• Tidak ada hasil yang ditemukan

TT1 evaluasi pembelajaran di SD (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TT1 evaluasi pembelajaran di SD (1)"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS TUTORIAL 1

Nama Mata Kuliah

: Evaluasi Pembelajaran di SD

Pokok Bahasan

: 1. Konsep dasar penilaian dalam

Pembelajaran

2. Jenis dan fungsi dalam pembelajaran

3. Keunggulan dan kelemahan tes

4. Mengembangkan tes

5. Perencanaan Tes

Tutor Pengembang Soal

: Febry Irsiyanto W. U, M.Pd

Masa Tutorial

: 2015.2

No Soal

: 1,2,3,4,5

Skor Maksimal

:

Jenis Tugas

: Penguasaan Konsep

KOMPETENSI KHUSUS

1. Mahasiswa mampu menjelaskan Konsep dasar penilaian dalam Pembelajaran

2. Mahasiswa mampu menjelaskan Jenis dan fungsi dalam pembelajaran

3. Mahasiswa mampu menjelaskan Keunggulan dan kelemahan tes

4. Mahasiswa mampu menjelaskan Mengembangkan tes

5. Mahasiswa mampu menjelaskan Perencanaan Tes

TUGAS TUTORIAL 1

Nama Mata Kuliah

: Evaluasi Pembelajaran di SD

Soal no. 1

Jelaskan mengenai pengukuran, asesmen dan evaluasi!

Soal no. 2

Jelaskan tentang jenis dan fungsi penilaian dalam pembelajaran!

Soal no. 3

Jelaskan tentang keunggulan dan kelemahan tes objektif:

Soal no. 4

Sebutkan dan jelaskan secara ringkas hal-hal yang perlu

diperhatikan pada saat mengkonstruksi tes uraian!

Soal no. 5

Sebutkan hal penting yang harus diperhatikan dalam

membuat perencanaan tes!

1. pengukuran sifat suatu objek adalah suatu kegiatan menentukan kuantitas suatu objek melalui aturan-aturan tertentu sehingga kuantitas yang diperoleh benar-benar mewakili sifat dari suatu objek yang dimaksud

pengukuran adalah proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris.

Pengertian yang lebih luas mengenai pengukuran dikemukakan oleh Wiersma & Jurs (1990) bahwa pengukuran adalah penilaian numeric pada fakta-fakta dari objek yang hendak diukur menurut criteria atau satuan-satuan tertentu. Jadi pengukuran bisa diartikan

(2)

sebagai proses memasangkan fakta suatu objek dengan fakta-fakta satuan tertentu (Djaali & Pudji Muljono, 2007).

pengukuran dapat diartikan sebagai kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu gejala atau peristiwa, atau benda, sehingga hasil pengukuran akan selalu berupa angka.

Dari beberapa pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa pengukuran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk menentukan fakta kuantitatif dengan membandingkan sesuatu dengan satuan ukuran yang disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu sesuai dengan objek yang akan diukur. Pengukuran bukan hanya dapat mengukur hal-hal yang tampak saja namun dapat juga mengukur benda-benda yang dapat di bayangkan seperti kepercayaan konsumen, ketidak pastian dll.

ASSESMEN

Pada awalnya istilah assessment banyak digunakan dalam evaluasi untuk mengambil

keputusan dan kebijakan dan perencanaan pendidikan seperti need assessment tentang

pendidikan. Dalam perkembangannya assessment digunakan terhadap semua aspek

dalam bidang pendidikan, karena banyak informasi yang dibutuhkan, tetapi tidak dapat

dikumpulkan melalui pengukuran.

Assessment dapat diartikan sebagai proses pengumpulan informasi yang diambil untuk

mengambil keputusan tentang kebijakan pendidikan, mutu pendidikan, mutu program

pendidikan dan mutu input pendidikan.

Sejalan dengan perkembangan dalam bidang penelitian, para ahli mulai meningalkan

dikotomi kuantitatif dan kualitatif karena banyak instrumen yang ada tidak dapat

menyediakan informasi secara cukup bermakna. Para ahli mulai menguakan bermacam

pendekatan dan instrument yang sesuai dengan kebutuhan. Oleh karena itu, assessment

memberikan informasi lebih konferensif dan lengkap dari pada pengukuran, sebab tidak

hanya mengunakan instrument tes saja, tetapi juga mengunakan tekhnik non tes lainya.

Secara umum dapat dikatakan bahwa assessment adalah suatu prosedur pengumpulan

informasi tentag orang yang mencakup kuantitas dan kualitasnya.

Untuk dapat lebih memahami tentang assessment berikut beberapa definisi menurut para

ahli sebagai berikut :

a. Menurut Hill (1993)

Assessment is the process of gathering evidence and documenting a child’s lerning and

growth

Assessment adalah proses mengumpulkan peristiwa dan mendokumentasikan

pertumbuhan dan pembelajaran anak.

b. Menurut Robert M Smith (2002)

Suatu penilaian yang komprehensif dan melibatkan anggota tim untuk mengetahui

kelemahan dan kekuatan yang mana hasil keputusannya dapat digunakan untuk layanan

pendidikan yang dibutuhkan anak sebagai dasar untuk menyusun suatu rancangan

pembelajaran.

c. Menurut James A. Mc. Lounghlin & Rena B Lewis

(3)

melihat kemampuan dan kesulitan yang dihadapi seseorang saat itu, sebagai bahan untuk

menentukan apa yang sesungguhnya dibutuhkan. Berdasarkan informasi tersebut guru

akan dapat menyusun program pembelajaran yang bersifat realitas sesuai dengan

kenyataan objektif.

d. Menurut sumarno (2003). Assessment adalah proses sistematis untuk menentukan

pencapaian hasil belajar peserta didik.

Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa assessment adalah proses

pengumpulan informasi untuk merancang proses pembelajaran yang sesuai dengan

kebutuhan siswa.

Penilaian

Penilaian merupakan bagian penting dan tak terpisahkan dalam sistem pendidikan saat

ini. Sistem penilaian yang baik akan mampu memberikan gambaran tentang kualitas

pembelajaran sehingga pada gilirannya akan mampu membantu guru merencanakan

strategi pembelajaran. Bagi siswa sendiri, sistem penilaian yang baik akan mampu

memberikan motivasi untuk selalu meningkatkan kemampuannya.

Untuk dapat memahaminya berikut ini merupakan beberapa pendapat ahli tentang

definisi penilaian.

a. Djemari Mardapi (1999: 8) penilaian adalah kegiatan menafsirkan atau

mendeskripsikan hasil pengukuran.

b. Menurut Cangelosi (1995: 21) penilaian adalah keputusan tentang nilai. Oleh karena

itu, langkah selanjutnya setelah melaksanakan pengukuran adalah penilaian. Penilaian

dilakukan setelah siswa menjawab soal-soal yang terdapat pada tes. Hasil jawaban siswa

tersebut ditafsirkan dalam bentuk nilai.

c. Menurut Suharsimi Arikunto penilaian adalah mengambil suatu keputusan terhadap

sesuatu dengan ukuran baik buruk. Penilaian bersifat kualitatif.

d. Dalam buku, “Bimbingan Dan Konseling Disekolah”, terbitan Direktorat Tenaga

Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan,

departemen Pendidikan Nasional (2008:27) dijelaskan bahwa Penilaian merupakan

langkah penting dalam manajemen program bimbingan.

e. Dalam PP.19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Bab I pasal 1 ayat

17 dikemukakan bahwa “penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi

untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik”.

Dari beberapa pendapat ahli tadi dapat disimpulkan bahwa penilaian adalah pengambilan

suatu keputusan atas pengukuran yang telah dilaksanakan dan dan penilaian

(4)

Evaluasi

Evaluasi dalam bahasa Inggris dikenal dengan istila

Evaluation.

Gronlund

(1985) berpendapat evaluaasi adalah suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau

membuat keputusan, sampai sejauh mana tujuan proram telah tercapai.

Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Wrightstone, dkk (1956) yang

mengemukakan bahwa evaluasi pendidikan adalah penaksiran terhadap pertumbuhan dan

kemajuan siswa kearah tujuan atau nilai-nilai yang telah ditetapkan dalam kurikulum

(Djaali & Pudji Muljono, 2007).

Sedangkan Endang Purwanti (2008: 6) Berpendapat bahwa evaluasi adalah proses

pemberian makna atau penetapan kualitas hasil pengukuran dengan cara membandingkan

angka hasil pengukuran tersebut dengan kriteria tertentu.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah proses menilai sesuat

berdasarkan criteria tertentu, yang selanjunya diikuti dengan pengambilan sebuah

keputusan atas objek yang dievaluasi.

2. JENIS PENILAIAN DALAM

PEMBELAJARAN

30/07/2011ADMIN4 COMMENTS

Pre test-post test

Pre test

adalah

salah satu jenis tes yang dilaksanakan pada awal

pembelajaran. Materi

pre test

diambil dari seluruh materi yang akan

disampaikan dalam proses pembelajaran. Butir soal pre test

dikembangkan untuk mengukur semua tujuan pembelajaran yang

telah ditetapkan.

Hasil

pre test

belum tentu lebih rendah dari

post test

, sebab informasi

tentang materi pelajaran bisa didapatkan siswa dari banyak sumber

seperti TV, koran, majalah internet

dan lain-lain sebelum ia

mendapatkannya dari sekolah. Dengan demikian sebagian atau

seluruh materi yang akan diajarkan oleh guru kemungkinan telah

dikuasai siswa. Jika ini terjadi maka tugas guru tinggal menyampaikan

materi yang belum dikuasai siswa saja.

