BAB III
TINJAUAN KHUSUS RSUP. H. ADAM MALIK
3.1 Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik 3.1.1 Klasifikasi RSUP H. Adam Malik
Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik merupakan rumah sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No.335/Menkes/SK/VII/1990 yang berlokasi di Jl. Bunga Lau No. 17 Medan Tuntungan Kotamadya Medan Propinsi Sumatera
Utara. RSUP H. Adam Malik ditetapkan sebagai Rumah Sakit Pendidikan sesuai dengan SK Menkes No.502/Menkes/SK/IX/1991. RSUP H. Adam Malik juga
sebagai pusat rujukan wilayah pembangunan A yang meliputi provinsi Sumatera Utara, Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat dan Riau. Pada tanggal 21 Juli 1993 Presiden RI meresmikan Pusat Pendidikan Fakultas Kedokteran USU
dipindahkan ke RSUP H. Adam Malik.
3.1.2 Visi dan Misi RSUP H. Adam Malik
Visi RSUP H. Adam Malik adalah menjadi pusat rujukan pelayanan
kesehatan, pendidikan dan penelitian yang mandiri dan unggul di Sumatera tahun 2015.
Misi RSUP H. Adam Malik adalah:
a. melaksanakan pelayanan kesehatan paripurna, bermutu dan terjangkau.
b. melaksanakan pendidikan, pelatihan serta penelitian kesehatan yang
profesional.
c. melaksanakan kegiatan pelayanan dengan prinsip efektif, efisien, akuntabel,
3.1.3 Tugas dan Fungsi RSUP H. Adam Malik Medan
Tugas RSUP H. Adam Malik Medan adalah:
a. memberikan pelayanan yang bermutu yaitu cepat, tepat, nyaman, dan
terjangkau serta sebagai tempat pendidikan dan penelitian.
b. terjangkaunya upaya kesehatan serta berdaya guna dan berhasil guna dan
mengutamakan upaya penyembuhan, pemulihan, yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan.
Guna meningkatkan kesehatan masyarakat, maka dalam melaksanakan tugasnya, RSUP H. Adam Malik memiliki fungsi antara lain:
a. menyelenggarakan pelayanan medis.
b. menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan. c. menyelenggarakan penunjang medis dan non medis.
d. menyelenggarakan pengelolaan sumber daya manusia.
e. menyelenggarakan pendidikan dan penelitian secara terpadu dalam bidang profesi kedokteran dan pendidikan kedokteran berkelanjutan.
f. menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang kesehatan lainnya. g. menyelenggarakan penelitian dan pengembangan.
h. menyelenggarakan pelayanan rujukan.
i. menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan.
3.1.4 Falsafah RSUP H. Adam Malik
Falsafah RSUP H. Adam Malik adalah memberikan pelayanan kesehatan kepada seluruh lapisan masyarakat secara profesional, efisien, dan efektif sesuai
3.1.5 Motto RSUP H. Adam Malik
Motto RSUP H. Adam Malik adalah mengutamakan keselamatan pasien dengan pelayanan
P: Pelayanan cepat A: Akurat
T: Terjangkau E: Efisien N: Nyaman
3.1.6 Susunan Organisasi RSUP H. Adam Malik
Berdasarkan Permenkes RI No.244/Menkes/Per/III/2008 tentang
Organisasi dan Tata kerja Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik, susunan organisasi RSUP H. Adam Malik terdiri dari:
a. direktur utama
b. direktorat medik dan keperawatan
c. direktorat sumber daya manusia dan pendidikan d. direktorat keuangan
e. direktorat umum dan operasional f. unit-unit non struktural
3.2 Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik
3.2.1 Fungsi Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik
Adapun fungsi Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik adalah
menyediakan fasilitas dan menyelenggarakan kegiatan pelayanan, peracikan, penyimpanan, penyediaan dan penyaluran obat-obatan dan bahan kimia,
penyimpanan dan penyaluran alat kedokteran, alat perawatan dan alat kesehatan serta pelaksanaan sterlisasi.
3.2.2 Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik
Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik dipimpin oleh seorang apoteker bertanggung jawab langsung kepada direktur umum dan operasional. Instalasi
Farmasi RSUP H. Adam Malik mempunyai tugas membantu direktur umum dan operasional untuk menyelenggarakan, mengkoordinasikan, merencanakan, mengawasi dan mengevaluasi seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian di RSUP
H. Adam Malik.
Berdasarkan SK Direktur RSUP H. Adam Malik, tanggal 27 Desember 2011, No. OT.01.01./IV.2.1./10281/2011, struktur organisasi instalasi farmasi
Adapun tugas masing-masing bagian dari struktur Instalasi Farmasi RSUP
H. Adam Malik adalah sebagai berikut:
a. Kepala Instalasi Farmasi
Kepala instalasi farmasi RSUP H. Adam Malik mempunyai tugas memimpin, menyelenggarakan, mengkoordinasi, merencanakan, mengawasi dan mengevaluasi seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian terhadap pasien, instalasi
pelayanan dan instalasi penunjang lainnya di RSUP H. Adam Malik sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pokja Perencanaan dan
Evaluasi Pokja Farmasi
Klinis
Ka. Instalasi Farmasi
Wa.Ka. Instalasi Farmasi
Pokja Apotek II Pokja
Apotek I Pokja
Perbekalan
Ka. Tata Usaha Direktur Umum dan Operasional
Depo Farmasi Rindu A
Depo Farmasi Rindu B
Depo Farmasi IBP Depo Farmasi
IGD
Depo Farmasi IATI
b. Wakil Kepala Instalasi Farmasi
Wakil kepala instalasi farmasi RSUP H. Adam Malik mempunyai tugas membantu kepala instalasi farmasi dalam menyelenggarakan, mengkoordinasikan,
merencanakan, mengawasi dan mengevaluasi seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian terhadap pasien, instalasi pelayanan dan instalasi penunjang lainnya
di RSUP H. Adam Malik sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, menggantikan tugas kepala instalasi farmasi apabila kepala instalasi farmasi berhalangan hadir.
c. Tata Usaha Farmasi
Tata usaha farmasi berada di bawah dan bertanggung jawab langsung
kepada kepala instalasi farmasi yang mempunyai tugas membantu kepala instalasi farmasi dalam hal mengkoordinasikan kegiatan ketatausahaan, pelaporan, kerumahtanggaan, mengarsipkan surat masuk dan keluar, serta urusan
kepegawaian kepala instalasi farmasi.
d. Kelompok Kerja
1. Pokja Perencanaan dan Evaluasi
Pokja perencanaan dan evaluasi dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada kepala instalasi farmasi RSUP
H. Adam Malik, mempunyai tugas membantu kepala instalasi farmasi dalam hal mengkoordinasikan, membina, melaksanakan perencanaan perbekalan farmasi untuk kebutuhan rumah sakit, melakukan evaluasi kegiatan pelayanan
kefarmasian di RSUP H. Adam Malik dan melaksanakan SIRS instalasi farmasi serta melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi dari setiap pelaksanaan
2. Pokja Perbekalan
Pokja perbekalan dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada kepala instalasi farmasi RSUP H. Adam
Malik, mempunyai tugas membantu kepala instalasi farmasi dalam hal mengkoordinasikan, membina, melaksanakan perencanaan, penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian perbekalan farmasi (alat kesehatan habis pakai (AKHP), instrumen dasar, reagensia, radiofarmasi, obat dan cairan), memproduksi obat-obatan dan pengujian mutu sesuai dengan kebutuhan rumah sakit serta
melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi dari setiap pelaksanaan tugas di lingkungan pokja perbekalan (tidak dibahas lebih lanjut).
3. Pokja Farmasi Klinis
Pokja farmasi klinis dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada kepala instalasi farmasi RSUP H. Adam
Malik, mempunyai tugas membantu kepala instalasi farmasi dalam hal mengkoordinasikan, membina, melaksanakan pelayanan farmasi klinik dan melaksanakan pendidikan, penelitian dan pengembangan pelayanan kefarmasian
serta melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi dari setiap pelaksanaan tugas di lingkungan pokja farmasi klinis.
4. Pokja Apotek I
Pokja apotek dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada kepala instalasi farmasi RSUP H. Adam
Malik, mempunyai tugas membantu kepala instalasi farmasi dalam hal mengkoordinasikan, membina, melaksanakan pelayanan kefarmasian terhadap
evaluasi dari setiap pelaksanaan tugas di lingkungan pokja apotek (tidak dibahas
lebih lanjut).
5. Pokja Apotek II
Pokja apotek dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada kepala instalasi farmasi RSUP H. Adam
Malik, mempunyai tugas membantu kepala instalasi farmasi dalam hal mengkoordinasikan, membina, melaksanakan pelayanan kefarmasian terhadap pasien rawat jalan jamksemas, umum dan rawat inap diluar jam kerja dan
melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi dari setiap pelaksanaan tugas di lingkungan pokja apotek (tidak dibahas lebih lanjut).
e. Depo Farmasi
1. Depo Farmasi Rindu A
Depo farmasi rindu A dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah
dan bertanggung jawab langsung kepada kepala instalasi farmasi RSUP H. Adam Malik, yang bertugas membantu kepala instalasi farmasi dalam hal mengkoordinasikan, membina, melaksanakan perencanaan, penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap di ruang inap terpadu A secara sistem One Day Dose Dispensing (ODDD) dan
melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi dari setiap pelaksanaan tugas di lingkungan depo farmasi rindu A (tidak dibahas lebih lanjut).
