• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Yuridis Pendirian Lembaga Perbankan di ASEAN Dikaitkan dengan Asas Resiprokal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Yuridis Pendirian Lembaga Perbankan di ASEAN Dikaitkan dengan Asas Resiprokal"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perdagangan Internasional merupakan perdagangan yang berkembang

dengan cepat dengan ruang lingkup yang sangat luas. Hubungan-hubungan

dagang yang sifatnya lintas batas dapat mencakup banyak jenisnya, dari

bentuknya yang sederhana, yaitu barter, jual beli barang, hingga hubungan atau

taransaksi dagang yang kompleks.2

Besar dan jayanya negara-negara di dunia tidak terlepas dari keberhasilan

dan aktivitas negara-negara tersebut di dalam perdagangan internasional. Sebagai

satu contoh, kejayaan Cina masa lalu tidak terlepas dari kebijakan dagang yang

terkenal dengan nama ‘Silk Road’ atau jalan suteranya. Setelah kejayaan Cina,

menyusul negara-negara lain seperti Spanyol dengan Spanish Conquistadors-nya,

Inggris dengan The British Empire-nya(beserta peserta perusahaan

multinasionalnya yang pertama di dunia, yakni ‘The East-India Company’,

Belanda dengan VOC-nya, dan lain-lain. Kejayaan negara ini tidak terlepas dari

kebijakan pemerintahnya untuk melakukan perdagangan internasional.3

2

Huala Adolf, Hukum Perdagangan Internasional, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014) hlm. 1

3 Jonathan Reuvid, (ed), The Strategic Guide to Inernational Trade,(London: Kogan

(2)

Individu atau perusahaan adalah salah satu subjek hukum dalam

perdagangan internasional.4 Individulah yang pada akhirnya akan terikat oleh

aturan–aturan hukum perdagangan internasional. Aturan-aturan hukum yang

dibentuk oleh negara memilikitujuan untuk memfasilitasi perdagangan

internasioanal yang dilakukan individu. Disebutkan diatas bahwa individu adalah

subjek hukum perdata (legals persons a private law nature). Subjek hukum

lainnya yang termasuk kedalam kategori adalah (a) perusahaan multinasional; dan

(b) bank.5

Lembaga perbankan sebagai salah satu subjek hukum perdagangan

internasional mempunyai nilai strategis dalam perekonomian suatu negara.

Lembaga tersebut dimaksudkan sebagai perantara pihak-pihak yang mempunyai

kelebihan dana (Surplus of funds) dengan pihak-pihak yang memerlukan dana

(lack of funds). Dengan demikian perbankan akan bergerak dalam kegiatan

perkreditan, dan berbagai jasa yang diberikan. Bank melayani kebutuhan

pembiayaan serta melancarkan mekanisme sistem pembayaran bagi semua sektor

perekonomian. Selain itu bank juga berperan penting dalam pembangunan

nasional suatu negara.6

Peran perbankan sebagai agen dalam pembangunan nasional diperkuat

dengan dicantumkannya istilah pembangunan nasional di dalam bagian

4

Hercules Booysen , International Trade Law on Goods and Services,, (Pretoria: Interlegal), 1999, hlm 2

5Huala Adolf, Op.Cit., hlm. 72.

6Muhammad Djumhana, Hukum perbankan di Indonesia, (Bandung: Citra Aditya Bakti,

(3)

menimbang Undang-undang tentang perbankan Nomor 10 tahun 1998 yang

bunyinya:7

Pembangunan nasional yang dilaksanakan selama ini merupakan upaya

pembangunan yang berkesinambungan dalam rangka mewujudkan masyarakat

yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. “Bahwa pembangunan nasional merupakan upaya pembangunan yang

berkesinambungan dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia yang

adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar

1945,”

8

Guna mencapai tujuan tersebut, pelaksanaan pembangunan harus senantiasa

memperhatikan keserasian,keselarasan, dan keseimbangan berbagai unsur

pembangunan, termasuk dibidang ekonomi dan keuangan. Perkembangan

ekonomi akhir-akhir ini menunjukkan arah yang semakin menyatu dengan

ekonomi regional dan internasional yang dapat menunjang sekaligus juga dapat

kurang menguntungkan.9

Salah satu upaya perbankan untuk mendapatkan pembiayaan adalah

dengan menghimpun atau memobilisasi dana yang menganggur dari masyarakat

dan perusahaan-perusahaan kemudian disalurkan ke dalam usaha-usaha yang

produktif untuk berbagai sektor ekonomi seperti pertanian, pertambangan,

7Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 7

Tahun 1992 tentang perbankan bagian menimbang nomor 2.