(5)

pembelajaran berakhir untuk mengetahui berhasil atau tidaknya suatu

pembelajaran. Pre test dan post test harus mengukur tujuan yang

sama, tetapi usahakan agar butir soal dari kedua tes tersebut berbeda.

Tes formatif

Tes formatif adalah

salah satu jenis tes yang diberikan kepada siswa

yang dilaksanakan setelah menyelesaikan satu unit pembelajaran. Tes

ini dilakukan

untuk

memperbaiki pembelajaran. Hasil tes formatif

bukan memberi nilai kepada siswa, tetapi digunakan untuk

mengetahui apakah tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan telah

tercapai atau belum. Fokus dalam pelaksanaan tes formatif adalah

ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, bukan

mencari penyebab kesulitan belajar siswa

. Mencari sebab kesulitan

belajar siswa dapat dilakukan dengan tes diagnostik.

Tes sumatif

Tes sumatif adalah

salah satu jenis tes yang dilaksanakan pada akhir

pembelajaran dengan maksud

untuk

mengukur keberhasilan siswa

dalam menguasai seluruh tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Butir soal yang dikembangkan pada tes sumatifpun harus dapat

mengukur ketercapaian seluruh tujuan pembelajaran yang telah

ditetapkan.

Hasil tes sumatif harus segera diberitahukan kepada siswa yang

bersangkutan agar dia tahu tahap penguasaannya dalam bidang studi

tertentu. Hasil tes tersebut juga dapat dianalisis oleh guru untuk

digunakan sebagai dasar dalam upaya memperbaiki proses

pembelajaran yang akan datang.

Tes seleksi

Tes seleksi adalah salah satu jenis tes yang dilakukan oleh sekolah,

perusahaan, atau instasi untuk menyeleksi atau memilih calon yang

dapat diterima untuk mengikuti suatu program. Tes seleksi dapat

dilaksanakan secara tertulis, wawancara, atau keduanya, dan diadakan

jika jumlah peminat yang akan mengikuti program melebihi dari

jumlah yang dibutuhkan.

Sekolah, perusahaan, atau instasi yang mengadakan tes seleksi

biasanya telah menetapkan kriteria yang harus dipenuhi oleh calon

yang akan mengikuti program. Pada tahap awal penyeleksian

(6)

Tes penempatan

Tes penempatan adalah

salah satu jenis tes yang biasanya dilakukan

sebagai pre test dengan maksud

untuk

mengetahui kemampuan dan

keterampilan yang diperlukan siswa untuk mengikuti suatu program

yang selanjutnya menempatkan siswa tersebut sesuai dengan

kemampuan dan keterampilannya. Tes penempatan dapat digunakan

untuk mengelompokkan siswa dalam satu kelompok yang relatif sama

kemampuan dan keterampilannya, sehingga dapat mempermudah

guru dalam melaksanakan program agar menjadi lebih efektif dan

efisien.

Tes diagnostik

Tes diagnostik adalah

salah satu jenis tes yang dilakukan untuk

mengetahui penyebab kesulitan yang dialami siswa. Materi tes

dikembangkan dari konsep-konsep yang sulit dipahami siswa. Guru

harus selalu mendiagnostik kesulitan siswa dalam mempelajari suatu

konsep, jika tidak maka pemahaman siswa terhadap suatu konsep

akan salah sehingga terjadi miskonsepsi.

Satu hal yang perlu diperhatikan dalam tes diagnostik adalah kesulitan

belajar yang dialami antara siswa yang satu dengan siswa yang lain

cenderung berbeda, oleh karena itu walaupun tes diagnostik dilakukan

secara klasikal penanganan

untuk

membantu siswa yang mengalami

kesulitan belajar harus dilakukan secara perorangan.

KELEBIHAN DAN KELEMAHAN TEST OBJEKTIF DAN SUBJEKTIF SERTA BENTUK-BENTUK DARI TEST OBJEKTIF DAN SUBJEKTIF

A. TEST OBJEKTIF

Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif. Hal ini dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari tes bentuk essai (Arikunto, 2003:164).

Tes objektif menuntut peserta didik untuk memilih jawaban yang benar diantara kemungkinan jawaban yang telah disediakan, memberikan jawaban singkat, dan melengkapi pertanyaan atau pernyataan yang belum sempurna. Tes objektif sangat cocok untuk menilai kemampuan peserta didik yang mununtut proses mental yang tidak begitu tunggi seperti kemampuan mengingat kembali, kemampuan mengenal kembali, pengertian, dan kemampuan mengaplikasikan prinsip-prinsip.

a. Kelebihan Test Objektif yaitu:

(7)

2. Reabilitasnya lebih tinggi kalau di bandingkan dengan test Essay, karena penilainnya bersifat objektif.

3. Pemberian nilai dan cara menilai test objektif lebih cepat dan mudah karena tidak menuntut keahlian khusus dari pada si pemberi nilai. 4. Lebih mudah dan cepat cara memeriksanya karena dapat

menggunakan kunci tes bahkan alat-alat hasil kemajuan teknologi. 5. Pemeriksaanya dapat diserahkan orang lain.

6. Tes Objektif tidak memperdulikan penguasaan bahasa, sehingga mudah dilaksanakan.

b. Kelemahan Test Objektif yaitu :

1. Murid sering menerka-nerka dalam memberikan jawaban, karena mereka belum menguasai bahan pelajaran tersebut.

2. Memang test sampling yang diajukan kepada murid- murid cukup banyak, dan hanya membutuhkan waktu yang relative singkat untuk menjawabnya

3. Tidak biasa mengajak murid untuk berpikir taraf tinggi.

4. Banyak memakan biaya, karena lembaran item- item test harus sebanyak jumlah pengikut test.

5. Kerjasama antar peserta didik pada waktu mengerjakan soal tes lebih terbuka.

Tes obyektif ini terdiri dariberbagai macam bentuk, antara lain ; 1. Salah- Benar atau True- False (T- F)

Bentuk tes benar salah memiliki soal yang berupa statemen. Statemen tersebut dapat disusun sedemikian rupa, ada yang benar dan ada yang salah.

a. Kelebihan S - B yaitu :

1. Soal ini baik untuk hasil- hasil, dimana hanya ada dua alternative jawaban.

2. Tuntutan kurang ditekankan pada kemampuan baca. 3. Tidak begitu sulit menentukan jawaban pengecoh.

4. Pembuatan soal relative lebih mudah karena hanya mengarah pada 2 option jawaban.

5. Tidak perlu membuat jawaban

pengecoh b. Kelemahan S - B yaitu

1. Sulit menuliskan soal diluar tingkat pengetahuan yang bebas dari maksud ganda.

2. Jawaban soal tidak memberikan bukti bahwa siswa mengetahui dengan baik.

(8)

4. Kurang cocok untuk soal hitungan 5. Soal kurang bervariasi.

6. Tidak ada informasi diagnostic dari jawaban yang salah. 7. Memungkinkan dan mendorong siswa untuk menerka-nerka. 2. Pilihan Berganda atau Multiple Choise ( M- Ch)

Tes pilihan ganda merupakan tes yang menggunakan pengertian/ pernyataan yang belum lengkap dan untuk melengkapinya maka kita harus memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban benar yang telah disiapkan. Tes pilihan ganda adalah bentuk test yang mempunyai satu jawaban yang benar atau paling tepat.

a. Kelebihan Pilihan Berganda yaitu:

1. Hasil belajar yang sederhana sampai yang komplek dapat diukur.

2. Terstruktur dan petunjuknya jelas.

3. Alternatif jawaban yang salah dapat memberikan informasi diagnostik.

4. Tidak dimungkinkan untuk menerka jawaban.

5. Dapat diaplikasikan dengan komputer baik penampilan soal dan perhitungan nilainya, interaktif

b. Kelemahan Pilihan Berganda yaitu:

1. Menyusunnya membutuhkan waktu yang lama. 2. Sulit menemukan pengacau

3. Kurang efektif mengukur beberapa tipe pemecahan masalah, kemampuan untuk mengorganisir dan mengekspresikan ide.

4. Kurang menggambarkan sebuah proses

5. Tingkat kemampuan yang terukur sangat terbatas

6. Jumlah soal harus banyak agar dapat mewakili semua materi yang telah dipelajari

7. Nilai dapat dipengaruhi dengan kemampuan baca. 3. Isian atau Completion

Tes isian terdiri dari kalimat yang dihilangkan (diberi titik-titik). Bagian yang dihilangkan ini yang diisi oleh peserta tes merupakan pengertian yang diminta agar pernyataan yang dibuat menjadi pernyataan yang benar.

a. Kelebihan Isian atau Completion yaitu :

1. Sangat mudah dalam penyusunannyaLebih menghemat tempat ( menghemat kertas ).

(9)

b. Kelemahan Isian atau Completion yaitu :

1. Lebih cenderung mengungkap daya ingat atau aspek hafalan saja.

2. Butir- butir item dari test model ini kurang relevan untuk diajukan.

3. Tester kurang berhati-hati dalam menyusun kalimat dalam soal. 4. Jawaban Singkat atau Short Answer

Bentuk tes jawaban singkat ini menghendaki jawaban dengan kalimat dan atau angka-angka yang hanya dapat dinilai benar atau salah. Soal bentuk jawaban singkat biasanya dekemukakan dalam bentuk pertanyaan. Dengan kata lain, item tersebut berupa suatu kelimat bertanya yang dapat dijawab dengan singkat.

a. Kelebihan Jawaban Singkat yaitu :

1. Mudah dalam perbuatan

2. Kemungknan menebak jawaban sangat sulit 3. Cocok untuk soal- soal hitungan

4. Hasil- hasil pengetahuan dapat diukur secara luas b. Kelemahan Jawaban Singkat yaitu:

1. Sulit menyusun kata- kata yang jawabannya hanya satu. 2. Tidak cocok untuk mengukur hasil- hasil belajar yang komplek. 3. Penilaian menjemukan da memerlukan waktu banyak.

