• Tidak ada hasil yang ditemukan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN UNGKAP PERUSAHAAN PENCEMAR SUNGAI CITARUM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BADAN PEMERIKSA KEUANGAN UNGKAP PERUSAHAAN PENCEMAR SUNGAI CITARUM"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN UNGKAP PERUSAHAAN PENCEMAR SUNGAI CITARUM

seputarjabar.com

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sudah melaporkan 17 perusahaan tekstil terkait pencemaran Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum ke Markas Besar (Mabes) Polri. BPK berharap aparat serius dalam menindaklanjuti temuan tindak pidana itu secara tuntas. Hal tersebut dikatakan Anggota BPK, Ali Masykur Musa usai memberikan kuliah umum di Universitas Parahyangan Bandung.

"Penegak hukum harus berani menindak pencemar lingkungan itu sebagai shock therapy, sebagai moment membuat efek jera. Karena kami pun akan memantau perkembangan kasusnya," jelas Ali Masykur Musa.

Menurut Ali Masykur Musa, audit lingkungan tersebut dilakukan sepanjang tahun 2012-2013. Nilai kerugiannya sendiri masih ditutup rapat. Sangkaan terhadap 17 perusahaan itu adalah pelanggaran ekosistem lingkungan berupa baku mutu dari pengelolaan limbah pabrik yang jauh dari harapan. Mereka dianggap turut andil dalam kerusakan DAS Citarum.

Dalam kaitan itu, BPK akan mengawal proses penanganan kasus tersebut. BPK tak ingin temuan tersebut mandek. Selain Bareskrim Mabes Polri, BPK akan juga memonitor perkembangan tersebut di Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup.

Rekomendasi audit lingkungan itu juga meminta kesungguhan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) yang dilintasi sungai tersebut. Selama ini, BPK menilai Pemerintah Daerah (Pemda) belum optimal melakukan upaya perbaikan.

"Cenderung semuanya cuci tangan. Pemprov dan Pemkab serta Pemerintah Kota (Pemkot) kurang aware atas rusaknya lingkungan Citarum," jelas Ali Masykur Musa lebih lanjut. Dalam kaitan itu, Ali Masykur Musa meminta agar Pemda segera melakukan penyusunan rencana tata ruang dan wilayah yang baru atas kondisi Citarum yang sudah

(2)

Terkait dana penanganan Citarum sebesar Rp1,3 triliun, Ali Masykur Musa mempersilahkan untuk digunakan. Hanya saja, diingatkan dana itu harus tepat sasaran. BPK mengindikasikan bakal melakukan audit terhadap penggunaannya. "Penggunaan dana itu bisa ditolerir, tapi kami belum menyimpulkan karena proses penggunaan dana itu masih berjalan," terang Ali Masykur Musa.

Selain di Universitas Parahyangan Bandung, Ali Masykur Musa juga hadir dalam acara Workshop Lingkungan Hidup yang digelar Badan Lingkungan Hidup (BLH) Karawang di Aula Gedung Singaperbangsa Karawang. Hadir dalam acara tersebut Bupati Karawang Ade Swara, para aktivis lingkungan, dan anggota Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI).

Dalam acara tersebut, Ali Masykur Musa menyatakan bahwa 17 perusahaan yang terindikasi mencemari Sungai Citarum terletak di sepanjang bantaran Citarum mulai dari Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung hingga Kabupaten Purwakarta. Namun demikian Ali Masykur Musa tidak bisa menyebutkan nama perusahaan dimaksud. Alasannya, permasalahan tersebut sedang dalam proses hukum.

BPK mempercayakan penanganan kasus tersebut sepenuhnya kepada aparat penegak hukum. Dikatakan juga, setelah melaporkan ke 17 perusahaan tersebut, BPK akan melanjutkan pemeriksaan terhadap perusahaan yang ada di wilayah Karawang. Pemeriksaan akan difokuskan pada tiga hal yakni, perizinan, tata ruang, dan reklamasi lingkungan oleh masing-masing industri.

Di tempat yang sama Sekretaris BLH Karawang Wawan Setiwan mengatakan bahwa di wilayah Karawang ada 10 perusahaan yang diduga kuat telah membuang limbahnya secara langsung ke aliran Sungai Citarum. Perusahaan tersebut terletak antara Bendungan Walahar, Kecamatan Klari hingga Kelurahan Tanjungpura, Kecamatan Karawang Barat.

