BAB
IX
ASPEK PEMBIAYAAN
Petunjuk Umum
Profil APBD Kabupaten Kendal
Profil Perkembangan Investasi Pembangunan Bidang Cipta
Karya yang Didanai APBN, APBD Provinsi, APBD
Kabupaten, Swasta dan Masyarakat
Proyeksi dan Rencana Investasi Pembangunan Cipta Karya
Keterpaduan Strategi Peningkatan Investasi Pembangunan
Bidang Cipta Karya
9.1 Petunjuk Umum
Dengan diberlakukannya Peraturan Pemerintah nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintah Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/ Kota, maka Pemerintah Kabupaten mempunyai kewajiban untuk menyelenggarakan dan
melaksanakan urusan pemerintahan daerah yang menjadi kewenangannya. Urusan pemerintahan
daerah dimaksud meliputi: Urusan Wajib dan Urusan Pilihan dalam rangka pelayanan kepada
masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Birokrasi dalam melaksanakan urusan pemerintahan daerah tersebut secara umum berperan
menjalankan 3 (tiga) fungsi utama, yaitu: fungsi pelayanan, fungsi pembangunan dan fungsi
pemerintahan umum. Fungsi pelayanan berhubungan dengan unit organisasi pemerintahan yang pada
hakikatnya merupakan bagian atau berhubungan dengan masyarakat. Fungsi utamanya adalah
pelayanan publik (public service) langsung kepada masyarakat. Fungsi pembangunan berhubungan
dengan organisasi pemerintah yang menjalankan salah satu urusan pemerintahan daerah guna
mencapai tujuan pembangunan. Fungsi pokoknya adalah Development function atau adaptive function.
rangka penyelenggaraan pemerintahan Daerah dalam kurun waktu satu tahun. APBD selain itu juga
merupakan instrumen dalam rangka mewujudkan pelayanan dan peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Berkaitan dengan hal tersebut maka pengalokasian anggaran belanja yang secara rutin
merupakan kebutuhan dalam rangka pelaksanaan setiap urusan pemerintahan daerah menjadi tolok
ukur bagi tercapainya kesinambungan serta konsistensi pembangunan daerah secara keseluruhan
menuju tercapainya sasaran yang telah disepakati bersama.
Bertitik tolak dari target kinerja pembangunan daerah yang akan dicapai dan dengan
memperhatikan keterbatasan sumber daya yang ada, maka dalam rangka pencapaian tujuan
pembangunan daerah perlu mengarahkan dan memanfaatkan sumber daya yang ada secara berdaya
guna dan berhasil guna dengan disertai pengawasan dan pengendalian yang ketat sesuai ketentuan
perundang-undangan yang berlaku. Hal ini dimaksudkan agar target kinerja pembangunan daerah yang
telah ditetapkan dapat tercapai.
Mengacu pada Peraturan Pemerintah nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah, maka penyusunan APBD Kabupaten Kendal didasarkan pada Kebijakan Umum APBD (KUA)
dan Prioritas dan Plafon Anggaran (PPA) yang telah disepakati bersama antara Pemerintah Daerah dan
DPRD. Kebijakan Umum APBD (KUA) dimaksudkan sebagai pijakan dan dasar bagi Pemerintah
Daerah dan DPRD dalam membahas dan menyepakati PPA yang selanjutnya menjadi bahan utama
penyusunan RAPBD, oleh karena itu KUA tersebut juga memberikan landasan dan pedoman bagi
setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam menyusun program dan kegiatan yang akan
dilaksanakan pada tahun datang dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan daerah yang
menjadi kewenangannya. Rencana program dan kegiatan beserta anggarannya dimaksud dituangkan
dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD) serta rencana
pelaksanaannya sesuai tugas pokok dan fungsinya masing-masing.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) pada hakikatnya merupakan perwujudan
amanat rakyat kepada eksekutif dan legislatif untuk meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan umum
kepada masyarakat dalam batas otonomi daerah yang dimiliki. Bertitik tolak pada hal tersebut, maka
setiap penyusunan APBD Kabupaten Kendal disusun dengan memperhatikan prinsip-prinsip:
1. Partisipasi Masyarakat
Hal ini mengandung makna bahwa pengambilan keputusan dalam proses penyusunan dan
penetapan APBD sedapat mungkin melibatkan partisipasi masyarakat sehingga masyarakat
mengetahui akan hak dan kewajibannya dalam pelaksanaan APBD.
2. Transparansi
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang disusun harus dapat menyajikan
sumber pendanaan pada setiap jenis/ obyek belanja serta korelasi antara besaran anggaran
dengan manfaat dan hasil yang dicapai dari suatu kegiatan yang dianggarkan. Oleh karena
itu, setiap pengguna anggaran harus bertanggung jawab terhadap penggunaan sumber daya
yang dikelola untuk mencapai hasil yang ditetapkan.
3. Disiplin Anggaran
Anggaran daerah disusun berdasarkan kebutuhan riil dan prioritas masyarakat di daerah
sesuai dengan target dan sasaran pembangunan daerah. Dengan demikian, dapat dihindari
adanya kebiasaan alokasi anggaran pembangunan ke seluruh sektor yang kurang efisien dan
efektif.
