NILAI-NILAI PENDIDIKAN MORAL
DALAM NOVEL MAHKOTA CINTA
KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
OLEH
NURIYA WAFIROH
NIM: 111-12-189
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA (IAIN)
PERSETUJUAN PEMBIMBING
IMAM MAS ARUM, M. Pd. DOSEN IAIN SALATIGA Persetujuan Pembimbing Lamp : 4 Eksemplar Hal : Naskah Skripsi Saudara : Nuriya Wafiroh
Kepada :
Yth. Dekan FTIK IAIN Salatiga Di Salatiga
Assalamu’alaikumWr. Wb
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi mahasiswa:
Nama : Nuriya Wafiroh NIM : 111-12-189
Jurusan : Pendidikan Agama Islam (PAI)
Judul : Nilai-Nilai Pendidikan Moral dalam Novel Mahkota Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy.
Dengan ini kami mohon skripsi mahasiswa tersebut di atas supaya segera dimunaqasyahkan.
Demikian agar menjadi perhatian.
Wassalamu’alaikumWr.Wb
Salatiga, 6 September 2016 Pembimbing
administrasi@iainsalatiga.ac.id SKRIPSI
NILAI-NILAI PENDIDIKAN MORAL DALAM NOVEL MAHKOTA CINTA
KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY
DISUSUN OLEH:
NURIYA WAFIROH
NIM : 111 12 189
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal ... 2016 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam.
Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji : ___________________ Sekretaris Penguji : ____________________ Penguji I : ____________________ Penguji II : ____________________
Salatiga, ...2016 Dekan FTIK IAIN Salatiga
Suwardi, M. Pd
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Nuriya Wafiroh
NIM : 111-12-189
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
JudulSkripsi : Nilai-Nilai Pendidikan Moral dalam Novel Mahkota Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy.
Menyatakan bahwa di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya tulis saya bukan jiplakan karya tulis orang lain, baik sebagian atupun keseluruhan. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skirpsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 6 September 2016 Penulis
MOTTO
اوْ إِ إِ يُ وْ لاَ إِ ا لاَ اوْو يُ يِّ لاَ يُ ا نَّ لاَ امٍ وْ لاَ إِ ا لاَ ايُ يِّ لاَ يُ الاَ الاَ اللّهَ انَّ إِ
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sehingga mereka
PERSEMBAHAN
Dengan rasa syukur kepada Allah SWT, skripsi ini penulis persembahkan
kepada:
1. Orang tuaku tercinta bapak Saefudin dan ibu Riwayati, yang senantiasa mencurahkan kasih sayang, dukungan moral maupun materiil dan do‟a yang
tak pernah putus untuk putra-putrinya.
2. Saudaraku tercinta A. Rifki ubaidillah, Tsurayya Maulida dan M. Rizal
Muttaqin yang selalu mendukung dan memberikan semangat.
3. Pengasuh PP. Al-Hasan (KH. Ichsanuddin dan Ibu Kamala Isom) serta para Ustadz-Ustadz yang senantiasa mendo‟akan dan membimbing dalam
menuntut ilmu.
4. Teman-temanku angkatan 2012 yang sama-sama berjuang dan belajar di IAIN
Salatiga.
5. Temen-temen PP. Al-Hasan yang senantiasa memberi dukungan dan mendo‟akan dalam penyusunan skripsi ini.
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya hingga penulis dapat menyelesikan skripsi ini yang berjudul “Nilai-Nilai
Pendidikan Moral dalam Novel Mahkota Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy.”
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Agung Muhammad SAW yang menjadi suri teladan serta tokoh inspirasi bagi semua umat
khususnya bagi penulis.
Dengan selesainya skripsi ini, merupakan satu bentuk tanggung jawab penulis
sebagai mahasiswa terhadap akademiknya dalam menempuh pendidikan strata 1 dan tanda bakti kepada keluarga tercinta.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak mungkin selesai tanpa bantuan dan
partisipasi dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak yang dengan ikhlas
membantu dalam penyusunan skripsi ini, terutama kepada :
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
4. Bapak Imam Mas Arum, M.Pd., selaku pembimbing skripsi yang selalu memberi semangat, bimbingan, arahan dan kesabaran kepada penulis.
5. Bapak Joko sutopo, M.Pd., alm selaku pembimbing akademik yang selalu memberi semangat dan bimbingan kepada penulis.
6. Bapak Sutrisna, M.Pd., selaku pembimbing akademik yang selalu memberi semangat dan bimbingan kepada penulis.
7. Bapak dan ibu dosen, karyawan/karyawati Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
8. Ayah dan ibu yang selalu memberikan materi, doa, restu dan bimbingan
kepada penulis, sehingga penulis bisa menyelesaikan studi di IAIN Salatiga. 9. Bapak Habiburrahman El Shirazy, penulis novel Mahkota Cinta yang sudah
banyak membantu, memberikan waktu untuk wawancara, memberikan saran
dan masukan dalam skripsi dan memperbolehkan meneliti karya novelnya. 10.Saudaraku tercinta yang selalu memberikan semangat, doa dan bimbingan
kepada penulis.
11.Keluarga Pondok Pesantren Al-Hasan yang telah memberikan semangat, doa dan dorongan kepada penulis.
12.Teman-teman seperjuangan yang kita selalu menyemangati satu sama lain. 13.Semua pihak yang telah membantu, yang tidak bisa penulis sebutkan satu
Tiada kata yang dapat penulis sampaikan kepada mereka semua kecuali ucapan teimakasih serta iringan doa semoga Allah SWT membalasnya dengan
balasan yang lebih baik. Amin
Penulis menyadari bahwa karya ini jauh dari kesempurnaan. Besar harapan
penulis atas kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan-penulisan selanjutnya. Walaupun demikian semoga skripsi ini bermanfaat
bagi semua pihak. Amin.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Salatiga, 6 September 2016 Penulis,
ABSTRAK
Wafiroh, Nuriya. 2016. Nilai-Nilai Pendidikan Moral dalam Novel Mahkota Cinta
Karya Habiburrahman El Shirazy. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Imam Mas Arum, M.Pd.
Kata kunci: Nilai-Nilai Pendidikan Moral
Di era modern, dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin meningkat seperti sekarang, kualitas pendidikan sangat diutamakan. Seorang sastrawan melalui karya-karya yang berkualitas menyampaikan ajarannya lewat sajian cerita yang menarik dan
dikemas dengan bahasa yang menarik dan mudah dipahami serta tidak membosankan dan bersifat menghibur. Pesan-pesan yang disampaikan dalam sebuah karya fiksi diharapkan dapat dihayati dan kemudian dapat diterapkan dalam kehidupan khususnya nilai ajaran moral. Peneliti tertarik meneliti mengenai nilai-nilai pendidikan moral yang terkandung dalam novel Mahkota Cinta karya Habiburrahman El Shirazy.
Berdasarkan latar belakang tersebut, yang menjadi rumusan masalah bagi peneliti yaitu tentang nilai-nilai pendidikan moral serta relevansinya dalam kehidupan sehari-hari. Serta bertujuan untuk mengetahui tentang nilai-nilai pendidikan moral serta relevansinya dalam kehidupan sehari-hari dari novel tersebut.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kepustakaan (library research). Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara mengamati pada novel Mahkota Cinta dan sumber-sumber lainnya, mencari, menelaah buku-buku, artikel atau lainnya yang berkaitan dengan skripsi ini. Pengumpulan data dibagi menjadi dua sumber yaitu data primer dan sekunder yang digunakan peneliti yaitu kepustakaan (library research). Sedangkan analisis data dalam penelitian ini adalah metode analisis isi (content analisys).
DAFTAR ISI
JUDUL ... i
LEMBAR BERLOGO ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN KELULUSAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v
MOTTO ... vi
PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
ABSTRAK ... xi
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Fokus Penelitian ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 5
E. Metode Penelitian ... 5
F. Penegasan Istilah ... 8
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian Pendidikan ... 12
B. Pengertian Nilai Moral ... ... 13 BAB III BIOGRAFI NASKAH
A. Unsur intrinsik Novel... 18 B. Karakteristik Novel Habiburrahman El Shirazy... 30 C. Sinopsis Novel Mahkota Cinta... 31
BAB IV PEMBAHASAN
A. Nilai-Nilai pendidikan moral ... 39
B. Relevansi Nilai-nilai Pendidikan Moral dalam novel Mahkota
Cinta dalam kehidupan sehari-hari... ... 74 BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 77 B. Saran ... 77
DAFTAR LAMPIRAN 1. Riwayat hidup penulis
2. Nota Pembimbing Skripsi 3. Lembar konsultasi
4. Surat Keterangan Kegiatan 5. Surat Penelitian
6. Naskah wawancara
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nilai adalah sesuatu yang dipandang baik, disukai, dan paling
benar menurut keyakinan seseorang atau kelompok orang sehingga prefensinya tercermin dalam perilaku, sikap dan perbuatan-perbuatannya. (Ensiklopedi Pendidikan, 2009: 106).
