BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perekonomian merupakan hal yang sangat fundamental bagi suatu negara
karena perekonomian menjadi tolak ukur tingkat kesejahteraan rakyat dalam sebuah
negara. Terkait dengan upaya mensejahterakan rakyat, menurut W. Friedman, negara
normalnya harus bertindak dalam tiga dimensi umum yaitu:129
1. Negara bertindak sebagai regulator (de stuurende) yang mengendalikan atau mengemudikan perekonomian dimana didalamnya negara bertindak sebagai wasit (jury)
2. Negara bertindak sebagai penyedia (de presterende) lebih-lebih dalam suatu negara yang berfalsafah sebagi negara kesejahteraan (welfare state)
3. Negara bertindak sebagai pengusaha (enterpreneur)
Terkait dengan kewajiban negara untuk melakukan 3 (tiga) hal tersebut
maka aspek-aspek penting dari perekonomian negara umumnya dikelola oleh negara
untuk menciptakan kesejahteraan rakyat. Kekuasaan negara dalam menentukan arah
perkembangan perekonomiannya dituangkan dalam Pasal 33 ayat (1) sampai (5)
129
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang
menyatakan bahwa:130
Berdasarkan ayat (2) dan ayat (3) Pasal 33 Undang-undang Dasar Tahun
1945 negara memiliki kewenangan dan tanggung jawab dalam mengelola
perekonomian demi kepentingan rakyat serta melakukan pengendalian dengan
menguasai sektor-sektor usaha strategis tertentu, dimana dalam hal ini pemerintah
tidak hanya berlaku sebagai regulator tetapi juga sebagai pelaku usaha. Pemerintah
Negara Republik Indonesia membentuk suatu badan usaha untuk melaksanakan Ayat (1)
Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar azas kekeluargaan.
Ayat (2)
Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara.
Ayat (3)
Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Ayat (4)
Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.
Ayat (5)
Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang.
130
Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 33 ayat (1) sampai (6)
amanat konstitusi tersebut yang dikenal dengan nama Badan Usaha Milik Negara
(BUMN)
Secara historis kehadiran BUMN di Indonesia sudah ada sebelum Indonesia
merdeka, pada zaman pemerintahan Hindia Belanda dahulu sudah dikenal
Spoorswagen (SS), Geemenschapelijke Mijnbow Maatscapij Biliton (GMB), yakni perusahaan tambang timah di Pilau Belitung, Perusahaan Pegadaian, PLN, Jawatan
Pos Telegram, dan sebagainya. Setelah Indonesia Merdeka, pemerintah Indonesia
megambil alih seluruh perusahaan utilitas publik tersebut sebagai perusahaan Negara
dengan status Jawatan, misalnya Jawatan Kereta Api, Jawatan PTT (Jawatan Pos
Telegram), Jawatan Pegadaian, Jawatan Angkutan Motor RI (DAMRI), dan
sebagainya.131
BUMN berperan penting dalam penguasaan cabang-cabang produksi yang
penting bagi negara dan orang banyak. Keberadaan BUMN diharapkan akan Selain meneruskan BUMN sebagai warisan pemerintah Hindia Belanda,
maka pemerintah Indonesia juga mendirikan BUMN berdasarkan ketentuan dalam
Pasal 33 ayat (2) UUD Negara Republik Indonesia 1945. Umumnya BUMN yang
didirikan itu diatur secara tersendiri, seperti bank-bank negara (BNI, BRI, BTN, Bank
Mandiri), usaha penerbangan Garuda, Pelayanan Nasional Indonesia (PELNI), pabrik
semen seperti Semen Gresik, Semen Padang, dan sebagainya.
131
mengimbangi keberadaan perusahaan-perusahaan swasta sehingga dapat dihindari
terjadinya monopoli atau penguasaan cabang-cabang produksi tersebut oleh swasta.