5. Menjodohkan atau Matching

Soal menjodohkan sebenarnya masih merupakan pilihan ganda. Perbedaanya adalah pilihan ganda terdiri atas item dan option, kemudian testi tinggal memilih salah satu option yang diberikan. Sedangkan bentuk menjodohkan terdiri atas kumpulan soal dan kumpulan jawaban yang keduanya dikumpulkan pada dua kolom yang berbeda. Kolom sebelah kiri menunjukan kumpulan soal, dan kolom sebelah kanan menunjukan kumpulan jawaban. Jumlah alternatif jawaban harus dibuat lebih banyak daripada soal.

a. Kelebihan Menjodohkan yaitu:

1. suatu bentuk yang efisien diberikan dimana sekelompok respon sama menyesuaikan dengan rangkaian isi soal.

2. Waktu membaca dan merespon relative singkat. 3. Mudah untuk dibuat.

4. Mudah dalam pengoreksian.

5. Memudahkan siswa menjawab soal karena jawaban sudah tersedia.

(10)

b. Kelemahan Menjodohkan yaitu:

1. Materi soal dibatasi oleh faktor ingatan/ pengetahuan yang sederhana dan kurang dapat dipakai untuk mengukur penguasaan yang bersifat pengertian dan kemampuan membuat tafsiran.

2. Sulit menyusun soal yang mengandung sejumlah respon yang homogen.

3. Terlalu banyak jawaban yang harus dipilih.

4. Sulit mencari pasangan-pasangan yang relevan dengan soal. 5. Hanya mengukur materi yang bersifat hapalan/recall.

6. Bila yang belum terjawab tinggal sedikit dapat ditebak. B. TEST SUBJEKTIF

Pada umumnya test subjektif berbentuk tes esai (uraian). Ciri-ciri pertanyaanya didahului dengan kata-kata seperti, uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana, bandingkan, simpulkan dan sebagainya.

a. Kelebihan Test Subjektif yaitu:

1. Mudah dipersiapkan dan disusunT

2. Tidak memberi banyak kesempatan untuk berspekulasi atau untung-untungan

3. Mendorong peserta didik untuk berani mengemukakan pendapat serta menysun dalam bentuk kalimat yang bagus

4. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengutarakan maksudnya dengan gaya bahasa dan carannya sendiri.

5. Dapat mengetahui sejauhmana peserta didik mendalami suatu masalah yang diujikan/dites.

b. Kelemahan Test Subjektif yaitu:

1. Terbatasnya lingkup bahan pelajaran yang dinilai dan sulitnya mengoreksi jawaban dengan objektif (Sudjana, 2001:262)

2. Kadar validitas dan realibilitas rendah karena sukar diketahui segi-mana dai pengetahuan siswa yang betul-betul telah dikuasai. 3. Kurang representatif dalam hal mewakili seluruh scope bahan pelajaran yang akan dites karena soalnya hanya beberapa saja (terbatas)

4. Cara pemeriksaannya banyak dipengaruhi oelh unsur-unsur subjektif

5. Pemeriksaaannya lebih sulit sebab membutuhkan pertimbangan individual lebih banyak dari penilai.

6. Waktu untuk koreksinya lama dan tidak dapat diwakilkan kepada orang lain.

(11)

1. Test Essay

Tes Essay adalah tes yang disusun dalam bentuk pertanyaan terstruktur dan siswa menyusun, mengorganisasikan sendiri jawaban tiap pertanyaan itu dengan bahasa sendiri. Tes essay ini sangat bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan dalam menjelaskan atau mengungkapkan suatu pendapat dalam bahasa sendiri.

a. Kelebihan Test Essay yaitu:

1. Peserta didik dapat mengorganisasikan jawaban dengan pendapatnya sendiri.

2. Murid tidak dapat menerka- nerka jawaban soal.

3. Test ini sangat cocok untuk mengukur dan mengevaluasi hasil suatu proses belajar yang kompleks yang sukar diukur dengan mempergunakan test objektif.

4. Derajad ketepatan dan kebenaran murid dapat dilihat dari kalimat- kalimatnya.

5. Jawaban diungkapakan dalam kata- kata dan kalimat sendiri, sehingga test ini dapat digunakan untuk melatih penyusunan kalimat dengan bahasa yang baik, benar, dan cepat.

6. Test ini digunakan dapat melatih peserta didik untuk memilih fakta yang relevan dengan persoalan, dan Sukar dinilai secara tepat mengorganisasikannya sehingga dapat mengungkapkan satu hasil pemikiran yang terintegrasi secara utuh.

b. Kelemahan Test Essay yaitu:

1. Sukar dinilai secara tepat.

2. Bahan yang diukur terlalu sedikit, sehingga agak sulit untuk mengukur penguasaan siswa terhadap keseluruhan kurikulum.

3. Sulit mendapatkan soal yang memiliki standar nasional maupun internasional.

4. Membutuhkan waktu memeriksa hasilnya. 2. Test Lisan

Tes lisan adalah tes yang pelaksanaannya dilakukan dengan mengadakan tanya jawab secara langsung antara pendidik dan peserta didik. tes ini termasuk kelompok tes verbal, yaitu tes soal dan jawabannya menggunakan bahasa lisan.

a. Kelebihan tes lisan:

1.

Dapat menilai kemampuan dan tingkat pengetahuan yang dimiliki peserta didik, sikap, serta kepribadiannya karena dilakukan secara berhadapan langsung.
(12)

soal, tes bentuk ini dapat menolong sebab peserta didik dapat menanyakan langsung kejelasan pertanyaan yang dimaksud.

3.

Hasil tes dapat langsung diketahui peserta didik. b. Kelemahan tes lisan:

1. Subjektivitas pendidik sering mencemari hasil tes, 2. Waktu pelaksanaan yang diperlukan

4.

Pengertian Tes Essay

Secara ontologis tes essay adalah salah satu bentuk tes tertulis, yang

susunannya terdiri atas item-item pertanyaan yang masing-masing mengandung permasalahan dan menuntut jawaban siswa melalui uraian-uraian kata yang merefleksikan kemampuan berpikir siswa (Sukardi, 2008). Menurut Suherman (1993) tes essay adalah tes yang menuntut siswa untuk dapat menyusun dan memadukan gagasan-gagasan tentang hal-hal yang telah dipelajarinya, dengan cara mengekspresikan atau mengemukakan gagasan tersebut secara tertulis dengan kata-kata sendiri.

Senada dengan itu, menurut Oemar Hamalik (2001) tes essay adalah salah satu bentuk tes yang terdiri dari satu atau beberapa pertanyaan essay, yakni

pertanyaan yang menuntut jawaban tertentu oleh siswa secara individu berdasarkan pendapatnya sendiri. Setiap siswa memiliki kesempatan

memberikan jawabannya sendiri yang berbeda dengan jawaban siswa lainnya. Tes essay juga dapat disebut sebagai tes dengan menggunakan pertanyaan terbuka, dimana dalam tes tersebut siswa diharuskan menjawab sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. Selain itu, menurut Suherman, E (1993) tes essay juga sering disebut sebagai tes uraian karena untuk menjawab soal siswa dituntut untuk menyusun jawaban secara terurai. Jawaban tidak cukup hanya dengan satu atau dua kata saja, tetapi memerlukan uraian yang lengkap dan jelas. Selain harus menguasai materi tes, siswa dituntut untuk bisa

mengungkapkannya dalam bahasa tulisan dengan baik.

Tes essay yang biasa dipakai di sekolah mempunyai arti yang luas, yaitu tidak hanya mengukur kemampuan siswa dalam menyajikan pendapat pribadi,

melainkan juga menuntut kemampuan siswa dalam hal menyelesaikan hitungan, menganalisis masalah, dan mengekspresikan pendapat.

2.2 Kelebihan dan Kelemahan Tes Essay

Dalam pembelajaran di kelas, tes essay masih banyak digunakan oleh para guru, karena tes essay memiliki beberapa kelebihan. Menurut Sukardi, H.M (2009) tes essay dapat digunakan untuk menilai hal-hal berkaitan erat dengan beberapa butir berikut.

a. Mengukur proses mental para siswa dalam menuangkan ide ke dalam jawaban item secara tepat.

b. Mengukur kemampuan siswa dalam menjawab melalui kata dan bahasa mereka sendiri.

c. Mendorong siswa untuk mempelajari, menyusun, merangkai, dan menyatakan pemikiran siswa secara aktif.

d. Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusun dalam bentuk kalimat mereka sendiri.

(13)

Gronlund, N.E (1982) menyatakan bahwa karakteristik yang paling menonjol dari tes essay adalah kebebasan respon yang diberikan oleh para siswa.

