• Tidak ada hasil yang ditemukan

Re nca na Te r p a d u d a n Pr ogr a m I nv e s ta s i I nfr a s tr uktur J a ngka Me ne nga h (RPI 2 -J M) Kota Ta nge r a ng 2015 -2019

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Re nca na Te r p a d u d a n Pr ogr a m I nv e s ta s i I nfr a s tr uktur J a ngka Me ne nga h (RPI 2 -J M) Kota Ta nge r a ng 2015 -2019"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

6. 1

PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

6.1.1. Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan

Untuk mendapatkan kawasan perkotaan yang diprioritaskan maka arah kecenderungan perkembangan perkotaan di Kota Tangerang akan menjadi pertimbangan dalam penentuan kawasan yang diprioritaskan, hal ini akan menentukan kawasan mana yang menjadi orientasi pelayanan. Kawasan yang menjadi orientasi pelayanan cenderung berkembang lebih cepat dan akan membutuhkan sarana dan prasarana seperti permukiman dan infrastruktur.

Kota Tangerang didasarkan pada kecenderungan perkembangan wilayah yang dipengaruhi oleh faktor-faktor potensi wilayah, homogenitas wilayah, aksesibilitas dan keterbatasan fisik yang dapat dikembangkan. Berdasarkan kecenderungan tersebut struktur tata ruang Kota Wilayah Kota Tangerang adalah sebagai berikut :

1. PPK I sebagai Pusat Kota Baru memiliki fungsi sebagai pusat pemerintahan, perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan regional ditetapkan di Kecamatan Tangerang;

2. PPK II memiliki fungsi sebagai perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan regional dan perumahan kepadatan menengah tinggi ditetapkan di Kecamatan Cibodas;

3. PPK III memiliki fungsi sebagai perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan regional dan perumahan kepadatan menegah rendah ditetapkan di Kecamatan Pinang; dan

4. PPK IV memiliki fungsi sebagai perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan regional dan perumahan kepadatan menengah rendah ditetapkan di Kecamatan Cipondoh.

PPK dikembangkan dengan konsep “green heart” yaitu jantung kota yang hijau. Konsep green heart ini diharapkan akan menjadi citra baru bagi Kota Tangerang, yang benar-benar menanamkan konsep back to nature. Program green heart adalah sebuah upaya dalam

BAB. VI

(2)

mewujudkan kota yang hijau dan rindang, penuh pepohonan serta sehat yang merupakan bentuk komitmen Pemerintah Kota Tangerang dalam meningkatkan kualitas lingkungan. Kota hijau, merupakan konsep pembangunan yang pro-lingkungan dimana di dalam perwujudannya, dibutuhkan kepedulian dari seluruh lapisan masyarakat.

Subpusat Pelayana Kota meliputi:

1. SPPK I memiliki fungsi sebagai perdagangan dan jasa, perumahan kepadatan menegah, perumahan kepadatan tinggi, industri konveksi/tekstil skala kecil dan rumah tangga ditetapkan di Kecamatan Ciledug;

2. SPPK II memiliki fungsi sebagai perdagangan dan jasa, perumahan kepadatan menengah tinggi, dan industri terpadu berwawasan lingkungan ditetapkan di Kecamatan Periuk; dan

3. SPPK III memiliki fungsi sebagai penunjang kegiatan Bandar Udara Internasional Soekarno – Hatta, industri kecil dan menengah yang ramah lingkungan, dan perumahan kepadatan rendah ditetapkan di Kecamatan Benda.

Pusat lingkungan meliputi :

1. PL I ditetapkan di Kelurahan Kreo Kecamatan Larangan;

2. PL II ditetapkan di Kelurahan Karang Mulya Kecamatan Karang Tengah; 3. PL III ditetapkan di Kelurahan Batuceper Kecamatan Batuceper;

(3)

Gambar 6.1 Arah Pengembangan Kota Tangerang

A. Urgensi Penanganan Bidang Permukiman dan Infrastruktur

Kriteria lain untuk menentukan kawasan prioritas adalah wilayah yang memiliki tingkat urgenitas tinggi, yaitu dilihat dari adanya kawasan kumuh/squater dan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi.

Sebaran Kawasan Kumuh Perkotaan

(4)

kota. Permukiman di wilayah pedesaan, terutama yang berada jauh dari jalur transportasi yang pada umumnya belum padat penduduknya.

Kondisi Perumahan Perkotaan terutama di Kecamatan Batuceper, Kecamatan Karawaci dan Kecamatan Jatiuwung pada umumnya perumahan yang ada sebagian besar adalah bangunan permanen dan semi permanen yang berlokasi memanjang mengikuti jalur transportasi utama dan kawasan industri. Secara umum, tata letak bangunan sudah teratur, walaupun di beberapa lokasi masih perlu pembenahan. Tumbuhnya permukiman di pusat kota tidak terlepas dari keberadaan permukiman kumuh yang menempati kawasan-kawasan cukup strategis maupun dikawasan pesisir pantai. Berikut adalah sebaran lingkungan kumuh Kota Tangerang.

Tabel 6.1

Penyebaran Permukiman Kumuh di Kota Tangerang

Tipologi Kumuh Kecamatan Kelurahan RW RT

Tidak Sesuai RTR Benda Pajang RW02 RT01

Neglasari Karang Sari RW10 RT02

(5)

Tipologi Kumuh Kecamatan Kelurahan RW RT

Kumuh Ringan Ciledug Parung Serab RW05 RT01

Cipondoh Cipondoh RW03 RT03

Kenanga RW01 RT03

Poris Plawad Utara RW04 RT04

Jatiuwung Keroncong RW05 RT01

Alam Jaya RW04 RT05

Karawaci Nusa Jaya RW04 RT03

Karawaci RW01 RT01

Periuk Sangiang Jaya RW02 RT02

Periuk RW03 RT02

Sumber : Studi Kampung Kumuh Kota Tangerang, Tahun 2012

Kriteria dan Prinsi Penilaian

Adapun tolak ukur dan penilaian kriteria untuk menetapkan kawasan prioritas yang akan dikembangkan pada Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas adalah sebagai berikut.

Tabel 6.2

Prinsip Penilaian Terhadap Kriteria Teknis

No Karakteristik Kriteria Prinsip Penilaian

1. Kontribusi dalam penanganan permasalahan kota

Arahan kawasan pengaruh berdasarkan RTRW

Semakin besar nilai yang diberikan menunjukan tingginya pengaruh kawasan terhadap wilayah lain berdasarkan arahan RTRW. 2. Sesuai dengan kebijakan

pembangunan dan pengembangan Kota Tangerang

 Arahan Pola Pemanfaatan

ruang melalui kebijakan

 Rencana struktur ruang

Semakin besar nilai yang diberikan menunjukan kawasan sesuai dengan arahan RTRW baik pola ruang maupun rencana strukur ruang.

3. Dominasi permasalahan terkait bidang keciptakaryaan

 Arahan dan kapasitas daya

dukung

(6)

permasalahan terkait bidang keciptakaryaan

4. Urgenitas penanganan  Kekumuhan kawasan

 Kepadatan penduduk

Semakain besar nilai yang diberikan menunjukan semakin besar tingkat kebutuhan penanganan kawasan 5. Dominasi penanganan melalui

bidang keciptakaryaan

 Arahan kebijakan bidang keciptakaryaan

 Cakupan Pelayanan

Infrastruktur

Semakin besar nilai yang diberikan menunjukan kesesuaian arahan kebijakan bidang keciptakaryaan

Sumber : hasil analisis, 2012

Sebaran Kawasan Permukiman Prioritas

Hasil penilaian terhadap kriteria teknis dan pembobotan menghasilkan 3 (tiga) lokasi kawasan permukiman prioritas yaitu Kecamatan Batuceper, Kecamatan Karawaci dan Kecamatan Jatiuwung (isi hasil pembobotan dapat dilihat pada lampiran 1 dan lampiran 2) .

(7)

Gambar 6.3 Sebaran Kawasan Permukiman Prioritas Poris Gaga (Alternatif 1)

(8)

Gambar 6.5 Sebaran Kawasan Permukiman Prioritas Cimone (Alternatif 2)

(9)

Gambar 6.7 Sebaran Kawasan Permukiman Prioritas Gandasari (Alternatif 3)

(10)

6.1.2. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan

Pada bab ini bertujuan untuk memperolah strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan yang berupa langkah-langkah riil dan terukur untuk mewujudkan tujuan pengembangan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan. Metode yang dilakukan dalam rum usan strategi ini adalah dengan melakukan FGD III, adapun hasil atau keluaran pada rapat FGD III yang dihadiri oleh Tim Pokjanis, LSM, Akademisi, Konsultan dan SKPD adalah sebagai berikut.

Tabel 6.3

Rumusan Tujuan, Kebijakan Dan Strategi Pembangunan Permukiman Dan Infrastruktur Perkotaan

NO TUJUAN KEBIJAKAN STRATEGI

1. Mewujudkan ketersediaan

Kawasan Permukiman bagi

semua golongan masyarakat

 Meningkatan ketersediaan rumah yang layak dan

terjangkau

 Pemberian insentif kepada pengembang untuk

mempercepat pembangunan

perumahan, terutama untuk

kalangan menengah – bawah.