2. Depo Farmasi Instalasi Anestesi dan Terapi Intensif (IATI)
Depo IATI dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada kepala instalasi farmasi RSUP H. Adam
dan mengkoordiansikan terhadap perencanaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian dan pengendalian stok perbekalan farmasi serta melaksanakan SIMRS Instalasi Farmasi terhadap kebutuhan perbekalan farmasi untuk pasien
Instalasi pelayanan Anestesi dan Terapi Intensif (tidak dibahas lebih lanjut).
3. Depo Farmasi IGD
Depo farmasi IGD dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada kepala instalasi farmasi RSUP H. Adam Malik, yang bertugas membantu kepala instalasi farmasi dalam hal
mengkoordinasikan, membina, melaksanakan perencanaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian perbekalan farmasi untuk kebutuhan pasien
instalasi gawat darurat (IGD). Selain itu juga melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi dari setiap pelaksanaan tugas di lingkungan depo farmasi (tidak
dibahas lebih lanjut). 4. Depo Farmasi IBP
Kepala Depo Farmasi Instalasi Bedah Pusat sebagai salah satu unsur pelaksana utama Kepala Instalasi Farmasi, bertugas membantu Kepala Instalasi
untuk menyelenggarakan dan mengkoordinasikan terhadap perencanaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian dan pengendalian stok perbekalan
farmasi serta melaksanakan SIMRS Instalasi Farmasi terhadap kebutuhan perbekalan farmasi untuk pasien Bedah Pusat (tidak dibahas lebih lanjut).
5. Depo Farmasi Rindu B
Depo farmasi rindu B dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada kepala instalasi farmasi RSUP H. Adam
mengkoordinasikan, membina, melaksanakan perencanaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap di rindu B secara sistem One Day Dose Dispensing dan melaksanakan pencatatan,
pelaporan dan evaluasi dari setiap pelaksanaan tugas di lingkungan depo farmasi ruang inap terpadu B.
3.2.2.1 Pokja Farmasi Klinis
Pokja farmasi klinis dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada kepala Instalasi Farmasi RSUP H. Adam
Malik, melaksanakan pelayanan farmasi klinis yang meliputi:
a. Pengkajian dan Pelayanan Resep
Pengkajian dan pelayanan resep untuk pasien rawat inap dilakukan oleh depo farmasi untuk permintaan perbekalan farmasi pada jam kerja hingga sore hari dan jam kerja yaitu pada malam hari, pengkajian dan pelayanan resep akan
dilakukan oleh apotik I dan II.
b. Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat
Penelusuran riwayat penggunaan obat telah dilakukan oleh farmasi klinis,
data diperoleh dari wawancara dengan pasien/keluarga pasien, dan data rekam medik. Informasi yang harus didapatkan di dalam riwayat pengobatan ini adalah
nama obat (termasuk obat non resep), dosis, bentuk sediaan, frekuensi penggunaan indikasi dan lama penggunaan obat, ROTD termasuk riwayat alergi, dan kepatuhan terhadap regimen penggunaan obat (jumlah obat yang tersisa).
c. Pelayanan lnformasi Obat (PIO)
Kegiatan PIO telah dilaksanakan di RSUP H. Adam Malik. Untuk pasien
dilakukan di ruangan konseling. Salah satu kegiatan PIO yang telah dilaksanakan di RSUP H. Adam Malik yaitu melalui penyuluhan. Kemudian, setiap bulan laporan PIO direkap oleh koordianator PIO yang ada di pokja farmasi klinis.
Format lembar pelayanan informasi obat dapat dilihat pada lampiran 2.
d. Konseling
Kegiatan konseling di RSUP H. Adam Malik dilakukan di dalam suatu ruangan khusus tertutup yang berada di samping apotek. Kegiatan ini dilakukan untuk pasien rawat jalan dengan riwayat pasien penyakit kronik, geriatri, pediatri
dan polifarmasi. Pada akhir konseling dilakukan verifikasi tentang penggunaan obat yang diberikan. Format lembar konseling dapat dilihat pada Lampiran 3.
e. Visite
Visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap bersama tim dokter dan tenaga kesehatan lainnya. Kegiatan visite di RSUP H. Adam Malik
telah dilakukan oleh apoteker baik secara mandiri maupun bersama tim tenaga kesehatan untuk mengamati kondisi klinis pasien secara langsung, mengkaji masalah terkait obat, memantau terapi obat dan reaksi obat yang tidak diiinginkan,
meningkatkan terapi obat rasional dan menyajikan informasi obat kepada dokter, pasien serta professional kesehatannya lainnya.
Kegiatan visite yang dilakukan antara lain melihat riwayat pengobatan pasien melalui RM 10, mengisi pengkajian farmasi pada RM 50, melakukan edukasi kepada pasien sesuai dengan RM 23, memantau catatan terintegrasi
f. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Pemantauan terapi obat dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan efektivitas terapi dan meminimalkan risiko reaksi obat yang tidak dikehendaki
(ROTD). Kegiatan ini meliputi pengumpulan data pasien, identifikasi masalah terkait obat, rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat, pemantauan dan
tindak lanjut.
g. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
MESO di RSUP H. Adam Malik dilakukan sejalan dengan kegiatan visite
oleh pokja Farmasi Klinis. Pelaporan MESO dilakukan hanya kepada pasien yang termasuk ke dalam jadwal visite. Pelaporan MESO dilakukan dengan mengisi
blanko kuning seperti terlihat pada Lampiran 4. Blanko MESO yang telah diisi kemudian disampaikan kepada pusat MESO nasional setelah didiskusikan kepada KFT.
h. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)
Evaluasi penggunaan obat yang terstruktur dan berkesinambungan dilakukan oleh Pokja Farmasi Klinis pada saat visite pasien untuk menjamin
obat-obat yang digunakan sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau oleh pasien. Kegiatan EPO dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran keadaan
saat ini atas pola penggunaan obat pada pelayanan kesehatan/dokter tertentu, membandingkan pola penggunaan obat pada pelayanan kesehatan/dokter satu dengan yang lain, penilaian berkala atas penggunaan obat spesifik, menilai
i. Dispensing Sediaan Khusus
Dispensing sediaan khusus yang dilakukan oleh Pokja Farmasi Klinis adalah penanganan sediaan sitotoksik sedangkan untuk pencampuran obat suntik
dan penyiapan nutrisi parenteral belum dilakukan.
3.3 Depo Farmasi Rindu B
3.3.1 Tugas dan Fungsi Depo Farmasi Rindu B
Tugas dan fungsi Depo Farmasi Rindu B adalah:
a. mengatur kebutuhan SDM yang dibutuhkan sebagai tenaga kerja di Depo
Farmasi Rindu B.
b. melakukan pengelolaan perbekalan farmasi, mulai dari perencanaan,
pengadaan, penyimpanan, dispensing dan distribusi serta evaluasi dan pelaporan.
c. melakukan pengawasan obat-obatan dan semua Alkes di Depo Rindu B.
d. melakukan pelaporan kegiatan yang dilakukan di Depo Farmasi Rindu B. e. melakukan evaluasi semua kegiatan Depo Farmasi Rindu B untuk
perbaikan.
3.3.2 Sumber Daya Manusia
Depo Farmasi Rindu B berada dibawah instalasi Farmasi Rumah Sakit
yang di kepalai oleh seorang Apoteker. Jumlah staf yang bekerja di Depo Farmasi Rindu B adalah 16 orang, yang terdiri dari 1 orang Apoteker, 1 orang Sarjana Farmasi, 1 orang D3 Farmasi, 11 orang lulusan SMF, dan 2 orang lulusan SMA.
3.3.3 Sarana dan Prasarana
Depo Farmasi Rindu B terdiri dari 3 ruangan, yaitu, ruang distribusi
Ruang distribusi (pelayanan) terdapat rak-rak tempat penyimpanan obat, terdapat 3 meja peracikan yang terdiri dari 1 meja peracikan untuk askes dan 2 meja peracikan untuk jamkesmas, terdapat 3 komputer yang digunakan untuk
mengentri data, tempat untuk apoteker melakukan skrining resep, trolly (kereta dorong), serta dilengkapi dengan AC untuk menjaga kestabilan suhu ruangan,
penerangan berupa lampu, telepon. Namun di ruangan dispensing tidak terdapat wastafel yang seharusnya ada, guna untuk mencuci tangan dan mencuci peralatan-peralatan yang akan digunakan untuk peracikan.
Ruang penyimpanan terdapat juga terdapat rak-rak untuk penyimpanan obat, 1 unit meja untuk petugas yang bertugas di ruang penyimpanan, alat
penerangan berupa lampu serta di lengkapi AC. Namun ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk ruang penyimpanan, yaitu kondisi ruang yang bocor seharusnya diperbaiki untuk menjaga obat-obat atau AKHP agar selalu dalam
kondisi baik. Selain itu di ruang penyimpanan juga terdapat wastafel, namun wastafel dalam keadaan rusak, ini merupakan salah hal yang harus menjadi perhatian.
