• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI DUA VARIETAS TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill) SECARA HIDROPONIK ENDANG WIJAYANTI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI DUA VARIETAS TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill) SECARA HIDROPONIK ENDANG WIJAYANTI"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

(

Lycopersicon esculentum

Mill) SECARA HIDROPONIK

ENDANG WIJAYANTI

A24070133

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012

(2)

(

Lycopersicon esculentum

Mill) SECARA HIDROPONIK

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh

ENDANG WIJAYANTI

A24070133

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012

(3)

ENDANG WIJAYANTI. Pengaruh Komposisi Media Tanam terhadap Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Tomat (Lycopersicon esculentum Mill) secara Hidroponik. Dibimbing oleh ANAS DINURROHMAN SUSILA

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh komposisi media tanam dan sifat fisik media tanam terhadap pertumbuhan dan produksi dua varietas tomat secara hidroponik di dalam greenhouse. Penelitian ini dilaksanakan mulai Maret sampai dengan Juli 2011 di greenhouse Unit Lapangan Cikabayan, University Farm, Institut Pertanian Bogor.

Percobaan disusun faktorial dalam Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan dua faktor dan empat ulangan. Faktor pertama adalah varietas (Arthaloka dan Permata) dan faktor kedua adalah komposisi media tanam yang terdiri atas lima jenis perlakuan yaitu 100% arang sekam (v/v), 75% arang sekam + 25% kompos daun bambu (v/v), 50% arang sekam + 50% kompos daun bambu (v/v), 25% arang sekam + 75% kompos daun bambu (v/v), dan 100% kompos daun bambu (v/v). Percobaan terdiri dari 10 kombinasi perlakuan dan 4 kali ulangan sehingga terdapat 40 satuan percobaan, setiap satuan percobaan terdiri dari tiga tanaman maka secara keseluruhan terdapat 120 tanaman.

Benih yang digunakan yaitu varietas Arthaloka dan Permata, dengan tipe pertumbuhan semi determinate (Arthaloka) dan determinate (Permata). Larutan hara yang dipakai adalah pupuk AB mix, yang terdiri atas stock A dan stock B. Penyiraman dilakukan bersamaan dengan pemupukan (fertigasi) menggunakan instalasi drip irigasi. Penyiraman rutin dilakukan 3 kali sehari, dengan volume ±100 ml pada umur 1-2 MST, ±200 pada umur 3 MST, ±300 ml pada umur 4-6 MST, ±400 ml pada umur 7-10 MST, dan 300 ml pada umur 11-14 MST. Tomat varietas Arthaloka dan varietas Permata tidak cocok dibudidayakan secara hidroponik di dalam greenhouse Unit Lapangan Percobaan Cikabayan University Farm IPB. Penambahan media tanam kompos daun bambu untuk media tanam hidroponik lebih baik dibandingkan penggunaan arang sekam 100% (v/v). Tidak terdapat interaksi antara varietas dan komposisi media tanam.

(4)

Judul : PENGARUH KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI DUA VARIETAS TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill) SECARA HIDROPONIK

Nama : Endang Wijayanti NIM : A24070133

Menyetujui, Pembimbing

Dr. Ir. Anas Dinurrohman Susila, M.Si NIP. 19621127 198703 1 002

Mengetahui

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB

Dr. Ir. Agus Purwito, M. Agr NIP: 19611101 198703 1 003

(5)

Penulis dilahirkan pada tanggal 30 September 1989 di Purworejo, Jawa Tengah. Penulis merupakan anak kedua pasangan Bapak Darwoto dan Ibu Sri Ningkapti.

Penulis menyelesaikan pendidikan formal dimulai dari TK Tunas Harapan tahun 1995, kemudian pendidikan dasar di SD Negeri 1 Krandegan pada tahun 2001. Pada tahun 2001 penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama di SMP N 3 Purworejo dan lulus pada tahun 2004. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di SMA N 1 Purworejo dan lulus tahun 2007. Tahun 2007 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI) sebagai mahasiswa Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.

Selama mengikuti pendidikan di IPB, penulis pernah menjadi asisten Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam pada tahun 2009 - 2011, Dasar-dasar Agronomi pada tahun 2010/2011, Dasar-dasar Hortikultura pada tahun 2010/2011. Penulis pernah mendapatkan beasiswa Bantuan Belajar Mahasiswa (BBM) pada tahun 2009 - 2011.

Selama pendidikan di IPB penulis pernah menjadi pengurus LDK Al Hurriyyah paeriode 2007/2008, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Pertanian periode 2008/2009, Forum Komunikasi Rohis Departemen (FKRD) periode 2009/2010, dan Himpunan Mahasiswa Agronomi periode 2009/2010. Selain itu penulis pernah bergabung menjadi panitia Penyambutan Mahasiswa Baru Salam ISC Al Hurriyyah pada tahun 2009 dan 2011 dan panitia Festival Tanaman XXIX dan XXXI pada tahun 2008 dan 2010.

(6)

Rasa syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena dengan segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul “Pengaruh Komposisi Media Tanam terhadap Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Tomat (Lycopersicon esculentum Mill) secara Hidroponik”. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada Rasulullah SAW juga kepada keluarga, sahabat, dan umatnya yang senantiasa berjuang hingga hari akhir nanti.

Penelitian mengenai pengaruh komposisi media tanam terhadap pertumbuhan dan produksi dua varietas tomat (Lycopersicon esculentum Mill) secara hidroponik bertujuan agar diperoleh varietas yang cocok dibudidayakan di

greenhouse dan komposisi media tanam yang sesuai untuk dibudidayakan secara hidroponik. Penelitiann dilaksanakan di Grennhouse Unit Lapangan Cikabayan University Farm IPB.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada ;

1. Dr. Ir. Anas Dinurrohman Susila, M.Si atas bimbingan dan arahannya selama kegiatan penelitian dan penulisan skripsi

2. Dr. Dewi Sukma, SP MSi dan Dr. Rahmi Yunianti, SP MSi sebagai dosen penguji

3. Kedua Orang tua, Kakak, dan Adik atas doa, dukungan dan semangatnya

4. Teman-teman AGH 44 dan Forum Silaturahim Faperta atas doa dan bantuannya selama penelitian

5. Keluarga besar Wisma Ayu, Sahabat Lolipop , dan Agraris atas doa dan semangatnya selama penyelesaian skripsi

Penulis berharap penelitian ini berguna bagi pembaca pada umumnya dan untuk kemajuan pertanian kedepannya. Saran dan kritik akan selalu kami terima dan akan membantu kami menjadi lebih baik dan bermanfaat.

Bogor, Maret 2012

(7)

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1 Tujuan ... 2 Hipotesis ... 2 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tomat ... 3

Syarat Tumbuh Tomat ... 4

Panen ... 5

Sistem Hidroponik ... 5

Irigasi Tetes ... 6

Larutan Hara ... 7

Arang Sekam ... 7

Kompos Daun Bambu ... 8

Potensi Hasil Tomat Varietas Arthaloka dan Permata ... 9

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu ... 10

Bahan dan Alat ... 10

Metode Penelitian ... 10

Pelaksanaan ... 11

Pengamatan ... 13

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum ... 14

Tinggi Tanaman ... 17

Jumlah Daun ... 18

Jumlah Bunga ... 19

Jumlah Tandan Bunga ... 20

Jumlah Bunga Gugur ... 21

Jumlah Buah per Tanaman ... 22

Bobot Buah per Tanaman ... 23

Bobot per Buah ... 24

Grade Buah ... 26

Pembahasan ... 26

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 30

Saran ... 30

DAFTAR PUSTAKA ... 31

(8)

Teks 1

Hasil Analisis Media Tanam dan Kebutuhan Tanaman terhadap

Hara ………. 14

2 Pengaruh Varietas dan Media Tanam terhadap Tinggi Tanaman Tomat ... 18 3 Pengaruh Varietas dan Media Tanam terhadap Jumlah Daun

Tanaman Tomat ... 19 4 Pengaruh Varietas dan Media Tanam terhadap Jumlah Bunga

per Tanaman Tomat ... 20 5 Pengaruh Varietas dan Media Tanam terhadap Jumlah Tandan

Bunga per Tanaman ... 21 6 Pengaruh Varietas dan Media Tanam terhadap Jumlah Bunga

