BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Landasan Teoritis
2.1.1 Teori Sinyal (Signalling Theory)
Informasi mengenai kondisi perusahaan sangat dibutuhkan oleh investor dan hendaknya para pelaku bisnis menyediakan informasi tersebut. Informasi ini berisi keterangan, catatan atau gambaran baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang akan datang suatu perusahaan. Informasi yang lengkap, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan oleh investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi. Apabila pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar.
eksternal. Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi karena terdapat asimetri informasi.
Perusahaan lebih mengetahui kondisi dan prospek yang akan datang yang akan dialami perusahaan daripada pihak luar (investor, kreditor). Oleh karena itu, perusahan merasa perlu untuk memberikan informasi kepada investor. Asimetri informasi dapat terjadi di antara dua kondisi yaitu perbedaan informasi yang kecil sehingga tidak mempengaruhi manajemen, atau perbedaan yang sangat signifikan sehingga dapat berpengaruh terhadap manajemen dan return saham (Purwasih, 2010).
2.1.2 Efficient Market Theory (Efficient Market Hypothesis/EMH)
Menurut Jogiyanto (2003), kunci untuk mengukur pasar yang efisien adalah hubungan antara harga saham dengan informasi. Informasi yang digunakan untuk menilai kefektifitasan pasar yaitu informasi yang memiliki keterkaitan dengan sekuritas tersebut. Menurut Fama (dalam Jogiyanto, 2003) informasi yang digunakan untuk menilai keefektifitasan pasar yaitu: informasi masa lalu, informasi yang sekarang sedang dipublikasikan dan informasi privat. Karakteristik suatu pasar modal yang efisien yaitu terdapatnya investor - investor yang berpengetahuan luas dan tersedianya informasi yang memadai sehingga mereka dapat merespon secara cepat atas informasi baru yang terjadi di pasar.
Fama (dalam Jogiyanto, 2003) menyajikan tiga macam bentuk utama dari efisiensi pasar berdasarkan ketiga macam bentuk dari informasi, yaitu:
1. Efisiensi pasar bentuk lemah (weak form)
Pasar dikatakan efisien dalam bentuk lemah jika harga-harga dari sekuritasnya secara penuh mencerminkan (fully reflect) informasi masa lalu.
2. Efisiensi pasar bentuk setengah kuat (semistrong form)
3. Efisiensi pasar bentuk kuat (strong form)
Pasar dikatakan efisien dalam bentuk kuat jika harga-harga dari sekuritasnya secara penuh mencerminkan (fully reflect) semua informasi yang tersedia termasuk informasi yang privat.
2.1.3 Bank
Menurut Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 pengertian bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Menurut Kuncoro (2002;68) bank adalah lembaga keuangan yang pokok usahanya adalah menghimpun dana dan menyalurkan dananya kembali tersebut ke masyarakat dalam bentuk kredit serta memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. Menurut Ktut Silvanita (2009:14) Bank adalah anggota lembaga keuangan yang paling dominan,mampu memobilisasi dana-mengumpulkan dana dan mengalokasikan dana-dalam jumlah besar dibandingkan anggota lembaga keuangan lainnya.
badan usaha yang memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang.
Bank mempunyai 3 kegiatan utama,yaitu : 1. Menghimpun dana
Menghimpun dana adalah mengumpulkan atau mencari dana dari masyarakat, kegiatan ini biasanya disebut funding. Adapun bentuk dari kegiatan ini yaitu :
a. Giro
Rekening giro atau checking account adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menerbitkan cek untuk penarikan tunai atau bilyet giro untuk pemindahbukuan, sedangkan cek atau bilyet giro ini oleh pemiliknya dapat digunakan sebagai alat pembayaran.
b. Deposito Berjangka
Deposito berjangka adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu sesuai tanggal yang diperjanjikan antara deposan dan bank.