 Fasilitasi kerjasama pembiayaan

 Pengembangan berbagai jenis

dan mekaniseme penyediaan

perumahan bersubsidi oleh

pemerintah

 Pembangunan perumahan berdasarkan segmentasi

kemampuan penduduk

 Pengembangan permukiman

dengan konsep compact

 Pembangunan permukiman

pada pusat-pusat pertumbuhan

baru dalam rangka pemerataan

(11)

NO TUJUAN KEBIJAKAN STRATEGI

 Pembangunan pada kawasan

cepat tumbuh/strategis Kota

Tangerang prasarana dan sarana

lingkungan permukiman

 Penerapan tata lingkungan

permukiman sesuai dengan

standar yang ada

 Kajian tata ruang mengenai Site

plan di pusat pertumbuhan atau

RDTR

 Pelibatan masyarakat dalam

peningkatan kualitas lingkungan

2. Mewujudkan kawasan

permukiman yang layak dan

bebas kumuh

 Meningkatan kualitas perumahan

 Pembangunan perumahan dengan konsep vertikal berupa

rumah susun sederhana di

kawasan padat penduduk

 Pengaturan dan penataan

kawasan permukiman di sekitar

sempadan sungai

 Revitalisasi rumah layak huni

terutama pada kawasan

permukiman kumuh perkotaan

untuk mendapatkan lingkungan

yang sehat, nyaman dan aman

 Rehabilitasi pada kawasan kumuh baik di perkotaan

maupun di pinggiran kota

 Pelaksanaan program

(12)

NO TUJUAN KEBIJAKAN STRATEGI

 Pengembangan ruang terbuka hijau (RTH) di perkotaan

 Pengembangan RTH untuk mengantisipasi kekurangan

ruang terbuka

 Fasilitasi penyusunan naskah

akademis mengenai Perda

Bangunan, rencana induk sistem

proteksi kebakaran

 Revitalisasi kawasan

permukiman

tradisional/bersejarah

 Kebijakan Disinsentif untuk bangunan yang masuk kedalam

sempadan sungai (bangunan

yang saat ini ada)

3. Mewujudkan pelayanan

infrastruktur permukiman dan

menyediakan dan melengkapi

sarana dan prasarana sampah

 Pembangunan dan peningkatan

TPA Rawakucing (tempat

pemprosesan sampah)

 Pengembangan penanganan

persampahan dengan konsep 3

R

 Menyediakan dan melengkapi

(13)

NO TUJUAN KEBIJAKAN STRATEGI

 Perlunya Perda mengenai

persampahan perkotaan

 Permberlakukan insentif dan

disinsentif pengelolaan

persampahan

 Meningkatan dan

mengembangkan pengelolaan

air limbah

 Pembangun dan meningkatkan

fasilitas pengelolaan air limbah

dengan sistem komunal

 Pengembangan IPAL dengan prioritas pembangunan di

kawasan padat penduduk

terpadu yang berwawasan

lingkungan

 Pembangunan saluran drainase

di kawasan permukiman

perkotaan

 Perbaikan saluran drainase yang rusak dengan pendekatan

pemberdayaan masyarakat

 Konsistensi peraturan mengenai garis sempadan sungai sebagai

(14)

NO TUJUAN KEBIJAKAN STRATEGI

 Penataan permukiman yang

berada di sempadan sungai

 Meningkatan pelayanan Air

Bersih

dengan prioritas pada kawasan

cepat tumbuh

 Perbaikan atau normalisasi jalan yang rusak

 Perbaikan jalan lingkungan di kawasan permukiman

 Pelibatan masyarakat, swasta, dan LSM/NGO dalam

(15)

6.1.3. Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman.

Dalam proses identifikasi permukiman kota Tangerang akan mencakup 3 komponen utama, yaitu :

1. Potensi

Beberapa potensi yang terkait dengan perumahan dan permukiman di Kota Tangerang berupa : a. Model Rumah Susun Sewa yang dibangun di Kelurahan Manis, dinilai cukup berhasil

sebagai tempat tinggal bagi pekerja industri.

b. Adanya minat investasi dari pengembang perumahan sederhana sehat pada kawasan yang tidak terlalu besar dan juga di kawasan Kavling DPR Pinang – Cipondoh.

c. Adanya alokasi dana APBD, dana pusat dan BLN untuk program perbaikan kampong (kumuh).

d. Potensi untuk revitalisasi kawasan perumahan Perumnas (I-IV).

e. Mengembalikan kawasan di sekitas DAS Kali Sabi, Kali Cirarab, Kali Angke, Kali Pesanggrahan, dan Kali Cantiga sebagai areal resapan air.

2. Permasalahan

a. Pusat Kota di Kota Tangerang ( Pusat Kota Baru, Pusat Kota Lipo Karawaci Utara dan Pusat Kota Cipondoh)

Permasalahan perumahan dan permukiman yang mungkin dan/atau telah timbul, antara lain :

 Meningkatnya kawasan permukiman kumuh dan ilegal (squatters) di bantaran sungai Cisadane, serta kawasan kumuh dengan kepadatan tinggi di sekitar kawasan pusat kota.

(16)

Gambar 6. 8.

(17)

 Rendahnya pelayanan PSU, terutama pada kawasan permukiman kumuh dan umumnya di sekitar kawasan pusat kota.

 Ketersediaan lahan yang semakin terbatas dan meningkatnya harga lahan di sekitar kawasan pusat kota.

 Keterbatasan sumber pembiayaan dalam pembangunan dan pengembangan perumahan dan permukiman.

 Menurunnya kemampuan daya beli Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) dalam memiliki rumah/hunian di kawasan pusat perkotaan.

 Meningkatnya kebutuhan perumahan untuk mendukung kegiatan Pusat Pemerintahan Kota (PNS), Pendidikan Tinggi, Pusat Perdagangan dan Jasa, serta Pusat Transportasi (Terminal Skala Regional).

 Meningkatnya kebutuhan perumahan pada kawasan khusus dan Kawasan Strategis di Pusat Kota.

 Terjadinya masalah lingkungan pada kawasan lindung dan sempadan sungai.

b. Sub Pusat Kota di Kota Tangerang (Cileduk, Periuk dan Benda)

Permasalahan perumahan dan permukiman yang mungkin dan/atau telah timbul, antara lain :

 Meningkatnya kawasan permukiman kumuh di sekitar pusat kegiatan sosial ekonomi (pasar, pergudangan dan industri), khususnya di Periuk dan Benda.

 Rendahnya pelayanan PSU pada kawasan permukiman kumuh dan kawasan pusat kegiatan.

 Meningkatnya harga lahan dan munculnya kegiatan spekulasi tanah/lahan, khususnya di kawasan sub pusat kota.

 Keterbatasan sumber pembiayaan dalam pembangunan dan pengembangan perumahan dan permukiman.

 Menurunnya kemampuan daya beli Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) dalam memiliki rumah/hunian, khususnya di kawasan pusat kegiatan.

(18)

 Meningkatnya kebutuhan perumahan untuk mendukung pusat kegiatan Perdagangan dan Jasa Skala Kota dan regional.

 Meningkatnya kebutuhan perumahan pada kawasan khusus Industri dan Pergudangan ( Benda dan Periuk ); kawasan Perdagangan dan Jasa (Ciledug);

 Terjadinya masalah lingkungan pada kawasan khusus bandara, industri dan kawasan khusus lainnya.

 Terjadinya masalah lingkungan pada kawasan lindung ( Situ Cipondoh ) di Cipondoh , Situ Bulakan dan Situ Gede di Periuk.

c. Pusat Lingkungan di Kota Tangerang (Karawaci, Batuceper, Neglasari, Larangan, Karang Tengah dan Jatiuwung)

Permasalahan perumahan dan permukiman yang mungkin dan/atau telah timbul, antara lain :

 Masih banyak rumah yang tidak layak huni (tidak permanen) pada kawasan pusat lingkungan.

 Rendahnya pelayanan PSU, khususnya di kawasan pusat lingkungan.

 Meningkatnya harga lahan dan munculnya kegiatan spekulasi tanah/lahan, khususnya di kawasan pusat kegiatan.

 Keterbatasan sumber pembiayaan dalam pembangunan dan pengembangan perumahan dan permukiman.

 Menurunnya kemampuan daya beli Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) dalam memiliki rumah/hunian.

 Meningkatnya kebutuhan perumahan pada kawasan Industri Skala Nasional di Kawasan Jatiuwung, Batuceper dan Karawaci serta Neglasari.

 Meningkatnya kebutuhan perumahan untuk mendukung kegiatan Industri, Perdagangan dan Jasa skala regional dan Kota.

(19)

3. Kebutuhan Pengembangan

Kebutuhan pengembangan perumahan permukiman di Kota Tangerang yang dapat dideteksi, yaitu:

a. Pusat Kota di Kota Tangerang ( Pusat Kota Baru, Pusat Kota Lipo Karawaci Utara dan Pusat Kota Cipondoh)

Kebutuhan program pembangunan dan pengembangan perumahan dan permukiman, antara lain :

 Pembangunan perumahan dan permukiman untuk mendukung dan melayani perkembangan Pusat Kota , melalui :

 Pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman baru secara vertikal (oleh Pengembang, Pemerintah, maupun secara Swadaya) di kawasan yang telah dicadangkan untuk permukiman.