4. Keadilan Anggaran
Pajak daerah, retribusi daerah dan pungutan daerah lainnya yang dibebankan kepada
masyarakat harus mempertimbangkan kemampuan untuk membayar, masyarakat yang
memiliki kemampuan pendapatan rendah secara proporsional diberi beban yang sama,
sedangkan masyarakat yang mempunyai kemampuan untuk membayar tinggi diberikan
beban yang tinggi pula. Untuk menyeimbangkan kedua kebijakan tersebut pemerintah daerah
dapat melakukan diskriminasi tarif secara rasional guna menghilangkan rasa ketidakadilan.
Selain daripada itu dalam mengalokasikan belanja daerah, harus mempertimbangkan
keadilan dan pemerataan agar dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa
diskriminasi pemberian pelayanan.
Pemerintah Daerah di dalam menetapkan besaran pajak dan retribusi harus mampu
menggambarkan nilai-nilai rasional dan transparan terkait dengan penentuan hak-hak dan
tingkat pelayanan yang diterima oleh masyarakat di daerah. Mengingat, adanya beban
pembiayaan yang dipikul langsung maupun tidak langsung oleh kelompok masyarakat melalui
mekanisme pajak/ retribusi, serta adanya keharusan untuk merasionalkan anggaran yang
lebih menguntungkan bagi kepentingan masyarakat dan mampu merangsang pertumbuhan
b. Penetapan prioritas kegiatan dan penghitungan beban kerja serta penetapan harga
satuan yang rasional.
6. Taat Azas
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sebagai kebijakan daerah yang
ditetapkan dengan Peraturan Daerah di dalam penyusunannya tidak boleh bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, kepentingan umum dan peraturan
daerah lainnya.
9.2 Profil Keuangan Kabupaten Kendal
9.2.1 Arah Kebijakan Keuangan Daerah
APBD Kabupaten Kendal selama periode tahun 2010-2014 mengalami peningkatan, baik
peningkatan pendapatan dan peningkatan belanja. Pertumbuhan pendapatan selama periode
tersebut rata-rata sebesar 12,61%, sedangkan rata-rata pertumbuhan belanja sebesar 12,01%,
Sedangkan APBD Kabupaten Kendal Tahun 2015 diproyeksikan sebesar Rp.
1.431.006.932.416,- (Satu triliun empat ratus tiga puluh satu miliar, enam juta, sembilan ratus
tiga puluh dua ribu, empat ratus enam belas rupiah). APBD tersebut dipergunakan untuk
Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung. Untuk Belanja Tidak Langsung diperkirakan
sebesar Rp. 916.935.958.239,- sedangkan alokasi belanja langsung diperkirakan sebesar Rp.
514.070.974.177,-.
Selama kurun waktu 2010 - 2013 APBD Kabupaten Kendal selalu mengalami kondisi defisit.
Defisit yang terjadi pada kisaran 5-6% namun pada tahun 2013, defisit terjadi sampai dengan
9,54% namun kemudian pada tahun 2014 kembali turun menjadi 4,82%. Kondisi tersebut harus
diwaspadai dan diupayakan agar defisit anggaran terus dapat dikurangi.
Pemerintah Kabupaten Kendal berupaya menutup defisit anggaran tersebut dengan melakukan
pinjaman daerah, di samping menggunakan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) dan
penerimaan piutang daerah. Pinjaman daerah ini memang mengandung resiko karena apabila
pendapatan daerah tidak dapat menutup defisit tersebut, maka pinjaman tersebut menjadi
beban pada tahun anggaran berikutnya. Adapun untuk tahun-tahun mendatang defisit
diharapkan tidak lebih dari 5%.
Adapun rincian APBD 2010-2014 diuraikan Pada Tabel IX-1. dan Perbandingan Antara
Tabel IX - 1.
Tabel IX - 2.
Perbandingan antara Pendapatan Daerah dengan Belanja Daerah pada APBD Kabupaten Kendal Tahun 2010 - 2014 dan Target Tahun 2015
Prinsip penyusunan APBD Tahun Anggaran Tahun-tahun mendatang didasarkan pada
prinsip sebagai berikut :
a. Sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintah daerah berdasarkan urusan dan
kewenangannya;
b. Tepat waktu, sesuai dengan tahapan dan jadual yang telah ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan;
informasi selauas-luasnya tentang APBD;
d. Partisipatif, dengan melibatkan masyarakat;
e. Memperhatikan asas keadilan dan kepatutan; dan tidak bertentangan dengan kepentingan
umum, peraturan yang lebih tinggi dan peraturan daerah lainnya.
9.2.2 Arah Kebijakan Pendapatan Daerah (PAD)
Pendapatan daerah sebagaimana ketentuan yang berlaku dikelompokkan menjadi tiga jenis.
Pengelompokan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Pendapatan Asli Daerah (PAD), meliputi Pendapatan Pajak Daerah, Pendapatan Retribusi
Daerah, Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan, dan Lain-lain
Pendapatan Asli Daerah yang sah;
b. Dana Perimbangan, meliputi Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak, Dana Alokasi
Umum, dan Dana Alokasi Khusus;
c. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah, meliputi Pendapatan Hibah, Pendapatan Dana
Darurat, Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya, Dana
Penyesuaian dan Otonomi Khusus, serta Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah
Daerah Lainnya.
