• Tidak ada hasil yang ditemukan

ISOLASI VIRUS PARAINFLUENZA TIPE 3 DARI KASUS PNEUMONIA KAMBING DAN DOMBA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ISOLASI VIRUS PARAINFLUENZA TIPE 3 DARI KASUS PNEUMONIA KAMBING DAN DOMBA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

ISOLASI VIRUS PARAINFLUENZA TIPE 3 DARI KASUS PNEUMONIA

KAMBING DAN DOMBA

(

Isolation of Parainfluenza Virus Type 3 from Pneumonia Cases in Goat and Sheep

)

INDRAWATI SENDOW, TATTY SYAFRIATI, ENING WIEDOSARI danPAUL SELLECK*

Balai Penelitian Veteriner, PO Box 151, Bogor 16114 *Australian Animal Health Laboratory, PO Bag 30, Geelong Australia

ABSTRACT

A total of 345 goats and sheep lung samples from DKI-Jaya Abatoir were processed for viral isolation. Samples were inoculated in Madin Darby Bovine Kidney (MDBK) cell lines. Viral isolation indicated that. only one sampel showed Cythopathic effect (CPE) in Madin Darby Bovine Kidney (MDBK) cell lines and identification using serum neutralization test indicated that the sample neutralized reference PI-3 antisera. The isolate was obtained from lungs which histologicvally showed pneumonia intertitialis/hiperplasia limfoid.

Keywords: Parainfluenza type 3 (PI-3), virus isolation, pneumonia intertisialis

ABSTRAK

Sebanyak 345 sampel paru-paru kambing dan domba yang berasal Rumah Potong Hewan DKI Jaya telah diproses untuk isolasi virus pada biakan jaringan Madin Darby Bovine Kidney (MDBK). Hasil isolasi menunjukkan satu 345 sampel paru-paru kambing dan domba yang diproses mengalami perubahan cytopathic effects (CPE) pada biakan jaringan Madin Darby Bovine Kidney (MDBK) dan hasil identifikasi dengan uji serum netralisasi (SN) menunjukkan adanya reaksi netralisasi dengan serum standar virus 3. Isolat virus PI-3 tersebut berasal dari paru-paru kambing yang secara histopatologi mengalami kelainan pneumonia intertitialis/hiperplasia limfoid.

Kata kunci: Parainfluenza tipe 3 (PI-3), isolasi virus, pneumonia intertisialis

PENDAHULUAN

Infeksi virus Parainfluenza tipe 3 (PI-3) sering ditemukan pada infeksi pernafasan pada ternak ruminansia, meskipun gejala klinis tidak ditemukan (VAN VUUREN, 1994). Gejala klinis akibat infeksi pernafasan atau pneumonia pada ruminansia umumnya terjadi apabila disertai infeksi bakteri atau stress.

Penyebab penyakit ini adalah virus Parainfluenza, yang termasuk genus Paramyxovirus, famili Paramyxoviridae. Hingga saat ini terdapat 4 serotipe virus Parainfluenza, tetapi, hanya virus parainfluenza tipe 3 yang memainkan peranan sangat penting dalam menimbulkan kasus infeksi pernafasan pada ternak ruminansia. Virus ini juga mempunyai amplop dan memiliki daya aglutinasi terhadap butiran darah merah marmot (KINGSBURYet al., 1978).

Gejala klinis yang ditimbulkan pada kambing dan domba ditandai dengan adanya cairan mata, ingusan, batuk, tidak napsu makan, demam dan pernafasan cepat (LEHMKUHL andCUTLIP, 1982).

(2)

ruminansia, infeksi PI-3 juga dapat ditemukan pada kera, rusa, anjing, kucing, marmot dan tikus (CHURCHILL, 1963; VAN VUUREN, 1994).

Di Indonesia, kasus infeksi pernafasan pada kambing dan domba cukup tinggi dan gejala klinis dapat terlihat (ISKANDAR, 1984). Namun isolasi virus PI-3 yang merupakan salah satu penyebab pneumonia pasda kambing dan domba belum pernah dilaporkan.