c. Tabungan
2. Menyalurkan Dana
Menyalurkan dana biasanya dalam bentuk kredit,dimana dananya berasal dari kegiatan bank yang pertama yaitu menghimpun dana. Berdasarkan UU No.10 tahun 1998 tentang Perubahan atas UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan, yang dimaksud dengan kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihakpeminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Kegiatan penyaluran dana ini biasanya sering disebut dengan istilah lending
3. Memberikan Jasa Bank Lainnya
Memberikan jasa bank lainnya diberikan untuk mendukung kelancaran kegiatan utama,yaitu kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana. Jasa perbankan lainnya meliputi:
a. Jasa menerima setoran b. Jasa melayani pembayaran
c. Jasa Pengiriman Uang ( transfer ) d. Jasa Letter of Credit
e. Jasa Kliring
Fungsi Utama Bank Secara Spesifik :
1. Agent Of Trust
Yaitu lembaga yang landasannya kepercayaan. Dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan ( trust ), baik dalam penghimpun dana maupun penyaluran dana. Masyarakat akan mau menyimpan dananya di bank apabila dilandasi kepercayaan. Dalam fungsi ini akan di bangun kepercayaan baik dari pihak penyimpan dana maupun dari pihak bank dan kepercayaan ini akan terus berlanjut kepada pihak debitUr. Kepercayaan ini penting dibangun karena dalam keadaan ini semua pihak ingin merasa diuntungkan untuk baik dari segi penyimpangan dana, penampung dana maupun penerima penyaluran dana tersebut.
2. Agent Of Development
3. Agent Of Services
Yaitu lembaga yang memobilisasi dana untuk pembangunan ekonomi. Disamping melakukan kegiatan penghimpun dan penyalur dana, bank juga memberikan penawaran jasa perbankan yang lain kepada masyarakan. Jasa yang ditawarkan bank ini erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian masyarakat secara umum.
Menurut Kashmir (2004:61), bahwa hal ini sesuai dengan fungsinya bahwa bank adalah lembaga keuangan di mana kegiatan sehari-harinya adalah dalam bidang jual beli uang. Tentu saja sebelum menjual uang ( memberikan pinjaman) bank harus lebih dulu membeli uang (menghimpun dana) sehingga dari selisih bunga tersebutlah bank mencari keuntungan.
Sumber- Sumber dana bank
Sumber-sumber dana bank terdiri dari : 1. Dana yang bersumber dari bank itu sendiri
Sumber dana ini merupakan sumber dana dari modal sendiri. Modal sendiri maksudnya adalah modal setoran dari para pemegang sahamnya.Secara garis besar dapat disimpulkan pencarian dana sendiri terdiri dari :
a. Setoran modal dari pemegang saham
sahamnya. Cadangan ini sengaja disediakan untuk mengantisipasi laba yang akan datang.
c. Laba bank yang belum dibagi, merupakan laba yang memang belum dibagikan pada tahun yang bersangkutan sehingga dapat dimanfaatkansebagai modal untuk sementara waktu.
2. Dana yang berasal dari masyarakat luas
Sumber dana ini merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan operasi bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasinya dari sumber dana ini.
3. Dana yang bersumber dari lembaga lainnya
Sumber dana yang ketiga ini merupakan tambahan jika bank mengalami kesulitan dalam pencarian sumber dana pertama dan kedua diatas.Secara umum kegiatan penghimpunan dana ini di bagi ke dalam 3 jenis yaitu :
‐Simpanan Giro ( Demand Deposit )
2.1.4 Pengertian Saham
Saham adalah tanda penyertaan modal pada suatu perusahaan perseroan terbatas dengan manfaat yang dapat diperoleh berupa dividen, capital gain dan manfaat non finansial antara lain berupa konsekuensi atas kepemilikan saham berupa kekuasaan, kebanggaan dan khususnya hak suara dalam menentukan jalannya perusahaan.
Menurut Tjiptono dan Hendy (2006,h.6), saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut.
Menurut Jogiyanto (2003) saham dibagi menjadi dua yaitu: saham preferen dan saham biasa.
2. Saham biasa
Hak pemegang saham biasa: a. Hak kontrol saham biasa
Hak pemegang saham biasa untuk memilih pimpinan dalam perusahaan. Hal tersebut dapat diartikan bahwa pemegang saham biasa memiliki kontrol untuk menentukan siapa yang akan memimpin perusahaan tersebut
b. Hak menerima pembagian keuntungan
Hak pemegang saham untuk menerima bagian dari keuntungan perusahaan.
c. Hak preemptive
Hak untuk mendapatkan persentase kepemilikan yang sama jika perusahaan mengeluarkan tambahan jumlah lembar saham. Hak preemptive memberikan prioritas kepada pemegang saham lama untuk membeli tambahan saham yang baru, sehingga persentase kepemilikan pemegang saham lama tidak berubah.
