• Tidak ada hasil yang ditemukan

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH TAFSIR AYAT AHKAM DAN HADIS

Dosen: Dr. Attabik Luthfie, MA. Disusun Oleh,

Nana Sudiana 505850008

Mahasiswa Pascasarjana Jurusan Ekonomi Syari’ah

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI CIREBON 2009

PERDAGANGAN DAN JUAL BELI DALAM KACA MATA AL-QURAN A. PENDAHULUAN

Tentunya setiap kita sudah sangat mengimani bahwa perdagangan atau bisnis adalah suatu profesi yang terhormat di dalam ajaran Islam, hal ini terbukti bahwa al-Quran dan Hadis Nabi cukup sering menyebut dan menjelaskan norma-norma perdagangan dan jual beli (business).

Penghargaan Nabi Muhammad terhadap perdagangan sangat luar biasa, bahkan beliau sendiri adalah sosok businessman yang sangat terkenal kepiawaiannya dalam berdagang. Sejak usia muda reputasinya dalam dunia bisnis demikian bagus, sehingga beliau dikenal luas di Yaman, Syiria, Yordana, Iraq, Basrah dan kota-kota perdagangan lainnya di Jazirah Arab.

Dengan demikian tidaklah heran jika banyak para ilmuwan yang melirik kiprah Nabi Muhammad dalam dunia perdagangan untuk diperbincangkan dalam pelbagai media pendidikan.

Dalam berbagai macam sabdanya, semasa hidupnya, ia seringkali menekankan pentingnya perdagangan dalam kehidupan manusia. Dalam sebuah hadits yang dikeluarkan oleh Al-Ashbahani diriwayatkan sebagai berikut:

نا بيطأ بسكلا بسك

راجتلا نيذلا اذا اوثدح مل اوبذكي اذاو اودعو مل اوفلخي اذاو اونمتئا مل اونوخي اذاو

اورتشا مل اومذي اذاو اوعاب مل اوحدمي اذاو

ناك مهيلع مل اولطمي اذاو

ناك مهل مل اورسعي

Artinya: Dari Mu’adz bin Jabal, bahwa Rasulullah Saw bersabda; ”Sesungguhnya sebaik-baik usaha adalah usaha perdagangan yang apabila mereka berbicara tidak berdusta, jika berjanji tidak menyalahi, jika dipercaya tidak khianat, jika membeli tidak mencela produk, jika menjual tidak memuji-muji barang dagangan, jika berhutang tidak melambatkan pembayaran, jika memiliki piutang tidak mempersulit” (H.R.Baihaqi dan dikeluarkan oleh As-Ashbahani).

Dalam hadits yang lain Nabi Muhammad saw juga mengatakan; مكيلع

ةراجتلاب نإف

اهيف ةعست راشعأ رلا قز ) هاور دمحأ (

(2)

Namun demikian, ada aturan-aturan syariah yang harus diikuti dalam kegiatan perdagangan agar tujuan yang sesungguhnya dari perdagangan itu dapat tercapai, yaitu kesejahteraan manusia di duniawi dan kebahagian di akhirat, yang disebut Umar Chapra dengan istilah falah . Tanpa mengikuti aturan syariah, kegiatan

perdagangan hanya akan menimbulkan kerusakan dalam kehidupan manusia yang jauh dari nilai-nilai keadilan dan kesejahteraan.

Dengan izin Allah Swt., Makalah yang berjudul ”PERDAGANGAN DAN JUAL BELI DALAM KACA MATA AL-QURAN” ini akan membahas ayat-ayat Al-quran yang

berkaitan dengan perdagangan dan jual beli dalam Islam. Mudah-mudahan ini dapat dijadikan bukti bahwa Islam adalah agama yang syamil, ia ada bukan hanya

berbicara masalah ibadah saja, namun ia juga mengatur masalah mu’amalah, termasuk perdagangan dan jual beli di dalamnya.

Makalah ini memilih satu ayat utama sebagai obyek kajian dan beberapa ayat lainnya yang relevan sebagai pendukung. Kajian ini juga tentunya diperkuat dengan hadits-hadits Nabi dan disertai dengan mengutip beberapa pendapat ulama.

B. AYAT-AYAT PERDAGANGAN DAN JUAL BELI DALAM AL-QURAN

Pengungkapan perdagangan dalam al-Quran ditemui dalam tiga kalimat (kata), yaitu tijarah, bay’ dan Syira’.

Kata ةراجتلا- adalah bentuk isim mashdar dari kata kerja (ةراجتوارجترجتي رجت) yang berarti (عاب dan ىرش ) yaitu menjual dan membeli. Kata tijarah ini disebut sebanyak 8 kali dalam al-Quran yang tersebar dalam tujuh surat, yaitu surah Albaqarah :16 dan 282 , Nisa: 29, at-Taubah: 24 , An-Nur:37 , Fathir: 29 , Shaf : 10 dan

Al-Jum’ah:11 . Pada surah Al-Baqarah disebut dua kali, sedangkan pada surah lainnya hanya disebut masing-masing satu kali saja. Di antara delapan ayat yang dimaksud, hanya 5 ayat saja yang memiliki ma’na hakikil. Sedangkan 3 ayat yang lainnya makna tijarah tidak berkonotasi bisnis (perdagangan) yang riel, tetapi dalam makna majazi (bukan sebenarnya), yaitu surat al-Baqarah:16, Fathir:29 dan Shaf:10.

Sedangkan kalimat ba’a عاب) ) disebut sebanyak 4 kali dalam al-Quran, yaitu 1). Surah Baqarah:254 , 2). Baqarah: 275, 3). Surah Ibrahim: 31 dan 4. Surah Al-Jum’ah:9 .

Selanjutnya term perdagangan lainnya yang juga disebutkan dalam al-Quran adalah kalimat As-Syira. Kata ini terdapat dalam 25 ayat. Akan tetapi setelah diteliti dalam perspektif penulis, ternyata dari 25 ayat tersebut hanya 2 ayat saja yang

(hakiki)berkonotasi perdagangan dalam konteks bisnis yang sebenanya, yaitu pada ayat yang mengkisahkan Nabi Yusuf yang dijual oleh orang menemukannya yang terdapat dalam surah Yusuf ayat 21 dan 22 . Oleh karena itu kata syira dalam makalah ini sama sekali tidak dibahas.

a. Al-Quran Berbicara Tentang Jual Beli Dan Perdagangan Yang Sebenarnya

Di antara sekian jumlah ayat al-Quran yang membicarakan perdagangan, makalah ini hanya mengusung satu ayat saja sebagai ayat utama. Sedangkan ayat-ayat lainnya merupakan ayat-ayat pendukung. Ayat utama tersebut ialah surah Al-Nisa ayat 29. Alasan penulis mengangkat ayat ini, karena ayat pertama (Al-Nisa 29), berisi tentang larangan memakan harta dengan cara bathil dan keharusan melakukan perdagangan yang didasarkan pada kerelaan.

اهيأاي نيذلا اونماء ل اولكأت مكلاومأ مكنيب

لطابلاب لإ

(3)

لو اولتقت مكسفنأ نإ

هللا ناك مكب اميحر

Artinya, ”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka-sama suka di antara kamu, janganlah kamu membunuh diri kamu, sesungguhnya Allah sangat menyayangi kamu”.

Sedangkan ayat-ayat lainnya merupakan ayat pendukung. Di antara ayat pendukung tersebut ialah surah Al-Baqarah 282 yang berisi tentang konsep

pencatatan hutang (akuntansi) dalam kegiatan perdagangan atau mu’amalah yang lainnya.

b. Tinjauan Historis Ayat Di Atas

Ayat di atas (al-Nisa:29) termasuk ke dalam ayat Madaniyah, yang diturunkan

setelah nabi Hijrah dari Makah menuju Madinah. Secara historis, ayat tersebut tidak memiliki peristiwa asbab al-nuzul. Namun demikian, dalam ayat ini, Allah Swt. sangat jelas memberikan aturan hukum bermu’amalah (jual beli / perdagangan) dalam kehidupan sehari-hari yang sudah menjadi harga mati bagi umat islam untuk menjalankan aturan mainnya. Sebagaimana yang telah termaktub dalam al-Quran surat al-Maidah ayat 47,50.

Firman Allah Swt;

              

    

Artinya: 47. dan hendaklah orang-orang pengikut Injil, memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah didalamnya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik.

c. Tafsir Mufrodat

Ayat ini menurut Sayyid Qutub dengan tegas melarang setiap orang beriman memakan harta dengan cara yang bathil. Memakan harta dengan bathil ini

mencakup dua pengertian, yaitu memakan harta sendiri dan memakan harta orang lain. Cakupan ini difahami dari kata ((مكنيبمكلاومأ yang artinya harta kamu dan sesamamu.