BUMN sebagai badan usaha pada prinsipnya bertujuan mencari keuntungan
dari kegiatan usahanya. Badan usaha tersebut tidak semata-mata mencari keuntungan,
namun harus memperhatikan kepentingan publik. Hal ini disebabkan karena badan
usaha tersebut mayoritas atau seluruh modalnya dimiliki oleh negara. Pemerintah
sebagai wakil negara memiliki kewajiban untuk nelaksanakan tugas negara,
diantaranya adalah menyelenggarakan pelayanan umum (public service)
BUMN berbentuk badan hukum yang seluruh atau sebagian besar modalnya
dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan
negara yang dipisahkan. Modal yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan
artinya dana yang dikeluarkan pemerintah untuk pengelolaan BUMN dipisahkan dari
sistem keuangan negara, sehingga pengelolaannya tidak dikendalikan berdasarkan
sistem APBN. Modal tersebut dipergunakan untuk pengeleloaan dan pengembangan
BUMN. Sejalan dengan kedudukannya sebagai perusahaan, pengelolaan BUMN
termasuk keuangannya wajib berdasarkan prinsip-prinsip keuangan yang sehat.132
Pasal 9 UU BUMN membagi BUMN menjadi dua bentuk yaitu Persero dan
Perum. Perusahaan perseroan atau yang disebut dengan persero adalah BUMN yang
berbentuk Perseroan Terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau
132
paling sedikit 51% (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh negara yang
tujuan utamanya adalah mengejar keuntungan.133 Berbeda dengan Perusahaan Umum
atau Perum adalah BUMN yang seluruh modalnya dimiliki oleh negara dan tidak
terbagi atas saham.134 Maksud dan tujuan pendirian Perum adalah menyelenggarakan
usaha yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan jasa
yang berkualitas dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat berdasarkan prinsip
pengelolaan perusahaan yang sehat.135
Pada saat ini BUMN masih belum mencapai kinerja maksimalnya.
Pengelolaan BUMN masih menuai kerugian di beberapa bidang. Pada bidang BUMN
Bank, kinerja bank BUMN selama triwulan I 2016 masih lemah seiring terus
berlanjutnya perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Berdasarkan laporan
Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi Indonesia selama triwulan 2016
hanya 4,29%, melambat dibandingkan triwulan IV 2015 yang sebesar 5,04%. Karena
sektor rill lesu, penyaluran kredit, termasuk oleh bank-bank BUMN pun melemah.
136
Pertumbuhan kredit BRI, BNI, dan BTN per akhir maret 2016 dibandingkan
akhir tahun 2015 berturut-turut hanya 0,48%, 0,19% dan 2,87%. Perbandingan
menggunakan posisi akhir 2015 karena yang ingin dipotret hanyalah kinerja bank
BUMN selama triwulan I 2016. Jika melihat kinerja Bank Mandiri sampai September
133
Indonesia, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, Pasal 1 angka 2.
134
Indonesia, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, Pasal 1 angka 4
135
Indonesia, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, Pasal 36 ayat (1)
136
2016 mencatatkan penurunan laba bersih 17,6% menjadi Rp 12 triliun. Bahkan jika
kita menilik ke belakang pada tahun 2014 menteri BUMN Rini Soemarno
mengatakan bahwa ada 27 perusahaan yang rugi dengan jumlah kerugian sekitar Rp
10,2 Triliun. Perusahaan yang merugi yaitu PT SHANG HIANG SERI (Persero) dan
PT PERTANI (Persero). BUMN tersebut merupakan perusahaan yang bergerak di
bidang pangan. 137
Terkait dengan itu untuk mengoptimalkan kinerja BUMN dan membuat
struktur BUMN yang lebih baik pemerintah mengadakan program untuk
memperbaiki sistem BUMN di Indonesia, melalui retrukturasi, profitisasi dan
privatisasi. Dalam program retrukturisasi terdapat salah satu fokus utama dari
Kementrian BUMN dalam rangka pembinaan BUMN yaitu melalui program
rightsizing. Program rightsizing BUMN adalah program utama dari program retrukturisasi/penataan kembali BUMN dengan cara pemetaan secara lebih tajam, dan
dilakukan regrouping/konsolidasi, untuk mencapai jumlah dan skala usaha BUMN yang lebih ideal.
Maka berdasarkan data diatas kemakmuran sosial yang menjadi tujuan
BUMN belum dapat terpenuhi secara optimal, dimana pada hakikatnya BUMN dapat
dikatakan masih tertinggal jauh dari perkembangan BUMS. Ketika secara struktural
swasta sudah tidak lagi menjadi figuran, kesejahteraan bangsa mulai banyak
dipengaruhi kegiatan produksi swasta.