Ruang kepala depo terdapat lemari penyimpanan narkotika, tempat penyimpanan obat-obat termolabil, alat penerangan berupa lampu, telepon, satu
unit komputer dan satu unit meja serta lemari kecil yang digunakan untuk menyimpan surat-surat yang perlu di arsipkan. Yang perlu menjadi perhatian disini adalah tempat penyimpanan obat-obat termolabil seharusnya dilengkapi
3.3.4 Pelayanan
Pelayananan Depo Farmasi Rindu B dibagi dua shift, yaitu : - Shift pagi : jam 08.00 – 15.00
- Shift sore : jam 15.00 – 20.00
Depo farmasi Rindu B melayani permintaan dari user Rindu B yang terdiri
dari : Rindu B1 (Obgyn), Rindu B2 A (Onkologi), Rindu B2 B (digestive, urologi, bedah ortopedi, bedah plastik), Rindu B3 (Bedah ortopedi untuk pasien Jamkesmas dan Bedah untuk pasien Askes), Rindu B4, ruang rawat jantung
(RIC), CVCU (Cardio Vascular Care Unit) dan VIP.
3.3.5 Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Depo Farmasi Rindu B 1. Perencanaan
Menurut Kepmenkes RI No. 1121/Menkes/SK/XII/2008, dalam merencanakan kebutuhan obat perlu dilakukan perhitungan secara tepat.
Perhitungan kebutuhan obat dapat dilakukan dengan menggunakan metode konsumsi dan atau metode morbiditas.
Metode konsumsi adalah metode yang didasarkan atas analisa data
konsumsi obat tahun sebelumnya. Untuk menghitung jumlah obat yang dibutuhkan berdasarkan metode konsumsi perlu diperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
- pengumpulan dan pengolahan data - analisa data untuk informasi dan evaluasi
- perhitungan perkiraan kebutuhan obat
Untuk memperoleh data kebutuhan obat yang mendekati ketepatan, perlu dilakukan analisa trend pemakaian obat 3 (tiga) tahun sebelumnya atau lebih. Data yang perlu dipersiapkan untuk perhitungan dengan metode konsumsi:
1). Daftar obat. 2). Stok awal.
3). Penerimaan. 4). Pengeluaran. 5). Sisa stok.
6). Obat hilang/rusak, kadaluarsa 7). Kekosongan obat.
8). Pemakaian rata-rata/pergerakan obat pertahun. 9). Waktu tunggu.
10). Stok pengaman.
11). Perkembangan pola kunjungan .
Metode morbiditas adalah perhitungan kebutuhan obat berdasarkan pola penyakit. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah perkembangan pola
penyakit, waktu tunggu, dan stok pengaman.
Langkah-langkah perhitungan metode morbiditas adalah :
- Menetapkan pola morbiditas penyakit berdasarkan kelompok umur penyakit.
- Menyiapkan data populasi penduduk.
- Menghitung frekuensi kejadian masing-masing penyakit pertahun untuk seluruh populasi pada kelompok umur yang ada.
- Menghitung jenis, jumlah, dosis, frekuensi dan lama pemberian obat
menggunakan pedoman pengobatan yang ada.
- Menghitung jumlah yang harus diadakan untuk tahun anggaran yang akan
datang (Kepmenkes RI no 1121/Menkes/SK/XII/2008).
Perencanaan di Depo Farmasi Rindu B dilakukan dengan menggunakan metode konsumsi, dimana perhitungannya dilakukan dengan menggunakan data
setiap tahun (12 bulan). Data penggunaan obat setahun dijumlahkan kemudian ditambahkan 20% (stok pengaman).
2. Pengadaan
Pengadaan di Depo Farmasi Rindu B yaitu dengan melakukan pengamprahan ke bagian perbekalan di Instalasi Farmasi setiap hari Selasa dan
Sabtu.
3. Penyimpanan
Penyimpanan di Depo Farmasi Rindu B sudah sesuai dengan persyaratan
yang ditetapkan dalam Kepmenkes RI No 1197/Menkes/SK/X/2004 dan sesuai dengan SOP, yaitu:
- Dibedakan menurut bentuk sediaan dan jenisnya - Dibedakan menurut suhu dan kestabilannya - Alphabet
- FIFO dan FEFO
- Obat Hight Allert ( kosentrasi tinggi ) disimpan terpisah dengan obat
- Obat LASA ( Look Alike Sound Alike ) atau NORUM ( Nama Obat, Rupa, Ucapan Mirip ) diberi jarak satu dengan yang lainnya
Untuk penyimpanan narkotika yaitu di dalam lemari khusus dan terkunci,
dan lemarinya diletakkan di ruang Kadepo, namun bentuk dan ukuran lemari belum memenuhi syarat yang ditetapkan Permenkes No. 28/Menkes/Per/1987.
4. Pendistribusian dan Dispensing
Pendistribusian di Depo Farmasi Rindu B dilakukan dengan beberapa cara yaitu floor stock, emergensi stock dan One Day Dose Dispensing (ODDD). Untuk
sediaan floor stock biasanya perawat mengamprahnya setiap 1 minggu sekali ke depo, sediaan emergensi stock yang ada di ruangan perawat apabila telah
digunakan maka perawat langsung meminta ganti kembali sediaan yang dipakai ke depo Rindu B dengan menggunakan KOP (Kartu Obat Pasien).
Obat sampai kepada pasien melalui tangan perawat. Agar edukasi kepada
pasien lebih efektif sebaiknya apoteker menunjukkan jenis obat yang dipakai pasien secara langsung, dimana selama ini apoteker melakukan edukasi tanpa menunjukkan jenis obat pasien tersebut.
Dalam proses penyiapan obat, khususnya untuk obat-obat yang perlu di puyerkan, sebaiknya setiap sebelum melakukan penggerusan alu dan lumpang di
bilas terlebih dahulu supaya tidak terjadi kontaminasi antara satu obat dengan obat yang lain. Untuk penggerusan obat-obat kemoterapi seharusnya tidak dilakukan di depo, karena akan menyebabkan keterpaparan senyawa obat pada tenaga farmasi
5. Evaluasi dan Pelaporan
Pelaporan yang dilakukan di depo Rindu B meliputi laporan mutasi narkotik, laporan stok opname, laporan kegiatan, laporan pemakaian obat triwulan
Ringkasan pembahasan mengenai Depo Rindu B dapat dilihat pada lampiran 5.
3.3.6 Manfaat Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) dalam Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Depo Rindu B
Sistem informasi rumah sakit (SIRS) adalah suatu sistem yang
berhubungan dengan pengelolaan data, pegumpulan data, penyajian informasi, analisis dan penyimpulan informasi serta penyampaian informasi yang dibutuhkan untuk kegiatan rumah sakit. Saat ini RSUP H. Adam Malik telah menggunakan
sistem informasi rumah sakit berbasis komputer yaitu dengan sistem online ke berbagai instalasi. Aplikasi sistem informasi ini membantu setiap instalasi agar
mudah memperoleh pelayanan dan informasi seluruh data, pengolahan data, penyajian informasi, serta penyampaian informasi yang dibutuhkan untuk kegiatan rumah sakit.
Sistem informasi rumah sakit (SIRS) sangat penting manfaatnya bagi aktifitas pengelolaan perbekalan farmasi di Depo. Depo farmasi Rindu B misalnya, melakukan pengadaan perbekalan farmasi dengan mengirim data
permintaan perbekalan farmasi ke bagian perbekalan/gudang melalui SIRS untuk pemenuhan kebutuhan pasien di Rindu B. Kemudian melalui SIRS juga bagian
perbekalan/gudang memberikan feedback atas permintaan perbekalan farmasi oleh bagian Depo. Bagian Depo farmasi dapat melihat data barang-barang yang ada di bagian perbekalan/gudang atau data perbekalan farmasi yang ada di Depo lain
Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) dapat memberikan efisiensi dan efektifitas kerja bagi pengelolaan perbekalan farmasi di Rumah Sakit. Jika sebelumnya bagian Depo harus meminta informasi ketersediaan perbekalan
farmasi ke Pokja Perbekalan dapat langsung melihat di komputer data informasi di Pokja Perbekalan, maka sekarang dengan adanya SIRS, bagian Depo dapat
langsung melihat di computer. Melalui SIRS, dapat ditelusuri data-data pengelolaan perbekalan farmasi yang dilakukan oleh depo, seperti data amprahan perbekalan farmasi per bulan yang dilakukan Depo ke bagian perbekalan/gudang
setiap bulannya.
3.4 Instalasi Central Sterilized Supply Department (CSSD)
Instalasi Central Sterilized Supply Department (CSSD) atau sterilisasi pusat adalah satu unit kerja yang merupakan fasilitas penyelenggaraan dan kegiatan pelayanan kebutuhan steril yang dipimpin oleh seorang kepala instalasi
yang berada dibawah direktur umum dan operasional.
Kegiatan yang dilakukan dalam pelayanan CSSD adalah:
a. melakukan sterilisasi instrumen dan linen untuk kebutuhan kamar operasi.
b. melakukan sterilisasi untuk kebutuhan IGD.
c. melakukan sterilisasi untuk kebutuhan kateterisasi/bedah jantung.
d. melakukan sterilisasi ruangan dengan fogging dan lampu UV. e. melakukan re-use dengan gas etilen oksida.
Sasaran dari kegiatan yang dilakukan adalah tercapainya kebutuhan steril
untuk seluruh lingkungan rumah sakit, mencegah terjadinya infeksi nosokomial hingga seminimal mungkin dan mempertahankan mutu hasil sterilisasi dengan
Ruangan yang memadai disediakan untuk mendapatkan pelayanan CSSD yang optimal yang terdiri atas: ruang pencucian, ruang kerja dan ruang steril/ penyimpanan barang steril yang memenuhi syarat.