Tulisan ini akan membahas isolasi virus PI-3 yang berasal dari paru-paru kambing dan domba yang mengalami kelainan pneumonia, dan berasal dari Rumah Potong Hewan DKI-Jaya.

MATERI DAN METODE Sampel:

Paru-paru

Organ paru-paru kambing dan domba yang menunjukkan lesi dari lobus paru paru seperti lobus apikalis, lobus kardiakus dan lobus diphragmatikus diambil. Organ tersebut ditempatkan pada media transport Minimum Eagle’s Media (MEM) berantibiotik Gentamisin 200 µg per ml dalam keadaan dingin, untuk keperluan isolasi virus dan sebagian paru diperlukan untuk pemeriksaan histopatologi yang disimpan dalam buffer formalin.

Sampel ulas (swab) bronkhus dan trakhea

“Cotton Bud” steril diusapkan pada bronkhus dan atau trakhea yang mengalami perdarahan dan mengandung exudat, kemudian disimpan dalam media transport berantibiotik dalam keadaan dingin. Isolasi Virus

Organ paru yang mengalami lesi seperti yang diuraikan tersebut diatas, digunakan untuk keperluan isolasi virus. Organ tersebut dibuat suspensi dalam PBS berantibiotik gentamisin 200 µg per ml untuk kemudian diinokulasikan pada biakan jaringan lestari MDBK pada pelat mikrotiter berlubang 24 sebanyak 50 µl per lubang. Perlakuan dilakukan secara duplo. Uji penyaringan ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya virus dalam sampel yang diuji, dengan mengamati ada tidaknya CPE dan dilanjutkan dengan menggunakan uji aglutinasi dari cairan biakan jaringan yang telah terinfeksi tersebut dengan darah marmot 5%. Uji HA dilakukan sebagai indikator untuk mengetahui ada tidaknya isolat virus yang dapat mengaglutinasi butir darah merah dalam suspensi tersebut. Pasase buta sebanyak 3 kali dilakukan sebelum inokulum tersebut dibuang dan dinyatakan negatif mengandung virus. Hasil positif pada uji penyaringan ini dilanjutkan dengan identifikasi isolat terhadap virus parainfluenza tipe3.

Identifikasi isolat

Isolat virus yang diperoleh dikembang biakan dalam biakan jaringan MDBK untuk identifikasi. Identifikasi awal dilakukan dengan uji serum netralisasi.

(3)

Virus standar PI-3

Virus standar PI-3 (Patzel strain, PI-3 PZL 8012-05-0001) diperoleh dari Australian Animal Health Laboratory (AAHL), Geelong, Australia, Virus PI-3 kemudian dikembang biakan pada biakan jaringan Madin Darby Bovine Kidney (MDBK) bermedia Eagle’s Minimum Essentiale Media (EMEM) berantibiotik Gentamisin 50 µg per ml dan 5% Foetal bovine Serum (FBS). Standar antiserum PI-3 PZL yang berasal dari kelinci (anti PI-3 PZL-S-7900V30), juga diperoleh dari AAHL, Australia.

Uji serum netralisasi (SN)

Isolat virus dititrasi kemudian diencerkan pada konsentrasi 100 TCID50. Serum standar PI-3 diencerkan secara serial 2 kali mulai dengan pengenceran 1:4 hingga 1:256 dalam media Eagle’s

MEM berantibiotik 50 ug/ml gentamisin. Sebanyak 50ul serum yang telah diencerkan tersebut dimasukkan kedalam lubang mikrotiter 96 lubang secara quadruplo. Isolat virus yang berkonsentrasi 100 Tissue Culture Infected Dose 50% (TCID50) per 50 µl dimasukkan kedalam lubang yang berisi serum standar PI-3 yang telah diencerkan. Pelat mikrotiter kemudian diinkubasikan dalam suhu 370C selama 1 jam dan kemudian ditambahkan 100 µl biakan jaringan MDBK dengan konsentrasi 2x105 per ml dalam media pertumbuhan yang terdiri dari media EMEM, antibiotika gentamisin 100