138
137
Ibid
138
Kementrian BUMN, Master Plan Kementrian BUMN 2004-2014, hlm 80
Dasar 1945 sebagain landasan pengambilan kebijakan di bidang ekonomi.
BUMN-BUMN yang bidang usaha atau produk/jasa yang dihasilkannya termasuk dalam
kategori “menyangkut hajat hidup orang banyak” sebagaimana digariskan pada Pasal
33 Undang-Undang Dasar 1945 tetap harus dipertahankan kepemilikan mayoritas
Negara pada BUMN tersebut,139 sedangkan terhadap BUMN yang bidang usahanya
atau produk/jasa yang dihasilkan tidak termasuk dalam kategori “menyangkut hajat
hidup orang banyak”, maka kepemilikan negara pada BUMN tersebut dapat
dipertimbangkan untuk tidak mayoritas atau bahkan dilepas (divestasi), terutama
untuk sektor-sektor atau BUMN yang dirasakan negara tidak perlu lagi ikut serta
dalam sektor usaha tersebut.140
Kata “holding company” ini berasal dari terminology hukum Amerika. Ada banyak batasan yang diberikan oleh para sarjana tentang istilah ini. M. Manullang, Untuk mewujudkan program rightsizing, maka terdapat beberapa model yang dapat dilakukan BUMN melalu berbagai shareholder action, yaitu Stand Alone
(tetap berdiri sendiri), merger, holding, divestasi dan likuidasi. Dalam hal ini bentuk
Holding menarik untuk dibahas lebih lanjut. Holding Company merupakan suatu bentuk usaha dimana terdapat satu induk perusahaan yang mengendalikan anak-anak
perusahaan yang memiliki jenis bidang usaha yang sama.
139
Ibid, hlm 80
140
misalnya mengartikan holding company adalah suatu badan usaha yang berbentuk yang memiliki sebagian dari saham-saham beberapa badan usaha141
Perusahaan holding sering disebut juga holding company atau controlling company. Yang dimaksud dengan perusahaan holding adalah suatu perusahaan yang bertujuan untuk memiliki saham dalam satu atau lebih perusahaan lain dan/atau
mengatur satu atau lebih perusahaan lain tersebut biasanya (walaupun tidak
selamanya) suatu perusahaan holding memiliki banyak perusahaan yang bergerak
dalam bidang-bidang bisnis yang sangat berbeda beda
.
142
Yahya Harahap, S.H., mengatakan bahwa “dalam rangka memanfaatkan
prinsip limited leability atau pertanggung jawaban terbatas, sebuah perseroan dapat mendirikan “Perseroan Anak” atau subsidary untuk menjalankan bisnis “Perusahaan Induk” (Parent Company)”. Dengan demikian sesuai dengan prinsip keterpisahan (separation) dan perbedaan (distinction) yang dikenal dengan istilah separate entity, maka aset Perseroan Induk dan Perseroan Anak “terisolasi” terhadap kerugian
potensial (potential losses) yang akan dialami oleh satu diantaranya. Menurut Yahya Harahap Parent atau holding company merupakan penciptaan perseroan yang khusus disiapkan memegang saham Perseroan lain untuk tujuan invetasi baik tanpa maupun
dengan kontrol yang nyata
.
143
141
M. Manullang, Pengantar Ekonomi Perusahaan, (Yogyakarta: BKLM, 1984), hlm. 70.
142
Munir Fuady, , Hukum Perusahaan dalam Paradigma Hukum Bisnis, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2002), hlm. 83.
143
M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm. 49-50.