Alur kegiatan pelayan CSSD dapat dilihat pada Gambar 3.2 berikut ini.
tidak
ya
tidak
Gambar 3.2. Alur kegiatan pelayanan CSSD User
Penerimaan Alat
Pencucian
Pengeringan
Pengemasan
Labeling
STERILISASI Seleksi/Pencatatan
Kontrol Indikator
Gudang Alat
CSSD dikepalai oleh seorang apoteker dan dibantu oleh wakil kepala instalasi, tata usaha dan tiga pokja lainnya. Struktur organisasi instalasi CSSD RSUP H. Adam Malik ditunjukkan pada Gambar 3.3 berikut ini.
Gambar 3.3 Struktur Organisasi Instalasi Central Sterilized Supply Department
(CSSD) RSUP H. Adam Malik
3.5 Instalasi Gas Medis
Pengelolaan gas medis sudah ditangani oleh suatu instalasi khusus yaitu instalasi gas medis sejak Februari 2005. Hal ini sesuai dengan SK Direktur RSUP
H. Adam Malik nomor OT.01.01.11.173 tentang instalasi gas medik, dimana pada tanggal 26 Februari 2005 didirikan instalasi gas medik RSUP H. Adam Malik dengan pertimbangan bahwa gas medik merupakan perbekalan farmasi yang
termasuk life saving yang sangat penting rumah sakit sehingga perlu dipersiapkan pelayanan gas medik yang baik, efektif dan efisien kepada pasien yang
Direktur Umum dan Operasional
Kepala Instalasi CSSD Wa. Ka. Instalasi
Tata Usaha
Pokja Pengemasan
Pokja Sterilisasi Pokja
membutuhkannya. Instalasi gas medis telah mendistribusikan gas medis untuk melayani kebutuhan user-user yaitu semua pasien yang membutuhkan gas medis di rumah sakit.
Menurut Permenkes No. 244/Menkes/Per/III/2008 tentang organisasi dan tata kerja RSUP H. Adam Malik, instalasi gas medis adalah unit pelayanan
struktural yang menyediakan fasilitas dan menyelenggarakan kegiatan pelayanan gas medis. Instalasi gas medik dikepalai oleh seorang apoteker yang berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada direktur umum dan operasional.
Struktur organisasi instalasi gas medik RSUP H. Adam Malik ditunjukkan pada Gambar 3.3.
Gambar 3.3 Struktur organisasi instalasi gas medis RSUP H. Adam Malik
Jenis-jenis gas medis yang digunakan dalam pelayanan kesehatan di RSUP H. Adam Malik meliputi oksigen (O2), dinitrogen monoksida (N2O), nitrogen
(N ), karbon dioksida (CO ), dan udara tekan (compressed air).
Ka. Instalasi Gas Medis
Wa Ka. Instalasi Gas Medis
Tata Usaha Gas Medis
Pokja Perbekalan dan Pendistribusian Gas Medis
Pokja Pelayanan dan Pemantauan Penggunaan Gas Medis Direktur Umum dan
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Instalasi Farmasi Rumah Sakit RSUP H. Adam Malik
Berdasarkan surat keputusan direktur utama RSUP H. Adam Malik nomor
OT.01.01./IV.2.1./10281/2011 tanggal 27 Desember 2011 tentang struktur organisasi dan tata kerja Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik, maka struktur
organisasi telah dijalankan sesuai SK yang berlaku untuk instalasi farmasi yaitu, kepala instalasi farmasi langsung membawahi 5 kelompok kerja yang terdiri dari pokja perencanaan dan evaluasi, pokja perbekalan, pokja apotek I, pokja apotek II,
serta pokja farmasi klinis dan membawahi 5 depo yang terdiri dari depo farmasi IGD, depo farmasi Rindu A, depo farmasi Rindu B, depo farmasi IATI serta depo
famasi IBP.
Namun, hal ini berbeda dengan struktur organisasi Instalasi Farmasi menurut Kepmenkes Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 dimana hanya ada 3
kelompok kerja yang langsung dibawahi oleh kepala Instalasi Farmasi yaitu bagian perbekalan, farmasi klinis, dan manajemen mutu. Jadi, struktur organisasi Instalasi Farmasi RSUP HAM lebih banyak kegiatannya yang mengarah pada
pengelolaan perbekalan farmasi dibandingkan farmasi klinis yang berorientasi kepada pasien (patient oriented) serta pekerjaan manajemen mutu hanya sebagian
yang ditangani oleh pokja P2E IFRS, padahal fungsi bagian manajemen mutu dapat menunjang pelayanan kefarmasian yang berorientasi pada pasien (patient
4.2. Pokja Farmasi Klinis a. Pengkajian resep
Pengkajian resep untuk pasien rawat inap dilakukan oleh apoteker pada
saat visite. Pengkajian dilakukan untuk menganalisa adanya masalah terkait obat. Bila ditemukan masalah harus dikonsultasikan kepada dokter penulis resep.
Pengkajian resep yang dilakukan harus sesuai persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik dan persyaratan klinis.
Dalam pengkajian pelayanan resep, resep yang dilayani di depo-depo
farmasi dan apotek di RSUP H. Adam Malik merupakan resep yang ditulis oleh dokter untuk pasien rawat inap dan rawat jalan. Belum semua resep yang ditulis
oleh dokter memenuhi kriteria administrasi, farmasetik, dan klinis.
Resep yang digunakan di RSUP. H. Adam Malik Medan sudah memenuhi persyaratan administrasi, yang meliputi:
a. nama, umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi pasien b. nama, nomor izin, alamat dan paraf dokter
c. tanggal resep
d. ruangan/unit asal resep
Untuk persyaratan farmasetik, masih ada kesalahan dalam menuliskan
kekuatan sediaan yang akan diberikan, yang meliputi: a. nama obat, bentuk, dan kekuatan sediaan
b. dosis dan jumlah obat
c. stabilitas
Untuk persyaratan klinis yang meliputi:
a. ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat b. duplikasi pengobatan
c. alergi, interaksi dan efek samping obat
d. kontraindikasi dan interaksi obat (Kepmenkes No. 1197/Menkes/SK/X/2004)
belum dipenuhi seperti duplikasi pengobatan yaitu adanya peresepan obat yang mempunyai indikasi sama contohnya diresepkan ketorolac dan tramadol yang sama-sama merupakan analgetik.
Pengkajian dan pelayanan resep untuk pasien rawat inap dilakukan oleh depo farmasi. Sedangkan untuk pasien rawat jalan dilayani oleh apotik I dan II.
Apoteker harus melakukan pengkajian resep sesuai persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik, dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan.
b. Penelusuran riwayat penggunaan obat
Penelusuran riwayat penggunaan obat adalah proses untuk mendapatkan informasi mengenai seluruh obat/sediaan farmasi lain yang pernah dan sedang
digunakan pasien. Riwayat pengobatan dapat diperoleh dari wawancara terhadap pasien dan keluarganya atau data rekam medik/pencatatan penggunaan obat
pasien yaitu pada RM 10.
Namun penelusuran riwayat penggunaan obat belum dilakukan kepada seluruh pasien di RSUP. H. Adam Malik dikarenakan keterbatasan jumlah
Informasi yang harus didapatkan di dalam riwayat pengobatan ini adalah nama obat (termasuk obat non resep), dosis, bentuk sediaan, frekuensi penggunaan indikasi dan lama penggunaan obat, ROTD termasuk riwayat alergi,
dan kepatuhan terhadap regimen penggunaan obat (jumlah obat yang tersisa).
c. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Kegiatan PIO telah dilaksanakan di RSUP H. Adam Malik, namun tidak semua kegiatan dilakukan oleh farmasi klinis seperti penerbitan buletin dilakukan oleh PKRS bekerjasama dengan Apoteker. Untuk pasien rawat inap, PIO
dilakukan oleh depo farmasi, sedangkan untuk pasien rawat jalan, dilakukan di ruangan konseling. Penyuluhan merupakan salah satu kegiatan PIO yang telah
dilaksanakan di RSUP H. Adam Malik oleh farmasi klinis yang bekerja sama dengan PKRS. Kemudian setiap bulan laporan PIO direkap oleh koordianator PIO yang ada di pokja farmasi klinis.
Menurut Kepmenkes RI No 1197/MENKES/SK/2004 sebaiknya tersedia ruangan sumber informasi yang memadai untuk mempermudah PIO. Luas ruangan yang dibutuhkan untuk PIO yaitu: 20 m2 (200 tempat tidur), 40 m2
(400-600 tempat tidur), 70m2 (1300 tempat tidur). Ruangan PIO di RSUP H. Adam malik sudah ada dan sudah dilengkapi dengan komputer dan berbagai macam
buku yang dapat digunakan untuk memberikan informasi obat. Selain itu juga sudah terdapat sarana seperti telepon untuk mempermudah PIO. Namun, luas ruangan masih belum memenuhi persyaratan menurut Kepmenkes RI
d. Konseling
Konseling merupakan suatu proses sistematik untuk mengidentifikasi dan penyelesaian masalah pasien yang berkaitan dengan penggunaan obat pasien.
