• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAHAN DAN METODE. Tahap I Pemeriksaan Kemurnian Kultur Starter dan Penentuan Kurva Pertumbuhan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAHAN DAN METODE. Tahap I Pemeriksaan Kemurnian Kultur Starter dan Penentuan Kurva Pertumbuhan"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Susu, Bagian Teknologi Hasil Ternak, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Laboratorium Pasca Panen Pertanian Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen, Bogor, dan Laboratorium Balai Besar Industri Agro (BBIA), Bogor. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Oktober 2009.

Materi

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah kultur starter bakteri S. thermophilus (St RRM-01), L. bulgaricus (Lb RRM-01), L. plantarum (Lp RRM-01), L. acidophilus (La RRM-01), B. longum (Bl RRM-01) koleksi dari Laboratorium Pengolahan Susu, Bagian Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, inulin, laktosa, de-Man rogosa sharpe broth (MRSB), bacteriological agar (BA), plate count agar (PCA), violet red bile agar (VRBA), buffer pepton water (BPW), susu skim, MRS-IM maltosa, MRS-IM glukosa (dichloxallin, LiCl dan cystein hydrocloride) dan AnaeroGenTM Oxoid Ltd.

Alat-alat yang digunakan adalah cawan Petri, labu Erlenmeyer, tabung reaksi, pipet, pemanas, refrigerator, mikroskop, autoclave, incubator, stopwatch, sentrifus dingin, oven, pengaduk, ayakan 12 dan 20 mesh, spektrofotometer, panci, mortar, scanning electron microscope (SEM), kemasan aluminium foil berlapis low density polyethylene (LDPE), sealer vacuum dan timbangan digital.

Tahap I Pemeriksaan Kemurnian Kultur Starter dan Penentuan Kurva Pertumbuhan

Penentuan Kemurnian Kultur Starter

Pemeriksaan kultur starter menggunakan metode pewarnaan Gram dan uji katalase. Pemeriksaan kultur starter S. thermophilus (St RRM-01), L. bulgaricus (Lb RRM-01), L. plantarum (Lp RRM-01) dan bakteri probiotik L. acidophilus (La RRM-01) serta B. longum (Bl RRM-01) dilakukan dengan metode pewarnaan

(2)

Gram (Fardiaz 1989), jika terdapat kontaminasi maka dibuat goresan kuadran dan dimurnikan kembali, tetapi jika sudah murni, maka disegarkan dan diperbanyak dengan cara mengambil satu öse untuk ditumbuhkan dalam media MRS broth dan kemudian diinkubasi pada suhu 37 C selama 24 jam.

Uji katalase dilakukan menggunakan bahan kimia H2O2. Satu öse bakteri dioleskan pada gelas objek, kemudian ditetesi oleh satu tetes H2O2, jika dihasilkan gelembung gas, maka bakteri yang diuji termasuk kelompok bakteri katalase positif, sebaliknya bila bakteri yang diuji tidak menghasilkan gelembung maka bakteri tersebut termasuk bakteri katalase negatif. Bakteri asam laktat termasuk kelompok bakteri katalase negatif.

Penentuan Kurva Pertumbuhan Kultur Starter dan Bakteri Probiotik

Kultur bakteri yang digunakan sebagai starter adalah S. thermophilus (St RRM-01), L. bulgaricus (Lb RRM-01), L. plantarum (Lp RRM-01), sedangkan L. acidophilus (La RRM-01) dan B. longum (Bl RRM-01) sebagai bakteri probiotik. Kurva pertumbuhan diperoleh dari pengamatan terhadap pertumbuhan kultur starter dan bakteri probiotik diinokulasikan pada media MRSB (deMan Rogosa Sharpe Broth) lalu diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37 C. Pengamatan pertumbuhan dan perhitungan jumlah bakteri dimulai pada awal inkubasi (jam ke-0) dan setiap 1 jam sampai jam ke-24 dengan cara melakukan pengukuran OD (optical density) pada λ = 620 nm dengan menggunakan spektrofotometer (Apriyantono et al. 1989).

Kultur bakteri yang digunakan dikondisikan pada viabilitas yang tinggi, sehingga diperoleh jumlah populasi setelah dalam bentuk granul dengan jumlah minimal 107 CFU/g. Kurva pertumbuhan tersebut digunakan untuk penentuan fase-fase pertumbuhan kultur starter sehingga dapat diperoleh kondisi kultur yang optimal untuk digunakan sebagai starter. Berdasarkan hasil penentuan waktu inkubasi yang optimum, kemudian dilakukan perbanyakan bakteri asam laktat dan bakteri probiotik, untuk dipanen sel-selnya sebagai bahan baku pembuatan kultur starter susu fermentasi dan probiotik.