Gugur per Tanaman ... 22 7 Pengaruh Varietas dan Media Tanam terhadap Jumlah Buah per

Tanaman ... 23 8 Pengaruh Varietas dan Media Tanam terhadap Bobot Buah per

Tanaman ... 24 9 Pengaruh Varietas dan Media Tanam terhadap Bobot per Buah

... 25 10 Grade Buah Berdasarkan Varietas ... 26

Lampiran

(9)

Nomor Halaman Teks

1 Pertumbuhan Tanaman Tomat pada Umur 7 MST (Varietas Permata dan Arthaloka) ... 16 2 Suhu Harian dalam Greenhouse Bulan April-Juli 2011 pada

Pukul 07.00-08.00, 12.00-13.00, dan 15.00-16.00 WIB ... 16 3 Kelembaban relatif Harian dalam Greenhouse Bulan April-Juli

2011 pada Pukul 07.00-08.00, 12.00-13.00, dan 15.00-16.00 WIB ... 17

Lampiran

1 Greenhouse penelitian ... 38 2 Kondisi Tanaman Tomat di dalam Greenhouse ... 38

(10)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tomat adalah salah satu komoditas sayuran yang diusahakan oleh petani di Indonesia. Badan Pusat Statistik (2011), melaporkan nilai produksi dan produktivitas nasional tomat tahun 2006-2010, nilai produksinya tahun 2006 sebesar 629.744 ton, tahun 2007 sebesar 635.474 ton, tahun 2008 sebesar 725.973 ton, tahun 2009 sebesar 853.061 ton, dan tahun 2010 sebesar 891.616 ton. Sedangkan untuk nilai produktivitas tomat nasional pada tahun 2006 sebesar 11.77 ton/ha, tahun 2007 sebesar 12.33 ton/ha, tahun 2008 sebesar 13.66 ton/ha, tahun 2009 sebesar 15.27 ton/ha, dan tahun 2010 sebesar 14.58 ton/ha.

Direktorat Perbenihan dan Sarana Produksi (2010) menyatakan bahwa varietas tomat yang telah dilepas oleh Menteri Pertanian sampai tahun 2006 sebanyak 54 varietas dan pada masa depan varietas yang sudah dilepas tersebut merupakan varietas anjuran. Varietas tomat yang telah dilepas tersebut diantaranya adalah Intan, Ratna, Berlian, Mutiara, Kaliurang, Zamrud, Opal, Arthaloka, dan Permata.

Kemampuan tomat untuk dapat menghasilkan buah sangat tergantung pada interaksi antara pertumbuhan tanaman dan kondisi lingkungannya. Upaya untuk menanggulangi menurunnya kualitas dan kuantitas hasil tanaman tomat adalah dengan perbaikan teknik budidaya secara hidroponik. Harjadi (1989) menyatakan hidroponik adalah sistem budidaya yang menggunakan larutan hara dengan atau tanpa penambahan media inert seperti pasir, rockwool, atau arang sekam. Menurut Sundstrom (1982) dengan sistem hidroponik dapat diatur kondisi lingkungannya seperti suhu, kelembaban relatif dan intensitas cahaya, bahkan faktor curah hujan dapat dihilangkan sama sekali dan serangan hama penyakit dapat diperkecil. Pemberian hara dan air pada budidaya hidroponik dapat melalui sistem irigasi tetes, metode ini mampu memberikan air dalam jumlah dan waktu yang tepat serta memiliki efisiensi penggunaan air yang paling tinggi.

Drip irigasi atau irigasi tetes yaitu pemberian nutrisi bersama dengan irigasi pada sistem hidroponik dan merupakan cara pemberian air pada tanaman secara langsung (Jones, 2008). Pemberian larutan hara dengan irigasi tetes

(11)

merupakan sistem terbuka, yaitu larutan hara yang dialirkan ke tanaman tidak disirkulasikan kembali. Hara tersebut berupa larutan AB Mix yang mengandung larutan unsur hara makro dan mikro.

Pendayagunaan sumberdaya sintesis seperti media tanam untuk hidroponik membuktikan peningkatan hasil tomat (Duriat, 1997). Media tanam yang baik bersifat porus dan ringan agar akar tanaman tidak mudah rusak, mampu menjaga kelembaban dan menyimpan air. Arang sekam (kulit gabah) yang berwarna hitam menguntungkan sebagai media tanam, karena menghasilkan pertanaman yang baik, meminimumkan penyakit, dan ekonomis dalam penggunaan air (Zulfitri, 2005). Menurut Sutrisna dan Surdiyanti (2007), penambahan bahan organik pada pertanaman kentang meningkatkan pori tanah yang mana daya tampung tanah untuk menyimpan air juga meningkat. Menurut Prahasta (2008), kompos dapat meningkatkan aktivitas mikroba tanah yang berfungsi untuk membantu tanaman dalam menyerap unsur hara dari tanah dan membentuk senyawa yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Penggunaan bahan organik diharapkan dapat mengurangi kebutuhan pupuk pada tanaman hidroponik.

Perbaikan sistem budidaya tomat terus dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil. Penggunaan varietas unggul dan bahan organik diharapkan dapat meningkatkan hasil tomat baik itu dari segi kualitas maupun kuantitas. Sistem hidroponik melalui irigasi tetes merupakan cara budidaya yang akan diterapkan pada penelitian ini.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh komposisi media tanam dan sifat fisik media tanam terhadap pertumbuhan dan produksi dua varietas tomat secara hidroponik di dalam greenhouse.

Hipotesis

1. Terdapat perbedaan pertumbuhan dan produksi dua varietas tomat

2. Terdapat pengaruh penggunaan lima komposisi media tanam terhadap pertumbuhan dan produksi tomat

(12)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tomat

Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1999) tomat merupakan tanaman asli dari kawasan Meksiko hingga Peru. Tomat merupakan tanaman herba semusim dengan sifat atau tipe pertumbuhan tanaman tomat terdiri atas tiga jenis, tak terbatas (indeterminate), semi terbatas (semi determinate), dan terbatas (determinate). Menurut Budijaya (1997), berdasarkan tipe pertumbuhannya, tanaman tomat dapat dibedakan atas tipe determinate dan indeterminate. Tanaman tomat yang mempunyai tipe pertumbuhan determinate, pada ujung tanaman terdapat tandan bunga dan pada setiap ruas batang, misalnya pada kultivar Intan, Ratna, berlian, Permata, dan sebagainya. Tanaman tomat yang mempunyai tipe pertumbuhan indeterminate, tandan bunga tidak terdapat pada setiap ruas batang dan ujung tanaman senantiasa terdapat pucuk muda, misalnya pada kultivar Money maker, Gondol, Santa Cruz Kada, dan sebagainya. Varietas Arthaloka termasuk dalam golongan tipe semi determinate.

Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1998), ciri morfologi tanaman tomat adalah batang tomat muda berbentuk silinder dan lunak bila sudah tua akan berbentuk segi empat dan sedikit berkayu sehingga mudah patah, diameter batang dapat mencapai 4 cm serta mempunyai banyak cabang. Pada ujung batang utama terdapat meristem apikal yang merupakan bagian paling aktif membentuk daun dan bunga.

Menurut Budijaya (1997), ciri khas batang tomat adalah tumbuhnya bulu-bulu halus di seluruh permukaannya. Kemampuannya menembus lapisan tanah terbatas, yakni pada kedalaman 30-70 cm. Daun tanaman tomat termasuk berdaun majemuk dan bercelah menyirip. Daunnya yang berwarna hijau dan berbulu mempunyai panjang sekitar 20-30 cm, dan lebar 15-20 cm, antara pasanga-pasangan daun terdapat daun kecil yang disebut foliol. Bunga tanaman tomat berwarna kuning dan tersusun dalam dompolan dengan jumlah 5-10 bunga/dompolan atau tergantung dari varietasnya. Kuntum bunga terdiri dari lima helai daun kelopak dan lima helai mahkota. Pada serbuk sari bunga terdapat

(13)

kantong yang letaknya menjadi satu dan menjadi bumbung yang mengelilingi tangkai kepala putik.