Konseling dilakukan di ruangan khusus konseling. Berdasarkan Standar Pelayananan di Rumah Sakit, syarat untuk ruang konseling adalah tertutup,
sehingga privasi pasien terjaga dan juga dilengkapi dengan meja dan kursi, komputer, telepon, kartu arsip serta lemari untuk menyimpan catatan medikasi pasien. Ruang konseling di RSUP H. Adam Malik Medan untuk pasien rawat
jalan telah memiliki meja dan kursi, kartu arsip dan catatan medikasi pasien dan juga tertutup. Namun ruang konseling kurang memadai karena cukup sempit.
Selain itu, sarana dan prasarana yang tersedia masih kurang memadai, misalnya: dokumentasi di ruang konseling, dimana sistem penyimpanan data masih dilakukan secara manual sehingga dalam menelusuri data pasien berulang
membutuhkan waktu yang agak lama dan membuat pasien menunggu. Oleh karena itu, sebaiknya menggunakan sistem komputerisasi sehingga pada saat pasien masuk, kita dengan mudah untuk mencari data mengenai pasien tersebut.
Alat peraga pada ruang konseling juga masih minim. Sebaiknya alat peraga ditambah karena pasien yang diberi konseling, umumnya adalah pasien dengan
tingkat pendidikan yang terbatas, sehingga cukup sulit memberikan pengertian apabila tanpa disertai alat peraga.
Saat ini ruang konseling untuk pasien rawat inap di RS Adam Malik belum
tersedia sehingga konseling yang dilakukan masih bersifat pasif saja. Keterbatasan ini menyebabkan pelayanan rumah sakit kepada masyarakat rumah sakit belum
Selain itu, untuk menunjang terlaksanya konseling yang bermutu dibutuhkan beberapa literatur-literatur up to date yang dapat dengan mudah diakses dan langsung dapat digunakan, yang seharusnya ada di ruangan konseling.
Untuk mengakses informasi/literatur yang up to date ini, seharusnya tersedia fasilitas internet di ruangan konseling. Namun, di ruang konseling belum
didukung oleh fasilitas internet (wifi) untuk mencari informasi secara cepat.
Software PIO yang terdapat di ruang konseling seharusnya juga di up date dengan
versi terbaru yang sesuai dengan data-data obat yang dikonselingkan.
Seharusnya ada suatu pedoman khusus tentang obat-obat yang sering dikonselingkan oleh apoteker sebagai acuan dalam memberikan informasi kepada
pasien supaya tidak terjadi perbedaan penyampaian informasi antara satu apoteker dengan apoteker yang lain dalam menginformasikan satu obat yang sama. Pencatatan data pasien harus dilakukan secara kontinu, sehingga dapat diperoleh
informasi perkembangan pasien setelah penggunaan obat. Formulir konseling pasien rawat jalan dapat dilihat pada Lampiran 3.
e. Visite
Visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap bersama tim
dokter dan tenaga kesehatan lainnya. Kegiatan visite di RSUP H. Adam Malik
telah dilakukan oleh apoteker baik secara mandiri maupun bersama tim tenaga kesehatan untuk mengamati kondisi klinis pasien secara langsung, mengkaji masalah terkait obat, memantau terapi obat dan reaksi obat yang tidak diiinginkan,
Kegiatan visite yang dilakukan antara lain melihat riwayat pengobatan pasien melalui RM 10, mengisi pengkajian farmasi pada RM 50, melakukan edukasi kepada pasien sesuai dengan RM 23, melihat pengkajian penggunaan obat
secara rasional pada RM 30 dan memantau catatan terintegrasi pasien yang ada pada RM 14. Apabila terjadi kesalahan seputar obat pasien (Drug Related
Problem) seperti interaksi obat ataupun dosis yang tidak sesuai, maka apoteker
dapat mencatat di lembar RM 14 ini sebagai masukan bagi dokter untuk meminimalisasi terjadinya Medication Error.
Kegiatan visite ini telah dilaksanakan di beberapa ruangan di Rindu A dan Rindu B seperti ruangan interna pria, interna wanita, neurologi, paru, bedah saraf,
bedah plastik, bedah urologi, bedah ortopedi, VIP B, anak, THT dan CVCU. Namun, kegiatan visite ini masih belum optimal dan menyeluruh pada setiap pasien karena keterbatasan jumlah apoteker di farmasi klinis yang tidak sebanding
dengan jumlah pasien. Kegiatan visite perlu dioptimalkan oleh tenaga apoteker yang tersedia, secara menyeluruh dan rutin di setiap bagian di rumah sakit.
Kegiatan visite apoteker hendaknya dilakukan bersamaan dengan jadwal
visite dokter agar pemantauan terapi obat pasien dapat semakin baik. Selain itu,
sebaiknya pada saat visite pasien, apoteker dapat langsung menjelaskan obat yang
diberikan oleh perawat. Dalam artian, pada saat visite pasien, fisik obat tersedia sehingga pasien dapat lebih mudah mengerti tentang penjelasan obat yang diinformasikan oleh apoteker. Hal ini tentunya akan membuat pasien semakin
mengenal apoteker dan eksistensinya dalam pencapaian tujuan pengobatan.
f. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Pemantauan terapi obat dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan efektivitas terapi dan meminimalkan resiko reaksi obat yang tidak dikehendaki
(ROTD). Kegiatan ini meliputi pengumpulan data pasien, identifikasi masalah terkait obat, rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat, pemantauan dan
tindak lanjut. Kegiatan PTO dilakukan pada saat apoteker melaksanakan visite, namun belum dilaksanakan secara menyeluruh pada semua pasien rawat inap karena keterbatan jumlah apoteker yang tidak sebanding dengan jumlah pasien.
g. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Peran pokja farmasi klinis dalam monitoring efek samping obat (MESO)
sudah dilaksanakan namun belum secara menyeluruh. MESO berkaitan erat dengan kegiatan visite pokja farmasi klinis. Kegiatan visite yang dilakukan dapat mengetahui MESO yang terjadi pada pasien. Pelaporan MESO dilakukan hanya
kepada pasien yang termasuk ke dalam jadwal visite.
MESO ini belum dilakukan secara menyeluruh karena berkaitan dengan keterbatasan tenaga kerja yang melaksanakan visite dan MESO. Pelaporan MESO
dilakukan dengan mengisi blanko kuning seperti terlihat pada Lampiran 4. Blanko MESO yang telah diisi kemudian disampaikan kepada pusat MESO nasional
setelah didiskusikan kepada KFT.
h. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)
Evaluasi penggunaan obat merupakan program evaluasi penggunaan obat
yang terstruktur dan berkesinambungan secara kualitatif. Evaluasi penggunaan obat merupakan salah satu peran pokja farmasi klinis yang bertujuan untuk
penggunaan obat pada periode waktu tertentu, memberikan masukan untuk perbaikan penggunaan obat dan menilai pengaruh intervensi atas pola penggunaan obat. Evaluasi penggunaan obat sudah dilakukan namun program ini tidak
dilakukan secara berkesinambungan.
i. Dispensing sediaan khusus
Pokja farmasi klinik sudah melakukan dispensing sediaan khusus yaitu penanganan sediaan sitotoksik. Sementara, untuk pencampuran obat suntik dan penyiapan nutrisi parenteral belum dilakukan karena kurang memadainya sarana
dan prasarana di rumah sakit. Kebijakan instalasi farmasi untuk dispensing obat suntik masih dikerjakan oleh perawat. Selain itu, penanganan sediaan sitotoksik
pada ruangan steril masih ada yang belum memenuhi persyaratan seperti plafon yang masih berpori, dinding yang masih memiliki sudut dan cat dinding yang rusak.
4.3 Depo Farmasi Rawat Inap Terpadu (Rindu) B
Depo Farmasi Rindu B bertugas membantu kepala Instalasi Farmasi dalam hal mengkoordinasikan, membina, melaksanakan perencanaan, penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap di rindu B secara sistem One Day Dose Dispensing untuk obat oral dan injeksi dan
melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi dari setiap pelaksanaan tugas di lingkungan depo farmasi ruang inap terpadu B.
4.3.1 Sumber Daya Manusia (SDM)
Ditinjau dari segi SDM, Depo Farmasi Rindu B berada dibawah instalasi Farmasi Rumah Sakit yang di kepalai oleh seorang Apoteker. Jumlah staf yang
Apoteker, 1 orang Sarjana Farmasi, 1 orang D3 Farmasi, 11 orang lulusan SMF, dan 2 orang lulusan SMA. Menurut Kepmenkes 1197/SK/MENKES/2004 dinyatakan bahwa Depo Farmasi dipimpin oleh seorang Apoteker yang telah
memiliki surat izin kerja., dibantu oleh tenaga Ahli Madya Farmasi (D3) dan Tenaga Teknis Kefarmasian (AA). Namun, di Depo Farmasi Rindu B masih
terdapat 2 orang tenaga lulusan SMA. Dalam hal ini, tenaga lulusan SMA secara hokum tidak berwenang melakukan pekerjaan kefarmasian. Oleh karena itu, maka seharusnya 2 orang lulusan SMA ini distandarisasi terlebih dahulu sehingga dapat
melakukan pekerjaan kefarmasian.