2.1.5 Return Saham
a. Pengertian Return Saham
Menurut Jogiyanto (2009: 199), return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Menurut Samsul (2006: 291), return adalah pendapatan yang dinyatakan dalam persentase dari modal awal investasi. Pendapatan investasi dalam saham ini merupakan keuntungan yang diperoleh dari jual beli saham, dimana jika untung disebut capital gain dan jika rugi disebut capital loss.
Menurut Brigham dan Houston (2006: 215), return atau tingkat pengembalian adalah selisih antara jumlah yang diterima dan jumlah yang diinvestasikan, dibagi dengan jumlah yang diinvestasikan.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa return saham merupakan tingkat pengembalian berupa imbalan yang diperoleh dari hasil jual beli saham.
b. Jenis-jenis Return Saham
Menurut Jogiyanto (2009: 199), return saham dapat dibagi menjadi dua yaitu:
1) Return realisasian
Return realisasian merupakan return yang telah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis.
2) Return ekspektasian
Return ekspektasian adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor dimasa mendatang.
Pt = harga saham pada periode t Pt-1 = harga saham pada periode t-1
Tujuan investor dalam berinvestasi adalah untuk meningkatkan nilai kekayaan dengan cara memaksimalkan return tanpa melupakan faktor risiko yang dihadapinya. Return saham yang tinggi mengidentifikasikan bahwa saham tersebut aktif diperdagangkan. Apabila suatu saham aktif diperdagangkan, maka agen tidak akan lama menyimpan saham tersebut sebelum saham tersebut diperdagangkan (Fuadi, 2009).
2.1.6 Komponen CAMEL
2.1.6.1. Permodalan (Capital)
Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor permodalan antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:
a. Kecukupan pemenuhan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) terhadap ketentuan yang berlaku
b. Komposisi permodalan
c. Tren ke depan/ proyeksi KPMM
d. Aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan modal bank
e. Kemampuan bank memelihara kebutuhan penambahan modal yang berasal dari keuntungan (laba ditahan)
f. Rencana permodalan bank untuk mendukung pertumbuhan usaha g. Akses kepada sumber permodalan dan
Dalam penelitian ini rasio yang akan digunakan untuk mengukur aspek permodalan adalah Capital Adequacy Ratio (CAR).
2.1.6.1Kualitas Aset (Asset Quality)
Dalam mengukur kualitas asset dapat dinilai dengan menggunakan aktiva produktifnya. Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor kualitas aset antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen komponen
sebagai berikut:
a. Aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan total aktiva produktif
b. Debitur inti kredit di luar pihak terkait dibandingkan dengan total kredit c. Perkembangan aktiva produktif bermasalah (nonperforming asset)
dibandingkan aktiva produktif
d. Tingkat kecukupan pembentukan penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP)
e. Kecukupan kebijakan dan prosedur aktiva produktif
f. Sistem kaji ulang (review) internal terhadap aktiva produktif g. Dokumentasi aktiva produktif dan
h. Kinerja penanganan aktiva produktif bermasalah.
2.1.6.2 Manajemen (Management)
Menilai kualitas manajemen dapat diketahui dari sumber daya manusia yang berada dalam manajemen tersebut. Kualitas sumber daya manusia yang berada dalam manajemen ini dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan kemampuan karyawan dalam menangani kasus. Penilaian terhadap faktor manajemen antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:
a. Manajemen umum
b. Penerapan sistem manajemen risiko
c. Kepatuhan bank terhadap ketentuan yang berlaku serta komitmen kepada bank Indonesia dan atrau pihak lainnya.
Dalam penelitian ini rasio yang akan digunakan untuk mengukur aspek manajemen adalah Operating Expense to Operating Income (OEOI).
2.1.6.3 Rentabilitas (Earning)
Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor rentabilitas antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:
a. Return On Assets (ROA) b. Return On Equity (ROE) c. Net Interest Margin (NIM) d. Pertumbuhan laba operasional
g. Prospek laba operasional.
Dalam penelitian ini rasio yang akan digunakan untuk mengukur aspek rentabilitas adalah Return on Assets (ROA).
