• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuan dan Sikap Masyarakat tentang TB Paru dan Pencegahannya di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Medan Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengetahuan dan Sikap Masyarakat tentang TB Paru dan Pencegahannya di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Medan Chapter III VI"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

3.1. Kerangka Penelitian

Kerangka konsep merupakan abstraksi dari suatu realitas agar dapat dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar variabel (baik variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti), kerangka konsep akan membantu peneliti menghubungkan hasil penemuan dengan teori (Nursalam, 2008).

Berdasarkan tinjauan pustaka, pengetahuan berperan penting dalam mempengaruhi sikap seseorang, yakni bila pengetahuan yang baik tentang TB Paru akan mempengaruhi sikap yang positif terhadap pencegahan penyakit TB Paru, kemudian sebaliknya bila pengetahuan yang tidak baik akan mempengaruhi sikap yang negatif. Adapun kerangka penelitian dalam penelitian ini digambarkan dalam bagan yang terdiri dari variabel pengetahuan dan sikap.

Skema 1. Kerangka Konsep Penelitian Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Tentang TB Paru dan Pencegahannya di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Medan

Pengetahuan Masyarakat - Defenisi

- Etiologi

- Tanda dan Gejala - Cara Penularan - Diagnosis - Pengobatan - Pencegahan

Konsep TB Paru dan Pencegahan

Sikap Masyarakat - Sebagai Masyarakat - Sebagai Penderita TB

(2)
(3)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

deskriptif yaitu menjelaskan hasil identifikasi pengetahuan dan sikap masyarakat

tentang TB Paru dan pencegahannya di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan.

4.2. Populasi dan Sampel

4.2.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2010). Populasi dalam

penelitian ini adalah masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan

Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Medan yang berjumlah 6033

jiwa.

4.2.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2010). Berdasarkan hasil survei data yang peneliti

lakukan di Puskesmas Padang Bulan dengan 6 kelurahan yang merupakan wilayah

kerja dari Puskesmas Padang Bulan Tersebut, terapat angka kejadian TB Paru

yang tinggi yaitu di kelurahan Titi Rante. Maka pada penelitian ini peneliti

memilih sampel pada kelurahan Titi Rante. Teknik pengambilan sampel

(4)

Besarnya sampel ditentukan menggunakan rumus Slovin sebagai berikut:

n = N N.(d)2 + 1

6033 =

6033 . (0,01) + 1

= 98,37 = 98 orang Keterangan:

n = Besar Sampel

N = Jumlah Populasi

d = Nilai presisi / tingkat kesalahan yang dikehendaki (10%)

Dari rumus diatas dapat diketahui sampel dalam penelitian ini adalah

sebanyak 98 responden. Responden diambil pada 10 Lingkungan di Kelurahan

Titi Rante Kecamatan Medan Baru Medan. Kemudian dalam pemilihan sampel,

peneliti membuat kriteria bagi sampel yang diambil. Sampel yang diambil

berdasarkan pada kriteria inklusi, yaitu karakteristik sampel yang dapat

dimasukkan atau layak untuk diteliti. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:

1. Warga Kelurahan Titi Rante Kec. Medan Area yang berusia mulai dari

umur 12 tahun (remaja awal) keatas (Depkes,2009).

2. Berdomisili di Kelurahan Titi Rante Kec. Medan Area Medan.

3. Bersedia menjadi responden.

4. Mampu membaca, menulis dan berkomunikasi aktif.

Kriteria ekslusif:

(5)

4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja puskesmas Padang Bulan yaitu di

kelurahan Titi Rante pada awal bulan Maret tahun 2017 selama 3 minggu.

4.4. Pertimbangan Etik

Penelitian dilakukan setelah mendapatkan izin dari program Studi Ilmu

keperawatan Universitas Sumatera Utara dan Kepala Puskesmas Padang Bulan

serta mendapatkan persetujuan Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas

Keperawatan USU. Dalam penelitian ini dilakukan pertimbangan etik, yaitu

memberikan penjelasan kepada calon responden tentang tujuan penelitian dan

prosedur pelaksanaan penelitian. Calon responden yang bersedia, maka

dipersilahkan untuk menandatangani informed consent. Tetapi jika calon

responden tidak bersedia, maka calon responden berhak untuk menolak dan

mengundurkan diri selama proses pengumpulan data berlangsung. Penelitian ini

tidak menimbulkan resiko bagi individu yang menjadi responden, baik risiko fisik

maupun psikis. Kerahasiaan catatan mengenai data responden dijaga dengan cara

tidak menuliskan nama responden pada instrument dan peneliti

memusnahkaninstrument penelitian setelah proses penulisan proposal penulisan

proposal selesai. Data-data yang diperoleh juga hanya digunakan untuk

kepentingan penelitian.