Buah tomat sangat bervariasi dalam hal ukuran, bentuk, warna, kekerasan, rasa, dan kandungan bahan padatnya. Semua komponen tersebut mempengaruhi kualitas buah tomat. Buah tomat adalah buah buni (beri) berdaging dengan permukaan agak berbulu. Buah tomat mengandung banyak biji, biji dikelilingi oleh bahan gel yang memenuhi rongga buah. Biji tomat berbentuk pipih dan berwarna krem muda hingga coklat dan memiliki panjang 2-3 mm (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999).

Syarat Tumbuh Tomat

Tanaman tomat dapat tumbuh baik di dataran tinggi (lebih dari 700 mdpl), dataran medium (200 s.d. 700 mdpl), dan dataran rendah (kurang dari 200 mdpl) (Sutarya et al., 1995). Gould (1974) menyatakan bahwa tanaman tomat tumbuh baik pada iklim yang sejuk dan kering, dengan pH tanah 5-6. Suhu yang tinggi dan hujan menyebabkan penurunan kualitas tomat dan hasilnya. Pola pertumbuhan dapat bervariasi mulai tegak hingga merayap, tumbuh secara horizontal maupun vertikal, dan daerah perakaran dapat mencapai 150 cm sedangkan akar tunggang dapat mencapai kedalaman 50 cm pada kondisi lingkungan yang optimum (Duriat, 1997).

Cahaya merupakan faktor yang sangat penting dalam pertumbuhan tanaman tomat. Penyerapan unsur hara oleh tomat akan dicapai apabila pencahayaan berlangsung selama 12-14 jam per hari, sedangkan intensitas cahaya yang dikehendaki adalah 0.25 mj/m2 per jam (Hidayat, 1995).

Tomat membutuhkan iklim yang kering dan dingin untuk pertumbuhannya agar diperoleh produksi yang tinggi dan mutu yang bagus. Suhu optimal untuk pertumbuhan dan pembungaan tomat adalah 21-24oC dan suhu malam 18-22oC (Peet dan Bartholemew, 1986). Cahaya yang terlalu terik dapat meningkatkan transpirasi dan gugur bunga serta buah (Harjadi, 1989). Menurut Opena dan Van der Vossen (1994) suhu malam diatas 21oC selama 2 hari menjelang dan setelah antesis akan menurunkan fruit-set. Adams (1986) menyatakan kelembaban yang relatif tinggi (95%) akan merangsang pertumbuhan vegetatif pada tanaman tomat

(14)

yang masih muda karena asimilasi CO2 menjadi lebih baik, melalui stomata yang membuka lebih banyak pada kelembaban yang tinggi.

Panen

Mutu buah tomat erat hubungannya dengan jumlah dan jenis zat-zat kimia yang terkandung di dalamnya pada saat panen. Menurut Direktorat Gizi DepKes RI (1990), zat-zat kimia yang terkandung di dalam buah tomat pada saat panen dapat dinilai berdasarkan : (a) sifat fisis : bentuk/kebulatan, warna, kekerasan, kelicinan kulit, ketebalan daging buah, tekstur, ada tidaknya kerusakan, bebas serangan hama dan penyakit; (b) sifat kimia : vitamin C, kadar gula, kadar asam, kadar air, dan komposisi nilai gizi.

Rich (1997) menyatakan cara menentukan indeks panen adalah dengan membedakan perubahan fisik-kimia yang terjadi selama proses kemasakan buah dari tingkat kemasakan muda sampai tua, berturut-turut adalah green mature,

breaker, turning, pink, light red, dan red. Kandungan klorofil, kekerasan, vitamin C akan menurun selama proses kematangan, sedangkan kandungan Lycopen dan Ethylen akan meningkat.

Marpaung (1997) menyatakan bahwa buah tomat dapat dipanen dengan tangan (cara tradisional) bila buah dalam keadaan masak „merah tua‟, buah tersebut mudah sekali terpisah dari tangkainya. Panen dilakukan secara periodik satu atau dua kali seminggu tergantung keadaan buah yang masak.

Sistem Hidroponik

Hidroponik adalah sistem budidaya yang menggunakan larutan hara dengan atau tanpa penambahan media inert seperti pasir, rockwool atau arang sekam (Harjadi, 1989). Menurut Schwarz (1995) hidroponik adalah budidaya tanpa media tanah atau soilless culture. Media inert adalah media tanaman yang tidak bereaksi dengan larutan hara yang diberikan. Penanaman secara hidroponik memiliki beberapa kelebihan antara lain keseimbangan hara akan terkontrol karena menggunakan media yang homogen sehingga mutu produk, bentuk, ukuran, warna, dan rasa dapat terjamin. Mencegah penyakit yang menyerang akar, karena adanya proses sterilisasi media dan wadah. Kekurangan dari media

(15)

hidroponik adalah biaya investasi yang relatif mahal, juga memerlukan keahlian dalam sistem operasional (Schwarch, 1995).

Schwarch (1995) menyatakan bahwa syarat media dalam hidroponik harus terbebas dari zat yang berbahaya bagi tanaman, bersifat inert, daya pegang air baik, drainase dan aerasi baik. Media tumbuh yang digunakan sama sekali tidak berfungsi sebagai sumber hara bagi tanaman, melainkan berfungsi sebagai penopang akar dan penyangga larutan hara. Oleh sebab itu bahan yang baik digunakan sebagai media adalah bahan yang tidak mengandung hara dan bersifat porous. Media yang umumnya digunakan dalam sistem hidroponik adalah arang sekam, kerikil, pasir, gabus, arang, zeolit, dan bahan organik. Nurtika dan Abidin (1993) menyatakan campuran arang sekam dan pasir merupakan media yang baik untuk pertumbuhan tomat, karena arang sekam mempunyai tekstur yang kasar dan memudahkan terjadinya sirkulasi udara.

Irigasi Tetes

Irigasi secara umum didefinisikan sebagai pemberian air pada media tanam untuk keperluan penyediaan cairan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Tujuan dari irigasi diantaranya, yaitu : menambah air ke dalam media tanam untuk menyediakan cairan yang diperlukan tanaman, mencuci garam dalam media tanam, dan mengurangi bahaya erosi. Pemberian air irigasi dapat dilakukan dalam lima cara, yaitu : penggenangan, penggunaan alur besar dan kecil, penggunaan air dibawah permukaan yang menyebabkan permukaan naik, dan sistem tetes (Hansen et al., 1979). Irigasi tetes merupakan cara pemberian air pada tanaman secara langsung. Alat pengeluaran air pada sistem tetes disebut emitter

(Schwab et al., 1981).

Menurut Hansen et al. (1979), dan Smajstrla et al. (1994), komponen-komponen yang terdapat pada suatu sistem irigasi tetes adalah ; 1) emitter yang digunakan untuk menyalurkan air di dalam sistem irigasi tetes dengan aliran atau tetesan kecil yang seragam, 2) pipa manifold mendistribusikan air ke lateral, 3) pipa lateral untuk menempatkan emitter (diameter antara 10-26 mm), 4) pipa utama dan sub pipa utama untuk menyalurkan air dari sumber air ke pipa-pipa distribusi dalam jaringan yang harus memiliki katup saluran terbuka, 5) pompa

(16)

untuk mengangkut air dari sumber untuk selanjutnya dialirkan ke lahan melalui jaringan, dan 6) komponen penyokong, terdiri atas : katup-katup, pengatur dan pengatur tekanan, pengatur debit air, sistem pencegahan backflow, filter, dan peralatan injektor pupuk atau bahan kimia lainnya.

Larutan Hara

Pertumbuhan dan hasil tanaman yang optimum dapat dicapai dengan pemberian larutan hara sesuai dengan kebutuhan tanaman. Terdapat 13 unsur hara essensial untuk pertumbuhan tanaman, air (H2O) dan karbon dioksida (CO2). Unsur hara essensial dapat dikelompokkan menjadi hara makro dan hara mikro. Hara makro dibutuhkan dalam jumlah yang lebih banyak untuk pertumbuhan tanaman dari pada hara mikro.

Larutan hara untuk pemupukan tanaman hidroponik diformulasikan sesuai dengan kebutuhan tanaman menggunakan kombinasi garam-garam pupuk. Pupuk-pupuk yang dapat digunakan dalam sistem hidroponik harus mempunyai tingkat kelarutan yang tinggi (Susila, 2006). Pupuk tanaman sayur untuk hidroponik dikenal dengan sebutan AB Mix. Pupuk ini terdiri atas dua kelompok, yaitu stock

A dan stock B.