4.3.2 Sarana dan Prasarana
Jika dilihat dari segi sarana dan prasarana, Depo Farmasi Rindu B terdiri dari 3 ruangan, yaitu, ruang distribusi (pelayanan), ruang penyimpanan dan ruang Kepala Depo. Ruang distribusi (pelayanan) terdapat rak-rak tempat penyimpanan
obat, terdapat 3 meja peracikan yang terdiri dari 1 meja peracikan untuk askes dan 2 meja peracikan untuk jamkesmas, terdapat 3 komputer yang digunakan untuk mengentri data, tempat untuk apoteker melakukan skrining resep, trolly (kereta
dorong), serta dilengkapi dengan AC untuk menjaga kestabilan suhu ruangan, penerangan berupa lampu dan telepon. Namun, di ruangan dispensing tidak
terdapat wastafel yang seharusnya ada, guna untuk mencuci tangan dan mencuci peralatan-peralatan yang akan digunakan untuk peracikan.
Di ruang penyimpanan terdapat juga rak-rak untuk penyimpanan obat, 1
unit meja untuk petugas yang bertugas di ruang penyimpanan, alat penerangan berupa lampu serta di lengkapi AC. Namun, ada beberapa hal yang harus
seharusnya diperbaiki untuk menjaga obat-obat atau AKHP agar selalu dalam kondisi baik. Selain itu di ruang penyimpanan juga terdapat wastafel, namun waltafel dalam keadaan rusak, ini merupakan salah hal yang harus menjadi
perhatian.
Di ruang kepala depo terdapat lemari penyimpanan narkotika, tempat
penyimpanan obat-obat termolabil, alat penerangan berupa lampu, telepon, satu unit komputer dan satu unit meja serta lemari kecil yang digunakan untuk menyimpan surat-surat yang perlu diarsipkan. Yang perlu menjadi perhatian disini
adalah tempat penyimpanan obat-obat termolabil seharusnya dilengkapi dengan alat pengukur suhu (termometer) untuk memastikan suhu ditempat penyimpanan
selalu optimal untuk penyimpanan obat-obat termolabil.
4.3.3 Manfaat Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) dalam Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Depo Rindu B
Depo farmasi rindu B melayani kebutuhan obat dan AKHP untuk pasien Jamkesmas dan Askes yang ada di ruangan Rawat inap terpadu B dengan beragam
penyakit Sistem distribusi obat di depo farmasi rindu B adalah sistem one day
dose dispensing (ODDD).
Sistem distribusi obat yang tepat ke pasien adalah dengan menggunakan
sistem unit dose dispensing yaitu pemberian obat oleh petugas Depo per waktu penggunaan obat, sehingga penggunaan obat oleh pasien lebih terpantau dan
terjadwal. Namun hal ini belum dapat diterapkan oleh Depo Farmasi Rindu B karena keterbatasan SDM dari apoteker. Dalam melakukan pelayanan di Depo Farmasi, juga dibutuhkan ruangan yang cukup besar dan nyaman, namun pada
Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) telah diterapkan di RS Adam Malik dan manfaatnya begitu banyak dalam menunjang aktifitas pengelolaan perbekalan farmasi di Depo diantaranya Depo farmasi Rindu B. Selain dapat menelusuri
data-data pengelolaan perbekalan farmasi yang dilakukan oleh depo, juga dapat melihat gambaran barang-barang yang banyak diminta dari segi kuantitas, barang yang
tidak terpenuhi permintaannya, serta barang yang paling banyak menyerap dana, baik itu kebutuhan Jamkesmas, Askes, atau Floor Stock. Manfaat lainnya yaitu dapat memberikan informasi total dana yang diserap untuk masing-masing
kebutuhan, baik Jamkesmas maupun Askes, sehingga melalui data permintaan barang ini dapat memberikan gambaran kunjungan pasien ke bagian Rindu B
Rumah Sakit H. Adam Malik Medan khususnya.
Sebagai contoh evaluasi terhadap SIRS, maka diambil data amprahan barang yang dilakukan oleh Depo Farmasi Rindu B selama bulan Mei 2012. Tabel
4.1 berikut menunjukkan daftar 10 item permintaan Obat Jamkesmas yang memberikan kontribusi terbesar menyerap dana.
Tabel 4.1 Daftar 10 Item Perbekalan Farmasi Jamkesmas yang Menyerap Dana
Terbesar
No. Nama Obat Total Harga (Rp)
1 Plasmanate 99.867.350
2 Deferasiroks 79.520.000
3 Ketorolac 64.033.200
4 Ceftriaxone 40.237.400
5 Meropenem 38.500.000
6 Faktor VIII 32.553.840
7 Ringer Laktat 27.410.000
8 NaCl 0,9% 26.788.500
9 Deferiprone 25.300.000
Jika diamati dari segi harga, dari tabel di atas dapat dilihat bahwa Plasmanate memberikan kontribusi terbesar menyerap dana kebutuhan Jamkesmas (Rp. 99.867.350), diikuti oleh deferasiroks (Rp. 79.520.000) dan ketorolac (Rp.
64.033.200) dari total permintaan Jamkesmas sebesar Rp. 552.823.249,1.
Plasmanate merupakan fraksi protein plasma yang dibutuhkan untuk
kondisi gawat darurat karena kehilangan cairan. Deferasiroks merupakan obat untuk mengatasi kelebihan kronik muatan zat besi akibat transfusi darah. Sementara ketorolac adalah analgetik untuk nyeri akut sampai kronik. Data ini
dapat memberikan gambaran bahwa ketorolac merupakan analgetik yang secara luas digunakan pada pasien Jamkesmas di Rindu B.
Sementara itu, jika dilihat dari segi harga, dari tabel 4.2 di bawah dapat dilihat bahwa Ringer Laktat Infus memberikan kontribusi terbesar menyerap dana kebutuhan Askes (Rp. 19.200.000), diikuti oleh Ketorolac Injeksi (Rp.
11.920.000) dan Arixtra 2,5 mg/0,5 mL (Rp. 11.680.000) dari total permintaan Askes sebesar Rp. 183.038.210. Data ini juga dapat memberikan gambaran bahwa ketorolac merupakan analgetik yang secara luas digunakan pada pasien Askes di
Rindu B.
Tabel 4.2 Daftar 10 Item Perbekalan Farmasi Askes yang Menyerap Dana Terbesar
No Nama Obat
Total Harga (Rupiah)
1 Ringer laktat inf 19,200,000
3 Ketorolac inj 11,920,000
4 Arixtra 2,5 mg/0,5 ml 11,680,000
5 Tykerb 11,241,160
6 NaCl 500 ml lar infus 0,9% 10,850,000
7 Plasbumin 20% 9,000,000
8 Ceftriaxone 7,500,000
9 Meropenem 6,500,000
Selanjutnya tabel 4.3 menunjukkan daftar 10 item permintaan floor stock yang menyerap dana terbesar.
Tabel 4.3 Daftar 10 Item Perbekalan Farmasi Floor Stock yang Menyerap Dana
Terbesar
No. Nama Obat Total Harga (Rupiah)
1 Abbocath 183,822,350
2 Spuit 291,242,660
3 Sarung tangan 64,989,300
4 Infus set 58,680,000
5 Three way infuse 48,000,000
6 Torniquet 48,000,000
7 Hypafix 38,642,720
8 Tranfusi set 36,000,000
9 Hydrex 24,316,032
10 Extension Tube 24,160,000
Begitu juga halnya dengan permintaan floor stock, dapat dilihat dari Tabel 4.3 bahwa abbocath memberikan kontribusi terbesar menyerap dana (Rp.
183.822.350), diikuti oleh spuit (Rp. 291.242.660) dan sarung tangan (Rp. 64.989.300) dari total permintaan floor stock sebesar Rp. 826.378.355.
Data SIRS juga dapat memberikan gambaran mengenai kuantitas permintaan barang Jamkesmas, Askes, dan Floor Stock. Data tersebut dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut.
Tabel 4.4 Daftar 10 Item Perbekalan Farmasi Jamkesmas Terbanyak dari segi Kuantitas
No. Nama Obat Total Permintaan
(Item)
1 Ceftriaxone 57850
2 Parasetamol 10040
3 NaCl 0.9% 6500
5 Ranitidin 5600
6 Vit B comp 5000
7 Ketorolac 4312
8 Vit E 3120
9 Furosemid 2500
10 Deferasiroks 2240
Jika dilihat dari segi kuantitas, maka dapat dilihat bahwa antibiotika
ceftriaxone paling banyak diamprah depo farmasi rindu B ke bagian perbekalan/gudang, yaitu sebanyak 57.580 item. Hal ini dapat memberikan
gambaran luasnya penggunaan antibiotika pada pasien Jamkesmas di RSUP H. Adam Malik Medan. Kemudian diikuti oleh permintaan parasetamol yaitu sebesar 10.040 item dan cairan infus NaCl 0,9 % sebanyak 6500 item.
Sementara itu, jika dilihat dari segi kuantitas, dari Tabel 4.5 di bawah dapat dilihat bahwa Ringer Laktat Infus paling banyak diamprah dari kebutuhan
Askes (4000 item), diikuti oleh Ranitidin (2650 item) dan NaCl infuse 0,9% sebanyak 2000 item.
Tabel 4.5 Daftar 10 Item Perbekalan Farmasi Askes Terbanyak dari segi Kuantitas
No. Nama Obat Total Permintaan (item) 1 Ringer Laktat Inf 4,000
2 Ranitidin 2,650
3 NaCl Infus 0,9% 2,000
4 Ketorolac Inj 1,500
5 Ceftriaxone 1,500
6 Isosorbid Dinitrat 1,500
7 Otsu Water Inj 1,080
8 Paracetamol 2,300
9 Ferrous Sulfat 1,000
10 Furosemide 850
(sebanyak 24620 pasang), diikuti oleh Spuit (14800 item) dan Abbocath (6000 item).