Pada tahun 2014 proporsi Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar 11,39% dari total
pendapatan daerah yaitu sebesar Rp.155.567.387.891,00. Sedangkan pendapatan daerah
sebagian besar masih berasal dari dana perimbangan dengan proporsi 71,51% dan lain-lain
pendapatan daerah yang sah 17,11%. Pada Rencana tahun 2015 proporsi pendapatan asli
daerah diperkirakan naik menjadi 11,64%. Kenaikan tersebut berasal dari kenaikan pajak
daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli
daerah yang sah. Target struktur pendapatan daerah di Kabupaten Kendal pada tahun 2013
Tabel IX - 3.
Target Pendapatan Daerah Kabupaten Kendal Tahun 2014 dan Proyeksi Tahun 2015
Pada Tabel IX - 4 terlihat bahwa PAD Kabupaten Kendal terus mengalami peningkatan,
dimana pada tahun 2011 Rp. 88.115.980.943,- meningkat menjadi Rp. 155.567.387.891,-
pada tahun 2014 atau meningkat sebesar 76,55% dengan rata-rata peningkatan per tahun
16,06%. maka PAD diproyeksikan akan meningkat menjadi Rp. 380.197.204.622,-. pada tahun
2020.
Tabel IX - 4.
Pendapatan Daerah Kabupaten Kendal Tahun 2011-2014 dan Proyeksi s/d Tahun 2020
Tahun PAD Pertumbuhan
(%)\
2011 88.115.980.943
2012 95.752.228.048 8,67%
2013 113.660.377.014 18,70%
2014 155.567.387.891 36,87%
2015 180.551.161.339
16,06%
2016 209.547.272.746
2017 243.200.094.586
2018 282.257.484.107
2019 327.587.402.751
2020 380.197.204.622
Strategi pengelolaan pendapatan daerah dilaksanakan melalui intensifikasi dan ekstensifikasi
pendapatan daerah. Intensifikasi pendapatan daerah dilakukan melalui:
a. Bersama SKPD pengelola pendapatan, ekspose potensi pendapatan;
b. Menyusun rencana pendapatan dalam satu tahun anggaran dan breakdown rencana per
bulan;
c. Survey lapangan guna penyusunan potensi pendapatan;
d. Evaluasi dan monitoring triwulanan terhadap realisasi pendapatan;
e. Meningkatkan koordinasi dan kerjasama dengan SKPD pengelola pendapatan.
Sedangkan ekstensifikasi pendapatan daerah dilakukan melalui cara:
a. Selalu memperbaharui basis data potensi pendapatan baik pajak daerah maupun retribusi
daerah dengan aktif melaksanakan pendataan di lapangan;
b. Memetakan potensi PAD sebagai dasar penentuan target pendapatan;
c. Melaksanakan pengkajian potensi pendapatan guna kemungkinan pengembangan
sumber-sumber pendapatan baru;
d. Selalu mengkaji dan memperhatikan peraturan perundangan yang berlaku guna penyiapan
produk hukum
9.2.3 Arah Kebijakan Penerimaan Pembiayaan Daerah
Penerimaan daerah Kabupaten Kendal dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2014
didominasi oleh Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) tahun sebelumnya. Pada rencana
tahun 2015 penerimaan daerah juga diproyeksikan masih didominasi oleh SILPA tahun
sebelumnya selain penerimaan pembiayaan dari pinjaman daerah dan penerimaan piutang
daerah. Pada tahun 2014 dan rencana tahun 2015 diperkirakan SILPA mengalami penurunan
karena penyerapan anggaran yang lebih baik pada tahun sebelumnya.
Perkembangan penerimaan daerah Kabupaten Kendal pada tahun 2011 – 2015 (rencana)
Tabel IX - 5.
Kinerja Penerimaan Daerah Kabupaten Kendal Realisasi Tahun 2011 - 2014 dan Target Tahun 2015
Optimalisasi sumber penerimaan daerah yang paling mungkin dapat dilakukan secara cepat,
yaitu penggunaan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) dan pengembangan alternatif
lain penerimaan pembiayaan, seperti pinjaman daerah, penerbitan surat obligasi, dan
penjualan aset yang dipisahkan, baik yang akan digunakan untuk penyertaan modal maupun
pembayaran angsuran pokok utang yang akan jatuh tempo, ataupun pengeluaran
pembiayaan lain yang timbul sebagai akibat pengembangan alternatif penerimaan
pembiayaan
9.2.4 Arah kebijakan Belanja Daerah
Belanja Daerah sebagaimana ketentuan dalam Permendagri Nomor 13 tahun 2006 jo
Permendagri Nomor 59 tahun 2007 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, terdiri dari:
a. Belanja Tidak Langsung, meliputi Belanja Pegawai, Belanja Bunga, Belanja Subsidi, Belanja
Hibah, Belanja Bantuan Sosial, Belanja Bagi Hasil kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan
Pemerintah Desa, Belanja Bantuan Keuangan kepadaProvinsi/Kabupaten/Kota dan
Pemerintah Desa, serta Belanja Tidak Terduga;
b. Belanja Langsung, meliputi Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Jasa, serta Belanja
9.3 Profil Perkembangan Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya yang didanai APBN,
APBD PROV, APBD KAB/ KOTA, Swasta, dan Masyarakat)
9.3.1 Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber Dari APBN
Perkembangan investasi pembangunan Cipta Karya yang bersumber dari dana APBN selama
kurun waktu 3 – 4 tahun (tahun 2010 – 2014) baik melalui kegiatan Satker Dinas Cipta Karya dan Tata
Ruang Provinsi maupun Dana Alokasi Khusus (DAK) serta Dana kegiatan P2KP, PPIP , PAMSIMAS,
Tabel IX - 7.