8Soedjono Dirdjosisworo, Hukum Perusahaan mengenai Hukum Perbankan di Indonesia

(Bandung: Mandar Maju,2003), hlm 7

(4)

perindustrian, pengangkutan, perdagangan dan jasa-jasa lainnya akan

meningkatkan pendapatan nasional dan pendapatan masyarakat.10

Untuk mencapai kemanfaatan yang maksimal dari kegiatan perbankan

tersebut, telah terbentuk suatu sistem perbankan yang dipakai dan berlaku secara

umum dan menyeluruh, yaitu sifat serta fungsi pokok dari kegiatan bank yang

hampir sama. Di balik itu pula terdapat keterkaitan kehidupan, dan kegiatan bank

secara global yang melewati batas-batas lintas negara, jadi tidak terbatas dalam

suatu wilayah negara tertentu melainkan secara luas meliputi kehidupan

perekonimian dunia. Sebagai contoh, misalnya kebijakan dari Bank Sentral suatu

negara yang kuat perekonomiannya, maka dapat pula memberi dampak kepada

kehidupan dan kegiatan perbankan negara lainnya.11

Perkembangan perbankan Indonesia telah menapaki beberapa zaman, baik

mulai dari periode pada zaman penjajahan Hindia Belanda maupun Jepang, yang

diteruskan pada awal kemerdekaan, zaman Orde Lama dan Orde Baru, sampai

sekarang pada zaman reformasi.12

10Muhammad Djumhana, Op. Cit., hlm. viii. 11Ibid

12Ibid

Dalam perjalanan panjang tersebut, beberapa

kali Indonesia menghadapi masa-masa krisis kepercayaan masyarakat terhadap

lembaga perbankan. Krisis yang terakhir dialami yaitu pada masa awal reformasi

(5)

operasi (bank beku operasi) kepada beberapa bank, dan selanjutnya beberapa bank

diambil alih (bank take over) dan dilakukan rekapitulasi perbankan.13

Geliat industri keuangan perbankan di Indonesia telah berkembang mulai

era tahun 1980an, yakni semenjak Indonesia meliberalisasi sektor keuangannya.

Salah satu hal yang melatar belakangi Indonesia meliberalisasi sektor keuangan

terkhususnya sektor perbankan yakni karena keterikatan Pemerintah Indonesia

sebagai anggota Organisasi Internasional (GATT-WTO Agreement).14Diawali

dengan ratifikasi terhadap perjanjian internasional GATT-WTO kedalam UU

No.7 tahun 1994 pada bulan November 1994. Setelah itu diratifikasi GATS 5th

protokol Desember 1997 mengenai Liberalization of Financial Services.

Kemudian yang terakhir GATS 26 Februari 1998 Schedule of Spesific

Commitments (SOC) Financial Services.15Meluasnya perdagangan dan arus

modal saat itu mengirimkan respon ke berbagai negara di dunia untuk

mengadaptasikan sistem keuangannya agar dapat menyesuaikan dengan

perubahan tersebut termasuk di Indonesia.16

Saat ini, dalam laporan semester III perbankan pada tahun 2015,

perbankan dengan nilai asset terbesar di Indonesia masih dikuasai oleh

perusahaan-perusahaan BUMN yang bergerak dibidang perbankan. Di peringkat

pertama diisi oleh Bank Mandiri yang memiliki aset sebesar 905,76 triliun rupiah,

13Muhammad Djumhana, Asas-asas Hukum Perbankan Indonesia, (bandung: Citra

Aditya Bakti 2008), hlm 8.

14Yunus Husein, dkk., Liberalisasi Perbankan, Bahan Ajar: disampaikan pada kuliah

mahasiswa program pascasarjana UI Tahun 2010, tanggal 8 Maret 2010

15

Ibid.

16Hadad, M.D. Santoso, W. Dwityapoetra, S.B. Rulita, I. Purwanti, W. Satria, R. “fungsi

(6)

pertumbuhan kredit bank Mandiri tahun 2014 mencapai 530 triliun rupiah atau

naik 12,2 persen. Angka tersebut lebih besar dibandingkan tahun lalu sebesar

472,4 triliun rupiah pada periode yang sama. Adapun rasio non performing loan

(NPL/kredit bermasalah) berada di level 2,15 persendiposisi kedua disusul oleh

Bank BRI yang memiliki aset sebesar 802,2 triliun rupiah. dan diposisi ketiga diisi

oleh bank swasta yang memiliki pertumbuhan yang cukup fenomenal yakni Bank

BCA yang memiliki asset sebesar 537,21 triliun rupiah, sementara secara

berurutan dari posisi ke-4 sampai dengan posisi kesepuluh masing-masing

diitempati oleh BNI dengan aset 388,01 triliun rupiah, CIMB Niaga 224,83 triliun

rupiah, Bank Permata 176,57 triliun rupiah, Bank Panin 156,72 triliun rupiah ,

Bank Danamon 154,72 triliun rupiah, BII 137,79 triliun rupiah dan terakhir BTN

135,62 triliun rupiah.17

Dari antara bank plat merah tersebut diatas, terdapat beberapa nama

perbankan yang berasal dari luar negeri. Skema kepemilikannya hanya dapat

dilakukan dengan tiga bentuk badan usaha.18

17

Erlangga Djumena Ini 10 Bank dengan aset terbesar di Indonesia

Pertama, dengan cara pembukaan

kantor cabang, artinya sebuah bank asing memiliki kantor-kantor didalam ruang

lingkup wilayah Indonesia. Kedua, dengan cara subsidiary yang dapat berupa

joint venture,hasil merger,akuisisi atau yang sering disebut campuran. Yang

terakhir yakni bank yang berbentuk perwakilan.

