PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONMAGAS TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP PECAHAN BAGI SISWA KELAS V SD NEGERI
REJOSARI KABUPATEN TEMANGGUNG
TUGAS AKHIR
Disusun Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh :
Nur Alimah
202013077
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONMAGAS TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP PECAHAN BAGI SISWA KELAS V SD NEGERI
REJOSARI KABUPATEN TEMANGGUNG
Nur Alimah1, Kriswandani2
Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 52-60 Salatiga 50711
1Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP UKSW, email: 202013077@students.uksw.edu 2Dosen Pendidikan Matematika FKIP UKSW, email: kriswandani@staff.uksw.edu
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh Model Pembelajaran Konmagas terhadap kemampuan pemahaman konsep pecahan bagi siswa kelas V SD Negeri Rejosari Kabupaten Temanggung. Model Pembelajaran Konmagas merupakan model pembelajaran perpaduan antara Model Pembelajaran Kontekstual (CTL) dengan Metode Matematika Gasing. Jenis Penelitian ini adalah eksperimen semu dengan desain nonequivalent control group design. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Rejosari Kabupaten Temanggung yang terdiri dari 2 kelas yakni kelas VA (22 siswa) dan kelas VB (21 siswa). Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasinya sehingga teknik pengambilan sampelnya disebut teknik sampling jenuh. Teknik pengumpulan data menggunakan dokumentasi dan metode tes. Teknik analisis datanya adalah uji beda rerata. Berdasarkan hasil uji beda rerata diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,012<0,05 yang berarti Model Pembelajaran KONMAGAS berpengaruh terhadap kemampuan pemahaman konsep pecahan bagi siswa kelas V SD Negeri Rejosari Kabupaten Temanggung.
Kata Kunci: Model Pembelajaran KONMAGAS, Kemampuan Pemahaman Konsep
PENDAHULUAN
Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dipelajari dan diajarkan pada jenjang pendidikan mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang harus dikuasai setiap siswa. Permendiknas No 22 tahun 2006 tentang Standar Isi menyatakan bahwa mata pelajaran matematika bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah; 2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; 3) Memecahkan masalah yang meliputi
memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari (Verowita, 2012). Kemampuan yang dikembangkan dalam mempelajari matematika adalah kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerja sama (Depdiknas, 2006:153). Matematika mempunyai peran penting dalam segala aspek kehidupan sehingga matematika harus dipelajari sejak dini dan proses ini disebut sebagai pembelajaran matematika.
Pembelajaran matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada siswa melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga siswa memperoleh kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari (Muhsetyo, 2011). Tujuan pembelajaran matematika di
tingkat pendidikan dasar adalah melatih dan menumbuhkan cara berpikir sistematis, logis, kritis, kreatif, dan konsisten serta mengembangkan sikap gigih dan percaya diri dalam menyelesaikan masalah (Depdiknas, 2006). Salah satu kemampuan yang dikembangkan dalam mempelajari matematika adalah kemampuan pemahaman konsep.
Nasution dalam Suleman (2013:5) menyatakan bahwa pemahaman konsep adalah kemampuan individu untuk memahami suatu konsep tertentu. Seseorang siswa telah memiliki pemahaman konsep apabila siswa telah menangkap makna atau arti dari suatu konsep. Bentuk dari pemahaman konsep berupa pemahaman terjemahan, pemahaman penafsiran dan pemahaman ekstrapolasi. Pemahaman dan penguasaan suatu materi atau konsep merupakan prasyarat untuk menguasai materi atau konsep berikutnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Heruman (2008: 4) dalam matematika setiap konsep berkaitan dengan konsep lain, dan suatu konsep menjadi prasyarat bagi konsep lainnya. Oleh sebab itu, pemahaman konsep merupakan hal yang sangat fundamental dalam pembelajaran matematika agar lebih bermakna (Karim, 2011). Mayoritas pemahaman konsep siswa pada mata pelajaran matematika di Indonesia belum sesuai dengan harapan guru. Hal serupa juga terjadi di SD Negeri Rejosari Kabupaten Temanggung.
Berdasarkan observasi yang dilaksanakan di kelas V SD Negeri Rejosari, rendahnya pemahaman konsep siswa disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu permasalahan
yang terlihat terbiasanya penerapan pembelajaran guru menggunakan teacher centered (berpusat pada guru) dan metode ceramah sehingga siswa cenderung memperoleh informasi
rata-rata UAS matematika semester ganjil yaitu 55, hasil ini belum sesuai dengan harapan guru dan masih berada dibawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM).
Imron dalam Petersen (2004) mengemukakan faktor yang mempengaruhi pemahaman konsep meliputi faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi pemahaman konsep meliputi faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri, misalnya kematangan berfikir, kesiapan belajar dan motivasi. Faktor eksternal juga turut mempengaruhi pemahaman konsep, faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa, misalnya perencanaan proses pembelajaran, strategi, media, serta model pembelajaran
yang digunakan.
Salah satu model pembelajaran yang dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun kemampuan pemahaman konsep adalah Model Pembelajaran Kontekstual (CTL). Hal ini didukung oleh hasil penelitian Nurul (2017) yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran CTL terhadap kemampuan pemahaman konsep. Selama proses pembelajaran dengan menggunakan model CTL berlangsung, siswa memberikan respon yang baik.
Sanjaya (2008:109) mendefinisikan Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu model pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa dan bertujuan untuk memahami makna dari materi yang diajarkan dengan mengaitkannya konteks kehidupan sehari-hari yang membantu siswa untuk memiliki pengetahuan keterampilan, sehingga dapat mengkonstruksi sendiri kemampuannya. Sintaks Model Pembelajaran CTL adalah 1) mengembangkan pemikiran kontruktivisme; 2) melaksanakan kegiatan inkuiri untuk semua topik; 3) mengembangkan sifat ingin tahu; 4) menciptakan masyarakat belajar; 5) menghadirkan model; 6) melakukan refleksi; dan 7) melakukan penilaian yang sebenarnya. Model Pembelajaran CTL mempunyai beberapa kelebihan. Rusman (2011:199) menyatakan bahwa kelebihan model CTL yaitu: 1) mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar lebih bermakna apakah dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan
mengkontruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru yang baru dimilikinya; 2) melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik yang diajarkan; 3)
mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui memunculkan pertanyaan-pertanyaan; 4) menciptakan masyarakat belajar, seperti melalui kegiatan kelompok berdiskusi, tanya jawab dan lain sebagainya; dan 5) membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
ini dapat berpengaruh pada kemampuan berhitung yang dimiliki siswa. Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Desy Santika Dewi (2013) yang menyatakan bahwa metode GASING dapat meningkatkan kemampuan berhitung siswa.
Metode matematika “Gampang, asyik dan menyenangkan” yang selanjutnya disebut
dengan metode matematika gasing merupakan inovasi yang dikembangkan oleh Yohanes Surya. Menurut Surya (2011:1), metode GASING merupakan suatu metode belajar matematika dengan menggunakan cara yang lebih sederhana dan dipadukan dengan pendekatan logika dan meminimalisir penggunaan rumus serta menekankan pada suatu
pembelajaran yang berupa kegiatan eksplorasi nyata (konkret) dari materi-materi yang disesuaikan dengan kurikulum sekolah. Lebih lanjut, Tuga dalam Sirait (2013:7) menyatakan bahwa kelebihan metode gasing meliputi: 1) metode gasing dapat dipelajari oleh segala lapisan umur, cocok untuk anak-anak hingga orang dewasa; 2) dalam praktiknya, metode ini selalu mengawali segala hal dengan sesuatu yang nyata (bukan abstrak), sehingga sangat mudah dimengerti; 3) menghitung cepat (tambah, kali,kurang,bagi) tanpa alat; 4) menghitung dengan mencongak, sehingga siswa harus membayangkan hasil-hasil yang telah dihitung, hal ini akan memacu kerja otak kanan, dengan banyaknya imajinasi dan siswa akan lebih kreatif. Penggabungan dari model pembelajaran CTL dan metode GASING disebut dengan model pembelajaran KONMAGAS. Model pembelajaran KONMAGAS merupakan suatu model pembelajaran yang menyenangkan dan menekankan logika sehingga siswa tidak perlu menghafal atau bergantung pada rumus serta menekankan pada proses keterlibatan siswa dan bertujuan untuk memahami makna dari materi yang diajarkan dengan mengaitkannya konteks kehidupan sehari-hari yang membantu siswa untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan sehingga dapat mengonstruksi sendiri kemampuannya. Langkah-langkah menggunakan model pembelajaran KONMAGAS yaitu: 1) dialog sederhana, dialog merupakan bentuk komunikasi dua arah, dalam hal ini yang terlibat adalah guru dan siswa; 2) membantu siswa berimajinasi dengan membahas dikehidupan nyata; 3) guru memberikan pertanyaan
berdasarkan kejadian atau topik yang disajikan; 4) guru menyajikan contoh-contoh soal secara relevan dengan tujuan untuk memperkuat penguasaan matematika; 5) menyediakan
Berdasarkan uraian masalah tersebut maka dapat dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh model pembelajaran KONMAGAS terhadap kemampuan pemahaman konsep pecahan bagi siswa kelas V SD Negeri Rejosari Kabupaten Temanggung.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen semu (Quasi
Experimental). Menurut Sandjaja (2006: 105), penelitian eksperimen semu dilakukan untuk menguji hipotesis tentang ada tidaknya pengaruh suatu tindakan bila dibandingkan dengan tindakan lain dengan pengontrolan variabelnya sesuai dengan kondisi yang ada (situasional). Penelitian ini memberikan perlakuan yang berbeda diantara kedua kelompok siswa dimana model pembelajaran yang akan digunakan pada kelas eksperimen adalah Model Pembelajaran KONMAGAS, sedangkan pada kelas kontrol akan digunakan Model Pembelajaran Konvensional.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri Rejosari Tahun Ajaran 2016/2017 yang terdiri dari 43 siswa yang terbagi dalam 2 kelas. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan teknik census sampling (sampling jenuh) yaitu dengan menggunakan semua anggota populasi sebagai sampel dalam penelitian (Martono, 2014:81), yakni sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen yang digunakan adalah VB yang terdiri dari 22 siswa dengan 1 siswa tidak mengikuti pretest sehingga jumlah siswa dalam kelas eksperimen adalah 21 siswa sedangkan kelas kontrolnya adalah kelas VA yang terdiri dari 22 siswa. Desain yang digunakan pada penelitian adalah Nonequivalent Control
Group Design.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode dokumentasi dan tes pilihan ganda. Dokumentasi berupa nilai awal matematika (pretest) kelas V pada Tes Akhir Semester 1 yang digunakan untuk mengetahui kemampuan awal kedua kelas,
sedangkan tes digunakan untuk mengetahui kemampuan pemahaman konsep siswa setelah diberikan perlakuan Tes ini dilakukan setelah siswa mengikuti pembelajaran pada materi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data dalam penelitian ini meliputi data skor kemampuan pemahaman konsep pada kondisi awal dan kondisi akhir dari kedua kelas yang digunakan sebagai sampel penelitian ini. Adapun kondisi awal kedua kelas tersebut dapat dilihat sebagai berikut
A. Kondisi Awal (sebelum diberikan perlakuan)
Kemampuan awal matematika siswa dapat diketahui dari data nilai pretest yang diambil dari nilai ulangan tengah semester . Data ini digunakan untuk mengetahui keseimbangan kedua kelompok data dengan melakukan uji normalitas dan uji homogenitas data. Adapun
hasil analisis data nilai pretest dapat dilihat dalam Tabel 1, Tabel 2, dan Tabel 3 sebagai berikut ini
Tabel 1. Deskripsi Statistik Nilai Pretest
N Minimum Maximum Mean tidak jauh berbeda dimana nilai rerata kelas eksperimen sebesar 55,05 lebih rendah daripada nilai rerata kelas kontrol sebesar 58,82. Lebih lanjut dilakukan uji normalitas data dan
Normal Parametersa Mean 55.05 58.82
Std. Deviation 16.172 11.337
Most Extreme Differences
Absolute .168 .130
Positive .168 .130
Negative -.124 -.077
Kolmogorov-Smirnov Z .769 .610
Asymp. Sig. (2-tailed) .595 .851
a. Test distribution is Normal.
pretest untuk kelas eksperimen sebesar 0,595 dan untuk kelas kontrol sebesar 0,851 dimana kedua nilai signifikan tersebut lebih dari 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data pretest kedua kelas berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Lebih lanjut, uji homogenitas
pretest dalam penelitian ini berfungsi untuk mengetahui apakah variansi-variansi dari populasi sama atau tidak. Hasil uji homogenitas dan analisis uji-t nilai pretest dapat dilihat pada Tabel 3 berikut
Tabel 3. Hasil Uji Beda Rerata Data Pretest
Berdasarkan Tabel 3 diperoleh hasil uji homogenitas ini menggunakan metode Levene dengan taraf signifikansi 5% menunjukkan nilai signifikan sebesar 0.089 dimana nilai signifikan tersebut lebih dari 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa data pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki variansi yang sama (homogen). Oleh karena telah memenuhi uji normalitas data dan uji homogenitas data maka dapat disimpulkan kedua kelas tersebut dalam kondisi seimbang. Untuk memperkuat hasil uji keseimbangan kedua kelompok ini, berdasarkan hasil uji beda rerata diperoleh nilai signifikan sebesar 0.379>0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata nilai pretest antara kedua kelas tersebut. Berdasarkan hasil uji normalitas, homogenitas, dan uji-t di atas maka
tampaklah bahwa kedua kelas tersebut memiliki kemampuan awal yang seimbang maka dapat diberikan perlakuan yang berbeda. Kelas eksperimen diberi perlakuan berupa Model
Pembelajaran KONMAGAS sedangkan kelas kontrol diberi perlakuan berupa Model Pembelajaran Konvensional.
Levene's Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
B. Kondisi Akhir (setelah diberi perlakuan)
Kondisi akhir nilai matematika siswa dapat dilihat dari hasil pemberian posttest yang diberikan setelah kedua kelas tersebut diberikan perlakuan yang berbeda. Hasil analisis deskriptif hasil nilai belajar posttest dapat disajikan pada Tabel 4 berikut ini
Tabel 4. Deskriptif Statistik Nilai Posttest
Berdasarkan Tabel 4 diperoleh hasil bahwa nilai rerata kelas eksperimen dan kelas kontrol tampak berbeda dimana nilai rerata kelas eksperimen sebesar 79,24 lebih tinggi daripada nilai rerata kelas kontrol sebesar 70,23. Lebih lanjut, untuk mengetahui perbedaan nilai rerata tersebut dilakukan uji beda rerata dengan uji prasyaratnya adalah uji normalitas dan uji homogenitas data. Adapun hasil uji normalitas data kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat dalam Tabel 5 sedangkan hasil uji homogenitas data dan uji beda rerata dapat dilihat dalam Tabel 6.
Tabel 5. Uji Normalitas Posttest
NILAI KELAS EKSPERIME
N
NILAI KELAS KONTROL
N 21 22
Normal Parametersa Mean 78.48 70.23
Std. Deviation 10.948 11.351
Most Extreme Differences
Absolute .208 .124
Positive .197 .085
Negative -.208 -.124
Kolmogorov-Smirnov Z .954 .579
Asymp. Sig. (2-tailed) .322 .890
a. Test distribution is Normal.
