• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Dan Uji Antagonisme Jamur Endofit Tanaman Tebu (Saccharum Officinarum L.) Terhadap Perkembangan Xanthomonas Albilineans L. Dengan Metode Sterilisasi Autoklaf Dan Membran Filter

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Identifikasi Dan Uji Antagonisme Jamur Endofit Tanaman Tebu (Saccharum Officinarum L.) Terhadap Perkembangan Xanthomonas Albilineans L. Dengan Metode Sterilisasi Autoklaf Dan Membran Filter"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tebu merupakan bahan baku utama pembuatan gula di Indonesia. Luas

areal pertanaman tebu di Indonesia saat ini sesungguhnya hanya berkisar antara

340 – 350 ribu ha/tahun (Malian et al., 2004). Laju peningkatan konsumsi gula

diperkirakan sekitar 3.3 % per tahun sementara itu produksi gula masih rendah

(Mardianto et al., 2005).

Pemerintah mentargetkan swasembada gula pada tahun 2014 untuk

memenuhi kebutuhan gula nasional (baik untuk konsumsi langsung rumah tangga

maupun industri) sebesar 5,7 juta ton, sementara produksi gula Thailand sebagai

produsen gula terbesar di Asia Tenggara 11 juta ton per tahun (Dirjenbun, 2011).

Salah satu masalah dalam pemenuhan target swasembada adalah produktivitas

gula yang masih rendah (7 ton/ha) dengan rendemen berkisar 7,1-7,9 (Yulianti,

2012). Penurunan produksi gula nasional tahun terakhir ini disebabkan oleh

beberapa hal. Salah satunya karena penyakit (BPPT, 2007). Di antara penyakit

tebu tersebut adalah penyakit vaskular bakteri disebabkan oleh Xanthomonas

albilineans L.yang merupakan penyakit utama tanaman tebu di seluruh dunia.

Penyakit ini disebut penyakit pembuluh sistemik yang dapat menyebabkan

pengurangan hasil tebu yang tinggi dan mengurangi kualitas produk makanan

(mempengaruhi kemurnian gula), menghilangkan kultivar yang potensial, dan

memerlukan perhatian khusus untuk pertukaran plasma nutfah (Rott et al., 1997).

Penyakit ini ditandai dengan garis-garis putih di daun dengan zona

nekrotik pada tepi daun, munculnya klorosis yang luas, pembuluh berwarna merah

dan pembentukan rongga invasi pada ruas, produksi tunas samping, layu cepat dan

(2)

pertumbuhan, ruas batang pendek-pendek, tunas-tunas samping berkembang dan

daun-daun dari tunas ini juga mempunyai garis-garis klorotis. Penyakit ini juga

merupakan penyakit yang cepat meluas (Birch, 2001; Semangun, 2008).

Sistem vaskular tanaman tebu terdiri dari unsur xilem dan floem, patogen

vaskular bakteri berkembang di xilem sehingga mengakibatkan terhambatnya

fotosintesis. Baru-baru ini diketahui bahwa patogen tidak hanya terdapat pada

xilem tetapi juga pada sel-sel parenkim, dinding sel serta sel non vaskular lain

dengan mendegradasi dinding sel sehingga menyebabkan pecahnya dinding sel

(Mensi et.al., 2014). Bakteri ini dapat hidup sebagai saprofit dalam tanah dan

menular melalui perantaraan alat yang digunakan untuk memotong stek tebu yang

tidak steril serta dengan tertiup angin dan hujan sehingga harus dilakukan

pergiliran tanaman agar mengurangi timbulnya penyakit (Birch, 2001). Penerapan

teknik-teknik pengendalian lainnya seperti menanam varietas tahan, solarisasi

tanah (Widodo dan Suheri, 1995) dan penggunaan agen hayati diantaranya

mikroorganisme antagonis seperti jamur dan bakteri endofit (Azevedo et al.,

2000; Strobel et al., 2004).

Endofit secara alami merupakan bagian dari tanaman sehat, karena itulah

endofit didefinisikan sebagai mikroorganisme yang hidup di dalam jaringan

tanaman tanpa menimbulkan efek negatif. Endofit dapat berperan sebagai

perangsang pertumbuhan tanaman dan meningkatkan hasil melalui produksi

fitohormon dan penyedia hara, sebagai penetral kontaminan tanah sehingga

meningkatkan fitoremidiasi, dan agensia pengendali hayati (Yulianti, 2012).

