MVA terdapat di Kecamatan Lembang dan GI Pinrang dengan kapasitas 20 (dua puluh) MVA di Kecamatan Watang Sawitto

DI Saddang dengan luas pelayanan 42.931 (empat puluh dua ribu sembilan ratus tiga puluh satu) hektar

8 Ruas jalan Tuppu – Bakaru sepanjang 20,00 (dua puluh koma nol) kilometer

DI Taccipi di Kecamatan Patampanua dengan luas pelayanan 1.568 (seribu lima ratus enam puluh delapan) hektar 9

Daerah Irigasi (DI) yang terdiri dari 87 (delapan puluh tujuh) DI meliputi total luas pelayanan 9.557 (sembilan ribu lima ratus lima puluh tujuh) hektar terdapat di sebagian wilayah Kecamatan Lembang, Kecamatan Duampanua, Kecamatan Patampanua, Kecamatan Batulappa, dan Kecamatan Mattiro Bulu

Sumber : RTRWN, RTRWP Sulawesi Selatan dan RTRW Pinrang

Struktur ruang wilayah Kabupaten Pinrang secara umum diarahkan untuk mendukung pemerataan pertumbuhan wilayah Kabupaten Pinrang dan mendorong peningkatan intensitas aktivitas ekonomi wilayah, untuk itu dalam pengembangannya perlu didukung oleh berbagai sistem prasarana wilayah yang terkoneksi secara nasional dan regional.

Pengembangan sistem prasarana wilayah dilakukan secara berhirarki sesuai dengan interaksi dan kebutuhan pengembangan serta potensi yang perlu didorong. Sistem prasarana wilayah perlu diupayakan dalam rangka mendorong kegiatan ekonomi serta peningkatan aksesibilitas antar wilayah, khususnya antar pusat

(14)

RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 22 kegiatan dan aktivitas kegiatan ekonomi di masing-masing satuan wilayah pengembangan atau pusat pertumbuhan. Selanjutnya melalui hubungan antara kawasan perdesaan dan kawasan perkotaan dan wilayah potensial, diharapkan dapat mendorong interaksi simbiosis mutualistis antar pusat pertumbuhan dengan wilayah belakangnya atau antar satuan wilayah pengembangan/ pusat dan sub pusat pelayanan wilayah.Sistem prasarana wilayah yang mendukung pemantapan struktur ruang dalam jangka panjang diarahkan pada pengembangan sistem prasarana wilayah dengan dua pola, yaitu: pertama; peningkatan prasarana wilayah untuk melayani tingkat kebutuhan saat ini, dan kedua; peningkatan prasarana wilayah untuk mendukung pemerataan pembangunan antar wilayah di Kabupaten Pinrang melalui peningkatan aksesibilitas antar kawasan perkotaan dan perdesaan, dan antar pusat-pusat kegiatan wilayah.

Perencanaan sistem transportasi yang merupakan sistem jaringan prasarana utama wilayah di Kabupaten Pinrang diarahkan untuk mencapai tujuan pengembangan wilayah secara lokal, regional dan nasional. Secara lokal, arahan perencanaan sistem transportasi adalah sebagai berikut:

1. Mencapai integrasi antar-kecamatan di Kabupaten Pinrang melalui pembenahan sistem jaringan dan sistem pergerakan untuk menyeimbangkan aksesibilitas antar-kecamatan.

2. Mengatasi persoalan yang terjadi pada interaksi sistem pergerakan dan sistem kegiatan, terutama mengenai kemacetan yang terjadi di titik-titik penggantian antarmoda.

3. Mendukung peningkatan produksi pertanian pada sentra-sentra produksi tanaman pangan di daerah perdesaan melalui ketersediaan jaringan prasarana jalan.

4. Mengantisipasi pertambahan travel demand dimasa yang akan datang melalui pengembangan kuantitas dan kualitas prasarana jaringan jalan.

Kemudian keterkaitan dengan sistem transportasi regional diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan sebagai berikut:

1. Mendukung perkembangan ekonomi wilayah yaitu meningkatkan kelancaran arus koleksi dan distribusi barang dan jasa dengan pembenahan struktur dan fungsi jaringan jalan sesuai dengan rencana struktur pusat permukiman dan pelayanan dalam wilayah kabupaten. Hal ini dicapai melalui perencanaan prasarana kereta api, pelabuhan, bandara, dan terminal kargo.

2. Mengantisipasi penambahan travel demand pada perbatasan antar kota/kabupaten. Hal ini dicapai melalui perencanaan rute/trayek moda angkutan umum.

(15)

RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 23 Kemudian, keterkaitan dengan sistem transportasi nasional diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan sebagai berikut:

1. Tumbuhnya kegiatan ekonomi masyarakat pada koridor-koridor jaringan jalan arteri primer memanfaatkan peluang tingginya intensitas pergerakan pada kawasan tersebut.

2. Peningkatan aksesibilitas antar PKL Pinrang dengan pusat perkotaan lainnya yang ada diluar wilayah Kabupaten Pinrang utamanya dengan PKN.

2.1.2.2 Kawasan Budidaya

Rencana pola ruang wilayah Kabupaten Pinrang merupakan rencana distribusi peruntukan ruang dalam wilayah Kabupaten Pinrang yang meliputi rencana peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan rencana peruntukan ruang untuk fungsi budidaya.

Rencana pola ruang wilayah Kabupaten Pinrang berfungsi :

1. Sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan kegiatan pelestarian lingkungan dalam wilayah Kabupaten Pinrang.

2. Mengatur keseimbangan dan keserasian peruntukan ruang.

3. Sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima tahunan untuk dua puluh tahun, dan

4. Sebagai dasar dalam pemberian izin pemanfaatan ruang pada wilayah Kabupaten Pinrang.

Tabel 2.9

Arahan Pola Ruang Kabupaten Pinrang

No Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase

1 2 3 4

1 Kawasan Hutan Lindung 45,168 23.00

2 Kawasan Hutan Produksi Terbatas 26,437 13.48

3 Kawasan Hutan Bakau (mangrove) 150 0.08

4 Kawasan tambak 12,155 6.20

5 Kawasan perkebunan 24,417 12.45

6 Kawasan Pertanian Lahan Basah 44,861 22.87

7 Kawasan Pertanian Lahan Kering 30,914 15.76

8 Kawasan Permukiman 5,482 2.79

9 Sempadan Sungai 6,593 3.36

Total 196,177 100

(16)

RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 24 Dalam pengelolaan kawasan budidaya di wilayah Kabupaten Pinrang diterapkan azas harmonisasi yaitu menciptakan keseimbangan antara fungsi ekologis kawasan dengan manfaat fungsi ekonomis kawasan dalam arti melakukan eksplorasi kawasan dalam memenuhi kebutuhan sosial, ekonomi, dan budaya namun tetap memperhatikan daya dukung lahan sehingga ekosistem alami tetap terjaga.

a. Hutan Produksi Terbtas (HPT)

Kawasan hutan produksi di wilayah Kabupaten Pinrang tersebar di wilayah Kecamatan Batulappa, Kecamatan Lembang, dan Kecamatan Duampanua Kecamatan Mattiro Bulu dan Kecamatan Suppa dengan luas keseluruhan adalah 26.435,90 Ha. Hutan produksi terbatas di wilayah Kabupaten Pinrang juga merupakan bagian dari upaya pelestarian DAS Saddang.U ntuk meningkatkan kualitas tata air di DAS Saddang ini, maka hutan produksi yang ada harus ditingkatkan kualitasnya melalui pengembangan vegetasi hutan utamanya tanaman tegakan tinggi yang memiliki fungsi kuat sebagai penjaga tata air.