Terbentuknya holding company karena adanya penggabungan secara vertikal maupun horizontal. Penggabungan secara vertikal merupakan penggabungan
perusahaan dengan jenis usaha yang masih tergolong serupa. Sedangkan
penggabungan secara horizontal merupakan penggabungan perusahaan dengan jenis
usaha yang berbeda atau dengan kata lain bisnis dari masing-masing anak perusahaan
tidak ada kaitannya antara satu dengan yang lainnya. Secara hukum badan
usaha-badan usaha tersebut masih berdiri sendiri, namun karena sebagian besar sahamnya
dikuasai oleh holding company, maka secara otomatis pimpinan setiap badan usaha yang bergabung berada ditangan pemilik holding company. Perlu dimengerti dan diyakini bahwa pembentukan holding bukanlah tujuan tetapi hanyalah alat untuk mencapai tujuan yakni pembentukan perusahaan yang berdaya saing dan berdaya
cipta tinggi144
Melalui pengelompokkan BUMN kedalam holding dimungkinkan terjadinya peningkatan penciptaan nilai pasar perusahaan (market value creation) yakni usaha untuk melipat gandakan nilai perusahaan yang ada saat ini. Disamping itu melalui
holding diharapkan pula akan dapat meningkatkan keunggulan kompetitif. Karena akan memberikan fokus dan skala usaha yang lebih ekonomis, mampu menciptakan
corporate leverage
.
145
sehingga dapat meningkatkan keunggulan kompetitif146
144
http://www.pacific.net.id/pakar/setyanto/tulisan_03.html diakses pada tanggal 10 november 2016 pada pukul 20.00 WIB
145
Corporate Leverage adalah penggunaan aset dan sumber dana (source of funds) oleh perusahaan yang memiliki biaya tetap (beban tetap) dengan maksud agar meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham. Leverage adalah suatu tingkat kemampuan perusahaan dalam
menggunakan aktiva dan atau dana yang mempunyai beban tetap (hutang dan atau saham istimewa) dalam rangka mewujudkan tujuan perusahaan untuk memaksimisasi kekayaan pemilik perusahaan.
Karena akan memberikan fokus dan skala usaha yang lebih ekonomis, mampu
meningkatkan bargaining position. Selain itu akan dapat pula menciptakan sinergi yang optimal (melalui pendekatan vertical integration), dan harus mampu melakukan rationalisasi perusahaan yang mempunyai value creation yang rendah.147
Sebagai langkah untuk meningkatkan kinerja, efisiensi dan profesionalisme
pada holding company BUMN diperlukan sebuah prinsip yang dipercaya dapat mendorong terjadinya peningkatan kinerja dari perusahaan, prinsip tersebut adalah
prinsip Good Corporate Governance (kemudian disingkat GCG) atau yang dalam Bahasa Indonesia disebut dengan Tata Kelola Perusahaan yang Baik. Forum for Corporate Governance mendefinisikan Good Corporate Governance sebagai berikut:148
Berdasarkan definisi diatas, Tata Kelola Perusahaan adalah suatu subjek
yang memiliki banyak aspek. Salah satu topik utama dalam tata kelola perusahaan
adalah menyangkut masalah akuntabilitas dan tanggung jawab/ mandat, khususnya “Good Corporate Governance adalah seperangkat peraturan yang menetapkan hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditur, pemerintah,
karyawan, serta pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya sehubungan
dengan hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain sistem yang mengarahkan
dan mengendalikan Perseroan”
146
Keunggulan kompetitif atau keunggulan bersaing (competitive advantage) adalah kemampuan yang diperoleh melalui karakteristik da
147
Yahya Harahap, Op.Cit, hlm. 50.
148
implementasi pedoman dan mekanisme untuk memastikan perilaku yang baik dan
melindungi kepentingan pemegang saham. Fokus utama lain adalah efisiensi ekonomi
yang menyatakan bahwa sistem tata kelola perusahaan harus ditujukan untuk
mengoptimalisasi hasil ekonomi, dengan penekanan kuat pada kesejahteraan para
pemegang saham. Ada pula sisi lain yang merupakan subjek dari tata kelola
perusahaan, seperti sudut pandang pemangku kepentingan, yang menunjuk perhatian
dan akuntabilitas lebih terhadap pihak-pihak lain selain pemegang saham, misalnya
karyawan atau lingkungan.149
Penerapan prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik merupakan hal yang
tergolong tidak baru di Republik Indonesia, dimulai untuk coba diterapkan pada
tahun 1999 dengan semangat untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif,
pemulihan ekonomi, serta menciptakan pemerintah yang bersih maka kemudian
prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik mulai dicoba untuk diterapkan di Indonesia
sejak tahun 1999, tidak terkecuali bagi BUMN, sebagai respon atas sejarah masa lalu, Prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik diperlukan untuk mendorong
terciptanya pasar yang efisien, transparan dan konsisten dengan peraturan
perundang-undangan. Tujuan utama dari Prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik adalah untuk
menciptakan sistem pengendalian dan keseimbangan (check and balances) untuk mencegah penyalahgunaan dari sumber daya perusahaan dan tetap mendorong
terjadinya pertumbuhan perusahaan.