2.1.6.4 Likuiditas (Liquidity)
Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor likuiditas antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:
a. Aktiva likuid kurang dari 1 bulan dibandingkan pasiva likuid kurang dari 1 bulan
b. 1-month maturity mismatch ratio c. loan to deposit ratio (LDR)
d. Proyeksi arus kas 3 bulan mendatang
e. Ketergantungan pada dana antarbank dan deposan inti f. Kebijakan dan pengelolaan likuiditas
g. Kemampuan bank untuk memperoleh akses kepada pasar uang, pasar modal, atau sumber-sumber pendanaan lainnya dan
h. Stabilitas dana pihak ketiga (DPK).
Dalam penelitian ini rasio yang akan digunakan untuk mengukur aspek likuiditas adalah Loan to Deposit Ratio (LDR).
2.1.7 Aturan Kesehatan Bank
Aturan Kesehatan Bank Berdasarkan Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Pembinaan dan Pengawasan Bank dilakukan oleh Bank Indonesia, menciptakan bahwa:
1. Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas asset, kualitas manajemen, likuiditas, solvabilitas, dan aspek-aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehatia-hatian,
2. Dalam menerbitkan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dan melakukan kegiatan usaha lainnya, bank wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya kepada bank,
3. Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia segala keterangan dan penjelasan mengenai usahanya menurut tata cara yang ditetapkan oleh Bank Indonesia,
4. Bank atas permintaan Bank Indonesia, wajib memberikan kesempatan bagi pemeriksaan buku-buku, berkas-berkas milik bank tersebut, serta wajib memberikan bantuan dalam rangka memeperoleh kebenaran dari segala keterangan, dokumen dan penjelasan yang dilaporkan oleh bank tersebut, 5. Bank Indonesia melakukan pemeriksaan terhadap bank, baik secara berkala
6. Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia neraca, perhitungan laba rugi tahunan dan penjelasannya, serta laporan berkala lainnya, dalam waktu dan bentuk yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Neraca dan laporan laba rugi tahunan tersebut wajib terlebih dahulu diaudit oleh akuntan publik,
7. Bank wajib mengumumkan neraca dan perhitungan laba rugi dalam waktu dan bentuk yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
2.1.8 Rasio CAMEL
Dalam melakukan penelitian terhadap kesehatan bank, Bank Sentral biasanya menggunakan kriteria CAMELS yaitu, Capital Adequacy, Assets Quality,Manajemen Quality, Earnings, Liquidity, Sensitivity to market risk.
Berikut ini akan merupakan penjelasan pada periode tertentu, dan dapat dijadikan tolok ukur untuk menilai tingkat dari faktor CAMELS yang dapat diukur dalam bentuk rasio untuk melakukan perhitungan penilaian tingkat kesehatan bank yaitu sebagai berikut :
2.1.8.1Capital Adequacy Ratio
Aspek permodalan yang dinilai dari CAR (Capital Adequacy Ratio) adalah permodalan yang didasarkan kepada kewajiban penyediaan
modal minimum bank. Penilaian tersebut didasarkan kepada CAR (Capital Adequacy Ratio) yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia, yakni paling sedikit 8%. Menurut Siamat (2005) “perhitungan rasio kecukupan modal
�� = � � � ×
Tinggi rendahnya CAR suatu bank akan dipengaruhi oleh 2 (dua) faktor utama itu besarnya modal yang dimiliki bank dan jumlah Aktiva Tertimbang menurut Risiko (AMTR) yang dikelola oleh bank tersebut. Aktiva Tertimbang Menurut Risiko adalah nilai total masing-masing aktiva bank setelah dikalikan dengan masing-masing bobot risiko aktiva tersebut. Aktiva yang paling tidak berisiko diberi bobot 0% dan aktiva yang paling berisiko diberi bobot 100%. Dengan demikian ATMR menunjukkan nilai aktiva berisiko yang memerlukan antisipasi modal dalam jumlah yang cukup (Susilo, 2000:28).
Menurut standar internasional, yaitu Banking for International Settlement (BIS) yang berpusat di Jenewa minimum bobot Capital Adequacy Ratio adalah sebesar 8% dan dari waktu ke waktu akan
disesuaikan dengan kondisi dan perkembangan perbankan yang terjadi. Tabel 2.1
Matriks Kriteria Peringkat Komponen Permodalan
Rasio Peringkat
CAR ≥ 12% 1
9% ≤ CAR < 12% 2
8% ≤ CAR < 9% 3
6% < CAR < 8% 4
CAR ≤ 6% 5
2.1.8.2 Non Performing Loan
Asset quality yang dinilai dari NPL (Non Performing Loan)
merupakan rasio yang menunjukan kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Sehingga semakin tinggi rasio ini maka akan semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar dan memungkinkan pencapaian laba semakin rendah.