Perkembangan Alokasi APBN (khusus DAK) Untuk Pembangunan Bidang Cipta Karya
di Kabupaten Kendal Periode Tahun 2010 – 2013
(dalam Rp. 000,)-
Sektor 2010 2011 2012 2013
Pengembangan Permukiman - 1.650.100.000 - -
Penataan Bangunan & Lingkungan - - - -
Pengembangan PLP - - - -
Pengembangan Air Minum 890.100.000 1.233.600.000 1.245.990.000 1.174.228.000
Total 890.100.000 2.883.700.000 1.245.990.000 1.174.228.000
Sumber: Dokumen Pelaksanaan Perubahan Anggaran satuan Kerja Perangkat Daerah (DPPA-SKPD) Tahun 2010 – 2013
Untuk kegiatan lain di Kabupaten Kendal yang dibiayai oleh Dana APBN periode Tahun 2010 –
2013 antara lain adalah :
Kegiatan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP)
Dalam kurun waktu 4 tahun terakhir mulai tahun 2010 sampai dengan 2013 cukup variatif dalam
pengalokasiannya di 57 Desa 4 Kecamatan yaitu Kecamatan Kaliwungu, Kecamatan Brangsong,
Kecamatan Weleri dan Kecamatan Kota Kendal, dengan alokasi terbesar pada Desa Kutoharjo
Kecamatan Kaliwungu sebesaar Rp. 1.160.000.000,- dan yang terkecil di Desa Patukangan, Desa
Pegulon, Desa Pakauman Kecamatan Kota Kendal sebesar Rp. 293.750.000,-. Dalam kurun waktu
tersebut tahun 2013 paling besar yaitu teralokasikan sebesar Rp. 9.481.250.000,- (30 %) dari total
31.643.750.000,-
Kegiatan Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP)
Dalam kurun waktu 4 tahun terakhir mulai tahun 2010 sampai dengan 2013 pengalokasiannya ada
di 57 Desa 13 Kecamatan dengan besaran aloksai yang sama yaitu Rp. 250.000.000,- per Desa,
Dalam kurun waktu tersebut tahun 2013 paling besar yaitu teralokasikan sebesar
Rp. 6.750.000.000,- (44 %) dari total Rp. 15.500.000.000,-
Kegiatan Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS))
Dalam kurun waktu 4 tahun terakhir mulai tahun 2010 sampai dengan 2013 pengalokasiannya ada
di 25 Desa 11 Kecamatan dengan besaran aloksai yang sama yaitu Rp. 192.500.000,- per Desa,
Dalam kurun waktu tersebut tahun 2012 paling besar yaitu teralokasikan sebesar
Rp. 2.502.500.000,- (52 %) dari total Rp. 4.812.500.000,-
Lebih rincinya untuk masing kegiatan tersebut masing-masing kegiatan tersebut dapat dilihat
2010 2011 2012 2013 APBN-P 2013
1 4 5 6 7 8 9
8.100.000 7.460.000 6.602.500 7.481.250 2.000.000 31.643.750
1 Kec. Kaliwungu 1 Desa Kumpulrejo 100.000 75.000 95.000 142.500 412.500
2 Desa Karangtengah 100.000 75.000 95.000 71.250 341.250
2 Kec. Brangsong 1 Desa Tunggulsari 150.000 120.000 95.000 190.000 250.000 805.000
2 Desa Sumur 150.000 120.000 47.500 190.000 507.500
3 Kec. Weleri 1 Desa Sidomukti 150.000 160.000 142.500 190.000 642.500
2 Desa Penyangkringan 200.000 160.000 142.500 71.250 573.750
4 Kec. Kota Kendal 1 Desa Sukodono 100.000 220.000 95.000 71.250 486.250
2010 2011 2012 2013 APBN-P
Dari beberapa penggabungan tabel diatas dapat diketahui bahwa alokasi APBN untuk Kabupaten
Kendal selama kurun waktu 3-4 tahun mengalami perkembangan yang fluktuatif dengan total yang
sudah teralokasikan sebesar Rp. 77.636.540.000,- dengan rincian per tahun adalah : Pada tahun 2010, sebesar Rp. 17.900.878.000,-
9.3.2 Perkembangan Alokasi Dana Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber Dari APBD
Provinsi dan APBD Kabupaten Kendal
Perkembangan alokasi pendanaan pembangunan Cipta Karya yang bersumber dari dana
APBD Kabupaten selama kurun waktu 4 tahun (tahun 2010 – 2013) mengalami peningkatan
cukup tinggi yaitu tahun 2010 sebesar Rp. 9.245.109.500,- menjadi Rp. 58.450.728.600,- pada
tahun 2013 atau sekitar 632 %, sedangkan untuk APBD Provinsi tahun 2010 sebesar Rp.