Ghimire dan Hyde (2004) menyebutkan bahwa endofit dapat mengurangi infeksi

(3)

metabolit sekunder seperti alkaloid, paxilline, lolitrems dan steroid-steroid

kelompok tertraenone.

Endofit umumnya berasal dari golongan jamur ataupun bakteri (Strobel et

al., 2004). Jamur endofit merupakan salah satu sumber utama mikrobia penghasil

antibiotik (Kauffman dan Carver, 1997; Kurtz, 1997). Jamur ini menginfeksi

tanaman sehat pada jaringan tertentu dan mampu menghasilkan mikotoksin,

enzim serta antibiotika (Sinaga, 2009). Brunner dan Petrini (1992) melakukan

skrining terhadap lebih dari 80 spora jamur, didapatkan bahwa 79% jamur yang

mampu menghasilkan antibiotik adalah kelompok endofit. Melalui kemajuan

bioteknologi, saat ini endofit dimanfaatkan sebagai sarana produksi antibiotik

untuk keperluan obat dan farmasi, pertanian, serta sarana transgenik gen-gen

ketahanan (Yulianti, 2012).

Penggunaan pupuk dan pestisida yang berlebihan pada tanaman tebu

dalam jangka panjang akan merusak ekosistem. Padahal secara alami, tanaman

tebu berasosiasi dengan endofit selama pertumbuhannya untuk memperoleh hara

maupun sumber ketahanannya (Yulianti, 2012).

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, dapat diketahui bahwa

dalam tanaman terdapat jamur endofit yang memiliki manfaat yang sangat penting

bagi tumbuhan. Simbiosis antara jamur endofit dengan tanaman tebu dapat

digunakan sebagai antibakteri.

Kurangnya informasi tentang pengendalian penyakit yang disebabkan oleh

bakteri X. albilineansmaka dirasa perlu dilakukan suatu penelitian untuk

mengendalikan penyakit tersebut menggunakan jamur endofit sehingga dapat

(4)

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan jamur endofit asal tanaman

tebu (Saccharum officinarum L.) yang berpotensi dalam mengendalikan

Xanthomonas albilineans penyebab penyakit vaskular bakteri.

Hipotesis Penelitian

- Terdapat beberapa jenis jamur endofit dari tanaman tebu.

- Terdapat dua jenis metode sterilisasi crude antibiotik yaitu sterilisasi

autoklaf dan membran filter.

- Jamur endofit dari tanaman tebu berpotensi menghambat penyebab

penyakit vaskular bakteri X. albilineans.

Kegunaan Penelitian

Tersedianya teknologi pengendalian penyakit vaskular bakteri

disebabkan X. albilineans. pada tanaman tebu menggunakan jamur

Referensi

Dokumen terkait

fermentasi yang kurang optimal sehingga pertumbuhan kapang belum optimal pada saat proses fermentasi sehingga degradasi NDF pucuk tebu fermentasi tidak berbeda

Penyakit karat disebabkan oleh cendawan Puccinia kuehnii yang menyerang pada daun tebu sehingga menyebabkan kualitas maupun kuantitas produksi tebu tidak maksimal

sendiri merupakan jenis penyakit yang disebabkan oleh bakteri yang memiliki ciri – ciri apabila batang dari tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) tersebut dibelah maka

Hal ini sesuai dengan Tan & Zou (2001) yang menyatakan bahwa pada umumnya jamur endofit memiliki pertumbuhan yang cepat sehingga dapat digunakan sebagai

Penggunaan beberapa pupuk organik pada pertanaman bibit tebu merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan mutu dan produksi bibit tebu yang akan dihasilkan

Berdasarkan landasan teori, herbisida diuron dapat mengendalikan gulma dengan dosis 0,5-2,4 kg/ha mampu menekan pertumbuhan gulma total pada pertanaman tebu hingga 12 minggu

Salah satu bahan organik yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan produksi tanaman tebu yaitu limbah padat pabrik gula berupa bagas, blotong, dan abu yang berasal dari

Gambar 8 Penyakit luka api yang disebabkan jamur Ustilago scitaminea Sydow KESIMPULAN Jenis hama utama tebu di PT PG Rajawali II Jatitujuh Majalengka yaitu hama tikus wirok Bandicota