Berdasarkan hasil perhitungan uji normalitas pemahaman konsep pada Tabel 5 diperoleh
nilai signifikan uji normalitas untuk kelas eksperimen sebesar 0,322 dan nilai signifikan untuk kelas kontrol sebesar 0,890 dimana kedua nilai signifikan tersebut lebih dari 0,05 sehingga disimpulkan bahwa nilai posttest matematika dari kedua kelompok berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Nilai Akhir Kelas Eksperimen 21 53 100 79.24 11.216
Nilai Akhir Kelas Kontrol 22 47 93 70.23 11.351
Tabel 6. Hasil Uji Homogenitas Data Posttest
Berdasarkan hasil uji homogenitas data pada Tabel 6 menunjukkan bahwa nilai signifikan 0,555>0,05 sehingga kemampuan pemahaman konsep dari kedua kelas antara kelas eksperimen dan kontrol mempunyai variansi yang sama (homogen). Oleh karena itu, nilai signifikansi uji beda rerata dengan equal variances assumed sebesar 0,012 < 0,05 yang berarti terdapat perbedaan nilai rerata kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hal ini bermakna bahwa terdapat pengaruh Model Pembelajaran KONMAGAS terhadap kemampuan pemahaman konsep bagi Siswa Kelas V SD Negeri Rejosari Kabupaten Temanggung.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran KONMAGAS terhadap kemampuan pemahaman konsep bagi siswa Kelas V SD Negeri Rejosari Kabupaten Temanggung. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji hipotesis Independent sample t-test dengan tipe Equal variances assumed menghasilkan nilai signifikansi sebesar 0,012 < 0,05 yang berarti tidak terdapat perbedaan nilai rerata antara
kelas eksperimen dengan kelas kontrol atau terdapat pengaruh Model Pembelajaran KONMAGAS terhadap kemampuan pemahamn konsep bagi siswa Kelas V SD Negeri
Rejosari Kabupaten Temanggung. Hal ini tampak dari nilai rata-rata kelas eksperimen sebesar 79,24 lebih tinggi dari pada kelas kontrol sebesar 70,23, artinya hasil belajar matematika siswa yang di ajar dengan model pembelajaran KONMAGAS lebih baik dibanding hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran konvensional.
Independent Samples Test
Levene's Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
DAFTAR PUSTAKA
Afrilianto, M. 2012. “Peningkatan Pemahaman Konsep dan Kompetensi Strategis Matematis
Siswa SMP dengan Pendekatan Metaphorical Thingking”. Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung.1(2)
Arends, Richards I. 2008. Learning to Teach. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Depdiknas.2006. Permendiknas Peraturan menteri pendidikan nasional republik indonesia tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah.Jakarta: Depdiknas Ismunanto,dkk. 2011. Ensiklopedia Matematika. Jakarta: PT Lentera Abadi
Martono, Nanang.2014. Metode Penelitian Kuantitatif: Analisis Isi dan Analisis Data Sekunder. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Muhsetyo, Gatot dkk. 2011. Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Universitas Terbuka Nurmalasari, Riana, Reta Dian Purnama., dkk. 2016. Peran Guru dalam Implementasi Kurikulum 2013. Diakses pada http://ap.fip.um. ac.id/wp- content/uploads/2016/03/55-Riana-Nurmalasari-Reta-Dian-Purnama-Wati-Poppy-Puspitasari.pdf
Nurul dkk. 2017. Pengaruh Penerapan Model Contextual Teaching and Learning Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMP Pada Materi Garis dan Sudut. Tahun 2016/207. Jurnal Nasional Pendidikan Matematika, Vol 1, No.1, hal 150
Petersen, Lindy.2004.Bagaimana Memotivasi Anak Belajar.Jakarta: Grasindo
Ruseffendi. 2009. E.T. Pengantar kepada membantu guru mengembangkan kompetensinya dalam pengajaran matematika untuk meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito
Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada Sandjaja. 2006. Panduan Penelitian. Jakarta: Prestasi Pustaka Karya
Surya,Yohanes.2011.Buku Petunjuk Guru Pintar Berhitung GASING (Gampang,aSyik,menyenaNGkan) Tangerang: Kandel
Verowita, Winda. 2012. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Terhadap Pemahaman Konsep Dalam Pembelajaran Matematika. Vol.1 No.1