Sementara itu, pakar lingkungan dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Agus Jatnika Effendi mengatakan langkah BPK yang melakukan audit lingkungan terhadap DAS Citarum harus diapresiasi karena 17 perusahaan yang dimaksud BPK telah melanggar ekosistem lingkungan. "Aspek hukumnya, saya kira tidak perlu mengomentari. Namun setidaknya ini merupakan langkah penegakkan hukum yang perlu diapresasi. Harapannya ini akan membuat efek jera bagi para pelanggar," kata Agus Jatnika Effendi.

Selain itu, lanjut dia, dari segi aturan ataupun undang-undang yang mengatur masalah ini sudah jelas. "Sehingga, dalam konteks ini adalah titik tekannya penegakan hukum," ujar Agus Jatnika Effendi. Agus Jatnika Effendi mengatakan, jika saat ini Pemda mengklaim bahwa sumber daya manusia tentang lingkungan atau pengawasnya yang tidak banyak atau tidak mumpuni, ini merupakan kelemahan sehingga kontrolnya memang

(3)

Sumber berita:

1. m.suaramerdeka.com, BPK Ungkap Perusahaan Pencemar DAS Citarum, Selasa, 25 Februari 2014.

2. pikiran-rakyat.com, BPK Laporkan 17 Perusahaan Pencemar Citarum ke Bareskrim, Selasa, 25 Februari 2014.

3. republika.co.id, Pakar: Penegakan Hukum Pencemar Citarum Harus Diapresiasi, Selasa, 25 Februari 2014.

Catatan:

 Dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, Pemerintah telah mengundangkan Undang-Undang (UU) Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup pada tanggal 3 Oktober 2009. Maksud diundangkannya UU Nomor 32 Tahun 2009 sesuai dengan konsideran dalam undang-undang tersebut, salah satunya yaitu agar lebih menjamin kepastian hukum dan memberikan perlindungan terhadap hak setiap orang untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagai bagian dari perlindungan terhadap keseluruhan ekosistem. Dalam undang-undang tersebut, tugas dan wewenang pemerintah, baik pusat dan daerah bisa dikatakan cukup luas.

 Sesuai Pasal 63 ayat (1) UU Nomor 32 Tahun 2009, dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, Pemerintah Pusat bertugas dan berwenang:

1. menetapkan kebijakan nasional;

2. menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria;

3. menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (RPPLH) nasional;

4. menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS);

5. menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL);

6. menyelenggarakan inventarisasi sumber daya alam nasional dan emisi gas rumah kaca;

7. mengembangkan standar kerja sama;

8. mengoordinasikan dan melaksanakan pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup;

(4)

9. menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai sumber daya alam hayati dan nonhayati, keanekaragaman hayati, sumber daya genetik, dan keamanan hayati produk rekayasa genetik;

10. menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai pengendalian dampak perubahan iklim dan perlindungan lapisan ozon;

11. menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), limbah, serta limbah B3;

12. menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai perlindungan lingkungan laut; 13. menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai pencemaran dan/atau

kerusakan lingkungan hidup lintas batas negara;

14. melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan nasional, peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah;

15. melakukan pembinaan dan pengawasan ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap ketentuan perizinan lingkungan dan peraturan perundang-undangan;

16. mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup;

17. mengoordinasikan dan memfasilitasi kerja sama dan penyelesaian perselisihan antardaerah serta penyelesaian sengketa;

18. mengembangkan dan melaksanakan kebijakan pengelolaan pengaduan masyarakat;

19. menetapkan standar pelayanan minimal;

20. menetapkan kebijakan mengenai tata cara pengakuan keberadaan masyarakat hukum adat, kearifan lokal, dan hak masyarakat hukum adat yang terkait dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup;

21. mengelola informasi lingkungan hidup nasional;

22. mengoordinasikan, mengembangkan, dan menyosialisasikan pemanfaatan teknologi ramah lingkungan hidup;

23. memberikan pendidikan, pelatihan, pembinaan, dan penghargaan; 24. mengembangkan sarana dan standar laboratorium lingkungan hidup; 25. menerbitkan izin lingkungan;

26. menetapkan wilayah ekoregion; dan

27. melakukan penegakan hukum lingkungan hidup.