 Pembangunan Apartemen/Kondominium di kawasan pusat kota.

 Pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa/Milik (Rusunawa/Rusunami).  Pengembangan sistem jaringan transportasi umum (massal) antar wilayah.  Kerjasama penanganan permukiman antar sektor.

 Peningkatan kualitas kawasan permukiman pada kawasan permukiman padat (perbaikan/ peningkatan kualitas lingkungan, dan peremajaan / revitalisasi kawasan),

 Pengendalian dan penataan permukiman pada kawasan pusat kota dan sempadan sungai Cisadane.

b. Sub Pusat Kota di Kota Tangerang (Cileduk, Periuk dan Benda)

Kebutuhan program pembangunan dan pengembangan perumahan dan permukiman, antara lain :

 Pengembangan permukiman baru (oleh Pengembang, Pemerintah, maupun secara Swadaya) pada sub pusat kota dan sekitarnya ( pinggiran kota, kawasan strategis, maupun kawasan khusus).

 Pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa/Milik (Rusunawa/Rusunami).

(20)

 Peningkatan pelayanan PSU.

 Pengembangan KASIBA/LISIBA BS.

 Peningkatan kualitas lingkungan pada kawasan permukiman kumuh dan pusat-pusat kegiatan perdagangan dan jasa, industri.

 Peningkatan kualitas permukiman pada kawasan khusus (kawasan industri, pariwisata), kawasan strategis lainnya.

 Penataan dan pengaturan permukiman pada daerah-daerah wisata.

 Pengendalian dan penataan permukiman pada kawasan lindung dan rawan bencana.

c. Pusat Lingkungan di Kota Tangerang (Karawaci, Batuceper, Neglasari, Larangan, Karang Tengah dan Jatiuwung)

Kebutuhan program pembangunan dan pengembangan perumahan dan permukiman, antara lain :

 Pengembangan permukiman baru pada kawasan pinggiran kota, kawasan strategis, maupun kawasan khusus.

 Pembangunan RSH (yang Bersubsidi maupun Non Bersubsidi) pada kawasan pusat lingkungan dan sekitarnya.

 Peningkatan kualitas lingkungan, baik di kawasan pusat kegiatan perkotaan maupun kawasan sekitarnya.

 Peningkatan kualitas permukiman pada kawasan khusus (kawasan industri, , pariwisata, dan lain-lain).

 Penataan dan pengaturan permukiman pada daerah-daerah wisata.

 Pengendalian dan penataan permukiman pada kawasan lindung dan rawan bencana.

(21)

TABEL 6.4

PROGRAM PENGELOLAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

Kebijakan Program Indikator

Pengembangan

 Penyediaan prasarana dan sarana perumahan dan permukiman

 Penataan dan revitalisasi kawasan kumuh di pusat kota

 Berkurangnya kepadatan penduduk di Pusat Kota, tersedianya perumahan bagi MBR (pekerja industri)

 Berkurangnya permukiman kumuh, tertatanya kawasan kumuh, meningkatnya pelayanan prasarana dan sarana dasar perkotaan

Tabel diatas menunjukkan adanya lokasi dari program pengembangan permukiman yaitu :

(1) Pusat Kota di Kota Tangerang ( Pusat Kota Baru, Pusat Kota Lipo Karawaci Utara dan Pusat Kota Cipondoh).

Kebutuhan program pembangunan dan pengembangan perumahan dan permukiman, antara lain :

 Pembangunan perumahan dan permukiman untuk mendukung dan melayani perkembangan Pusat Kota Baru , melalui :

 Pembatasan dan pengendalian perumahan yang telah ada dan perem ajaan lingkungan

 Pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman baru secara vertikal (oleh Pengembang, Pemerintah, maupun secara Swadaya) di kawasan yang telah dicadangkan untuk permukiman.

 Pembangunan Apartemen/Kondominium di kawasan pusat kota.

(22)

 Kerjasama penanganan permukiman antar sektor.

 Peningkatan kualitas kawasan permukiman pada kawasan permukiman padat (perbaikan/ peningkatan kualitas lingkungan, dan peremajaan / revitalisasi kawasan),

 Pengendalian dan penataan permukiman pada kawasan pusat kota dan sempadan sungai Cisadane.

 Fasilitas ( pendidikan, kesehatan, peribadatan, perdagangan dan jasa, pemerintahan, perkantoran,fasilitas umum, ruang terbuka hijau dan rekreasi)

 Pembangunan perumahan dan permukiman untuk mendukung dan melayani perkembangan Lippo Karawaci Utara , melalui :

 Pengendalian perumahan yang telah ada.

 Pengembangan kawasan perumahan terencana yang sudah ada.

 Pembangunan dan pengembangan permukiman baru secara vertikal : rusun / flat (oleh Pengembang, Pemerintah, maupun secara Swadaya) di kawasan yang telah dicadangkan untuk permukiman.

 Pembangunan Apartemen/Kondominium di kawasan pusat kota.

 Pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa/Milik (Rusunawa/ Rusunami).  Pengembangan sistem jaringan transportasi umum (massal) antar wilayah.  Kerjasama penanganan permukiman antar sektor.

 Pengendalian dan penataan permukiman pada kawasan pusat kota dan sempadan sungai Cisadane.

 Fasilitas (pendidikan, kesehatan, peribadatan, perdagangan dan jasa, pemerintahan, perkantoran, fasilitas umum, ruang terbuka hijau dan rekreasi)

 Pembangunan perumahan dan permukiman untuk mendukung dan melayani perkembangan Alam Sutra , melalui :

 Pengendalian perumahan yang telah ada.

(23)

 Pembangunan dan pengembangan permukiman baru secara landed house vertikal : rusun / flat (oleh Pengembang, Pemerintah, maupun secara Swadaya) di kawasan yang telah dicadangkan untuk permukiman.

 Pembangunan Apartemen/Kondominium di kawasan pusat kota.

 Pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa/Milik (Rusunawa/ Rusunami).  Pembangunan RSH (yang Bersubsidi maupun Non Bersubsidi).

 Pengembangan KASIBA/LISIBA BS.  Peningkatan pelayanan PSU.

 Pengembangan sistem jaringan transportasi umum (massal) antar wilayah.  Kerjasama penanganan permukiman antar sektor.

 Pengendalian dan penataan permukiman pada kawasan pusat kota dan sempadan sungai.

 Penataan dan pengaturan permukiman pada kawasan strategis fronteg toll.

 Fasilitas (pendidikan, kesehatan, peribadatan, perdagangan dan jasa, pemerintahan, perkantoran, fasilitas umum, ruang terbuka hijau dan rekreasi)

 Pembangunan perumahan dan permukiman untuk mendukung dan melayani perkembangan Cipondoh , melalui :

 Pengendalian perumahan yang telah ada.

 Pengembangan kawasan perumahan terencana yang sudah ada.

 Pembangunan dan pengembangan permukiman baru secara landed house dan vertikal : rusun / flat (oleh Pengembang, Pemerintah, maupun secara Swadaya) di kawasan yang telah dicadangkan untuk permukiman.

 Pembangunan Apartemen/Kondominium di kawasan pusat kota.  Pembangunan RSH (yang Bersubsidi maupun Non Bersubsidi).  Pengembangan KASIBA/LISIBA BS.

 Peningkatan kualitas lingkungan pada kawasan permukiman kumuh dan pusat-pusat kegiatan perdagangan dan jasa.

 Penataan dan pengaturan permukiman pada daerah-daerah wisata situ Cipondoh.  Peningkatan pelayanan PSU.

(24)

 Kerjasama penanganan permukiman antar sektor.

 Pengendalian dan penataan permukiman pada kawasan pusat kota dan sempadan situ dan sungai.

 Penataan dan pengaturan permukiman pada kawasan strategis fronteg toll.

 Fasilitas (pendidikan, kesehatan, peribadatan, perdagangan dan jasa, pemerintahan, perkantoran, fasilitas umum, ruang terbuka hijau dan rekreasi)

(2) Sub Pusat Kota di Kota Tangerang (Cileduk, Periuk dan Benda)

Kebutuhan program pembangunan dan pengembangan perumahan dan permukiman, antara lain :

 Pembangunan perumahan dan permukiman untuk mendukung dan melayani perkembangan Cileduk , melalui :

 Pengendalian perumahan yang telah ada.

 Pengembangan kawasan perumahan terencana yang sudah ada.

 Pengembangan permukiman baru (oleh Pengembang, Pemerintah, maupun secara Swadaya) pada sub pusat kota dan sekitarnya (pinggiran kota, kawasan strategis, maupun kawasan khusus).

 Pembangunan RSH (yang Bersubsidi maupun Non Bersubsidi).  Peningkatan pelayanan PSU.

 Peningkatan kualitas lingkungan pada kawasan permukiman kumuh dan pusat-pusat kegiatan perdagangan dan jasa.