4.5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dalam bentuk

kuesioner daftar pertanyaan. Pertanyaan penelitian disusun sendiri oleh peneliti

(6)

tinjauan pustaka. Pertanyaan penelitian disusun menjadi 3 bagian, diantaranya

data demografi, daftar pertanyaan pengetahuan, dan daftar pertanyaan sikap.

a. Bagian pertama tentang pengumpulan data demografi responden yang

meliputi kode responen, umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir, dan

pekerjaan serta sumber informasi tentang TB Paru.

b. Bagian kedua adalah daftar pertanyaan tentang pengetahuan tentang konsep

TB Paru dan pencegahannya yang terdiri dari 13 pertanyaan. Pertanyaan

yang dilampirkan pada kuesioner pengetahuan ini yaitu pengertian dari

nomor B1-B3, penyebab nomor B4-B5, tanda dan gejala nomor B6-B7, cara

penularan B8, pengobatan nomor B9, dan pencegahan nomor B10-B13

sehingga menggambarkan pengetahuan masyarakat tentang TB Paru. Skala

pengukuran pengetahuan tentang TB Paru dan Pencegahannya

menggunakan skala Guttman, skala yang bersifat tegas dan konsisten

dengan memberikan jawaban yang tegas seperti jawaban dari pernyataan

benar-salah atau ya-tidak. Skala Guttman dapat dibuat dalam bentuk pilihan

ganda atau dalam bentuk check list. Skor penilaianya jika jawaban

pernyataan benar maka nilainya 1, sedangkan jika jawaban pernyataan salah

maka nilainya 0 (Hidayat, 2007). Sehingga penilaian pengetahuan dilakukan

dengan cara mambandingkan jumlah skor jawaban dengan skor yang

diharapkan (tertinggi) kemudian dikalikan 100% dan hasilnya berupa

presentase. Hasil penilaian skor pengetahuan dibagi menjadi 3 penilaian,

(7)

(0-31%) kategori buruk, 5-8 (32%-62%) kategori cukup, dan 9-13 (63%-100%)

kategori baik.

c. Bagian ketiga adalah daftar pertanyaan tentang sikap pencegahan TB Paru.

Penilaian menggunakan skala Likert dengan pernyataan tentang pencegahan

TB Paru, jawaban pernyataan dibuat dengan menggunakan checklist dan

diinterpretasi terhadap penilaian yaitu jika jawaban Sangat Setuju diberi

nilai 4, Setuju diberi nilai 3, Tidak setuju diberi nilai 2, Sangat Tidak Setuju

diberi nilai 1. Jumlah pernyataa yang diberikan pada kuesioner berjumlah 10

pertanyaan, dimana terbagi dalam pernyataan positif dan negatif. Untuk

pernyataan positif berjumlah 6 , yaitu nomor C1, C2, C3, C5, C8, C10.

Kemudian untuk pernyataan negatif berjumlah 4 , yaitu C4, C6, C7, C9.

Skala pengukuran sikap tentang upaya pencegahan penyakit tuberkulosis

menggunakan skala Likert. Dalam penilaian atau skor berdasarkan skala Likert

berbeda antara pernyataan positif dan negatif. Penilaian untuk pernyataan positif

sikap responden tentang upaya pencegahan penyakit tuberkulosis yaitu:

Sangat Setuju : 4

Setuju : 3

Tidak Setuju : 2

Sangat Tidak Setuju : 1

Sedangkan penilaian pernyataan negatif sikap yang menggunakan skala

Likert yaitu:

Sangat Setuju : 1

(8)

Tidak Setuju : 3

Sangat Tidak Setuju : 4

Penilaian sikap pencegahan terhadap penyakit Tuberkulosis dilakukan

dengan cara membandingkan jumlah jawaban dengan skor yang diharapkan

(tertinggi) kemudian dikalikan 100% dan hasilnya berupa presentase. Penilaian

skor sikap dibagi menjadi 3 kategori, yaitu baik, cukup dan kurang. Maka apabila

skor yang diperoleh dari 0-13 (0-33%) kategori buruk, 14-26 (34%-66%) kategori

cukup, dan 27-40 (67%-100%) kategori baik.