µg per ml, serum Fetal Calf Serum (FCS) 10 %. Kontrol positiv dan negativ yang terdiri dari serum standar positif dan negatif yang ditambahkan pada virus standar PI-3 dengan konsentrasi 100 TCID50 per 50 µl, disertakan pada pelat mikrotiter tersebut. Pelat kemudian diinkubasikan pada inkubator berCO2 pada suhu 370C selama 5 hari sambil diamati adanya Cytopathic Effect (CPE). Biakan jaringan yang menunjukkan adanya CPE berarti bahwa isolat tersebut tidak mengandung virus PI-3, sedangkan apabila CPE tidak tampak, berarti isolat tersebut adalah virus PI-3.

Uji rapid haemaglutinasi (HA)

Sampel biakan jaring yang telah diinfeksi dengan suspensi organ mulai pasase 1 hingga pasase 3 diuji dengan uji haemaglutinasi cepat (Rapid HA) dengan menggunakan 5% darah merah marmot untuk mengetahui adanya daya aglutinasi.

Pemeriksaan patologis anatomis dan histopatologis

Selain pemeriksaan secara virologik sampel paru-paru diperiksa secara patologis anatomis (PA) dan jaringan yang mengalami lesi yang diduga karena pneumonia diambil. Kelainan tersebut antara lain paru-paru terlihat sedikit membesar, oedema dan ada pembendungan. Warnanya bervariasi dari merah, merah gelap sampai kelabu. Konsistensinya padat, bidang sayatannya licin dan bila ditekan keluar cairan serokataral atau bahkan serohemoragik. Organ paru-paru yang mengalami lesi pada lobus-lobus tersebut dipotong kecil-kecil dan dimasukkan kedalam laurutan formalin buffer netral 10%, untuk pemeriksaan hitopatologis. Organ diambil pada daerah yang termasuk batas antara bagian yang normal dan bagian yang abnormal. Pemeriksaan dilakukan setelah organ tersebut diwarnai dengan pewarna Hematoksilin dan Eosin (HE), Hasil pemeriksaan patologi akan menunjang diagnosa hasil pemeriksaan mikroba.

(4)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sampel 307 paru-paru kambing, 38 paru-paru domba, 56 preparat ulas bronkhus dan trakhea yang berasal dari RPH, telah diproses seperti tertuang pada Tabel 1.

Tabel 1. Rincian spesimen yang diproses untuk uji serologis terhadap virus PI–3 Jumlah sample Paru-paru

Lokasi

Kambing Domba Swab

A. RPH: Tanah Abang Jabar Jateng Jatim Lampung C. RPH Pulo Gadung Jabar Jateng Jatim Lampung 12 116 10 22 21 87 - 39 23 8 - 7 - - - - - 22 - - 5 20 - 9 Total 307 38 56

Keterangan: tidak ada spesimen

Penelitian ini dilakukan di RPH DKI Jakarta yaitu RPH Tanah abang dan RPH Pulo Gadung yang setiap harinya dilakukan pemotongan lebih dari 150 ekor kambing dan domba, sehingga diharapkan lebih banyak dapat diperoleh sampel yang diduga pneumonia, dengan demikian hasil yang diperoleh diharapkan dapat mewakili populasi daerah yang ada.

HORE dan STEVENSON (1969), membuktikan bahwa virus PI-3 paling banyak ditemukan di daerah paru-paru dibanding organ lainnya. Pada penelitian ini paru-paru yang mengalami lesi yang diduga pneumonia digunakan untuk keperluan isolasi virus. Hasil isolasi virus menunjukkan bahwa hanya 1 isolat menunjukkan CPE pada biakan jaringan MDBK pada pasase ke 3, yaitu no. sampel 628 yang berasal dari RPH Tanah Abang Jakarta. Hasil uji Rapid HA, ditunjukkan adanya daya aglutinasi pada darah marmot. Sampel paru-paru tersebut berasal dari kambing PE (peranakan Etawa) asal Jawa Timur, dengan umur berkisar 2 tahun, jenis kelamin jantan, kondisi ternak cukup baik (dan lesi paru-paru menunjukkan kelainan pneumonia interstitialis). Identifikasi dari isolat yang diperoleh, menggunakan uji serum netralisasi terhadap serum standar PI-3 menunjukkan bahwa isolat tersebut menetralisir serum standar PI-3 hingga pengenceran 1:128. Hal ini berarti isolat No. 628 merupakan isolat virus PI-3.