(7)

Dalam data yang dimuat oleh Otoritas Jasa keuangan, ada sepuluh buah

bank asing yang berbentuk kantor cabang bank asing (KCBA) di Indonesia.19

Adapun bank-bank tersebut adalah Bank Of America,N.A, The Royal Bank of

Scotland N.V, Bangkok Bank Pcl, Citibank N.A, The Hongkong & Shanghai

B.C,Ltd, Bank of China Limited, Deutsche bank Ag, JP Morgan Chase Bank, NA,

The Bank of Tokyo-Mitsubishi UF J Ltd, Standard Chartered Bank. Selain

berbentuk KCBA, juga hadir perbankan asing yang berbentuk Bank campuran

yang berjumlah lima belas bank,antara lain Bank Agris,Bank ANZ Indonesia,

Bank BNP Paribas, Bank Capital Indonesia Tbk., Bank Chinatrust Indonesia,

Bank Commonwealth, Bank DBS Indonesia, Bank KEB Indonesia, Bank

Maybank Syariah Indonesia, Bank Mizuho Indonesia, Bank Rabobank

International Indonesia, Bank Resona Perdania, Bank Sumitomo TrustBank

Limited, Bank Windu Kentjana International, Tbk., dan yang terakhir Bank Woori

Indonesia. Adapun bentuk yang terakhir yakni berbentuk perwakilan bank asing

yang berjumlah empat bank.20

Kehadiran bank-bank asing itu disatu-sisi kehadirannya dianggap sebagai

representasi dari kemudahan regulasi di bidang pendirian usaha dan berinvestasi

di Indonesia, dimana bagi negara-negara asal bank tersebut kehadiran perusahaan

multinasional yang merupakan suatu langkah strategis dapat ekspansi bisnisnya di

beberapa negara yang dianggap memiliki tingkat pertumbuhan perekonomian

19Kanal OJK “Direktori Perbankan Indonesia”

http://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/data-dan-statistik/Direktori-Perbankan-Indonesia-Baru/Documents/Direktori%20Perbankan%20Indonesia%202015.pdf , diakses pada tanggal 3 Maret 2016

(8)

yang cukup stabil. Selain itu, faktor negara berkembang yang masih akan terus

melakukan pembangunan yang memerlukan pembiayaan menjadi salah satu daya

tarik kehadiran bank asing hadir di negara berkembang seperti Indonesia.

Dalam proses berdirinya dan hadirnya bank-bank asing di Indonesia,

timbul banyak pertentangan-pertentangan terhadap keberadaan bank-bank asing

tersebut. Otoritas Jasa Keuangan sebagai pengawas langsung terhadap perbankan

menegaskan bahwa semua bank asing seharusnya berbentuk badan hukum

Indonesia. Bank asing perlu berbentuk badan hukum Indonesia agar perbankan

asing tersebut fokus untuk menyalurkan pembiayaan didalam negeri, Hal ini

diperkuat dengan rencana penyelesaian RUU Perbankan yang akan memperjelas

definisi bank asing yang saat ini tidak secara eksplisit diatur regulasinya dalam

peraturan yang setingkat undang-undang hal itu bertujuan untuk memperjelas

fungsi dan tugasnya.21

Disisi lain pihak perbankan asing yang tergabung dalam Foreign Bank

Association of Indonesia atau Perhimpunan Bank-bank Internasional di Indonesia

(Perbina) meminta agar Rancangan Undang-Undang Perbankan tidak mewajibkan

21

“Ini alasan OJK mewajibkan Badan Hukum Asing Berbadan Hukum

Indonesi

(9)

kantor cabang asing (KCBA) mengubah status hukum menjadi badan hukum

karena perubahan itu dikhawatirkan akan memisahkan entitas KCBA dengan

induk.22Managing Director & Senior Country Officer JP Morgan Chase Bank

Indonesia, Haryanto T Budiman, dalam pertemuan dengan Komisi XI DPR

memberikan pendapat terkait RUU Perbankan, Haryanto menjelaskan, sebagian

besar KCBA hanya fokus di segmen korporasi sehingga mendapat kucuran dana

dari kantor pusat ketimbang menghimpun dana dari masyarakat. Di sisi lain,

pinjaman yang disalurkan bank asing kepada korporasi lokal maupun perusahaan

multinasional akan dibukukan di Indonesia.Menurutnya, perubahan status menjadi

badan hukum Indonesia akan membuat kapasitas bank asing menyusut, sehingga

kebutuhan pendanaan bagi korporasi akan berpindah ke cabang di luar negeri.23

Gencarnya bank asing yang beroperasi di Indonesia tidak diimbangi

dengan pertumbuhan perbankan Indonesia di luar negeri,khususnya kawasan

regional ASEAN. Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan

industri perbankan Indonesia belum memperoleh keadilan untuk menggenjot

pasar perbankan di negara-negara ASEAN, sehingga penetrasi industri domestik

di skala kawasan masih kecil.24

22Bank Asing keberatan berbadan hukum Indonesia

Oleh karena itu, Indonesia direkomendasikan

meratifikasi Kerangka Persetujuan Sektor Jasa ASEAN (AFAS), yang juga

mencakup integrasi dalam Kerangka Integrasi Perbankan ASEAN (ABIF) secara

23

Ibid

24Indra Arif Pribadi, Kesempatan Perbankan Indonesia di ASEAN belum adil

(10)

prinsip tujuan dari direkomendasikannya rekomendasi itu adalah untuk

merendahkan kesenjangan atau gap dengan menggunakan asas resiprokal.25

Perbankan Indonesia yang ada di luar negeri terkhususnya di ASEAN

mayoritas didirikan sesuai dengan bentuk keperluan bisnis masing-masing bank.