5.080.000.000,- menjadi Rp. 21.930.000.000,- atau sekiar 432 %. Lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel IX – 11 dan Tabel IX – 12 Perkembangan Alokasi Pembiayaan APBD Kabupaten
Kendal dan APBD Provinsi Tahun 2010 – 2013 berikut :
Tabel IX - 11.
Alokasi Pembiayaan APBD Kabupaten Bidang Cipta Karya Kabupaten Kendal Tahun 2010 - 2013
No Uraian Kegiatan 2010 2011 2012 2013
1 Administrasi Non Sektor 2.573.709.500 2.247.668.250 1.665.872.600 2.468.776.500 2 Tata Ruang 120.000.000 160.000.000 210.000.000 770.250.000 3 Pengembangan Permukiman 260.000.000 3.050.0010.000 7.058.312.500 22.060.612.250 4 Penataan Bangunan & Lingkungan 3.146.850.000 6.188.172.500 20.161.093.900 24.087.136.850 5 Pengembangan PLP 2.254.550.000 1.533.520.000 2.651.869.600 8.563.953.000 6 Pengembangan Air Minum 890.000.000 593.360.000 759.599.000 500.000.000
Total 890.100.000 13.772.730.750 32.560.737.600 58.450.728.600
Sumber: Dokumen Pelaksanaan Perubahan Anggaran satuan Kerja Perangkat Daerah (DPPA-SKPD)Tahun 2010 – 2013
Tabel IX - 12.
Alokasi Pembiayaan APBD Provinsi Kabupaten Bidang Cipta Karya Kabupaten Kendal Tahun 2010 - 2013
No Uraian Kegiatan 2010 2011 2012 2013
1 Administrasi Non Sektor - - - -
2 Tata Ruang - - - -
3 Pengembangan Permukiman - 7.350.000.000 2.357.000.000 20.940.000.000 4 Penataan Bangunan & Lingkungan - - 1.751.000.000 990.000.000 5 Pengembangan PLP 80.000.000 150.000.000 700.000.000
6 Pengembangan Air Minum 5.000.000.000 - -
Total 5.080.000.000 7.500.000.000 4.808.000.000 21.930.000.000
Sumber: Dokumen Pelaksanaan Perubahan Anggaran satuan Kerja Perangkat Daerah (DPPA-SKPD)Tahun 2010 – 2013
Berdasarkan pendanaan APBD Kab selama 4 tahun, sektor yang paling banyak menyerap
dana adalah sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan sebesar Rp. 53.583.253.250,- (47%
dari total Rp. 113.975.316.450,-) dan yang terendah sektor PKPAM sebesar Rp.
2.74.959.000,- (2,41 % dari total), sedangkan pendanaan APBD Provinsi selama 4 tahun,
sektor yang paling banyak menyerap dana adalah sektor Pengembangan Permukiman
sebesar Rp. 30.647.000.000,- (77,95% dari total Rp. 39.318.000.000,-) dan yang terendah
9.4 Proyeksi dan Rencana Investasi Pembangunan Cipta Karya
9.4.1 Proyeksi APBD 5 Tahun mendatang
Dengan mendasarkan pada pada Tabel IX - 4 dimana terlihat bahwa PAD Kabupaten Kendal
terus mengalami peningkatan, dimana pada tahun 2011 Rp. 88.115.980.943,- meningkat
menjadi Rp. 155.567.387.891,- pada tahun 2014 atau meningkat sebesar 76,55% dengan
rata-rata peningkatan per tahun 16,06%. maka PAD diproyeksikan akan meningkat menjadi Rp.
380.197.204.622,-. pada tahun 2020, seperti terlihat pada tabel IX - 4
9.4.2 Net Public Saving (NPS)
Net Public Saving atau Tabungan Pemerintah adalah sisa dari total penerimaan daerah setelah
dikurangkan dengan belanja/pengeluaran yang mengikat. Dengan kata lain, NPS merupakan
sejumlah dana yang tersedia untuk pembangunan. Besarnya NPS menjadi dasar dana yang
dapat dialokasikan untuk bidang PU/Cipta Karya. Berdasarkan proyeksi APBD, dapat dihitung
NPS dalam 3-5 tahun ke depan untuk melihat kemampuan anggaran pemerintah berinvestasi
dalam bidang Cipta Karya.
Adapun rumus perhitungan NPS adalah sebagai berikut:
Net Public Saving = Total Penerimaan daerah - Belanja Wajib NPS = (PAD+DAU+DBH+DAK) - (Belanja mengikat + Kewajiban Daerah)
Belanja mengikat adalah belanja yang harus dipenuhi/tidak bisa dihindari oleh Pemerintah
Daerah dalam tahun anggaran bersangkutan seperti belanja pegawai, belanja barang,
belanja bunga, belanja subsidi, belanja bagi hasil serta belanja lain yang mengikat sesuai
peraturan yang berlaku.