Karakteristik ini menjadi sebuah kelebihan dari tes essay. Pertanyaan dalam tes essay ini mengharuskan siswa untuk memproduksi jawaban mereka sendiri. Mereka relatif bebas untuk memutuskan bagaimana mendekati masalah, informasi faktual apa yang digunakan, bagaimana mengatur jawaban, dan apa penekanan yang diberikan pada setiap aspek jawabannya. Dengan demikian, tes essay dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memproduksi, mengintegrasikan, dan mengekspresikan ide-ide. Menurut Azhar, L.M (1991) salah satu kelebihan atau keuntungan tes essay yang lain adalah mencegah siswa menjawab secara menebak serta relatif lebih mudah dan lebih cepat dibuat dibandingkan dengan tes objektif.

Di samping beberapa kelebihan seperti yang telah diuraikan di atas, ternyata tes essay juga memiliki beberapa kelemahan yang perlu diperhatikan oleh seorang guru. Menurut Suherman, E (1993) kelemahan tes essay di antaranya sebagai berikut.

a. Ruang lingkup yang disajikan dalam bentuk tes essay kurang menyeluruh. Hal ini disebabkan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan setiap butir soal cukup banyak, sehingga jumlah butir soal yang disajikan sedikit. Pada tes essay ini, jika siswa kebetulan mempelajari materi yang secara kebetulan sesuai dengan butir soal yang disajikan, ia dapat dengan mudah menyelesaikannya. Sebaliknya jika siswa tidak mempelajari dengan baik materi yang tersaji dalam soal itu biasanya mendapat hasil yang kurang baik.

b. Sesuai dengan namanya, soal tipe subjektif ini dalam pemeriksaan dan pemberian nilai akhir seringkali dipengaruhi faktor subjektivitas dari pemeriksa atau pemberi nilai, sehingga nilai akhir yang diterima siswa ada kemungkinan bias, kurang mencerminkan kemampuan sebenarnya. Faktor subjektivitas itu sebagai akibat pengaruh kondisi pemeriksa, siswa dan lingkungan.

c. Pemeriksaan jawaban pada tes essay ini tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang, tetapi harus diperiksa oleh orang yang benar-benar ahli dalam bidangnya. Bila pemeriksa kurang mengetahui pokok persoalan yang diujikan, akan

mengakibatkan hasil pemeriksaan yang dapat merugikan siswa. Demikian pula jika pemeriksa kurang memiliki pengetahuan luas mengenai cara penyelesaian suatu soal, mungkin langkah-langkah penyelesaian suatu soal tidak sama dengan kunci jawaban akan dianggap salah, padahal pekerjaan itu benar.

d. Memeriksa jawaban tes essay cukup rumit sehingga memerlukan waktu yang cukup banyak. Pola jawaban siswa untuk soal bentuk ini bisa beraneka ragam, karena siswa diberi kebebasan untuk mengeluarkan pendapatnya sendiri. Pengetahuan yang telah diperoleh dan dikuasainya akan diutarakan sesuai dengan relevansi pada jawaban persoalan yang ditanyakan. Tiap siswa tentu akan memberikan uraian yang berlainan dan bermacam-macam, apalagi jika persoalannya divergen. Meskipun demikian dalam matematika keanekaragaman ini tidak akan jauh berbeda karena sifatnya eksak, lain halnya dengan ilmu-ilmu sosial lainnya. Karena keanekaragaman itu, baik cara penyelesaian maupun alur pikiran yang terdapat di dalamnya, maka pemeriksaaan akan memerlukan banyak waktu dan melelahkan.

(14)

Tabel 2.1 Perbedaan tes objektif dan tes essay Tes Objektif Tes Essay

Tingkatan kemampuan hasil belajar yang diukur Baik digunakan untuk mengukur kemampuan pada tingkatan pengetahuan, pemahaman, aplikasi dan analisis. Tetapi tidak cocok digunakan untuk mengukur kemapuan pada tingkat sintesis dan evaluasi

Tidak efektif digunakan untuk mengukur kemampuan pada tingkatan

pengetahuan, pemahaman, aplikasi dan analisis. Tetapi baik jika digunakan untuk mengukur kemapuan pada tingkat sintesis dan evaluasi

Ruang lingkup materi yang disajikan Terdiri dari banyak item soal dan mencakup materi yang cukup luas sehingga tes tersebut dapat mewakili isi dari materi yang dipelajari Terdiri dari sedikit item soal dalam jangkauan materi yang terbatas sehingga tes tersebut tidak representatif dalam mewakili isi materi

Penyusunan tes Untuk mempersiapkan tes yang baik, diperlukan waktu yang cukup lama Untuk mempersiapkan tes yang baik, diperlukan waktu yang lebih cepat dan lebih mudah dibandingan dengan tes objektif

Penskoran Objektif, sederhana dan dapat diandalkan Subjektif, sulit, dan kurang dapat diandalkan

Faktor-faktor yang mempengaruhi skor yang diperoleh

Kemampuan membaca dan menebak-nebak Kemampuan menulis dan memberikan penekanan dan jawaban

Kemungkinan efek yang ditimbulkan terhadap cara belajar siswa Mendorong siswa untuk mengingat, menginterpretasikan dan menganalisis ide-ide orang lain. Mendorong siswa untuk mengatur, mengintegrasikan, dan mengekspresikan ide mereka sendiri

2.3 Jenis-Jenis Tes Essay

Menurut Suherman, E (1993), ditinjau dari cara menyajikan soal, tes essay dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu:

1. Tes essay (uraian) berstruktur

Tes essay bentuk ini disajikan secara terinci menjadi sub-sub masalah yang sifatnya saling menunjang. Soal, biasanya disusun dari hal yang elementer menuju pada hal yang sifatnya lebih kompleks.

Contoh:

Diketahui fungsi f dengan rumus fungsi f(x) = 2x2 + 11x – 21

Tentukan :

a. Syarat agar fungsi memotong sumbu X b. Titik potong dengan sumbu X

c. Syarat agar fungsi memotong sumbu Y d. Titik potong dengan sumbu Y

e. Persamaan sumbu simetrinya f. Titik balik fungsi

g. Gambar sketsa grafiknya

2. Tes essay (uraian) bebas

Tes essay bentuk ini disajikan secara global, tidak terinci. Dalam menjawabnya siswa diperbolehkan mengerjakan bagian jawaban soal itu secara bebas, asal masalah yang ditanyakan dapat dijawab secara benar. Soal yang hanya terdiri dari satu masalah bisa tergolong pada Tes essay bentuk bebas

Contoh:

(15)

f(x) = 2x2 + 11x – 21

Pada soal tersebut, siswa bisa mengerjakannya secara langsung dengan menggunakan percobaan titik-titik sampel atau dengan cara-cara yang lain.

Ditinjau dari pola jawaban siswa dan cara pemberian skor untuk setiap langkah jawaban itu, tes essay (uraian) dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu: 1. Bentuk Uraian Objektif (BUO)

Bentuk uraian objektif adalah tes essay yang memiliki sekumpulan jawaban dengan rumusan yang pasti sehingga dapat dilakukan penskoran secara objektif. Ini berarti walaupun pemeriksanya berlainan dapat menghasilkan skor yang sama. Untuk tes bentuk ini dapat dibuatkan kunci jawaban dan pedoman penskorannya. Dengan kunci dan pedoman ini, jawaban siswa yang bervariasi tetap dapat diperiksa oleh orang yang berbeda tetapi skor yang diperoleh tidak berbeda. Cara pemberian skor untuk soal bentuk BUO ini adalah bersifat

dikotomi, yaitu jika jawaban siswa benar diberi skor 1 sedangkan jika salah diberi skor 0.

2. Bentuk Uraian Non Objektif (BUNO)

Bentuk uraian non objektif adalah tes essay yang menuntut siswa untuk memberikan jawaban berdasarkan pendapat, pikiran, atau pandangan pribadinya. Untuk soal bentuk ini, kunci jawaban bersifat relatif karena

kemungkinan jawaban yang diberikan siswa bisa bervariasi, malahan bisa juga muncul jawaban yang tidak diduga sebelumnya oleh pembuat soal (guru). Dalam pemeriksaan dan pemberian skor terhadap jawaban siswa cenderung

dipengaruhi oleh pertimbangn, situasi, kondisi, lingkungan dan pengalaman pemeriksa. Dengan demikian unsur subjektivitasnya bisa dominan, sehingga kurang objektif.

Untuk soal jenis ini skor dijabarkan dalam skala rentangan. Makin baik jawaban siswa, makin tinggi pula skor yang diperoleh. Sebaliknya, semakin kurang bemutu, makin rendah pula skor yang diberikan. Besarnya rentangan itu ditetapkan oleh guru, misalnya 1 – 5, 1 – 10, 0 – 4. Kualitas jawaban siswa biasanya diperhitungkan dari banyaknya kata kunci yang dijawab dengan benar, sistematika jawaban, dan pengertian logis dari jawaban itu.

2.4 Jenis-jenis Pertanyaan dalam Tes Essay

Kebebasan respon yang dihasilkan dari pertanyaan essay adalah bervariasi. Siswa mungkin diminta untuk memberikan respon yang singkat dan tepat, atau mereka mungkin diberikan kebebasan yang lebih luas dalam menentukan bentuk dan ruang lingkup jawaban mereka. Terkait dengan kebebasan respon di atas, menurut Gronlund, N.E (1982) pertanyaan essay dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu

1. Pertanyaan-pertanyaan dengan jawaban terbatas (restricted-response questions)

Pertanyaan dengan jawaban terbatas memiliki kedudukan yang terbatas pada jawaban yang diberikan. Batas-batas subjek yang harus dipertimbangkan biasanya didefinisikan secara sempit dalam masalah dan jawabannya spesifik yang ditunjukkan dengan kata-kata seperti “daftarkan”, “definisikan”, dan “berikan alasan”. Dalam beberapa kasus, lebih lanjut jawaban dibatasi dengan menggunakan kata pengantar atau dengan menggunakan arah khusus:

Contoh:

(16)

pada satu halaman.

Membatasi bentuk dan ruang lingkup dari jawaban-jawaban pertanyaan essay memiliki kelebihan dan kekurangan. Pertanyaan seperti itu dapat dibuat lebih mudah, lebih terkait langsung dengan hasil pembelajaran yang spesifik, dan menskor lebih mudah. Di sisi lain, pertanyaan essay memberikan kesempatan bagi siswa untuk menunjukkan kemampuan mereka dalam mengatur,

mengintegrasikan, dan mengembangkan pola-pola jawaban baru. Pembatasan yang ditetapkan dalam membuat item dengan jawaban terbatas sangat berguna untuk mengukur hasil pembelajaran pada tingkat pemahaman, aplikasi, dan analisis dalam pembelajaran. Pertanyaan dengan jawaban terbatas kurang relatif untuk mengukur hasil pembelajaran pada tingkat sintesis dan evaluasi.

2. Pertanyaan-pertanyaan dengan jawaban terbuka (extended-response questions)

Pertanyaan-pertanyaan dengan jawaban terbuka (extended-response questions) digunakan untuk mengukur hasil pembelajaran pada tingkat sintesis dan

evaluasi. Pertanyaan ini memberikan kebebasan kepada siswa yang hampir tak terbatas untuk menentukan bentuk dan ruang lingkup jawaban mereka.

Meskipun masih terdapat beberapa batasan-batasan, seperti batasan waktu atau batasan halaman, batasan pada bahan-bahan materi yang termasuk dalam jawaban dan bentuk jawaban dapat diminimumkan. Siswa harus diberikan kebebasan yang cukup untuk menunjukkan kemampuan sintesis dan evaluasi, dan cukup dikontrol untuk memastikan bahwa keahlian dan kemampuan intelektual akan dipanggil keluar oleh pertanyaan itu. Dengan demikian jumlah struktur akan bervariasi dari item ke item, yang bergantung pada hasil

pembelajaran yang diukur.

Pertanyaan dengan jawaban terbuka (exended-response question) menyediakan ide-ide kreatif yang terintegrasi, mengevaluasi secara keseluruhan materials, dan merupakan pendekatan pemecahan masalah (problem solving). Itu semua merupakan hasil belajar yang penting, dan tidak dapat diukur dengan jenis item-item tes lainnya oleh orang lain. Secara umum, tentu saja mengevaluasi

jawaban-jawaban dengan cukup handal untuk menyediakan manfaat dalam mengukur hasil pembelajaran. Hal ini tentu sangat sulit untuk dilakukan dan merupakan tugas time-consuming, namun pentingnya hasil nampaknya memerlukan pembenaran dari additional care dan effort.

2.5 Aturan Mengkonstruksi Pertanyaan dalam Tes Essay

Menurut Gronlund, N.E (1982), aturan mengkonstruksi pertanyaan dalam tes essay sehingga menghasilkan soal essay dengan kualitas yang tinggi adalah sebagai berikut.

1. Gunakan pertanyaan essay sebagai alat ukur hasil belajar yang kompleks. Sebagian besar pemerolehan hasil belajar diukur dengan menggunakan pertanyaan essay. Hasil-hasil tersebut biasanya dapat diukur secara efektif dengan item objektif, yang masalahnya disampling dan diskor melalui pertanyaan essay. Hal itu mungkin terdapat pengecualian, seperti ketika menyediakan jawaban sebagai hasil belajar, namun untuk mengukur prestasi belajar pertanyaan essay hendaknya dapat diukur kehandalannya (reliable) tanpa adanya compensating benefits.

Pada tingkat pemahaman, aplikasi, dan analisis dalam pembelajaran, tes objektif maupun tes essay masih tetap digunakan. Meskipun tes objektif memiliki

prioritas, tes essay juga memiliki prioritas dimana menuntut siswa untuk memberikan alasan, menjelaskan hubungan, mendeskripsikan data,

(17)

Pada tingkat sintesis dan evaluasi dalam pembelajaran, tes objektif maupun tes restricted-response memiliki nilai batas. Tes-tes ini dapat digunakan untuk mengukur beberapa aspek tertentu dari proses total dalam pembelajaran, namun menghasilkan karya yang lengkap (seperti rencana dalam operasi) atau evaluasi keseluruhan suatu karya (misalnya, evaluasi dari sebuah novel maupun dari suatu eksperimen) memerlukan penggunaan pertanyaan extended-response. 2. Hubungkan pertanyaan-pertanyaan langsung yang berhubungan dengan hasil belajar yang diukur.

Pertanyaan essay tidak dapat mengukur hasil belajar secara kompleks kecuali jika pertanyaan essay telah dikonstruksi secara hati-hati untuk hal itu. Setiap pertanyaan sebaiknya dirancang secara spesifik untuk mengukur satu atau lebih hasil yang didefinisikan dengan baik (well-difined). Dengan demikian, tempat untuk memulai, sama halnya seperti pada item objektif, yaitu dengan deskripsi yang tepat performance yang diukur. Hal ini sangat berguna untuk membantu menentukan isi maupun bentuk dari item dan membantu dalam pembentukan suku kata (phrasing) dalam pertanyaan itu.

Item restricted-response dihubungkan dengan hasil belajar yang spesifik karena hal tersebut terstruktur dengan baik. Tanggapan dari beberapa siswa juga sangat diperlukan guna memungkinkan pengambilan suku kata (phrase) dalam

pertanyaan sehingga maksudnya dapat dipahami dengan jelas oleh siswa. Item extended-response, memerlukan kebebasan yang lebih besar dari respon dan biasanya melibatkan sejumlah hasil pembelajaran. Hal ini membuat lebih sulit untuk menghubungkan pertanyaan dengan hasil yang diharapkan dan

menyatakan inti dari jawaban yang diinginkan melalui ungkapan pertanyaan. Jika tugas yang sulit diberikan dalam pertanyaan, maka kebebasan siswa untuk memilih, mengatur, dan menjawab pertanyaan cenderung tidak dihiraukan oleh mereka. Salah satu alternatif solusi yang dapat dilakukan adalah dengan menunjukkan kepada siswa kriteria yang akan digunakan dalam mengevaluasi jawabannya. Sebagai contoh, pernyataan seperti: “jawaban Anda akan

dievaluasi dalam hal kelengkapan jawabannya, relevansi dari argumennya, kesesuaian dengan contoh, dan keterampilan yang digunakan”. Hal ini

menjelaskan tugas yang diberikan kepada siswa tanpa membatasi kebebasan mereka, dan membuat item lebih mudah berhubungan dengan hasil belajar yang didefinisikan secara jelas.

3. Rumuskan pertanyaan yang menyajikan tugas yang jelas untuk dilakukan. Ungkapan sebuah pertanyaan essay sehingga diperoleh respon yang diinginkan bukanlah hal yang mudah. Memilih kalimat yang tepat dan hati-hati dan

mengulang pertanyaan dengan respon yang diinginkan dalam pikiran akan membantu memperjelas tugas siswa. Karena pertanyaan essay ini digunakan untuk mengukur hasil belajar yang kompleks, maka sebaiknya menghindari pertanyaan yang diawali dengan kata-kata seperti: ”siapa”, “apa”, “kapan”, “dimana”, “nama”, dan “daftar”. Istilah-istilah ini cenderung untuk membatasi respon pada hasil pengetahuan. Pertanyaan essay yang digunakan untuk mengukur hasil belajar yang kompleks ditandai dengan penggunaan kata-kata seperti: “mengapa”, “gambarkan”, “jelaskan”, “bandingkan”, “hubungkan”, “bedakan”, tafsirkan”, analisa”, “kritik”, dan “evaluasi”. Istilah-istilah khusus yang digunakan tentu saja sebagian besar ditentukan oleh perilaku spesifik yang dijelaskan dalam hasil belajar yang diukur.

(18)

lebih terbatas dan lebih mudah dipahami. Dengan bentuk extended-response memungkinkan memerlukan satu atau lebih rekan untuk membaca bentuk dan ruang lingkup jawaban dari pertanyaan yang diberikan.

4. Hindari penggunaan pertanyaan pilihan kecuali pertanyaan hasil belajar yang memerlukan itu.

Dalam tes prestasi belajar, yang terbaik adalah semua siswa manjawab pertanyaan yang sama. Jika mereka dibolehkan untuk menjawab hanya

sebagian dari pertanyaan-pertanyaan itu, hingga tiga perlimanya, maka jawaban mereka tidak dapat dievaluasi secara komparatif. Demikian juga, karena siswa akan cenderung memilih pertanyaan-pertanyaan mereka yang paling siap untuk dijawab, tanggapan mereka atas pertanyaan yang diberikan menunjukkan sampel dari prestasi mereka bahwa kurang representatif terhadap pertanyaan opsional yang diperoleh. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, salah satu keterbatasan dari tes essay adalah menyediakan sampling yang terbatas dan tidak representasional. Memberikan siswa pertanyaan pilihan hanya mempersulit masalah sampling lebih lanjut dan menghasilkan penyimpangan (distortion) yang lebih besar dalam hasil tes.