Bank BNI yang berada di Singapura contohnya adalah berbentuk cabang yang

memfokuskan jasa di bidang remittance centre.26Adapun hambatan ditemui

dalam pendirian perbankan di luar negeri terutama di ASEAN adalah

tantangan-tantangan regulasi dari otoritas perbankan negara setempat. Misalnya, regulasi

soal kecukupan modal dan cakupan kegiatan usaha.Contohnya, dua bank besar

asal Malaysia yaitu CIMB Niaga dan Maybank telah membuka sebanyak 1.456

kantor cabang di berbagai wilayah di Indonesia. Sedangkan, industri perbankan

Indonesia baru memiliki satu kantor cabang, satu layanan "remittance" dan satu

mesin Anjungan Tunai Mandiri di Malaysia. Selain itu investor Singapura seperti

DBS Bank, UOB, OCBC, juga telah memiliki sekitar 2.100 kantor cabang di

Indonesia. Sedangkan perbankan Indonesia hanya memiliki satu cabang.27

Perbankan didalam menjalankan fungsi utamanya sebagai wadah

menyalurkan uang masyarakat kedalam berbagai instrumen pembangunan tidak

dapat bergerak secara efektif apabila terdapat hambatan-hambatan yang dihadapi,

ditengah berkembangnya perusahaan-perusahaan Indonesia yang tengah

berekspansi ke luar negeri, dapat dijadikan momentum untuk usaha perbankan

25Ibid

26

“Bank asal RI tidak berkutik di

Singapur

(11)

Indonesia untuk tidak hanya mampu besar di dalam negeri. Selain itu faktor

banyaknya tenaga kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri diharapkan menjadi

peluang, dengan melakukan kegiatan remitansi, dimana remitensi mempunyai

dampak positif bagi peningkatan keuangan inklusif.28

Beberapa kajian mengungkapkan remitansi sebagai bagian dari bentuk

transfer merupakan entry point keuangan inklusif. Dengan kemudahan melakukan

transfer dana, akan membantu mengarahkan unbanked menggunakan produk dan

layanan keuangan formal. Pengiriman uang dapat meningkatkan permintaan untuk

tabungan atau uang elektronik sebagai sarana untuk menyimpan uang lebih aman.

Selanjutnya, dengan tabungan dan uang elektronik tersebut, track record

unbanked dapat dimonitor dan dianalisa untuk selanjutnya menjadi bagian penting

dalam rangka pemberian pembiayaan dapat dimanfaatkan perbankan nasional

apabila dapat membuka kantor cabang di negara negara pengirim remitansi

tersebut.29

Kepemilikan asing terhadap perbankan Indonesia yang dapat mencapai

99%,30

28Keuangan Inklusif, remitansi, biaya remitansi Indonesia cukup rendah dibanding

rata-rata dunia dan Asia, namun ditenggarai biaya keseluruhan untuk melakukan cash-out cukup besar, hal ini disebabkan beberapa faktor, antara lain karena Tenaga Kerja Indonesia (TKI) lebih memilih menggunakan sarana remitansi informal akibat kurangnya pengetahuan remitansi yang benar, kurangnya outlet cash-in formal yang berada dalam jangkauan TKI dan masih terbatasnya outlet

cash-out sehingga membutuhkan biaya dan waktu, serta masih rendahnya tingkat literasi keuangan

TKI dan keluargany

yang secara unilateral baik langsung maupun langsung, sangat berbanding

29Ibid

30

(12)

terbalik dengan pendirian perbankan Indonesia di ASEAN yang memiliki

berbagai hambatan. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membuat skripsi yang

berjudul “Analisis Yuridis Pendirian Lembaga Perbankan Indonesia di

kawasan ASEAN dikaitkan dengan asas Resiprokal”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis paparkan sebelumnya,

penulis memilih beberapa hal yang menjadi permaslaahn dalam penulisan skripsi

ini. Adapun permasalahan yang akan dibahas, antara lain :

1. Bagaimanakah kebijakan pendirian lembaga perbankan Indonesia ditinjau dari

Sebelum peraturan perundang-undangan nasional?

2. Bagaimana pelaksanaan asas resiprokal dalam pendirian lembaga perbankan

di negara-negara ASEAN

3. Bagaimanakah pendirian lembaga perbankan Indonesia di ASEAN

berdasarkan Qualified ASEAN Bank (QABs) dibawah pengaturan ABIF?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan permumsan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan

skripsi ini antara lain:

1. Mengetahui mekanisme dan tata-cara pendirian perbankan Indonesia di dalam

(13)

2. Mengetahui pelaksanaan asas resiprokal dalam pendirian-pendirian lembaga

perbankan di ASEAN

3. Mengetahui bagaimana proses pendirian perbankan Indonesia sesuai dengan

pengaturan yang telah disepakati dalam ABIF di dalam membuka usaha

perbankan di ASEAN

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari penulisan ini, antara lain:

1. Secara teoritis

Kiranya kehadiran skripsi ini mampu mengisi ruang-ruang kosong dalam

ilmu pengetahuan yang berkenaan dengan substansi penulisan skripsi ini, hingga

pada akhirnya skripsi ini nantinya dapat memberikan sumbangsih yang berarti

bagi perkembangan ilmu pengetahuan dibidang hukum perbankan Indonesia,

khusunya dalam pendirian lembaga perbankan di ASEAN. Kiranya skripsi ini

juga mampu memenuhi keingintahuan para pihak yang ingin mengetahui dan

mendalami pengetahuan mengenai ilmu perbankan, terutama pembentukan

perbankan di luar negeri, terkhususnya di ASEAN, baik itu mahasiswa,akademisi,

maupun masyarakat luas.