Tabel 2.10

Hutan Produksi Terbatas di Kabupaten Pinrang

No Hutan Produksi Terbatas (HPT) Luas (Ha) Persentase (%)

1 2 3 4

1 HPT di Kecamatan Suppa 1,129 4.27

2 HPT di Kecamatan Mattiro Bulu 1,324 5.01

3 HPT di Kecamatan Duampanua 5,574 21.08

4 HPT di Kecamatan Batulappa 2,121 8.02

5 HPT di Kecamatan Lembang 16,289 61.61

Total 26,437 100.00

(17)

RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 25 b. Kawasan Pertanian

Kabupaten Pinrang merupakan salah satu wilayah sentra produksi beras di Provinsi Sulawesi Selatan yang termasuk Kawasan Bosowasipilu (kawasan sentra produksi beras) dengan luas areal persawahan potensial ± 44.861 Ha (22,87% luas wilayah Kabupaten Pinrang). Jenis komoditi tanaman pangan selain padi yang merupakan komoditi unggulan antara lain: jagung, ubi kayu, kacang tanah, kacang hijau, dan kedele. Pada dasarnya persebaran produksi tanaman pangan jenis padi di wilayah Kabupaten Pinrang tersebar secara merata di seluruh wilayah, dimana semua wilayah kecamatan memiliki areal persawahan yang produktif dengan sumber pengairan dari irigasi teknis. Sedangkan kawasan tanaman pangan lahan kering yang merupakan kawasan yang diperuntukkan bagi tanaman pangan lahan kering untuk tanaman palawija, holtikultura atau tanaman pangan tahunan, pengembangan

(18)

RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 26 kegiatannya tersebar merata diseluruh wilayah kecamatan dengan luas areal yang diarahkan untuk pengembangan lahan kering adalah 30.914 ha.

Tabel 2.11

Arahan Kawasan Peruntukan Lahan Basah dan Lahan Kering

No Kecamatan

Pertanian Lahan Basah Pertanian Lahan Kering

Luas (Ha) Persentase

(%) Luas (Ha) Persentase (%) 1 2 3 4 5 6 1 Suppa 1,716 3.83 2503 8.10 2 Lanrisang 3,714 8.28 1015 3.28 3 Mattiro Bulu 4,822 10.75 3698 11.96 4 Mattiro Sompe 3,679 8.20 878 2.84 5 Paleteang 3,137 6.99 2251 7.28 6 Tiroang 4,835 10.78 2413 7.81 7 Watang sawitto 4,033 8.99 834 2.70 8 Patampanua 4,464 9.95 4394 14.21 9 Cempa 4,237 9.45 2240 7.25 10 Duampanua 7,671 17.10 7359 23.81 11 Batulappa 458 1.02 1798 5.82 12 Lembang 2,093 4.67 1530 4.95 Total 44,861 100.00 30,914 100.00

Sumber : RTRW Kabupaten Pinrang

Sedangkan Pengembangan kegiatan budidaya tanaman tahunan/ perkebunan di wilayah Kabupaten Pinrang diarahkan pada beberapa kawasan potensial pengembangan komoditi tanaman tahunan seperti Kakao, Kopi Robusta, Kopi Arabica, Kelapa Hibrida, Kelapa sawit, Jambu Mete, jarak dan Kemiri. Luas areal yang diarahkan untuk pengembangan tanaman perkebunan adalah seluas 24.417 ha, dengan jenis komoditi unggulan wilayah berupa Kakao yang tersebar di seluruh wilayah kecamatan, dan Kopi Robusta yang potensial dikembangkan di wilayah Kecamatan Lembang. Komoditi perkebunan lainnya yang banyak dibudidayakan di wilayah Kabupaten Pinrang terdiri atas : Kopi Arabica, Kelapa Hibrida, Kelapa Dalam, Jambu Mete, dan Kemiri. Untuk kegiatan perkebunan yang intensif diarahkan pada kawasan dengan ketinggian

(19)

RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 27 200 – 400 m dpl, sementara untuk kegiatan perkebunan yang non intensif diarahkan pada areal dengan ketingggian > 400 m dpl

Tabel 2.12

Arahan Kawasan Peruntukan Perkebunan

No Kecamatan Luas (Ha) Persentase (%)

1 2 3 4 1 Suppa 1,351 5.53 2 Lanrisang - 0.00 3 Mattiro Bulu 2,685 11.00 4 Mattiro Sompe - 0.00 5 Paleteang 78 0.32 6 Tiroang 0 0.00 7 Watang sawitto - 0.00 8 Patampanua 2,233 9.15 9 Cempa 864 3.54 10 Duampanua 1,620 6.63 11 Batulappa 1,212 4.96 12 Lembang 14,374 58.87 Total 24,417 100.00

Sumber : RTRW Kabupaten Pinrang

c. Kawasan Perikanan

Rencana pengembangan kegiatan perikanan di wilayah Kabupaten Pinrang dapat dikluster berdasarkan jenis kegiatannya yaitu : 1) budidaya laut, 2) budidaya payau, dan 3) budidaya air tawar. Arahan pengembangan komoditas perikanan mencakup : a) komoditas perikanan budidaya payau berupa udang windu, bandeng, dan kepiting bakau, b) komoditas perikanan budidaya laut berupa rumput laut, kerapu, dan sejenisnya, dan c) komoditas budidaya air tawar berupa ikan karper, ikan mas, dan ikan nila. Pertimbangan arahan pengembangan kegiatan budidaya tersebut didasarkan atas nilai ekonomis yang tinggi dan telah berkembang di masyarakat, serta pangsa pasarnya cukup prospek. Dengan mempertimbangkan karakteristik kawasan yang sesuai untuk pengembangan budidaya payau di Kabupaten Pinrang, maka sebarannya lebih diarahkan di wilayah Kecamatan Duampanua, Kecamatan Mattiro Sompe, Kecamatan Cempa, Kecamatan Suppa, Kecamatan Lanrisang, dan Kecamatan Lembang dengan total areal seluas ± 13.559 ha. Jenis komoditi perikanan budidaya payau unggulan wilayah Kabupaten Pinrang berupa Udang dan Rumput Laut.