4.6. Uji Validitas-Reliabilitas

4.6.1. Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan

dan kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2002 dalam Nasir, 2014). Suatu

instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya,

instrumen yang valid berarti memiliki validitas rendah. Sebuah instrumen yang

valid apabila dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat.

Uji validitas yang dilakukan didalam penelitian ini yaitu uji validitas konstruksi

(Construct Validity). Untuk menguji validitas konstruksi, dapat digunakan

pendapat dari ahli (Judgement Experts), dalam hal ini setelah instrumen

dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori

tertentu maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli dan diteruskan uji coba

(9)

Uji validitas kuesioner penelitian ini dikonsultasikan kepada ahli yang

berkompeten di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yaitu Ibu Siti

Zahara Nasution, S.Kp, MNS dan Ibu Lufthiani S.Kep, Ns, M.Kes. Saran dosen

validitas penelitian yaitu membuat kalimat menjadi lebih sederhana, dan dapat

dimengerti, menambahkan beberapa kalimat dari tinjauan pustaka untuk dijadikan

pernyataan pada kuesioner penelitian untuk dijadikan perntanyaan positif dan

negatif. Pada pertanyaan pengetahuan dosen ahli menyarankan untuk

menyesuaikan dengan konsep TB Paru yang dijelaskan pada tinjauan pustaka baik

dari pengertian, tanda gejala, diagnosis, penyebab, pengobatan, dan pencegahan.

Kemudian pada pertanyaan sikap dosen ahli menyarankan agar membuat

pertanyaan yang dibagi menjadi pertanyaan positif dan pertanyaan negatif.

Setelah pengujian konstruksi dari ahli dan berdasarkan pengalaman empiris

dilapangan selesai, maka diteruskan dengan uji coba instrumen. Setelah

ditabulasikan maka pengujian validitas konstruksi dilakukan dengan analisis

faktor, dan mengkorelasikan skor faktor dengan skor total (Sugiyono, 2010). Hasil

skor jawaban dari pertanyaan yang didapat dikorelasikan dengan nilai koefisien

korelasi r product moment dengan taraf signifikansi 5% dengan jumlah sampel 30

yaitu dengan r hitung 0,361. Apabila skor setiap item pertanyaan lebih dari r

hitung maka pertanyaan dinyatakan valid (Notoatmodjo, 2012). Hasil uji validitas

konstruk dengan analisis korelasi didapatkan skor item yang berada dibawah r

hitung, yaitu pertanyaan pengetahuan nomor 7, 10, 11, 12, dan 17, maka

pertanyaan tersebut tidak valid dan dihilangkan, dan pertanyaan sikap yaitu nomor

(10)

4.6.2. Reliabilitas

Uji reliabilitas instrumen menunjukan pada suatu pengertian bahwa sesuatu

instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data

karena instrument tersebut sudah baik (Arikunto, 2010). Uji relibilitas bertujuan

untuk mengetahui seberapa besar derajat alat ukur dapat mengukur secara

konsisten objek yang akan diukur.

Uji reliabilitas pada instrumen pengetahuan telah dilakukan menggunakan

rumus Kruder Richardson-20 (KR-20) dan untuk instrumen sikap dilakukan

dengan bantuan program komputer Cronbach Alpha untuk melakukan analisa

reliabilitas datanya, dengan memberikan pertanyaan pengetahuan dan sikap pada

30 masyarakat di kelurahan Titi Rante kecamatan Medan Area. Hasil uji

reliabilitas untuk instrumen pengetahuan yaitu 0,862 dan instrumen sikap 0,705.

Parameter suatu instrumen dikatakan reliabel jika nilainya 0,70-1,00 (Polit &

Hungler, 1999). Untuk uji reliabilitas instrumen pengetahuan tentang TB Paru dan

Pencegahannya dilakukan terhadap 30 masyarakat di wilayah kerja Puskesmas

Padang Bulan yaitu di kelurahan Titi Rante kecamatan Medan Area.