Kewajiban daerah antara lain pembayaran pokok pinjaman, pembayaran kegiatan
Memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman yang ditetapkan oleh Pemerintah.
Persyaratan lainnya yang ditetapkan oleh calon pemberi pinjaman.
Dalam hal Pinjaman Daerah diajukan kepada Pemerintah, Pemerintah Daerah juga wajib
memenuhi persyaratan tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang
bersumber dari Pemerintah.
Salah satu persyaratan dalam permohonan pinjaman adalah rasio kemampuan keuangan
daerah untuk mengembalikan pinjaman atau dikenal dengan Debt Service Cost Ratio (DSCR).
Berdasarkan peraturan yang berlaku, DSCR minimal adalah 2,5. DSCR ini menunjukan
kemampuan pemerintah untuk membayar pinjaman, sekaligus memberikan gambaran
kapasitas keuangan pemerintah.
DSCR = PAD + DAU + DBH + DBHDR – Belanja Wajib
Pokok Pinjaman + Bunga + Biaya Lain
Batas jumlah pinjaman merupakan batas paling tinggi yang dianggap layak menjadi beban
APBD menurut PP No. 107 Tahun 2000 yaitu tidak melebihi 75% dari jumlah penerimaan
umum APBD tahun sebelumnya.
9.5 Keterpaduan Strategi Peningkatan Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya
Keterpaduan strategi peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya dilakukan untuk
melihat tingkat ketersediaan dana yang ada untuk pembangunan bidang infrastruktur Cipta Karya yang
meliputi sumber pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan daerah, serta dunia usaha dan
masyarakat. Kemudian, dirumuskan strategi peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya
dengan mendorong pemanfaatan pendanaan dari berbagai sumber.
9.5.1 Kemampuan Keuangan Daerah
Kemampuan keuangan daerah yang dapat digunakan dalam membiayai usulan program dan
kegiatan yang ada dalam RPI2-JM bidang Cipta Karya Kabupaten Kendal 2015 -2019 diantaranya
Proyeksi dana dari pemerintah pusat (APBN), dimanaKemampuan pendanaan yang berasal dari APBN
9.5.2 Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya
Dalam rangka percapatan pembangunan bidang Cipta Karya di daerah dan untuk memenuhi
kebutuhan pendaanan dalam melaksanakan usulan program yang ada dalam RPI2-JM, maka
Pemerintah Daerah perlu menyusun suatu strategi untuk meningkatkan pendanaan bagi pembangunan
infrastruktur permukiman.
1) Strategi Peningkatan DDUB oleh Kabupaten/Kota
Strategi peningkatan pendanaan DDUB oleh Kabupaten Kendal dapat dilakukan melalui
peningkatan penerimaan daerah yang dialokasikan untuk DDUB.
Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) merupakan dana pendamping kegiatan APBN di
kabupaten/kota. DDUB ini menunjukan besaran komitmen pemerintah daerah dalam
melakukan pembangunan bidang Cipta Karya, sehingga dalam upaya peningkatan pendanaan
melalui DDUB, Pemerintah Kabupaten Kendal perlu membuat komitmen dalam rencana
pengembangan dan investasi antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemeritah
Kabupaten Kendal sehingga pengalokasian dana DDUB dapat terealisasi.
2) Strategi Peningkatan Penerimaan Daerah Dan Efisiensi Pengunaan Anggaran
Secara umum kebijakan keuangan daerah diarahkan pada peningkatkan kapasitas dan
kemandirian kemampuan keuangan daerah disertai dengan efisiensi anggaran yang ditujukan
bagi pembiayaan pembangunan. Untuk meningkatkan sumber penerimaan daerah, diperlukan
strategi kebijakan keuangan daerah berikut:
Mengoptimalisasikan sumber-sumber pendapatan daerah – khususnya sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah – melalui optimalisasi pendataan dan penerimaan wajib pajak dan
restribusi daerah sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. Meningkatkan penyuluhan pada masyarakat untuk kesadaran membayar pajak dan
retribusi daerah.
Selain melalui optimalisasi penerimaan pendapatan, maka untuk meningkatkan penerimaan
daerah dapat dilakukan dengan meningkatkan dana perimbangan. Berlakunya Undang-undang
Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah,
membawa perubahan yang mendasar dalam pengelolaan keuangan daerah. Undang-undang
tersebut pada prinsipnya untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber
daya keuangan daerah dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, dengan tujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum dan daya saing daerah. Seiring
dengan peningkatan pembangunan tersebut, maka pemerintah daerah berdasarkan asas
desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembangunan yang diatur dengan sistem perimbangan
keuangan antara pusat dan daerah mendapatkan pembagian dana perimbangan. Untuk itu
kebijakan yang dilakukan untuk meningkatkan dana perimbangan antara lain melalui:
Melakukan upaya koordinasi dengan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah untuk untuk lebih mengoptimalkan pendapatan daerah yang bersumber dari APBN
dan APBD Provinsi Jawa Tengah guna peningkatan pembangunan sarana prasarana
perekonomian dan pelayanan publik.
Melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan yang bersumber dari Bagi Hasil Pajak untuk mendukung pendapatan yang bersumber dari dana perimbangan daerah.
3) Strategi Peningkatan Kinerja Keuangan Perusahaan Daerah
Pemberdayaan Kinerja Keuangan Perusahaan Daerah sebagai salah satu alternatif sumber
pembiayaan daerah dapat ditempuh melalui strategi :
Reformasi Misi Perusahaan Daerah
Perusahaan Daerah sebagai salah satu pelaku ekonomi daerah dapat
mendayagunakan aset daerah untuk mewujudkan kemakmuran rakyat;
Perusahaan Daerah adalah penyedia pelayanan umum yang menjaga kualitas, kuantitas dan kontinuitas pelayanan;
Perusahaan Daerah mampu berperan sebagai pendukung perekonomian daerah
dengan memberikan kontribusi kepada APBD, baik dalam bentuk pajak maupun
deviden dan mendorong pertumbuhan perekonomian daerah melalui multiplier effect
yang tercipta dari kegiatan bisnis yang efisien seperti bertambahnya lapangan kerja
dan kepedulian social;
Perusahaan Daerah mampu berperan sebagai countervailing power terhadap kekuatan ekonomi yang ada melalui pola kemitraan. Diharapkan berbagai perusahaan swasta
dalam dan luar negeri berminat melakukan kerjasama dengan BUMD terpilih untuk
Restrukturisasi Perusahaan Daerah
Langkah-langkah untuk meningkatkan kinerja dan kesehatan Perusahaan Daerah, yaitu
tindakan yang ditujukan untuk membuat setiap Perusahaan Daerah menghasilkan laba
termasuk mengubah mekanisme pengendalian oleh Pemerintah Daerah yang semula
kontrol secara langsung melalui berbagai bentuk perizinan, aturan, dan petunjuk menjadi
kontrol yang berorientasi kepada hasil. Artinya Pemerintah Daerah selaku pemegang
saham hanya menentukan target kuantitatif dan kualitatif yang menjadi performance
indicator yang harus dicapai oleh manajemen, misalnya Return On Equity (ROE) tertentu
yang didasarkan kepada benchmarking kinerja yang sesuai dengan perusahaan
sejenis;Pengkajian secara komprehensif terhadap keberadaan Perusahaan Daerah, karena
selama ini Perusahaan Daerah dianggap kurang tepat bila disebut sebagai lembaga
korporasi, khususnya, dikaitkan dengan upaya pemberdayaan BUMD agar dapat menjadi
salah satu sumber keuangan daerah;
Restrukturisasi Perusahaan Daerah dengan prinsip Good Corporate Governance dapat
dikelompokkan kedalam 2 (dua) kelompok yaitu :
Kelompok Perusahaan Daerah PDAM dimana tersedia berbagai pilihan restrukturisasi Perusahaan yang dapat dilakukan tergantung permasalahan yang dihadapi dan potensi
yang tersedia;
Kelompok Perusahaan Daerah Non PDAM, dapat diselesaikan secara kasus per kasus dengan berbagai pilihan sesuai dengan visi pengelolaan Perusahaan Daerah yang
bersangkutan.
Profitisasi Perusahaan Daerah
Profitisasi Perusahaan Daerah dalam rangka menghasilkan keuntungan atau laba serta
memberikan kontribusi pada Pemerintah Daerah yaitu dapat dilakukan sebagai berikut :
Melakukan proses penyehatan perusahaan secara menyeluruh dengan meningkatkan
Merumuskan kebijakan yang diarahkan kepada tarif yang wajar, kenaikan harga produk (minimal menyesuaikan dengan inflasi, tarif listrik, BBM, dan lain-lain) untuk
menghindarkan biaya produksi yang jauh lebih mahal, sehingga profit dapat diraih.
Privatisasi Perusahaan Daerah
Privatisasi utamanya bertujuan agar Perusahaan Daerah terbebaskan dari intervensi
langsung birokrasi dan dapat mewujudkan pengelolaan bisnis yang efisien, profesional dan
transparan. Diharapkan setelah melalui tahapan restrukturisasi, pihak perusahaan swasta
akan berminat mengembangkan usaha dengan cara melakukan aliansi strategis dengan
Perusahaan Daerah, dan bila memungkinkan untuk Perusahaan Daerah yang sehat dan
memiliki prospek bisnis dapat menawarkan penjualan saham melalui Pasar Modal yang
didahului Initial Public Offering (IPO). Penataan dan penyehatan Perusahaan Daerah yang
usahanya bersinggungan dengan kepentingan umum dan bergerak dalam penyediaan
fasilitas publik ditujukan agar pengelolaan usahanya menjadi lebih efisien, transparan,
profesional. Hubungan kemitraan dapat dilaksanakan dalam bentuk kerjasama usaha yang
saling menunjang dan menguntungkan antara koperasi, swasta, dan Perusahaan Daerah,
serta antara usaha besar, menengah dan kecil dalam rangka memperkuat struktur ekonomi
nasional. Bagi Perusahaan Daerah yang usahanya tidak berkaitan dengan kepentingan
umum didorong untuk privatisasi melalui pasar modal.