Rasio ini dapat dirumuskan
=
� �
Tabel 2.2
Kriteria Penilaian Tingkat Kesehatan Non Performing Loan
Rasio Predikat
NPL ≤ 5% Sehat
NPL > 5% Tidak Sehat
(Sumber: Bank Indonesia 2004)
2.1.8.3 Operating Expense to Operating Income (OEOI/Rasio BOPO)
Aspek manajemen bank dapat dinilai dengan menggunakan rasio Operating Expense to Operating Income (OEOI) atau disebut juga rasio Beban Opersaional terhadap Pendapatan Operasional. Aspek manajemen bank dinilai oleh bank Indonesia dengan menggunakan kuesioner yang harus direspons oleh pengelola bank dalam rangka mengetahui dan memetakan kualitas manajemennya. Informasi yang sangat privat sehingga sulit memperolehnya. Sebagai alternative, dapat digunakan pemeringkatan bank oleh lembaga independen atau dengan menggunakan rasio keuangan yaitu rasio Operating Expense to Operating Income (OEOI). Rasio ini menunjukan perbandingan antara operating expense dengan operating income. Rumus perhitungan rasio OEOI adalah
� = � � �
Tabel 2.3
Matriks Kriteria Peringkat Komponen BOPO
Rasio Peringkat
BOPO ≤ 94% 1
94% < BOPO ≤ 95% 2 95% < BOPO ≤ 96% 3 96% < BOPO ≤ 97% 4
BOPO > 97% 5
(Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004)
2.1.8.4 Return on Assets
Tingkat laba atau profitability yang diperoleh oleh bank ini dapat diukur dengan Return on Asset (ROA). Rasio ini digunakan untuk mengukur efektifitas manajemen bank dalam memperoleh keuntungan atau laba keseluruhan. Besarnya laba merupakan ukuran pokok keberhasilan perusahaan. Kurangnya laba akan mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam memperoleh pinjaman dan penanaman ekuitas. Menurut Dendawijaya (2003), semakin besar ROA suatu bank, maka semakin baik pula posisi bank tersebut dalam hal penggunaan aset.
Dengan pencapaian laba yang tinggi, maka investor dapat mengharapkan keuntungan lebih dari dividen yang diterima. Dividen yang tinggi akan membuat ketertarikan investor pada bank tersebut sehingga mampu mempengaruhi peningkatan harga saham, sehingga return saham pun akan meningkat
� =
Tabel 2.4
Matriks kriteria Peringkat Komponen ROA
Rasio Predikat
Di atas 1,22 % Sehat 0.99 – 1,22 % Cukup Sehat 0,77 – 0,99 % Tidak Sehat
2.1.8.5 Loans to Deposits Ratio
Aspek likuiditas pada penelitian ini diproksikan dengan LDR. Loans to Deposits Ratio merupakan perbandingan total pinjaman yang diberikan dengan total dana pihak ketiga atau total deposit. Berikut disajikan rumus perhitungan LDR menurut Martono (2003).
� = �
Tabel 2.5
Matriks Kriteria Peringkat Komponen LDR
Rasio Peringkat
LDR ≤ 75% 1
75% < LDR ≤ 85% 2 85% < LDR ≤ 100% 3 100% < LDR ≤ 120% 4
LDR > 120% 5
(Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004)
2.1.9 Suku Bunga
Menurut Anatoly Karvof (2004:79), Tingkat bunga merupakan ukuran keuntungan investasi yang dapat diperoleh investor dan juga merupakan ukuran biaya modal yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk menggunakan dana dari pemodal. Menurut Ross SA Westerfield Ross and Jaffe J.F (2002) Tingkat suku bunga terdiri dari dua tipe yaitu tingkat bunga nominal dan tingkat bunga rill. Menggunakan tingkat bunga. Naik turunnya suku bunga SBI ditentukan oleh bank sentral dimana di Indonesia adalah Bank Indondesia yang tujuannya mengendalikan jumlah uang yang beredar. Untuk mendorong investasi, Bank Indonesia akan menurunkan tingkat suku bunga sehingga perusahaan- perusahaan akan lebih mudah melakukan investasi.
utang berjangka waktu pendek yang diterbitkan oleh Bank Indonesia dengan sistem diskonto. SBI merupakan salah satu mekanisme yang digunakan Bank Indonesia untuk mengontrol kestabilan nilai rupiah.