 Penataan dan pengaturan permukiman pada daerah-daerah wisata.

 Pengendalian dan penataan permukiman pada kawasan lindung dan rawan bencana.

 Fasilitas (pendidikan, kesehatan, peribadatan, perdagangan dan jasa, pemerintahan, perkantoran, fasilitas umum, ruang terbuka hijau dan rekreasi)

 Pembangunan perumahan dan permukiman untuk mendukung dan melayani perkembangan Periuk , melalui :

(25)

 Pengembangan kawasan perumahan terencana yang sudah ada.

 Pengembangan permukiman baru (oleh Pengembang, Pemerintah, maupun secara Swadaya) pada sub pusat kota dan sekitarnya.

 Pembangunan RSH (yang Bersubsidi maupun Non Bersubsidi).  Peningkatan pelayanan PSU.

 Peningkatan kualitas lingkungan pada kawasan permukiman kumuh dan pusat-pusat kegiatan perdagangan dan jasa, industri.

 Penataan dan pengaturan permukiman pada daerah-daerah wisata.

 Pengendalian dan penataan permukiman pada kawasan pusat kota dan sempadan situ dan sungai.

 Pengendalian dan penataan permukiman pada kawasan lindung dan rawan bencana.

 Fasilitas (pendidikan, kesehatan, peribadatan, perdagangan dan jasa, pemerintahan, perkantoran, fasilitas umum, ruang terbuka hijau dan rekreasi)

 Pembangunan perumahan dan permukiman untuk mendukung dan melayani perkembangan Benda , melalui :

 Pengendalian perumahan yang telah ada.

 Pengembangan kawasan perumahan terencana yang sudah ada.

 Pengembangan permukiman baru (oleh Pengembang, Pemerintah, maupun secara Swadaya) pada sub pusat kota dan sekitarnya.

 Pembangunan RSH (yang Bersubsidi maupun Non Bersubsidi).  Peningkatan pelayanan PSU.

 Pengendalian dan penataan permukiman pada kawasan pusat kota dan zona buffer bandara.

 Pengendalian dan penataan permukiman pada kawasan lindung dan rawan bencana.

(26)

(3) Pusat Lingkungan di Kota Tangerang (Karawaci, Batuceper, Neglasari, Larangan, Karang Tengah dan Jatiuwung)

Kebutuhan program pembangunan dan pengembangan perumahan dan permukiman, antara lain :

 Pembangunan perumahan dan permukiman untuk mendukung dan melayani perkembangan Karawaci , melalui :

 Pengendalian perumahan yang telah ada.

 Pengembangan kawasan perumahan terencana yang sudah ada.

 Pengembangan permukiman baru pada kawasan pinggiran kota, kawasan strategis, maupun kawasan khusus.

 Pembangunan RSH (yang Bersubsidi maupun Non Bersubsidi) pada kawasan pusat lingkungan dan sekitarnya.

 Peningkatan pelayanan PSU.

 Peningkatan kualitas lingkungan pada kawasan permukiman kumuh dan pusat-pusat kegiatan perdagangan dan jasa, industri.

 Peningkatan kualitas lingkungan, baik di kawasan pusat lingkungan maupun kawasan sekitarnya.

 Pengendalian dan penataan permukiman pada kawasan lindung dan rawan bencana.

 Fasilitas (pendidikan, kesehatan, peribadatan, perdagangan dan jasa, pemerintahan, perkantoran, fasilitas umum, ruang terbuka hijau dan rekreasi)

 Pembangunan perumahan dan permukiman untuk mendukung dan melayani perkembangan Batuceper , melalui :

 Pengendalian perumahan yang telah ada.

 Pengembangan kawasan perumahan terencana yang sudah ada.

 Pembangunan RSH (yang Bersubsidi maupun Non Bersubsidi) pada kawasan pusat lingkungan dan sekitarnya.

(27)

 Peningkatan kualitas lingkungan pada kawasan permukiman kumuh dan pusat-pusat kegiatan perdagangan dan jasa, industri.

 Peningkatan kualitas lingkungan, baik di kawasan pusat lingkungan maupun kawasan sekitarnya.

 Pengendalian dan penataan permukiman pada kawasan zona buffer bandara.  Pengendalian dan penataan permukiman pada kawasan lindung dan rawan

bencana.

 Fasilitas (pendidikan, kesehatan, peribadatan, perdagangan dan jasa, pemerintahan, perkantoran,fasilitas umum, ruang terbuka hijau dan rekreasi)

 Pembangunan perumahan dan permukiman untuk mendukung dan melayani perkembangan Neglasari , melalui :

 Pengendalian perumahan yang telah ada.

 Pengembangan kawasan perumahan terencana yang sudah ada.

 Pembangunan RSH (yang Bersubsidi maupun Non Bersubsidi) pada kawasan pusat lingkungan dan sekitarnya.

 Peningkatan pelayanan PSU.

 Arahan pemindahan pada kawasan permukiman kumuh tidak sesuai RTR.

 Peningkatan kualitas lingkungan, baik di kawasan pusat lingkungan maupun kawasan sekitarnya.

 Pengendalian dan penataan permukiman pada kawasan zona buffer bandara.  Pengendalian dan penataan permukiman pada kawasan lindung dan rawan

bencana.

 Fasilitas (pendidikan, kesehatan, peribadatan, perdagangan dan jasa, pemerintahan, perkantoran, fasilitas umum, ruang terbuka hijau dan rekreasi)

 Pembangunan perumahan dan permukiman untuk mendukung dan melayani perkembangan Larangan , melalui :

 Pengendalian perumahan yang telah ada.

(28)

 Pengembangan permukiman baru pada kawasan pinggiran kota, kawasan strategis, maupun kawasan khusus.

 Pembangunan RSH (yang Bersubsidi maupun Non Bersubsidi) pada kawasan pusat lingkungan dan sekitarnya.

 Peningkatan pelayanan PSU.

 Peningkatan kualitas lingkungan, baik di kawasan pusat lingkungan maupun kawasan sekitarnya.

 Pengendalian dan penataan permukiman pada kawasan pusat kota dan sempadan situ dan sungai.

 Pengendalian dan penataan permukiman pada kawasan lindung dan rawan bencana.

 Fasilitas (pendidikan, kesehatan, peribadatan, perdagangan dan jasa, pemerintahan, perkantoran, fasilitas umum, ruang terbuka hijau dan rekreasi)

 Pembangunan perumahan dan permukiman untuk mendukung dan melayani perkembangan Karang Tengah , melalui :

 Pengendalian perumahan yang telah ada.

 Pengembangan kawasan perumahan terencana yang sudah ada.

 Pengembangan permukiman baru pada kawasan pinggiran kota, kawasan strategis, maupun kawasan khusus.

 Pembangunan RSH (yang Bersubsidi maupun Non Bersubsidi) pada kawasan pusat lingkungan dan sekitarnya.

 Peningkatan pelayanan PSU.

 Peningkatan kualitas lingkungan pada kawasan permukiman kumuh dan pusat-pusat kegiatan perdagangan dan jasa, industri.

 Peningkatan kualitas lingkungan, baik di kawasan pusat lingkungan maupun kawasan sekitarnya.

 Pengendalian dan penataan permukiman pada kawasan lindung dan rawan bencana.

(29)

 Pembangunan perumahan dan permukiman untuk mendukung dan melayani perkembangan Jatiuwung , melalui :

 Pembatasan dan Pengendalian perumahan yang telah ada.

 Pengembangan kawasan perumahan terencana yang sudah ada dalam mendukung kegiatan Industri ( Rusunawa / Rusunami ).

 Pembangunan RSH (yang Bersubsidi maupun Non Bersubsidi) pada kawasan pusat lingkungan dan sekitarnya yang telah dicadangkan untuk permukiman.  Peningkatan pelayanan PSU.

 Arahan pemindahan pada kawasan permukiman kumuh tidak sesuai RTR.

 Peningkatan kualitas lingkungan, baik di kawasan pusat lingkungan maupun kawasan sekitarnya.

 Pengendalian dan penataan permukiman pada kawasan lindung dan rawan bencana.

(30)

No

Output

Lokasi Vol Satuan

Sumber Dana Tahun

Indikator Output APBN APBD

Prov

APBD

Kab/Kota Masy Swasta CSR 1 2 3 4 5

Rincian Murni PHLN

(31)

6. 2

PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

6.2.1. Isu Strategis Penataan Bangunan dan Lingkungan

Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai Bagian dari upaya pengendalian pemanfaaat ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan 4 terwujudnya bangunan gedung dan lingkungan yang layak huni dan berjati diri,sedangkan misinya adalah: (1) Memberdayakan masyarakat dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang tertib, layak huni, berjati diri, serasi dan selaras, dan (2) Memberdayakan masyarakat agar mandiri dalam penataan lingkungan yang produktif dan berkelanjutan.