(20)

RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 28 Sementara untuk kegiatan budidaya laut akan memanfaatkan perairan Selat Makassar yang membentang dari selatan sampai barat kearah laut lepas menjadi kewenangan pemerintah Kabupaten Pinrang.

Untuk kegiatan budidaya air tawar di Kabupaten Pinrang lebih diarahkan pada kawasan yang sesuai dengan karakteristik kegiatan budidaya tersebut, terutama persediaan air tawar yang cukup dengan luas areal kolam keseluruhan 1.364 ha yang tersebar hampir meratadi seluruh wilayah kecamatan.

Tabel 2.13

Arahan Kawasan Perikanan

Sumber : RTRW Kabupaten Pinrang

No KAWASAN LOKASI

1 2 3

1 Kawasan Perikanan Tangkap kawasan pesisir dan laut Kecamatan Suppa,

kawasan pesisir dan lau Kecamatan Lanrisang, kawasan pesisir dan laut Kecamatan Mattiro Sompe,kawasan pesisir dan laut Kecamatan Duampanua, dan kawasan peisisir dan laut Kecamatan Lembang

2 Kawasan buididaya perikanan laut

dan rumput laut

Kecamatan Suppa, Kecamatan Lanrisang, Kecamatan Mattiro Sompe, Kecamatan Cempa,Kecamatan Duampanua, dan Kecamatan Lembang

3 Kawasan budidaya perikanan air

payau komidtas udang dan bandeng

Kecamatan Suppa, Kecamatan Lanrisang, Kecamatan Mattiro Sompe, Kecamatan Cempa,Kecamatan Duampanua, dan Kecamatan Lembang

4 Kawasan budidaya perikanan air

tawar

Kecamatan Paleteang, Kecamatan Cempa, Kecamatan Patampanua, Kecamatan Mattiro Bulu, dan Kecamatan Duampanua.

(21)

RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 29 d. Kawasan Pariwisata

Kawasan peruntukan pariwisata memiliki fungsi utama antara lain :

1) memperkenalkan, mendayagunakan, dan melestarikan nilai-nilai sejarah/ budaya lokal dan keindahan alam,

2) mendukung upaya penyediaan lapangan kerja yang pada gilirannya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat di wilayah dimana obyek wisata

(22)

RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 30 kawasan peruntukan pariwisata dapat berupa wisata alam ataupun wisata sejarah dan konservasi budaya.

Dalam UU/9/1990 tentang Kepariwisataan disebutkan bahwa pengusahaan obyek dan daya tarik wisata budaya merupakan usaha pemanfaatan seni bangsa untuk dijadikan sasaran wisata. Pengembangan pariwisata di suatu daerah harus direncanakan dan dikembangkan secara ramah lingkungan dengan tidak menghabiskan atau merusak sumber daya alam dan sosial, namun dipertahankan untuk pemanfaatan yang berkelanjutan.

Di wilayah Kabupaten Pinrang kegiatan kepariwisataan merupakan salah satu sektor yang perlu digenjot pertumbuhannya melalui pengembangan kawasan obyek wisata, mengingat sektor kepariwisataan akan mampu menumbuhkembangkan sektor-sektor terkait yang cukup luas (multiplier effect). Adapun rencana pengembangan sektor kepariwisataan di wilayah Kabupaten Pinrang terdiri atas pariwisata budaya, pariwisata alam, dan pariwisata buatan.

Tabel 2.14

Kawasan Pariwisata Kabupaten Pinrang

NO KAWASAN PERUNTUKAN PARIWISATA LOKASI

1 Makam Tuan Fakki Kecamatan Tiroang

2 Makam Pallipa Putee Kecamatan Mattiro Sompe

3 Masjid Tua Tondo Bunga Kecamatan Lembang

4 Makam Raja – Raja Kaballangan Kecamatan Duampanua

5 Masjid Tua At Taqwa Jampue Kecamatan Lanrisang

6 Saoraja Datu Lanrisang Kecamatan Lanrisang

7 Pengrajin Sarung Sutra Mandar, Masjid Tua

Ujung Lero , Istana Datu Suppa dan Makam Besse Kajuara

Kecamatan Suppa

8 Makam Lasinrang di Kelurahan Laleng Bata,

Makam Petta Malae di Kelurahan

Temmasarangnge, Arajang Sawitto dan

Pusara Benteng Sawitto dan Makam

Addatuang Sawitto Matinro Langkara’na

Kecamatan Paleteang

9 Saoraja Desa Liang Garessi, Monumen

Lasinrang, Istana Addatuang Sawitto dan Kompleks Makam Raja-raja Sawitto

Kecamatan Watang Sawitto.

10 Sungai Lue dan Sumber Air Panas Rajang

Balla , Permandian Air Panas Lemo Susu, Air Terjun Karawa, Kali Jodoh, Permandian Batu Pandan , Permandian Balaloang Permai , Goa Paniki , dan Pantai Kajuanging dan Pantai Kanipang

Kecamatan Lembang;

11 Goa Batu Lappa Kecamatan Batulappa

12 Bukit Tirasa , Air Terjun Lamoro , Permandian

Pasandorang , dan Pantai Kappe dan Pantai Maroneng

(23)

RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 31

13 Bulu Paleteang Permandian Air Panas Sulili Kecamatan Paleteang

14 Batu Moppangnge Kecamatan Patampanua

15 Pantai Ammani , dan Pantai Ujung Tape Kecamatan Mattiro Sompe

16 Pantai Wakka Kecamatan Cempa

17 Pantai Wiring Tasi, Pantai Ujung Lero , Pantai Ujung Labuang , Pantai Sinar Bahari Sabbang Paru, Pantai Bonging Ponging Desa Lotang Salo , Pantai Pelabuhan Marabombang, dan Pulau Kamarrang

Kecamatan Suppa

18 Pantai Wae Tuwoe Desa Wae Tuwoe Kecamatan Lanrisang

19 Danau Buatan PLTA Bakaru Kecamatan Lembang

20 Bendungan Benteng di Kelurahan Benteng

dan rumah makan terapung

Kecamatan Patampanua

21 Tempat pengasapan ikan, tempat pembuatan

perahu tradisional, perkebunan kelapa dalam dan pelabuhan nelayan

Kecamatan Suppa

Sumber : RTRW Kabupaten Pinrang

2.1.3 Wilayah Rawan Bencana a. Potensi Banjir

Pinrang adalah salah satu daerah rawan banjir di Sulawesi Selatan, Berdasarkan peta rawan banjir, daerah rawan banjir di Pinrang terdapat di Kecamatan Duampanua dan Kecamatan Suppa. Hal tersebut disebabkan oleh posisi geografis pesisir Kabupaten Pinrang yang berada pada hilir DAS Sungai Saddang.