4.7. Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan proses pendekatan kepada subjek yang

diperlukan dalam penelitian (Nursalam, 2008). Pengumpulan data dilakukan di

Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan kelurahan Titi Rante untuk menjadi

(11)

a. Membuat surat permohonan izin penelitian dari institusi pendidikan yaitu

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan USU yang

ditujukan kepada Lurah kelurahan Padang Bulan Medan.

b. Setelah mendapat persetujuan dari Lurah kelurahan Padang Bulan Medan,

peneliti menyerahkan surat permohonan tersebut kepada kepala

Lingkungan/Dusun yang telah ditentukan. Setelah itu peneliti melakukan

penseleksian calon responden.

c. Peneliti mengidentifikasi responden yang memenuhi kriteria inklusi

penelitian.

d. Meminta calon yang terpilih agar bersedia menjadi responden setelah

mengadakan pendekatan dan memberikan penjelasan tentang tujuan,

manfaat, dan prosedur penelitian serta hak dan kewajiban menjadi

responden. Responden yang bersedia selanjtnya diminta menandatangani

lembar informed consent.

e. Memberikan kesempatan bertanya kepada responden untuk bertanya bila

ada yang belum jelas.

f. Setelah pertanyaan dalam kuesioner dijawab, maka peneliti mengumpulkan

data dan mengucapkan terima kasih kepada responden.

4.8. Analisis Data

Setelah semua data terkumpul maka dilakukan analisa data melalui beberpa

tahap yang dimulai dengan editing untuk memeriksa kelengkapan data, kemudian

(12)

tabulasi dan analisa data. Kemudian dilakukan pengolahan data dengan

menggunakan program komputer.

Data demografi seperti kode responden, umur, jenis kelamin, tingkat

pendidikan, disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan presentase. Data

tentang pengetahuan dan sikap ditampilkan dengan menggunakan program

(13)

5.1. Hasil Penelitian

Bab ini menguraikan tentang hasil penelitian dan pembahasan mengenai

kerekteristik responden, variabel pengetahuan dan sikap masyarakat tentang TB

Paru dan Pencegahannya di wilayah kerja puskesmas Padang Bulan Medan.

Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2017, dengan jumlah responden sebanyak

98 orang masyarakat kelurahan Titi Rante Kecamatan Medan Area. Data hasil

penelitian dipaparkan dalam bentuk distribusi frekuensi dan presentase.

5.1.1. Karakteristik Responden

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan presentase data karakteristik masyarakat kelurahan Titi Rante Kecamatan Medan Area Medan (n=98)

(14)

Pekerjaan Sumer Informasi Tentang TB Paru

Petugas Kesehatan

Deskripsi karakteristik responden yang dipaparkan mencakup usia yang

dikelompokkan berdasarkan kategori usia Departemen Kesehatan tahun 2009,

jenis kelamin, pendidikan terakhir, pekerjaan, dan sumber informasi tentang TB

Paru. Berdasarkan data yang diperoleh bahwa masyarakat yang menjadi

responden di kelurahan Titi Rante berumur 13 tahun sampai 76 tahun dengan

berumur 21 tahun (10,2 %). Masyarakat kelurahan Titi Rante sebagian besar

berjenis kelamin perempuan yang berjumlah 51 orang (52 %), dan yang berjenis

kelamin laki-laki berjumlah 47 orang (48 %). Pendidikan terakhir responden yang

paling banyak yaitu SMA yang berjumlah 50 orang (51 %). Kebanyakan

responden tidak bekerja (63,3%), dimana paling banyak responden yang tidak

bekerja. Kemudian mereka mendapatkan informasi tentang TB Paru paling sering

dari media elektronik berjumlah 60 orang (61 %), kemudian media cetak 20 orang

(15)

5.1.2. Gambaran pengetahuan masyarakat tentang TB Paru dan Pencegahannya kelurahan Titi Rante di wilayah kerja puskesmas Padang Bulan Medan

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi dan presentase pengetahuan masyarakat tentang TB Paru dan Pencegahnnya di wilayah kerja puskesmas Padang Bulan Medan

Distribusi Frekuensi dan presentase pengetahuan masyarakat tentang TB

Paru di kelurahan Titi Rante dalam tabel tersebut diatas menjelaskan responden

mayoritas memiliki kategori baik sebanyak 90 (91,8%) orang, kemudian kategori

cukup sebanyak 8 (8,2%) orang.