Dengan menjual SBI, Bank Indonesia dapat menyerap kelebihan uang primer yang beredar. Sejak awal Juli 2005, Bank Indonesia menggunakan mekanisme BI Rate (suku bunga BI), yaitu BI mengumumkan target suku bunga SBI yang diinginkan oleh Bank Indonesia untuk pelelangan pada masa periode tertentu. BI Rate ini kemudian yang digunakan sebagai acuan para pelaku pasar dalam mengikuti pelelangan. BI Rate digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan operasi pengendalian moneter untuk mengarahkan agar rata-rata tertimbang suku bunga SBI satu bulan hasil lelang operasi pasar terbuka berada di sekitar BI Rate. Selanjutnya suku bunga SBI satu bulan diharapkan mempengaruhi suku bunga pasar uang antar bank dan suku bunga jangka yang lebih
2.1.10 Inflasi
Menurut Sukirno (2008, h.14), inflasi didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian.Tingkat inflasi berbeda dari satu periode ke periode lain dan berbeda pula dari satu negara ke negara lain. Ada kalanya tingkat inflasi adalah rendah yaitu mencapai dua atau tiga persen. Tingkat inflasi yang moderat mencapai diantara empat sampai sepuluh persen. Inflasi yang sangat serius dapat mencapai tingkat beberapa puluh atau beberapa ratus persen dalam setahun.
a. Inflasi tarikan-permintaan (demand-pull inflation)
Inflasi terjadi apabila perusahaan tidak mampu melayani permintaan konsumen terhadap barang. Hal tersebut berdampak pada kelangkaan barang di pasar sehingga akan memicu peningkatan harga.
b. Inflasi dorongan-biaya (cost-push imflation)
Inflasi yang disebakan karena terdapat kenaikan biaya produksi. Pertambahan biaya produksi akan mendorong perusahaan-perusahaan untuk menaikkan harga produk, walaupun perusahaan-perusahaan tersebut harus menanggung risiko perurunan permintaan barang yang diproduksi.
Indikator inflasi adalah sebagai berikut (www.bi.go.id):
a. Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan indikator yang umum digunakan untuk menggambarkan pergerakan harga. Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang di konsum si oleh masyarakat. Tingkat inflasi di Indonesia biasanya diukur dengan IHK. b. Indeks Harga Perdagangan Besar merupakan indikator yang menggambarkan pergerakan harga dari komoditi-komoditi yang diperdagangkan di suatu daerah.
harga saham juga sangat lamban. Merupakan suatu pekerjaan yang sulit untuk menciptakan tingkat inflasi yang mampu mendorong pergerakan usaha, sehingga perusahaan akan mampu memperoleh keuntungan yang
maksimal dan harga saham dapat bergerak normal.
Inflasi ini disebabkan oleh berbagai hal. Menurut Sukirno (2000) penyebab inflasi yaitu:
a. Tingkat pengeluaran agregat yang melebihi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan barang dan jasa
b. Pekerja di berbagai kegiatan ekonomi menuntut kenaikan upah apabila pekerja kesulitan dalam mencari tambahan penghasilan. Hal tersebut memaksa pekerja untuk menuntut kenaikan upah sehingga menaikan biaya produksi dan akhirnya akan menaikkan harga produk.
Jenis-Jenis Inflasi Berdasarkan Tingkat Keparahannya
a. Inflasi Ringan : Pengertian inflasi ringan adalah inflasi yang belum terlalu mengganggu keadaan ekonomi. Inflasi ringan mampu dikendalikan dengan tingkat nilai dibawah 10% per tahun.
b. Inflasi Sedang : Pengertian inflasi sedang adalah inflasi yang dapat menurunkan kesejahteraan masyarakat bagi penghasilan tetap dengan tingkat laju inflasi sebesar 10%-30% per tahun.