(3)

Tahap II Pembuatan Bakteri Probiotik Terenkapsulasi dan Granul Kultur Starter serta Aplikasinya

Pembuatan Bakteri Probiotik Terenkapsulasi

Tahapan enkapsulasi bakteri probiotik L. acidophilus (La RRM-01) atau B. longum (Bl RRM-01) ditunjukkan pada Gambar 5. Metode enkapsulasi yang digunakan berdasarkan hasil modifikasi dari Reyed (2007). Proses enkapsulasi probiotik diawali dengan penumbuhan L. acidophilus (La RRM-01) atau B. longum (Bl RRM-01) (5% v/v kultur kerja) dalam MRSB (deMan Rogosa Sharp Broth), diinkubasi pada suhu 37 C selama 24 jam, dan dipanen pada fase log (fase pertumbuhan). Sel-sel bakteri dipisahkan melalui sentrifugasi dingin (pada suhu 4 C, 10 000 G selama 20 menit). Sel dari 50 ml broth dilarutkan pada 100 ml larutan 10% susu skim (w/v), 5% gliserol (v/v) dan 0.1% CaCO3 (w/v), inulin 2% (untuk L. acidophilus dan B. longum), kemudian diperangkap selama 45 menit di dalam 100 ml larutan alginat steril dengan konsentrasi 3%. Campuran tersebut diteteskan pada larutan CaCl2 0.1 M menggunakan spuit selama satu jam. Gel yang terbentuk dipindahkan ke dalam larutan NaCl fisiologis (0.85%) untuk mengompakkan struktur gel. Gel-gel yang terbentuk selanjutnya dimasukkan ke air destilasi dan diputar secara perlahan selama satu jam untuk menghilangkan residu CaCl2. Pengeringan butiran gel hasil enkapsulasi menggunakan alat freeze dry. Karakterisasi hasil enkapsulasi meliputi pengamatan terhadap morfologi dan ukuran partikel dengan menggunakan scanning electron microscope (SEM).

Pembuatan Kultur Starter dengan Probiotik Terenkapsulasi dalam Bentuk Granul (Ansel 1989; Fardiaz 1992)

Pembuatan kultur starter dalam bentuk granul dengan probiotik terenkapsulasi diawali dengan inokulasi kultur starter yang digunakan, yaitu S. thermophilus (St RRM-01) dan L. bulgaricus (Lb RRM-01) sebagai kultur starter yogurt, serta L. plantarum (Lp RRM-01) sebagai kultur starter dadih sebanyak 5% v/v kedalam susu skim cair steril untuk menghasilkan kultur kerja. Inkubasi dilakukan pada suhu 37 C dengan lama inkubasi sesuai dengan fase logaritmik masing-masing kultur starter. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan jumlah dan kondisi kultur starter yang optimal dan juga untuk menghindari fase

(4)

lag atau fase adaptasi yang terlalu lama sebelum aktif memfermentasi susu. Waktu inkubasi S. thermophilus (St RRM-01) dan L. bulgarigus (Lb RRM-01) selama 10 jam dan L. plantarum (Lp RRM-01) diinkubasi selama 14 jam. Selanjutnya setelah waktu inkubasi berakhir, ditambahkan maltodekstrin 4% sebagai bahan pengisi dan laktosa 6% sebagai zat pelindung, kemudian dihomogenkan dengan cara pengadukan. Bubuk kultur starter kering diperoleh melalui proses pengeringan dengan metode spray dry (suhu inlet 180 C dan outlet 80 C).