Tabel 4.6 Daftar 10 Item Perbekalan Farmasi Floor Stock Terbanyak dari segi Kuantitas
No Nama Barang Jumlah Item
1 Sarung tangan 24620
2 Spuit 14800
3 Abbocath 6000
4 Masker 4000
5 infus set 3400
6 Hypafix 4000
7 tegaderm 3310
8 verban 3200
9 kertas perkamen 2500
10 three way infus 2000
Berikut tabel 4.7 menunjukkan daftar permintaan Jamkesmas yang tidak
terpenuhi.
Tabel 4.7 Daftar Perbekalan Farmasi Jamkesmas yang tidak terpenuhi
No Tanggal Nama Barang Jumlah Harga Harga total
1 22-May Otsu water 240 0 0
2 22-May Otsu D40 120 0 0
3 15-May Otsu water 240 0 0
4 15-May Otsu D40 120 0 0
5 14-May Koate 10 0 0
6 14-May Koate 10 0 0
Berikut tabel 4.8 menunjukkan daftar permintaan floor stock yang tidak terpenuhi.
Tabel 4.8 Daftar Perbekalan Farmasi floor stock yang tidak terpenuhi
No Tanggal Nama Barang Jumlah Harga Harga total
1 2-May Underpaed 100 0 0
2 15-May Octofus 3 0 0
Dari data permintaan perbekalan farmasi selama Bulan Mei ada beberapa item perbekalan farmasi yang tidak tersedia di Pokja Perbekalan. Dari hasil informasi yang diperoleh, kekosongan perbekalan farmasi ini disebabkan oleh:
1. Persediaan Perbekalan farmasi Otsu Water kosong karena dalam tahap pemesanan
2. Permintaaan perbekalan farmasi Otsu D40 tidak dilayani karena tidak termasuk barang Jamkesmas melainkan barang Non Manlak
3. Floor stock underpaid dan octofus masih kosong di distributor
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
a. Berdasarkan surat keputusan direktur utama RSUP H. Adam Malik
nomor OT.01.01./IV.2.1./10281/2011 tanggal 27 Desember 2011 tentang struktur organisasi dan tata kerja instalasi farmasi RSUP H.
Adam Malik, maka kepala instalasi farmasi langsung membawahi 5 kelompok kerja yang terdiri dari pokja perencanaan dan evaluasi, pokja perbekalan, pokja apotek I, pokja apotek II, serta pokja farmasi klinis
dan membawahi 5 depo yang terdiri dari depo farmasi IGD, depo farmasi Rindu A, depo farmasi Rindu B, depo farmasi IATI serta depo
famasi IBP.
b. Pelayanan farmasi klinis sudah dilakukan, tetapi masih perlu ditingkatkan, antara lain kegiatan penulusuran riwayat penggunaan
obat, kegiatan visite, pemantauan terapi obat dan evaluasi penggunaan obat.
c. Depo Farmasi Rindu B:
1. Ditinjau dari segi SDM, di Depo Rindu B masih terdapat lulusan SMA yang melakukan pekerjaan kefarmasian.
2. Ditinjau dari segi Sarana dan Prasarana, masih ada beberapa fasilitas yang harus disediakan, seperti wastafel di ruang penyiapan serta beberapa fasilitas yang ada harus diperbaiki untuk
d. Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Depo Farmasi Rindu B:
1. Perencanaan di Depo Farmasi Rindu B dilakukan menggunakan metode konsumsi.
2. Pengadaan di Depo Farmasi Rindu B yaitu dengan melakukan pengamprahan ke bagian perbekalan di Instalasi Farmasi setiap hari
Selasa dan Sabtu.
3. Penyimpanan di Depo Farmasi Rindu B sudah sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) dan persyaratan yang
ditetapkan dalam Kepmenkes RI No. 1197/Menkes/SK/X/2004. 4. Pendistribusian dan dispensing di Depo Farmasi Rindu B terdiri
dari floorstock, emergency stock dan ODDD.
5. Pelaporan yang dilakukan di depo Rindu B meliputi laporan mutasi narkotik, laporan stok opname, laporan kegiatan, dan laporan
pemakaian obat triwulan
e. Manfaat Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) dalam pengelolaan perbekalan Farmas di Depo Farmasi Rindu B sangatlah penting karena
dapat memberikan efisiensi dan efektifitas kerja bagi pengelolaan perbekalan farmasi di Depo Farmasi Rindu B.
5.1 Saran
a. Sebaiknya struktur organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit mengarah pada Kepmenkes Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 dimana ada 3
pelayanan kefarmasian lebih berorientasi kepada pasien (patient
oriented).
b. Kegiatan pelayanan farmasi klinis,
1. Dalam kegiatan konseling sebaiknya ruangan konseling harus dilengkapi dengan beberapa fasilitas, seperti komputer dengan
jaringan internet terhubung (wifi), buku-buku terbaru dan alat peraga.
2. Pada saat visite pasien, fisik obat hendaknya tersedia sehingga
pasien dapat lebih mudah mengerti tentang penjelasan obat yang diinformasikan oleh apoteker.
c. Depo Farmasi Rindu B:
1. Sebaiknya dilakukan standarisasi bagi lulusan SMA yang bekerja di Depo Farmasi Rindu B agar dapat melakukan pekerjaan
kefarmasian sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
2. Sebaiknya sarana dan prasarana di Depo Farmasi Rindu B lebih diperhatikan seperti wastafel dan dinding ruang penyimpanan yang
bocor.
d. Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Depo Farmasi Rindu B:
1. Disarankan perencanaan di Depo Farmasi Rindu B dilakukan menggunakan metode kombinasi konsumsi dan epidemiologi. 2. Sebaiknya dilakukan kembali evaluasi terhadap pengadaan barang
karena masih dijumpai kekosongan barang yang diminta/diamprah. 3. Sebaiknya pendistribusian dan dispensing di Depo Farmasi Rindu
DAFTAR PUSTAKA
American College of Clinical Pharmacy. (2005). The Definition of Clinical
Pharmacy
Tanggal akses 20 Juni 2012.
Anonim. (2007). Indikator-Indikator Pelayanan Rumah Sakit. http:// heryant.web.ugm.ac.id. Diakses tanggal 20 Juni 2012.
Depkes RI. (1987). Permenkes No. 28/MENKES/Per I/1987 tentang Tempat
Penyimpanan Narkotika.
Depkes RI. (1990). Keputusan Menkes RI No. 335/MENKES/SK/VII/1990 tentang Rumah Sakit Umum Pusat Medan sebagai Rumah Sakit kelas A.
Depkes RI. (1991). Keputusan Menkes No. 502/MENKES/SK/IX/1991 tentang
Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik sebagai Rumah Sakit Pendidikan.
Depkes RI. (2002). Keputusan Menkes RI No. 228/MENKES/SK/III/2002 tentang
Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit yang Wajib Dilaksanakan Daerah.
Depkes RI. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 228/MENKES/SK/III
/2002 tentang Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit yang Wajib Dilaksanakan Daerah
Depkes RI. (2002). Keputusan Menkes RI No. 1439/MENKES/SK/XI/2002 tentang Penggunaan Gas Medis pada Sarana Pelayanan Kesehatan.
Depkes RI. (2004). Keputusan Menkes RI No. 1197/MENKES/SK/X/2004tentang
Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit.
Depkes RI. (2005). Peraturan Pemerintah RI No. 23 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum.
Depkes RIa. (2008). Peraturan Menkes RI No. 244/MENKES/PER/III/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam
Malik Medan.
Depkes RIa. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 tentang Rumah
Sakit.
Depkes RIb. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 tentang
Kesehatan.
ISFI. (2007). Medisina. Jakarta: PT. ISFI Penerbitan.
Koentjoro, T. (2007). Regulasi Kesehatan di Indonesia. Yogyakarta: Penerbit ANDI. Hal. 7.
Siregar, C.J.P., dan Amalia, L. (2004). Farmasi Rumah Sakit Teori dan
Penerapan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman 7, 13-15
dan 17-19.
Surat Keputusan Direktur RSUP H. Adam Malik Medan No. OT. 01. 01/IV.2.1./10281/2011 tentang Struktur Organisasi Instalasi Farmasi
Lampiran 1. Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik
Lampiran 2. Format Lembar Pelayanan Informasi Obat
LEMBAR PELAYANAN INFORMASI OBAT
1. Identitas Penanya
Nama : Status :
No Telp : 2. Data Pasien :
3. Pertanyaan : Uraian permohonan
... ...
Jenis Permohonan
o Identifikasi Obat
o Antiseptik
o Stabilitas
o Kontra Indikasi
o Ketersediaan
o Harga Obat
o ESO
o Dosis
o Interaksi Obat
o Farmakokinetik/Farmakodinamik
o Keracunan
o Penggunaan Terapeutik
o Cara Pemakaian
o Lain - Lain
4. Jawaban : ...
...
5. Referensi : ...
6. Penyampaian Jawaban Segera dalam waktu 24 jam, > 24 jam
Apoteker yang menjawab : ...
Tgl : ... Waktu : ...
Metode jawaban : Lisan / Tertulis / Pertelp.