2.2Tinjauan Peneltian Terdahulu
Tabel 2.6
Tinjauan Penelitian Terdahulu
NO Judul Penelitian Peneliti Variabel
Penelitian Hasil Penelitian
Secara simultan, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa CAR, ROE, NPM, RORA, BOPO, dan LDR memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan harga saham perusahaan perbankan.sedangkan secara parsial NPM, RORA, BOPO, dan LDR tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan harga saham perusahaan perbankan. Properti yang tercatat di Bursa Efek Jakarta
Hasil tersebut menunjukan nilai tukar uang berpengaruh negative terhadap return saham begitu juga suku bunga yang berpengaruh negative sedangkan inflasi berpengaruh positif terhadap return saham
3 Analisis Kausalitas Suku Bunga Deposito, Inflasi dan Indeks Harga Saham
Hasil dari uji stasioneritas menunjukan bahwa Suku Bunga Deposito stasioner pada tingkat Second difference, inflasi yang stasioner pada tingkat dan begitu juga dengan IHSG yang telah Stasioner pada tingkat first difference
2.3Kerangka Konseptual
Pada umumnya banyak penelitian meneliti rasio-rasio CAMEL terhadap struktur modal, kinerja perusahaan, pertumbuhan laba, dimana rasio CAMEL digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan bank, bank yang sehat dilihat dari struktur modal yang baik, pertumbuhan laba yang tinggi. Di Penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah bank yang sehat memiliki return saham yang sehat dalam arti banyaknya Investor yang menanamkan modalnya akan selaras dengan peningkatan terhadap return saham. Untuk melihat bank yang sehat digunakan rasio CAMEL. Rasio CAMEL yang diwakili oleh CAR, NPL, BOPO, ROA dan LDR dan apakah ada pengaruhnya terhadap masuknya faktor kebijakan moneter dan fiscal berupa Suku Bunga dan Inflasi dimana menggunakan rumus yang semuanya berhubungan dengan Return Saham. Dan penelitian ini ingin lebih tau seberapa besar pengaruh faktor ekstenal dan internal apakah hasilnya akan berpengaruh secara parsial atau sendiri-sendiri setiap variabel independen mempengaruhi dependennya, atau secara simultan atau secara bersama-sama variabel independennya akan berpengaruh terhadap variabel dependennya.
2.4Hipotesis Penelitian
1. Hubungan Capital Adequacy Ratio Terhadap Return Saham
atau aktiva produktif yang berisiko. Informasi mengenai CAR yang tinggi diterima investor sebagai sinyal baik karena menunjukkan bahwa bank dalam kondisi yang prima.
Persepsi terhadap kinerja bank akan meninggkat sebagai akibat dari sinyal baik yang diberikan oleh bank. Hal tersebut akan berdampak pada peningkatan permintaan saham sehingga memicu meningkatnya harga saham dan pada akhirnya akan meningkatkan return saham. Berdasar uraian tersebut dapat dikatakan bahwa peningkatan CAR berpengaruh positif terhadap return saham
H1 : Capital Adequacy Ratio berpengaruh Terhadap Return
Saham
2. Hubungan Non Performing Loan terhadap Return Saham
suatu perbankan yang berujung pada keputusan investasi yang dapat mempengaruhi tingkat harga saham standard an return saham yang akan di dapat
H2 : Non Performing Loan berpengaruh terhadap Return
Saham
3. Hubungan Operating Expense to Operating Income terhadap
Return Saham
Rasio Operating Expense to Operating Income (OEOI) / rasio BOPO digunakan untuk menilai kualitas manajemen bank. Menurut Dendawijaya (2003) rasio ini menunjukkan perbandingan antara operation expense dengan operation income. Rasio biaya operasional digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Biaya operasional dihitung berdasarkan penjumlahan dari total beban bunga dan total beban operasional lainnya.
H3 : Operating Expense to Operating Income berpengaruh
terhadap Return Saham
4. Hubungan Return on Asset terhadap Return Saham
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba sebelum pajak) yang dihasilkan dari ratarata total aset bank yang bersangkutan. Semakin besar ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Laba sebelum pajak adalah laba bersih dari kegiatan operasional sebelum pajak. Sedangkan rata-rata total asset adalah rata-rata volume usaha atau aktiva (Almilia dan Herdiningtyas, 2005).