Genangan air (banjir) yang terjadi secara alami di wilayah daerah aliran sungai (DAS) pada dasarnya tidak menjadi permasalahan, seandainya wilayah tersebut belum dimanfaatkan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup. Tetapi, jika wilayah DAS telah dimanfaatkan oleh manusia, seperti penggunaan lahan untuk pertanian dan pertambakan, lahan permukiman dan kegiatan-kegiatan peruntukan lainnya, maka genangan tersebut dianggap merugikan dan mengancam kehidupan.

Bencana alam geologi yang rutin terjadi di Kabupaten Pinrang adalah banjir, dan tanah longsor sepanjang jalan dari Kampung Lome sampai dengan Kampung Batri dengan jarak kurang lebih 250 meter. Daerah ini merupakan daerah yang sangat relatif rendah dan menjadi jalur pembuangan air dari sungai saddang saat ini air meluap khususnya pada musim hujan lebat.

b. Longsor

Tanah longsor pada umumnya terjadi di daerah pegunungan seperti daerah Lemo Susu, Karawa, dan Bakaru. Tanah longsor di Kabupaten Pinrang terjadi karena adanya kontrol topografi yang sangat curam, pengaruh kemiringan

(24)

RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 32 lereng, adanya jenis batuan yang mudah lapuk (Tufa Breksi Vulkanik), tingkat pelapukan tinggi, jalur struktur geologi, hujan lebat dan struktur manusia.

c. Abrasi dan Sedimentasi Pantai

Wilayah pesisir Pinrang pada umumnya memiliki karakteristik material lempung berpasir.Jenis material tersebut sangat rentang terbawa oleh aktivitas gelombang dan arus laut. Secara sederhana proses pantai disebabkan oleh angin dan air yang bergerak dari suatu tempat ke tempat lain, mengikis tanah dan kemudian mengendapkannya di suatu tempat secara kontinu. Proses pergerakan gelombang datang pada pantai secara esensial berupa osilasi. Angin yang menuju ke pantai secara bersamaan gerak gelombang yang menuju pantai berpasir secara tidak langsung mengakibatkan pergesekan antara gelombang dan dasar laut, sehingga terjadi gelombang pecah dan membentuk turbulensi yang kemudian membawa material disekitar pantai termasuk yang mengakibatkan pengikisan pada daerah pantai (erosi).

Tabel 2.15

Lokasi Rawan Abrasi dan Sedimentasi

Abrasi dan Sedimentasi Keterangan

Kecamatan Suppa Desa Lero & Desa Tasiwalie

Sekitar Muara Sungai

Kecamatan Lanrisang Dusun Jampue & Desa WaetuwoE Kecamatan Mattirosompe Kel. Langnga & Kel.

Pallameang

Sumber : Hasil Survey Tahun 2010

d. Tsunami

Posisi Indonesia yang terletakpada pertemuan 3 (tiga) lempeng tektonik di dunia yaitu: Lempeng Australia di selatan, Lempeng Euro-Asia di bagian barat dan Lempeng Samudra Pasifik di bagian timur, yang dapat menunjangterjadinya sejumlah bencana.

Berdasarkan posisinya tersebut, maka hampir di seluruh Indonesia kecuali daerah Kalimantan yang relatif stabil, namun demikian pada gambar tersebut menunjukkan bahwa wilayah Provinsi Sulawesi Selatan termasuk Kabupaten Pinrang terletak pada jalur gempa bumi yang relatif stabil. Hal ini dapat dirasakan selama ini riwayat historis Kabupaten Pinrang masih relatif aman dari bahaya bencana gempa dan tsunami, walaupun demikian kewaspadaan tetap perlu untuk di junjung tinggi mengingat posisi geografis Kabupaten Pinrang berhadapan dengan Selat Makassar.

(25)
(26)

RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 34 2.1.4. Demografi

Jumlah penduduk Kabupaten Pinrang 361.293 jiwa pada Tahun 2013 (Data BPS 2014), terdiri dari laki-laki sebanyak 175.115 jiwa (48,47 %) dan perempuan sebanyak 186.178 jiwa (51,53 %). Jumlah ini meningkat 1,00 % dibandingkan Tahun 2012, di mana pada Tahun 2012 jumlah penduduk Kabupaten Pinrang mencapai lk 360.019 jiwa, terdiri atas : laki-laki 174.667 jiwa (48,52 %) dan perempuan 185.352 jiwa (51,48 %).Jika dilihat dari komposisi penduduk berdasarkan kelompok umur pada Tahun 2013, jumlah penduduk kelompok umur produktif (15-64 Tahun)

(27)

RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 35 mencapai 62,82 %,jumlah penduduk kelompok umur muda (0-14 Tahun) mencapai 30,81 % dan jumlah penduduk kelompok umur tua (65 Tahun ke atas) mencapai 6,37 %. Jumlah penduduk kelompok umur produktif (15-64 Tahun) mengalami peningkatan sebesar 1,86%, demikian pula dengan jumlah penduduk kelompok umur tua (65 Tahun ke atas) mengalami kenaikan 1,02, sedangkan jumlah penduduk kelompok umur muda (0-14 Tahun) menurun 2.88 %.

Tabel 2.16

Jumlah Penduduk Kabupaten Pinrang Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

Tahun 2012-2013 No Kelompok Umur(thn) 2012 2013 Jenis Kelamin Jumlah % Jenis Kelamin Jumlah %

Laki-laki Perempuan Laki-Laki Perempuan

1 Muda (0-14) 61.989 59.303 121.292 33,69 56.758 54.545 111.303 30,81 2 Produktif (15-64) 104.490 114.987 219.477 60,96 108.766 118.212 226.978 62,81 3 Tua (65+) 8.188 11.062 19.250 5,35 9.591 13.421 23.012 6,37 Jumlah 174.667 185.352 360.019 100 175.115 186.178 361.293 100 % 48,52 51,48 48,47 51,51 LPP (%) Dependency Ratio (%) 94 94

Kepadatan Penduduk (jiwa/km2) 184 184

Sumber : BPS Kabupaten Pinrang Tahun 2012 – 2013

Dari jumlah penduduk tersebut di atas, terdapat angka beban ketergantungan (dependency ratio) sebesar 69,82 %, ini artinya pada setiap 100 penduduk produktif harus menanggung lk. 69 orang penduduk tidak produktif. Jika dibandingkan dengan tahun 2012, dependency ratio pada tahun 2012 sama dengan tahun 2013. Angka Ketergantungan (dependency ratio) diharapkan dapat diturunkan pada tahun-tahun mendatang, dengan meningkatkan Daya saing dan Sumber Daya Manusia Masyarakat Kabupaten Pinrang.