5.1.3. Gambaran sikap masyarakat tentang Pencegahan TB Paru di wilayah kerja puskesmas Padang Bulan Medan

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi dan presentase sikap masyarakat tentang pencegahan TB Paru di wilayah kerja puskesmas Padang Bulan Medan

Sikap Pencegahan

Distribusi frekuensi dan presentase sikap masyarakat tentang pencegahan

TB Paru di wilayah kerja puskesmas Padang Bulan Medan yaitu kategori cukup 4

(16)

5.2. Pembahasan

5.2.1. Pengetahuan

Hasil penelitian yang telah dilakukan di wilayah kerja puskesmas Padang

Bulan Medan yaitu di kelurahan Titi Rante terhadap 98 responden yaitu

didapatkan data bahwa mayoritas responden memiliki pengetahuan baik (91,8%).

Pengetahuan dalam penelitian ini adalah wawasan atau pemahaman yang dimiliki

responden tentang TB Paru dan pencegahannya yang mencakup pengertian,

penyebab, tanda gejala, cara penularan, diagnosis, pengobatan dan pencegahan.

Sehingga hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa responden memiliki

pengetahuan yang baik dengan jumlah responden sebanyak 85 orang.

Notoatmodjo (2012) mengemukakan bahwa pengetahuan merupakan hasil

dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap sesuatu

objek tertentu, penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, dan rasa raba. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan diperlukan sebagai

dukungan dalam menimbulkan rasa percaya diri maupun sikap dan perilaku setiap

hari, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan dominan yang

sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007).

Penelitian tentang pengetahuan tuberkulosis juga telah dilakukan oleh Astuti

(2013) dengan judul tingkat pengetahuan masyarakat tentang penyakit TBC dan

upaya pencegahannya di RW 04 Kelurahan Lagoa Jakarta Utara tahun 2013,

(17)

Masyarakat kelurahan Titi Rante yang mayoritas memiliki pengetahuan

yang baik tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, sebagaimana yang telah

dijelaskan oleh Budiman (2013) bahwa pengetahuan dipengaruhi oleh pendidikan,

informasi/media massa, sosial budaya dan ekonomi, lingkungan, pengalaman serta

usia. Maka pada penelitian ini juga mengumpulkan data demografi yaitu usia dan

pendidikan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi pengetahuan masyarakat

kelurhan Titi Rante tersebut.

Pada penelitian Astuti (2013) juga melaporkan bahwa responden mayoritas

berusia 30 tahun, berpendidikan SMA, dan mayoritas pekerjaan sebagai karyawan

wiraswasta. Penelitian Astuti juga menjelaskan bahwa hasil penelitian yang

didapatkan dapat dipengaruhi oleh faktor seperti sumber informasi, pengalaman

responden, pendidikan, penyuluhan dari Puskesmas dan dari kerabat terdekat yang

memberitahukan tentang penyakit TBC dan pencegahannya.

Hasil penelitian yang telah dilakukan dengan data demografi yang

didapatkan bahwa sebagian besar pendidikan responden yaitu SMA sebanyak 50

(51%) orang. Pada hasil penelitian Hamidi (2011) didapatkan juga data demografi

bahwa pendidikan terbanyak responden yaitu SMA 48,2%. Notoatmodjo (2012)

mengatakan pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian

dan kemampuan didalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup.

Pendidikan dapat mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan

seseorang makin mudah seseorang tersebut menerima informasi.

Dengan memiliki pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung

(18)

kesehatan dari puskesmas. Semakin banyak informasi yang diperoleh maka

semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan

seseorang tentang sesuatu obyek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif

dan negatif. Kedua aspek inilah yang nantinya akan mempengaruhi sikap

seseorang terhadap obyek tersebut.

Karakteristik demografi yang dapat dilihat selanjutnya untuk mengetahui

faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu usia yang dapat

mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Hasil penelitian ini

didapatkan jumlah usia responden paling banyak berada pada kategori usia 17-25

tahun yang merupakan kategori remaja akhir berjumlah 50 orang (59,2%).

Berbeda dengan penelitian Nasir (2014) yang mendapatkan data demografi usia

paling banyak yaitu 36-40 tahun yang merupakan dewasa akhir.

Menurut Notoatmodjo (2003) bahwa usia merupakan suatu variabel yang

selalu diperhatikan dalam penelitian-penelitan epidemiologi yang merupakan

salah satu hal yang mempengaruhi pengetahuan. Usia adalah lamanya waktu

hidup seseorang dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan sampai berulang

tahun yang terakhir. Semakin bertambahnya usia akan semakin berkembang pula

daya tangkap dan pola pikir sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin

membaik.