Selain sampel No 628, terdapat sampel No.358 yang tidak menunjukkan CPE hingga pasase ke 3, tetapi memberikan daya aglutinasi pada uji HA dengan darah marmot 0,5% dengan titer 4. Passase tetap dilakukan pada isolat yang dicurigai tetapi pada pasase selanjutnya daya aglutinasi

(5)

Dari data tersebut terlihat bahwa isolat virus yang diperoleh hanya sedikit, hal ini mungkin disebabkan karena waktu yang tidak tepat pada saat pengambilan sampel dimana waktu viraemia telah lewat atau infeksi terjadi telah lama.

HORE dan STEVENSON (1969), membuktikan bahwa lesi yang ditimbulkan oleh virus PI-3 dapat ditemukan di paru-paru dan saluran udara menuju paru-paru, serta virus dapat terdeteksi pada tempat tersebut untuk waktu yang relatip lebih lama dibanding di limphoglandula retropharyngeal dan Lgl. bronkhial. Mengacu data tersebut, maka pengambilan sampel ulas dari trakhea dan bronkhus juga dilakukan pada penelitian ini untuk mendapatkan isolat, namun hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa tidak satu isolat virus pun berhasil diisolasi dari 56 sampel ulas trakhea dan bronkhus yang diuji.

Isolasi virus PI-3 telah berhasil diperoleh dari paru-paru yang mengalami kelainan pneumonia interstitialis, meskipun secara makroskopik, paru-paru tidak memperlihatkan perubahan yang jelas. Warna paru-paru terlihat berwarna merah coklat menyerupai daging. Secara mikroskopik, sel radang yang didominasi oleh limfosit, makrofag dan beberapa sel plasma telah ditemukan di dalam septa alveoli. Selain itu hiperplasi limfoid peribronchial atau perivaskuler, juga ditemukan.

Isolat yang diperoleh merupakan isolat PI-3 pertama di Indonesia yang telah berhasil diisolasi dari kambing. Adanya isolat PI-3 pada pneumonia interstitialis menunjukkan indikasi keterlibatan agen virus PI-3 pada pneumonia pada kambing dan domba. Akan tetapi, hal ini tidak memberikan gambaran yang signifikan akan peranannya atas kejadian pneumonia pada kambing dan domba di Indonesia.

Penelitian lebih lanjut untuk mengetahui patogenisitas isolat PI-3 perlu dilakukan sehingga dapat diketahui peranannya dalam menimbulkan kasus pneumonia pada ternak ruminansia kecil di Indonesia.

KESIMPULAN

Hasil isolasi virus menunjukkan bahwa isolat virus PI-3 telah diperoleh dari paru-paru yang mengalami kelainan pneumonia interstitialis. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk mengetahui sampai seberapa jauh peranan infeksi virus dalam menyebabkan pneumonia pada ternak ruminansia kecil, sehingga dapat dicarikan cara-cara penanggulangan serta pengobatan kasus pneumonia pada kambing dan domba di Indonesia.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penelitian ini dibiayai oleh Dana APBN tahun 1999. Terima kasih yang sebesar-besarnya kami tujukan kepada Kepala Dinas Peternakan Propinsi DKI Jaya, Kabupaten Cianjur, Sukabumi, Suku Dinas Jakarta Timur dan Suku Dinas Jakarta Pusat, serta seluruh Staf RPH Tanah Abang, Pulo Gadung, Sukabumi dan Cianjur yang telah membantu penelitian ini di lapang.