Memakan harta sendiri dengan cara bathil misalnya menggunakannya untuk kepentingan maksiat. Sedangkan memakan harta orang lain dengan bathil, adalah memakan harta hasil riba, judi, kecurangan dan kezaliman, juga termasuk

memakan harta dari hasil perdagangan barang dan jasa yang haram, misalnya khamar, babi, bangkai, pelacuran, tukang tenung, paranormal, dukun (al-Kahin) dsb. Semua ini adalah perdagangan yang rusak (fasid) yang dilarang dalam Islam.

Menurut An-Nadawi, bathil itu adalah segala sesuatu yang tidak dihalalkan syari’ah, seperti riba, judi, suap, korupsi, penipuan dan segala yang diharamkan Allah .

Menurut Al-Jashshah, termasuk memakan harta dengan bathil adalah memakan harta dari hasil seluruh jual beli yang fasid, seperti jual beli gharar.

(4)

dan thayyib berulang kali disebut dalam Alquran, antara lain Surah Albaqarah: 268, Al-Maidah: 91, Al-Anfal 69 dan An-Nahal 114. Menurut para ulama, kata thayyib harus memenuhi beberapa kriteria sehingga sesuai dengan nilai-nilai etika dan spiritual dalam term halal dan thayyib, yaitu;

1. Barang-barang yang baik, berkualitas, 2. Barang-barang yang suci (tidak najis), 3. Barang-barang Indah

Dengan demikian, barang-barang yang dikonsumsi menunjukkan nilai-nilai kebaikan, kesucian dan keindahan.

Dalam memahami surah an-Nisak 29 ini, Muhammad Husein Ath-Thabathaba’iy melihat bahwa kalimat مكلاومأاولكأت لو yang dikait dengan مكنيب memberi isyarat larangan memakan harta dengan cara yang curang. Sedangkan maksud bil bathil adalah perdagangan yang membawa kerusakan dan kehancuran. Jadi bila

perdagangan itu bersih dari kebatilan dan tipuan akan menimbulkan ketentraman masyarakat, bukan hanya terhadap pembeli dan penjual, bahkan lebih dari itu kepada masyarakat secara keseluruhan.

Tijarah ialah jual beli dan sejenisnya yang berkaitan dengan pengembangan harta. Tijarah ada tiga macam, yaitu, 1. ’ain dengan ’ain, inilah jual beli kontan 2.’ain dengan hutang (salam dan istisna), 3. jual beli ’ain dengan manfa’at, ini disebut ijarah/jasa.

Dengan demikian, maksud dari ayat مكنمضارت نع, dalam perspektif penulis ialah masing-masing pihak (penjual-pembeli) rela dan suka dengan suatu transaksi bisnis yang mereka lakukan.

Kata tijarah dalam dalam ayat ini, bisa dibaca marfu’ dan bisa juga manshub. Jika dibaca manshub, maka fi’il”yakunu/ kana” yang ada dalam kalimat itu

statusnya adalah fi’il tam, bukan fi’il naqish. Maka, dhamir mustatir yang terdapat pada kata ”takun” kembali kepada kata Amwal (harta), sehingga kalimatnya menjadi, ”Janganlah kamu memakan harta di antara kamu dengan jalan bathil, kecuali ”harta” yang kamu peroleh dari hasil perdagangan yang didasarkan kerelaan di anatara kamu”.

Sebaliknya, apabila tijarah dibaca marfu’, maka kana/takunu itu menjadi fi’il naqish, Sehingga kalimatnya menjadi, janganlah kamu bermaksud memakan harta dengan cara yang bathil, kecuali perdagangan yang dilaksanakan saling ridha di antara kamu.

Larangan memakan harta sesama secara bathil dalam ayat itu dipertentangkan Allah dengan perdagangan suka sama suka. Artinya, bila memakan harta sesama secara bathil dilarang, maka perdagangan atas dasar suka sama suka

diperintahkan, sesuai dengan kaedah yang telah di syari’atkan. اذإ رمأ هللا ئيشب ناك ايهان نع هدض و اذإ ىهن نع ئيش ناك ارمأ هدضب

Artinya, Bila Allah memerintahkan sesuatu, berarti larangan (mengerjakan) lawannya, dan bila dia melarang sesuatu berarti perintah (melakukannya). Selanjutnya, kata ضارتنع direalisasikan dalam bentuk ijab dan qabul, yaitu kata-kata penerimaan dan pembelian dari penjual dan pembeli. Imam Syaf’ii

(5)

dalam konteks hukum syari’ah, ridha harus diinterpretasi menjadi lapadz ijab dan qabul .

Permasalahan dalam fikih

Dalam aplikasinya, jika salah satu diantara ke dua belah pihak, atau kedua-duanya berhalangan untuk melafadzkan ijab qobul sebagai wujud ضارت نع, maka keduanya boleh menggunakn isyarat sebagai pengganti lafadz ijab qobul yang dimaksud. Ada beberapa indikator yang menjurus kepada sahnya wilayah ضارتنع,

diantaranya; Khiyar

Kondisi suka sama suka ضارت نع antara pembeli dengan pedagang itu diwujudkan di tempat berlangsungnya transaksi dagang tersebut. Dalam hal ini menurut ajaran Islam, hak asasi seseorang sangat diihormati. Kemauan adalah hak asasi si pembeli, maka ia tidak boleh dipaksa membeli sesuatu. Seperti diungkapkan Sayyid Sabiq, mungkin terjadi salah satu pihak melakukan transaksi dengan tergesa-gesa. Setelah transaksi berlangsung nampak adanya keperluan yang menuntut pembatan

transaksi tersebut. Bila tidak dibatalkan tentu akan merusak kerelaan dari yang bersangkutan, karena jual beli itu merugikannya. Dalam hal ini si pembeli dapat membatalkan transaksi jual beli selagi ia masih berada di tempat transaksi berlangsung. Ketentuan ini disebut dengan khiyar majlis. Sabda Rasulullah saw, ’Dari Abdullah bin Harits katanya, aku mendengar Hakim bin Hazam Ra bahwa Nabi saw bersabda. ”Dua orang yang melaksanakan jual beli boleh melakukan khiyar selama mereka belum berpisah Jika keduanaya benar dan jelas, keduanya diberkati dalam jual beli mereka. Jika mereka menyembunyikan dan berdusta, Tuhan akan memusnahkan keberkatan jual beli merek”a (H.R.Bukhari-Muslim)

Pembatalan transaksi juga bisa dilakukan oleh pembeli bila dia menemukan sesuatu cacat pada komoditas yang dia beli. Ini disebut dengan khiyar aib. Penemuan cacat barang tersebut ditemukan pembeli setelah transaski berlangsung. Tetapi bila cacat tersebut diketahui sebelum transakssi dan si pembeli tetap membelinya juga, maka transaksi tersebut tidak dapat dibatalkan lagi sebab si pembeli itu dipandang rela dengan barang tersebut.

Begitu juga si pembeli dapat membatalkan transaksi bila dia tidak mendapatkan syarat-syarat yang telah disepakati bersama oleh pembeli dan penjual sebelum berlangsungnya transaksi, yang disebut dengan khiyar syarat. Adanya tiga macam khiyar ini bertujuan agar kerelaan pembeli untuk melakukan transanski itu memang betul-betul terwujud

d. Tinjauan Ayat Dalam Perspektif Mufassirin

Dalam menafsirkan surah An-Nisak: 29, ”memakan harta dengan jalan bathil ” ini, Ibnu ’Arabi mengatakan, bahwa paling tidak ada 56 jenis dan bentuk perdagangan yang tidak sah dan dilarang dalam Islam.

ام ل حصي ةتس و نوسمخ ىنعم

يهن اهنع

(6)

(nasi’ah), ba’i munabazah , Semua ini kata Ibnu ’Arabi termasuk kepada riba. (Wa hazda kulluhu dakhilun fi bay’ ar- riba).

Demikian juga dua jual beli dalam satu jual beli, bay’ al mulamasah , dan menjual sesuatu yang barangnya tidak ada di tangan, jual beli tanaman yang belum jelas hasilnya (ijon), bisnis paranormal, (hilwan kahin), jual-beli barang yang tidak bisa diserahkan, dan membeli sesuatu yang telah dibeli oleh orang lain. Semua ini merupakan perdagangan bathil.

Sayyid Qutub:

Dalam Fi Dzilal Quran, sayid Qutub menegaskan bahwa memakan harta dengan cara yang bathil sangatlah diharamkan, sebagimana yang dilaramh oleh Allah SWT dalam ayat tersebut. Dalam pada itu, Allah juga memberikan solusi untuk

mengambil jalan yang halal, yaitu dengan melakukan perniagaan sebagiman yang diridloi oleh kedua belah pihak. Hal ini semata-mata bukti Allah maha pengasih terhadap hamba-hamba-Nya.

e. Potret Buram Sistem Jual Beli di Masyarakat

Sedih, adalah kata yang teramat tepat untuk menyanjung sistem tijaroh yang dilakukan oleh masyarakt dewasa ini. Ada beberapa indikator dan bukti bahwa banyak sekali praktek tijaroh yang berlaku di masyarakat yang sudah menyimpang dari nilai-nilai syari’at, diantaranya adalah:

1. Perdagangan yang masih mengandung unsur ribawi. Contoh kasus yang terjadi di lapangan biasanya, seorang pihak yang menghutang kepada pihak pemberi utang adalah keharusan pihak yang menghutang untuk membayar uang lebih dari jumlah yang dihutangkan. Padahal syari’at telah menyatakan bahwa hal tersebut adalah Haram.

2. Manipulasi harga dengan memanfa’atkan kebodohan dari pihak penjual. Biasanya hal ini dilakukan oleh para tengkulak yang datang ke desa-desa terpencil untuk membeli barang dengan harga yang tidak sewajarnya. Larangan tersebut karena pedagang tidak tahu harga pasar dan tidak memiliki informasi yang benar tentang harga di pasar. Hal ini dapat mengakibatkan kerugian bagi para pedagang. Praktek semacam ini dikenal dalam fikih sebagai Talqqi Rukban. Substansi dari larangan talaqqi rukban ini adalah tidak adilnya tindakan yang dilakukan oleh pedagang kota yang tidak menginformasikan harga yang sesungguhnya yang terjadi di pasar. Mencari barang dengan harga lebih murah tidaklah dilarang. Namun apabila transaksi jual beli antara dua pihak, dimana yang satu pihak memiliki informasi yang lengkap dan yang satu tidak tahu berapa harga di pasar sesungguhnya dan kondisi demikian dimanfaatkan untuk mencari keuntungan yang lebih, maka

terjadilah penzaliman oleh pedagang kota terhadap petani yang dari desa. Hal inilah yang dilarang.

3. Perdagangan yang mengandung unsur kebohongan, baik dari sisi kuantitas, kualitas, harga, atau waktu penyerahan. Artinya, dalam perdagangan

Referensi

Dokumen terkait

Pada bulan Juni 2004 kelompok-kelompok komoditi yang memberikan andil/sumbangan inflasi adalah : kelompok bahan makanan 0,24 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan

Hubungan edukasi ASI selama ANC dengan pemberian ASI ekslusif di Puskesmas Jagir Surabaya didapatkan data bahwa dari 42 responden yang mendapatkan edukasi ASI selama ANC

Selain itu mekanisme gerakan sivil dalam mengendalikan aktiviti organisasi bagi mencapai matlamat yang diimpikan telah menggunakan pelbagai pendekatan seperti melobi,

Bentuk interaksi antara kelompok dengan kelompok saling berhadapan dalam kepentingan, namun bisa juga ada kepentingan individu disitu dan kepentingan dalam kelompok

Hal yang akan di bahas dalam perancangan kali ini adalah bagaimana bentuk perancangan yang tepat agar kegiatan penanaman tanaman obat keluarga tidak hanya menjadi sekedar

Tabanan sangatlah efektif, hal ini dabatlah dibuktikan usaha dan upaya kantor Dinas Pekerjaan Umum melakukan upaya baik prepentif maupun represif. Upaya Prepenif yaitu

Pada Balai Penelitian terjadi kekurangan pada tahun- tahun 1982/1983 - 1986/1987, sedangkan sejak tahun 1988/1989 sampai dengan akhir tahun proyeksi akan ter jadi kelebihan

- Gula yang larut dalam air apa bila airnya menguap kena sinar matahari akan kembali menjadi gula - es batu mencair tetap berupa air dll. b.Perubahan