Hanafiah (2010) mengatakan bahwa pada masa dewasa merupakan usia

produktif, masa bermasalah, masa ketegangan emosi, masa keterasingan sosial,

(19)

profesional yang dapat menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan

teknologi serta kesenian. Menurut Notoatmodjo (2007), usia remaja atau dewasa

memiliki daya tangkap dan pola pikir yang sedang berkembang serta individu

lebih berperan aktif dalam mencari pengetahuan sehingga pada usia ini memiliki

waktu untuk belajar, berlatih, dan membaca.

Nasir (2014) menjelaskan bahwa pengetahuan juga sangat dipengeruhi oleh

informasi yang didapatkan dari tim kesehatan dan media-media informasi serta

faktor yang sangat mempengaruhi adalah lingkungan. Sumber informasi yang

diperoleh masyarakat tentang penyakit TB Paru juga dapat mempengaruhi

pengetahuan. Informasi yang diperoleh dari pendidikan dapat memberikan

pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan

atau peningkatan pengetahuan sehingga berpengaruh terhadap sikap dan tindakan.

Pada penelitian ini diperoleh data tentang sumber informasi masyarakat

tentang TB Paru yaitu paling banyak dari media elektronik (televisi, radio,

internet) sebanyak 61,2 %. Majunya teknologi akan tersedia berbagai

macam-macam media masa yang dapat mempengaruhi pendangan masyarakat tentang

inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti

televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar

terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang. Dalam penyampaian

informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang

berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru

mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya

(20)

Hasil penelitian ini juga didapatkan data bahwa tidak ada responden yang

memiliki pengetahuan kurang (0%). Responden yang memperoleh informasi baik

dari media masa maupun penyuluhan kesehatan dari puskesmas, terutama tentang

penyakit TB Paru dan pencegahannya sehingga menambah pengetahuan mereka

tentang konsep penyakit TB Paru dan pencegahannya yang mencakup pengertian,

penyebab, tanda dan gejala, cara penularan, diagnosis, pengobatan dan

pencegahannya. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Astuti

(2013) bahwa terdapat 1,7 % responden yang memiliki pengetahuan kurang

tentang penyakit TBC dan pencegahannya seperti pengertian, komplikasi, faktor

risiko, dan beberapa pencegahan. Penelitian tersebut juga melaporkan bahwa

responden yang memiliki pengetahuan kurang dikarenakan kurang mendapatkan

informasi tentang penyakit tuberkulosis dari media massa maupun dari Puskesmas

karena responden jarang mengikuti kegiatan pendidikan kesehatan di Puskesmas.

Berdasarkan pembahasan diatas maka masyarakat Kelurahan Titi Rante

Kecamatan Medan Area yang menjadi responden memiliki pengetahuan baik

dengan presentase (86,7%) berjumlah 85 orang. Masyarakat Kelurahahn Titi

Rante yang memiliki pengetahuan baik dan perlu perhatian serius oleh tim

kesehatan dari puskesmas Padang Bulan Medan untuk tetap mempertahankan

taraf pengetahuan masyarakat tentang TB Paru melalui program-program

kesehatan dengan melibatkan peran serta aktif masyarakat agar berpartisipasi

dalam program–program yang akan dilaksanakan tersebut, sehingga masyarakat

(21)

5.2.2. Sikap

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap responden diwilayah

kerja puskesmas Padang Bulan Medan yaitu di kelurahan Titi Rante tentang sikap

masyarakat tentang pencegahan TB Paru yaitu responden yang memiliki sikap

kategori baik (95,9%). Sikap responden dalam penelitian ini berarti memiliki

sikap yang positif dan menerima yang terdiri dari pencegahan yang dilakukan

sebagai masyarakat dan pencegahan yang dilakukan sebagai penderita penyakit

TB Paru terhadap pencegahan penyakit TB Paru. Sehingga pada penelitian ini

masyarakat kelurahan Titi Rante memiliki sikap yang baik terhadap pencegahan

penyakit TB Paru. Azwar (2013) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi

sikap yaitu pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap pemtig,

pengaruh kebudayaan, media masa, lembaga pendidikan dan lembaga agama dan

pengaruh faktor emosional. Maka pada penelitian ini juga mengumpulkan data

demografi yaitu usia, pekerjaan, pendidikan, dan sumber informasi yang diperoleh

tentang TB Paru untuk mengetahui kaitannya dengan faktor yang mempengaruhi

sikap responden terhadap pencegahan penyakit TB Paru

Berkowitz (1972) dalam Azwar (2013) berpendapat bahwa setiap orang

yang mempunyai perasaan positif terhadap suatu objek psikologis dikatakan

menyukai objek tersebut atau mempunyai sikap favourable terhadap objek itu,

sedangkan individu yang mempunyai perasaan negatif terhadap suatu objek

psikologis dikatakan mempunyai sikap yang unfavourable terhadap objek sikap

tersebut. Sikap responden dalam penelitian ini adalah bagaimana responden

(22)

Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu

sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Proses pembentukan sikap dapat

terjadi karena adanya rangsangan, seperti pengetahuan masyarakat tentang

penyakit TB Paru dan pencegahannya. Rangsangan tersebut menstimulus diri

masyarakat untuk memberi respon, dapat berupa sikap positif atau sikap negatif

(Notoatmodjo, 2007). Pada hasil penelitian Astuti (2013) yang mengungkapkan

bahwa sebagian besar responden juga memiliki sikap positif tentang upaya

pencegahan penyakit tuberkulosis di RW 04 Kelurahan Lagoa Jakarta Utara tahun

2013 sebanyak 55%.

Data demografi yang diperoleh untuk mengetahui faktor yang

mempengaruhi sikap masyarakat klurahan Titi Rante yaitu pendidikan, dengan

data yang diperoleh bahwa sebagian besar responden memiliki pendidikan SMA

(51%). Menurut Notoatmodjo (2012), pendidikan merupakan sarana untuk

mengembangkan kemampuan dan kepribadian masyarakat juga didalam

pendidikan masyarakat dapat memperoleh informasi sebagai landasan

pengetahuan untuk mendukung masyarakat dalam bersikap.

Sikap yang baik dalam penelitian ini terdiri dari pencegahan yang dilakukan

oleh msayarakat dan pencegahan yang dilakukan oleh penderita. Pada hasil

penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Nasir (2014) juga menunjukkan

bahwa sikap pasien TB Paru tentang pencegahan di wilayah kerja Puskesmas

Langsa lama yang termasuk dalam kategori positif, yaitu sebanyak 20 orang

(23)

Selanjutnya dari data demografi yang didapatkan bahwa responden paling

banyak berada pada rentang usia 17-25 tahun yang berjumlah 58 (59,2%)

responden. Menurut Hurrock (2008), mengatakan bahwa berkembangnya sikap

dan perilaku seseorang berjalan dengan umur. Menurut Depkes RI (2008) umur

merupakan salah satu variabel dari model demografi yang digunakan sebagai

ukuran mutlak atau indikator psikologis yang berbeda. Umur ini juga berkaitan

dengan kematangan akal dalam menerima, mengahayati, dan mensikapi. Seiring

bertambahnya umur seseorang, maka kematangan akal juga semakin tumbuh

dengan kuat, sehingga menumbuhka sikap yang semakin baik pada diri seseorang

(Muliadi, 2008).

Hasil penelitian diperoleh data dari status pekerjaan didapatkan bahwa

responden paling banyak tidak bekerja (63,3%). Dalam hal ini bahwa paling

banyak responden masih berpendidikan sebagai mahasiswa (30,6%). Lingkungan

juga merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap proses menerima

pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut.

Lingkungan pendidikan dimana mahasiswa memperoleh ilmu pengetahuan akan

lebih mudah dalam mendapatkan berbagai informasi kesehatan tertama tentang

bagaimana pencegahan penyakit TB Paru. Maka dari pembahasan faktor yang

mempengaruhi sikap masyarakat tersebut masyarakat memiliki sikap yang baik

dalam pencegahan penyakit TB Paru baik bersikap sebagai masyarakat maupun

sebagai penderita, sehingga masyarakat mampu menjawab pertanyaan sikap yang

(24)

Hasil penelitian ini juga didapatkan data bahwa tidak terdapat sikap

responden kategori kurang (0%). Hal tersebut tidak sejalan dengan penelitian yang

telah dilakukan oleh Fibriana (2011) yang berjudul Hubungan antara sikap dan

perilaku keluarga tentang pencegahan penyakit menular Tuberkulosis, bahwa

terdapat responden yang memiliki sikap negatif (54,5%) tentang pencegahan

penyakit menular tuberkulosis. Fibriana melaporkan bahwa hal tersebut

diseababkan oleh ebebrapa faktor yaitu pengalaman pribadi, faktor emosional,

faktor dukungan keluarga, dan usia, dimana sebagian responden dalam penelitian

tersebut berusia <36 tahun yang mempunyai emosi yang terkadang-kadang

(malas) untuk pergi berobat. Sampel yang diambil Fibriana adalah keluarga

penderita tuberkulosis yang ada di Puskesmas Wiringinanom Gresik.