Wardhani (2003) menyatakan tanaman dengan hara AB Mix menghasilkan tinggi, bobot, bobot buah layak konsumsi lebih tinggi dari hara dengan pupuk majemuk lainnya pada tanaman tomat. Menurut Jones (2008) larutan hara makro dan mikro dalam AB Mix terdiri dari NH4NO3 1.2 mmol/l, KNO3 9.5 mmol/l, Ca(NO3)2 5.4 mmol/l, MgSO4 2.4 mmol/l, K2SO4 4.4 mmol/l, KH2PO4 1.5 mmol/l. Larutan hara mikro terdiri dari Fe EDTA 15µmol/l, MnSO4 10µmol/l, ZnSO4 5µmol/l, H3BO3 30 µmol/l, CuSO4 0.75 µmol/l, NH4-MoO4 0.5 µmol/l.

Arang sekam

Media arang sekam tidak mudah lapuk dan dapat menyimpan air dengan baik. Media ini tidak mempengaruhi pH dan struktur larutan hara, juga tidak mudah ditumbuhi lumut dan jamur. Arang sekam adalah bahan ringan yang memungkinkan sirkulasi udara dan kapasitas menahan air tinggi serta dikarenakan

(17)

berwarna kehitaman dapat mengabsorpsi sinar matahari dengan efektif (Hardjanti, 2005). Berdasarkan hasil analisis kimia media, arang sekam memiliki pH sebesar 6.92 (Yanti, 2004).

Arang sekam memiliki porositas yang baik bagi perkembangan akar dan memiliki daya pegang air yang tinggi. Media ini memiliki C-Organik dan Nitrogen berturut-turut adalah 15,23% dan 1,08%. Arang sekam padi yang dibakar dapat menekan pertumbuhan bakteri pembusuk dan pada tahap ini sudah tidak terjadi proses dekomposisi. Arang sekam dapat meningkatkan permeabilitas udara dan perkolasi air (Nurbaity et al., 2009).

Kompos Daun Bambu

Kompos dapat digunakan untuk campuran bahan organik sebagai media tanam. Pengomposan adalah dekomposisi alami dari bahan organik oleh mikroorganisme yang memerlukan oksigen (aerob). Menurut Dick dan McCoy (1993) kompos memberikan hasil yang lebih baik bila digunakan di daerah tropis daripada di daerah temperate karena dekomposisi bahan organik terjadi lebih cepat. Menurut Susanto et al., (2005) media kompos daun bambu mempunyai sifat tidak mengikat dan menyumbang hara selama belum melapuk. Asrodiah (2005) menyatakan bahwa kompos daun bambu sebagai media pertumbuhan hidroponik mempunyai kemampuan aerasi, menyerap dan menahan air dengan baik karena mempunyai pori yang banyak. Kompos daun bambu memiliki berat jenis yang lebih kecil dibandingkan dengan media lain yang bisa digunakan sebagai media tanam dalam sistem hidroponik seperti pasir, kerikil, zeolit dan lainnya.

Potensi Hasil Tomat Varietas Arthaloka dan Permata

Menurut Budijaya (1997), tomat dapat diklasifikasikan berdasarkan tipe pertumbuhannya. Menurut East West Seed Indonesia (2010) tomat varietas Arthaloka termasuk dalam golongan tomat tipe semi determinate. Tanaman sangat vigor, dengan pertumbuhan awal yang cepat. Buah tomat varietas Arthaloka berbentuk oval-lonjong, dengan ukuran seragam. Daging buah tebal, cukup keras, merah merata, dan daging buah kering. Panen mulai berlangsung ketika tanaman

(18)

berumur 108 hari setelah semai, dengan nilai produksi 3-4 kg/tanaman dengan 8 tandan per tanaman dan 8 buah per tandan. Tomat varietas Permata termasuk dalam golongan tomat tipe determinate, yang direkomendasikan ditanam di dataran rendah. Umur panen tomat varietas Permata ketika tanaman berumur 60-70 hari setelah tanam. Bobot per buah mencapai 40-60 gram, dengan potensi hasil 40-60 ton/ha.

(19)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di greenhouse Unit Lapangan Cikabayan University Farm IPB, Dramaga dengan elevasi 160 m diatas permukaan laut. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret sampai dengan Juli 2011.

Bahan dan Alat

Bahan tanaman yang digunakan adalah benih tomat varietas Arthaloka dan Permata. Casting sebagai media persemaian, arang sekam dan kompos daun bambu sebagai media tanam, furadan, insektisida. Larutan hara menggunakan pupuk AB Mix yang terdiri atas stock A dan pupuk stock B. Stock A terdiri atas NH4 14 ppm, Ca 110 ppm, K 253.5 ppm, Mg 21 ppm, NO3 150.5 ppm, SO4 48 ppm dan H2PO4 38.75 ppm. Stock B terdiri atas Fe 0.84 ppm, Mn 0.55 ppm, Zn 0.26 ppm, B 0.22 ppm, Cu 0.048 ppm dan Mo 0.048 ppm. Kebutuhan masing-masing stock untuk satu musin tanam adalah 30kg. Peralatan yang digunakan antara lain tray semai, instalasi drip irigation, sprayer (handsprayer) gelas ukur 1000 ml dan 100 ml, kontainer 2000 liter, tangki air 100 liter, EC dan pH meter,

Termo-hygrometer, jangka sorong, ember, benang ajir, kawat ajir, label, alat tulis, alat ukur, timbangan analitik, polybag ukuran 35x35 cm.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah percobaan faktorial dalam Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan dua faktor. Faktor pertama adalah varietas (Arthaloka, Permata) dan faktor kedua adalah komposisi media tanam yang terdiri atas lima jenis perlakuan yaitu 100% arang sekam (v/v), 75% arang sekam + 25 % kompos daun bambu (v/v), 50% arang sekam + 50% kompos daun bambu (v/v), 25% arang sekam + 75% kompos daun bambu (v/v), dan 100% kompos daun bambu (v/v). Percobaan terdiri dari 10 kombinasi perlakuan dan 4 kali ulangan sehingga terdapat 40 satuan percobaan, setiap satuan

(20)

percobaan terdiri dari tiga tanaman maka secara keseluruhan terdapat 120 tanaman.

Model linear percobaan adalah sebagai berikut : Yijk = μ + αi βj + (αβ)ij + Τk + ijk

Keterangan :

Yij = Nilai pengamatan pada perlakuan α ke-i, perlakuan β ke-j, dan ulangan ke-k

μ = Nilai rataan umum

αi = Pengaruh perlakuan varietas ke-i

βj = Pengaruh perlakuan komposisi media tanam ke-j

(αβ)ij = Pengaruh interaksi perlakuan varietas ke-i dan perlakuan komposisi media tanam ke-j

Τk = Pengaruh ulangan ke-k (k ; 1,2,3,4) ijk : Galat percobaan

Jarak tanam yang digunakan adalah double rows ukuran 0.5 m x 0.4 m, polybag ditempatkan secara zig zag. Pengaruh varietas dan komposisi media tanam terhadap produksi tomat dapat diketahui dengan menggunakan analisis ragam. Apabila hasil analisis ragam menunjukkan pengaruh nyata, dilakukan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5 %.

Pelaksanaan

Persiapan penelitian dimulai dengan menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dan sterilisasi greenhouse. Larutan hara dipersiapkan dengan cara melarutkan pupuk AB mix di dalam tangki. Tangki A untuk pupuk stock A dan tangki B untuk pupuk stock B dengan volume masing-masing 90 L. Aplikasi larutan hara dilakukan dengan mengambil 10 liter larutan A dan 10 liter larutan B. Kemudian masing-masing larutan hara tersebut diencerkan dalam 2000 liter air. Kemudian pengecekan pengukuran pH larutan dan EC, yaitu nilai pH 6.5-6.8 dan nilai EC 2.1-2.5.