Dalam beberapa situasi penggunaan pertanyaan opsional mungkin masih dapat dipertahankan. Sebagai contoh, jika pertanyaan essay digunakan untuk

mengukur keterampilan menulis saja, maka beberapa pilihan topik untuk ditulis mungkin diperlukan sekali. Hal ini juga terjadi jika pertanyaan essay digunakan untuk mengukur beberapa aspek dari kreativitas, atau jika siswa telah

mempunyai kepentingan individual melalui studi independen. Kemampuan untuk mengatur, mengintegrasikan, dan mengekpresikan ide-ide ditentukan dengan melibatkan kompleksitas isi.

5. Sediakan waktu yang cukup untuk menjawab dan memberikan batas waktu pada setiap pertanyaan.

Karena pertanyaan essay paling sering dirancang untuk mengukur keterampilan dan kemampuan intelektual, maka diperlukan waktu untuk berpikir maupun menulis. Dengan demikian batas waktu yang cukup tentu diperlukan. Sebagai contoh, daripada mengharapkan beberapa orang siswa untuk menjawab pertanyaan essay selama satu periode kelas, lebih baik siswa difokuskan pada satu atau dua pertanyaan saja. Hal itu nampaknya menyebabkan

kecenderungan bagi guru untuk memberikan pertanyaan-pertanyaan begitu banyak dalam tes essay tunggal bahwa skor tertinggi adalah mengukur dari kecepatan menulis yang menunjukkan prestasi siswa. Ini mungkin merupakan suatu usaha untuk mengatasi masalah pengambilan sampel secara terbatas, namun hal ini cenderung menjadi solusi yang tidak diinginkan. Dalam mengukur prestasi belajar yang kompleks, tampaknya lebih baik untuk menggunakan pertanyaan yang lebih sedikit dan meningkatkan sampel dengan pengujian yang lebih sering.

Menginformasikan kepada siswa mengenai banyaknya waktu yang diperlukan untuk menjawab setiap pertanyaan akan membantu mereka dalam

menggunakan waktu yang diberikan secara lebih efisien, secara ideal, dan juga akan memberikan sampel yang lebih memadai terhadap prestasi mereka. Jika panjang jawabannya tidak didefinisikan dengan jelas dari pertanyaan yang diberikan, seperti pada pertanyaan extended-response, mungkin diperlukan juga informasi mengenai batas halamannya.

(19)

1. Para guru hendaknya memfokuskan pertanyaan essay pada materi

pembelajaran yang tidak dapat diungkap dengan bentuk tes lain misalnya tes objektif. Ada beberapa faktor penting dalam kegiatan pembelajaran yang hanya bisa diungkap oleh tes essay, antara lain: pembelajaran yang kompleks,

organisasi materi, integrasi penyusunan jawaban, dan ekspresi penuangan ide dari pemikiran siswa ke dalam bentuk jawaban soal. Hal ini menjadikan tes essay tetap menjadi pilihan para guru atau para evaluator.

2. Para guru hendaknya memformulasikan item pertanyaan yang mengungkap perilaku spesifik yang diperoleh dari pengalaman hasil belajar. Tes yang direncanakan oleh guru, baik tes objektif maupun tes essay perlu tetap

mengukur penilaian tujuan instruksional. Pertanyaan yang tidak mengarah pada tujuan instruksional sebaiknya dikesampingkan lebih dahulu.

3. Item-item pertanyaan tes essay sebaiknya jelas dan tidak menimbulkan kebingungan (tidak mengandung makna ambigu) sehingga para siswa dapat menjawab dengan tidak ragu-ragu. Menggunakan kata-kata yang spesifik, seperti terangkan, bandingkan, buktikan, nyatakan dalam kesimpulan, gunakan dan sebagainya.

4. Sertakan petunjuk waktu pengerjaan untuk setiap pertanyaan, agar para siswa dapat memperhitungkan kecepatan berpikir, menulis dan menuangkan ide sesuai dengan waktu yang disediakan. Pertimbangan waktu tersebut hendaknya didasarkan pada tingkat kesulitan setiap pertanyaan.

5. Ketika mengkonstruksi sejumlah pertanyaan essay, para guru hendaknya

menghindari menggunakan pertanyaan pilihan. Pertanyaan pilihan biasanya terletak pada kalimat instruksi pengerjaan pada awal tes, misalnya “pilih empat soal dari lima pertanyaan yang tersedia”. Penggunaan pertanyaan pilihan dimungkinkan mempengaruhi reliabilitas tes essay yang direncanakan.

2.6 Upaya Meningkatkan Objektivitas Penilaian dalam Tes Essay

Menurut Gronlund, N. E (1982), terdapat beberapa upaya untuk meminimalkan subjektivitas penilaian dan memberikan keseragaman standar penilaian dari siswa yang satu ke siswa yang lainnya, yaitu sebagai berikut.

1. Evaluasi jawaban-jawaban soal essay dalam hubungannya dengan hasil belajar yang sedang diukur.

Tes essay, seperti halnya tes objektif, digunakan untuk memperoleh bukti yang jelas mengenai sejauh mana hasil pembelajaran telah tercapai. Dengan

demikian, kinerja siswa yang diinginkan dalam hasil pembelajaran harus sesuai dengan panduan baik dalam mengkontruksi pertanyaan maupun mengevaluasi jawaban. Jika suatu pertanyaan dirancang untuk mengukur “kemampuan untuk menjelaskan hubungan sebab-akibat”, misalnya jawabannya harus dievaluasi dalam hal bagaimana siswa dapat menjelaskan hubungan sebab-akibat tertentu yang disajikan dalam pertanyaan, maka semua faktor-faktor lain, seperti

informasi faktual yang menarik tapi asing, gaya menulis, dan kesalahan dalam mengeja dan tata bahasa, harus diabaikan (sejauh mungkin) selama evaluasi. Dalam beberapa kasus, untuk kemampuan mengeja maupun menulis mungkin memberi skor-skor yang terpisah, tetapi hal ini seharusnya tidak diperbolehkan karena dapat mencemarkan (contaminate) skor yang mewakili pencapaian tingkat prestasi dari hasil pembelajaran yang dimaksudkan.

2. Untuk soal-soal essay dengan jawaban terbatas (restricted-response questions), berilah skor dengan metode point (point method), gunakan suatu model jawaban (pedoman jawaban) sebagai petunjuk.

Menskor dengan bantuan kunci jawaban yang sebelumnya disiapkan adalah mungkin dengan item restricted-response karena keterbatasan pada

(20)

jawaban tentu saja harus mempertimbangkan semua unit scorable yang ditandai dalam hasil pembelajaran yang diukur. Misalnya, point-point dapat diberikan pada relevansi contoh yang digunakan dan struktur jawabannya, serta isi dari jawaban: jika hal ini merupakan aspek yang sah dalam hasil belajar.

3. Untuk soal-soal essay dengan jawaban terbuka (extended-response questions), skorlah dengan rating method, gunakan kriteria tertentu sebagai pedoman penskoran.

Item-item extended-response menuntut jawaban yang terbuka dan bebas sehingga sering kali tidak mungkin untuk menyiapkan pedoman jawabannya. Oleh karena itu, biasanya guru atau pembuat tes itu menilai tiap jawaban dengan menimbang-nimbang kualitasnya dalam hubungannya dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya, jadi bukan menskor point demi point dengan kunci jawaban. Kriteria untuk menilai kualitas dari suatu jawaban ditentukan oleh sifat pertanyaan dan demikian juga oleh hasil pembelajaran yang diukur. Jika para siswa diminta untuk “menjelaskan rencana lengkap dari tes prestasi belajar”, misalnya kriteria akan mencakup hal-hal seperti (1) kelengkapan rencana

(misalnya, apakah itu termasuk pernyataan objektif, kumpulan dari perencanaan yang terperinci, dan jenis yang sesuai item, (2) kejelasan dan akurasi dengan setiap langkah yang telah dijelaskan, (3) kecukupan pembenaran untuk setiap langkah, dan (4) tingkat keterpaduan dari bagian-bagian rencana.

Biasanya kriteria untuk mengevaluasi jawaban digunakan untuk

mengklasifikasikan jawaban-jawaban itu ke dalam lima tingkat, yang selanjutnya diberi skor 1, 2, 3, 4, 5 atau A, B, C, D, dan E.

Lebih lanjut keseragaman standar dari grading biasanya diperoleh dengan membaca jawaban dua kali untuk setiap pertanyaan. Selama membaca bacaan pertama, tulisan harus disortir secara tentatif menjadi lima tumpukan, mulai dari kualitas yang tinggi ke rendah atau sebaliknya. Pembacaan kedua dapat mencapai tujuan memeriksa keseragaman jawaban di setiap tumpukan dan membuat sebuah perubahan penting dalam menilai.

4. Evaluasi semua jawaban-jawaban siswa untuk satu pertanyaan sebelum melanjutkan ke pertanyaan berikutnya.

Menskor atau menilai tes essay dengan pertanyaan demi pertanyaan, lebih baik daripada siswa demi siswa, hal ini memungkinkan untuk mempertahankan standar keseragaman dalam menilai jawaban untuk setiap pertanyaan. Prosedur ini juga membantu untuk menghindari halo effect dalam menilai. Manfaatnya adalah agar guru dapat membandingkan jawaban-jawaban siswa dalam tingkat-tingkat yang lebih tepat, dan agar guru hanya berpegang pada satu daftar angka guna menjamin ketepatan dalam menilai.