Berdasarkan pembahasan tersebut maka masyarakat di kelurahan Titi Rante

yang merupakan wilayah kerja puskesmas Padang Bulan sebagian besar memiliki

sikap yang baik yang artinya sebagian besar masyarakat kelurahan Titi Rante

menerima pencegahan penyakit TB Paru. Peran serta masyarakat dalam

program-program yang akan direalisasikan ke masyarakat dapat membantu memberikan

gambaran sebagai landasan pengetahuan untuk menyikapi situasi. Sikap yang baik

sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terkait yang mempengaruhi

pengetahuan masyarakat yang memberikan landasan pengetahuan tentang

pencegahan penyakit TB Paru sehinggan mempengaruhi msayarakat dalam

bersikap. Upaya promosi kesehatan tertama tentang Penyakit TB Paru dan

(25)

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian di kelurahan Titi Rante, dapat diambil kesimpulan bahwa pengetahuan masyarakat tentang TB

Paru di wilayah kerja puskesmas Padang Bulan Medan mayoritas termasuk dalam

kategori berpengetahuan baik. Kemudian Sikap masyarakat tentang Pencegahan

TB Paru di wilayah kerja puskesmas Padang Bulan Medan juga termasuk dalam

kategori baik. Sebagian besar masyarakat berpendidikan SMA yang berusia antara

17-25 tahun (remaja awal), lebih banyak perempuan dan kebanyakan tidak

bekerja, mereka mendapatkan informasi tentang TB Paru lebih banyak dari Media

Elektronik (Televisi, Radio, Internet).

6.2. Saran

6.2.1. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian dapat menjadi kajian ilmiah dan untuk mendapatkan

pengalaman nyata dalam melakukan penelitian tentang pengetahuan

dan sikap tentang TB Paru dan Pencegahannya.

6.2.2. Bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini merupakan hasil penelitian yang dapat

dimanfaatkan dan menambah bahan pustaka Universitas Sumatera

Utara, serta dapat menjadi rujukan bagi mahasiswa keperaweatan

(26)

6.2.3. Bagi Puskesmas

Hasil Penelitian ini diharapkan bahan masukan bagi Puskesmas

dalam memberikan pelayanan yang optimal bagi pasien serta dapat

meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan terutama bagi

Gambar

Tabel 3.1 Definisi Operasional
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan presentase data karakteristik masyarakat  kelurahan Titi Rante Kecamatan Medan Area Medan (n=98)

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian dalam tugas akhir ini berjudul “ Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Orang Tua terhadap Pencegahan TB Paru pada Balita di Wilayah Puskesmas Grujugan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada pasien TB paru mengenai pengetahuan dan sikap pasien TB paru terhadap penyakit TB paru di Puskesmas Harapan Raya Kota

Hasil pengukuran terhadap sikap responden dengan TB paru diwilayah kerja Puskesmas Sidomulyo Kota Pekanbaru, didapatkan hasil bahwa pasien umumnya memiliki sikap yang

Intervensi Program Tuberkulosis (TB) Paru terhadap Pengetahuan dan Sikap.. Masyarakat di Kecamatan

Tetapi responden tidak mengerti bahwa masuknya sinar matahari ke dalam rumah dengan membuka jendela rumah dapat mencegah kuman TB paru berkembang biak, memisahkan

63 22 P Perguruan tinggi tidak bekerja Media Cetak, Koran, Majalah, Poster, Leaflet. 64 20 P Perguruan tinggi mahasiswa Media Elektronik (Televisi,

Hasil pengukuran terhadap sikap responden dengan TB paru diwilayah kerja Puskesmas Sidomulyo Kota Pekanbaru, didapatkan hasil bahwa pasien umumnya memiliki sikap yang

PENELITIAN TENTANG HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PASIEN TB PARU DENGAN KETERATURAN