Bubuk kultur starter yang diperoleh kemudian diproses lanjut untuk menghasilkan granul dengan metode granulasi basah. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan formulasi granul kultur starter terdiri atas kultur starter dalam bentuk bubuk hasil spray dry, probiotik terenkapsulasi kering hasil freeze dry, laktosa, larutan sukrosa 60% (b/v) sebagai bahan pengikat dan digunakan hingga granul terasa lembab, sodium starch glycolate (SSG) dan susu skim. Tahapan proses granulasi basah terdiri atas penimbangan bahan-bahan yang digunakan, pencampuran hingga homogen, penambahan larutan sukrosa sebagai larutan pengikat, dan pengayakan tahap pertama dengan ayakan ukuran 12 mesh. Hasil ayakan dikeringkan dengan oven 40 C selama 2 jam. Setelah itu dilakukan pengayakan tahap kedua menggunakan ayakan ukuran 20 mesh. Tahapan pembuatan kultur starter yogurt dan dadih dalam bentuk granul berturut-turut ditunjukkan pada Gambar 6 dan 7. Tabel 3 dan 4 menunjukkan formulasi kultur starter dalam bentuk granul pada produk yogurt dan dadih.

Tabel 3 Formulasi granul kultur starter yogurt

Bahan Granul Formulasi (%)

YL21S1 YL20S2 YL19S3

Bakteri kultur starter:

S. thermophilus 25 25 25  L. bulgaricus 25 25 25 Bakteri probiotik:  L. acidophilus 1 1 1  B. longum 1 1 1 Laktosa 21 20 19 Susu skim 26 26 26

Sodium starch glycolate 1 2 3

(5)

Tabel 4 Formulasi granul kultur starter dadih

Bahan Granul Formulasi (%)

DL21S1 DL20S2 DL19S3

Bakteri kultur starter:

L. plantarum 50 50 50 Bakteri probiotik:  L. acidophilus 1 1 1  B. longum 1 1 1 Laktosa 21 20 19 Susu skim 26 26 26

Sodium starch glycolate 1 2 3

Total 100 100 100

Gambar 5 Tahapan proses enkapsulasi bakteri probiotik L. acidophilus (La RRM-01) atau B. longum (Bl RRM-01).

pemisahan sel-sel bakteri melalui sentrifugasi dingin (suhu 4 C 10 000 G selama 20 menit)

dipanen pada fase logaritmik

sel dari 50 ml broth dilarutkan pada 100 ml larutan (10% susu skim bubuk, 5% gliserol dan 0.1% CaCO3, inulin 2% sebagai prebiotik

untuk L. acidophilus dan B. longum)

campuran tersebut diteteskan pada pada larutan CaCl2 0.1 M dengan spuit hingga membentuk gel

pengeringan (freeze dry) biokapsul inokulasi pada MRSB Isolat bakteri probiotik

inkubasi pada suhu 37 C sesuai dengan waktu yang diperoleh pada optimasi

diperangkap selama 45 menit dialam 100 ml larutan alginat steril dengan konsentrasi 3%

(6)

Gambar 6 Tahapan pembuatan kultur starter yogurt dalam bentuk granul.

Gambar 7 Tahapan pembuatan kultur starter dadih dalam bentuk granul. Biokapsul L. acidophilus

dan B. longum (inulin 2%) Inkubasi (10 jam)

Susu + S. thermophilus Susu + L. bulgaricus

Inkubasi (10 jam)

Penepungan (metode spray dry) Penepungan (metode spray dry)

Homogenisasi (pencampuran)

Starter yogurt bubuk

Formulasi granul

Starter yogurt dalam bentuk granul

Biokapsul L. acidophilus dan B. longum (inulin 2%)

Susu + L. plantarum

Inkubasi (14 jam)

Penepungan (metode spray dry)

Starter dadih bubuk

Formulasi granul

Starter dadih dalam bentuk granul

(7)

Penentuan Jumlah Koloni Kultur Starter dan Bakteri Probiotik

Jumlah koloni kultur starter dan bakteri probiotik ditentukan dengan metode hitungan cawan, untuk melaporkan hasil analisis digunakan Standard Plate Count (SPC). Pengambilan data populasi dilakukan saat awal akan dilakukan proses pengeringan (bakteri probiotik menggunakan freeze dry dan kultur starter menggunakan spray dry) dan setelah pengeringan dengan proses pemupukan. Pemupukan dilakukan dengan media deMan Rogosa Sharpe Agar (MRSA) dengan cara 1 ml inokulan dipipet ke dalam cawan Petri steril dan selanjutnya medium MRSA yang telah dingin (suhu kira kira 37 C) dituangkan ke dalam cawan Petri steril tersebut sebanyak 12–15 ml. Campuran tersebut dihomogenkan dengan cara cawan Petri digerakkan dengan arah membentuk angka delapan. Cawan Petri diinkubasikan setelah agar mengeras, dengan posisi terbalik pada suhu 37 C selama 24–48 jam. Pengujian populasi bakteri probiotik sebelum dan sesudah dikeringbekukan serta bakteri kultur starter sebelum dan sesudah dikeringkan dengan metode semprot dihitung dan dianalisis dengan menggunakan t-test. Jumlah koloni per gram dihitung dengan rumus :