A. Potensi

1. Pengembangan Kawasan Konsevasi Sumber Alam, bertujuan untuk melindungi, melestarikan dan meningkatkan kualitas sumber daya alam, seperti daerah aliran sungai dan situ. Konsep Pengembangan Konservasi menempatkan kepentingan sumber daya alam

2. di atas segalanya. Jadi fungsi-fungsi lain yang masuk (seperti: perumahan, perdagangan dan jasa, rekreasi-wisata, fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilitas olahraga) harus mengikuti peraturan yang ketat terkait dengan perlindungan sumber daya alam. Dua rencana pengembangan kawasan konservasi adalah Kawasan Situ Cipondoh dengan fungsi tambahan sebagai kawasan rekreasi-wisata; dan Kawasan Tepian Air Sungai Cisadane (Cisadane Riverfront) sebagai Kawasan Fungsi Campuran Taman (Mixed Use Park Zone).

3. Pengembangan Kawasan Baru, bertujuan mengoptimalkan potensi lahan untuk meningkatkan kegiatan ekonomi kota. Pada pengem bangan kawasan baru, diarahkan untuk memberi fasilitas dan dukungan yang terkait, terutama melalui mekanisme peraturan

(32)

Kecamatan Tangerang dan pengembangan area sisi jalan tol Jakarta-Merak (frontage toll road area.)

5. Pengembangan Kawasan Berkembang/Prospektif, bertujuan memberi panduan pengembangan kawasan yang sedang dan mulai berkembang kegiatan ekonominya. Penataan ini diarahkan untuk mengurangi pengembangan yang tidak teratur dan berpotensi mengganggu operasional kawasan (pelanggaran tata ruang, kegiatan yang menggangu lingkungan, kemacetan, parkir). Pada tahap berikutnya, penataan kawasan berkembang akan mengintegrasikan dengan sistem jaringan transportasi kota dan meningkatkan kualitas

6. ruang kota. Tiga rencana penataan kawasan berkembang adalah Kawasan Pusat Kegitan Sekunder Ciledug, Kawasan Pusat Kegitan Sekunder Cipondoh dan Kawasan Pusat Kegitan Sekunder Priuk.

7. Revitalisasi dan Regenerasi Kawasan, bertujuan untuk mengembalikan dan meningkatkan kembali fungsi dan kualitas sebuah kawasan yang mulai menurun akibat perjalanan waktu. Revitalisasi dan regenerasi kawasan, selain diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas infrastruktur dan fasilitas pendukung kawasan, juga menyusupkan kegiatan baru yang dapat mengangkat kegiatan ekonomi dan citra kawasan. Tiga rencana regenerasi kawasan adalah Revitalisasi kawasan bersejarah Pusat Kota Lama,

Regenerasi Kawasan Perumahan Perumnas dan Regenerasi Kawasan Industri Jatiuwung dan Cibodas.

B. Permasalahan

Dalam penatan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa permasalahan dan tantangan yang antara lain :

1. Permasalahan dan tantangan di bidang Bangunan Gedung

(33)

 Prasarana dan sarana hidran kebakaran banyak yang tidak berfungsi dan kurang mendapat Perhatian.

 Lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung di daerah serta rendahnya kualitas pelayanan publik dan perijinan.

2. Permasalahan dan tantangan di bidang Penataan Lingkungan

 Kurang diperhatikannya permukiman-permukiman tradisional dan bangunan gedung bersejarah, padahal punya potensi wisata.

 Terjadinya degradasi kawasan strategis, padahal punya potensi ekonomi untuk mendorong pertumbuhan kota.

 Sarana lingkungan hijau/open space atau public space, sarana olah raga, dan lain-lain kurang diperhatikan hampir di semua kota,

 terutama kota Metro dan Besar.

3. Tantangan Penataan Bangunan dan Lingkungan

 Amanat Undang-Undang No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung dan Peraturan Pemerintah No. 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UUBG, bahwa semua Bangunan Gedung harus layak fungsi pada tahun 2010.

 Komitmen terhadap kesepakatan intemasional MDGs, bahwa pada tahun 2015, 200 Kabupaten/Kota bebas kumuh, dan pada tahun 2020 semua Kabupaten/Kota bebas kumuh.

C. Kebutuhan pengembangan

1. Kegiatan Pembinaan Teknis Bangunan Dan Gedung

 Kegiatan diseminasi peraturan perundang-undangan penataan bangunan dan lingkungan

 Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan dan gedung  Pengembangan sistem informasi bangunan gedung dan arsitektur  Pelatihan teknis tenaga pendata HSBG dan keselamatan bangunan  Pengelolaan bangunan gedung dan rumah Negara

(34)

 Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK)  Penyusunan RANPERDA Bangunan Gedung

 Percontohan Pendataan Bangunan Gedung

 Percontohan Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan  Rehabilitasi Bangunan Gedung Negara

 Dukungan Prasarana dan Sarana Pusat Informasi Pengembangan Permukiman dan Bangunan (PIPPB)

2. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman

 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)  Bantuan Teknis Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH)

 Pembangunan Prasarana dan Sarana Peningkatan Lingkungan Permukiman Kumuh dan Nelayan

 Pembangunan Prasarana dan Sarana Penataan Lingkungan Permukiman Tradisional

3. Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat Di Perkotaan

(35)
(36)

6. 3

SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (SPAM)

6.3.1. Isu Strategis Pengembangan SPAM A. Potensi

(1) PDAM Kabupaten Tangerang

Dengan wilayah pelayanan Kecamatan Tangerang dan Kecamatan Jatiuwung. Sistem ini terbagi atas 3 cabang yaitu: Cabang Babakan menggunakan Instalasi Pengolahan Air (IPA) Babakan dengan kapasitas 80 liter per detik dan IPA Cikokol kapasitas 500 dan 100 Iiter per detik dengan daerah pelayanan meliputi wilayah pusat kota. Cabang Perumnas 1 menggunakan IPA Perumnas kapasitas 40 dan 20 liter per detik, serta IPA Cikokol dengan kapasitas 500 dan 100 liter per detik dengan daerah pelayanan meliputi wilayah Perumnas I. Cabang Perumnas II, menggunakan IPA Cikokol kapasitas 500 dan 100 liter per detik dengan daerah pelayanan meliputi pusat kota yaitu Tangerang, Bandara Soekano - Hatta, sebagian wilayah Serpong, dan wilayah Perumnas. Total kapasitas terpasang saat ini sekitar 740 liter per detik. Sumber air baku adalah Sungai Cisadane dengan kapasitas produksi sekitar 647 liter per detik yang didistribusikan dengan sistem pemompaan. Total kapasitas terdistribusi adalah 633 liter per detik dan yang terjual sekitar 356 liter per detik dengan penduduk terlayani sekitar 229.000 jiwa atau sekitar 16% dari penduduk Kota Tangerang.

Pendistribusian 3 (tiga) cabang sistem penyediaan air bersih tersebut dilakukan secara terpadu, yaitu pipa distribusi antar masing-masing cabang pelayanan yang saling berhubungan sehingga air yang dihasilkan IPA Cikokol akan interkoneksi dengan air yang dihasilkan dari IPA Babakan dan IPA Perumnas 1.

(2) PDAM Kota Tangerang

(37)

Batuceper, Cipondoh, Benda, sebagian Tangerang, Jatiuwung, Ciledug, Pinang. Dengan jumlah pelanggan mencapai 16.500 pelanggan.

Selain pelanggan rumah tangga, PDAM TB juga melayani Bandara Soekarno Hatta dan beberapa Industri besar dan kecil. Dari jumlah pelanggan yang dilayani sekitar 370 liter per detik produksi air PDAM didistribusikan kepada masyarakat.

(3) Jaringan Yang Dikelola oleh Swasta

Pihak swasta membangun IPA dengan kapasitas 100 liter per detik yang memanfaatkan Sungai Cisadane sebagai sumber air baku. PDAM Kota Tangerang berencana akan bekerja sama dengan pihak swasta untuk melayani air bersih di Kelurahan Pabuaran Tumpeng dan Kelurahan Bugel sekitar Jalan M. Toha di Kecamatan Tangerang dengan memanfaatkan pipa distribusi milik PDAM.

B. Permasalahan

Tingkat pelayanan air bersih melalui sistem perpipaan yang dikelola oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di wilayah Kota Tangerang masih rendah. Hal ini terlihat dari data jumlah penduduk dan jumlah rumah tangga di Kota Tangerang tahun 2009. Menurut data dari buku Kota Tangerang Dalam Angka 2009 yang diterbitkan oleh Kantor Penelitian, Pengembangan dan Statistik Kota Tangerang dan BPS Kota Tangerang, jumlah penduduk yang telah menggunakan air bersih PDAM hanya 25,65% dan jumlah rumah tangga yang telah menggunakan air bersih PDAM hanya 18,81%. Sisanya menggunakan sumur pompa, sumur terlindung, dan sumber lainnya.

C. Kebutuhan Pengembangan

Sampai saat ini kebutuhan air bersih Kota Tangerang memanfaatkan sungai (air permukaan) dan air tanah. Pelayanan sistem perpipaan dilakukan oleh PDAM Kota Tangerang, PDAM Kabupaten Tangerang, dan Swasta.

(38)

- PDAM Kota Tangerang dengan debit air 370 L/dtk. - Swasta, dengan debit air 30 L/dtk.