2. Secara praktis

Manfaat dari skripsi ini adalah agar para pelaku usaha perbankan dapat

mengetahui regulasi-regulasi dan juga ketentuan-ketentuan seperti apa yang

(14)

ASEAN. Selain mengetahui regulasi yang akan dipakai, berbagai

ketentuan-ketentuan antar negara yang tidak tersampaikan secara baik kepada masyarakat

dapat disampaikan dari skripsi ini. Selain itu juga dapat memberikan pemahaman

yang baik terkait hambatan-hambatan pendirian lembaga perbankan juga da oleh

pelaku usaha perbankan secara komprehensif melalui penulisan skripsi ini.

E. Keaslian Penulisan

Untuk mengetahui orisinalitas penulisan, sebelum melakukan penulisan

skripsi berjudul “Analisis Yuridis Pendirian Lembaga Perbankan Indonesia di

Kawasan ASEAN dikaitkan dengan Asas Resiprokal”,terlebih dahulu

dilakukan penelusuran terhadap judul skripsi yang tercatat pada Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara.Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera

utara melalui surat tertanggal 17 Februari 2016 (terlampir) menyatakan tidak ada

judul yang memiliki kesamaan.

Surat dari Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

tersebut kemudian dijadikan dasar bagi Ibu Windha,S.H.,M.Hum. (Ketua

Departemen Hukum Ekonomi) untuk menerima judul yang diajukan oleh penulis,

dan kemudian judul ini diterima.Sejauh ini setelah dilakukan pengecekan judul

skripsi di perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, judul yang

telah ada adalah: Analisis Hukum Atas Pembatasan Investasi Asing Pada Sektor

(15)

Penulis juga menelusuri berbagai judul karya ilmiah melalui media

internet, dan sepanjang penelusuran yang penulis lakukan, belum ada penulis lain

yang mengangkat topik tersebut.

Sekalipun ada, hal itu adalah diluar sepengetahuan penilis dan tentu saja

substansinya pasti berbeda dengan dengan substansi yang ada dalam skripsi ini.

Permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini didasarkan kepada

defenisi-defenisi,teori-teori, dan aturan hukum yang diperoleh melalui referensi media

cetak dan media elektronik. Oleh karena itu, Penulis menyatakan bahwa skripsi

ini adalah karya asli penulis dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

F. Tinjauan Kepustakaan

Penulisan skripsi ini berisi tentang Analisis Yuridis Pendirian Lembaga

Perbankan Nasional yang dikaitkan dengan Asas Resiprokal. Adapun Tinjauan

Kepustakaan tentang skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Lembaga Perbankan

Secara etimologi,bank berasal dari bahasa Italia banque atau banca yang

berarti bangku. Para bankir Florence pada masa Renaissans melakukan transaksi

mereka dengan duduk di belakang meja penukaran uang, berbeda dengan

pekerjaan kebanyakan orang yang tidak memungkinkan mereka untuk duduk

sambil bekerja.31

31Diambil dar

Dalam Pasal 1 huruf 1 Undang-undang No. 10 Tahun 1998

(16)

menyatakan bahwa perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang

bank, mencakup tentang kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses

dalam melaksanakan kegiatan usahanya, yang akan dibahas secara komprehensif

pada bab-bab dalam pembahasan ini.

Dalam UU Perbankan defenisi bank sendiri dinyatakan dalam pasal 1

huruf 2 yang isinya sebagai berikut:

“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam

bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan

taraf hidup rakyat banyak”

Jeremy M. Rosenberg dalam bukunya Dictionary of Banking and Finance

dikatakan Bank adalah

“ Bank is an organization, normally a corporation, chartered by the state or federal government, the principal functions of which are: (a) to receive demand and time deposits, honor instruments drawn against them, and pay interest on them as permitted by law, (b) to discount notes, make loans, and invest in government or other securities, (c) to collect checks, drafts, notes, etc, (d) to issues drafts and cashier’s checks (e) to certify depositor’s checks, and (f) when authorized by a chartering government, to act a fiduciary capacity”32

32Gunarto Suhardi Op.Cit., hlm 17.

Definisi kedua ini menunjukkan perbedaan antara bank dengan lembaga

keuangan non bank lainnya, yaitu dengan lebih menonjolkan fungsi dari bank itu

(17)

Sementara itu, secara umum hukum perbankan adalah hukum yang

mengatur masalah-masalah perbankan yang berlaku sekarang di Indonesia.