Perusahaan Daerah infrastruktur tentunya harus dikelola secara profesional sehingga
kinerjanya dapat ditingkatkan dan mampu menjalin kerjasama yang saling menguntungkan
dengan berbagai pihak operator swasta dan Pemerintah Daerah. Aliansi Strategis dengan
operator swasta sangat dibutuhkan untuk mengisi peluang usaha telekomunikasi yang
kompetitif pada segmen pasar tertentu. Sebagai konsekuensi logis implementasi otonomi
daerah, maka peranan Pemerintah Daerah sebagai salah satu stakeholder mempunyai
pengaruh yang cukup signifikan dalam penentuan arah kebijakan publik di daerahnya.
Untuk itu perlu dikaji lebih mendalam pengembangan kerjasama Pemerintah Daerah
dengan pihak swasta, baik langsung maupun melalui Perusahaan Daerah dalam dalam
rangka menjalin hubungan kemitraan yang saling menguntungkan.
Untuk memelihara sense of belonging, daerah/ Perusahaan Daerah dan masyarakat dapat
diberi peluang untuk memiliki sebagian saham Perusahaan Daerah tertentu yang berusaha
di daerahnya sehingga merasa ikut memiliki dan turut bertanggung jawab atas keberhasilan
usahanya. Dalam upaya optimalisasi sumber-sumber pembiayaan dan investasi bagi
daerah otonom, diperlukan dukungan pemerintah dalam berbagai bentuk pembinaan dan
4) Strategi Peningkatan Peran Masyarakat Dan Dunia Usaha Dalam Pembiayaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Strategi peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha dalam pembiayaan pembangunan
bidang Cipta Karya dapat dilakukan melalui :
Meningkatkan intensifikasi dan ekstensifikasi penerimaan pendapatan asli daerah melalui
pajak daerah dan retribusi daerah.
Intensifikasi salah satu cara dari yang dapat dilakukan oleh Pemerintah daerah
memaksimalkan mitra kerja (peran masyarakat dan dunia usaha) yang ada saat ini, dimana
Pemerintah Daerah mengintensifkan penerimaan melalui pajak dan retribusi yang sudah
ada saat ini.
Ekstensikasi merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan Pemerintah Daerah dalam
memaksimalkan mitra kerja yaitu dari pihak DPKAD mencari sumber-sumber pajak dan
retribusi yang baru sehingga dapat meningkatkan PAD.
Meningkatkan kesadaran hukum para wajib pajak dan wajib retribusi.
Peningkatan kesadaran hukum dapat dilakukan melalui sosialisasi terharap Perda Pajak
dan Retribusi kepada masyarakat dan dunia usaha sehingga menumbuhkan kesadaran
hukum. Selain itu, pemberian insentif kepada masyarakat dan dunia usaha dapat dilakukan
untuk memberikan reward kepada masyarakat dan dunia usaha yang taat pajak.
Mengembangkan sistem informasi manajemen di bidang pendapatan.
Pengembangan sistem informasi manajemen di bidang pendapatan dapat dilakukan
sebagai upaya reformasi keterbukaan APBD daerah, sehingga masyarakat dan dunia
usaha merasa ikut andil dalam pembangunan.
5) Strategi Pendanaan Untuk Operasi, Pemeliharaan Dan Rehabiltasi Infrastruktur Permukiman Yang Sudah Ada
Strategi pendanaan yang adapt dilakukan oleh Kabupaten Kendal dalam operasionalisasi,
Penyiapan MoU antara pengembang dan Pemerintah Kabupaten Kendal untuk pekerjaan bidang Cipta Karya yang memerlukan MoU
Optimalisasi pendanaan melalui upaya pinjaman daerah
Pinjaman daerah dapat dilakukan untuk pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya.
Dari hasil analisis kemampuan daerah dalam mengembalikan pinjaman daerah dengan
nilai DCSR lebih dari 2,5 maka Pemerintah Kabupaten Kendal memiliki kemampuan untuk
mengembalikan pinjaman.
Peningkatan penarikan pajak dan retribusi daerah
Peningkatan penarikan pajak dan retribusi daerah dapat digunakan sebagai sumber
pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya di Kabupaten Kendal. Peningkatan
penarikan pajak dapat dilakukan secara intensifikasi maupun ekstensifikasi.
6) Strategi Pengembangan Infrastruktur Skala Regional
Strategi dalam pengembangan infrastruktur yang mempunyai skala regional dapat dilakukan
dengan beberapa tahapan, yaitu :
Pemerintah daerah membuat/menyiapkan MoU dengan Pemerintah Daerah lain yang terlibat dalam pengembangan infrastruktur skala regional
Menyerahkan urusan pengelolaan teknis pengembangan infrastruktur skala regional kepada Pemerintah Provinsi untuk dibentuk unit pelaksana teknis pengelolaan infrastruktur