Benih tomat disemai dalam tray sedalam ± 0,5 cm dengan media casting, ditanam satu benih per lubang. Penyiraman dilakukan 2 kali/hari pada pagi dan sore hari. Bibit tomat yang telah berumur ± 3 minggu dan dua daun telah

(21)

membuka sempurna, segera dipindahkan ke polibag yang berukuran 35 x 35 cm. Satu polibag berisi satu bibit tomat, dan media yang digunakan untuk menanam didasarkan pada perlakuan. Perlakuan pertama, media yang digunakan adalah 100% arang sekam (v/v). Perlakuan kedua, komposisi media yang digunakan berupa 75% arang sekam + 25% kompos daun bambu (v/v). Perlakuan ketiga, komposisi media yang digunakan berupa 50% arang sekam + 50% kompos daun bambu. Perlakuan keempat, komposisi media yang digunakan 25% arang sekam + 75% kompos daun bambu (v/v). Perlakuan kelima, media yang digunakaan 100% kompos daun bambu (v/v).

Polibag ditempatkan secara zig zag, selanjutnya dripper stick ditancapkan pada media tanam. Sebelum proses penanaman media disiram air sebanyak 1000 ml. Dripper stick ditusukkan pada media tanam dengan jarak 2-3 cm dari tanaman. Dripper stick diarahkan supaya aliran hara menetes dekat perakaran, sehingga mempermudah daya serap akar. Seminggu kemudian dripper stick

dipindahkan ke sisi yang lain.

Pemeliharaan tanaman mencakup beberapa kegiatan, diantaranya pembersihan kondisi di dalam greenhouse, kemudian penyulaman pada tanaman yang tidak tumbuh dengan bibit baru yang umurnya diperkirakan sama, dilakukan sekitar 1 MST. Pengajiran dilakukan saat tanaman berumur 4-5 MST dengan cara melilitkan benang ajir pada batang tanaman tomat. Pewiwilan dilakukan setiap 3 hari sekali yaitu dengan cara pemetikan tunas air pada ketiak daun dan dilakukan pemangkasan terhadap batang yang kurang produktif.

Pengendalian HPT, untuk tindakan preventif dalam pengendalian hama digunakan insektisida dengan dosis 2 ml/l. Penyiraman dilakukan secara fertigasi yaitu penyiraman bersamaan dengan pemupukan yang dilakukan melalui irigasi tetes tiap hari mulai dari 1 MST sampai dengan 14 MST. Penyiraman rutin dilakukan 3 kali sehari, dengan volume ± 100 ml pada umur 1-2 MST, ± 200 pada umur 3 MST, ± 300 ml pada umur 4-6 MST, ± 400 ml pada umur 7-10 MST, dan 300 ml pada umur 11-14 MST. Pemberian hara untuk tanaman selengkapnya disajikan pada Tabel Lampiran 1.

Pemanenan mulai dilakukan pada saat tanaman mulai berumur ± 9 MST setelah pindah tanam. Panen dilakukan bila buah memiliki ciri warna merah (full

(22)

red). Pada saat panen calyx ditinggalkan di buah. Seterusnya panen dilakukan hingga tanaman berumur ± 14 MST, karena nilai ekonomis buah sudah mulai menurun.

Pengamatan dilakukan dan mingguan, sedangkan pengukuran dilakukan secara harian. Pengukuran harian meliputi besarnya suhu dan kelembaban relatif di dalam greenhouse (pagi, siang, dan sore) serta volume tetes larutan hara yang diberikan pada tanaman.

Pengamatan

Pengamatan dilakukan setiap minggunya setelah tanaman dipindahkan ke polibag hingga buah dipanen terakhir, pengamatan pada tanaman meliputi ;

1. Tinggi tanaman, diukur dari pangkal batang sampai titik tumbuh dari 1 MST sampai 5 MST

2. Jumlah daun, dihitung dari jumlah daun yang membuka sempurna dari 1 MST sampai 5 MST

3. Jumlah bunga, dihitung dari bunga yang sudah nampak mahkotanya dari 4 MST sampai 11 MST

4. Jumlah tandan bunga, dihitung dari tandan bunga yang terbentuk dari 4 MST sampai 11 MST

5. Bunga gugur, dihitung bunga yang gugur dari percabangan dari 5 MST sampai 11 MST

6. Jumlah buah, dihitung dari jumlah buah yang dihasilkan tiap tanaman dari 6 MST sampai 11 MST

7. Bobot buah per tanaman, dihitung dari bobot panen pertanaman dari panen pertama hingga panen kelima

8. Bobot panen, dihitung dari panen pertama hingga panen kelima

9. Grade buah, diukur berdasarkan bobot buah dan diameter buah, dengan pelilaian sebagai berkut ; (1) Grade A dengan kriteria bobot buah ≥ 50 gram dan diameter buah ≥ 5 cm. (2) Grade B dengan kriteria bobot buah 30-50 gram dan diameter buah 3-5 cm. (3) Grade C dengan kriteria bobot buah < 30 gram dan diameter buah < 3 cm.

(23)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Kondisi Umum

Berdasarkan hasil uji media tanam di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan didapatkan hasil analisis media tanam kompos daun bambu yaitu sebagai berikut (Tabel 1) :

Tabel 1. Hasil Analisis Media Tanam dan Kebutuhan Tanaman terhadap Unsur Hara Makro dan Mikro

Unsur Hara Kompos Daun

Bambu Arang Sekam Kebutuhan Tomat *

N (%) 0.82 0.74 2.70-5.00 P (%) 0.08 0.12 0.25-0.70 K (%) 0.18 0.30 2.50-5.00 Ca (%) 0.05 0.13 0.90-3.20 Mg (%) 0.05 0.07 0.30-0.90 Fe (ppm) 421.5 87.3 50-100 Cu (ppm) 1.53 0.49 5-16 Zn (ppm) 4.54 3.46 20-50 Mn (ppm) 46.31 16.13 40-200

*) Jones (2008) dalam Tomato Plant Culture In the Field, Greenhouse, and Home Garden 1% = 10000ppm

Kandungan hara N, Fe, Cu, Zn, dan Mn pada kompos daun bambu lebih tinggi dibandingkan media tanam arang sekam. Kandungan hara P, K, Ca, dan Mg pada media kompos daun bambu lebih rendah dibandingkan media tanam arang sekam.

Serangan hama dan penyakit menjadikan kendala pertumbuhan tanaman tomat. Pada fase awal penanaman terdapat serangan hama kutu kebul (Bemisia tabaci Genn). Serangan kutu kebul mengakibatkan kerusakan langsung pada tanaman disebabkan oleh imago dan nimfa yang menghisap cairan daun, muncul gejala bercak nekrotik pada daun akibat rusaknya sel-sel dan jaringan daun. Persentase tanaman yang terserang kutu kebul sebesar 2% dari jumlah total populasi.

Pada saat memasuki fase generatif tanaman tomat terserang penyakit

Tomato Yellow Leaf Curl Virus (TYLCV) atau geminivirus. Gejala yang nampak yaitu daun pucuk berubah warna menjadi kuning, tulang daun menebal, dan daun

(24)

menggulung ke atas. Penyakit ini ditularkan melalui penyambungan dan serangga vektor kutu kebul. Persentase tanaman yang terserang geminivirus sebesar 3 % dari varietas Permata.

Tanaman tomat varietas Permata pada umur 7 MST mengalami kelainan fisiologis blossom end rot yang ditandai dengan adanya bercak air yang kemudian menjadi lekukan basah coklat kehitam-hitaman. Kelainan ini disebabkan oleh penyerapan kalsium yang tidak mencukupi. Persentase tanaman yang terserang sebesar 2% dari total tanaman varietas Permata.

Pertumbuhan vegetatif dan generatif antara varietas Permata dan varietas Arthaloka mengalami perbedaan, perbedaan ini disebabkan tipe pertumbuhan antara varietas Arthaloka dan Permata berbeda. Varietas Arthaloka memiliki tipe pertumbuhan semi determinate, ketika tanaman memasuki fase generatif pertumbuhan vegetatifnya masih berlangsung, ciri lainnya yaitu tandan bunga tidak terdapat pada setiap ruas batang dan ujung tanaman senantiasa terdapat pucuk muda namun sifatnya semi terbatas. Varietas Permata memiliki tipe pertumbuhan determinate, ketika tanaman memasuki fase generatif maka pertumbuhan vegetatifnya berhenti, ciri lainnya yaitu pada ujung tanaman dan pada setiap ruas batang terdapat tandan bunga.