Tingkat pelayanan air bersih oleh PDAM sampai saat ini baru ± 31%, dengan jumlah sambungan pelayanan air bersih sebanyak 75.000 unit, dimana 60.000 unit sambungan pelayanan air bersih dipenuhi oleh PDAM Kabupaten Tangerang, dan 15.000 unit dipenuhi oleh PDAM Kota Tangerang. Cakupan pelayanan air bersih sudah melayani sebagian populasi di Kecamatan Neglasari, Cipondoh, sebagian kecil Pondok Bahar, dan Griya Kencana II Ciledug. Wilayah pelayanan diupayakan diperluas lagi ke Kecamatan Batuceper, Benda, Cipondoh, dan Ciledug, tetapi sampai saat ini yang terlayani baru 6% saja dari total wilayah yang akan dikembangkan pelayanannya.

Kerjasama dengan swasta dalam penyediaan air bersih ditunjukkan dengan adanya penyediaan kebutuhan air bersih oleh Developer Perumahan Griya Bintaro yang berlokasi di Kecamatan Pinang yang bekerjasama dengan PT. Bintang Hytien Jaya. Kondisi pelayanan ini menunjukkan cakupan pelayanan air bersih untuk kota dengan jumlah penduduk sekitar 1,5 juta jiwa belum terpenuhi seluruhnya.

Perhitungan kebutuhan air bersih Kota Tangerang sampai tahun 2016 ialah sebesar 3.249 Liter/detik, dengan asumsi kebutuhan air bersih per hari ialah 130 Liter/orang/hari. Perkiraan kebutuhan air bersih sampai tahun 2016 lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel berikut 8-19 Rencana pengembangan prasarana air bersih dilakukan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan air bersih pada masa sekarang dan akan datang. Adapun rencana pengembangan yang ditetapkan ialah:

(1) Pengendalian pengambilan sumber air tanah, agar jumlah debit yang digunakan dapat disesuaikan dengan kapasitas pelayanan sumber air:

(39)

 Pengadaan sumur resapan, terutama bagi para developer perumahan formal untuk menjaga ketersediaan air bersih dan mengurangi pengambilan air tanah secara besar-besaran, dengan memperhatikan dan mempertahankan daya tampung sumur resapan yang ada.

Adapun ketentuan dalam pengembangan sumur resapan ialah: Tabel 3.9

KETENTUAN TEKNIS PENGADAAN SUMUR RESAPAN Luas

Lahan (Ha)

Klasifikasi Perumahan

Pengadaan Situ/Waduk

≥ 50 Besar Pengendalian sumur resapan sendiri

10 – 50 Sedang Pengadaan sumur resapan sendiri, atau tergabung dengan perumahan lainnya yang berdekatan

10 Kecil Penyediaan sumur resapan bersama di antara beberapa perumahan sekitar

Catatan: penentuan lokasi (sebaran), ukuran (dimensi), dan bentuk sumur resapan

memerlukan studi khusus lebih lanjut.

Adapun standar pengadaan sumur resapan skala perumahan perlu memperhatikan ketentuan teknis: Sumur resapan berbentuk segiempat atau silinder dengan diameter 1,4 meter. Ukuran pipa masuk memiliki diameter 110 mm, ukuran pipa pelimpah memiliki diameter 110 mm, dan kedalaman sumur resapan ini berkisar antara 1,5 meter sampai dengan 3 meter.

Tabel 3.10

(40)

No Kecamatan Jumalah Penduduk

Sumber : Hasil Analisis, 2006

(2) Perlu dilakukan feasibility study Situ Cipondoh sebagai sumber air baku Kota Tangerang melalui sistem perpipaan.

(3) Mengembangkan sumber air baku (air permukaan maupun air tanah) Kota Tangerang, melalui strategi:

 Mempertahankan sumber air baku (air permukaan maupun air tanah) Kota Tangerang.

 Pengendalian pencemaran air permukaan maupun air tanah.

(4) Peningkatan pelayanan air bersih sistem perpipaan, melalui insetif tindakan:  Pengembangan sumber air baku baru.

(41)

(5) Peningkatan cakupan wilayah pelayanan air bersih, melalui strategi:  Penambahan jumlah sambungan pipa air bersih ke unit-unit rumah.  Pengembangan jaringan perpipaan baru.

(6) Pengendalian water loss melalui monitoring meteran air. Hal ini diupayakan untuk mencegah dan meminimalisir water loss (kehilangan air) yang sudah mencapai 17,11% dari kapasitas layanan PDAM Kota Tangerang dan sebesar 32% dari kapasitas layanan PDAM Kabupaten Tangerang.

(7) Antisipasi perkembangan kebutuhan pelayanan air bersih, melalui penerapan strategi:  Antisipasi jumlah kebutuhan air berupa pemanfaatan sumber air baku baru.

 Pengolahan air limbah non black water menggunakan teknologi, sehingga dapat digunakan lagi.

 Pengembangan penyediaan air bersih sistem perpipaan sebagai upaya untuk penghematan debit air yang digunakan.

 Pembangunan sumur serapan/waduk-waduk pada kawasan perumahan.

 Minimalisir pengambilan debit air tanah untuk kegiatan industri non polutif melalui penyediaan air bersih oleh PDAM yang haruis dimulai dari sekarang didukung oleh studi khusus kebutuhan air untuk industri.

(8) Rencana Pengembangan Sistem Pelayanan Air Bersih  Pelestarian sumber air.

 Penerapan sanksi yang ketat terhadap pembuangan limbah oleh industri di sekitar sumber air.

 Penataan kembali koridor sepanjang saluran sumber air dari keberadaan perumahan kumuh.

 Penataan kembali saluran air melalui upaya pembersihan sungai dari lumpur, tanaman eceng gondok, alang-alang, maupun sampah.

 Pengembangan sumber air baku baru, termasuk pengembangan Situ Cipondoh dan Situ Gede.

(42)

- Peningkatan kerjasama dengan developer perumahan, sebagai upaya meminimalisir kebutuhan air yang harus disediakan oleh PDAM saja, sehingga pelayanan bagi masyarakat di perumahan informal dapat dioptimalkan.

(43)

No

Output

Lokasi Vol Satuan

Sumber Dana (Rp.x juta) Tahun

Indikator Output APBN APBD

Prov

APBD

Kab/Kota Masy Swasta CSR 1 2 3 4 5

Rincian Murni PHLN

(44)

6. 4

PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN

6.4.1. AIR LIMBAH

6.4.1.1. Isu Strategis Pengembangan Air Limbah

Luas wilayah administratif Kota Tangerang adalah 184,23 km2 yang terdiri dari 13 kecamatan. Jumlah penduduk kota Tangerang pada tahun 2009 adalah 1.525.534 jiwa dan sekitar 90% penduduk tinggal di daerah urban. Dengan timbulan sampah sebanyak 2,2 L/kapita/hari, timbulan sampah di kota Tangerang adalah 3.400 m3 / hari, dengan sebaran seperti ditunjukan pada gambar dibawah ini.

Gambar 3.12.

PROPORSI SEBARAN TIMBULAN 13 KECAMATAN KOTA TANGERANG

Sumber : Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Tangerang

A. Potensi

Potensi di bidang persampahan adalah adanya kemungkinan pemanfaatan sampah sebagai sesuatu yang bernilai ekonomis. Antara lain pendaur-ulangan beberapa jenis sampah serta pengolahan sampah organik menjadi pupuk, disamping adanya teknologi

6,8%

Ciledug Larangan Karang Tengah Cipondoh Pinang

Tangerang Karawaci Cibodas Jatiuwung Periuk

(45)

lain yang perlu dikembangkan yang dapat memanfaatkan sampah sebagai sumber energi. Perkembangan timbulan sampah berbanding lurus dengan jumlah penduduk. Berdasarkan gambar 3.13 diketahui perkembangan timbulan sampah dan cakupan pelayanan persampahan per hari.

Gambar 3.13.

GRAFIK PERKEMBANGAN TIMBULAN SAMPAH KOTA TANGERANG TAHUN 2004-2008

Sumber : LKPJ Walikota Tangerang 2008

Dari grafik yang menjelaskan perkembangan timbulan sampah di Kota Tangerang dapat dilihat bahwa jumlah timbulan sampah menunjukkan trend yang meningkat. Hal ini sesuai dengan peningkatkan aktivitas pembangunan, peningkatan jumlah penduduk, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Selain itu, terlihat bahwa volume sampah yang terangkut per harinya lebih kecil (70%) dibandingkan dengan volume total timbulan sampah yang dihasilkan. Hal tersebut mengindikasikan cakupan pelayanan persampahan di Kota Tangerang masih belum mampu melayani dan memenuhi kebutuhan pelayanan persampahan di Kota Tangerang.

(46)

meningkatkan aktivitas daur ulang sampah dan mendorong kawasan-kawasan industri dan perumahan untuk secara mandiri membangun dan mengelola instalasi pengolahan limbah.

Teknologi baru yang memungkinkan untuk dilakukan dalam pengelolaan sampah antara lain :

o Landfill Gas Flaryng System adalah teknologi yang digunakan untuk memusnahkan gas methane yang dihasilkan oleh sampah.