149
dimana pada tahun 90-an yang pada saat itu sedang terjadi krisis ekonomi dan
pencapaian kinerja BUMN yang terburuk pada masa itu, BUMN yang pada dasarnya
merupakan sebuah badan usaha yang bergerak dibawah pemerintah, pada era tersebut
menjadi sumber pemasukan dana pribadi bagi oknum-oknum yang memanfaatkan
jabatannya untuk mendapatkan keuntungan atau yang lebih dikenal dengan praktik
korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN)150
Pada tahun 2002, dengan didorong semangat perbaikan ekonomi (economy recovery) dan reformasi BUMN di Indonesia pasca terjadinya krisis ekonomi ditahun 90-an, upaya pemerintah untuk menerapkan praktik Tata Kelola Perusahaan yang
Baik di Indonesia menjadi semakin serius, hal ini dibuktikan dengan penerbitan
peraturan dari Menteri BUMN pada era tersebut. Yaitu dengan penerbitan Keputusan
Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: KEP-117/M-BUMN/2002 tentang
Penerapan Praktek Good Corporate Governance pada Badan Usaha Milik Negara. Keputusan Menteri BUMN No. Kep-117/M-MBU/2002 ini kemudian diperbaharui
menjadi Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-01/MBU/20011
tentang Penerapan Tata Kelola Peusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara, dalam Pasal 2 ayat 1 peraturan menteri ini
memutuskan untuk mewajibkan BUMN di Indonesia untuk menerapkan prinsip Tata
Kelola Perusahaan yang Baik secara konsisten dan atau menjadikan prinsip Tata .
150
Kelola Perusahaan yang Baik sebagai landasan operasional. 151
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk menganalisis
bagaimana penerapan prinsip tata kelola perusahaan yang baik pada holding BUMN
yang merupakan penyatuan dari beberapa BUMN. Selain itu konsep Holding BUMN saat ini sedang ramai diperbincangkan dikalangan akademisi maupun pemerintahan
sebagaimana yang kita ketahui bahwa pemerintah akan segera membentuk super holding BUMN di berbagai sektor BUMN. Maka penulis tertarik untuk menganalisa bagaimana konsep dari holding company BUMN serta bagaimana penerapan prinsip tata kelola perusahaan yang baik (GCG) yang diyakini dapat meningkatkan kinerja . Secara teoritis praktik
prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik pada holding BUMN dapat meningkatkan nilai (valuation) perusahaan dengan meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan tersebut agar dapat bermanfaat bagi pendapatan negara berupa deviden, pajak,
penyerapan tenaga kerja, dan produk serta layanan yang kompetitif kepada
kosnumen.
Konsep tata kelola perusahaan yang baik adalah konsep yang sudah saatnya
di implementasikan dalam perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia, karena
melalui konsep yang menyangkut struktur perseroan yang terdiri dari unsur-unsur
RUPS, direksi dan komisaris dapat terjalin hubungan dan mekanisme kerja,
pembagian tugas, kewenangan dan tanggung jawab yang harmonis, baik secara intern
maupun ekstern dengan tujuan meningkatkan nilai perusahaan demi kepentingan
shareholders dan stakeholders.
151
perusahaan dan laju perekonomian negara sesuai dengan undang-undang
yang berlaku.
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah
mengenai hal-hal berikut:
1. Bagaimana Prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate governance) dalam perundang-undangan di Indonesia?
2. Bagaimana pembentukan holding company pada BUMN ditinjau dari perspektif hukum?
3. Bagaimana penerapan prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik pada
holdingisasi BUMN ditinjau dari perspektif hukum?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
1. Tujuan penulisan
Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan diatas, maka tujuan yang akan
dicapai dalam penulisan ini adalah untuk:
a. Mengetahui eksistensi Prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik dalam
diterapkan untuk meningkatkan kinerja serta keberlangsungan suatu
perusahaan.
b. Memahami konsep Holding company dalam BUMN dan pembentukan nya dalam perspektif hukum perseroan di Indonesia.
c. Memberikan gambaran tentang penerapan prinsip Tata Kelola Perusahaan
yang Baik pada Holdingisasi BUMN di tinjau dari perspektif hukum di
Indonesia
2. Manfaat penulisan
Adapun manfaat Penulisan ini adalah:
a. Penulisan skripsi ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian guna
mengembangkan khasanah ilmu pengetahuan di Bidang Hukum Perusahaan
Khususnya mengenain penerapan Prinsip Tata Kelolala Perusahaan yang
baik pada Holdingisasi BUMN dalam rangka pemeliharaan Holding BUMN di Indonesia yang sehat, efisien dan transparan. Bebas dari tindakan
kejahatan yang dapat merugikan berbagai pihak, terutama negara.
b. Penulisan ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai
bagaimana Prinsip Tata kelola Perusahaan yang Baik dalam
Perundang-undangan di Indonesia.
c. Memberikan pemahaman dari konsep holding company, yaitu bagaimana pembentukan holding company, apa tujuan dibentuknya holding company
d. Bagi Holding BUMN dapat memberikan sumbangan pikiran tentang pentingnya penerapan prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik dalam
menjalankan fungsi holding company sesuai dengan sistem hukum di Indonesia.
D. Keaslian Penulisan
Skripsi “Analisis Yuridis Penerapan Prinsip Tata Kelola Perusahaan yang
Baik Pada Holdingisasi BUMN” yang diangkat menjadi judul skripsi ini belum
pernah ditulis di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Namun sebelumnya
terdapat tulisan-tulisan mengenai Tata Kelola Perusahaan yang Baik (GCG). Tulisan
terdahulu berjudul “Tujuan Prinsip Akuntabilitas Direksi Perseroan Dalam Penerapan
Good Corporate Governance” oleh Fidya Aldy SY, Harahap dan Tinjauan Terhadap Perlunya Penerapan Good Corporate Governance di Lembaga Keuangan Mikro (BPR) oleh SL. Silab, namun substansi nya berbeda. Fidya Aldy SY membahas
prinsip akuntabilitas GCG pada direksi Perseroan Terbatas dan SL. Silab membahas
penerapan GCG pada Lembaga Keungan Mikro (BPR). Sedangkan skripsi ini
membahas tentang penerapan Prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik (GCG) pada
Holdingisasi BUMN. Penulis menyusunnya melalui bahan-bahan referensi
buku-buku, media cetak dan elektronik, serta bantuan dari berbagai pihak. Dengan
E. Tinjauan Kepustakaan
Adapun yang menjadi penelitian secara etimologis dari pada judul skripsi ini
adalah:
1. Badan Usaha Milik Negara
Badan Usaha Milik Negara yang selanjutnya disebut BUMN, adalah badan
usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui
penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan.152
Kekayaan negara yang dipisahkan adalah kekayaan negara yang berasal dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk dijadikan penyertaan modal
persero dan/atau perum serta perseroan terbatas lainnya.153
Perusahaan Perseroan atau disebut juga dengan Persero, adalah BUMN yang
berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau
paling sedikit 51% (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh Negara Republik
Indonesia yang tujuan utamanya mnegejar keuntungan.
BUMN dibagi menjadi
dua bentuk yaitu Perusahaan Perseroan dan Perusahaan Umum.
154
Perusahaan Umum (Perum), adalah BUMN yang seluruh modalnya dimiliki
negara dan tidak terbagi atas saham, yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa
penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan sekaligus mengejar
152
Indonesia, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, Pasal 1 angka 1.
153
Indonesia, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, Pasal 1 angka 10.
154
keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan.155 Dewan pengawas adalah
organ perum yang bertugas melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada
direksi dalam menjalankan kegiatan pengurusan perum.156
2. Prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance)
Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance), yang selanjutnya disebut GCG adalah prinsip-prinsip yang mendasari suatu proses dan
mekanisme pengelolaan perusahaan berdasarkan peraturan perundang-undangan dan
etika berusaha157. Prinsip-prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik meliputi:158
1. Transparansi (transparancy), yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pemgambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengungkapkan informasi
material dan relevan mengenai perusahaan.
2. Akuntabilitas (accountability), yaitu kejelasan fungsi pedoman dan pertanggungjawaban Organ sehingga pengelolan perusahaan terlaksana
secara efektif.
3. Pertanggungjawaban (responsibility), yaitu kesesuaian didalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip
korporasi yang sehat.
155
Indonesia, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, Pasal 1 angka 4.
156
Indonesia, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, Pasal 1 angka 8.
157
Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-01/MBU/20011 tentang Penerapan Tata Kelola Peusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara pasal 1 angka 1.
158
4. Kemandirian (independency), yaitu keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari
pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan
prinsip korporasi yang sehat.
5. Kewajaran (fairness), yaitu keadilan dan kesetaraan didalam memenuhi hak-hak Pemangku Kepentingan (stakeholder) yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan.
Dapat disimpulakan bahwa Prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) merupakan:
1. Suatu struktur yang mengatur pola hubungan harmonis tentang peran dewan
komisaris, Direksi, Pemegang Saham dan Para Stakeholder lainnya.
2. Suatu sistem pengecekan dan perimbangan kewenangan atas pengendalian
perusahaan yang dapat membatasi munculnya dua peluang yaitu pengelolaan
yang salah dan penyalahgunaan aset perusahaan.
3. Suatu proses yang transaparan atas penentuan tujuan perusahaan,
pencapaian, berikut pengukuran kinerjanya.
3. Perusahaan Grup (Holding Company)
Perusahaan grup merupakan gabungan atau susunan dari
perusahaan-perusahaan yang secara yuridis mandiri, yang terkait erat satu sama lain, sehingga
perusahaan induk sebagai pimpinan sentral. Perusahaan grup dikonstruksikan oleh
adanya keterkaitan yang terjadi diantara induk dan anak perusahaan yang berbadan
hukum mandiri, sehingga induk perusahaan memiliki kekuasaan untuk bertindak
sebagai pimpinan sentral yang mengendalikan dan mengoordinasikan anak-anak
perusahaan dalam suatu kesatuan manajemen bagi tercapainya tujuan kolektif
perusahaan grup sebagai kesatuan ekonomi.159
Konstruksi perusahaan grup merupakan suatu kesatuan ekonomi yang
tersusun dari perusahaan-perusahaan berbadan hukum mandiri yang dipandang
sebagai induk dan anak perusahaan. Undang-undang Perseroan Terbatas, baik
Undang-undang No. 1 Tahun 1995 maupun Undang-undang No. 40 Tahun 2007,
tidak memberikan pengakuan secara yuridis terhadap perusahaan grup sebagai badan
hukum tersendiri. Sebaliknya, undang No. 1 Tahun 1995 maupun
Undang-undang No. 40 Tahun 2007 telah memberikan legitimasi bagi munculnya realitas
kelembaagaan perusahaan grup melalui legitimasi kepada suatu perseroan melakukan
perbuatan hukum untuk memiliki saham pada perseroan lain atau mengambilalih
saham yang menyebabkan beralihnya pengendalian perseroan lain sehingga
berimplikasi kepada lahirnya keterkaitan induk dan anak perusahaan. Induk
perusahaan memiliki kewenangan untuk menjadi pimpinan sentral yang
mengendalikan dan mengoordinasikan anak-anak peerusahaan dalam suatu kesatuan
ekonomi. Pimpinan sentral ini menggambarkan suatu kemungkinan melaksanakan
159
hak atau pengaruh yang bersifat menentukan. Pelaksanaan pengaruh dalam
perusahaan grup dapat bersifat mengurangi hak atau mendominasi hak perusahaan
lain. Atas kewenangan induk perusahaan untuk mengendalikan anak perusahaan,
induk perusahaan dianggap menjalankan fungsi sebagai holding company.160
F. Metode Penelitian
1. Jenis dan Sifat Penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian hukum yuridis-normatif.161
2. Data Penelitian
Jenis
penelitian yang digunakan didalam penulisian skripsi ini adalah penelitian hukum
normatif atau kepustakaan, karena penelitian hukum ini hanya meneliti peraturan
perundang-undangan, dan sumber data yang digunakan berasal dari data
sekunder.
Penelitian ini bersifat deskriptif dimana penelitian ini mendeskripsikan
secara sistematis bagaimana penerapan prinsip tata kelola perusahaan yang baik
pada holdingisasi BUMN.
Data yang digunakan dalam penelitain ini adalah data sekunder yang terdiri
dari:
a. Bahan hukum primer
160
Sulistiowati Aspek Hukum dan Realitas Bisnis Perusahaan Grup di Indonesia (Jakarta: Erlangga, 2010), hlm. 21-22.
161
1) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik
Negara.
2) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
3) Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2005 tentang Tata Cara
Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan BUMN
4) Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor:
PER-01/MBU/20011 tentang Penerapan Tata Kelola Peusahaan Yang Baik
(Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara. b. Bahan hukum sekunder
Bahan sekunder yaitu bahan pustaka yang berisikan informasi tentang
bahan hukum primer. Bahan sekunder yang digunakan dalam penelitian ini
adalah buku-buku, jurnal-jurnal, skripsi, disertasi, artikel yang terkait, dan
dokumen yang berasal dari internet.
c. Bahan hukum tersier
Bahan hukum tersier adalah bahan yang memberikan penjelasan tentang
bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Bahan hukum tersier yang
digunakan dalam penelitian yaitu Kamus Besar Bahasa Indonesia.
3. Teknik Pengumpulan Data
terhadap dokumen atau bahan pustaka berupa buku, peraturan perundang-undangan,
skripsi, jurnal atau artikel yang berkaitan dengan pembahasan mengenai Prinsip Tata
Kelola Perusahaan yang Baik, tentang Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan
tentang Holding Company di Indonesia.
4. Analisis Data
Analisis data kualitatif adalah proses analisis kualitatif yang mendasarkan
pada adanya hubungan semantis antar variabel yang sedang diteliti. Penelitian ini
menggunakan analisis kualitatif agar mendapatkan makna hubungan variabel-variabel
sehingga dapat digunakan untuk menjawab masalah yang dirumuskan dalam
penelitian. Penggunaan metode analisis data kualitatif ditujukan agar dapat mengolah
dan menganalisis data-data yang terkumpul menjadi data yang sistematik, teratur,
terstruktur dan mempunyai makna. Analisis data kualitatif dilakukan dengan
mengumpulkan doktrin, asas-asas, teori-teori, pasal-pasal, serta norma-norma hukum
yang terdapat didalam peraturan perundang-undangan yang relevan dengan
G. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penulisan skripsi ini, maka akan diberikan gambaran
secara ringks mengenai uraian dari bab ke bab yang berkaitan satu dengan lainnya.
Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah:
Bab I, merupakan pendahuluan, berisi tentang latar belakang ,rumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan,
metodologi penelitian, dan sistematika penulisan yang berkenaan dengan
permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini.
Bab II, mengenai Tata Kelola Perusahaan yang Baik dalam
Perundang-undangan di Indonesia, bab ini berisi pengertian dan, unsur-unsur tata kelola
perusahaan yang baik, prinsip-prinsip tata kelola peusahaan yang baik, tinjauan dan
manfaat penerapan tata kelola perusahaan yang baik, hukum penerapan prinsip tata
kelola perusahaan yang baik, tata kelola perusahaan yang baik dalam
perundang-undangan di Indonesia
Bab III, mengenai Pembentukan Holding Company BUMN ditinjau dari Perspektif Hukum Perusahaan, pada bab ini diuraikan tentang sejarah keberadaan
BUMN, pengertian BUMN, jenis BUMN, bentuk BUMN, bagaimana pendirian
pembentukan holding company prosedur pembentukan holding company, dan bagaimana pengaturan holding company dalam hukum perusahaan.
Bab IV, mengenai Analisis Yuridis Penerapan Prinsip Tata Kelola Perusahaan yang
Baik pada Holdingisasi BUMN, pada bab ini dijelaskan secara mendalam tentang
kewajiban penerapan prinsip tata kelola perusahaan yang baik dalam BUMN, dan
bagaimana penerapan tata kelola perusahaan yang baik sesuai dengan Peraturan
Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-01/MBU/20011 tentang Penerapan
Tata Kelola Peusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara.
Bab V, meupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan intisari dari