Secara perbandingan wilayah, Kabupaten Pinrang memiliki potensi wilayah yang luas mencapai 196.177 ha atau 1961,77 km2, sehingga rata-rata kepadatan penduduknya adalah 184 jiwa/km2. Artinya secara rata-rata terdapat 184 orang yang menghuni 1 km2 daerah. Bila dibandingkan dengan tahun

sebelumnya, kepadatan penduduk Tahun 2012 tidak mengalami peningkatan, Jika dilihat per wilayah, urutan 3 terbanyak jumlah penduduk paling banyak yang tercatat berada di Kecamatan Watang Sawitto, Kecamatan Duampanua, dan

(28)

RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 36 Kecamatan Lembang, sedangkan jumlah penduduk terkecil yang tercatat berada di Kecamatan Batulappa. Namun jika dilihat dari kepadatan penduduk suatu wilayah (jumlah penduduk dibagi dengan luas wilayah daerah masing-masing), maka Kecamatan Paleteang dan Watang Sawitto menjadi kecamatan yang paling padat di Kabupaten Pinrang, sedangkan kecamatan dengan kepadatan paling rendah diduduki oleh Kecamatan Batulappa dan Kecamatan Lembang. Berikut jumlah dan kepadatan penduduk per kecamatan pada tahun 2013 di Kabupaten Pinrang.

Tabel 2.17

Jumlah dan Kepadatan Penduduk Per Kecamatan di Kabupaten Pinrang Pada Tahun 2013

NO Kecamatan

Jumlah Penduduk Luas

Wilayah (Ha)

Kepadatan Penduduk (Jiwa/Ha)

Laki-laki Perempuan Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 1 Suppa 15.113 16.101 31.214 74,20 420 2 Mattiro Sompe 13.379 14.330 27.709 96,99 285 3 Lanrisang 8.178 9.080 17.258 73,01 236 4 Mattiro Bulu 13.207 14.215 27.422 132,49 206 5 Watang Sawitto 26.592 27.716 54.307 58,97 895 6 Paleteang 19.233 19.961 39.194 37,29 1.019 7 Tiroang 10.587 11.027 21.614 77,73 274 8 Patampanua 15.588 16.570 32.158 136,85 234 9 Cempa 8.523 9.044 17.567 90,30 195 10 Duampanua 21.394 23.028 44.422 291,86 152 12 Batulappa 4.778 5.027 9.805 158,99 64 13 Lembang 18.583 19.619 38.623 733,09 54 Jumlah 172.047 182.605 361.293 1.961,77 184

Sumber : BPS Kabupaten Pinrang Tahun 2014

2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat

Menurut Permendagri Nomor 54 tahun 2010, Aspek Kesejahteraan masyarakat terdiri atas; Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi, Fokus Kesejahtraan Masyarakat dan Fokus Senibudaya dan Olahraga.

2.2.1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

Fokus kesejahteraan dan pemerataan ekonomi ditunjukkan dengan pertumbuhan PDRB, Laju Inflasi, PDRB Perkapita, Indeks Gini, dan Prosentase penduduk di atas garis kemiskinan.

(29)

RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 37 2.2.1.1. Pertumbuhan PDRB Kabupaten Pinrang

Struktur perekonomian Kabupaten Pinrang berdasarkan indikator distribusi persentase nilai tambah bruto sektoral, meliputi 9 sektor yaitu Pertanian, Pertambangan dan Penggalian, Industri Pengolahan, Listrik, Gas dan Air Bersih, Bangunan, Perdagangan, Hotel dan Restoran, Pengangkutan dan Komunikasi, Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan, serta Jasa-jasa.

Dari ke-9 sektor tersebut dikelompokkan menjadi Sektor Primer (Pertanian, Pertambangan dan Penggalian), Sektor Sekunder (Industri Pengolahan, Listrik, Gas dan Air Bersih, Bangunan), Sektor Tersier (Perdagangan, Hotel dan Restoran, Pengangkutan dan Komunikasi, Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan, serta Jasa-jasa). Dalam kurun waktu periode tahun 2009 –2013, struktur perekonomian Kabupaten Pinrang mengalami sedikit pergeseran/perubahan seperti diagram berikut :

Tabel 2.18

Produk Domistik Regional Bruto menurut Lapangan Usaha atas dasar Harga berlaku Tahun 2009 - 2013 ( Juta Rp).

Lapangan Usaha 2009 2010 2011 2012 2013 1 2 3 4 5 6 1 Pertanian 2.538.541,90 2.927.094,46 3.421.853,09 3.917.694,60 4.376.065,25 2 Penggalian/ Pertambangan 37.586,13 41.602,24 51.593,44 63.689,98 1.587.981,04 3 Industri Pengolahan 177.359,14 228.382,71 263.343,81 300.424,50 339.737,02

4 Listrik,gas & air 28.298,56 37.731,46 41.280,05 46.717,01 56.217,91 5 Bangunan 179.096,09 196.112,18 241.604,33 287.240,70 336.264,84 6 Perdagangan Restoran, hotel 569.107,20 639.929,71 768.699,02 947.253,84 1.073.736,12 7 Angkutan & komunikasi 172.402,89 224.335,13 280.553,38 330.726,97 386.938,95

8 Bank & lembaga Keuangan

178.039,03 205.737,36 242.468,27 291.527,90 353.587,53

9 Jasa-jasa 612.525,97 789.860,87 905.235,95 1.052.253,23 1.208..271,4 1 Total 4.492.956,91 5.290.786,11 6.216.631,34 7.237.528,74 8.261.015,00

Sumber : PDRB Kab Pinrang Tahun 2009-2013

Uraian tabel diatas menunjukkan bahwa kontribusi terbesar terhadap PDRB Kabupaten Pinrang adalah berasal dari sektor pertanian yang tiap tahun mengalami peningkatan untuk tahun 2009 sebesar Rp.2.538.541,90 dan pada tahun 2013 naik menjadi Rp. 4.376.065,25. Sedangkan data mengenai perkembangan PDRB Kabupaten Pinrang selama lima tahun terakhir dalam harga konstan dan harga berlaku dapat dilihat pada tabel 2.19 berikut :

(30)

RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 38 Tabel 2.19

Perkembangan Produk Domistik Regional Bruto Kab. Pinrang Dalam Harga Berlaku dan Konstan Tahun 2009-2013

Sumber data : BPS Kab. Pinrang 2014

Untuk mengetahui laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pinrang dari tahun ke tahun digunakan indikator perkembangan PDRB untuk periode yang sama. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pinrang disajikan pada Tabel dibawah ini :

Pertumbuhan Ekonomi menurut Lapangan Usaha Kabupaten Pinrang atas Dasar Harga Konstan Tahun 2009 -2013.