Beradasarkan peraturan Bank Indonesia tingkat ROA yang baik diatas 1,22%. Semakin besar ROA suatu bank, maka semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset. Hal tersebut dinilai investor sebagai informasi yang baik karena menunjukkan manajemen bank mampu memanfaatkan aset yang dimiliki untuk memperoleh laba yang tinggi. Ketertarikan investor dengan saham bank tesrsebut akan meninggkatsehingga mendorong kenaikan harga saham dan return saham.
5. Hubungan Loans to deposits Ratio terhadap Return Saham
Rasio ini menggambarkan kemampuan bank membayar kembali penarikan yang dilakukan nasabah deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditas. Menurut Ariyani (2010) Semakin rendah LDR menunjukkan kurangnya efektivitas bank dalam menyalurkan kredit. LDR yang rendah menunjukkan bank belum sepenuhnya mampu mengoptimalkan penggunaan dana masyarakat untuk melakukan ekspansi kredit. Standar yang digunakan Bank Indonesia untuk rasio LDR suatu bank adalah 80% hingga 110%. Apabila rasio LDR suatu bank berada di bawah 80%, dapat dikatakan bahwa kinerja bank kurang optimal sehingga bank tersebut kehilangan kesempatan untuk memperoleh profit yang lebih.
H5 : Loans Deposit to Ratio berpengaruh terhadap Return
Saham
6. Hubungan Suku Bunga terhadap Return Saham
Suku bunga merupakan harga atas dana yang dipinjam (Reilly and Brown, 1997). Pada waktu perusahaan merencanakan pemenuhan kebutuhan modal sangat dipengaruhi oleh tingkat bunga yang berlaku saat itu. Apakah akan menerbitkan sekuritas ekuitas atau hutang/obligasi. Karena penerbitan obligasi/penambahan hutang hanya dibenarkan jika tingkat bunganya lebih rendah dari earning power dari penambahan modal tersebut (Riyanto,1990). Suku bunga yang rendah akan menyebabkan biaya peminjaman yang lebih rendah.
Suku bunga yang rendah akan merangsang investasi dan aktivitas ekonomi yang akan menyebabkan harga saham meningkat. Kaitan antara suku bunga dan return saham dikemukakan pula oleh Boedie et al (1995) yang menyatakan bahwa perubahan harga saham dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang salah satunya adalah suku bunga. Hal tersebut didukung pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Utami dan Rahayu (2003) yang menemukan secara empiris pengaruh suku bunga terhadap harga saham selama masa krisis di Indonesia. Dari paparan di atas dapat diajukan hipotesis berikut:
7. Hubungan Inflasi terhadap Return Saham
Inflasi menunjukkan arus harga secara umum (Samuelson, 1992). Inflasi sangat terkait dengan penurunan kemampuan daya beli, baik individu maupun perusahaan. Penelitian tentang hubungan antara inflasi dengan return saham seperti yang dilakukan oleh Widjojo (dalam Almilia, 2003) yang menyatakan bahwa makin tinggi inflasi akan semakin menurunkan tingkat profitabilitas perusahaan. Turunnya profit perusahaan adalah informasi yang buruk bagi para trader di bursa saham dan dapat mengakibatkan turunnya harga saham perusahaan tersebut.
Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Utami dan Rahayu (2003) membuktikan secara empirik pengaruh inflasi terhadap harga saham, semakin tinggi tingkat inflasi semakin rendah return saham. Penelitian tersebut juga dilakukan oleh Adams et al (2004) yang menemukan secara signifikan pengaruh negatif inflasi terhadap return saham. Inflasi yang tinggi bagi perusahaan properti akan menurunkan profitabilitas perusahaan sehingga return saham pun dapat terpengaruh.
8. Hubungan Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan,
Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Return
On Asset, Loan to Deposit Ratio, Suku Bunga dan Inflasi
terhadap Return Saham
Menurut beberapa kesimpulan sementara yang telah disebutkan sebelumnya hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen, maka peneliti mengasumsi bahwa secara simultan Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Return On Asset, Loan to Deposit Ratio, Suku Bunga, dan Inflasi berpengaruh terhadap Return Saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Dari penjelasan diatas, maka hipotesis yang dapat dirumuskansebagai berikut:
H8: Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Biaya
Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Return On Asset,
Loan to Deposit Ratio, Suku Bunga, dan Inflasi berpengaruh