Tomat varietas Arthaloka cocok dikembangkan pada daerah dengan ketinggian > 700 mdpl (dataran tinggi), sedangkan tomat varietas Permata cocok dikembangkan pada daerah dengan ketinggian < 200 mdpl (dataran rendah) dan ketinggian 200-700 mdpl (dataran menengah). Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1999), pertumbuhan dan pembungaan tomat baik pada kisaran suhu siang antara 25-30oC dan suhu malam antara 16-20oC. Pembungaan mulai terjadi ketika tanaman berumur 4 MST kemudian bunga mulai mekar (antesis) ketika tanaman memasuki umur 5 MST. Buah sudah mulai terbentuk (fruit set) ketika tanaman berumur 6 MST. Pertumbuhan tanaman tomat varietas Arthaloka dan varietas Permata di dalam greenhouse ketika tanaman berumur 7 MST mengalami perbedaan (Gambar 1). Hal ini dikarenakan, setelah terjadinya antesis bunga tomat varietas Arthaloka tidak mengalami penyerbukaan. Kegagalan penyerbukan ini disebabkan bunga layu dan tidak berkembang, saat tanaman berumur 6 MST hingga 7 MST, suhu didalam greenhouse mengalami kenaikan hingga > 40oC.

(25)

Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1999), suhu tinggi mengganggu produksi dan keterbatasan tepung sari yang viable (berdaya tumbuh), dan juga mempengaruhi viabilitas sel telur.

Gambar 1. Pertumbuhan Tanaman Tomat pada Umur 7 MST, varietas Permata (kiri) dan varietas Arthaloka (kanan)

Kondisi suhu di dalam greenhouse berfluktuasi antara suhu pagi, siang dan sore. Suhu paling tinggi terjadi pada range pukul 12.00-13.00 WIB yaitu berkisar antara 32-45ºC (Gambar 2). Kelembaban relatif harian paling tinggi terjadi pada range pukul 07.00-08.00 WIB yaitu berkisar antara 80-95% (Gambar 3).

Gambar 1. Suhu Harian dalam Greenhaouse Bulan April – Juli 2011 pada Pukul 07.00-08.00, 12.00-13.00. dan 15.00-16.00 WIB 0.0 5.0 10.0 15.0 20.0 25.0 30.0 35.0 40.0 45.0 T em pera tur (C) Tahun 2011 7.00-8.00 12.00-13.00 15.00-16.00

(26)

Gambar 2. Kelembaban relatif Harian Greenhaouse bulan April-Juli 2011 pada Pukul 07.00-08.00, 12.00-13.00. dan 15.00-16.00 WIB

Tinggi Tanaman

Tinggi tanaman pada kedua varietas tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada umur 1 MST hingga 4 MST (Tabel 1). Tinggi tanaman baru menunjukkan perbedaan pada umur 5 MST. Kedua varietas memiliki tinggi tanaman yang berbeda pada umur 5 MST, varietas Arthaloka lebih tinggi dibandingkan varietas Permata. Hal ini dikarenakan perbedaan tipe pertumbuhan antara varietas Permata dan varietas Arthaloka. Penggunaan media tanam berpengaruh pada tinggi tanaman. Penambahan kompos daun bambu meningkatkan tinggi tanaman pada umur 2 MST hingga 5 MST. Penggunaan kompos daun bambu 100% (v/v), arang sekam 25% daun bambu 75% (v/v), arang sekam 50% daun bambu 50% (v/v), dan arang sekam 75% daun bambu 25%) (v/v) memberikan hasil yang lebih baik pada umur 2 MST - 5 MST dibandingkan penggunaan arang sekam 100% (v/v). Tidak terdapat interaksi antara varietas dan media tanam terhadap tinggi tanaman.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 RH ( %) Tahun 2011 7.00-8.00 12.00-13.00 15.00-16.00

(27)

Tabel 1. Pengaruh Varietas dan Media Tanam terhadap Tinggi Tanaman Tomat

Perlakuan Tinggi Tanaman (cm)

1 MST 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST Varietas ……… (cm) ……… Arthaloka 14.75 26.86 43.56 63.42 82.54 Permata 14.01 26.80 43.78 61.32 74.67 Uji F tn tn tn tn * Media Tanam (v/v)

Daun Bambu 100% 14.39 28.19a 47.10a 68.53a 84.60a

Arang sekam 100% 13.71 23.61b 36.09b 50.46b 65.88b

Arang sekam 25% + Daun

Bambu 75% 15.10 28.59a 46.22a 64.09a 80.88a

Arang sekam 50% + Daun

Bambu 50% 14.45 27.49a 45.72a 65.54a 80.32a

Arang sekam 75% + Daun

Bambu 25% 14.26 26.28a 43.22a 63.23a 81.35a

Uji F tn ** ** ** *

Interaksi tn tn tn tn tn

Keterangan: tn = Tidak nyata pada taraf uji 5%

** = Berpengaruh sangat nyata pada taraf uji 1% * = Berpengaruh nyata pada taraf uji 5%

Angka yang diikuti huruf yang sama dalam kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5%

Jumlah Daun

Jumlah daun pada kedua varietas tidak berbeda nyata pada saat tanaman berumur 1 MST hingga 5 MST (Tabel 2). Berdasarkan perlakuan media tanam, jumlah daun pada saat tanaman berumur 1 MST dan 5 MST tidak berbeda nyata. Penambahan kompos daun bambu sebagai media tanam meningkatkan jumlah daun pada umur 2 MST hingga 4 MST. Penggunaan kompos daun bambu 100% (v/v) meningkatkan jumlah daun saat tanaman berumur 2 MST. Penggunaan kompos daun bambu 100% (v/v) dan daun bambu 75% (v/v) meningkatkan jumlah daun saat tanaman berumur 3 MST dan berbeda nyata dengan penggunaan media arang sekam 100% (v/v). Penggunaan media tanam kompos daun bambu 100% (v/v), 50% (v/v), dan 25% (v/v) meningkatkan jumlah daun saat tanaman berumur 4 MST dan berbeda nyata dengan penggunaan media arang sekam 100% (v/v). Media kompos daun bambu sebagai media pertumbuhan hidroponik mempunyai kemampuan aerasi, menyerap dan menahan air dengan baik karena

(28)

mempunyai pori yang banyak (Asrodiah, 2005). Tidak terdapat interaksi antara varietas dan media tanam yang digunakan terhadap jumlah daun.

Tabel 2. Pengaruh Varietas dan Media Tanam terhadap Jumlah Daun Tanaman Tomat

Perlakuan Jumlah Daun/Tanaman

1 MST 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST Varietas Arthaloka 5.01 7.63 10.81 14.76 17.51 Permata 4.81 7.56 11.11 14.73 16.35 Uji F tn tn tn tn tn Media Tanam (v/v)

Daun Bambu 100% 5.12 8.00a 11.71a 16.2a 18.08

Arang sekam 100% 4.70 7.16c 10.12b 12.45b 15.58

Arang sekam 25% + Daun

Bambu 75% 4.87 7.79ab 11.2a 14.33ab 16.04

Arang sekam 50% + Daun

Bambu 50% 4.95 7.66abc 11.04ab 15.58a 17.91

Arang sekam 75% + Daun

Bambu 25% 4.91 7.37bc 10.75ab 15.16a 17.04

Uji F tn * * * tn

Interaksi tn tn tn tn tn

Keterangan: tn = Tidak nyata pada taraf uji 5% * = Berpengaruh nyata pada taraf uji 5%

Angka yang diikuti huruf yang sama dalam kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5%

Jumlah Bunga

Jumlah bunga pada kedua varietas menunjukkan hasil yang sangat berbeda nyata pada 4 MST hingga 11 MST (Tabel 3). Jumlah bunga varietas Permata lebih banyak dibandingkan varietas Arthaloka. Jumlah bunga yang terbentuk pada varietas Permata saat umur 8 MST hingga 10 MST terus mengalami penurunan dibandingkan saat tanaman berumur 4 MST hingga 7 MST, namun mengalami peningkatan kembali ketika berumur 11 MST. Jumlah bunga yang terbentuk pada varietas Arthaloka juga mengalami penurunan ketika berumur 9 MST dan 10 MST, dan mengalami kenaikan ketika tanaman berumur 11 MST.

Penambahan kompos daun bambu sebagai media tanam mampu meningkatkan jumlah bunga pada umur 4 MST, 5 MST, 7 MST, dan 8 MST. Penggunaan kompos daun bambu 100% (v/v), daun bambu 75% (v/v), daun bambu

(29)

50% (v/v), daun bambu 25%) (v/v) memberikan hasil yang lebih baik pada 5 MST dibandingkan penggunaan arang sekam 100% (v/v). Penggunaan kompos daun bambu 100% (v/v) meningkatkan jumlah bunga pada umur 7 MST dan 8 MST dan memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan penggunaan media arang sekam 100% (v/v) dan daun bambu 25% (v/v).

Pada umur 6 MST, 9 MST - 11 MST jumlah bunga tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata, hal ini dikarenakan pada waktu tersebut jumlah bunga gugur meningkat. Penggunaan media kompos daun bambu mampu menaikkan jumlah bunga yang terbentuk. Tidak ada interaksi antara varietas dengan media tanam yang digunakan terhadap jumlah bunga.

Tabel 3. Pengaruh Varietas dan Media Tanam terhadap Jumlah Bunga per Tanaman Tomat

Perlakuan

Jumlah bunga per tanaman 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST 9 MST 10 MST 11 MST Varietas Arthaloka 1.14 4.89 7.65 9.27 11.61 9.04 7.57 8.33 Permata 4.60 15.33 22.98 21.20 17.90 15.95 13.86 15.25 Uji F ** ** ** ** ** ** ** ** Media Tanam (v/v)

Daun Bambu 100% 3.64ab 12.98a 18.77 21.04a 21.02a 15.85 12.02 12.93

Arang sekam 100% 1.08c 5.10b 16.71 12.06b 11.49bc 9.68 8.43 8.00

Arang sekam 25% + Daun

Bambu 75% 4.06a 11.68a 14.85 14.95ab 15.31abc 13.68 11.06 16.75

Arang sekam 50% + Daun

Bambu 50% 3.02ab 11.45a 15.33 16.58ab 16.47ab 13.2 14.91 13.39

Arang sekam 75% + Daun

Bambu 25% 2.54b 9.33a 10.91 11.56b 9.48c 10.06 7.16 7.87

Uji F ** ** tn * ** tn tn tn

Interaksi tn tn tn tn tn tn tn tn

Keterangan: tn = Tidak nyata pada taraf uji 5%

** = Berpengaruh sangat nyata pada taraf uji 1%

* = Berpengaruh nyata pada taraf uji 5%

Angka yang diikuti huruf yang sama dalam kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5%

Jumlah Tandan Bunga

Jumlah tandan bunga pada kedua varietas dari umur 4 MST hingga 11MST sangat berbeda nyata (Tabel 4). Jumlah tandan bunga varietas Permata lebih banyak dibandingkan varietas Arthaloka. Penambahan media tanam kompos

(30)

daun bambu mampu meningkatkan jumlah tandan bunga pada umur 5 MST hingga 11 MST. Komposisi media tanam yang digunakan berpengaruh nyata pada umur 5 MST dan berpengaruh sangat nyata pada umur 6 MST hingga 11 MST. Penggunaan media kompos 100% (v/v) pada umur 5 MST hingga 11 MST memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan penggunaan media 100% arang sekam (v/v) dan daun bambu 25% (v/v). Tidak terdapat interaksi antara varietas yang digunakan dengan komposisi media tanam.

Tabel 4. Pengaruh Varietas dan Media Tanam terhadap Jumlah Tandan Bunga per Tanaman

Perlakuan

Jumlah tandan bunga per tanaman 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST 9 MST 10 MST 11 MST Varietas Arthaloka 0.83 2.30 2.12 2.30 3.05 3.12 3.33 3.48 Permata 1.90 4.55 4.87 5.32 6.01 6.46 6.94 7.09 Uji F ** ** ** ** ** ** ** ** Media Tanam (v/v)

Daun Bambu 100% 1.70 4.20a 4.33a 4.85a 5.81a 6.27a 6.41a 6.62a

Arang sekam 100% 0.74 2.33b 2.45c 2.93b 3.39c 3.70dc 4.02bc 4.22bc

Arang sekam 25% + Daun

Bambu 75% 1.41 3.52ab 3.58ab 3.73ab 4.50bc 4.87bc 5.43ab 5.60ab

Arang sekam 50% + Daun

Bambu 50% 1.60 3.98a 4.22a 4.52a 5.33ab 5.52ab 6.23a 6.33a

Arang sekam 75% + Daun

Bambu 25% 1.35 3.10ab 2.89bc 3.02b 3.62c 3.60d 3.58c 3.64c

Uji F tn * ** ** ** ** ** **

Interaksi tn tn tn tn tn tn tn tn

Keterangan: tn = Tidak nyata pada taraf uji 5%

** = Berpengaruh sangat nyata pada taraf uji 1%

* = Berpengaruh nyata pada taraf uji 5%

Angka yang diikuti huruf yang sama dalam kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5%

Jumlah Bunga Gugur

Jumlah bunga gugur antara varietas Arthaloka dan varietas Permata pada umur 5 MST hingga 11 MST tidak berbeda nyata (Tabel 5). Komposisi media tanam juga tidak berbeda nyata. Suhu yang relatif tinggi dan RH yang relatif rendah menyebabkan bunga mudah gugur. Suhu udara di dalam greenhouse yang cenderung tinggi mengakibatkan terganggunya proses pembungaan. Ketika Tanaman berumur 6 MST dan 7 MST suhu siang hari di dalam greenhouse

(31)

meningkat mencapai angka 40-45ºC dan kelembaban relatif (RH) di dalam

greenhouse pada siang hari menurun mencapai angka 60–70%. Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1999) suhu siang 25-30ºC dengan suhu malam 16-20ºC adalah suhu yang optimum untuk pertumbuhan dan pembungaan. Tidak terdapat interaksi antara varietas dan media tanam yang digunakan terhadap jumlah bunga gugur.

Tabel 5. Pengaruh Varietas dan Media Tanam terhadap Jumlah Bunga Gugur per Tanaman

Keterangan: tn = Tidak nyata pada taraf uji 5%

Jumlah Buah per Tanaman

Jumlah buah per tanaman sebelum panen dihitung tiap minggu, dengan mengakumulasikan buah yang dihasilkan setiap tanaman dari 6 MST hingga 11 MST. Jumlah buah per tanaman antara varietas Arthaloka dan Permata berbeda sangat nyata pada umur 6 MST hingga 11MST (Tabel 6). Varietas Permata memiliki hasil yang lebih tinggi dibandingkan varietas Arthaloka. Jumlah buah terus meningkat hingga umur 11 MST. Hal ini dikarenakan pertumbuhan vegetatif varietas Arthaloka yang terus berlangsung pada tanaman hingga umur 11 MST. Potensi hasil produksi varietas Arthaloka adalah 8 buah per tandan dengan jumlah

Perlakuan

Jumlah bunga gugur per tanaman 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST 9 MST 10 MST 11 MST Varietas Arthaloka 0.64 1.49 1.66 0.68 0.46 0.21 0.16 Permata 0.86 2.08 1.00 0.40 0.25 0.08 0.00 Uji F tn tn tn tn tn tn tn Media Tanam (v/v) Daun Bambu 100% 0.66 2.25 1.29 0.45 0.24 0.33 0.16 Arang sekam 100% 0.50 1.41 0.95 0.62 0.41 0.04 0.04

Arang sekam 25% + Daun

Bambu 75% 1.08 1.12 1.83 0.70 0.12 0.00 0.04

Arang sekam 50% + Daun

Bambu 50% 0.62 2.12 1.54 0.12 0.79 0.29 0.00

Arang sekam 75% + Daun

Bambu 25% 0.91 2.04 1.04 0.79 0.20 0.08 0.16

Uji F tn tn tn tn tn tn tn

(32)

tandan 8 tandan per tanaman, jadi potensi buah varietas Arthaloka adalah 64 buah per tanaman. Potensi hasil varietas Permata produksinya adalah 8-9 buah per tandan dengan jumlah tandan 8 tandan per tanaman, jadi potensi buah varietas Permata adalah 64-72 buah. Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1999), waktu penanaman hingga pemanenan buah pertama bergantung pada kultivar dan kondisi pertumbuhan, dan dapat berkisar dari 70 hari hingga 125 hari, sebagian besar tomat matang pada 35-60 hari setelah antesis (9-12 MST). Komposisi media tanam tidak meningkatkan jumlah buah per tanaman.