Jumlah koloni/g = Jumlah koloni per cawan ×

n pengencera faktor

1

Total Plate Count (Dewan Standardisasi Nasional 1992)

Pemupukan dilakukan dengan media Plate Count Agar (PCA) dengan cara 1 ml inokulan dipipet ke dalam cawan Petri steril dan selanjutnya medium PCA yang telah dingin (suhu kira kira 40–50 C) dituangkan ke dalam cawan Petri steril tersebut sebanyak 12–15 ml. Campuran tersebut dihomogenkan dengan cara cawan Petri digerakkan membentuk angka delapan. Cawan Petri diinkubasikan setelah agar mengeras dengan posisi terbalik pada suhu 37 C selama 24–48 jam. Jumlah bakteri ditentukan dengan metode hitungan cawan dan untuk melaporkan hasil analisis digunakan Standard Plate Count (SPC).

Jumlah Bakteri Koliform (Dewan Standardisasi Nasional 1992)

Penentuan jumlah koliform dilakukan dengan cara sebanyak 1 ml dari inokulan dipipet ke dalam cawan Petri steril dan dipupukkan sebanyak 10–15 ml

(8)

media VRBA (suhu antara 45–48 C). Cawan Petri dihomogenkan dengan cara digerakkan membentuk angka delapan, setelah memadat sebanyak 3–4 ml media VRBA cair dituangkan kembali (overlay) di atas permukaan agar. Setelah media mengeras cawan Petri diinkubasikan pada posisi terbalik pada suhu 37C selama 24–48 jam. Jumlah mikroba ditentukan dengan metode hitungan cawan dan untuk melaporkan hasil analisis digunakan Standart Plate Count (SPC).

Prosedur Pengujian Kualitas Fisik Granul Kultur Starter serta Aplikasinya

Waktu Larut (Wells 1987)

Sampel granul sebanyak 10 g diukur waktu larutnya dengan cara memasukkan sampel ke dalam 60 ml air dalam gelas ukur bersamaan dengan dimulainya perhitungan waktu dengan menggunakan stopwatch. Kelarutan dinyatakan dalam menit.

Indeks Kompresibilitas (Wells 1987)

Sampel granul sebanyak 50 g dimasukkan dalam gelas ukur 100 ml, lalu diukur volumenya (V1). Berat jenis bulk = m/V1. Massa dalam gelas ukur diketuk-ketukkan dari ketinggian 2.5 cm sampai volume tetap (V2). Berat jenis mampat = m/V2. Kriteria indeks kompresibilitas diperlihatkan pada Tabel 5. Persamaan yang digunakan untuk menentukan indeks kompresibilitas adalah:

Indeks kompresibilitas (%) = 100% mampat jenis berat bulk jenis berat -mampat jenis berat 

Tabel 5 Kriteria indeks kompresibilitas

Indeks kompresibilitas (%) Kategori laju alir < 10 Istimewa 10 – 15 Baik 16 – 20 Sedang 21 – 25 Cukup baik 26 – 31 Jelek 32 – 37 Sangat Jelek >38 Sangat-sangat jelek Sumber : United State Pharmacopeia (2005)

(9)

Nilai pH (Apriyantono et al. 1989)

Pengukuran pH menggunakan pH meter yang distandardisasi dengan larutan buffer pH 4 dan 7 sebelum digunakan. Sampel sebanyak 10 ml diambil, kemudian elektroda dibilas dengan air aquades. Elektroda dikeringkan dengan kertas tisue kemudian dicelupkan ke dalam sampel. Elektroda dibiarkan tercelup beberapa saat. Nilai yang dibaca adalah nilai saat pH meter telah stabil.

Total Asam Tertitrasi (Fardiaz 1992)

Pengukuran total asam tertitrasi menggunakan prinsip asam basa. Sampel sebanyak 10 ml dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer kemudian ditambahkan 2– 3 tetes indikator phenolphtalein 1%. Sampel dititrasi dengan larutan NaOH 0.1 N sampai terbentuk warna merah muda dan tidak hilang dalam waktu 30 detik.

Total Asam Tertitrasi (%) = 100%

sampel V ) 1000 90 ( NaOH N NaOH V   

Viskositas (Rahman et al. 1992)

Pengukuran viskositas menggunakan alat rotational viscometer (Rion Viscotester VT-04F). Sampel sebanyak 100 ml dimasukkan ke dalam tempat yang tersedia. Rotor dicelupkan ke dalam sampel dan dibiarkan berputar sampai jarum skala penunjuk berhenti pada skala tertentu. Skala yang terbaca menunjukkan viskositas dari sampel dengan satuan viskositas adalah dPa.s.

Rancangan Penelitian dan Analisis Data

Rancangan penelitian yang digunakan untuk menganalisis penentuan formula terbaik masing-masing produk susu fermentasi adalah rancangan acak lengkap dengan 3 ulangan. Penentuan formula terbaik berdasarkan imbangan laktosa : sodium starch glycolate (SSG) dinotasikan sebagai berikut: L21S1, L20S2 dan L19S3 dan evaluasi granul (kompresibilitas dan daya larut). Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam atau analysis of variance (ANOVA) (Steel dan Torrie 1993) dan bila perlakuan berpengaruh nyata terhadap peubah yang diukur, maka dilanjutkan dengan Duncan Multiple Range Test (uji Duncan) untuk mengetahui perbedaan diantara perlakuan tersebut. Data pH, total asam

(10)

tertitrasi dan viskositas dianalisis menggunakan uji non-parametrik Kruskal-Wallis. Penentuan formula terbaik dilakukan dengan pemberian nilai (skoring) terhadap peubah yang dianalisis. Pemberian nilai meliputi aspek mikrobiologis granul dan aplikasi produk (populasi BAL, LA dan BL tertinggi); evalusi granul (kompresibilitas sesuai standar yang ada dan waktu larut) serta nilai pH, total asam tertitrasi sesuai standar yang ada dan viskositas. Jika diperoleh hasil yang berada dalam kisaran standar, maka diberi nilai yang sama yaitu 5. Apabila hasil yang diperoleh tidak berada dalam kisaran standar, maka pemberian nilai berdasarkan peringkat hasil terbaik. Formula terbaik imbangan laktosa : sodium starch glycolate (SSG) yang dihasilkan selanjutnya digunakan untuk penyimpanan granul kultur starter. Penentuan nilai (skoring) berdasarkan standar produk ditunjukkan pada Tabel 6.

Tabel 6 Penentuan nilai berdasarkan standar produk

Kriteria penilaian Standar produk Penentuan nilai Kualitas mikrobiologis:

- Populasi BAL granul dan aplikasi produk

107 CFU/g* 1. Berada dalam kisaran standar diberi nilai 5 2. Jika tidak ada yang

berada dalam kisaran standar, penilaian berdasarkan peringkat hasil terbaik (nilai tertinggi 5 dan nilai terendah 1)

- Populasi LA granul dan aplikasi produk

107 CFU/g* - Populasi BL granul dan

aplikasi produk

107 CFU/g* Evaluasi granul:

- Kompresibilitas Sesuai kriteria**

- Waktu larut Belum ada

Aplikasi produk:

- pH 4.2–4.6***

- Total asam tertitrasi 0.5–2.0%****

- Viskositas Belum ada

Ket : * = Sultana et al. (2000)

** = United State Pharmacopeia (2005) *** = Sudarmadji et al. (1989)

**** = Dewan Standardisasi Nasional (1992)

Tahap III Penyimpanan dan Evaluasi Kualitas Granul Kultur Starter serta Aplikasinya

Granul kultur starter yang dihasilkan dikemas secara vakum menggunakan kemasan aluminium foil berlapis plastik low density polyethylene (LDPE). Produk yang telah dikemas selanjutnya disimpan selama 10 minggu pada suhu 4±1 C

(11)

(suhu refrigerator). Kondisi ruangan penyimpanan memiliki kelembaban 65% dengan suhu berkisar antara 27–29 C. Pengujian viabilitas kultur starter dalam granul yaitu meliputi penghitungan populasi bakteri asam laktat (BAL), L. acidophilus (La RRM-01) dan B. longum (Bl RRM-01). Pengamatan hasil aplikasi granul meliputi aspek mikrobiologis (BAL, LA dan BL) serta pengujian pH, total asam tertitrasi (TAT) dan viskositas produk.

Aplikasi Granul Kultur Starter untuk Menghasilkan Yogurt dan Dadih Sinbiotik

Granul kultur starter yang diproduksi dan disimpan dingin (4 ± 1 ºC) selanjutnya diaplikasikan untuk menghasilkan produk susu fermentasi. Tahapan aplikasi granul sebagai kultur starter untuk menghasilkan yogurt dan dadih ditunjukkan pada Gambar 8 dan 9. Parameter yang diamati dalam pengujian kualitas mikrobiologis produk susu fermentasi (yogurt dan dadih) adalah populasi BAL, LA dan BL.

Gambar 8 Tahapan pembuatan yogurt menggunakan granul kultur starter. Inokulasi granul kultur starter yogurt

Inkubasi (suhu 37 C ; waktu 10 jam)

Yogurt

Penuangan dalam wadah Susu skim cair

Pasteurisasi pada suhu 85 C selama 30 menit (SNF 16%)

(12)

Gambar 9 Tahapan pembuatan dadih menggunakan granul kultur starter.

Jumlah Bakteri Lactobacillus acidophilus dan Bifidobacterium longum (Dave & Shah 1996; Roy 2001)

Perhitungan jumlah bakteri probiotik didalam produk susu fermentasi yang

dihasilkan menggunakan media MRS-IM maltosa dan MRS-IM glukosa. L. acidophilus dipupukkan pada medium agar MRS-IM yaitu MRS dengan

penambahan maltosa sedangkan B. longum dipupukkan pada medium agar MRS-IM yaitu MRS dengan penambahan glukosa dan solusi dichloxallin, LiCl dan cystein hydrocloride. Teknik pemupukan dilakukan secara aseptik dengan cara memipet sampel yang telah diencerkan dan dipupuk sebanyak satu milliliter ke dalam cawan Petri steril. Media agar dituang ke dalam cawan Petri lalu dihomogenkan sehingga merata, setelah agar mengeras diinkubasi pada suhu 37 C selama 72 jam pada kondisi anaerob. Koloni yang tumbuh berwarna putih dan kekuningan merupakan koloni bakteri asam laktat yang ditumbuhkan.

Susu cair

Evaporasi susu (50% ; 80-85 C selama 30 menit)

Homogenisasi dan pendinginan suhu sampai 45 C

Inokulasi granul starter kering dadih Penuangan dalam wadah

Inkubasi (suhu 37 C ; waktu 14 jam)

(13)

Rancangan Penelitian dan Analisis Data selama Penyimpanan

Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap yang terdiri atas 5 perlakuan (lama penyimpanan 0, 1, 2, 5 dan 10 minggu) dengan 3 ulangan. Data dianalisis dengan sidik ragam atau analysis of variance (ANOVA) dan bila berbeda nyata diuji dengan Duncan (Steel dan Torrie 1993).

Gambar

Tabel 3  Formulasi granul kultur starter yogurt
Tabel 4  Formulasi granul kultur starter dadih
Gambar 6  Tahapan pembuatan kultur starter yogurt dalam bentuk granul.
Tabel 5  Kriteria indeks kompresibilitas
+4

Referensi

Dokumen terkait

Manfaat dari pendekatan resource based learning yaitumemberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja menurut kecepatan dan kesanggupan masing-masing dan tidak dipaksa

penelitian kami cabe jawa tidak dapat menurunkan jumlah limfosit secara signifikan. Apabila dibandingkan pemberian minyak atsiri bawang putih dan minyak atsiri cabe jawa secara

Berdasarkan hasil validasi dan penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa media KIT ikatan kimia sangat layak digunakan dalam mengajarkan materi

Menganalisis penerapan dan pelaksanaan manajemen keselamatan radiasi pada instalasi radiologi (organisasi proteksi radiasi, pemantauan dosis dan radioaktivitas,

Setelah diadakanya program pelatihan bengkel nelayan ini pihak Rukun Nelayan mendirikan bengkel untuk para peserta, sehingga para peserta dapat memperbaiki mesin

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

sisa dari keuntungan tersebut jatuh lagi kepada masyarakat miskin sehingga manfaat bagi masyarakat miskin lebih kecil ketimbang manfaat yang diterima orang pertama

5) papan adalah kayu gergajian yang dapat digolongkan ke dalam papan tipis, papan tebal, dan papan lis dengan tebal 20 mm atau lebih dan lebar 150 mm atau lebih; 6) kaso adalah