5. Evaluasi jawaban-jawaban soal essay tanpa mengetahuai identitas penulis. Hal ini merupakan upaya lain untuk mengontrol personal bias selama menskor. Jawaban-jawaban dari soal essay dievaluasi dalam bentuk tertulis, bukan dalam bentuk apa yang diketahui penulis dari kontak langsung dengan siswa. Cara terbaik untuk mencegah pembiasan dalam penilaian adalah mengevaluasi setiap jawaban tanpa mengetahui identitas penulis. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menginformasikan kepada siswa untuk menuliskan namanya dibelakang kertas jawabannya atau dengan menggunakan kode nomor sebagai pengganti nama.

6. Bila memungkinkan, mintalah dua atau lebih orang guru lain yang mengetahui masalah itu, untuk menskor tiap jawaban.

Hal ini diperlukan untuk mengecek kehandalan scoring terhadap jawaban-jawaban essay itu. Tentu saja hal ini tidak perlu dilakukan pada setiap

(21)

Sementara, menurut Azhar, L. M (1991), terdapat beberapa upaya untuk meningkatkan objektivitas penilaian dalam tes essay yaitu sebagai berikut. 1. Baca beberapa lembar jawaban yang diambil secara acak (random) sebagai gambaran umum sebelum mulai memberikan penilaian.

2. Usahakan tidak melihat nama testi. Bila perlu digunting dan diberi kode seperti pada saat memeriksa tes Ebtanas.

3. Jangan memberi skor dipengaruhi oleh tulisan yang baik/buruk.

4. Periksalah nomor yang sama untuk seluruh testi baru ke nomor berikutnya. 5. Buatlah pedoman penilaian sebelumnya (terlebih-lebih untuk tes essay yang diperiksa lebih dari seorang) hingga skor yang diberikan relatif sama.

6. Buat pula kunci jawaban yang memuat hal-hal pokok yang harus ada dalam masing-masing jawaban.

7. Bila tes essay disatukan dengan tes objektif maka tes essay dapat

dikategorikan “sukar” dalam merancang kisi-kisi untuk tingkat kesukaran soal tetapi bila seluruh tes adalah tes essay soal dapat dibagai menjadi 3 atau 5 tingkatan. Dengan demikian untuk yang terbagi menjadi 3 tingkatan akan

terdapat soal-soal yang mudah (md), sedang (sd), dan sukar (sk). Demikian juga untuk yang terbagi menjadi 5 tingkatan akan terdapat soal-soal yang lebih mudah (lmd), mudah (md), sedang (sd), sukar (sk) dan lebih sukar (lsk). 8. Menggunakan metode berikut dalam menskor tes essay, antara lain: a. Metode analisis: yakni menskor dengan menyiapkan model jawaban berdasarkan tahapan tingkat kebenaran suatu jawaban dengan memberikan skor tertentu. Misalnya: ¼ benar diberikan skor 2,5; ½ benar diberikan skor 5; ¾ benar diberikan skor 7,5; dan benar semuanya diberikan skor 10 untuk setiap item.

b. Metode sortir: yakni menskor dengan terlebih dahulu melakukan sortir terhadap keseluruhan pekerjaan testi. Penyortiran dilakukan dengan

mengklasifikasikan jawaban yang ada. Misalnya jawaban benar (baik), cukup, sedang, kurang, dan kurang sekali. Tiap klasifikasi diberikan skor misalnya 9 – 10; 7 – 8; 5 – 6; 3 – 4; dan 1 – 2 dari yang baik hingga ke yang kurang sekali. c. Metode keseluruhan (whole method): yakni pemeriksaan secara nomor demi nomor bagi seluruh testi hingga diperoleh jawaban dari tingkat yang paling baik hingga ke yang paling buruk lalu dilakukan pemberian skor. Misalnya yang paling baik diberikan skor 10; baik diberikan skor 8; cukup diberikan skor 6; sedang diberikan skor 4; dan kurang diberikan skor 2 untuk setiap item tes.

d. Metode pembobotan (weight system): yakni dengan memberikan

perbandingan bobot skor dari setiap item tes berdasarkan tingkat kesukaran (difficulty index) soal. Misalnya untuk soal mudah dengan bobot 2, sedang 3, sukar 4 dan sebagainya. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh Sa (skor akhir) untuk siswa A dan siswa B yang mengikuti tes essay dengan 5 item tes berikut! Keterangan:

No : nomor soal

TK : tingkat kesukaran soal n : skor setiap soal

W : weight/bobot skor n × W : skor kali bobot Sa : skor akhir

Rumus Sa =

Dari contoh di atas, ternyata antara siswa A dan B dengan (n) yang sama yakni 35 ternyata (Sa) berbeda setelah dibobotkan yakni siswa A memperoleh skor 7,47 dan siswa B memperoleh skor 6,93.

(22)

setiap guru pasti merasa bisa memberikan skor jawaban para siswanya termasuk penggunaan jawaban yang berasal dari tes essay, karena dalam pemberian skor pada tes essay tidak ada eksplanasi penilaian angka secara pasti diberikan. Sebaliknya dikatakan sulit, karena banyak faktor selalu muncul yang dapat mempengaruhi dalam pengambilan keputusan pada penilaian siswa. Faktor-faktor tersebut diantaranya subjektivitas, pertimbangan, dan pengaruh interaksi antara guru dengan para siswa selama dalam proses pembelajaran berlangsung. Untuk mengatasi faktor-faktor di atas, berikut beberapa petunjuk yang dapat digunakan sebagai acuan para guru, antara lain:

1. Menyusun jawaban kunci untuk setiap pertanyaan yang mengandung materi penting yang dapat digunakan sebagai acuan dasar ketika melakukan penilaian. 2. Menentukan skor dari setiap pertanyaan berdasarkan bobot permasalahan, kompleksitas jawaban, dan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan jawaban.

3. Memutuskan berapa poin pengurangan skor penilaian apabila siswa melakukan kesalahan kecil, misalnya kesalahan ejaan, tanda baca, dan penggunaan kata.

4. Mengevaluasi satu pertanyaan pada semua lembar jawaban, sebelum lanjut ke pertanyaan berikutnya.

5. Guna mencek kesamaan kualitas jawaban, kelompokkan lembar jawaban siswa ke dalam 3 – 5 tumpukan dengan memperhatikan ranking dari yang tertinggi sampai terendah dan menempatkan lembar jawaban siswa ke dalam tumpukan yang ada atas dasar skor yang dicapai.

6. Usahakan dalam proses penilaian jawaban soal tidak melihat nama siswa penjawabnya.

7. Disarankan untuk sering beristirahat untuk mencegah kelelahan dan kejenuhan yang dapat mengakibatkan pemberian skor berubah secara signifikan.

PENUTUP

3.1 Simpulan

Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut.

1. Tes essay adalah salah satu bentuk tes tertulis, yang susunannya terdiri atas item-item pertanyaan yang masing-masing mengandung permasalahan dan menuntut jawaban siswa melalui uraian-uraian kata yang merefleksikan kemampuan berpikir siswa.

2. Kelebihan tes essay diantaranya : (a) mengukur proses mental para siswa dalam menuangkan ide-ide ke dalam jawaban, (b) mengukur kemampuan siswa dalam menjawab melalui kata dan bahasa mereka sendiri, (c) mendorong siswa untuk mempelajari, menyusun, merangkai, dan menyatakan pemikiran siswa secara aktif, (d) mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusun dalam bentuk kalimat mereka sendiri, (e) mengetahui seberapa jauh siswa telah memahami dan mendalami suatu permasalahan atas dasar

pengetahuan yang diajarkan di dalam kelas, (f) kebebasan respon yang

diberikan oleh para siswa, (g) mencegah siswa menjawab secara menebak serta relatif lebih mudah dan lebih cepat dibuat dibandingkan dengan tes objektif. Sedangkan kelemahannya diantaranya: (a) ruang lingkup yang disajikan dalam bentuk tes essay kurang menyeluruh, (b) dalam pemeriksaan dan pemberian nilai akhir seringkali dipengaruhi faktor subjektivitas, (c) pemeriksaan jawaban pada tes essay ini tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang, (d) memeriksa jawaban tes essay cukup rumit.

(23)

dua macam, yaitu: Tes essay (uraian) berstruktur dan Tes essay (uraian) bebas. Sedangkan jika ditinjau dari pola jawaban siswa dan cara pemberian skor untuk setiap langkah jawaban itu, tes essay (uraian) dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu: Bentuk Uraian Objektif (BUO) dan Bentuk Uraian Non Objektif (BUNO).

4. Jenis-jenis pertanyaan dalam tes essay meliputi: (a) pertanyaan-pertanyaan dengan jawaban terbatas (retricted-response questions) yang berguna dalam mengukur hasil pembelajaran pada tingkat pemahaman, aplikasi, dan analisis, dan (b) pertanyaan-pertanyaan dengan jawaban terbuka (extended-renponse questions) yang digunakan untuk mengukur hasil pembelajaran pada tingkat sintesis dan evaluasi. Pertanyaan ini memberikan kebebasan kepada siswa yang hampir tak terbatas untuk menentukan bentuk dan ruang lingkup jawaban mereka.