Keterangan lebih lanjut dapat disimak gambar dibawah ini :

Dari gambar diatas, teknologi lain dalam pengolahan sampah berupa :

o Waste to energy adalah penerapan teknologi untuk menjadikan sampah menjadi energi.

o Penggunaan teknologi Incenerator dijadikan teknologi alternatif pengelolaan sampah khususnya di kawasan permukiman, namun hal ini belum dapat direalisasikan karena biaya yang tinggi.

o Komposting adalah upaya pengolahan limbah organik menjadi kompos/materi penggembur tanah.

o Daur Ulang anorganic Waste

o Penanganan B3 (bahan berbahaya dan beracun)

o Pemanfaatan Sistem 3 M (Mengurangi, Menggunakan Kembali dan Mendaur Ulang)

GAMBAR 3. 14

DIAGRAM SEDERHANA Landfill Gas Flaryng System

(47)

Sampah di kota Tangerang belum sepenuhnya tertangani, masih ditemukan adanya tumpukan¬tumpukan sampah di berbagai tempat. Permasalahan sampah meliputi proses pengumpulan, pengangkutan dan tempat pembuangan akhir. Di samping itu volume sampah makin lama makin meningkat, tetapi proses pengumpulan dan pengangkutan masih tetap sedangkan tempat yang tersedia untuk membuang malahan sudah hampir penuh. Sampah juga terkendala ditempat pembuangan akhir, khususnya bau yang ditimbulkan dan pencemaran air yang terjadi di daerah sekitarnya, khususnya apabila tempat pembuangan akhir ini berdekatan dengan kawasan permukiman.

Tingkat pelayanan pengangkutan sampah di kota Tangerang dari tahun ke tahun terus meningkat. Peningkatan pelayanan ini merupakan hasil kombinasi dari peningkatan kinerja pengangkutan (intensifikasi) dan penambahan sarana pengangkutan. Namun demikian tingkat pelayanan tersebut masih dibawah standar Pelayanan Minimal (SPM) bagi kawasan perkotaan yaitu sebesar 80%. Masih adanya selisih antara standar dengan tingkat pelayanan real disebabkan karena armada dan sarana lain seperti gerobak, TPS dan kontainer jumlahnya belum ideal untuk dapat memberikan pelayanan sesuai standar.

C. Kebutuhan pengembangan

Pengolahan sampah organik menjadi kompos di TPA Rawa Kucing telah mulai dilakukan sejak tahun 2001 oleh salah satu LSM di Kota Tangerang. Hampir dua tahun kemudian, tepatnya pada tahun 2002 secara formal Dinas PU melakukan pengembangan terhadap kegiatan tersebut, baik dari segi kapasitas produksi maupun perbaikan metode pelaksanaan dan peralatan.

Sampai saat ini kapasitas pengolahan sampah dilakukan oleh unit pengolah sampah organik TPA Rawa Kucing (UPSO TPA Rawa Kucing) adalah antara 25 – 50 m3/hari yang menghasilkan 500 – 1000 kg kompos murni per hari. Untuk mendapatkan pupuk organik dengan komposisi kimia tertentu sesuai dengan kebutuhan, maka terhadap kompos murni yang dihasilkan dapat dilakukan pencampuran dengan bahan seperti kotoran ternak (ayam, kambing, sapi).

(48)

TPA Rawa Kucing juga melakukan penelitian mengenai pemanfaatan Leachate (yang dihasilkan dari proses komposting) menjadi pupuk cair. Untuk menguji kualitas kompos dan pupuk cair yang dihasilkan dari TPA Rawa kucing, selain dilakukan pengetesan di lab juga dilakukan uji coba pemanfaatan kompos. Uji telah dilakukan pada lahan di TPA rawa kucing dan Sangego – Bayur dengan komoditas yang bervariasi serta berkerjasama dengan petani tanaman hias yang ada di kota Tangerang.

Drainase

A. Potensi

 Mempunyai ketinggian diatas muka air laut (+10 ~ 30 m DPL).

 Lahan mempunyai kemiringan (1 ~ 3% di utara dan 3 ~ 8% di selatan).

 Adanya saluran irigasi yang tidak terpakai, dapat dimanfaatkan untuk saluran drainase.

 Sudah ada jaringan saluran drainase, baik yang buatan maupun alami (Sungai Cisadane, Sungai Mookevart, Sungai Angke dan Sungai Cirarab).

 Dimilikinya situ-situ di kota Tangerang.

Sistem jaringan drainase di Kota Tangerang dibagi menjadi 2 (dua), yaitu sistem drainase makro/drainase alam, yaitu sungai yang berfungsi sebagai badan air penerima dan sistem drainase mikro meliputi saluran primer, sekunder, dan tersier dengan total panjang saluran sekitar 192.763 m.

Sistem drainase makro Kota Tangerang meliputi 4 (empat) buah sungai yaitu: Sungai Cisadane, Sungai Angke, Sungai Cirarab dan Sungai Sabi. Keempat sungai tersebut mempunyai daerah tangkapan air yang cukup luas dengan muara ke sebelah Utara dan berakhir di Laut Jawa. Selain sungai yang berfungsi sebagai badan air penerima, terdapat juga Situ Cipondoh yang berfungsi sebagai tandon air seluas 120 Ha.

Gambar 3.14

(49)
(50)

Jaringan sistem drainase di Kota Tangerang masih belum seperti yang diharapkan. Saluran drainase yang ada kurang terpelihara, yang tampak dengan adanya endapan di dasar saluran, tumbuhnya tanaman, dan banyaknya sampah.

Sungai-sungai yang mengalir di Kota Tangerang, yang berfungsi sebagai saluran pembawa ke tempat pembuangan akhir atau laut, juga belum berfungsi sebagaimana seharusnya sebuah sungai. Kondisi tebing sungai yang penuh sampah, sungai yang dangkal dan sempit, pemanfaatan daerah sempadan sungai untuk pemukiman, masih merupakan pemandangan sehari-hari.

Pada waktu musim hujan, timbul genangan-genangan di seluruh kota Tangerang, yang makin lama makin meluas, makin tinggi dan makin lama. Prasarana drainase di Kota Tangerang yang belum memuaskan telah menimbulkan gangguan dan kerugian akibat terjadinya genangan-genangan. Masalah penyebab timbulnya genangan-genangan dikenali antara lain sebagai berikut:

 Kondisi prasarana saluran drainase yang kurang terawat, karena keterbatasan aparat Pemerintah untuk merawat, rendahnya kesadaran masyarakat dan aparat untuk menjaga saluran drainase, tidak adanya produk hukum yang mengatur tentang keberadaan saluran drainase.

 Kondisi sungai sebagai saluran pembuang tidak berfungsi sebagaimana mestinya, kurangnya kesadaran masyarakat yang membuang sampah ke sungai, terjadinya pelanggaran atas daerah sempadan sungai dengan berdirinya pemukiman-pemukiman liar, kurangnya ketegasan aparat untuk melarang pemukiman-pemukiman tersebut.  Kemiskinan, yang mendorong penduduk untuk memanfaatkan lahan kosong termasuk

daerah sempadan sungai.

 Pembangunan perumahan-perumahan yang tidak terkendali, tidak memperhitungkan daerah peresapan, melanggar KDB yang disyaratkan, melakukan pengurugan-pengurugan daerah rendah tempat retensi air.

 Kendala kondisi topografi di beberapa wilayah yang kurang menguntungkan berupa cekungan-cekungan, sehingga menyulitkan pengaliran air drainase secara gravitasi.  Hilangnya daerah retensi dengan beralih-fungsinya Situ-Situ yang ada untuk

(51)

 Kurangnya pemeliharaan atas fungsi Situ, sehingga terjadi pengendapan, tempat pembuangan sampah dan limbah, tumbuhnya enceng gondok, tempat pemukiman liar.

Kota Tangerang memiliki potensi genangan dan banjir, karena kondisi topografi kota yang cenderung datar dan buruknya kondisi saluran drainase terutama untuk saluran drainase sekunder sebesar 52% dari panjang saluran sekunder.

Akibat dari kurang terpeliharanya saluran drainase baik makro maupun mikro, maka genangan atau banjir menjadi permasalahan yang cukup mendesak di Kota Tangerang. Luas genangan banjir pada tahun 2005 adalah 333,000 m2 yang tersebar di 23 titik lokasi. Kemudian pada tahun 2007 luas genangan air meluas menjadi 180,5 Ha atau 1.805.000 m2 dengan jumlah lokasi yang juga bertambah yaitu 49 daerah pada kawasan permukiman dan jalan. Daerah genangan air tersebut antara lain di Kecamatan Larangan, Kecamatan Karang Tengah, Kecamatan Cipondoh, Kecamatan Pinang dan Kecamatan Periuk.

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya genangan banjir di Kota Tangerang adalah :

1. Berubahnya fungsi tata guna lahan, dari yang semula merupakan daerah resapan air, menjadi bangunan, perumahan, industri/pabrik, pertokoan, pergudangan, dan sebagainya. Kondisi ini mengakibatkan semakin berkurangnya areal yang berfungsi sebagai tempat penampungan air sebelum menuju saluran pembuang.

