• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Frekuensi Dan Intensitas Sakit Perut Berulang Pada Anak Usia Sekolah Dengan Intelligence Quotient (IQ)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Antara Frekuensi Dan Intensitas Sakit Perut Berulang Pada Anak Usia Sekolah Dengan Intelligence Quotient (IQ)"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu sindroma umum nyeri kronis dan masalah kesehatan pada anak usia

sekolah adalah sakit perut berulang (SPB).1 John Apley dan Nash pada tahun 1958, mendapatkan 10% kejadian sakit perut berulang terjadi pada anak usia

sekolah.2 Kelompok ini kehilangan lebih dari dua hari masa sekolahnya dalam satu tahun. Selain itu, mereka memiliki tingkat kecemasan dan depresi yang lebih tinggi

dari kelompok anak yang tidak mengalami sakit perut berulang.3 Selanjutnya anak beresiko untuk mengalami sakit perut kronis atau gangguan cemas pada saat

menginjak usia dewasa.1,4 Faktor psikofisiologi merupakan penyebab terbanyak pada penyakit ini,5 yaitu kelainan fungsional saluran cerna 90 sampai 99% kasus, sedangkan kelainan organik 5 sampai 10% kasus.6 Berat ringannya sakit perut berulang dapat dinilai dari frekuensi dan intensitasnya sesuai dengan kriteria Rome

III.

Fungsi kognitif merupakan suatu faktor yang penting dalam perkembangan

seorang anak.7 Intelligence quotient (IQ) merupakan salah satu bagian yang mendukung fungsi kognitif anak. Hal ini berperan dalam kehidupan, penampilan

dan pencapaian anak di sekolah.8 Dahulu, dinyatakan bahwa IQ hanya dipengaruhi oleh garis keturunan dan merupakan hal yang tetap dan tidak dapat berubah sampai

kapan pun.4 Namun, penemuan modern menunjuk pada fakta bahwa kecerdasan

(2)

manusia itu hanya 42% yang dibawa dari lahir, sementara sisanya 58% merupakan

hasil dari proses belajar. Berbagai faktor dapat mempegaruhi tingkat IQ seseorang

seperti faktor bawaan dan keturunan.

Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa individu-individu yang berasal

dari suatu keluarga, atau bersaudara, nilai dalam tes IQ mereka berkorelasi tinggi (±

0,50). Pada saudara kembar korelasi sangat tinggi (± 0,90), sedangkan di antara

individu-individu yang tidak bersaudara korelasinya rendah (±0,20).

Penelitian terhadap anak-anak yang diadopsi menunjukkan bahwa IQ

mereka ternyata masih biokorelasi tinggi dengan ayah atau ibu yang sesungguhnya

(bergerak antara + 0,40 sampai + 0,50). Sedang korelasi dengan orangtua

angkatnya sangat rendah (+ 0,10 sampai + 0,20).5

Studi terhadap kembar yang diasuh secara terpisah juga menunjukkan bahwa IQ

mereka tetap berkorelasi tinggi. Ini menunjukkan bahwa walau lingkungan

berpengaruh terhadap taraf kecerdasan seseorang, tetapi banyak hal dalam

kecerdasan itu yang tetap tak berpengaruh.7 Walaupun ciri-ciri kecerdasan sudah ada sejak lahir, namun lingkungan sanggup membuat perubahan yang bermakna

terhadap kecerdasan (IQ) seseorang. Gizi dan stimulus yang didapat dari

lingkungan memegang peranan penting terhadap IQ termasuk pengalaman

seseorang terutama pada awal kehidupannya.

Beberapa penelitian melaporkan bahwa nyeri yang kronis akan menganggu

fungsi kognitif manusia terutama pada individu dewasa.7 bagaimana proses nyeri secara langsung dapat mempengaruhi IQ seorang anak, belum jelas diketahui

namun hal ini diduga berkaitan dengan berbagai faktor (multifaktor). Begitu juga

(3)

apakah ada kemungkinan hubungan antara nyeri kronis dan fungsi kognitif termasuk

intelligence quotient (IQ) kelompok anak usia sekolah belum cukup diteliti sehingga

pemahaman tentang proses dan perjalanan ilmiah nyeri yang menganggu IQ pada

seorang anak masih terbatas.9

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan pertanyaan:

Bagaimanakah hubungan antara frekuensi dan intensitas sakit perut berulang pada

anak usia sekolah dengan intelligence quotient (IQ)?

1.3. Hipotesis

Anak usia sekolah dengan sakit perut berulang berhubungan dengan intelligence

quotient (IQ) yang rendah.

1.4. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara frekuensi dan intensitas sakit

perut berulang pada anak usia sekolah dengan intelligence quotient (IQ).

1.5. Manfaat Penelitian 1. Di bidang akademik/ilmiah

Memberikan masukkan mengenai hubungan antara sakit perut berulang pada

anak usia sekolah dengan intelligence quotient (IQ).

2. Di bidang pelayanan masyarakat

Memberi informasi kepada masyarakat terutama orang tua tentang

intelligence quotient ( IQ) pada anaknya bila mengalami sakit perut berulang.

3. Di bidang pengembangan penelitian

(4)

Dapat dijadikan sumbangan pemikiran dalam penelitian selanjutnya seperti

penelitian faktor resiko sakit perut berulang pada anak usia sekolah,

bagaimana hubungan antara pencapaian atau penampilan anak di sekolah

dengan sakit perut berulang yang dideritanya.

Referensi

Dokumen terkait

Permasalahan penelitian adalah : Apakah ada hubungan tingkat IQ (Intelligence Quotient ) terhadap Keterapilan teknik Dasar Sepakbola Siswa SLPB Bhaladika Usia 12-15

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah yang berjudul “Perbedaan Intelligence Quotient (IQ) pada Gondok Grade IA dan IB pada Siswa-Siswi Sekolah Dasar Usia 9-10

(IQ) anak usia 7 tahun dan faktor-faktor yang mempengaruhinya di SDN 34 Koto Laweh dan SDN 06 Aie Angek Kabupaten Tanah Datar tahun 2012. Untuk mengetahui distribusi

Menurut penelitian yang dilakukan Ridha Rahmawati tahun 2009 lalu, didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara stunting dengan skor IQ anak usia

Hubungan Status Gizi Dengan Tingkat Kecerdasan Intelektual ( Intelligence Quotient – Iq ) Pada Anak Usia Sekolah Dasar Ditinjau... Dari Status Sosial-Ekonomi Orang

Skripsi dengan judul “Korelasi antara Lingkar dan Panjang Kepala dengan Tingkat Kecerdasan Intelligence Quotient (IQ) pada Anak Retardasi Mental di Sekolah Luar Biasa

Dalam penelitian ini dilakukan tes intelegensi terhadap 67 anak sekolah dasar usia 9-11 tahun yang menunjukkan bahwa skor IQ subjek mayoritas berada pada kategori average

Hasil penelitian ini bisa dijadikan referensi untuk menghubungkan penelitian lebih lanjut, salah satunya adalah menghubungkan Intelligence Quotient (IQ) dan