5. Aturan-aturan mengkonstruksi pertanyaan dalam tes essay yaitu: (a) gunakan pertanyaan essay sebagai alat ukur hasil belajar yang kompleks, (b) hubungkan pertanyaan-pertanyaan langsung yang berhubungan dengan hasil belajar yang diukur, (c) rumuskan pertanyaan yang menyajikan tugas yang jelas untuk dilakukan, (d) hindari penggunaan pertanyaan pilihan kecuali pertanyaan hasil belajar yang memerlukan itu, dan (e) sediakan waktu yang cukup untuk menjawab dan memberikan batas waktu pada setiap pertanyaan.

6. Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan objektivitas penilain dalam tes essay, diantaranya: (a) evaluasi jawaban-jawaban untuk soal essay dalam hubungannya dengan hasil belajar yang sedang diukur, (b) untuk soal-soal essay dengan jawaban terbatas (restricted-response), berilah skor dengan metode point (point method), gunakan suatu model jawaban (pedoman jawaban) sebagai petunjuk, (c) untuk soal-soal essay dengan jawaban terbuka (extended-response answer), skorlah dengan rating method, gunakan kriteria tertentu sebagai pedoman penskoran, (d) evaluasi semua jawaban-jawaban siswa untuk satu pertanyaan sebelum melanjutkan ke pertanyaan berikutnya, (e) evaluasi jawaban-jawaban soal essay tanpa mengetahuai identitas penulis, dan (f) bila memungkinkan, mintalah dua atau lebih orang guru lain yang mengetahui masalah itu, untuk menskor tiap jawaban.

5.

a.

Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam membuat perencanaan tes antara

lain:

1.

Pemulihan sampel materi yang akan diujikan hendaknya dilakukan dengan mengacu

pada tujuan pembelajaran yang ingin dicapai;

2.

Jenis tes yang akan digunakan berhubungan erat dengan jumlah sampel materi yang akan

diukur, tingkat kognitif yang akan diukur, jumlah peserta tes, serta jumlah soal yang akan

dibuat;

3.

Jenjang kemampuan berfikir yang ingin diuji

Setiap mata pelajaran mempunyai penekanan kemampuan yang berbeda dalam

mengembangkan proses berfikir siswa. Dengan demikian jenjang kemampuan berfikir

yang akan diuji pun berbeda-beda. Jika tujuan suatu pelajaran lebih menekankan pada

pengembangan proses berfikir analisis, evaluasi, dan kreasi maka butir soal yang akan

digunakan dalam ujian harus dapat mengukur kemampuan tersebut demikian juga

sebaliknya.

4.

Ragam tes yang digunakan

(24)

5.

Sebaran tingkat kesukaran butir soal

Pada umumnya ahli pengukuran sepakat bahwa butir soal yang dapat memberikan

informasi yang besar kepada guru adalah butir soal yang tingkat kesukarannya sedang

(harga p di sekitar 0,5). Secara teoritis dapat dilihat bahwa butir soal dengan tingkat

kesukaran = 0,5 akan sangat memungkinkan indeks daya beda maksimal (mendekati 1).

6.

Waktu yang disediakan untuk pelaksanaan ujian

Lamanya waktu ujian merupakan faktor pembatas yang harus diperhatikan dalam

membuat perencanaan tes. Lamanya waktu ujian (misalnya 90 menit) akan membawa

konsekuensi kepada banyaknya butir soal yang harus dibuat.

7.

Jumlah butir soal.

Penentuan jumlah butir soal yang tepat dalam satu kali ujian tergantung pada beberapa

hal antara lain: tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, ragam soal yang akan digunakan,

proses berfikir yang ingin diukur, dan sebaran tingkat kesukaran dalam set tes tersebut.

b.

Langkah-langkah dalam menyusun tes

a)

Menentukan tujuan penilaian. Tujuan penilaian sangat penting karna setiap tujuan

memiliki penekanan yang berbeda-beda. Misalnya untuk tujuan tes prestasi belajar,

lingkup materi/kompetensi yang ditanyakan atau diukur disesuaikan seperti untuk

kuis/menanyakan materi yang lalu, pertanyaan lisan di kelas, laporan kerja

praktik/laporan praktikum, ujian praktik

b)

Memperhatikan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Standar kompetensi

merupakan acuan/target utama yang harus dipenuhi atau yang harus diukur melalui setiap

kompetensi dasar yang ada atau melalui gabungan kompetensi dasar.

c)

Menentukan jenis alat ukurnya, yaitu tes atau non tes atau mempergunakan keduanya.

Untuk penggunaan tes diperlukan penentuan materi penting sebagai pendukung

kompetensi dasar. Syaratnya adalah materi yang diajukan harus mempertimbangkan

urgensi (wajib dikuasai peserta didik). Kontinuitas (merupakan materi lanjutan),

relevansi (bermanfaat terhadap mata pelajaran lain), dan keterpakaian dalam kehidupan

sehari-hari tinggi (UKRK). Langkah selajutnya adalah menentukan jenis tes dengan

menanyakan apakah materi tersebut tepat diujikan secara tertulis/lisan. Bila jawabannya

tepat, maka materi yang bersangkutan tepat diujikan dengan bentuk soal atau uraian. Bila

jawabannya tidak tepat, maka jenis tes yang tepat adalah tes perbuatan: kinerja

(

performance),

Penugasan

(Project),

hasil karya (

Product),

atau lainnya.

d)

Menyusun kisi-kisi tes dan menulis butir-butir soal beserta pedoman penskorannya.

Dalam menulis soal harus memperhatikan kaidah penulisan soal.

Contoh format kisi-kisi:

Kisi-kisi Tes Akhir Semester

Mata Pelajaran :

Kelas :

Waktu Ujian :

Penulis :

Bentuk soal :

Jumlah butir soal :

Sekolah :

No. Pokok

Bahasan

Sub

Pokok

Bahasan

Jenjang kemampuan dan tingkat kesukaran

Jumlah

C1

C2

C3

C4, 5,6

(25)

Langkah-langkah pengisian format kisi-kisi:

1.

Siapkan format kisi-kisi dan buku materi yang akan digunakan sebagai sumber dalam

pembuatan kisi-kisi

2.

Tentukan pokok bahasan dan sub pokok bahasan yang akan dipilih sebagai sampel

materi yang akan diujikan. Kemudian tuliskan pokok bahasan tersebut pada lembar

kisi-kisi. Pemilihan ini hendaknya harus memperhatikan tujuan pembelajaran yang ingin

dicapaidan waktu ujian yang telah ditentukan.

3.

Tentukan berapa jumlah butir soal yang layak ditanyakan dalam satu waktu ujian

tersebut. Petentuan jumlah butir soal harus memperhatikan tingkat kesukaran butir soal

dan pproses berfikir yang akan diukur

4.

Sebarkan jumlah butir soal tersebut per pokok bahasan. Penentuan jumlah butir soal per

pokok bahasan hendaknya dilakukan secara profesional berdasarkan kepentingan atau

keluasan pokok bahasan. Jadi jumlah butir soal per pokok bahasan tidak harus sama

5.

Distribusikan jumlah butir soal per sub pokok bahasan tersebuut ke dalam sub pokok

bahasan

6.

Distribusikan jumlah butir soal per sub pokok bahasan tersebut ke dalam kolom-klom

proses berfikir dan tingkat kesukaran butir soal. Pendistribusian ini harus berpedoman

pada tujuan ppembelajaran yang akan diukur ketercapaiannya dan proses berfikir yang

dikembangkan selama proses pembelajaran.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Dalam penyusunan perencanaan tes perlu diperhatikan tes hasil belajara harus dapat

mengukur secara jelas hasil belajar. Disamping itu tes juga harus dijadikan alat untuk

mencari informasi yang berguna untuk memperbaiki cara belajar siswa dan cara

mengajar guru itu sendiri.

Dalam perencanaan tes sangat diperlukan kisi-kisi agar tes objektif yang akan ditulis

tidak melenceng dari meteri yang telah diajarkan selama proses pembelajaran dan juuga

menjadi pedoman bagi penulis dalam menulis setiap butir soal.

Saran

Dengan adanya perencanaan tes diharapkan suatu tes benar-benar dapat menjadi

instrumen yang dapat mengukur kemampuan siswa

Referensi

Dokumen terkait

Guru dalam melaksanakan penilaian aspek afektif, penilaian kognitif dan penilain aspek psikomotorik pembelajaran di dalam masih merasa belum paham sesuai tujuan kurikulum

Instrumen yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa adalah tes hasil belajar berbentuk essay tes dengan jumlah 10 soal yang sudah yang telah di uji

tes hasil belajar pada umumnya dipertimbangkan tiga karakteristik butir soal, yaitu : tingkat kesukaran, daya beda dan distribusi jawaban atau berfungsi tidaknya pilihan

Sistem yang akan dikembangkan adalah sebuah sistem pengecekan soal essay yang bertujuan untuk melakukan penilaian otomatis terhadap jawaban essay siswa.. Pengoreksian

Disamping itu pelaksanaan evaluasi dilakukan dengan menggunakan bentuk tes yang didominasi oleh model tes subyektif, yaitu essay, tes cloze, dan complation (ik htibar

Buat format tabel HAKS untuk semua butir soal dalam satu tes yang Anda.. pergunakan untuk

Guru dalam melaksanakan penilaian aspek afektif, penilaian kognitif dan penilain aspek psikomotorik pembelajaran di dalam masih merasa belum paham sesuai tujuan kurikulum 2013 yang

Hal ini semata-mata bukan karena tes objektif tidak dapat digunakan untuk mengukur proses berpikir yang lebih tinggi dari sekedar ingatan atau pemahaman tetapi lebih disebabkan oleh