Segala sesuatu yang dilakukan manusia dalam hidupnya yang terlihat akan ternilai, baik dari tingkah laku, sikap, dan kepribadian. Penilaian yang diberikan oleh sekelompok masyarakat berbagai macam
bentuk, salah satu yang sering kita jumpai dalam masyarakat yaitu bentuk pujian.
Nilai yang diberikan oleh masyarakat atas perilaku yang baik tidak lepas dari kualitas diri manusia yang mencerminkan perilaku yang sesuai
dengan norma yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Segala sikap yang mencerminkan kepribadian yang berkualitas tidak bisa lepas oleh peran serta adanya pendidikan.
Dalam (Ensiklopedi Pendidikan, 2009: 130), Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
Moral berasal dari perkataan mores yang berarti kebiasaan. Dan moral juga berasal dari kata latin mos (moris) yang berarti adaptasi
istiadat, kebiasaan, tatacara kehidupan. Lebih jelas moral adalah kebiasaan-kebiasaan hidup yang didasari oleh tuntunan agama sebagai
sesuatu kebenaran yang datang dari illahi. (Ensiklopedi Pendidikan, 2009: 105)
Kebiasaan secara tidak sadar akan mempengaruhi pola pikir.
Kebiasaan berbuat baik, pola pikirnya akan berjalan kearah yang baik. Kebiasaan berbuat licik, pola pikirnya tanpa disadari akan berbuat licik.
Begitu juga dalam kebiasaan membaca sebuah novel, bila yang dibaca tidak ada unsur pendidikannya maka hanya berada pada taraf terhibur saja, tidak ada unsur kebaikan yang dapat dicontoh. Jadi, bahwa tidak
semua jenis novel dapat difungsikan sebagai media pendidikan. Hal ini dapat terlihat oleh bagaimana latar belakang dari pengarangnya,
pengetahuan beserta pengalaman pribadinya.
Sejalan dengan hal di atas, seorang novelis Habiburrahman El Shirazy menyampaikan pesan-pesan melalui karya salah satunya yaitu
dalam novel mahkota cinta. Banyak nilai pendidikan yang dituangkan dalam cerita tersebut, salah satunya yaitu nilai pendidikan moral.
Pendidikan moral bisa diartikan sebagai pendidikan budi pekerti. Pendidikan moral merupakan pendidikan nilai-nilai luhur yang berakar dari agama, adat-istiadat dan budaya, munculnya nilai tersebut dalam
manusia agar mempunyai sikap, tingkah laku dan budi pekerti yang baik. Sebagaimana dalam ajaran Islam yang dicontohkan Nabi Muhammad saw.
beliau adalah sebaik-baik panutan atau suri tauladan hingga akhir zaman, yang mempunyai kesempuraan akhlak, baik dalam hal hubungannya
dengan Allah dan sesama manusia.
Jadi, penerapan sistem ajaran pendidikan dalam Islam tidak hanya sampai pada tataran transfer of knowledge (transfer ilmu) semata,
melainkan lebih dari itu, islam menjadikan pendidikan sebagai basis
transfer of value (transfer nilai), sehingga ilmu yang didapat tidak hanya
dijadikan sebagai teori, sebatas pengetahuan yang tersimpan dalam otak, melainkan menjadi ilmu praktis yang dapat diterapkan dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Mahkota Cinta adalah salah satu novel yang bergenre pendidikan. Sebuah karya sastrawan muda Habiburrahman El Shirazy. Novel yang
mengisahkan mengenai remaja yang bernama Ahmad Zul dalam mencari jati diri, kehidupan, dan cinta. Seorang Zul memulai perjalanan dari Semarang sebagai tempat lahirnya, menuju ke Jakarta, dari Jakarta menuju
Batam, dari Batam menuju Malaysia dan kembali ke Indonesia dengan menjadi dosen di Universitas yang cukup ternama di Yogyakarta.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis ingin mengeksplorasi lebih jauh tentang isi dari novel Mahkota Cinta karya Habiburrahman El Shirazy yang berkaitan dengan nilai pendidikan khususnya nilai
skripsi yang berjudul “NILAI-NILAI PENDIDIKAN MORAL
DALAM NOVEL MAHKOTA CINTA KARYA
HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY ”.
B. Fokus Masalah
Dari latar belakang di atas, penulis memfokuskan masalah sebagai berikut: 1. Nilai-nilai pendidikan moral apa saja yang terkandung di dalam novel
Mahkota Cinta karya Habiburrahman El Shirazy?
2. Bagaimanakah relevansi nilai pendidikan moral yang terkandung dalam novel Mahkota Cinta karya Habiburrahman El Shirazy pada
kehidupan sehari-hari? C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui Nilai-nilai pendidikan moral apa saja dalam novel Mahkota Cinta karya Habiburrahman El Shirazy.
2. Mengetahui relevansi nilai pendidikan moral yang terkandung dalam novel Mahkota Cinta karya Habiburrahman El Shirazy pada kehidupan sehari-hari.
D. Manfaat Penelitian
Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat antara
lain:
1. Secara Teoritis
a. Menambah wawasan bagi pembaca tentang keberadaan
b. Menambah dan memperkaya keilmuan media sebagai sarana pendidikan.
c. Bagi peminat sastra pada umumnya diharapkan akan lebih mudah dalam memahami nilai-nilai atau pesan-pesan yang terkandung
dalam sebuah karya sastra. 2. Secara praktis
a. Untuk menambah wawasan bagi penulis dalam mengetahui
nilai-nilai pendidikan moral dalam novel Mahkota Cinta karya Habiburrahman El Shirazy.
b. Memberikan manfaat bagi pembaca umumnya dan khususnya bagi penulis sendiri.
E. Metode Penelitian
Pengertian metode, berasal dari kata mothodos (Yunani) yang dimaksud adalah cara atau suatu jalan. Metode merupakan kegiatan ilmiah
yang berkaitan dengan suatu cara kerja (sistematis) untuk memahami suatu objek atau subjek penelitian, sebagai upaya untuk menemukan jawaban yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah dan termasuk
keabsahannya (Ruslan, 2014:24). 1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian kepustakaan (library research) dengan menggunakan pendekatan deskriptif analisis (descriptive of analyze research). Deskriptif analisis
seseorang melalui cara mencari, menganalisis, membuat interprestasi serta melekukan generalisasi terhadap hasil penelitian yang di lakukan
(Moleong, 2005: 29). Prosedur dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan data deskriptif yang berupa data tertulis setelah
dilakukan analisis pemikiran (content analyze) dari suatu teks (Robert B & Steven J, dalam Moleong, 1995: 31).
2. Metode pengumpulan data
Metode pengumpulan data yang penulis gunakan adalah metode dokumentasi. Metode dokumentasi yaitu metode yang digunakan
untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan, buku, surat kabar, prasasti, notulen, legger, agenda dan sebagainya. (Arikunto, 2002: 206).
Penelusuran dokumentasi ini penting untuk mengumpulkan data guna menjadi referensi dalam penyusunan skripsi ini. Melalui
dokumentasi ini juga dapat ditemukan teori-teori yang bisa dijadikan bahan pertimbangan berkenaan dengan judul penelitian ini.
3. Sumber data
Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. (arikunto, 2006: 129)
b. Data sekunder diambil dari sumber-sumber yang lain dengan cara mencari, menganalisis buku-buku, internet, dan informasi lainnya
yang berhubungan dengan judul penelitian skripsi ini. 4. Teknik analisis data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis isi (content analys). Dalam metode ini terdapat dua inti yaitu isi laten dan isi komunikasi. Isi laten adalah isi yang terkandung
dalam dokumen atau naskah. Sedangkan isi komunikasi adalah pesan yang terkandung sebagai akibat komunikasi yang terjadi (Ratna, 2007:
48).
Sebagaimana metode kualitatif, dasar pelaksanaan metode analisis adalah penafsiran. Apabila proses penafsiran dalam metode
kualitatif memberikan perhatian pada situasi alamiah, maka dasar penafsiran dalam metode analisis isi memberikan isi pesan. Oleh
karena itu metode analisis isi dilakukan dalam dokumen-dokumen yang padat isi. Maksudnya, peneliti menekankan bagaimana memaknai isi komunikasi dan isi interaksi secara simbolik yang terjadi pada
peristiwa komunikasi. (Ratna, 2009: 49)
Selain itu penulis juga menggunakan metode deskriptif analisis
yang terdiri dari tiga kegiatan, diantaranya adalah reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi (Milles & Huberman, 1992: 16). Pertama setelah pengumpulan data selesai,
dengan menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data, dengan demikian maka dapat ditarik
kesimpulan. F. Penegasan Istilah
Untuk memudahkan pembaca memperoleh pemahaman dan gambaran yang pasti terhadap istilah tersebut, maka penulis akan menjabarkan terlebih dahulu yaitu:
1. Nilai
Nilai menurut (Rokeach, dikutip dalam Darmiyati Zuchdi,
2011:195) merupakan suatu keyakinan yang dalam tentang perbuatan, tindakan, atau perilaku yang dianggap baik dan dianggap jelek.
Nilai menurut (Tyler, dikutip dalam dikutip dalam Darmiyati
Zuchdi, 2011: 195) nilai adalah suatu objek, aktivitas, atau ide yang dinyatakan oleh inividu yang mengendalikan pendidikan dalam
mengarahkan minat, sikap dan kepuasan.
Dari pendapat para ahli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai adalah suatu objek, ide, tindakan dari suatu keyakinan atau
kepercayaan tentang perbuatan baik ataupun jelek untuk memperoleh kepuasan .
2. Pendidikan moral
Menurut John Dewey, pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fondamental secara intelektual dan emosional ke
Pendidikan menurut Zaim Almubarok, adalah usaha pembinaan pribadi agar dapat mencapai pribadi yang mampu melakukan
hubungan baik antara diri sendiri dengan Tuhan, antara kepentingan diri sendiri dan masyarakat, serta perilaku diri sendiri dengan keluarga,
masyarakat dan alam sekitar. (Suparlan, 2015: 207)
Secara leksikal, kata “moral” adalah susila, adat istiadat, batin. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata “moral” diartikan dengan
baik atau buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban dan lain sebagainya. Sedangkan F. Gabrielle (1960) dalam
Incyclopedia of islam menyebutkan bahwa kata “moral” sering disebut dengan “adab” berasal dari sebuah terminologi Arab yang bermakna adat istiadat, kebiasaan, etika dan sopan santun. (Khozin, 2013:51)
Dari definisi diatas dapat ditarik suatu pengertian bahwa pendidikan moral adalah proses membimbing manusia dari kegelapan,
kebodohan menuju tingkat pengetahuan yang lebih luas, mengenai ajaran apa yang seharusnya dilakukan dan dijalaninya dalam kehidupan.
3. Novel
Novel adalah karangan prosa yang lebih panjang dari cerita
pendek dan menceritakan kehidupan seseorang dengan lebih mendalam dengan menggunakan bahasa sehari-hari serta banyak membahas aspek kehidupan manusia. Hal ini mengacu pada pendapat
Menurut Sumarjo (dalam Santosa dan Wahyuningtiyas, 2010: 47), “Novel” diartikan sebagai “Novel adalah produk masyarakat,
Novel berada dimasyarakat karena novel dibentuk oleh anggota masyarakat berdasarkan desakan-desakan emosional atau rasional dalam masyarakat.”
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 1996 (dalam Siswanto 2008: 141), “Novel” diartikan sebagai “karangan prosa yang panjang,
mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang disekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat pelaku.
4. Mahkota Cinta karya Habiburrahman El Shirazy
Mahkota cinta adalah salah satu karya sastra berbentuk novel yang berkualitas, bermutu, dan sangat menginspirasi. Novel ini karya
Habiburrahman El Shirazy. Sastrawan muda yang sangat fenomenal baik dalam tingkat nasional maupun internasional. Novel ini
menceritakan perjalanan panjang seorang Ahmad Zul dalam mencari jati diri, kehidupan, dan cinta. Seorang Zul memulai perjalanan dari Semarang sebagai tempat lahirnya menuju Jakarta, dari Jakarta menuju
Batam, dari Batam menuju Malaysia dan kembali lagi ke Yogyakarta. Dari penegasan istilah-istilah di atas, Nilai Pendidikan Moral
dalam Novel Mahkota Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy adalah tindakan atau perbuatan yang dapat membimbing manusia menuju perilaku dan tingkah laku yang dibenarkan dalam norma atau
sastrawan muda yang sangat menginspirasi yaitu Habiburrahman El Shirazy dalam novel yang berjudul Mahkota Cinta.
G. Sistematika penulisan skripsi
Untuk mempermudah dalam memahami isi dari skripsi ini, maka
penulis akan menguraikan secara singkat mengenai sistematika pembahasannya, yang akan penulis bagi menjadi lima bab, yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini memaparkan latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah,
metodologi penelitian, dan sistematika penulisan skripsi. BAB II LANDASAN TEORI
Dalam bab ini akan diuraikan tentang tinjauan teoritik tentang
pengertian pendidikan, dan nilai moral. BAB III BIOGRAFI NOVEL
Dalam bab ini akan diuraikan tentang biografi penulis, karakteristik novel, unsur intrinsik, dan sinopsis novel Mahkota Cinta karya Habiburrahman El Shirazy.
BAB IV PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan diuraikan bahasan dari novel Mahkota Cinta
karya Habiburrahman El Shirazy beserta relevansinya. BAB V PENUTUP
BAB II
KAJIANTEORI
A. PengertianPendidikan
Dalam buku Uyoh Sadullah (Pengantar filsafat Pendidikan),
Pendidikan dapat dilihat dalam pengertian secara khusus dan secara luas. Dalam arti khusus, Langeveld mengemukakan bahwa pendidikan adalah bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum
dewasa untuk mencapai kedewasaannya. Sedangkan pendidikan dalam arti luas merupakan usaha manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya, yang berlangsung sepanjang hayat. Menurut Henderson,
pendidikan adalah suatu proses pertumbuhan dan perkembangan sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan fisik, berlangsung sepanjang
hayat sejak manusia lahir. (Rahmaniyah, 2010: 51)
Menurut Undang-undang sistem Pendidikan Nasional, pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak yang mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
(Rahmaniyah, 2010: 54)
Pendidikan adalah segala kegiatan pembelajaran yang berlangsung sepanjang zaman dalam segala situasi kegiatan kehidupan. Pendidikan
kemudian mendorong pertumbuhan segala potensi yang ada didalam diri individu. Dengan kegiatan pembelajaran seperti itu, individu mampu
mengubah dan mengembangkan diri menjadi semakin dewasa, cerdas dan matang. (Suhartono, 2008:79)
Dalam arti luas, pendidikan dapat diidentifikasi karakteristiknya sebagai berikut:
Pendidikan berlangsung sepanjang zaman (life long education)
artinya dari generasi kegenerasi pendidikan berproses tanpa pernah berhenti.
Pendidikan berlangsung disetiap bidang kehidupan manusia.
Pendidikan berlangsung disegala tempat dimanapun, dan disegala
waktu kapanpun.
Objek utama pendidikan adalah pembudayaan manusia dalam
memanusiawikan diri dan kehidupannya. (Suhartono, 2008: 84)
B. PengertianNilai Moral
Nilai adalah suatu tipe kepercayaan yang berada dalam ruang
lingkup sistem kepercayaan, dimana seseorang harus bertindak atau menghindari suatu tindakan, atau mengenai sesuatu yang pantas atau tidak
pantas dikerjakan, dimiliki dan dipercaya. (Mawardi, 2009: 16)
Kata moral berasal dari bahasa Latin, yaitu mos. Kata mos adalah bentuk kata tunggal, sedangkan bentuk jamaknya adalah morse
yang sesuai dengan ide-ide umum tentang yang baik atau yang buruk dalam masyarakat. Oleh karena itu moral adalah prilaku yang sesuai
dengan ukuran-ukuran tindakan sosial atau lingkungan tertentu yang diterima oleh masyarakat. (Zainuddin Ali, 2007: 29).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, (2008: 929) adalah “ajaran baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak dan budi pekerti.” Menurut Daud Ali, (2008: 353) Moral adalah
istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas suatu sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang layak dikatakan banar, salah,
baik, buruk.
Istilah moral seringkali digunakan secara silih berganti dengan akhlak, dan etika. Persamaan moral akhlak dan etika, ketiganya berbicara
tentang nilai perbuatan manusia, sedangkan bedanya akhlak menilai perbuatan manusia dengan tolak ukur Qur‟an dan Sunnah, etika dengan
pertimbangan akal pikiran, sedangkan moral menggunakan tolak ukur adat istiadat yang berlaku dalam masyarakat tertentu. (Umiarso, 2010:70)
Disinyalir oleh Abdul Rahman Aroff bahwa salah satu ajaran islam
yang sangat penting adalah moral dan akhlak. Moral merupakan pergantian atau transformasi dari yang baik menjadi sesuatu yang lebih
baik. Artinya, kehidupan manusia dalam tatanan kehidupan akan menjadi lebih baik dengan moral yang merupakan aspek pentransformasi
Nilai-nilai moral sebagai lambang jati diri manusia dalam islam,
memang tidak dapat dipisahkan apalagi ditelantarkan dalam setiap aktivitas kehidupan umat manusia yang mengaku muslim, mukmin, dan
muttaqin. Oleh karena itu dalam konteks pendidikan, nilai-nilai moral telah menjadi bagian yang integral dalam setiap usaha pendidikan yang secara struktural-formal tidak hanya tercantum dalam tujuan pendidikan
saja, akan tetapi juga semestinya terjalin erat dalam setiap denyut nafas aktifitas kependidikan itu sendiri.
Manusia sebagai agen perubahan selalu bersandar pada pola dan
sistem kependidikan yang ada. Berbagai krisis kemanusiaanpun senantiasa dikembalikan kepada corak kependidikan adalah institusi pembentukan
humanitas manusia yang secara formal didalamnya terjadi proses pentransferan berbagai nilai sebagai pemenuhan kebutuhan-kebutuhan
kemanusiaan manusia itu sendiri. Alfred Nort Whitehead menyebutkan bahwa pembentukan perilaku moral merupakan tujuan hakiki dan pendidikan itu sendiri. Hal ini mengingat karena untuk moralitas itulah
manusia diciptakan pemiliknya, sehingga memanusiakan manusia itu tidak lain adalah memoralitaskan manusia. (Muhmidayeli, 2007: 8)
dalam empat arti yang saling terkait dan berhubungan satu sama lain,
yaitu:
1. Prinsip- prinsip yang berkenaan dengan benar salah. 2. Baik dan Buruk
3. kemampuan untuk memahami perbedaan antara benar dan salah.
4. Ajaran atau gambaran tingkah laku yang baik.
Menurut (Suseno, 1987: 142-150) sikap dan tindakan yang berkaitan dengan nilai moral antara lain:
1. Kejujuran
Bersikap tetapi tidak pernah bertentangan dengan suara hati dan keyakinannya. Keselarasan yang berdasarkan kepalsuan, ketidak
adilan dan kebohongan akan disobeknya. 2. Nilai-nilai otentik
Otentik berarti asli. Manusia otentik adalah manusia yang menghayati, menunjukkan dirinya sesuai dengan keasliannya, dengan kepribadian yang sebenarnya. (Suseno, 1987: 143)
3. Kesediaan untuk bertanggung jawab.
Kesediaan untuk bertanggung jawab yang pertama, kesediaan
4. Kemandirian Moral
Kemandirian adalah kekuatan batin untuk memahami sikap moral
sendiri dan bertindak sesuai dengannya. 5. Keberanian Moral
Ketekatan dan bertindak untuk bersikap mandiri. Kesetiaan terhadap suara hati yang menyatakan diri dalam kesediaan untuk mengambil resiko konflik. (Suseno, 1987: 147)
6. Kerendahan Hati
Kekuatan batin untuk melihat diri sesuai dengan kenyataannya.
7. Realitas dan kritis.
Realitas dan kritis yaitu menjamin keadilan dan menciptakan sesuatu keadaan masyarakat yang membuka kemungkinan lebih
BAB III
HASIL TEMUAN
A. Unsur Intrinsik Novel
Setiap karya sastra mengandung unsur-unsur intrinsik. Unsur intrinsik novel adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra dari dalam. Adapun unsur-unsur intrinsik dalam novel Mahkota Cinta
adalah sebagai berikut: 1. Tema
Tema novel ini adalah pengembaraan seorang pemuda untuk mengubah takdir, mengubah nasib, berhijrah dari satu takdir Allah ke takdir Allah yang lain yang lebih baik.
2. Penokohan
Berikut ini adalah tokoh-tokoh dalam Novel Mahkota Cinta: a. Ahmad Zul
Zul adalah seorang pemuda yang sedang melakukan
pengembaraan untuk mengubah takdinya. Sejak lulus SMA di Sayung Demak. Ia merantau ke Semarang, membanting tulang
di Semarang dengan berusaha untuk tetap kuliah Universitas IKIP PGRI. Dari Semarang ia berusaha mengubah nasib
terus berusaha. Dan dengan modal seadanya, dengan nekat disertai sebuah tekad ia merantau ke negeri Jiran. Dari hasil
kerja kerasnya, membawa ia menjadi Dosen di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Ia seorang yang jujur dan tidak
mengada-ada, pekerja keras, pantang menyerah, pemberani dan menghargai prestasi.
Seperti dalam kutipan berikut ini:
“Mari mengamati dengan seksama, anak muda yang duduk disampingnya itu. Wajah polos khas Jawa. Wajah yang tampak begitu muda. Ada guratan derita disana. Namun ada juga gurat keberanian dan
kenekatan.” (El Shirazy, 2008: 171).
b. Pak Hasan
Pak Hasan adalah sosok yang tulus. Dialah orang yang
mengarahkan Zul untuk merantau ke Negeri Jiran dan menyemangatinya untuk menuntut ilmu yang lebih tinggi.
Seperti percakapannya dengan Zul ketika memberikan semangat untuk menuntut ilmu yang lebih tinggi, berikut ini:
“Kamu masih muda, seberangilah lautan ini. Dan tuntutlah ilmu kejenjang yang lebih tinggi disana. Hanya dengan ilmulah seseorang akan lebih mudah memperbaiki nasibnya. Jangan kuatir, Alloh akan membuka pintu rahmat-Nya untukmu. Disana asal adik gigih dan terus ingat Allah, kamu akan tetap survive. Percayalah kamu akan sukses. Percayalah dengan ilmu derajatmu akan diangkat oleh Allah! Dan dalam setiap langkahmu, berpegangteguhlah kamu pada Al-Quran, niscaya kamu
akan sukses!” (El Shirazy, 2008: 290-291).
Siti Martini adalah seorang perempuan yang sempat menaruh rasa jijik pada seorang lelaki dan trauma menjalani
pernikahan akibat perilaku bejat mantan suaminya. Dia juga menghadapi perjalanan hidup yang tak kalah rumit dan sulit
seperti yang dialami oleh Zul. Merantau mulai dari Jakarta dengan bekerja dan sempat nyambung kuliah menyelesaikan S1 di sebuah Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi di Jakarta. Pindah
ke Bandung, dan ikut agen pengiriman tenaga kerja ke Malaysia. Di Malaysia mengadu nasib dengan bekerja di
kilang kertas dan dapat menyelesaikan Master Ekonominya di Universiti Malaya.
Seperti dalam kutipan di bawah ini:
“Zul merasakan ketegasan itu. Kalimat dan intonasi perempuan itu seolah juga memberitahukan kepadanya agar ia jangan mencoba bersikap meremehkannya. Dari ketegasan itu, Zul mengerti bahwa perempuan muda disampingnya adalah perempuan yang memiliki karakter
kuat. Dan tidak mau diremehkan.” (El Shirazy, 2008:
160).
Sejak pertama bertemu denganya, Zul sebetulnya telah
terpikat oleh kehalusan tutur katanya. Juga perhatian, kepekaan dan jiwa sosialnya. Rasa itu kian membekas dalam
mahkota cinta yang terbangun indah diatas mahligai iman dan takwa.
d. Warkum
Warkum adalah manta suami Mari. Dia lelaki yang sangat bejat. Bahkan paling bejat sedunia, dia tega memperkosa kakak kandungnya ketika sedang sakau. Beberapa hari setelah
menikah dengan Mari, dia tertangkap polisi dalam keadaan over dosis dengan seorang pelacur di Jakarta.
e. Linda, Watik, Iin dan Sumiyati
Mereka semua adalah teman Mari yang tinggal satu rumah dengan Mari saat di Malaysia.
Linda, Dulunya ia adalah seorang karyawati sebuah kantor maskapai penerbangan di Kuala Lumpur. Belum bersuami, Cantik, pintar, masih muda dan berpenghasilan tinggi. Bermula dari menanggapi SMS iseng seorang teman kerja asal Singapura, sehingga membawanya hidup kedalam lembah kehinaan. Rela menjual kehormatan diri dan kesucian diri hanya untuk menjadi budak nafsu dan setan.
Watik, ia berasal dari Kendal. Dia bekerja sebagai pelacur seperti Linda.
suaminya yang sedang sakit, membiayai anaknya yang masih kecil, juga agar punya tabungan untuk buka warung di kampung.
Sumiyati. Orang asli Blitar, Sudah bersuami. Sosok yang ramah, perhatian, peduli, pandai menjaga diri dari godaan laki-laki. Berawal dari kejadian yang menimpanya saat digrebek dengan tuduhan dianggap pelacur, ia belajar untuk memaknai hidup diatas jalan yang diridhai Allah.
f. Pak Rusli
Pak Rusli adalah seorang murid Pak Hasan saat belajar di
Padang. Ia yang memperkenalkan Zul dengan sekelompok mahasiswa asli Indonesia. Sosok yang bijaksana, penasehat,
menanamkan arti kerja keras, dan memberikan semangat kepada Zul. Seperti dalam kutipan berikut ini:
“Yang jelas optimislah, bahwa Allah itu maha kaya. Allah sudah mengatur jatah rejeki hamba-Nya. tergantung
bagaimana hambanya itu memungutnya.” (El Shirazy,
2008: 209).
g. Sugeng, Yahya, Arif, Rizal dan Pak Muslim
Mereka adalah penghuni flat apartemen lantai 10.
Sugeng. Ia berasal dari daerah Purworejo Jawa Tengah. Ia menawarkan diri untuk membantu Zul mengurus pendaftaran
Setelah menyelesaikan pendidikan masternya, kini ia mengajar di STAIN Kendari.
Arif. selain menjadi mahasiwa di UM, ia juga pekerja keras, mengajak Zul bekerja sebagai pelayan Jamaliah Cafe.
Setelah menyelesaikan pendidikan masternya, kini ia bekerja di sebuah Bank Syariah di Semarang.
Rizal. Sosok pekerja keras. pantang menyerah, semangat,
qonaah. Ia mengajak Zul kerja lembur di restoran sebuah hotel, juga mencarikan kerja. Setelah selesai studinya, ia mendirikan
penerbitan di Bandung.
Yahya, ia datang dari Malang. Dulu ia kuliah di Pakistan jurusan sejarah dan peradaban. Sepulang dari Pakistan ia
diterima jadi dosen di UIN Malang. Dan melanjutkan S.2 di UM, Dan sebentar lagi hampir selesai. ia adalah sosok yang
paham agama. Seperti dalam kutipan novel berikut ini:
“Hidup setengah tahun lebih bersama Yahya
membuatnya lebih banyak tahu tentang ajaran agamanya. Ia yang selama ini tidak mendapat pengajaran agama secara mendalam, banyak mendapat masukan-masukan tentang keindahan Islam. Sedikit demi sedikit Yahya memberikan pencerahan, tanpa terasa. Tidak ada waktu khusus mengaji pada Yahya. Cukuplah interaksi harian menjadi tempatnya menimba ilmu.” (El Shirazy, 2008: 228).
Pak Muslim adalah pakar menejemen pendidikan, juga dosen UNY (Universitas Negeri Yogyakarta) yang sedang
sederhana dan bersahaja yang selalu memberikan dorongan, semangat serta nasehat kepada Zul. Seperti dalam kutipan
novel berikut ini:
“Ilmu tidak bisa kau raih dengan tiduran dan
malas-malasan. Prestasi dan kesuksesan tidak akan kau raih kecuali dengan pengorbanan penuh pikiran, tenaga, dan perasaan. Kalau perlu bahakan nyawa. Tak ada dalam catatan sejarah ada orang sukses hanya dengan melamun, tidur, dan banyak angan-angan seperti yang kau lakukan tiga bulan ini. Tak ada seorang juara dibidang apapun kecuali ia pasti seorang pejuang yang ulung. Kalau ingin mendapatkan ilmu yang cukup, berprestasi dan hidup sukses kau harus bangkit, bersemangat, memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dan gigih berjuang. Itulah jalannya orang-orang yang
sukses.” (El Shirazy, 2008: 271).
3. Alur/Plot
Alur dalam cerita novel ini adalah alur maju (progresif)
yaitu apabila peristiwa bergerak secara bertahap berdasarkan urutan kronologis menuju alur cerita. Dan juga alur mundur
(progresive) yaitu terjadi ada kaitannya dengan peristiwa yang sedang berlangsung. Jadi alur dalam novel ini adalah alur campuran.
Kutipan novel:
4. Sudut pandang
Dalam novel ini, penulis (Habiburrahman El Shirazy) menggunakan sudut pandang orang ketiga. Hal ini dikarenakan tokoh utama selalu menyebut dirinya dengan kata “ia”.
Kutipan novel:
“Ia kembali menegaskan niat, bahwa ia sedang melakukan pengembaraan untuk mengubah takdir. Mengubah nasib.” (El Shirazy, 2008: 148).
5. Gaya bahasa
Gaya bahasa yang digunakan penulis dalam novel ini sederhana, inspiratif, dan sarat dengan makna. Sehingga dari setiap kata-katanya, pembaca dapat merasakan kekuatan pandangan hidup
yang dapat memotivasi dan membangkitkan semangat. Kutipan novel:
“Sementara ilmu dan prestasi juga amal ibadah. Jika tidak kau usahakan secara serius tidak akan kau raih. Ilmu tidak bisa kau raih dengan tiduran dan malas-malasan. Prestasi dan kesuksesan tidak akan kau raih kecuali dengan pengorbanan penuh pikiran, tenaga dan perasaan. Kalau perlu bahkan nyawa. Tak ada dalam catatan sejarah ada orang sukseshanya dengan melamun, tidur, dan banyak angan-angan seperti yang kau lakukan tiga bulan ini. Tak ada seorang juara dibidang apapun kecuali ia pasti seorang pejuang yang ulung. Kalau ingin mendapatkan ilmu yang cukup, berprestasi dan hidup sukses kau harus bangkit, bersemangat, memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dan gigih berjuang. Itulah jalannya orang-orang yang sukses.” (El Shirazy, 2008: 271).
Latar atau setting adalah segala sesuatu keterangan mengenai waktu, ruang, dan suasana terjadinya lakuan dalam karya
sastra (Melani dkk, 2002:86). Adapun lattar atau setting dalam novel ini adalah:
a. Pelabuhan Kutipan novel:
“Mata pemuda itu memandang ke luar jendela. Lautan terhampar didepan mata. Ombak seolah-olah menari-nari riang. Sinar matahari memantul-mantul keperakan. dari karcis yang ia pegang, ia tau bahwa feri yang ia tumpangi bernama lintas samudra. Tujuan feri yang bertolak dari pelabuhan Batam itu adalah pelabuhan Johor Bahru.” (El Shirazy, 2008: 147).
b. Bus Trans Nasional Kutipan novel:
“Menjelang maghrib bus Trans Nasional memasuki kota Kuala Lumpur. Zul menikmati pemandangan senja di Kuala Lumpur dengan seksama. Jalan tol yang lebar dan melingkar. Gedung-gedung tinggi. Hutan kota masih terjaga. Ia mengakui, Kuala Lumpur jauh lebih rapi dari Jakarta.” (El Shirazy, 2008: 163).
c. Terminal Purduraya
Kutipan novel:
“Mereka berdua lalu turun dari bus. Lalu naik ke lantai dua. Tempat dimana para penumpang berkumpul menunggu bus. Tempat dimana penumpang datang dan pergi. Di lantai dualah puluhan warung penjual oleh-oleh dan makanan dibuka. Juga dilantai dualah puluhan agen bus membuka konter.” (El Shirazy, 2008: 166).
“Pukul tujuh pagi, Zul bangun tidur. Ia kaget karena bangun terlalu siang. Sinar matahari telah menerobos jendela dan masuk kedalam kamarnya. Ia langsung bangkit dan mengambil air wudhu dengan tergesa-gesa.” (El Shirazy, 2008: 177).
.
e. Stesyen Mad Valley
Kutipan novel:
“Siang itu, ia merasa bahagia, sebab disambut dengan hangat oleh Pak Rusli, yang tak lainva adalah seorang murid Pak Hasan saat belajar di Padang.” (El Shirazy, 2008: 202).
f. KampusUniversiti Malaya Kutipan novel:
“Setelah mengelilingi kampus Universiti Malaya, Pak Rusli mengajak Zul salat ashar di Masjid Akademi Pengajian Islam.”
(El Shirazy, 2008: 205). g. KawasanPantai Dalam
Kutipan novel:
“Tak ada keraguan bagi Zul untuk memutuskan tinggal di flat itu bersama Yahya, Sugeng, dan teman-temannya. Sore itu ia memutuskan untuk langsung menginap disitu dan tidak kembali ke subang jaya.” (El Shirazy, 2008: 209).
h. HotelGrand Season
Kutipan novel:
“Mereka berdua akhirnya sampai di Hotel Grand Season yang
berada di kawasan Chow Kit tepat pukul 19.15. Mereka langsung shalat maghrib. Selesai shalat Maghrib mereka mendapat briefing dari penanggung jawab restoran. Dan malam itu Zul bekerja dengan penuh hati-hati dan dedikasi. Ia begitu semangat, seolah tidak terasa lelah.” (El Shirazy, 2008: 218).
“Sore itu kantin kolej 12 padat pengunjung. Kantin yang dikenal paling murah di seluruh kawasan Universiti Malaya itu begitu hidup, padat, bergairah namun tetap rapi dan bersih.”
(El Shirazy, 2008: 285).
j. Sigambut- Rumah Yahya
Kutipan novel:
“Hari itu jam tiga siang ia merasa harus silaturrahmi ke
rumah Yahya. Ia ingin mendiskusikan kegelisahannya, ia harus mengakui terkadang ia merasa sangat jauh dari dewasa. Ia merasa belum bisa berpikir tenang dan jauh ke depan seperti
Yahya.” (El Shirazy, 2008: 301).
k. UKM(UniversitiKebangsaanMalaysia)
Kutipan novel:
“Kalau begitu kau besok datanglah ke masjid kampus UKM
Bangi jam 3 sore. Kau akan aku temukan dengannya insya
Allah.” (El Shirazy, 2008: 303).
l. Hentiang Kajang- Sore Kutipan novel:
“Zul naik bus mini kuning ke Hentian Kajang. Ongkosnya cuma tujuh puluh sen. Sepuluh menit kemudian bus itu sedah sampai di Hentian Kajang. Zul berjalan ke kanan menuju tempat duduk para penumpang.” (El Shirazy, 2008: 306) m. Bandara Adi Sucipto
Kutipan novel:
“Tiga hari kemudian, Zul terbang ke Yogyakarta. Di Bandara Adi Sucipto ia dijemput ileh Pak Muslim. Begitu bertemu mereka berangkulan erat sekali. Pak Muslim tampak bahagia sekali bertemu dengan Zul. Begitu juga Zul.” (El Shirazy, 2008: 313).
“Siang itu setelah selesai memasukkan berkasnya ke UNY ia diantar pak Muslim pulang. Ia memang harus istirahat. Sebab sebelumnya ia begadang bersama Pak Muslim di sebuah warung angkring sampai larut malam. Pak Muslim sendiri juga istirahat di kamarnya. Ia telah diberi izin oleh Pak Muslim kalau mau membaca-baca koleksi perpustakaan pribadinya.”
(El Shirazy, 2008: 321).
o. Masjid
Kutipan novel:
“Azan Isya dikumandangkan. Jamaah berdatangan. Shalat
Sunnah didirikan. Lalu iqamat disuarakan. Shaf-shaf dirapikan. Dan sang imam mengucapkan takbiratul ihram. Zul mengikuti takbir imam dengan hati bergetar. Shalat jamaah didirikan dengan kekhusyukan. Dalam sujud Zul berdoa agar dilimpahkan kebaikan dunia dan akhirat, serta diberi pasangan hidup yang menjadi penyejuk hati, teman sejati dalam
mengarungi hidup beribadah kepada Allah Azza wa Jalla.” (El
Shirazy, 2008: 323). 7. Amanat
Amanat yang ingin disampaikan dalam Novel Mahkota Cinta ini adalah menjadi manusia yang berilmu, mencintai ilmu, menghargai prestasi, serta mempunyai jiwa semangat yang tinggi untuk hijrah dari satu takdir Allah ke takdir Allah lain yang lebih baik, optimis, dan berusaha secara maksimal.
Kutipan novel:
“Kamu masih muda, seberangilah lautan ini. Dan
tuntutlah ilmu kejenjang yang lebih tinggi disana. Hanya dengan ilmulah seseorang akan lebih mudah memperbaiki nasibnya. Jangan kuatir, Alloh akan membuka pintu rahmat-Nya untukmu. Disana asal adik gigih dan terus ingat Allah, kamu akan tetap survive. Percayalah kamu akan sukses. Percayalah dengan ilmu derajatmu akan diangkat oleh Allah! Dan dalam setiap langkahmu, berpegangteguhlah kamu pada Al-Quran, niscaya kamu
B. Karakteristik Novel Habiburrahman El shirazy
Ciri khas penulis Habiburrahman El Shirazy adalah bahasa
penulisannya yang sederhana sehingga mudah dimengerti. Sederhana namun sarat pesan dan makna. Ceritanya yang selalu menginspirasi, sehingga membangun jiwa semangat yang luar biasa kepada pembaca.
Semangat untuk berprestasi, mencintai ilmu, menghargai ilmu. Menggapai hidup berlandaskan agama, iman dan kebaikan akhlak.
“Ilmu. Hanya orang-orang berilmu yang akan diangkat
derajatnya oleh Allah. Banyak orang yang tidak berilmu kaya, namun derajatnya tidak diangkat oleh Allah. Tidak sedikit orang kaya yang jadi hina karena kekayaannya. Sebab ia tidak memiliki ilmu bagaimana menjadikan kekayaannya sebagai jalan beribadah
dan menggapai kemuliaan.” (El Shirazy, 2008: 204).
Dari karya-karyanya, seorang Habiburrahman El Shirazy membagi
pemahaman bahwa cerita fiksi tidak hanya semata-mata menghadirkan sebuah bangunan cerita fiksi yang harapannya dapat menjadi salah satu
hiburan bagi kegairahan intelektual. Lebih dari itu, tujuannya adalah untuk menunjukkan dan mengajak para pembaca untuk berhijrah ke takdir Allah
lain yang lebih baik. Bahwa Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, melainkan mereka mengubah keadaan mereka sendiri.
Begitulah karakteristik novel karya Habiburrahman El Shirazy.
novel dapat tersampaikan dengan baik kepada pembaca. Sehingga dapat memberikan manfaat yang besar setelah membaca karya-karyanya.
Salah satunya adalah novel mahkota cinta yang menjadi bahan penelitian ini. Novel ketiga dari trilogi novel Dalam Mihrab Cinta ini
diceritakan secara sederhana, mudah dicerna namun tidak instan, penuh hikmah, diperkuat dengan dalil-dalil al-Qur‟an, mengharukan, penuh keteladanan, dan menginspirasi yang dikemas dalam novel spiritual
pembangun jiwa.
C. Sinopsis Novel Mahkota Cinta
Cerita dalam novel ini dimulai dari seorang pemuda bernama Ahmad Zulhadi Jaelani yang sedang melakukan pengembaraan untuk mengubah takdir. mengubah nasib. Seorang Zul, memulai perjalanan dari
Demak merantau ke Semarang, dari Semarang menuju Jakarta, dari Jakarta menuju Batam, dari Batam menuju Malaysia, dan singgah di Yogyakarta.
Dalam perjalanan ke Malaysia, Zul bertemu dengan Siti Martini. Siti Martini menceritakan pada Zul tentang perjalanan pahit dalam hidupnya ketika dia tau bahwa mantan suaminya adalah seorang yang sangat bejat
dan menipu dia. Selama perjalanan Zul seakan mendapat petunjuk dan pertolongan akan hadirnya Mari, sebagai teman dalam perjalanannya awal
di Malaysia.
Sesampainya di Malaysia, Zul menerima tawaran Mari untuk menginap di rumahnya satu atau dua malam sambil menunggu jawaban
ditemui Zul saat tiba di Malaysia. Sesampainya dirumah mari, Zul disambut oleh teman-teman Mari. Pada siang harinya Zul memutuskan
untuk pergi keluar rumah menghindari berduaan dengan Linda dirumah tersebut. Zul pergi hanya membawa tas cangklong hitam berisi map
dokumen-dokumennya, sepotong sarung dan kaos panjang. Dari Subang Jaya ia naik bus Rapid KL ke terminal KL Sentral. Di KL Sentral ia sempat bingung dan mencoba menghubungi lagi Pak Rusli kembali. Dan
akhirnya teleponnya dapat tersambung dengan Pak Rusli, Zul pun mengutarakan maksud dan tujuan dia datang ke Malaysia kepada Pak
Rusli. Setelah bertemu dengan Pak Rusli, Zul diberi pengarahan oleh Pak Rusli untuk bisa melanjutkan sekolah S2 di Universitas Malaya. Pak Rusli juga membawa Zul masuk ke kampus University Malaya, Zul sangat
bahagia dan semakin bersemangat dalam menjemput masa depannya. Setelah mengelilingi Universiti Malaya, Pak Rusli mengajak Zul shalat
Ashar di Masjid Akademik Pengajian Islam. Setelah itu langsung memacu mobilnya ke kawasan Pantai Dalam, tepatnya disalah satu sebuah apartemen lantai 10. Sesampainya disana Zul dan Pak Rusli disambut
ramah oleh penghuni rumah yaitu Sugeng, Yahya, Arif, Rizal dan Pak Muslim. Semuanya memberikan semangat dan dukungan yang besar pada
Zul untuk melanjutkan kuliahnya, bahkan Yahya menawarkan Zul untuk tinggal disana dan sekamar bareng dengannya, tak ada alasan bagi Zul untuk menolak tawaran tersebut. Karena Zul sudah diterima baik oleh
Malamnya Zul mendapat saran dan dorongan dari teman-temannya untuk bisa menentukan langkah selanjutnya. Semua yang ada dirumah itu ingin
memberikan bantuan semampunya.
Dua hari pertama di Pantai Dalam Kuala Lumpur, Zul sibuk
mengurus berkas-berkas pendaftarannya ke Universiti Malaya dengan ditemani Sugeng. Dan hari ketiganya berkas itu berhasil dimasukkan ke
Institude Postgraduate Program(IPS). Zul mengambil program kerja
khusus dan tesis di Fakultas Pendidikan Jurusan Sosiologi Pendidikan. Selama menunggu panggilan dari UM, Zul bekerja dengan semangat
supaya bisa mendapatkan uang untuk membayar biaya kuliah jika dia bisa diterima di UM. Setelah itu Rizal mengajak Zul untuk bekerja, mulai saat itu Zul bekerja penuh dengan semangat.
Suatu hari ia ingat bahwa barang-barang yang dibawanya dari Indonesia masih tertinggal di rumah Mari, dan Zul hanya bisa mengirim
SMS kepada Mari:
“Assalamu’alaikum Mbak Mari, maaf ya, saya belum bisa ke
tempat Mbak. Juga maaf pada waktu itu belum sempat pamitan. Alhamdulillah saya sudah dapat kerja. Dan sudah dapat tempat tinggal yang nyaman. Terus terang saya sedang sangat sibuk. Nanti jika sudah agak longgar saya ke tempat Mbak untuk ambil barang insyaa Allah. Terimakasih atas segala kebaikannya ya. Dari adikmu: Zul.”
Dalam SMS itu ia mengatakan sebagai adik Mari. Karena ia merasa Mari memang tepat dijadikan kakaknya. Dan saat bertemu untuk pertama kali ia merasakan Mari begitu baik. Dan seolah Mari menganggap dirinya
SMSnya itu langsung dibalas oleh Mari,
“Wassalamu’alaikum wr wb. Alhamdulillah kau ternyata
masih hidup. Aku sempat khawatir karena kau pergi dan dua bulan tidak ada kabarnya, Ya semoga sehat dan sukses. Barang-barangmu masih terjaga dengan baik disini. Oh ya sekedar informasi, jika nanti kesini mungkin tak akan bertemu mbak Iin lagi. Dia sudah pulang ke Indonesia tiga hari yang lalu. Dan kemungkinan besar tidak akan kembali lagi kesini. Terima kasih telah menganggapku sebagai kakak. Selamat bekerja. O ya apakah ini nomer HPmu? Salam sayang dari kakakmu: Mari.”
Ia bahagia sekali membaca SMS itu. Ia merasakan bahwa Mari
memang orang yang tulus. Menolong dirinya tanpa pamrih apapun. terkadang terbesit dalam pikirannya andai saja Mari masih gadis dan
umurnya lebih muda darinya. Ia merasa bisa jatuh cinta padanya. Cepat-cepat ia menepis pikiran yang tidak-tidak itu. Ia lalu menjawab pertanyaan Mari,
“Mbak ini bukan nomor HP saya. Tapi nomor teman saya.
Tapi saya punya alamat email. Jika ingin mengabarkan sesuatu kepada saya, kabari saja lewat email, ini alamatnya: zoel_guanteng@okaymail.com. Terimakasih.”
Ia lalu menerima jawaban singkat dari Mari,
“Ya.Baik.”
Suatu hari datanglah surat keterangan dari Universitas Malaya yang
menyatakan bahwa Zul benar-benar diterima di perguruan tinggi tertua di Malaysia itu. Selama tiga bulan Zul bekerja mati-matian untuk dapat menghidupi kehidupan dan dapat membayar uang registrasi kuliah.
Perkuliahanpun dimulai, Zul sudah mendapatkan jadwal aktif kuliah. Dia mulai memastikan jadwal kuliah untuk bisa membagi waktu
Zul dengan penuh semangat dan harapan. Malam itu Kuala Lumpur hujan deras. Zul bangun dan shalat tahajut. Dikeheningan malam itu ia
memuhasabahi dirinya sendiri. Ia merenungi perjalanan hidupnya selama ini.
Pagi harinya entah kenapa ia merasa ingin bersilaturrahmi ke rumah Mari di Subang Jaya. Pagi itu tepat jam delapan ia berangkat, sampai di Subang Jaya pukul sepuluh siang. Sesampainya dirumah Mari, Zul kaget
karena melihat Mari sedang mau diperkosa oleh Warkum yang merupakan mantan suami Mari. Dengan segera Zul memukul Warkum sampai
Warkum merasa kesakitan dan minta maaf. Warkum langsung pergi setelah diancam oleh Zul. Setelah kejadian itu, Mari sangat berterima kasih dan merasa berhutang budi pada Zul yang telah berhasil menyelamatkan
mahkota kesuciannya yang hampir dinodai oleh mantan suaminya. Setelah saling menenangkan, akhirnya Zul pun berpamitan dengan membawa
barang-barangnya.
Zul mondar-mandir di ruang tamu, semua penghuni flat itu sudah tidur. Zul selalu membayangkan kejadian tadi siang yang dia alami, wajah
Mari selalu terbayang di ingatan Zul. Ia sadar bahwa dia sudah dewasa tapi ia bingung harus berbuat apa, seandainya ia menikahi Mari, ia takut
kuliahnya tidak beres, tapi kalau tidak begitu dia tidak tahu harus berbuat apa. Dia mencoba bertanya pada yahya dan yahyapun memberi saran pada dia, kalau Zul memang sangat mencintainya, lebih baik Zul menikahinya,
Dua bulan berlalu, setelah itu Yahya mengajak Zul berbicara dari hati kehati dengan harapan semangat Zul kembali pulih, tetapi sayangnya
Zul masih saja murung dan banyak melamun, dia tidak semangat dalam bekerja, berusaha dan belajar. Melihat sikap Zul yang seperti itu, Pak
Muslim selaku orang yang paling tua di flat itu memanggil Zul dan memberikan tiga pilihan pada Zul. Yang pertama, Zul harus melupakan Mari dan konsentrasi pada kuliahnya. Kedua, Zul harus menikahi Mari
tetapi kuliah harus tetap jalan. Dan yang ketiga, Pak Muslim membebaskan Zul untuk hidup sesukanya dengan syarat tidak boleh
tinggal di flat itu. Akhirnya Zul memilih saran yang kedua, keesokan harinya Zul yang ditemani Pak Muslim siap untuk berangkat ke rumah Mari, dengan tujuan untuk melamar Mari.
Sesampainya di rumah Mari, Zul sangat terkejut karena rumah itu telah kosong, Zul dan Pak Muslim bertanya pada tetangga rumah itu, dan
tetangga itu menunjukkan koran yang memberitakan bahwa penghuni rumah itu semuanya ditangkap polisi karena melakukan praktek prostitusi, Zul sangat kecewa dengan berita itu dan akhirnya mereka pulang lagi ke
flat dengan hati Zul yang sakit.
Dengan kejadian itu Zul semangat lagi untuk melanjutkan kuliah
dan bekerja, sampai akhirnya sebentar lagi ia akan menyandang gelar M.ED. atau Master of Education dalam bidang Sosiologi Pendidikan. Waktu terus berjalan, dan Zul pun mendapat kebingungan antara
pergi ke rumah Yahya dan menceritakan kegelisahannya kepada Yahya. Dengan penuh kesabaran Yahya selalu menasehati Zul dan memberikan
arahan-arahan kepada Zul untuk mengambil keputusan yang terbaik. Yahya menyarankan Zul untuk segera menikah, dan Yahya
mengenalkan Zul pada seorang wanita teman istrinya yang merupakan seorang dosen, namanya Prof. Madya Datin Laila Abdul Majid, Ph.D. Dia menyelesaikan S.2 dan S.3-nya di Birmingham. Zul sangat terkejut dan
senang seandainya jadi menikah dengan wanita itu.
Setelah itu Zul pulang dengan naik bus mini kuning ke Hentian
Kajang. Ketika itu ia bertemu dengan Mbak Sumiyati. Teman Mari di Subang Jaya, Sumiyati menceritakan apa yang terjadi pada mereka ketika penggrebekan di rumah itu, bahwa tidak semua penghuni rumah itu
bersalah, yang melakukan aksi prostitusi itu hanyalah Linda dan Watik. Dan akhirnya Zul mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, Zul merasa
sangat bahagia mendengar cerita itu.
Keesokan harinya Yahya menghubungi Zul dan ngasih tau bahwa Datin Laila sudah dijodohkan dengan orang lain. Zul sangat kecewa. Tapi
dibalik itu Yahya memberikan kabar yang cukup menggembirakan, bahwa di Indonesia tepatnya UNY (Universitas Yogyakarta) ada lowongan jadi
dosen, yang dicari lulusan S.2 jurusan Sosiologi Pendidikan. Zul memutuskan untuk langsung pulang dan melamar pekerjaan disana.
Tiga hari kemudian, Zul terbang ke Yogyakarta. Di Bandara Adi
rumahnya di sebuah perumahan di daerah Maguwoharjo. Dirumah pak Muslim ia menceritakan perjalanan hidupnya setelah pak Muslim pulang
ke Indonesia, menyinggung soal nikah, pak Muslim akan memperkenalkan Zul dengan teman istrinya yang bernama Agustina Siti Mariana Maulida,
M.Ec.
Pada hari Besoknya Pak Muslim mengantarkan Zul untuk memasukkan lamaran pekerjaan ke UNY. Waktu cepat berlalu, akhirnya
yang dinanti akan segera datang, yaitu pertemuan antara Zul dengan Agustina Siti Mariana Maulida, M.Ec.
Setelah jamaah shalat isya, Pak Muslim dan Zul langsung pulang ke rumah, istrinya Pak Muslim dan Agustina, orang yang akan dikenalkan dengan Zul sudah ada di rumah. Waktu itu Zul sangat terkejut karena yang
dia lihat adalah Mari. Orang yang ia cintai waktu di Subang Jaya Malaysia. Malam itu adalah menjadi malam yang sangat bersejarah dan
membahagiakan bagi Zul dan Mari. Mereka sepakat untuk menikah secepatnya. Dan dua minggu setelah itu mereka mengikrarkan akad nikah di Sragen. Selanjutnya mereka hidup bersama dalam kesucian. Dan
beribadah bersama, saling mendukung dan menguatkan, sujud bersama dalam bingkai mahkota cinta yang terbangun indah diatas mahligai iman
BAB IV
PEMBAHASAN
Berikut di bawah ini nilai-nilai pendidikan moral dalam novel Mahkota Cinta karya Habiburrahman El Shirazy.
1. Percaya diri
a) Ia meyakinkan dirinya harus kuat. (El Shirazy, 2008: 148)
Keyakinan adalah sebuah penetapan sikap yang jelas,
pembeda, dan sesuatu yang memiliki batas yang tegas. Tidak pernah bisa bertemu dengan keragu-raguan, karena keyakinan mampu menepis dan mengalahkan keragu-raguan. Keyakinan
adalah sebuah kekuatan yang mendorong seseorang untuk melakukan yang terbaik dan mencapai yang terbaik pula.
Seseorang yang menginginkan sukses, maka dia harus memiliki keyakinan yang kuat untuk berhasil. Otak manusia akan merespon
dan mengintruksikan, serta mendorong seluruh raga dan jiwanya untuk melakukan sesuatu sebagaimana yang ada di dalam benaknya. Inilah biasanya yang dikenal dengan sugesti. (Saleh,
2011: 156)
Karena sikap keputus-asaan adalah wujud dari lemahnya
mendapatkannya atau hanyalah berpura-pura saja. (Saleh, 2011: 44)
Realitas sukses kadang melewati banyak ujian berat bahkan mungkin kegagalan. Namun semua itu adalah sunnatullah yang
memang harus dilalui. Karena hidup adalah ujian, dan setiap kita pasti diuji dengan realitas yang mungkin tidak sesuai dengan harapan, dengan satu tujuan yaitu untuk mengetahui siapa diantara
kita yang terbaik (sukses/berhasil) dalam menjalani kehidupan. Demikian Allah berfirman,
“Dialah (Allah) yang menciptakan kematian dan kehidupan, untuk menguji kalian siapa diantara kalian yang terbaik amalnya.Dan Dia Maha perkasa lagi Maha Pengampun.”
(QS. Al-Mulk: 2).
Karena itu, mereka yang berhasil adalah mereka yang terus berusaha dengan sekuat tenaga tanpa berputus asa dan menyerah. Sebuah ungkapan bijak mengatakan, kebanyakan orang gagal tidak
menyadari, betapa dekatnya mereka ke titik sukses saat mereka menyatakan menyerah. (Saleh, 2011:44)
Berdasarkan kutipan novel di atas, Habiburrahman El Shirazy mengambarkan bahwa ciri dari orang yang berhasil adalah mereka yang mempunyai semangat dan rasa percaya diri yang
b) la kembali menegaskan niat, bahwa ia sedang melakukan pengembaraan untuk mengubah takdir. (El Shirazy, 2008:148)
Niat, adalah sengaja melakukan sesuatu bersamaan dengan perbuatan. Sebagaimana dikatakan oleh Epictetus, filsuf Yunani
Kuno (dalam Marwah Daud: 2007) “First say to your self what you
would be and then do what you have to do.” Pertama-tama katakan
pada dirimu: engkau akan menjadi apa, kemudian lakukan apa yang harus kamu lakukan. Pada akhirnya semua tergantung kepadamu.” (Saleh, 2011: 14)
Artinya, bahwa realitas hasil (takdir), apakah keberhasilan atau kegagalan merupakan hasil dari sebuah proses panjang.
Dalam setiap proses, disitulah takdir itu Allah tetapkan, dan hasil akhir (takdir) adalah hasil dari proses atau upaya yang dilakukan
secara terus menerus dan maksimal. Namun ada kalanya sudah berusaha maksimal, namun masih juga gagal. Ini artinya belum melaksanakan suatu hal secara sempurna, atau masih ada hal yang
kurang, atau bisa juga salah dalam menyikapinya. Karena bisa jadi antara “upaya” yang dilakukan dengan “harga” dari sebuah
keberhasilan yang ditetapkan oleh Allah atas apa yang diharapkan itu masih dianggap belum cukup (menurut Allah). Sebab yang menetapkan “harga keberhasilan” adalah Allah. Oleh karena itu
maka bergeraklah terus jangan pernah berhenti, disaat telah sampai di langkag yang ke 99, dan terasa mulai jenuh serta memutuskan
setelah itu (langkah ke 100) adalah langkah sukses. Begitu pula jika satu langkah dan beberapa langkah kedepan itupun juga belum
menampakkan hasil, hingga sampai di langkah ke 999, kemudian ingin kembali memutuskan untuk berhenti, maka ingatlah bisa jadi
satu langkah kedepan (langkah yang ke 1000) adalah titik sukses. Demikian seterusnya, inilah takdir, sebuah konsep hidup untuk menjadikan pribadi yang dinamis. Kuncinya bahwa sukses adalah
sebuah pilihan. Apakah akan berhenti sebelum mencapainya atau akan terus melangkah hingga tercapai apa yang diinginkan.
Kutipan novel di atas menggambarkan arti bahwa kadang semangat, rasa percaya diri itu bisa melemah. Namun jangan sampai patah semangat dan tetap fokus pada tujuan yang ingin
dicapai. Harus sering dipupuk keyakinannya, semangatnya, dan tetap percaya diri.
c) Saya tidak akan menyerah. Saya akan terus berusaha dan bertahan sampai Tuhan memutuskan takdir finalnya untuk saya. (El Shirazy, 2008: 158)
Takdir adalah ujung dari sebuah usaha maksimal dan
optimal. Kebanyakan orang biasanya terlalu cepat menyerahkan semuanya pada takdir sehingga cenderung menjadi fatalis. Padahal
sesungguhnya, di setiap ujung usaha itu barulah ada takdir. Takdir adalah hasil dari sebuah proses maksimal yang dilakukan. Jangan pernah mengatakan bahwa itu adalah takdir Allah, sementara usaha
Sukses adalah sebuah jalan yang dibuat oleh mereka-mereka yang berketetapan untuk sukses melalui sikap dan perilaku
yang positif yang ditampilkan dalam menjalani kehidupan dan mewujudkan apa-apa yang diharapkan. Sebagaimana misalnya
dalam sebuah penelitian ditemukan bahwa terdapat 20 karakter sukses yang ditampilkan oleh mereka-mereka yang berhasil dalam manjalani hidup dalam hal dunia bisnis, para CEO (Chief Executive
Officer), para pemimpin tertinggi perusahaan. Kedua puluh karakter sukses misalnya antara lain jujur, berpandangan jauh ke
depan, inspiratif, kompeten, adil, mendukung, berpikiran luas, cerdas, terus terang, berani, bisa diandalkan, bisa bekerja sama, kreatif, peduli orang lain, tegas, matang berambisi, loyal, mampu
mengendalikan diri, independen. Hal tersebut menandakan bahwa sukses adalah sebuah jalan yang telah dibuat oleh mereka yang
telah menggapai sukses. Hal ini sebagaimana Allah SWT berfirman dalam surat Ar-Ra‟du ayat 11.
mereka sendiri.” (Saleh, 2011: 12)
Penggalan kutipan novel di atas menggambarkan seorang