NO :……… .Tgl : ………… Waktu : ………….Metode lisan/pertelp/tertulis
Lampiran 3. Format Kartu Konseling Pasien Rawat Jalan RSUP H. Adam Malik
C. PERSYARATAN KLINIS:
JENIS SKRINING URAIAN
a Ketepatan indikasi b Ketepatan obat c Ketepatan pasien
d Ketepatan dosis Regimen: Saat
e Duplikasi pengobatan f Interaksi obat:
1. Obat >< Obat 2. Obat >< Makanan 3 Obat >< Hasil Laboratorium 4 Obat >< Obat Tradisional
g Kontraindikasi
h Efek samping Obat
A. PERSYARATAN ADMINISTRASI Jenis
Ruangan/unit Nama
dokter
B. PERSYARATAN FARMASI
Jenis Skrining Uraian
Bentuk sediaan
Kekuatan sediaan
Jumlah obat
Stabilitas
Lampiran 4. Blanko Pelaporan MESO
a. Bagian Depan
Lampiran 5. Ringkasan Pembahasan Depo Rindu B
NO Kegiatan Kepmenkes RI No
1197/MENKES/SK/2004 Depo Rindu B Saran
1 SDM Dipimpin oleh Apoteker yang telah
memiliki surat izin kerja. Dibantu oleh tenaga Ahli Madya Farmasi (D3) dan Tenaga Teknis Kefarmasian (AA).
Dipimpin oleh seorang Apoteker yang telah memiliki surat izin kerja.
Dibantu oleh tenaga Ahli Madya Farmasi (D3) 1 orang, 11 orang tenaga teknis kefarmasian (AA) dan 2 orang lulusan SMA.
Seharusnya lulusan SMA yang bekerja di depo di standarisasi sehingga dapat melakukan pekerjaan kefarmasian dengan baik.
2 Fasilitas dan Peralatan
Tersedianya fasilitas penyimpanan barang farmasi yang menjamin semua barang farmasi tetap dalam kondisi yang baik dan dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan spesifikasi masing-masing barang farmasi dan sesuai dengan peraturan
Fasilitas penyimpanan barang ada
- (ruang penyimpanan) ada, namun kondisi ruang penyimpanan bocor dan wastafel yang ada diruangan dalam keadaan yang bocor juga.
Kondisi ruang penyimpanan harus lebih diperhatikan.
Tersedianya fasilitas produksi obat yang memenuhi standar.
Fasilitas produksi obat tersedia
- Tidak ada produksi obat, yang ada peracikan sediaan seperti puyer, namun untuk alat penggerusan puyer hanya ada satu lumpang dan alu yang digunakan untuk semua jenis obat yang akan dipuyerkan
Sebaiknya untuk peracikan puyer, harus dibedakan lumpang dan alu yang digunakan misalnya ada lumpang untuk antibiotik dan non antibiotik.
Tersedianya fasilitas untuk pendistribusian obat.
Fasilitas pendistribusian obat tersedia.
- Terdapat trolley untuk pendistribusian obat.
Tersedianya fasilitas pemberian informasi dan edukasi.
Fasilitas pemberian informasi obat tersedia
- telepon,
- buku-buku (masih belum lengkap).
Sebaikknya di ruangan di sediakan beberapa buku seperti injectable drug, farmakoterapi, A-Z drug facts, dll. Tersedianya fasilitas untuk
penyimpanan arsip resep
Fasilitas untuk penyimpanan arsip resep tersedia
- Arsip disimpan diruangan Kadepo. Obat yang bersifat adiksi disimpan
sedemikian rupa demi menjamin keamanan setiap staf.
Lemari untuk penyimpanan obat yang bersifat adiksi tersedia.
- Obat yang bersifat adiksi disimpan di lemari terpisah yang diletakkan di ruangan Kadepo, namun ukuran lemari belum sesuai peraturan undang-undang dan kuncinya masih terletak dilemari.
Sebaiknya ukuran lemari disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan
dan kuncinya dipegang oleh apoteker atau asisten apoteker
3 Pengelolaan perbekalan
a. perencanaan Perencanaan merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah, dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggung jawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan antara lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.
Perencanaan di Depo Farmasi Rindu B dilakukan dengan menggunakan metode konsumsi, dimana perhitungannya dilakukan dengan menggunakan data setiap tahun (12 bulan).
Data penggunaan obat setahun
dijumlahkan kemudian ditambahkan 20% (stok pengaman).
b. pengadaan Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan dan disetujui,meliputi:
i. pembelian:
(a) secara tender (oleh panitia pembelian barang farmasi) (b) secara langsung dari
pabrik/distributor/pedag ang besar
farmasi/rekanan ii. produksi/pembuatan sediaan
farmasi:
(a) produksi steril (b) produksi non steril iii. sumbangan/droping/hibah
Pengadaan di Depo Farmasi Rindu B yaitu
dengan melakukan pengamprahan ke
bagian perbekalan di Instalasi Farmasi
setiap hari Selasa dan Sabtu.
Masih dijumpai kekosongan barang yang diminta/diamprah. Sebaiknya dilakukan kembali evaluasi terhadap pengadaan barang.
c. Penyimpanan Penyimpanan merupakan kegiatan pengaturan perbekalan farmasi menurut persyaratan yang ditetapkan:
i. dibedakan menurut bentuk sediaan dan jenisnya ii. dibedakan menurut
suhunya, kestabilannya iii. mudah tidaknya
meledak/terbakar iv. tahan/tidaknya terhadap
cahaya
Penyimpanan di Depo Farmasi Rindu B,
yaitu:
- Dibedakan menurut bentuk sediaan dan jenisnya
- Dibedakan menurut suhu (jenis obat dapat dilihat pada dan kestabilannya - Alphabet
- FIFO dan FEFO
- Obat Hight Allert (konsentrasi tinggi) disimpan terpisah dengan obat lain dan di beri label / penandaan bulat merah.
- Obat LASA ( Look Alike Sound Alike ) atau NORUM ( Nama Obat, Rupa, Ucapan Mirip ) di beri jarak satu dengan yang lainnya.
d. Pendistribusian dan dispensing
Sistem distribusi dirancang atas dasar kemudahan untuk dijangkau oleh pasien dengan
mempertimbangkan:
i. efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada. ii. metode sentralisasi atau
desentralisasi. iii. sistem floor stock, resep
individu, dispensing dosis unit atau kombinasi.
Pendistribusian di Depo Farmasi Rindu B
dilakukan dengan beberapa cara yaitu
floorstock, emergensi stock dan One Day
Dose Dispensing (ODDD).
4. Evaluasi dan
pelaporan
Pelaporan adalah kumpulan catatan dan pendataan kegiatan
administrasi perbekalan farmasi, tenaga dan perlengkapan kesehatan yang disajikan kepada pihak yang berkepentingan.
Pelaporan yang dilakukan di depo Rindu B meliputi laporan mutasi narkotik, laporan stok opname , laporan kegiatan , laporan pemakaian obat triwulan.
LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI
FARMASI RUMAH SAKIT
di
Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik
Medan
Studi Kasus
ACQUIRED PROTHROMBIN COMPLEX DEFICIENCY
Disusun Oleh: Tonny Setiawan, S.Farm.
NIM 113202067
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
RINGKASAN
Telah dilakukan studi kasus pada Praktik Kerja Profesi (PKP) Farmasi
DAFTAR ISI
Halaman JUDUL ... i RINGKASAN ... ii
DAFTAR ISI ... iii DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Tujuan ... 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 3
2.1 Acquired Prothrombin Complex Deficiency (APCD) ... 3 2.1.1 Definisi ... 3 2.1.2 Etiologi . ... 3
2.1.3 Epidemiogi . ... 4 2.1.4 Faktor Risiko . ... 4 2.1.5 Klasifikasi . ... 5
2.1.6 Patofisiologi dan Patogenesis. ... 6 2.1.6.1 Proses Koagulasi . ... 6
2.1.6.2 Perkembangan Hemostasis Selama
Masa Anak ………. 8
2.1.6.3 Defisiensi Vitamin K ... 9
2.1.7 Diagnosis . ... 9
2.1.9 Pencegahan dan Penatalaksanaan . ... 10 2.1.9.1 Pencegahan VKDB . ... 10 2.1.9.2 Pengobatan defisiensi vitamin K . ... 12
2.1.10 Prognosis . ... 12 BAB III PENATALAKSANAAN UMUM ... 13
3.1 Identitas Pasien ... 13 3.2 Riwayat Penyakit Dalam Keluarga ... 13
3.2 Ringkasan pada Waktu Pasien Masuk RSUP
H. Adam Malik ... 14
3.3 Pemeriksaan ... 14
3.3.1 Pemeriksaan Fisik ... 15 3.3.2 Pemeriksaan Penunjang ... 15 3.4 Terapi ... 18
3.5 Pembahasan . ... 21 3.5.1 Pembahasan Tanggal 13 Mei 2012 ... 21 3.5.1.1 Tepat pasien ... 22
3.5.1.2 Tepat indikasi ... 22 3.5.1.3 Tepat obat ... 23
3.5.1.4 Tepat dosis ... 24 3.5.1.5 Waspada efek samping ... 26 3.5.1.6 Kesimpulan ... 27
3.5.2 Pembahasan Tanggal 14 Mei 2012 ... 30 3.5.2.1 Tepat pasien ... 31