(6)

DAFTAR PUSTAKA

CHURCHILL, A.E. (1963). The Isolation of Parainfluenza 3 Virus from Fatal Cases of Pneumonia in Erythrocebus patas monkeys. British J. of Experimental Pathol. 45 : 529–537.

HORE,D.E. andR.G.STEVENSON (1969). Respiratory Infection of Lambs with an Ovine Strain of Parainfluenza

Virus Type 3. Res. Vet. Sci. 10: 342–350.

ISKANDAR, T. (1989). Penelitian Penyakit (Tinjauan Patologi) pada Domba dan Kambing di Rumah Potong Hewan Klender, Tanah Abang dan Bogor. Proc. Pertemuan Ilmiah Ruminansia Jilid 2:135-139.

KINGSBURY, D.W., BRAT. M.A., CHOPPIN, P.W., HANSON, R.P., HOSAKA, Y., MEULEN,V., NORRBY, E., PLOWRIGHT,W., ROTT, R., andWUNNER,W.H (1978). Paramyxoviridae, Intervirology, 10 : 137–152.

LEHMKUHL , H.D. AND CUTLIP,R.C. (1982). Characterization of Parainfluenza type 3 Virus Isolated from Lung

of a Lamb with Pneumonia. Am. j. Vet. Res. 43 : 626–628.

SHARP, J.M. (1991). Acute Respiratory virus Infections. In : “Disease of Sheep”. Eds. Martin, W.B. AND

Aitken, I.D. 2nd Edition. Blackwell Scientific Publication. Pp: 139–141.

VAN VUUREN, M. (1994). Parainfluenza Type 3. In : “Infectious Diseases of Livestock”. Vol. II. Eds. Coetzer, J. A.W., Thomson, G.R., AND Tustin, R.C. Capetown, Oxford University Press. Ch. 76. Pp: 766–768.

DISKUSI Pertanyaan:

“Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk mengetahui sampai seberapa jauh peranan viris dalam menyebabkan Pneumonia pada ternak ruminansia kecil (dikutip dari kesimpulan)”.

Bagaimana secara konkrit anda akan lakukan penelitian lanjutan ini. Melakukan “Posttulat Koch” pada 2 kelompok kambing/domba. Kelompok infeksi PI-3 saja (dari isolat yang diperoleh). Kelompok infeksi campuran PI-3 dan Pasteurella.

Jawaban:

Gambar

Tabel 1. Rincian spesimen yang diproses untuk uji serologis terhadap virus PI–3  Jumlah sample  Paru-paru

Referensi

Dokumen terkait

4.3 Analisis Hasil Pengujian Analisa hasil pengujian dilihat dari perbandingan citra gambar sebelum dan sesudah dilakukan proses enkripsi dan dekripsi dengan menggunakan

Maironio lyrikoje gamta regima ir kaip objektyvi tikrovė, turinti savus dėsnius, savo ciklą.. Gamta žmogų savaip džiugina ir guodžia, padeda susivokti dvasiniame, gyvenime, lemia

digunakan untuk menyebut suatu nilai hasil dari penghitungan variable. 5) Konsep merupakan rancangan, ide, atau pengertian tentang sesuatu. 6) Definisi merupakan rumusan

Menurut Bapak/Ibu bagaimana cara mengatasi kendala-kendala dalam menyediakan media pembelajaran

Untuk menentukan jumlah CE yang dibutuhkan suatu Node-B, dihitung dengan metode pendekatan kapasitas hardware yang menggunakan parameter HW Capacity UL serta status RAX Board

Sedangkan pengertian katalog adalah daftar pustaka (buku dan non buku) milik suatu perpustakaan yang disusun secara sistematis sehingga dapat digunakan untuk mencari dan

Ini membantu okus saat membaca. Membaca buku bukanlah membaca kata dan kalimat seluruhnya, tapi membaca makna. Setelah menemukan makna yang sangat menarik maka

Penelitian tersebut dilaksanakan dalam beberapa langkah, yaitu (1) melakukan pretest untuk menganalisis pemahaman awal siswa dari kelompok eksperimen dan kontrol,