 Sesuai Pasal 63 ayat (2) UU Nomor 32 Tahun 2009, dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup pemerintah provinsi bertugas dan berwenang:

1. menetapkan kebijakan tingkat provinsi;

(5)

5. menyelenggarakan inventarisasi sumber daya alam dan emisi gas rumah kaca pada tingkat provinsi;

6. mengembangkan dan melaksanakan kerja sama dan kemitraan;

7. mengoordinasikan dan melaksanakan pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup lintas kabupaten/kota;

8. melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan, peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah kabupaten/kota;

9. melakukan pembinaan dan pengawasan ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap ketentuan perizinan lingkungan dan peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup; 10. mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup;

11. mengoordinasikan dan memfasilitasi kerja sama dan penyelesaian perselisihan antarkabupaten/antarkota serta penyelesaian sengketa;

12. melakukan pembinaan, bantuan teknis, dan pengawasan kepada kabupaten/kota di bidang program dan kegiatan;

13. melaksanakan standar pelayanan minimal;

14. menetapkan kebijakan mengenai tata cara pengakuan keberadaan masyarakat hukum adat, kearifan lokal, dan hak masyarakat hukum adat yang terkait dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup pada tingkat provinsi;

15. mengelola informasi lingkungan hidup tingkat provinsi;

16. mengembangkan dan menyosialisasikan pemanfaatan teknologi ramah lingkungan hidup;

17. memberikan pendidikan, pelatihan, pembinaan, dan penghargaan; 18. menerbitkan izin lingkungan pada tingkat provinsi; dan

19. melakukan penegakan hukum lingkungan hidup pada tingkat provinsi.

 Sesuai Pasal 63 ayat (3) UU Nomor 32 Tahun 2009, dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup pemerintah kabupaten/kota bertugas dan berwenang: 1. menetapkan kebijakan tingkat kabupaten/kota;

2. menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat kabupaten/kota;

3. menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai RPPLH kabupaten/kota; 4. menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL;

5. menyelenggarakan inventarisasi sumber daya alam dan emisi gas rumah kaca pada tingkat kabupaten/kota;

6. mengembangkan dan melaksanakan kerja sama dan kemitraan; 7. mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup; 8. memfasilitasi penyelesaian sengketa;

(6)

9. melakukan pembinaan dan pengawasan ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap ketentuan perizinan lingkungan dan peraturan perundang-undangan;

10. melaksanakan standar pelayanan minimal;

11. melaksanakan kebijakan mengenai tata cara pengakuan keberadaan masyarakat hukum adat, kearifan lokal, dan hak masyarakat hukum adat yang terkait dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup pada tingkat kabupaten/kota; 12. mengelola informasi lingkungan hidup tingkat kabupaten/kota;

13. mengembangkan dan melaksanakan kebijakan sistem informasi lingkungan hidup tingkat kabupaten/kota;

14. memberikan pendidikan, pelatihan, pembinaan, dan penghargaan; 15. menerbitkan izin lingkungan pada tingkat kabupaten/kota; dan

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini, untuk mengukur keputusan nasabah dalam memilih produk Tabungan iB Hasanah digunakan Skala Likert , dimana masing-masing pertanyaan diberi skor

[r]

terintegrasi tersebut telah berhasil dirancang dan dibuat (Hermawan, et al., 2009; Hermawan, et al., 2010), namun masih perlu ditingkatkan kinerjanya melalui modifikasi agar

Kebanyakan daripada pesantren tersebut menjadi pusat orientasi (anutan) orang ramai. Sebelum komunikasi berkembang pesat seperti sekarang, institusi ini menjadi pusat

Perkembangan teknologi internet sebagai media promosi yang sangat murah dan menjadi peluang bisnis baru bagi suatu perusahanan untuk memperluas pemasaran dengan

Jadi, dalam konteks pendidikan matematik, proses pengajaran dan pembelajaran matematik yang lebih berkesan dan efektif dapat diwujudkan dengan memberi penekanan terhadap

f). Konseling konseling tentang pemanfaatan pekarangan g). Konseling tentang gizi seimbang.. Pengukuran berat badan balita gizi kurang untuk mengetahui tingkat perkembangan

Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasian Interim (Unaudited) Tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 30 Juni 2007 dan 2006 (Dinyatakan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan