• Tidak ada hasil yang ditemukan

REKONSTRUKSI LAPORAN KEUANGAN GEREJA KRISTEN JAWI WETAN GRESIK BERDASARKAN PSAK NO. 45 Repository - UNAIR REPOSITORY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "REKONSTRUKSI LAPORAN KEUANGAN GEREJA KRISTEN JAWI WETAN GRESIK BERDASARKAN PSAK NO. 45 Repository - UNAIR REPOSITORY"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

REKONSTRUKSI LAPORAN KEUANGAN

GEREJA KRISTEN JAWI WETAN GRESIK

BERDASARKAN PSAK NO. 45

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN

PERSYARATAN DALAM MEMPEROLEH GELAR SARJANA

AKUNTANSI

DEPARTEMEN AKUNTANSI

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

DIAJUKAN OLEH

HIMAWAN PRAPTOMO

NIM: 041013156

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS AIRLANGGA

(2)
(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Rekonstruksi Laporan Keuangan Gereja Kristen Jawi Wetan Gresik Berdasarkan PSAK No.45”. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga Surabaya.

Selama proses penyusunan skripsi ini penulis mendapatkan bimbingan, arahan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Muslich Anshori, SE., M.Sc., Ak., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga

2. Drs. Agus Widodo M., M.Si., Ak., CMA., selaku Ketua Program Studi AkuntansiFakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga

3. Dra. Yustrida Bernawati Remiasa, M.Si.,Ak.,CMA., selaku Dosen Pembimbing yang senantiasa meluangkan waktu, pikiran, kesabaran, dan tenaga dalam memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi.

(5)

5. Pak Budi dan Bu Heny, orang tua terbaik yang masih tabah, sabar dan tak henti-hentinya mendoakan anaknya agar tugas akhir ini segera diselesaikan.

6. Teman–teman dari Akuntansi Unair 2010, terima kasih telah diberikan kesempatan menjadi bagian dari kalian.

7. Saudara-saudara kontrakan, Cak Kris, Sandy, Rizchi, Blek, Kiwo, Azka, Cesar, Fajar, Pak RT, Romi, Bihin, Torino, Ainul, Mando, Angga, Indra yang telah memberikan berbagai pengalaman yang layak dikenang.

8. Teman-teman Begundal yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih, terima kasih, dan terima kasih sudah menemani penulis selama menempuh studi di Unair, dan juga Yono yang bersedia menyediakan tempat bagi kami berkumpul.

9. Cak ri “The master of coffee” yang menyediakan kopi terbaik sehingga penulis tahan begadang untuk menyelesaikan skripsi ini.

10. Teman-teman SMAK Stella Maris Surabaya, Wihandy, Rio, dll yang selalu memberi “semangat” kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

11.Teman–teman baik diluar Akuntansi Unair lainnya, yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas segala dukungan dan doa yang mereka berikan.

(6)
(7)

ABSTRAK

REKONSTRUKSI LAPORAN KEUANGAN GEREJA

KRISTEN JAWI WETAN GRESIK

BERDASARKAN PSAK NO.45

Laporan keuangan merupakan salah satu bentuk nyata dari akuntabilitas. Akuntabilitas diperlukan sebagai bentuk pertanggungjawaban atas sumber daya yang dipercayakan kepada pengelola dalam sebuah organisasi. Gereja sebagai organisasi nirlaba juga perlu menyusun laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebijakan akuntansi yang diterapkan, proses penyusunan dan bentuk laporan keuangan GKJW Jemaat Gresik dan bagaimana bentuk laporan yang tepat sesuai dengan PSAK No.45.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Pengumpulan data diperoleh dengan cara wawancara dengan bagian keuangan gereja, pendeta, dan mengumpulkan dokumen terkait dengan laporan keuangan GKJW Gresik.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa laporan keuangan yang disusun GKJW Gresik berbentuk model AB yaitu hanya mencatat pendapatan dan pengeluaran saja. Hal ini dikarenakan GKJW Gresik tidak mengadopsi standar PSAK No. 45. Selain itu GKJW Gresik juga tidak mencatat aset dan nilai aset tetap yang dimilikinya karena semua aset diatasnamakan Majelis Agung.

(8)

ABSTRACT

THE JAWI WETAN CHRISTIAN CHURCH’S FINANCIAL

STATEMENT RECONSTRUCTION BASE ON PSAK NO.45

Financial statement is one of the real form from accountability. Accountability was needed for reponsibility of resourches what have been believed to management of organization. Church is nonprofit organization also to prepare financial statement as the kind of responsibility. This study aims to understand accounting policy what have been used, process in the preparation and form of financial statement to the Jawi Wetan Christian Church people of Gresik, and what kind of finacial statement what appropiate with PSAK No. 45.

This study use descriptive quality method for methode approch. In the collecting datas needed with process by interview to financial department in the church and the document what supporting for financial statement in the Jawi Wetan Christian Church people of Gresik.

The result for this study shows financial statement what preparation by the Jawi Wetan Christian Church people of Gresik still unpretentious. Thus, the Jawi Wetan Christian Church people of Gresik never get socialiszation so far about PSAK No. 45. Beside, the Jawi Wetan Christian Church people of Gresik too not record the fix asset what had.

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... Error! Bookmark not defined. PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ... Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Sistematika Skripsi ... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1. Landasan Teori ... 9

(10)

2.1.2. Pengertian Gereja ...10

2.1.3. Gereja Kristen Jawi Wetan ...11

2.1.4. Laporan Keuangan sebagai Bentuk Pertanggungjawaban Gereja .. ... 16

2.1.5. Kebijakan Akuntansi ...16

2.1.6. Laporan Keuangan ...18

2.1.7. Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba Menurut PSAK No. 45 ..18

2.1.7.1. Laporan Posisi Keuangan ...20

2.1.7.2. Laporan Aktivitas ...24

2.1.7.3. Laporan Arus Kas ...30

2.2. Penelitian Sebelumnya ... 35

2.3. Kerangka Berpikir ... 36

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 39

3.1 Pendekatan Penelitian ... 39

3.2 Ruang Lingkup Penelitian ... 40

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 41

3.4 Prosedur Pengumpulan Data ... 42

3.5 Teknik Analisis Data ... 45

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 47

(11)

4.1.1. Visi dan Misi Gereja Kristen Jawi Wetan Gresik ...49

4.1.2. Struktur Organisasi GKJW Gresik ...50

4.1.2.1. Majelis Jemaat Gresik...52

4.1.2.2. Pelayan Harian Majelis Jemaat ...52

4.1.2.3. Badan Pembantu Majelis ...52

4.1.2.4. Komisi ...54

4.1.2.5. Kelompok Kerja (POKJA) ...54

4.1.2.6. Panitia ...54

4.1.2.7. Wilayah ...54

4.1.2.8. Kelompok Rukun Warga (KRW) ...55

4.1.2.9. Pepanthan ...56

4.1.3. Penerimaan, Penyimpanan, Pengelolaan dan Pengeluaran Keuangan di GKJW Gresik ... 56

4.2. Deskripsi dan Hasil Penelitian ... 62

4.2.1. Praktik Akuntansi di GKJW Gresik ...62

4.3. Pembahasan ...64

4.3.1. Evaluasi Praktik Akuntansi di GKJW Gresik ...64

4.3.2. Rekonsktruksi Laporan Keuangan GKJW Gresik ...66

BAB 5 KSEIMPULAN DAN SARAN ... 77

(12)
(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Contoh laporan posisi keuangan ...24

Gambar 2.2 Contoh laporan aktivitas bentuk A ...25

Gambar 2.3 Contoh laporan aktivitas bentuk B ...26

Gambar 2.4 Contoh laporan aktivitas bencuk C bagian 1 ...27

Gambar 2.5 Contoh laporan aktivitas bencuk C bagian 2 ...28

Gambar 2.6 Contoh laporan arus kas metode langsung ...30

Gambar 2.7 Contoh laporan arus kas metode langsung ...31

Gambar 2.8 Contoh laporan arus kas metode tidak langsung ...32

Gambar 2.9 Contoh laporan arus kas metode tidaklangsung ...33

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Usulan daftar tabel inventaris GKJW Gresik ...78

Tabel 4.2 Usulan bentuk laporan posisi keuangan GKJW Gresik ...81

Tabel 4.3 Usulan bentuk laporan arus kas GKJW Gresik ...82

Tabel 4.4 Usulan bentuk laporan aktivitas GKJW Gresik ...83

Tabel 4.5 Lanjutan usulan bentuk laporan aktivitas GKJW Gresik ...84

Tabel 4.6 Lanjutan usulan bentuk laporan aktivitas GKJW Gresik ...85

Tabel 4.7 Lanjutan usulan bentuk laporan aktivitas GKJW Gresik ...86

Tabel 4.8 Usulan bentuk laporan perubahan aktivitas bersih tidak terikat GKJW Gresik...86

(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Laporan keuangan merupakan salah satu bentuk nyata dari akuntabilitas. Laporan keuangan berfungsi sebagai media yang menjembatani pengelola organisasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholder). Laporan keuangan menjadi penting karena didalamnya memuat informasi mengenai bagaimana organisasi mengelola sumber keuangan yang ada, berapa besar sumber daya yang dimiliki, serta apa saja pencapaian yang telah diraih dengan sumber daya tadi (Nainggolan, 2012:3).

Akuntabilitas diperlukan sebagai bentuk pertanggungjawaban atas sumber daya yang dipercayakan kepada pengelola dalam sebuah organisasi. Akuntabilitas pada organisasi yang berorientasi laba diperlukan sebagai bentuk tanggung jawab kepada pihak-pihak yang berkepentingan misalnya, pemegang saham dan kreditur. Organisasi nirlaba mempertanggungjawabkan dana yang diterima dari anggota maupun penyumbang lain.

(16)

Karakteristik organisasi yang berorientasi laba berbeda dengan organisasi nirlaba. Perbedaan utama terletak pada cara organisasi nirlaba memperoleh dana untuk menjalankan kegiatan operasionalnya. Organisasi nirlaba memperoleh dana dari para anggota maupun dari penyumbang lain yang tidak mengharapkan imbalan dari organisasi tersebut. Sebagai akibat dari karakteristik tersebut, dalam organisasi nirlaba timbul transaksi tertentu yang jarang atau bahkan tidak pernah terjadi dalam organisasi bisnis, misalnya penerimaan sumbangan. Namun demikian, dalam praktik organisasi nirlaba sering tampil dalam berbagai bentuk, sehingga sering kali sulit dibedakan dengan organisasi bisnis pada umumnya.

Pada beberapa bentuk organisasi nirlaba, meskipun tidak ada kepemilikan, organisasi nirlaba tersebut mendanai kebutuhan modalnya dari utang, dan kebutuhan operasinya dari pendapatan atas jasa yang diberikan kepada publik. Akibatnya, pengukuran jumlah, saat, dan kepastian aliran kas masuk menjadi ukuran kinerja penting bagi para pengguna laporan keuangan organisasi nirlaba tersebut, seperti kreditor dan pemasok dana lainnya. Organisasi semacam ini memiliki karakteristik yang tidak jauh berbeda dengan organisasi bisnis pada umumnya. (IAI, 2010:45.1).

(17)

Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Jemaat Gresik merupakan salah satu bentuk organisasi yang tidak berorientasi pada laba Gereja ini lebih berfokus pada aktivitas pelayanan-pelayanan kepada masyarakat. Sebagai sebuah organisasi GKJW dituntut untuk dapat mempertanggungjawabkan dana yang diperoleh dari penyumbang atau di gereja biasa disebut jemaat. Salah satu bentuk pertanggungjawaban gereja adalah berupa laporan keuangan. Tujuan laporan keuangan ini adalah untuk menyediakan informasi yang relevan untuk memenuhi keinginan para penyumbang, anggota pengurus gereja, dan pihak lain yang menyediakan dana bagi gereja.

Penelitian sebelumnya mengenai PSAK No.45 yang diteliti oleh Makatita (2011) juga membahas tentang kebijakan akuntansi dan laporan keuangan yang bertempat di GPIB Eben-Haezer Surabaya. Makatita mengungkapkan bahwa Gereja GPIB Eben-Haezer Surabaya dalam pembuatan laporan keuangannya mempunyai standar laporan keuangan sendiri. Laporan keuangan GPIB Eben-Haezer masih terlalu sederhana yakni hanya terdapat laporan arus kas saja, sedangkan dalam PSAK No. 45 terdapat laporan posisi keuangan, laporan aktivitas, dan catatan atas laporan keuangan yang seharusnya dibuat oleh organisasi nirlaba. Dalam laporan keuangan GPIB Eben-Haezer juga tidak terdapat pencatatan mengenai harga perolehan aset sehingga nilai aset-aset GIPB Eben-Haezer tidak diketahui jumlahnya.

(18)

tujuan yang diharapkan. Hal ini disebabkan karena dalam penyelenggaraannya belum ada standar pasti yang digunakan sebagai dasar pelaksaan. Saat itu PSAK No. 45 masih belum ada dan masih menggunakan pendekatan APB No.4. Standar akuntansi yang sudah ada tidak dapat digunakan dalam transaksi keuangan gereja karena ada beberapa perbadaan karakteristik dalam transaksi keuangan Gereja Katolik. Perbedaan karakteristik tersebut terjadi karena kegiatan operasional Gereja Katolik berdasarkan pada Alkitab sebagai buku pedoman dan sumber ajaran umat Katolik.

Praktik penyusunan laporan keuangan gereja memiliki perbedaan sesuai dengan bentuk dan sinode gereja. Berdasarkan fakta yang ditemukan maka penulis tertarik untuk meneliti bagaimana praktik akuntansi yang dijalankan oleh Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Jemaat Gresik, di tengah keterbatasan standar akuntansi yang mengatur tentang laporan keuangan organisasi nirlaba sekarang ini.

(19)

dapat mengambil keputusan yang tepat untuk kepentingan pelaksanaan program-program gereja selanjutnya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

a. “Apa kebijakan akuntansi yang diterapkan Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Jemaat Gresik?”

b. “Bagaimana penyusunan dan bentuk laporan keuangan Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Jemaat Gresik?”

c. “Bagaimana bentuk laporan keuangan yang tepat ditinjau dari PSAK No.45 tentang laporan keuangan organisasi nirlaba?”

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat maka tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui kebijakan akuntansi yang diterapkan di GKJW Jemaat Gresik.

b. Untuk mengetahui bagaimana proses penyusunan dan bentuk laporan keuangan GKJW Jemaat Gresik.

(20)

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi penulis, untuk menambah keterampilan dalam mengaplikasikan ilmu-ilmu yang diperoleh selama menempuh pendidikan di universitas serta membandingkannya dengan praktik yang sesungguhnya terutama mengenai penerapan PSAK No.45 tentang penyusunan laporan keuangan pada organisasi nirlaba.

2 Bagi subyek penelitian, dalam hal ini Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Jemaat Gresik dapat memperoleh pengetahuan mengenai standar laporan keuangan yang berlaku umum yang sesuai dengan PSAK No.45 serta cara penerapannya pada laporan keuangan Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Jemaat Gresik.

3 Sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan permasalahan yang ada.

1.5 Sistematika Skripsi

Secara garis besar kerangka dari sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

BAB 1 : PENDAHULUAN

(21)

manfaat penelitian yang diharapkan dapat diperoleh, serta sistematika skripsi.

BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menjelaskan tentang landasan teori yang meliputi teori dan konsep mengenai sistematika laporan keuangan organisasi nirlaba yang sesuai dengan PSAK No.45. teori ini berkaitan dengan permasalahan yang ada yaitu kesesuaian laporan keuangan Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Jemaat Gresik dengan standar akuntansi yang berlaku umum, khususnya PSAK No.45.

BAB 3 : METODE PENELITIAN

Bab ini berisi pedoman pelaksanaan penelitian yang dilaksanakan, yang terdiri dari pendekatan kualitatif melalui kasus yang dipergunakan, ruang lingkup penelitian, jenis dan sumber penelitian, prosedur pengumpulan data, serta teknik analisis yang dipergunakan.

BAB 4 : HASIL DAN PEMBAHASAN

(22)

Gresik setelah dibandingkan dengan standar akuntansi yang berlaku umum yaitu, PSAK No.45.

BAB 5 : SIMPULAN DAN SARAN

(23)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1.Stakeholder Theory

Tujuan organisasi yang akan dicapai bukan hanya untuk kepentingan manajemen saja tetapi juga menyangkut kepentingan stakeholder. Tujuan ini

sesuai dengan Stakeholder Theory yang menyatakan bahwa organisasi

bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri namun harus memberikan manfaat bagi stakeholdernya (jemaat, kreditur, donatur, dan

pihak lain). Dengan demikian keberadaan suatu organisasi sangat dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada organisasi tersebut.

Gray, Kouhy, dan Adams yang dikutip dari buku Ghozali menyatakan bahwa:

kelangsungan hidup perusahaan tergantung pada dukungan stakeholder

dan dukungan tersebut harus dicari sehinggaaktivitas perusahaan adalah untuk mencari dukungan tersebut. Makin powerfull stakeholder, semakin

besar usaha perusahaan untuk beradaptasi. Pengungkapan sosial dianggap sebagai bagian dari dialog antara perusahaan dengan

stakeholdernya.

(24)

2.1.2.Pengertian Gereja

Gereja berasal dari bahasa Portugis: igreja, yang berasal dari bahasa

Yunani: ekklesia yang berarti dipanggil keluar (ek = keluar; klesia dari

kata kaleo = memanggil); kumpulan orang yang dipanggil ke luar dari dunia

memiliki beberapa arti:

1. Arti pertama ialah 'umat', atau lebih tepat, 'persekutuan' orang Kristen. Arti ini diterima sebagai arti pertama bagi orang Kristen. Jadi, gereja pertama-tama bukanlah sebuah gedung.

2. Arti kedua adalah sebuah perhimpunan atau pertemuan ibadah umat Kristen. Bisa bertempat di rumah kediaman, lapangan, ruangan di hotel, maupun tempat rekreasi.

3. Arti ketiga ialah mazhab (aliran) atau denominasi dalam agama Kristen. GerejaKatolik, Gereja Protestan, dan lain-lain.

4. Arti keempat ialah lembaga (administratif) daripada sebuah mazhab Kristen.

5. Arti terakhir dan juga arti umum adalah sebuah “rumah ibadah” umat Kristen, di mana umat bisa berdoa atau bersembahyang.

Gereja (untuk arti yang pertama) terbentuk 50 hari setelah kebangkitan Yesus Kristus pada hari raya Pentakosta, yaitu ketika Roh Kudus yang dijanjikan Allah diberikan kepada semua yang percaya pada Yesus Kristus.

(25)

gereja orang Batak ataupun Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) yang merupakan gereja wilayah yang hanya ada di Jawa Timur.

2.1.3. Gereja Kristen Jawi Wetan

Pada tanggal 15 Oktober 1931, Pengurus Pusat Nederlandch Zendeling-genootschap (NZG) yaitu Serikat Misionaris Negeri Belanda yang berada di

Rotterdam, Belanda, menerbitkan surat keputusan Konsul Jenderal Th. Boetzelaer van Dubbeldam, yang menetapkan keberadaan jemaat-jemaat Kristen Jawa yang berada di bawah pembinaan NZG dan Java Comite akan

dipersatukan dalam suatu wadah gereja di Jawa Timur.

Pada 11 Desember 1931, diresmikanlah pendirian GKJW sebagai wadah yang dimaksud dalam keputusan Pengurus Pusat NZG. Pada saat berdiri nama GKJW adalah Pasamuwan-Pasamuwan Kristen Djawi ing Tanah Djawi Wetan. Pengakuan resmi pemerintah dinyatakan dalam Blesuit Gubernur

Jenderal Hindia Belanda No. 53 (Staatsblad No.372) pada tanggal 27 Juni

1932 dengan nama Oost-Javaansche Kerk yang kemudian menjadi Greja Kristen Djawi Wetan (GKDW).

(26)

Dalam menjalankan kiprah bergerjanya, GKJW berpedoman pada beberapa bidang, yaitu:

1. Bidang Teologi

Bidang ini menangani hal-hal dan kegiatan yang berhubungan dengan pergumulan firman Tuhan dan pembinaan iman warga jemaat. Contoh kegiatan pelayanannya, misalnya menyiapkan bahan untuk Pemahaman Alkitab, pembinaan iman warga dengan berbagai model kegiatan (ceramah, retret, sarasehan, katekisasi). Secara ideal sebenarnya bidang teologi selalu melandasi setiap kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh jemaat.

2. Bidang Persekutuan

Bidang ini bertugas menangani, melayani dan mengembangkan kegiatan untuk mengentalkan semangat kebersamaan/ persekutuan, mulai dari anak sampai dengan usia lanjut. Sesuai dengan kategori pelayanannya maka bidang pelayanan ini bertujuan agar setiap warga bisa mengambil peranan demi terwujudnya persekutuan dengan Tuhan dan sesamanya dengan sebaik-baiknya. Disamping itu dengan adanya bidang pelayanan ini diharapkan setiap jemaat- secara kategorial- terwadahi kebutuhannya untuk bersekutu.

3. Bidang Kesaksian

(27)

hidup yang baik dan benar kehadirannya di masyarakat dapat menjadi saksi akan kasih Tuhan Yesus. Pada hakekatnya semua orang percaya terpanggil untuk bisa menjadi saksi Kristus didalam hidupnya.

4. Bidang Pelayanan Cinta Kasih

Kegiatan di bidang ini secara khusus menangani pelayanan untuk mewujudkan cinta kasih Tuhan Allah kepada dunia dan segala isinya agar terwujud kesejahteraan lahir batin. Hal utama dalam pelayanan ini adalah upaya gereja/ orang-orang percaya untuk turut serta bekerja bersama dengan Tuhan agar bumi ini benar-benar disuasanai oleh kasih, sukacita, keadilan, kebenaran dan damai sejahtera bagi seluruh dunia. Dengan demikian kegiatan pada bidang ini bukan hanya memberi sembako atau pengobatan gratis untuk yang kekurangan, namun juga termasuk kedisiplinan untuk turut serta menjaga memelihara keutuhan ciptaan. Misalnya: tidak membuang sampah sembarangan, tidak melakukan kekerasan kepada sesama, mau berhemat menggunakan sumber-sumber alam, membela hak mereka yang tertindas.

5. Bidang Penatalayanan

(28)

Dalam hal “struktur” pelayanannya, GKJW menampakkan diri dalam bentuk persekutuan-persekutuan. Ada tiga macam persekutuan yang terdapat di GKJW, yaitu:

1. Persekutuan se-Tempat

Persekutuan ini juga disebut sebagai Jemaat (persekutuan yang dewasa dari warga di suatu tempat yang mampu memenuhi panggilan dan melaksanakan kegiatan pelayanan), misalnya: Jemaat Sitiarjo, Jemaat Ngawi. Pada tingkat persekutuan ini penanggung jawab semua kegiatan pelayanan adalah Majelis Jemaat. Majelis Jemaat biasanya memilih beberapa orang untuk duduk dalam Pelayan Harian Majelis Jemaat (PHMJ). PHMJ inilah yang menjadi pelaksana harian dari tugas kemajelisan. Jabatan di PHMJ adalah sama dengan jabatan pada Majelis Jemaat. Contohnya, Ketua Majelis Jemaat adalah juga ketua PHMJ, demikian pula jabatan lainnya. Untuk mempertajam pelaksanaan program dan memberdayakan warga jemaat, maka Majelis Jemaat dalam melaksanakan lima bidang pelayanan dibantu oleh komisi-komisi pembinaan atau kepanitiaan untuk suatu kegiatan tertentu.

2. Persekutuan se-Daerah

(29)

Majelis Daerah. Mengapa demikian? Karena Majelis Daerah dalam setahun hanya bersidang sebanyak 2 (dua) kali. Sedangkan Pelayan Harian Majelis Daerah sedikitnya mengadakan rapat sekali dalam dua bulan. Dalam prakteknya bisa sekali sebulan, bahkan lebih mengingat tingkat kegiatan yang semakin padat. Sidang Majelis Daerah merupakan forum tertinggi pengambilan keputusan tertinggi untuk lingkup daerah. Sebagaimana di lingkup Jemaat, maka di lingkup Majelis Daerah ini pun Pelayan Harian Majelis Daerah dibantu oleh Komisi-komisi Pembinaan Daerah untuk merealisasikan ke-lima bidang pelayanannya. Saat ini di GKJW terdapat 12 Majelis Daerah, yaitu meliputi: Surabaya Timur I, Surabaya Timur II, Surabaya Barat, Malang I, Malang II, Malang III, Malang IV, Kediri Utara, Kediri Selatan, Besuki Barat, Besuki Timur, Madiun.

3. Persekutuan se-Jawa Timur

(30)

Indonesia maupun di luar negeri. Bahkan sudah sejak lama GKJW mengembangkan pergaulannya secara lebih programatis dengan lembaga keagamaan lain.Struktur di atas tidak bersifat hirakhis (Majelis Agung tidak lebih tinggi daripada Majelis Daerah atau Majelis Jemaat, dan sebaliknya), melainkan satu sama lain berhubungan sebagai persekutuan yang menyatu dalam semangat “Patunggilan kang Nyawiji” yaitu Greja Kristen Jawi Wetan.

2.1.4.Laporan Keuangan sebagai Bentuk Pertanggungjawaban Gereja

Setiap organisasi tidak terkecuali gereja tentu memiliki kewajiban untuk mempertanggungjawabkan kegiatan operasionalnya kepada pihak internal maupun eksternal. Pertanggungjawaban ini diperlukan untuk mengetahui sejauh mana tujuan gereja telah tercapai.. Hal ini sesuai dengan SFAC No.1 yang menyatakan bahwa akuntansi keuangan bukan sekedar penghubung antara manajemen (dalam hal ini pengelola gereja) dan pihak luar (dalam hal ini jemaat, kreditur, donatur, dan pihak lain) secara akuntabilitas, melainkan lebih bermakna dari itu, yaitu sebagai alat pertanggungjawaban manajemen. Pertanggungjawaban manajemen terlihat pada, apakah semua sumber daya ekonomi yang dipercayakan kepada manajemen telah benar-benar digunakan secara menguntungkan dan terlindungi dari hal-hal yang merugikan.

2.1.5.Kebijakan Akuntansi

(31)

harus mempunyai kebijakan akuntansi yang konsisten pada setiap periode karena pengguna laporan keuangan harus dapat membandingkan laporan keuangan selama beberapa periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi keuangan, kinerja, dan arus kas.

Dalam PSAK No. 25 kebijakan akuntansi didefinisikan sebagai prinsip, dasar, konvensi, peraturan dan praktik tertentu yang dterapkan entitas dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan. (IAI, 2009:25.2)

Dalam suatu kebijakan akuntansi, suatu entitas harus dapat menjelaskan tiga hal berikut:

a. Pengakuan

Pengakuan akuntansi mengacu pada pencatatan unsur-unsur dasar laporan keuangan. konsep pengakuan akuntansi mendefinisikan prinsip-prinsip dasar yang menentukan penentuan waktu, biaya, dan pengakuan untung rugi di dalam laporan keuangan.

b. Pengukuran

Pengukuran akuntansi mengacu pada berapa besar nilai yang harus diakui dan disajikan pada laporan keuangan.pengukuran akuntansi digunakan untuk mengevaluasi dan membandingkan suatu data akuntansi.

c. Penyajian

(32)

keuangan tersebut. Laporan keuangan tersebut juga harus disajikan secara wajar. (Makatita, 2011:8-9)

2.1.6.Laporan Keuangan

Akuntabilitas adalah salah satu prinsip yang dipegang teguh dalm menjalankan roda organisasi nirlaba. Untuk mencapainya, laporan keuangan dapat berfungsi sebagai media yang menjembatani pengelolaan lembaga dengan pihak yang berkepentingan (stakeholders). Laporan keuangan menjadi

penting karena didalamnya memuat informasi mengenai bagaimana organisasi mengelola sumber daya yang ada, berapa besar sumber daya yang dimiliki, serta pencapaian apa saja yang telah diperoleh dengan sumber daya tadi. (Nainggolan, 2012:43)

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) merupakan salah satu regulasi yang dibuat untuk menyajikan laporan keuangan. PSAK No. 45 adalah salah satu regulasi yang akan dibahas yang mengatur tentang pelaporan keuangan organisasi nirlaba yang memiliki keunikan yang tidak ditemukan di laporan keuangan organisasi yang berorientasi laba misalnya adanya akun sumbangan.

2.1.7.Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba Menurut PSAK No. 45

(33)

Menurut PSAK No. 45 tujuan utama dari laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang relevan untuk memenuhi kepentingan para penyumbang, anggota entitaws nirlaba, kreditor, dan pihak lain yang menyediakan sumber daya bagi entitas nirlaba. (IAI, 2010:45.4)

Pihak pengguna laporan keuangan entitas nirlaba memiliki kepentingan bersama dalam rangka menilai:

a. jasa yang diberikan oleh entitas nirlaba dan kemampuannya untuk terus memberikan jasa tersebut;

b. cara manajer melaksanakan tanggung jawabnya dan aspek lain dari kinerja mereka. (IAI, 2010:45.4)

Laporan keuangan untuk entitas nirlaba terdiri atas laporan posisi keuangan (neraca), laporan aktivitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan tersebut berbeda dengan laporan keuangan untuk entitas bisnis pada umumnya.

Dalam paragraf 8 PSAK No. 45 dijelaskan secara rinci, tujuan laporan keuangan, termasuk catatan atas laporan keuangan, adalah untuk menyajikan informasi mengenai:

a. jumlah dan sifat aset, liabilitas, dan aset neto entitas nirlaba;

b. pengaruh transaksi, peristiwa, dan situasi lainnya yang mengubah nilai dan sifat aset neto;

(34)

d. cara entitas nirlaba mendapatkan dan membelanjakan kas, memperoleh pinjaman dan melunasi pinjaman, dan faktor lainnya yang berpengaruh pada likuiditasnya;

e. usaha jasa entitas nirlaba.

Setiap laporan keuangan menyediakan informasi yang berbeda, dan informasi dalam laporan keuangan biasanya melengkapi informasi dalam laporan keuangan yang lain. (IAI, 2010:45.5)

2.1.7.1. Laporan Posisi Keuangan

Dalam lembaga komersial laporan posisi keuangan disebut juga dengan Neraca. Laporan ini memberikan informasi tentang besarnya aset atau harta lembaga dan sumber perolehan dari aset tadi (bisa dari hutang atau aktiva bersih) pada satu titik waktu tertentu. (Nainggolan, 2012: 44)

Dalam PSAK No.45 dijelaskan bahwa laporan posisi keuangan bertujuan untuk menyediakan informasi mengenai aset, liabilitas, serta aset neto dan informasi mengenai hubungan di antara unsur-unsur tersebut pada waktu tertentu. Informasi dalam laporan posisi keuangan yang digunakan bersama pengungkapan, dan informasi dalam laporan keuangan lainnya dapat membantu para penyumbang, anggota entitas nirlaba, kreditor, dan pihak-pihak lain untuk menilai:

a. kemampuan entitas nirlaba untuk memberikan jasa secara berkelanjutan; dan

(35)

Laporan posisi keuangan menyajikan jumlah masing-masing kelompok aset neto berdasarkan ada atau tidaknya pembatasan oleh penyumbang, yaitu: terikat secara permanen, terikat secara temporer, dan tidak terikat.

Yang dimaksud pembatasan permanen adalah pembatasan terhadap: a. aset, seperti tanah atau karya seni, yang disumbangkan untuk tujuan

tertentu, untuk dirawat dan tidak untuk dijual, atau

b. aset yang disumbangkan untuk investasi yang mendatangkan pendapatan secara permanen dapat disajikan sebagai unsur terpisah dalam kelompok aset neto yang penggunaanya dibatasi secara permanen atau disajikan dalam catatan atas laporan keuangan.

Pembatasan permanen kelompok kedua tersebut berasal dari hibah atau wakaf dan warisan yang menjadi dana abadi (endowment).

Pembatasan temporer meliputi:

a. sumbangan berupa aktivitas operasi tertentu, b. investasi untuk jangka waktu tertentu,

c. penggunaan selama periode tertentu dimasa depan, atau

d. pemerolehan aset tetap, dapat disajikan sebagai unsur terpisah dalam kelompok aset neto yang penggunaannya dibatasi secara temporer atau disajikan dalam catatan atas laporan keuangan.

Pembatasan temporer oleh penyumbang dapat berbentuk pembatasan waktu atau pembatasan penggunaan, atau keduanya.

(36)
(37)

Gambar 2. 1

Contoh Laporan Posisi Keuangan

Sumber: Ikatan Akuntan Indonesia. 2010. Standar Akuntansi Keuangan

: PSAK No.45. Jakarta: Salemba Empat

20X2 20X1

Investasi jangka panjang 545.175 508.750

Jumlah Aset 730.550 696.200

Jumlah Liabilitas dan Aset Neto 730.550 696.200

Entitas Nirlaba Laporan Posisi Keuangan 31 Desember 20X2 dan 20X1

(38)

2.1.7.2. Laporan Aktivitas

Tujuan utama penyusunan laporan aktivitas adalah untuk menyediakan informasi mengenai:

a. pengaruh transaksi dan peristiwa lain yang mengubah jumlah dan sifat aset neto,

b. hubungan antar transaksi, dan peristiwa lain, dan

c. bagaimana penggunaan sumber daya dalam pelaksanaan berbagai program atau jasa.

Dalam laporan aktivitas pendapatan, beban, keuntungan dan kerugian diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Laporan aktivitas menyajikan pendapatan sebagai penambah aset neto tidak terikat, kecuali jika penggunaannya dibatasi oleh penyumbang, dan menyajikan beban sebagai pengurang aset neto tidak terikat.

b. Sumbangan disajikan sebagai penambah aset neto tidak terikat, terikat permanen, atau terikat temporer, bergantung pada ada tidaknya pembatasan. Dalam hal sumbangan terikat yang pembatasannya tidak berlaku lagi dalam periode yang sama, dapat disajikan sebagai sumbangan tidak terikat sepanjang disajikan secara konsisten dan diungkapkan sebagai kebijakan akuntansi.

(39)

Klasifikasi pendapatan, beban, keuntungan dan kerugian dalam kelompok aset neto tidak menutup peluang adanya klasifikasi tambahan dalam laporan aktivitas. Misalnya, dalam suatu kelompok atau beberapa kelompok perubahan dalam aset neto, entitas nirlaba dapat mengklasifikasikan unsur-unsurnya menurut kelompok operasi atau nonoperasi, dapat dibelanjakan atau tidak dapat dibelanjakan, telah direalisasi atau belum direalisasi, berulang atau tidak berulang, atau dengan cara lain. (IAI, 2009:45.8-45.9)

(40)

Gambar 2. 2

Contoh Laporan Aktivitas Bentuk A

Sumber: Ikatan Akuntan Indonesia. 2010. Standar Akuntansi Keuangan PSAK No.45. Jakarta: Salemba Empat

Bentuk A Aset Neto yang Berakhir Pembatasannya (Catatan D)

Pemenuhan program pembatasan 29.975 Penghasilan neto terealisasikan dan belum terealisasikan

dari investasi jangka panjang (Catatan E) 7.380 Kerugian aktuarial untuk kewajiban tahunan (75) Aset neto terbebaskan dari pembatasan (Catatan D) (36.850) Penurunan Aset Neto Terikat Temporer (2.820) Perubahan Dalam Aset Neto Terikat Permanen:

Sumbangan 700 Penghasilan investasi jangka panjang (Catatan E) 300 Penghasilan neto terealisasikan dan belum terealisasikan

dari investasi jangka panjang (Catatan E) 11.550

(41)

Gambar 2. 3

Contoh Laporan Aktivitas Bentuk B

Sumber: Ikatan Akuntan Indonesia. 2010. Standar Akuntansi Keuangan PSAK No.45. Jakarta: Salemba Empat

Jumlah Penghasilan neto terealisasikan dan belum

terealisasikan dari investasi jangka panjang (Catatan E) 20.570 7.380 11.550 39.500

Lain-lain 375

Aset Neto yang Berakhir Pembatasannya (Catatan D):

Pemenuhan program pembatasan 29.975 (29.975)

(42)

Gambar 2. 4

Contoh Laporan Aktivitas Bentuk C Bagian 1

Sumber: Ikatan Akuntan Indonesia. 2010. Standar Akuntansi Keuangan PSAK No.45. Jakarta: Salemba Empat

Pendapatan dan Penghasilan Tidak Terikat:

Sumbangan 21.600

Jasa Layanan 13.500

Penghasilan dari investasi jangka panjang (Catatan E) 14.000 Penghasilan dari investasi lain-lain (Catatan E) 2.125 Penghasilan neto dari investasi jangka panjang yang

telah terealisasikan dan belum terealisasikan

(Catatan E) 20.570

Lain-lain 375

Jumlah Pendapatan dan Penghasilan Tidak Terikat 72.170

Aset Neto yang Dibebaskan dari Pembatasan (Catatan D)

Penyelesaian program pembatasan 29.975

Penyelesaian pembatasan pemerolehan peralatan 3.750

Berakhirnya waktu pembatasan 3.125

Jumlah aset neto yang dibebaskan dari pembatasan 36.850

Jumlah pendapatan, penghasilan, dan sumbangan lain

yang tidak terikat 109.020

Laporan Pendapatan, Beban, dan Perubahan Aset Neto Tidak Terikat Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 20X2

(43)

Gambar 2. 5

Contoh Laporan Aktivitas Bentuk C Bagian 2

Sumber: Ikatan Akuntan Indonesia. 2010. Standar Akuntansi Keuangan PSAK No.45. Jakarta: Salemba Empat

Aset Neto Tidak Terikat:

Jumlah pendapatan dan penghasilan tidak terikat 72.170 Aset neto yang dibebaskan dari pembatasan

(Catatan D) 36.850 Penghasilan neto dari investasi jangka panjang yang

telah terealisasikan dan belum terealisasikan Penghasilan neto dari investasi jangka panjang yang

telah terealisasikan dan belum terealisasikan

(44)

2.1.7.3.Laporan Arus Kas

Tujuan utama laporan arus kas adalah menyajikan informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran kas dalam suatu periode. Dengan melihat laporan arus kas ini dapat diketahui asal sumber pendaan suatu organisasi dan untuk apa saja sumber dana tersebut digunakan dalam kegiatan operasinya.

Laporan arus kas digunakan oleh manajemen untuk mengevaluasi kegiatan operasional yang telah berlangsung, dan merencanakan aktivitas investasi dan pembiayaan di masa yang akan datang. Laporan arus kas juga digunakan oleh kreditur dan investor dalam menilai tingkat likuiditas dan potensi organisasi dalam menghasilkan laba. (Hery, 2009:203)

Laporan arus kas disajikan sesuai dengan PSAK No.2 (revisi 2009) dengan penambahan sebagai berikut:

a. Aktivitas pendanaan

1. Penerimaan kas dari penyumbang yang penggunaannya dibatasi untuk jangka panjang.

2. Penerimaan kas dari sumbangan dan penghasilan investasi yang penggunaannya dibatasi untuk pemerolehan, pembangunan dan pemeliharaan aset tetap, atau peningkatan dana abadi.

3. Bunga dan dividen yang dibatasi penggunaannya untuk jangka panjang.

(45)

Gambar 2. 6

Contoh Laporan Arus Kas Metode Langsung

Sumber: Ikatan Akuntan Indonesia. 2010. Standar Akuntansi Keuangan Aliran Kas dari Aktivitas Operasi:

Kas neto yang diterima (digunakan) untuk

aktivitas operasi (75)

Kas neto yang diterima (digunakan) untuk

aktivitas investasi (125) Kas neto yang diterima (digunakan) untuk

aktivitas pendanaan (763)

(46)

Gambar 2. 7

Contoh Laporan Arus Kas Metode Langsung

Sumber: Ikatan Akuntan Indonesia. 2010. Standar Akuntansi Keuangan PSAK No.45. Jakarta: Salemba Empat

Rekonsiliasi perubahan dalam aset neto menjadi kas neto

yang digunakan untuk aktivitas operasi:

Perubahan dalam aset neto

38.625

Penyesuaian untuk rekonsiliasi perubahan

dalam aset neto menjadi kas neto yang digunakan

untuk aktivitas operasi:

Bunga dan dividen terikat untuk investasi

jangka panjang

(750)

Penghasilan neto terealisasikan dan belum

terealisasikan dari investasi jangka panjang

(39.500)

Kas neto diterima (digunakan)

untuk aktivitas operasi

(75)

Data tambahan untuk aktivitas investasi dan

pendanaan nonkas:

Peralatan yang diterima sebagai hibah

350

Pembebasan premi asuransi kematian, nilai kas yang

(47)

Gambar 2. 8

Contoh Laporan Arus Kas Metode Tidak Langsung

Sumber: Ikatan Akuntan Indonesia. 2010. Standar Akuntansi Keuangan PSAK No.45. Jakarta: Salemba Empat

Aliran Kas dari Aktivitas Operasi

Rekonsiliasi perubahan dalam aset neto menjadi kas

neto yang digunakan untuk aktivitas operasi:

38.625

Perubahan dalam aset neto

Penyesuaian untuk rekonsiliasi perubahan dalam

aset neto menjadi kas neto yang digunakan untuk

aktivitas operasi:

Bunga dan dividen terikat untuk investasi

jangka panjang

(750)

Penghasilan neto terealisasikan dan belum

terealisasikan dari investasi jangka panjang

(39.500)

Kas Neto diterima (digunakan) untuk

aktivitas operasi

(75)

Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 20X2

Entitas Nirlaba

Laporan Arus Kas

(48)

Gambar 2. 9

Contoh Laporan Arus Kas Metode Tidak Langsung

Sumber: Ikatan Akuntan Indonesia. 2010. Standar Akuntansi Keuangan PSAK No.45. Jakarta: Salemba Empat

Aliran Kas dari Aktivitas Investasi:

Ganti rugi dari asuransi kebakaran

825

Pembelian peralatan

(3.750)

Penerimaan dari penjualan investasi

190.250

Pembelian investasi

(187.250)

(49)

2.2. Penelitian Sebelumnya

Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Makatita membahas tentang kebijakan akuntansi yang digereja dan apakah pelaporan keuangan yang disusun oleh pihak gereja sudah sesuai dengan PSAK No.45. Persamaan dengan penelitian yang akan penulis teliti adalah mengenai penerapan PSAK No.45 yang diterapkan pada organisasi nirlaba dengan kategori tempat peribadatan. Perbedaannya terletak pada subyek penelitiannya. Penelitian Makatita berfokus pada gereja GPIB Eben-Haezer Surabaya sedangkan penulis berfokus pada Gereja GKJW Gresik.

Penelitian organisasi nirlaba juga dilakukan oleh Chrisdianto yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana kerangka konseptual Gereja Katolik dalam menyusun laporan keuangannya. Persamaan penelitian Bernadinus dengan penelitian yang akan penulis teliti terletak pada subyek penelitiannya, yaitu menggunakan tempat peribadatan sebagai subyeknya yaitu gereja. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah Bernadinus menggunakan APB No.4 untuk mengevaluasi kerangka konseptual Gereja Katolik sedangkan penulis menggunakan PSAK No.45.

(50)

2.3. Kerangka Berpikir

Organisasi nirlaba merupakan bentuk organisasi yang tujuan utamanya bukan untuk mencari keuntungan. Tujuan utama organisasi nirlaba lebih kepada pelayanan masyarakat maupun kegiatan yang bersifat sosial. Salah satu bentuk organisasi nirlaba adalah Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Gresik. Sebagai organisasi nirlaba, GKJW Gresik juga perlu menyusun laporan keuangan sebagai alat pertanggungjawaban operasi keuangan.

GKJW mempunyai kebijakan akuntansi sendiri dalam menyusun laporan keuangannya. Penyebab akuntansi GKJW berbeda dengan akuntansi pada umumnya disebabkan karena disesuaikan dengan kebutuhan akuntansi gereja yang tidak diatur dalam akuntansi yang berlaku umum.

Namun setelah IAI mengeluarkan PSAK No.45 tentang pelaporan keuangan organisasi nirlaba, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana jika PSAK No.45 diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan GKJW.

(51)
(52)

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

Penelitian Pendahuluan

Wawancara

Menganalis akuntansi yang diterapkan Gereja

Menganalisis hasil wawancara dan Laporan Keuangan Gereja

Menyusun Laporan Keuangan Gereja berdasarkan PSAK No.45

(53)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1Pendekatan Penelitian

Metode penelitian adalah suatu rancangan penelitian yang menjelaskan antara rumusan masalah dengan metodologi yang akan diterapkan dan digunakan untuk menjawab pertanyaan dalam penelitian. Yin (2013:10) berpendapat bahwa metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Selain itu metodologi juga digunakan untuk menggali atau memproduksi ilmu pengetahuan.

Sesuai dengan tujuan yang telah dibuat pada awal bab ini, mengarah pada pendekatan penelitian kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor seperti yang dikutip oleh Moleong (2007:3) mengatakan bahwa penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Pada penelitian kualitatif, data dan informasi yang telah didapatkan dari instansi harus dipahami secara kontekstual, tidak memisahkan dari kompleksitasnyadan tidak memilah-milah dari beberapa sudut pandang.

(54)

dengan menggunakan wawancara dan beberapa dokumen yang berisikan data obyek penelitian, gambaran tentang obyek penelitian tersebut telah dapat diperoleh. Nazir (2011:54) menjelaskan bahwa yang dimaksud metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Penelitian ini berusaha menggambarkan tentang kebijakan akuntansi Gereja Kristen Jawi Wetan Gresik dalam menyusun laporan keuangannya.

Metode deskriptif ini dipilih karena tujuan penelitian ini merujuk ke arah bagaimana keadaan obyek penelitian yang sebenarnyadan peristiwa-peristiwa apa yang terjadi pada obyek penelitian yang berpengaruh pada keadaan obyek penelitian. Hal ini sesuai dengan Yin (2013:11) yang menyatakan bahwa studi kasus merupakan strategi yang lebih tepat digunakan apabila pokok pertanyaan suatu penulisan berkenaan dengan “bagaimana” dan “mengapa” karena studi kasus lebih dikehendaki untuk melacak peristiwa-peristiwa kontemporer, bila peristiwa-peristiwa yang bersangkutan tidak dapat dimanipulasi dan penulis hanya memilki sedikit peluang untuk melakukan kontrol terhadap peristiwa-peristiwa yang akan diselidiki.

3.2Ruang Lingkup Penelitian

(55)

lingkup penelitian ini terdiri dari dua macam yaitu subyek dan obyek penelitian.

Yang menjadi subyek penelitian ini adalah Gereja Kristen Jawi Wetan Gresik dan bendahara I GKJW Gresik yaitu Ibu Bernadin. Ibu Bernadin adalah pensiunan karyawan PT. Pertokimia Gresik yang sekarang menjabat sebagai bendahara I di GKJW Gresik. Di PT. Petrokimia Gresik Ibu bernadin bekerja di bagian penggajian. Beliau telah menjabat sebagai bendahara I selama dua periode. Dan yang menjadi obyek penelitiannya adalah kebijakan akuntansi dan laporan keuangan Gereja Kristen Jawi Wetan Gresik.

3.3Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif tetapi data yang digunakan tidak hanya data yang bersifat kualitatif tetapi juga data yang bersifat kuantitatif. Bungin (2007:103) menyatakan bahwa data kualitatif diungkapkan dalam bentuk kalimat serta uraian-uraian, bahkan dapat berupa cerita pendek. Berdasarkan sumbernya, data kualitatif dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

1. Data primer merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan secara langsung dari sumber datanya. Data primer disebut juga data asli atau data baru yang bersifat up to date. Teknik yang dapat digunakan untuk

(56)

2. Data sekunder merupakan data yang didapat atau dikumpulkan dari berbagai sumber yang telah ada. Data sekunder dapat diperoleh dari data internal organisasi, buku-buku, laporan, jurnal, dan lain-lain. Dalam penelitian ini data sekunder yang bersifat kualitatif yang dibutuhkan antara lain:

a. Sejarah singkat dan perkembangan organisasi, struktur organisasi, job description masing-masing jabatan dalam organisasi.

b. Dasar kebijakan dan penyusunan yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan gereja.

Dalam penelitian ini juga membutuhkan data yang bersifat kuantitatif yaitu berupa:

a. Laporan keuangan tahunan Gereja Kristen Jawi Wetan

b. Catatan yang diperlukan dalam penyusunan laporan keuangan Gereja Kristen Jawi Wetan.

3.4Prosedur Pengumpulan Data

Pada penulisan penelitian ini menggunakan metode langsung, yaitu dengan cara mendatangi subjek penelitian secara langsung untuk meneliti, mengadakan wawancara, mengumpulkan data, dan menyimpulkan informasi yang telah diperoleh.

(57)

mengacu pada kesamaan hasil penelitian yang dicapai bila prosedur penelitian yang sama dipakai. Dalam penelitian ini menggunakan tiga prosedur penelitian, yaitu:

1. Studi Kepustakaan

Prosedur penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan, mempelajari, dan memahami buku-buku literatur juga sumber-sumber lainnya yang berisi konsep serta teori-teori yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas sebagai bahan analisis, yaitu pelaporan keuangan pada Gereja Kristen Jawi Wetan.

2. Survey Pendahuluan

Prosedur penelitian ini dilaksanakan dengan melakukan kunjungan langsung ke Gereja Kristen Jawi Wetan guna mengajukan izin penelitian serta menjelaskan latar belakang penelitian, tujuan penelitian, serta langkah-langkah penelitian. Melalui prosedur ini peneliti juga berusaha untuk mengumpulkan data awal untuk memperoleh gambaran tentang bagaimana keadaan Gereja Kristen Jawi Wetan yang terdiri dari sejarah singkat serta jenis kegiatan organisasi tersebut.

3. Studi Lapangan

Metode penelitian ini dilakukan secara langsung pada narasumber obyek penelitian yang diteliti yaitu pada bagian keuangan Gereja Kristen Jawi Wetan Gresik. Adapun metode yang dilakukan dalam studi lapangan ini antara lain:

(58)

Penelitian ini menggunakan metode wawancara mendalam dalam mengumpulkan data yang diperlukan untuk menjawab rumusan masalah yang telah dibuat. Wawancara mendalam menurut Gobo dkk (2007:15) adalah wawancara yang dilakukan dimana dua orang, biasanya tidak saling mengenal, duduk serta berbicara mengenai suatu topik yang spesifik. Dimana pewawancara menjelaskan suatu topik dan memberikan pertanyaan terkait topik tersebut dan kemudian pihak informan memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan. Wawancara ini dilaksanakan dengan mengambil narasumber dari Gereja Kristen Jawi Wetan yaitu bendahara gereja. Adapun pertanyaan yang akan diajukan adalah sebagai berikut:

1. Apa kebijakan akuntansi yang diterapkan di GKJW Gresik?

2. Siapakah yang berwenang untuk membuat kebijakan akuntansi di GKJW Gresik?

3. Apakah terdapat standar pelaporan keuangan yang diterapkan oleh GKJW Gresik?

4. Bagaimana prosedur pencatatan, penerimaan, dan pengeluaran kas di GKJW Gresik?

5. Dalam struktur organisasi GKJW Gresik, bagian apa yang bertanggungjawab dalam penerimaan kas, pencatatan kas, maupun pengeluaran kas?

(59)

7. Apakah di gereja ini pernah diadakan sosialisasi mengenai PSAK No.45 tentang laporan keuangan organisasi nirlaba?

b. Dokumentasi

Metode ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data dengan melihat, membaca, mempelajari, dan mencatat data-data dari dokumen, laporan, jurnal, dan buku-buku yang terdapat di Gereja Kristen Jawi Wetan untuk kemudian dikumpulkan, diolah, dan dianalisis guna penelitian lebih lanjut untuk masalah yang diteliti.

3.5Teknik Analisis Data

Setelah data yang dibutuhkan diperoleh selanjutnya data tersebut diolah dan dianalisis secara deskriptif dengan pendekatan kualitatif sehingga diperoleh kebenaran yang dapat digunakan untuk menjawab rumusan masalah dari penelitian ini.

Dalam penelitian ini, data yang telah dikumpulkan sebelumnya dari hasil pengamatan dan wawancara dihubungkan dengan literatur-literatur, teori-teori, maupun aturan-aturan yang berhubungan dengan permasalahan, kemudian dilakukan analisis dari informasi yang telah terkumpul dan menarik kesimpulan dari hasil analisis untuk memperoleh hasilnya.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Menyusun data sesuai dengan kerangka analisis yang telah dibuat. 2. Menganalisis perlakuan akuntansi yang diterapkan di GKJW Gresik,

(60)

yang terjadi sesuai dengan kebijakan akuntansi yang diterapkan oleh GKJW Gresik.

3. Mempelajari dan menganalisis laporan keuangan dan dokumen-dokumen keuangan lainnya milik Gereja Kristen Jawi Wetan Gresik. 4. Dari hasil analisis laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang

diterapkan GKJW Gresik, dilanjutkan dengan melakukan rekonstruksi dengan menyusun laporan keuangan gereja dengan berpedoman pada PSAK No. 45.

5. Membandingkan data yang diperoleh dengan landasan teori yang ada pada bab dua. Apakah terdapat perbedaan landasan teori dengan data yang diperoleh dari hasil pengamatan dan wawancara yang telah dilakukan.

(61)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Gambaran Umum Gereja Kristen Jawi Wetan Gresik

Berawal dari sebuah kebaktian dalam kompleks Semen Gresik pada tahun 1959 timbul sebuah gagasan dari seorang anggota GKJW untuk menggelar kebaktian keluarga dengan liturgi GKJW. Dalam perkembangannya di masa berikutnya lahirlah kelompok/himpunan orang-orang GKJW. Dengan adanya kebaktian-kebaktian yang sering terjadi kemudian berkembang menjadi suatu ibadah hari Minggu.

Pada awal Juni 1960 dibentuklah pengurus persekutuan orang-orang Kristen. Pengurus ini diketuai oleh bapak R. Harsono. Upaya pembentukan pengurus ini dilandasi oleh perlunya menampung aspirasi anggota terhadap pengembangan warganya. Salah satu kerinduan warganya adalah dapat menyelenggarakan kebaktian Minggu secara reguler. Untuk memenuhi aspirasi ini pengurus yang baru terbentuk melakukan pendekatan dengan jemaat di GKJW Gubeng.

(62)

1960. Pada tanggal tersebut kemudian ditetapkan sebagai hari lahirnya kelompok GKJW di Gresik.

Kebaktian pertama dilangsungkan di kediaman Bapak Sidharta di jalan Olah Raga (sekarang Jl. Jaksa Agung Suprapto). Dalam ibadah tersebut yang mengikuti ibadah berjumlah 39 orang. Karena situasi lingkungan yang tidak menguntungkan pelayanan, maka pada kebaktian yang ketiga tidak lagi diselenggarakan di kediaman Bapak Sidharta tetapi dipindahkan ke kediaman Bapak Tjiang di jalan Bandaran (sekaranag Jl. Harun Tohir). Alamat ini selanjutnya ditetapkan sebagai sekretariat GKJW pepanthan Gresik.

Karena regularitasnya dan semakin meningkatnya jumlah jemaat, maka timbul gagasan untuk memiliki sebuah tempat ibadah yang permanen. Sebagai langkah awal pelaksanaan programnya pengurus mengusulkan salah satu alternatif lokasi pembangunan rumah ibadah kepada pemerintah Kabupaten Gresik. Oleh pemerintah Kabupaten Gresik diberikan sebidang tanah di jalan Surabaya (sekarang Jl. Panglima Sudirman). Pada tanggal 6 Februari 1966, bertepatan dengan kebaktian hari Minggu yang ke 289, pemakaian rumah ibadah GKJW Gresik diresmikan dengan sebuah kebaktian khusus.

Dalam sejarahnya, GKJW dipimpin oleh beberapa pendeta, diantaranya adalah:

(63)

3. Bapak-bapak pendeta konsulen seperti Bapak Pdt. Witono Adi Soesilo, Bapak Pdt. Loemadyo Marmer, Bapak Pdt. Proewito, Bapak Pdt. Pasetyo Adi, Bapak Pdt. Drisuto.

4. Bapak Pendeta Moeljono Hadikoesoemo. 5. Ibu Pendeta Edi Prasetyaningsih.

6. Ibu Pendeta Ari Mustyorini.

4.1.1. Visi dan Misi Gereja Kristen Jawi Wetan Gresik

Berdasarkan Tata dan Pranata GKJW disebutkan bahwa visi dan misi gereja adalah:

Visi: “Karena kasih-Nya kepada dunia dengan segala isinya. Tuhan Allah yang Maha Kuasa, pencipta langit dan bumi, telah datang ke dunia ini dalam diri Yesus yang adalah Kristus, Tuhan Juru Selamat dunia. Dengan kedatangannya itu, Tuhan Allah melaksanakan karya-Nya terhadap dunia supaya kasih, sukacita, keadilan, kebenaran, damai sejahtera, berlaku dalam seluruh kehidupan dan tidak ada lagi maut, ratap tangis, perkabungan, dan duka cita.”

Misi:

1. Gereja Kristen Jawi Wetan dipanggil oleh Tuhan Allah untuk ikut serta melaksanakan rencana karya-Nya di dunia ini.

(64)

Misi tersebut dijalankan secara programatis melalui kegiatan-kegiatan pelayanan dibidang Teologi, Persekutuan, Kesaksian Cinta Kasih, dan Penatalayanan.

4.1.2. Struktur Organisasi GKJW Gresik

Ketika sebuah organisasi telah berdiri maka dibutuhkan struktur organisasi yang jelas. Struktur organisasi sangat penting karena mengatur tentang wewenang pekerjaannya, pekerjaan apa yang harus dikerjakan, siapa yang mengerjakan, dan kepada siapa pekerjaan tersebut dipertanggungjawabkan. GKJW Gresik sebagai sebuah organisasi tentu juga memiliki struktur organisasi. Struktur organisasi yang dimiliki GKJW Gresik adalah kombinasi dari lini, staf, dan panitia.

(65)

Struktur Organisasi GKJW Gresik

(66)

4.1.2.1.Majelis Jemaat Gresik

Yang dimaksud “Majelis Jemaat Gresik” adalah wahana bagi warga jemaat Gresik yang berada di kota Gresik, Balung Tunjung, dan Cerme serta tempat lain yang merupakan wilayah pelayanan Majelis Jemaat Gresik untuk bertemu, bermusyawarah, dan bermufakat dalam rangka melaksanakan panggilan serta kegiatan-kegiatan pelayanan.Majelis Jemaat Gresik merupakan perwujudan dari kesatuan warga GKJW yang berada di wilayah kabupaten Gresik yang berfungsi sebagai wakil dan warga GKJW. Pelayan Harian Majelis Jemaat

Yang dimaksud “Pelayan Harian Majelis Jemaat (PHMJ)” adalah badan yang dibentuk oleh Majelis Jemaat dari anggotanya untuk melaksanakan tugas sehari-hari Majelis Jemaat GKJW Gresik.

Anggota PMHJ terdiri atas:

a. Ketua, yakni seorang Pendeta

b. Wakil Ketua Bidang I, II, III, IV, dan V c. Sekretaris I, II, dan III

d. Bendahara I dan II e. Pembantu Umum

4.1.2.2.Badan Pembantu Majelis

(67)

1. Bidang Teologi (Bidang I)

Bidang Teologi terdiri dari beberapa komisi, yaitu: 1) Komisi Pembinaan Teologi (KPT)

2) Komisi Pembinaan Musik Gerejawi (KPMG) 3) Komisi Pembinaan Katekisasi (KPKT)

4) Komisi Pendidikan Teologi Warga Gereja (KPTWG) 2. Bidang Persekutuan (Bidang II)

Bidang persekutuan terdiri dari beberapa komisi, yaitu: 1) Komisi Pembinaan Anak dan Remaja (KPAR) 2) Komisi Pembinaan Pemuda dan Mahasiswa (KPPM) 3) Komisi Pembinaan Peranan Wanita (KPPW)

4) Komisi Pembinaan dan PelayananWarga Adi Usia (KPPWAU) 3. Bidang Kesaksian (Bidang III)

Bidang Kesaksian terdiri dari komisi sebagai berikut: 1) Komisi Pembinaan Kesaksian (KPK)

4. Bidang Pembinaan dan Pelayanan Cinta Kasih (Bidang IV)

Bidang Pembinaan dan Pelayanan Cinta Kasih terdiri dari komisi sebagai berikut:

1) Komisi Pembinaan Pelayanan (KPP) 5. Bidang Penatalayanan (Bidang V)

Bidang Penatalayanan terdiri atas komisi sebagai berikut: 1) Komisi Pembinaan Penatalayanan (KPPL)

(68)

6. Bidang Pembantu Lintas Bidang

Bidang pembantu Lintas Bidang terdiri atas beberapa komisi, yaitu: 1) Komisi Perbendaharaan Perbendaharaan (KP2-J)

2) Komisi Perencanaan, Penelitian, dan Pengembangan (Komperlitbang)

4.1.2.3.Komisi

Yang dimaksud “Komisi” adalah Badan Pembantu Majelis yang merupakan satuan unit kerja yang tugasnya mengusulkan perencanaan program sesuai kebutuhan warga jemaat dan melaksanakan program yang telah diputuskan oleh Majelis Jemaat Gresik di lingkup kerjanya.

4.1.2.4.Kelompok Kerja (POKJA)

Yang dimaksud “Kelompok Kerja (POKJA)” adalah bagian kegiatan pelayanan dari Badan Pembantu Majelis Jemaat yang dibentuk dengan tujuan agar pelaksanaan tugas dan penyebarluasan pembinaan warga lebih efektif dan efisien.

4.1.2.5.Panitia

Tujuan dibentuknya panitia adalah untuk membantu Majelis Jemaat dalam melaksanakan kegiatan tertentu dan bersifat temporer.

4.1.2.6.Wilayah

(69)

1. Wilayah I terdiri atas: a. KRW Kedanyang b. KRW Sumber Gunting 2. Wilayah II terdiri atas:

a. KRW BP Wetan b. KRW BP Kulon 3. Wilayah III terdiri atas:

a. KRW Ngipik-Sukorame b. KRW Petrokimia 4. Wilayah IV terdiri atas:

a. KRW Yosowilangun I b. KRW Pongangan 5. Wilayah V terdiri atas:

a. KRW Yosowilangun II b. KRW Randuagung

4.1.2.7.Kelompok Rukun Warga (KRW)

(70)

4.1.2.8.Pepanthan

Pepanthan adalah persekutuan warga GKJW yang berjumlah 50 jiwa/10-24 kepala keluarga. Pada lingkup GKJW Jemaat Gresik memiliki dua pepanthan, yaitu:

1. Pepanthan Cerme

2. Pepanthan Balong Tunjung

4.1.3.Penerimaan, Penyimpanan, Pengelolaan dan Pengeluaran Keuangan di GKJW Gresik

GKJW Gresik memperoleh pendapatan dari persembahan yang dikumpulkan dalam setiap Ibadah Minggu maupun Ibadah Keluarga. Setiap persembahan yang diterima akan langsung dikumpulkan kemudian dihitung oleh Majelis Jemaat. Menghitung persembahan ini tidak boleh hanya dilakukan oleh satu orang Majelis Jemaat tetapi harus ada saksi yang menyaksikan penghitungan persembahan. Majelis Jemaat akan membuat laporan dan meminta tanda tangan pendeta sebagai tanda pendeta sudah mengetahui. Jika pendeta tidak ada saat itu maka Majelis Jemaat yang menghitung persembahan yang menandatangani laporan tersebut setelah itu laporan diserahkan kepada bendahara II.

GKJW gresik mempunyai sumber pendapatan sebagai berikut: 1. Persembahan ibadah Minggu induk

2. Persembahan ibadah Minggu pepanthan 3. Persembahan anak dan remaja

(71)

5. Persembahan ibadah adi usia 6. Persembahan ibadah KRW 7. Persembahan ibadah wilayah 8. Persembahan ibadah khusus 9. Persembahan syukur

10. Persembahan bulanan 11. Persembahan perpuluhan 12. Persembahan perjamuan kudus 13. Persembahan SIDI

14. Persembahan permandian kudus 15. Persembahan pernikahan gereja 16. Persembahan unduh-unduh 17. Dana pembangunan

18. Donatur dan Sponsor 19. Pinjaman

Beban atau pengeluaran GKJW terdiri dari: 1. Pengeluaran rutin

a. Jaminan pendeta b. Jaminan vikar

c. Gaji tata usaha gereja d. Gaji tenaga lainnya e. Pengobatan

(72)

g. Pajak / rekening h. Administrasi i. Tamu

j. Ongkos jalan k. Perawatan gedung l. Penambahan inventaris m. Perawatan inventaris n. Perjamuan kudus o. Unduh-unduh 2. Biaya kerja rutin

a. Pepanthan/blok / KRW / dan lain-lain b. Komisi pembinaan Teologia

c. Komisi pembinaan Musik Gerejawi d. Komisi pembinaan Katekisasi e. PTWG

f. Komisi pembinaan anak dan remaja

g. Komisi pembinaan pemuda dan mahasiswa h. Komisi pembinaan peranan wanita

i. Komisi pembinaan dan pelayanan warga adi usia j. Komisi pembinaan kesaksian

(73)

n. Komisi urusan rumah tangga gereja o. Komperlitbang

p. Komisi pengawasan perbendaharaan jemaat 3. Pengeluaran pembangunan

a. Komisi pembinaan Teologia

b. Komisi pembinaan Musik Gerejawi c. Komisi pembinaan Katekisasi d. PTWG

e. Komisi pembinaan anak dan remaja

f. Komisi pembinaan pemuda dan mahasiswa g. Komisi pembinaan peranan wanita

h. Komisi pembinaan dan pelayanan warga adi usia i. Komisi pembinaan kesaksian

j. Komisi pembinaan pelayanan cinta kasih k. Komisi pendampingan masyarakat l. Komisi pembinaan penatalayanan m. Komisi urusan rumah tangga gereja n. Komperlitbang

o. Komisi pengawasan perbendaharaan jemaat 4. Dana persekutuan ke Majelis Daerah

5. Dana persekutuan ke Majelis Agung 6. Premi dana pensiun

(74)

a. Cinta kasih pendeta dan lektur b. Cinta kasih vikar

c. Cinta kasih TU gereja

d. Natal pendeta, TU da merbot e. Paskah dan Jumat Agung f. Arisan pembangunan g. Dauran penatua dan diaken h. Iuran BKSAG, Natal, dan Paskah i. HUT GKJW Gresik

j. Tenaga PRT Pastori k. Dana tak terduga

l. Pengembalian pinjaman m. Pengeluaran parkir

n. Diakonia / cinta kasih ke luar

GKJW Gresik membagi tempat penyimpanan kasnya menjadi tiga. Yang pertama dalam bentuk deposito di bank. Yang kedua disimpan oleh Bendahara I dan yang terakhir disimpan oleh Bendahara II. Setiap dana yang dicairkan dari bank harus melalui rapat Majelis Jemaat terlebih dahulu dan bukti pencairannya diserahkan kepada Bendahara I.

(75)

bendahara I memberikan dana sesuai dengan rencana anggaran yang telah ditetapkan.

Untuk kebutuhan dana yang bersifat tidak terduga seperti kebutuhan dana yang lebih besar dari yang dianggarkan atau kebutuhan operasional gereja yang tidak masuk dalam rencana anggaran, maka akan dilakukan rapat Majelis Jemaat. Dana yang kurang tersebut biasanya diambilkan dari ibadah Minggu atau simpanan dana abadi. Bendahara I setiap bulan memberikan kas kecil kepada bagian tata usaha gereja untuk keperluan inventaris dan operasional gereja. Bukti pengeluaran untuk inventaris dan operasional gereja ini kemudian diserahkan kepada Bendahara I.

Komisi Pengawasan Perbendaharaan Jemaat (KP2-J) bertugas untuk memeriksa setiap penerimaan dan pengeluaran yang disusun oleh Bendahara I dan Bendahara II. Pemeriksaan ini dilakukan setiap minggu dengan memeriksa buku kas dan laporan mingguan beserta bukti-bukti penerimaan maupun pengeluaran yang disimpan oleh Bendahara I. Jika terdapat transaksi yang tidak ada buktinya maka transaksi tersebut harus diganti oleh Bendahara I atau Bendahara II. Karena itu bukti transaksi tidak boleh hilang.

Proses pencatatan yang dilakukan oleh GKJW Gresik menggunakan

accrual basis. Yaitu transaksi keuangan yang diakui saat transaksi terjadi

(76)

Dalam penyusunan laporan keuangan GKJW Gresik dikerjakan oleh bendahara I dibantu bendahara II. Bendahara I bertugas mencatat pengeluaran harian, mingguan, dan bulanan dan bendahara II bertugas mencatat bagian penerimaan harian, mingguan, dan bulanan. Kemudian bendahara II menyerahkan laporan penerimaan kepada bendahara I untuk kemudian dimasukkan ke laporan keuangan mingguan dan bulanan yang disusun oleh bendahara I. Setelah laporan harian direkap menjadi laporan mingguan bendahara I menyerahkan laporan mingguan tersebut kepada Komisi Pengawasan Perbendaharaan Jemaat (KP2-J) yang bertugas untuk memeriksa laporan keuangan. Laporan keuangan mingguan yang telah diperiksa KP2-J akan dilampirkan dalam warta jemaat sebagai informasi keuangan bagi jemaat yang diterbitkan setiap hari minggu. Begitu pula dengan laporan keuangan bulanan, bendahara II menyerahkan catatan penerimaan sebulan kepada bendahara I yang kemudian direkap dengan catatan pengeluaran yang dicatat bendahara I, kemudian disusun menjadi laporan keuangan bulanan. Laporan keuangan bulanan ini juga diserahkan kepada KP2-J untuk diperiksa. Setiap tiga bulan sekali laporan bulanan ini akan dievaluasi dalam rapat Pengurus Harian Majelis Jemaat (PHMJ).

4.2. Deskripsi dan Hasil Penelitian

4.2.1. Praktik Akuntansi di GKJW Gresik

(77)

membuat kebijakan akuntansi. Kebijakan akuntansi di GKJW Gresik disusun melalui Sidang Pengurus Harian Majelis Jemaat (PHMJ) dengan berpedoman pada kebijakan yang telah disusun oleh Majelis Agung. Kebijakan akuntansi yang diterapkan GKJW Gresik saat ini adalah kebijakan akuntansi yang disusun pada tahun 2014. Kebijakan akuntansi yang disusun Majelis Agung harus diterapkan semua GKJW agar laporan keuangan yang disusun oleh gereja-gereja yang ada dibawah naungan Majelis Agung dan Majelis Daerah memiliki bentuk yang sama. Majelis Agung menentukan bahwa laporan keuangan yang harus diserahkan GKJW adalah laporan keuangan dengan format AB. Laporan keuangan format AB ini berisi A untuk pendapatan dan B untuk pengeluaran.

Gambar

Tabel 4.9 Usulan bentuk catatan atas laporan keuangan ...............................87
Gambar 2. 1
Gambar 2. 2
Gambar 2. 3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pemberian pupuk NPK pada tanaman jeruk manis dengan dosis 400 gram/tanaman pada penelitian ini merupakan pemberian pupuk dengan dosis optimum, hal tersebut terlihat dari

Berdasarkan permasalahan itu maka penelitian ini bertujuan untuk menilai keberhasilan pelepasliaran dengan menggambarkan dan membandingkan pola aktivitas antara

Selanjutnya untuk mengetahui hasil kuesioner secara lengkap dari sisi skor total untuk mengetahui rata rata minat terhadap musik Jawa campursari antara masyarakat

Penelitian ini hanya diaplikasikan pada jenis tanah lempung daerah Surabaya dengan cara membandingkan penampang tiang bentuk lingkaran dan segiempat yang pernah

Hal ini dikarenakan adanya pengaruh dari pertambahan beban pada katup disk yang mengakibatkan katup tertutup lebih cepat dan kombinasi dari tekanan aliran air

Aktivitas siswa diamati secara langsung selama proses pembelajaran menggunakan ICT. Untuk perbandingan aktivitas siswa pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada Tabel

Setelah mendapatkan hasil dari pengo- lahan dan analisis data, kemudian didapat per- kiraan, faktor-faktor apa saja atau komponen apa saja yang dapat menjadi kerangka

menunjukkan bahwa karaginan yang di- hasilkan dari rumput laut yang dipanen pada usia panen 45 hari memiliki rendemen, kadar sulfat dan unit 3,6-anhidro- D-galaktosa yang