Sedangkan menurut Munir Fuadyhukum perbankan adalah seperangkat kaidah

hukum dalam bentuk peraturan perundang-undangan, yurisprudensi,doktrin, dan

lain-lain sumber hukum, yang mengatur masalah-masalah perbankan sebagai

lembaga, dan aspek kegiatan sehari-hari, rambu-rambu yang harus dipenuhi oleh

suatu bank, perilaku petugas-petugasnya, hak, kewajiban, tugas dan tanggung

jawab para pihak yang bersangkut dengan bisnis perbankan, apa yang boleh dan

tidak boleh dilakukan oleh bank, eksistensi perbankan, dan lain-lain yang

berkenaan dengan dunia perbankan tersebut.33

H.R Daeng Najamenyebutkan bahwa hukum perbankan adalah

aturan-aturan baik aturan-aturan pokok maupun aturan-aturan pelaksanaan, baik menyangkut perdata

maupun pidana, baik mengenai pengurusan maupun pemilikan tentang suatu

badan usaha yang usaha pokoknya menghimpun dana dari masyarakat dalam

bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali dalam bentuk kredit serta

bidang-bidang yang berhubungan dengan kegiatan badan usaha tersebut.34

a. Bank Asing

Istilah bank asing di Indonesia tidak dijumpai pengertiannya dalam

literatur terkait perbankan Indonesia, akan tetapi menurut Mulya E.

33

Munir Fuady, Hukum Perbankan Modern Berdasarkan Undang-Undang Tahun 1998

(Buku kesatu), (Bandung: Citra Aditya Bakti,1999), hlm. 14.

34H.R Daeng Naja, Hukum Kredit dan Bank Garansi The Brankers Hand Book..

(18)

Siregar, Deputi Pengaturan Perbankan OJK Bank asing adalah hanya melekat

bagi kantor cabang bank asing (KCBA) yang berada di Indonesia.35

2. ASEAN

Pada tahun1966, para pemimpin bangsa-bangsa di Asia Tenggara

merasakan perlunya membentuk suatu kerjasama regional, untuk memperkuat

kedudukan dan kestabilan sosial ekonomi dikawasan Asia Tenggara.36

35

“Jasa Keuangan (OJK) mengangkat lagi wacana pendefinisian ulang istilah bank asing di Indonesia. Isu ini sempat berhembus beberapa waktu lalu oleh Bank Indonesia (BI) yang ketika itu membawahi pengawasan perbankan. Yakni, tentang harmonisasi pengaturan perbankan antara negara-negara ASEAN menjelang integrasi perbankan ASEAN 2019. Menurut Mulya E. Siregar, Deputi Pengaturan Perbankan OJK, saat ini status bank asing di industri perbankan nasional hanya melekat bagi kantor cabang bank asing (KCBA) yang berada di Indonesia. Nah, OJK tengah mengkaji lagi rencana agar di masa depan status bank asing bukan cuma disematkan pada bank yang masuk kategori Kantor Cabang Bank Asing semata."Nanti, bank yang 50% lebih modalnya dimiliki oleh asing, bisa dikatakan dia itu bank asing," terang Mulya, Senin (16/2).Bukan cuma itu, menurut Mulya pemegang saham asing yang memegang saham di sebuah bank di Indonesia dengan persentase kepemilikan kurang dari 50% namun dinilai bisa mengendalikan bank tersebut, maka status bank asing juga bisa dilekatkan.Mulya menambahkan, pendefinisian ulang istilah bank asing sejalan dengan peran mereka di Indonesia. Saat bank asing memiliki kantor di Indonesia, Mulya menjelaskan, jangan sampai bisnis mereka hanya untuk kebutuhan konsumer saja. “OJK akan memperluas defenisi Bank Asing”,” Untuk itu

pada tanggal 5-8 Agustus 1967 di Bangkok dilangsungkan pertemuan menteri luar

negeri dari lima negara yakni Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, dan

Philipina. Delegasi masing-masing negara dipimpin oleh Adam Malik (menteri

Presidium Urusan Politik/Menteri, Tun Abdul Razak (Wakil Perdana Menteri,

Menteri Pertahanan dan Menteri Pembangunan Nasional Malaysia), S.Rajaratnam

4 Maret 2016)

36“ASEAN selayang pandang,”

(19)

(Menteri Luar Negeri Singapura), Narciso Ramos (Menteri Luar Negeri

Philipina), dan Thanath Khoman (Menteri Luar Negeri Thailand).37

Lambat laun organisasi ini mengalami kemajuan yang cukup signifikan di

bidang politik dan ekonomi, seperti disepakatinya Deklarasi Kawasan Damai,

Bebas, dan Netral (Zone of Peace, Freedom, and Neutrality

Declaration/ZOPFAN) yang ditandatangani tahun 1971.

Sebagai hasil pertemuan pada tanggal 8 Agustus 1967 ditandatangani

suatu Deklarasi yang diberi nama Bangkok Declaration atau Deklarasi Bngkok,

yang merupakan persetujuan kebulatan tekad kelima negara itu untuk membentuk

sebuah organisasi kerjasama regional yang disebut Association of South East

Asian Nations (ASEAN).