Tabel 2.20

Pertumbuhan Ekonomi menurut Lapangan Usaha Kab. Pinrang atas Dasar Harga Konstan Tahun 2009-2013 (%) Lapangan Usaha 2009 2010 2011 2012 2013 1 2 3 4 5 6 1 Pertanian 61,98 60,64 59,42 58,63 58,20 2 Penggalian/ Pertambangan 0,88 0,87 0,95 0,98 0,99 3 Industri Pengolahan 4,54 5,24 5,28 5,29 5,43 4 Listrik,gas & air 0,70 0,76 0,76 0,77 0,79 5 Bangunan 4,12 3,90 4,22 4,29 4,31 6 Perdagangan Restoran, hotel 11,29 11,51 12,14 12,75 12,81 7 Angkutan & komunikasi 4,10 4,43 4,71 4,98 5,01 8 Bank & lembaga Keuangan 4,24 4,43 4,60 4,80 4,87 9 Jasa-jasa 8,13 8,23 7,91 7,50 7,59

Total 100 100 100 100 100

Sumber data : BPS Kab. Pinrang 2014

Dari tabel diatas terlihat bahwa pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pinrang pada tahun 2009 berdasarkan harga konstan mengalami pasang surut, setiap tahunnya terjadi perlambatan dan percepatan pertumbuhan penurunan jika dibandingkan pada tahun 2010 dari 58,63 % menjadi 58,20 % sedangkan pada tahun 2011 mengalami penurunan menjadi 59,42 %. Hal ini disebabkan karena pada tahun 2011 dan 2012

Tahun Harga Berlaku Harga Konstan

Milyar(Rp) Pertumbuhan (%) Milyar(Rp) Pertumbuhan (%)

1 2 3 4 5 2009 2010 2011 2012 2013 4.492.956,91 5.290.786,11 6.216.631,34 7.237.528,74 8.261.015,00 20,65 17,76 17,50 16,50 15,81 2.384.282,50 2.532.737,44 2.713.028,15 2.937.275,51 3.137.470,00 6,73 7,65 6,23 8,27 5,17 Rata-rata 17,64 6.81

(31)

RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 39 terjadi kenaikan produksi khususnya di sektor pertanian dan jasa yang memberikan sumbangan terbesar terhadap pembentukan PDRB

Tabel 2.21

Perkembangan Laju petumbuhan Ekonomi Kab. Pinrang tahun 2009- 2013

No Pertumbuhan PDRB 2009 2010 2011 2012 2013 Rata-Rata Pertumbuhan ekonomi 1 2 3 4 5 6 7 8 1 Kab.Pinrang 7,65 6,23 7,12 8,27 6,81 7,21 2 Sul Sel 6,23 8,19 7,61 8,37 7,65 7,61 3 Nasional 4,63 6,20 6,49 6,23

Sumber data : BPS Kab. Pinrang 2014

Meningkatnya perkembangan ekonomi ini ditandai dengan Peningkatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Pinrang dari Tahun Ketahun. Perkembangan Nilai PDRB Kabupaten Pinrang atas dasar Harga Konstan (ADHK) tahun 2009 selama kurun waktu 2009-2013 mengalami peningkatan. Pada tahun tahun 2009 PDRB (ADHB) sebesar Rp. 12.798.916 dan Pada tahun 2013 sebesar Rp. 21.500.000

2.2.1.3 Inflasi

Laju inflasi Kabupaten Pinrang lima tahun terakhir mengalami fluktuasi yang cukup besar, pada tahun 2009 inflasi kabupaten Pinrang mencapai 11,69% dan pada tahun 2010 turun menjadi 10,86 %, atau mengalami penurunan sekitar 0,83% dan pada tahun 2011 turun lagi menjadi 9,69 %, pada tahun 2012 mencapai 5,25 %, sedangkan pada tahun 2013 mencapai 4,32 % atau mengalami penurunan sebesar 0,9 %.

Tabel 2.22

Perkembangan Laju Iflasi Kabupaten Pianrang Tahun 2009 - 2013

No Inflasi ( % ) 2009 2010 2011 2012 2013 Rata2

1 2 3 4 5 6 7 8

1 Kab.Pinrang 11,69 10,86 9,69 5,25 4,32 8,36

2 Sul Sel 3,39 6,56 2,88 4,41

3 Nasional 2,78 6,96 3,79 4,30

Tahun 2009 Inflasi di Kabupaten Pinrang Mencapai 11,69%, dan pada tahun 2013 menjadi 4,32 %.

(32)

RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 40 2.2.1.4 Pendapatan dan Pertumbuhan Perkapita

Salah satu indikator yang dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat pada suatu wilayah adalah dengan melihat tingkat pendapatan penduduk wilayah tersebut, dan PDRB Perkapita merupakan proyeksi indikator untuk menentukan tingkat pendapatan perkapita di suatu wilayah.

Pendapatan dan Pertumbuhan Perkapita Kabupaten Pinrang dari tahun 2009 s/d 2013 setiap tahunnya mengalami kenaikan atas dasar harga berlaku, sedangkan untuk atas dasar harga konstan dari tahun 2009 s/d 2013 juga mengalami kenaikan setiap tahunnya dengan gambaran pada tabel dibawah ini :

Tabel 2.23

PDRB Perkapita Kab. Pinrang Tahun 2009-2013

N0 PDRB Perkapita (ADHB) Tahun ( Rp) 2009 2010 2011 2012 2013 1 2 3 4 5 6 7 1 Kab. Pinrang 12.798.916 15.066.554 17.528.821 20.267.796 22.868.642 2 Sul Sel 12.567.364 14.669.010 16.929.030 19.472.249 22.116.460 3 Nasional

Sumber data : BPS Kab. Pinrang 2014

Perkembangan PDRB Perkapita Kabupaten Pinrang atas dasar harga berlaku menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan dari tahun ke tahun yaitu untuk tahun 2009 PDRB Perkapita sebesar Rp 12.798.916 naik menjadi Rp 15.066.554 pada tahun 2010, pada tahun 2011 dicapai Rp. 17.528.821,- tahun 2012 naik menjadi Rp. 20.267.796, sedangkan pada tahun 2013 dengan capaian Rp. 22.868.642.

2.2.1.5 Paritas daya Beli

Paritas daya beli Kabupaten Pinrang priode 2009– 2013 mempunyai kecenderungan yang terus meningkat yaitu dari Rp 637.400 pada tahun 2009 meningkat menjadi Rp. 638.500 pada tahun 2010 sedangkan pada tahun 2012 mencapai Rp. 650.000,- dan pada tahun 2013 mencapai Rp. 758.300.

(33)

RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 41 Tabel 2.24

Paritas Daya Beli kabupaten Pinrang 2009-2013

N0 Paritas Daya Beli ( RP ) Tahun ( Rp) 2009 2010 2011 2012 2013 1 2 3 4 5 6 7 1 Kab. Pinrang 637.400 638.500 641.900 650.100 758.300 2 Sul Sel 635,5 636,6 640,3 643,59 Indeks Gini

Gini Ratio merupakan angka yang digunakan untuk mengukur ketimpangan pendapatan daerah secara menyeluruh. Sebagaimana disebutkan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 tahun 2010 bahwa tentang gini ratio dikelompokkan kedalam ketimpangan rendah apabila gini ratio tinggi lebih kecil dari 0,3, di kategorikan ketimpangan sedang apabila gini rationya lebih besar dari 0,3 dan lebih kecil dari 0,5, selanjutnya di kategorikan ketimpangan tinggi apabila gini rationya lebih besar dari 0,5.