2. Kurangnya sarana dan sistem drainase yang memadai sebagai pengganti lahan yang mengalami perubahan fungsi tersebut, terlebih apabila perubahan tersebut tidak disertai dengan analisa dampak lingkungan.

3. Kurangnya kesadaran masyarakat dalam hal kebersihan dan pemeliharaan terhadap sarana drainase lingkungan yang menyebabkan sistem drainase lingkungan tidak dapat berfungsi dengan optimal.

(52)

Dilihat dari standar pelayanan minimal fasilitas drainase maka luas daerah genangan banjir di daerah perkotaan maksimal hanya 10 Ha. Sedangkan pada tahun 2007 genangan air di Kota Tangerang telah mencapai luas 180,5 Ha, jauh melebihi standar yang berlaku. Pemerintah Kota Tangerang dalam hal ini Dinas Pekerjaan Umum, Subdin Pengairan telah melaksanakan beberapa program/kegiatan untuk mencegah dan meminimalisir banjir yang terjadi di Kota Tangerang. Salah satunya adalah program pembangunan turap, rumah pompa, dan pintu air yang tersebar di 13 Kecamatan Kota Tangerang, yaitu: Turap sepanjang 12.063 m, Rumah Pompa sebanyak 36 Buah dan Pintu Air sebanyak 90 Buah.

(53)

C. Kebutuhan pengembangan

Selain upaya di atas, Pemerintah Kota Tangerang perlu melakukan upaya terencana dan terkoordinasi untuk mengurangi daerah rawan banjir dan mengurangi frekuensi terjadinya banjir. Beberapa upaya yang dapat dilakukan adalah :

 Meningkatkan kualitas lingkungan DAS (Daerah Aliran Sungai)  Membangun pintu-pintu pengendali banjir

 Meningkatkan pengawasan implementasi amdal terutama dalam pembangunan kawasan pemukiman baru

 Menambah dan memperbaiki saluran-saluran drainase  Meningkatkan dan memelihara daerah resapan air

 Menggalakkan pembangunan sumur resapan dan biopori terutama di kawasan perumahan dan industri

 Meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan

Air Limbah / Sanitasi

A. Potensi

Pembuangan limbah domestik dengan sistem terpusat yaitu pengelolaan air limbah di lokasi IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) Tanah Tinggi yang melayani kelurahan Sukasari dan Babakan 3.000 KK). IPAL ini dibangun oleh pemerintah Pusat pada Tahun 1981/1982 dengan panjang 25,7 km dan pengelolaanya baru diserahkan oleh pemerintah Kab. Tangerang kepada Pemerintah Kota Tangerang Pada tahun 2000.

(54)

Proses pengolahan pada lagoon terjadi secara biologis dengan melalui proses aerobik dan anaerobik dan pada saat ini kolam sudah mengalami pendangkalan sehingga atau reduksi air limbah tidak optimal.

B. Permasalahan

Sumber air limbah di Kota Tangerang dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu yang bersumber dari pemukiman dan dari industri. Masalah yang dihadapi dengan air limbah dari pemukiman adalah sebagai berikut:

1. Permasalahan yang dihadapi antara lain :

 Kebutuhan masyarakat Kota Tangerang terhadap pelayanan air limah.

 Tingkat pelayanan yang masih rendah (0,44 % pada sistem Karawaci I dan 4,59 % pada sistem Sukasari-Babakan Ujung) belum mengacu seluruh masyarakat.

 Sistem Karawaci I beberapa kolam tidak berfungsi dengan baik sehingga perlu di normalisasi.

2. Sistem Sukasari-Babakan Ujung kapasitas pengolahan dan jaringan melayani 5000 sambungan, tetapi saat ini baru terpasang 2758 sambungan.

 Belum tersedianya dana untuk pembangunan instalasi baru

 Kebiasaan masyarakat yang lebih senang membuang air/hajat di lahan terbuka/empang, sehingga perlu adanya pendekatan dan penyuluhan.

 Kebutuhan sarana IPLT untuk melayani pengolahan tinja pada sistem on-site

 Jumlah armada truk penyedothanya 7unit,tidak dapat melayani dan menjangkau seluruh kota.

 Masih rendahnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat akan kesehatan lingkungan.

 Faktor ekonomi yang tidak memungkinkan masyarakat, khususnya yang berpenghasilan rendah untuk menyediakan sarana pengolahan air limbah yang memenuhi syarat.

 Belum memadainya layanan kota berupa instalasi pengolah limbah terpusat.

(55)

 Pemilik industri belum memenuhi komitmennya atas kualitas air sungai dimana mereka membuang air limbah, dengan pengolahan air limbah yang memadai.  Kurangnya pengawasan dari aparat Pemerintah untuk memantau dan

mengingatkan akan kualitas air limbah yang dibuang.

 Menurunnya kualitas air sungai yang masuk dan melewati ke kota Tangerang, terutama sungai-sungai yang berhulu di luar kota Tangerang.

3. Sistem on-site:

Pengelohan lumpur septic tank di Kota Tangerang baru ada 1 unit yaitu di IPLT Karawaci I. Sedangkan wilayah Kota Tangerang cukup luas dan jumlah penduduk yang cukup tinggi menyebabkan timbulnya kebutuhan penambahan IPLT baru, untuk meningkatkan pelayanan terhadap penduduk Kota Tangerang. IPLT baru ini diharapkan dapat menempati lokasi yang baru yang strategis sehingga dapat dengan mudah diakses oleh armada truk tinja.

4. Sistem off-site:

Permasalahan sistem ini adalah jaringan sewerage yang masih mengalami banyak kendala. Salah satunya adalah kondisi jaringan yang masih sering tersumbat dikarenakan level muka air di dalam jaringan tersebut lebih rendah dari level muka air di kolam oksidasi. Pemecahan masalah ini adalah perlu dilakukan pengadaan pompa untuk menaikkan air pada jaringan perpipaan ke kolam oksidasi

Permasalahan yang lain yaitu kondisi jaringan sewerage yang mengalami kerusakan karena beban kendaraan proyek pada saat pelaksanaan pembangunan Perum Perumnas Karawaci I. Kondisi ini menyebabkan di beberapa ruas jaringan perpipaan mengalami ketersumbatan.

5. IPAL Tanah Tinggi:

(56)

tersedianya alat untuk pemeliharaan jaringan. Sehingga bila mengalami kerusakan ataupun ketersumbatan, maka pihak pengelola harus melakukan sewa alat kepada PD Pal Jaya. Hal ini sangat menghambat proses pemeliharaan akibat dari waktu tunggu kedatangan alat yang lama.

C. Kebutuhan pengembangan

Berdasarkan Laporan Review RTRW Kota Tangerang 2006, diketahui bahwa masyarakat Kota Tangerang di daerah yang berkepadatan tinggi sudah membuang air limbah melalui pengadaan cubluk secara individual dan MCK umum secara komunal, tetapi belum seluruhnya menggunakan konsep tersebut, masih banyak masyarakat yang membuang air limbah (black water maupun limbah cuci, dll) langsung ke sungai atau ke selokan. Industri yang terdapat di Sungai Cisadane masih melakukan pembuangan limbah langsung ke sungai, hal ini terlihat dari kondisi air Sungai Cisadane yang cukup buruk.

(57)

No

Output

Lokasi Vol Satuan

Sumber Dana (Rp. X juta) Tahun

Indikator Output APBN APBD

Gambar

Gambar 6.1 Arah Pengembangan Kota Tangerang
Tabel 6.1
Tabel 6.2
Gambar 6.2 Sebaran Kawasan Permukiman Prioritas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Melalui temuan dan analisis data di atas dapat dilihat bahwa adanya pembongkaran representasi kulit hitam dalam aspek kepemimpinan dan heroisme. Namun pembongkaran itu

Penyesuaian pernikahan tergolong sedang dengan nilai paling rendah ada pada 10 pasang yang menikah dini yang suaminya berusia kurang dari 19 tahun, berpenghasilan kurang dari

Dari hasil simulasi mekanisme motor bakar satu silinder dengan menggunakan MATLAB disimpulkan bahwa dengan penambahan bobot massa sebesar 0,6 kali massa yang terkonsentrasi

Kawasan Asia Tenggara pada masa protosejarah sebenarnya merupakan wilayah Kawasan Asia Tenggara pada masa protosejarah sebenarnya merupakan wilayah yang dinamis dalam perkembangan

Begitulah bisnis “gratisan” di dunia internet, paling tidak setelah Anda melewati masa 1 tahun, Anda harus membayar kurang lebih $3 dollar US untuk memperpanjang layanan pada

Laju pertumbuhan penduduk Kecamatan Karimun adalah yang tertinggi dibandingkan kecamatan lain di Kabupaten Karimun yakni sebesar 4,80 persen, sedangkan yang terendah di

Langkah 6: Buat lembar hitungan (tally sheet) dengan memasukkan data angka ke dalam kelas yang telah ditentukan. Setelah pemasukan angka angka sedemikian

Menurut Darminto (2010) kinerja keuangan juga merupakan keseluruhan hasil kerja manajemen dalam mengelola berbagai sumber daya yang dimiliki yang dapat.. Kinerja