38

Kemudian, pada tahun

1976 lima negara anggota ASEAN itu juga menyepakati Traktat Persahabatan dan

Kerjasama (Treaty of Amity and Cooperation/TAC) yang menjadi landasan bagi

negara-negara ASEAN untuk hidup berdampingan secara damai. Hal ini

mendorong negara-negara di Asia Tenggara lainnya bergabung menjadi anggota

ASEAN.39

37Ibid

38Ibid., hlm. 3 39Ibid, hlm., 4

Proses penambahan keanggotaan ASEAN sehinggaanggotanya 10 negara

(20)

a. Brunei Darussalam resmi menjadi anggota ke-6 ASEAN pada tanggal 7

Januari 1984 dalam Sidang Khusus Menteri-Menteri Luar Negeri ASEAN

(ASEAN Ministerial Meeting/AMM) di Jakarta, Indonesia.

b. Vietnam resmi menjadi anggota ke-7 ASEAN pada tanggal 29-30 Juli

1995 dalam Pertemuan para Menteri Luar Negeri ASEAN ke-28 di Bandar

Seri Begawan, Brunei Darussalam.

c. Laos dan Myanmar resmi menjadi anggota ke-8 dan ke-9 ASEAN tanggal

23-28 Juli 1997 dalam pada Pertemuan para Menteri Luar Negeri ASEAN

ke-30 di Subang Jaya, Malaysia.

d. Kamboja resmi menjadi anggota ke-10 ASEAN dalam Upacara khusus

Penerimaan pada tanggal 30 April 1999 di Hanoi, Vetnam.40

Dengan diterimanya Kamboja sebagai anggota ke-10 ASEAN, cita-cita

para pendiri ASEAN yang mencakup sepuluh negara di kawasan Asia

Tenggara (visi ASEAN-10) telah tercapai.

Bergabungnya Indonesia dengan ASEAN tidak berarti bahwa Indonesia

telah menyeleweneng dari kebijaksanaan politik bebas dan aktif karena ASEAN

bukan merupakan suatu pakta militer melainkan ASEAN dibentuk dengan tujuan

mempercepat pembangunan ekonmoi, stabilitas sosial-budaya dan kesatuan

regional melalui usaha dan tanggung jawab bersama dalam persahabatan 41

3. Asas Resiprokal

40Ibid, hlm., 5

41 M.Sabir, ASEAN Harapan Dan Perananya Dalam Pertumbuhan Perekonomian

(21)

Asas resiprokal merupakan sebuah prinsip yang berlaku secara timbal

balik, dan berlaku dalam konsep sentral dalam banyak hubungan internasional,

khususnya hukum internasional. Gagasan bahwa negara harus menanggapi satu

sama lain dalam jenis ini tertanam dalam cara kita berpikir tentang politik

internasional 42. Prinsip timbal balik ini telah menjadi elemen penting dalam

praktek berdaulat yang ada unsur hukum internasional.43

G. Metode Penelitian

Diperlukan metode penelitian sebagai suatu tipe pemikirian secara

sistematis yang dipergunakan dalam penelitian dan penilaian skripsi ini, yang

pada akhirnya bertujuan mencapai keilmiahan dari skripsi ini. Dalam penulisan

skripsi ini, metode yang dipakai adalah sebagai berikut:

1. Jenis, Sifat, dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian Yuridis

Normatif, yaitu penelitian yang dilakukan berdasarkan perundang-undangan44

42

James D Morrow “How does reciprocity work? Evidence from the laws of” Jurnal of Law , hlm 1.

43Ibid.

44Law Education

(22)

yang dalam hal ini adalah Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentahng

Perbankan dan berbagai Peraturan Perbankan pelaksana lainnya.

Sifat penelitian dalam skripsi ini adalah Penelitian Deskriptif, yaitu

penelitian yang dimaksudkan untuk memberi data yang seteliti mungkin tentang

keadaan yang menjadi obyek penelitian sehingga akan mempertegas hipotesa dan

dapat membantu memperkuat teori lama atau membuat teori baru.45

2. Jenis dan Sumber Data

Pendekatan penelitian dalam skripsi ini adalah pendekatan yuridis

normatif, yaitu dengan menganalisiss permasalahan dalam penelitian melalui

pendekatan terhadap asas-asas hukum, yang mengacu pada norma-norma hukum

yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan.

Penelitian Yuridis Normatif menggunakan jenis data primer dan jenis data

sekunder . Data primer adalah data yang didapat melalui studi lapangan yang

bersumber dari narasumber yang memberikan informasi melalui wawancara

mendalam (in deepth interview) serta melalui pedoman wawancara (interview

guide). Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari objek

penelitian, Peneliti mendapat data yang sudah jadi yang dikumpulkan oleh pihak

lain dengan berbagai cara dan metode, baik secara komersil dan non komersil.46

45Ibid.

Data sekunder yang dipakai oleh penulis adalah sebagai berikut:

(23)

a. Bahan Hukum primer, yaitu peraturan perundang-undangan yang terkait,

antara lain:

1)Undang-undang, yaitu Undang-undang Nomor10 Tahun 1998 tentang

Perbankan;

2)Peraturan-peraturan terkait perbankan

b. Bahan Hukum Sekunder, berupa buku-buku yang berkaitan dengan judul

skripsi, artikel-artikel, hasil-hasil penelitian, laporan-laporan, dan

sebagainya yang diperoleh, baik melalui media cetak maupun media

elektronik.

c. Bahan hukum Tersier, yang mencakup bahan yang memberi

petunjuk-petunjuk terhadap bahn hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti

kamus hukum, jurnal hukum, dan bahan-bahan lain yang relevan dan dapat

digunakan untuk melengkapi data yang diperlukan dalam penulisan.