Berikut dapat disajikan perkembangan gini ratio Kabupaten Pinrang untuk kurun waktu 2009-2014 pada table berikut :

Tabel 2.25

Indeks Gini Ratio Kabupaten Pinrang Tahun 2009 – 2013

N0 Gini Ratio Tahun ( Rp) 2009 2010 2011 2012 2013 1 2 3 4 5 6 7 1 Kab. Pinrang 0,47 0,46 0,43 0,42 0,41 2 Sul Sel 0,39 0,40 0,41 0,41

Bila diperhatikan tabel tersebut diatas dalam kurun waktu 2009 – 2013 Kabupaten Pinrang Gini Rationya terkategorikan ketimpangan rendah.

Kondisi tersebut mencerminkan tingkat pendapatan masyarakat di Kabupaten Pinrang cenderung merata atau gap antara rumah tangga kaya dan rumah tangga miskin cenderung kecil.Oleh sebab itu pertumbuhan ekonomi diharapkan merata di masing-masing sektor (9 sektor).

(34)

RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 42 Penduduk Miskin

Pertumbuhan PDRB perkapita suatu daerah dapat digunakan sebagai salah satu indikator terhadap pengukuran tingkat kesejahteraan masyarakat. Dalam kurun waktu 2009 – 2013 PDRB perkapita Kabupaten Pinrang mengalami pertumbuhan rata – rata 7,99 % pertahun namun dengan tingkat rata-rata pertumbuhan PDRB perkapita tersebut bukan berarti Kabupaten Pinrang terbebas dari penduduk miskin. Untuk mengetahui proporsi dan jumlah penduduk miskin, tersedia dua sumber, yaitu persen penduduk miskin dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) yang dilaksanakan setiap tiga tahun, dan jumlah rumah tangga miskin yang pendataannya dilaksanakan oleh Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Pinrang secara Nasional dalam rangka penyaluran Bantuan Langsung Ttunai (BLT) oleh Pemerintah Pusat.

Tabel 2.26

Penduduk Miskin Kab. Pinrang

N0 Pendudk Miskin

Tahun ( Jiwa ) Prosentase

( % ) 2009 2010 2011 2012 2013 1 2 3 4 5 6 7 8 1 Perdesaan 23.421 23.913 21.445 19.840 18.113 106,732 2 Perkotaan 6.899 7.925 7.353 6.942 6.347 35,466 Jumlah 30.320 31.664 28.798 26.782 24.460 142,198 Prosentase % 8,70 9,01 8,12 7,42 6,72 7,99

Angka Kriminalitas yang tertangani

Jumlah kriminalitas di Kabupaten Pinrang mengalami peningkatan selama lima tahun terakhir (2009 – 2013), jumlah kriminalitas yang tertangani di Kabupaten Pinrang dapat digambarkan dalam table.

Tabel 2.27

Angka Kriminalitas Yang Tertangani

N0

Jenis Kriminal

T a h u n

2009 2010 2011 2012 2013

Lapor selesai Lapor selesai Lapor selesai Lapor selesai Lapor selesai

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 Narkoba 19 28 15 18 29 29 47 47 56 56 2 Pembunuhan 3 9 2 4 0 0 5 5 2 2 3 seksual 1 1 7 7 1 3 4 7 8 7 4 Penganiayaan 79 66 58 56 41 44 179 148 155 140 5 Pencurian 55 16 31 28 26 7 82 29 79 31 6 Penipuan 14 10 8 7 2 2 12 21 10 9 7 Pemalsuan uang 2 2 0 0 0 0 2 2 1 2 JUMLAH 173 132 121 120 99 85 331 259 311 247

(35)

RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 43 2.2.2. Fokus Kesejahteraan Sosial

2.2.2.1. Indeks Pembangunan Manusia ( IPM )

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Pinrang selama priode tahun 2009 sampai tahun 2013 mengalami peningkatan dari tahun ketahun dengan rata rata 60,58 pertahun, dan pada tahun 2009 dicapai 72,6 dan tahun 2012 dicapai 74,39 serta tahun 2013 dicapai 74,87. Pencapaian tersebut menujukkan pencapaian yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan skala Nasional dan Provinsi .

Tabel 2.28

IPM Kabupaten Pinrang 2009 – 2013

N0 IPM Tahun ( % ) 2009 2010 2011 2012 2013 1 2 3 4 5 6 7 1 Kabupaten Pinrang 72,6 73,21 73,56 74,39 74,87 2 Sul Sel 70,90 71,62 72,14 72,70 3 Nasional 71,80 72,27 72,77 73,29

2.2.2.2. Angka Melek Huruf ( AMH )

Indikator Pendidikan yang mempresentasikan dimensi pengetahuan adalah angka melek huruf. Indikator ini dapat diartikan sebagi suatu ukuran tingkat pengetahuan Sumber Daya Manusia pada suatu wilayah tertentu. Indikator Melek huruf dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan program-program pemberantasan buta huruf, terutama pada daerah-daerah pedesaan, terpencil dimana jumlah penduduk yang tidak dapat mendapatkan akses pendidikan (bersekolah) atau indikator yang menunjukkan kemampuan penduduk suatu wilayah dalam menyerap informasi dari berbagai media, menunjukkan kemampuan berkomunikasi secara lisan dan tertulis, sehingga angka melek huruf dapat mencerminkan potansi perkembangan intelektual sekaligus berkontribusi terhadap pembangunan daerah. Penduduk yang 15 tahun keatas yang melek huruf (penduduk yg bisa baca) pada tabel tahun 2009 – 2013 menunjukkan peningkatan dimana pada tahun 2009 dicapai 89,74%, tahun 2010 dicapai 89,90%, tahun 2011 dicapai 91,48 % dan pada tahun 2012 dicapai 91, 63 % pada pada tahun 2013 dicapai 91,99 % atau rata rata kenaikan sekitar 90,94 % pertahun.

(36)

RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 44 Tabel 2.29

Angka Melek Huruf Kab. Pinrang

N0 Bidang/urusan 2009 2010 2011 2012 2013

1 2 3 4 5 6 7

1 Jumlah Penduduk Usia diatas 15 tahun yang bias Membaca dan Menulius

213.505 220.865 238.416 255.959 2. Jumlah Penduduk Usia 15 – 59 tahun

keatas yang bisa membaca / menulis 3 Jumlah Penduduk Usia 60 keatas

(lansia) yg Bisa Membaca dan menulis

20.077 21.188 30.646 40.314 4 Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun keatas 213.975 221.315 238.727 256.139 5 Jumlah Penduduk Usia 60 Tahun keatas 21.369 22.250 31.479 40.708 6. AMH Kabupaten Pinrang 15 tahun

Keatas

99,78 99,79 99,86 99,92 AMH Kabupaten Pinrang 60 Tahun

keatas

93,95 95,23 97,35 99,03 AMH SUSL SEL 15 TAHUN KEATAS 87,00 87,75 88,07 88,73

AMH SUL SEL 50 TAHUN KEATAS 10,49 10,58 10,62 10,66 AMH NASIONAL 15 TAHUN KETASA 92,60 92,91 93,22 93,53 Sumber Data: BPS Kab. Pinrang 2014

2.2.2.3. Angka Rata Rata Lama Sekolah

Angka rata rata lama sekolah di kabupaten Pinrang Priode 2009 – 2013 mengalami peningkatan dimana pada tahun 2009 dicapai 7,22, tahun 2012 dicapai 7,89 dan pada tahun 2013 dicapai 7,96. Angka ini menunjukkan bahwa perkembangan rata-rata lama sekolah di Kabupaten Pinrang pada tahun 2009 baru mampu mencapai/setara dengan SMP kelas 2 dan berada pada posisi sedang di tingkat regional (Sulawesi Selatan) dan Nasional.

Tabel 2.30

Rata Rata Lama Sekolah

N0 Indikator

Tahun

2009 2010 2011 2012 2013

1 2 3 4 5 6 7

1 Angka Rata-rata lama sekolah Kab.Pinrang 7,22 7,61 7,62 7,89 7,96 2. Angka Rata-rata lama sekolah Sul Sel 7,41 7,84 7,92 7,95 7,95 3 Angka Rata-rata lama sekolah Nasional 7,72 7,92 7,94 7,97 7,97

2.2.2.4. Angka Partisipasi Kasar ( APK )

Angka Partisipasi kasar merupakan indikator yang paling sederhana untuk mengukur daya serap penduduk usia sekolah di masing-masing jenjang pendidikan dan menggambarkan keikutsertaan penduduk pada setiap jenjang pendidikan.

(37)

RPJMD Kabupaten Pinrang Tahun 2014 - 2019 Bab II Hal. 45 Berdasarkan data statistik menunjukkan perkembangan APK untuk SD/MI periode 2009 – 2013 menunjukkan kecenderungan yang meningkat dari tahun ketahun, pada tahun 2009 APK SD/Mi dicapai 103,98% dan pada tahun 2013 dicapai 105.97% atau berkembang sekitar 2% pertahun atau masih berada dibawah rata- rata provinsi dan nasional.

APK untuk SMP/sederajat pada tahun 2009 dicapai 79.18% dan tahun 2013 dicapai 94.24. Atau mengalami perkembangan kurun waktu 2009-2013 sekitar 15%. Dan berada pada posisi sedang untuk APK Provinsi Sulawesi Selatan dan Nasional. Untuk APK SMA / sederajat pada tahun 2009 dicapai 56.75 pada tahun 2013 dicapai 67.31% capaian ini menunjukkan pada posisi sedang untuk rata rata tingkat Provinsi Sulawesi Selatan dan Nasional.

Tabel 2.31

Angka Partisipasi Kasar

N0 Indikator Tahun ( % )

2009 2010 2011 2012 2013

1 2 3 4 5 6 7

1 APK SD/MI/Paket A Pinrang 103,98 104,72 105,34 105,97 106,67 1.1 APK Sul Sel 107,49 108,57 102,09 103,05 1.2 APK Nasional 113,77 116,48 119,26 122,11 2 APK SMP/MTs/Paket B 79,18 82,36 85,91 89,97 92,24 2.1 APK Sul Sel 76,54 75,05 87,15 98,95

2.2 APK Nasional 90,58 91,88 95,82 99,92

3 APK SMA/SMK/MA/Paket C 56,75 58,17 62,77 65,01 66,59 3.1 APK Sul Sel 62,78 67,71 66,17 69,75

3.2 APK Nasional 62,55 62,85 64,66 Data Statistik dan Dikpora 2014

2.2.2.5. Angka Partisipasi Murni( APM )

Angka Partisispasi Murni ( APM ) adalah partisipasi Sekolah penduduk usia sekolah di tingkat Pendidikan tertentu. Seperti APK , APM juga merupakan indikator daya serap penduduk usia sekolah di setiap jenjang pendidikan. Jika dibandikan APK, APM merupakan indikator daya serap yang lebih baik karena APM melihat Partisipasi pendududk kelompok usia standar di jenjang Pendidikan yang sesuai dengan standar tersebut. APM Kabupaten Pinrang untuk SD/ MI pada tahun 2009 dicapai 96,70 %, dan pada tahun 2012 dicapai 98,55 % serta pada tahun 2013 dicapai 99,13 %, jika dibandingkan dengan rata-rata capaian Provinsi Sulawesi Selatan maka Kabupaten Pinrang capaiannya lebih tinggi sejak tahun 2009 sampai dengan tahun 2013, demikian pula rata rata nasional juga lebih tinggi.

Gambar

Tabel 2.72  Rasio Tempat Ibadah
Tabel 2.96  Kepemilikan KTP
Tabel 2.97  Kepemilikan Kelahiran
Tabel 2.104  Rasio Akseptor
+7

Referensi

Dokumen terkait

SEKSI PENGEMBANGAN TEKNOLOGI BUDIDAYA AIR PAYAU DAN AIR LAUT UPT BALAI PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERIKANAN BUDIDAYA (BPTPB) DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN DIYf.

Kawasan ini adalah kawasan yang dapat diperuntukkan bagi usaha pertanian meliputi: kawasan budidaya tanaman pangan, kawasan budidaya hortikultura, kawasan budidaya

Desa/Kelurahan merupakan wilayah kerja kepala desa/lurah sebagai perangkat daerah kabupaten/kota dalam wilayah kecamatan. Desa/Kelurahan dipimpin oleh Kepala

Rencana penyebaran penduduk di Kabupaten Sukoharjo akan dikonsentrasikan pada wilayah kecamatan yang dilalui jalur-jalur transportasi yang strategis dan terdapatnya

Pembentukan Kota Tangerang Selatan yang merupakan pemekaran dari wilayah induknya yaitu Kabupaten Tangerang telah memenuhi kaidah peraturan perundangan maupun teknis

- Budidaya perikanan air payau Ton 3,882.43 6 Program Pengembangan Perikanan Tangkap - Budidaya laut Ton 317.09 7 Program Optimalisasi Pengolahan Produksi Perikanan - Pengolahan

Kewenangan pemerintah kabupaten di bidang perpustakaan adalah menyusun pedoman penyelenggaraan perpustakaan, pengembangan jaringan perpustakaan, pengembangan SDM,

Berdasar jalur lintas antar daerah, kondisi wilayah Kabupaten Sleman dilewati jalur jalan negara yang merupakan jalur ekonomi yang menghubungkan Sleman dengan