3. Teknik Pengumpulan data

Pengumpulan data dari penulisan skripsi ini dilakukan melalui teknik studi

pustaka (literature research)dan juga melalui bantuan media elektronik yaitu

internet serta studi lapangan (field research) yaitu mengumpulkan data dari hasil

wawancara yang diperoleh dari Zulkarnaen Sitompul selaku Deputi Komisioner

OJK dan juga dari Prof. Hikmahanto Juwana, selaku pakar hukum internasional.

Untuk memperoleh data dari sumber ini penulis memadukan, mengumpulkan,

(24)

judul skripsi“Analisis Yuridis PendirianLembaga Perbankan di ASEAN dikaitkan

dengan asas Resiprokal”.47

4. Analisis Data

Pada penelitian hukum normatif yang menelaah data sekunder, maka

biasanya penyajian data dilakukan sekaligus dengan analisisnya.48

a. Mengumpulkan bahan hukum primer, sekunder, dan tersier yang relevan

dengan permasalahan dengan permasalahan yang terdapat dalam penelitian

ini.

Metode analisis

data yang dilakukan penulis adalah pendekatan kualitatif , yaitu dengan:

b. Melakukan pemelihan terhadap bahan-bahan hukum yang relevan tersebut

diatas agar sesuai dengan permasalahan masing-masing yang dibahas

c. Mengolah dan menginterpretasikan data guna mendapatkan kesimpulan

dari permaslahan

d. Memaparkan kesimpulan yang dalam hal ini adalah kesimpulan kualitatif,

yaitu kesimpulan yang dituangkan dalam bentuk pernyataan dan tulisan.

H. Sistematika Penulisan

47

Sumardjono, Maria S.W., Pedoman Pembuatan Usulan Penelitian: Sebuah Panduan

Dasar, (Jakarta,Penerbit: Gramedia, 2001), hlm.45.

48Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Depok: Universitas Indonesia Press,

(25)

Pembahasan dan penyajian suatu penelitian harus terdapat keteraturan agar

terciptanya karya ilmiah yang baik. Maka dari itu, penulis membagi skripsi ini

dalam beberapa bab yang saling berkaitan satu sama lain, karena isi dari skripsi

ini sifatnya berkesinambungan antara bab yang satu dengan bab yang

lainnya.Sistematika penulisan yang terdapat dalam skripsi ini adalah sebagai

berikut:

Bab I tentang pendahuluan, bab ini mengurai latar belakang, perumusan

masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan

kepustakaan,metode penulisan dan Sistematika Penulisan, yang semuanya

berkaitan dengan Analisis Yuridis Pendirian Lembaga Perbankan di Kawasan

ASEAN Dikaitkan dengan Asas Resiprokal.

Bab II adalah kebijakan pendirian lembaga perbankan nasional ditinjau

dari perundang-undangan nasional. Pada bab ini menjadi pembahasan adalah

mengenai penyelenggaraan usaha perbankan di Indonesia yang membahas seputar

Pengertian, asas, tujuan dan manfaat perbankan,kemudian Bentuk-bentuk badan

hukum usaha perbankan dan jenis-jenis lembaga perbankan; Pengaturan Pendirian

Perbankan di Indonesia yang terdiri atas Bank umum terdiri dari, bank umum

nasionak persero, Bank umum swasta devisa,bank umum swasta non devisa, bank

campuran, kantor cabang bank asing, dan perwakilan Bank asing, dan kemudian

Pengaturan Pendirian Bank Perkreditan Rakyat.dan pengaturan pendirian

(26)

Bab IIItentang pelaksanaan asas resiprokal dalam lembaga perbankan

diASEAN. Pada bab ini yang menjadi pembahasan adalah Tinjauan Umum Asas

Resiprokal; Pelaksanaan Asas Resiprokal dalam lembaga perbankan;Pengaturan

asas resiprokal dalam protokol kerangka integrasi Perbankan ASEAN (ABIF);

dan Pelaksanaan Asas Resiprokal dalam Lembaga Perbankan Indonesia di

ASEAN.

Bab IVtentang pendirian lembaga perbankan Indonesia di ASEAN

berdasarkan Qualified Asean Banks (QAB) dibawah pengaturan ABIF, pada bab

ini yang menjadi pembahasan adalah pengaturan pendirian perbankan Indonesia

di negara kawasan ASEAN yang mencakup Qualified ASEAN BANK (QAB) dan

Regulasi negara-negara ASEAN; Tantangan-tantangan regulasi pendirian

perbankan Indonesia di ASEAN ; dan Peran serta OJK mengatasi hambatan

pendirian perbankan Indonesia di ASEAN.

BAB V adalah penutup, pada bab terakhir ini akan dikemukakan

kesimpulan dari bagian awal hingga bagian akhir penulisan yang merupakan

ringkasan dari substansi penulisan skripsi ini, dan saran-saran yang penulis

Referensi

Dokumen terkait

Mekanisme ekspor dengan pembayaran Letter of Credit melalui internet banking yakni uang dapat ditransfer dengan adanya instruksi dari pembeli kepada pihak ketiga untuk