Tabel 6. Pengaruh Varietas dan Media Tanam terhadap Jumlah Buah per Tanaman

Keterangan: tn = Tidak nyata pada taraf uji 5%

** = Berpengaruh sangat nyata pada taraf uji 1%

Bobot Buah per Tanaman

Bobot buah per tanaman dihitung dari panen pertama hingga keempat (Tabel 7). Berdasarkan varietas yang digunakan bobot buah per tanaman pada varietas Permata lebih tinggi dibandingkan varietas Arthaloka. Berdasarkan media tanam yang digunakan bobot buah per tanaman ketika panen pertama hingga panen keempat tidak berbeda nyata.

Perlakuan Jumlah buah per tanaman

6MST 7 MST 8 MST 9 MST 10 MST 11 MST Varietas Arthaloka 0.15 1.64 4.54 8.51 10.38 11.69 Permata 2.46 6.20 10.17 15.47 19.91 20.28 Uji F ** ** ** ** ** ** Media Tanam (v/v) Daun Bambu 100% 0.93 3.68 8.93 15.58 19.97 20.58 Arang sekam 100% 0.35 1.68 4.54 7.87 9.10 11.81

Arang sekam 25% + Daun

Bambu 75% 2.10 5.16 7.41 12.02 16.74 16.43

Arang sekam 50% + Daun

Bambu 50% 1.91 5.35 7.74 11.58 15.16 16.62

Arang sekam 75% + Daun

Bambu 25% 1.22 3.72 8.14 12.91 14.75 14.47

Uji F tn tn tn tn tn tn

(33)

Potensi produksi tomat varietas Arthaloka adalah 3-4.0 kg per tanaman, sedangkan potensi produksi tomat varietas Permata adalah 3-3.5 kg per tanaman. Dilihat dari hasil produksinya, keduanya antara varietas Arthaloka dan Permata belum mencapai potensi produksi yang diharapkan. Hasil rataan bobot buah per tanaman dari panen pertama hingga keempat tidak berbeda nyata. Tidak terdapat interaksi antara varietas yang digunakan dan komposisi media tanam. Bobot buah per tanaman brlum dapat mencapai potensi produksi karena faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman tomat. Suhu yang tinggi menjadi kendala proses pembentukan buah tomat. Menururt Rubatzky dan Yamaguchi (1999), pada banyak kultivar, suhu siang di atas 32ºC mengurangi pementukan buah, dan pada suhu 40ºC tidak terjadi pembentukan buah.

Tabel 7. Pengaruh Varietas dan Media Tanam terhadap Bobot Buah per Tanaman

Keterangan: tn = Tidak nyata pada taraf uji 5%

** = Berpengaruh sangat nyata pada taraf uji 1%

Bobot per Buah

Bobot per buah antara varietas Arthaloka dan Permata sangat nyata ketika panen pertama hingga ketiga, hal ini berarti bobot per buah yang dipanen dari hasil rataan menunjukkan bobot per buah varietas Permata lebih tinggi

Varietas Bobot buah per tanaman (gram)

Panen 1 Panen 2 Panen 3 Panen 4

Arthaloka 0.00 14.40 22.33 7.59 Permata 79.53 54.50 49.13 25.25 Uji F ** ** ** ** Media Tanam (v/v) Daun Bambu 100% 26.65 34.92 47.16 14.12 Arang sekam 100% 18.42 22.39 26.15 9.73

Arang sekam 25% + Daun

Bambu 75% 55.39 35.15 23.56 21.74

Arang sekam 50% + Daun +

Bambu 50% 60.57 46.14 44.54 14.79

Arang sekam 75% + Daun

Bambu 25% 38.39 33.68 37.27 21.73

Uji F tn tn tn tn

(34)

dibandingkan varietas Arthaloka (Tabel 8). Berdasarkan komposisi media tanam, bobot per buah kelima komposisi media tanam tidak berbeda nyata. Tidak terdapat interaksi antara varietas dan komposisi media tanam.

Potensi bobot per buah varietas Permata adalah 40-60 gram sedangkan varietas Arthaloka 50-60 gram. Jika dibandingkan dengan potensi hasilnya, bobot per buah pada kedua varietas masih rendah. Hal ini dikarenakan pembentukan buah dan bobot buah pada setiap tanaman tidak seragam. Pada beberapa tanaman varietas Permata menghasilkan bobot per buah sesuai dengan potensinya. Namun tidak semua tanaman menghasilkan buah. Pada beberapa tanaman varietas Arthaloka ditemukan tanaman setelah antesis menjadi layu, terdapat pula tanaman yang buahnya kerdil dan tiak berkembang. Suhu greenhouse pada siang hari ketika tanaman berumur 9 MST hingga panen terakhir adalah sebesar 32ºC. Menururt Rubatzky dan Yamaguchi (1999), pada banyak kultivar, suhu siang di atas 32ºC mengurangi pementukan buah, dan pada suhu 40ºC tidak terjadi pembentukan buah.

Tabel 8. Pengaruh Varietas dan Media Tanam terhadap Bobot per Buah

Keterangan: tn = Tidak nyata pada taraf uji 5%

** = Berpengaruh sangat nyata pada taraf uji 1%

Varietas Bobot per buah (gram)

Panen 1 Panen 2 Panen 3 Panen 4

Arthaloka 0.00 7.86 10.70 5.56 Permata 28.25 24.89 27.21 10.66 Uji F ** ** ** tn Media Tanam (v/v) Daun Bambu 100% 10.12 16.11 21.54 7.69 Arang sekam 100% 11.63 14.45 17.88 6.47

Arang sekam 25% + Daun

Bambu 75% 16.33 12.81 13.12 11.47

Arang sekam 50% + Daun

Bambu 50% 14.40 21.69 25.70 8.35

Arang sekam 75% + Daun

Bambu 25% 18.12 16.79 16.53 6.58

Uji F tn tn tn tn

(35)

Grade Buah

Grade buah merupakan faktor penting dalam menentukan standar mutu buah tomat. Tujuan penggolongan (grading) adalah menciptakan keseragaman dalam ukuran, bentuk, dan warna buah tomat. Pada penelitian ini penilaian terhadap buah tomat dilihat berdasarkan berat dan diameter, sesuai dengan varietasnya. Grade A yaitu buah tomat yang memiliki berat >50 gram dan diameter > 5 cm. Grade B yaitu buah tomat yang memiliki berat 30 - 50 gram dan diameter 3 – 5 cm. Grade C yaitu buah tomat yang memiliki berat < 30 gram dan diameter < 3 cm.

Berdasarkan perlakuan varietas, Permata lebih baik dibandingkan varietas Arthaloka. Varietas Permata memiliki grade A sebesar 8% sedangkan varietas Arthaloka tidak meiliki grade A. Varietas Permata memiliki grade B sebesar 39% sedangkan varietas Arthaloka memiliki grade sebesar 24%. Berdasarkan media tanam yang digunakan, komposisi arang sekam 50% daun bambu 50% merupakan komposisi yang memiliki grade A tertinggi.

Tabel 9. Pengaruh Varietas dan Media Tanam terhadap Persen Grade Buah

Perlakuan Grade A Grade B Grade C

Varietas Arthaloka `- 24% 76% Permata 8% 39% 53% Media Tanam (v/v) Daun Bambu 100% 5% 33% 62% Arang sekam 100% 3% 37% 60%

Arang sekam 25% + Daun Bambu 75% 6% 46% 48%

Arang sekam 50% + Daun Bambu 50% 13% 38% 49%

Arang sekam 75% + Daun Bambu 25% 8% 28% 64%

Pembahasan

Berdasarkan hasil uji media tanam, kandungan hara makro (P, K, Ca, Mg) pada arang sekam lebih tinggi dibandingkan kompos daun bambu. Kandungan hara mikro (Fe, Cu, Zn, Mn) pada kompos daun bambu lebih tinggi dibandingkan

(36)

arang sekam. Berdasarkan pertumbuhan dan bobot produksi tomat, komposisi media tanam 100% daun bambu meningkatkan tinggi tanaman pada umur 2 - 5 MST, jumlah daun pada umur 2 - 4 MST, jumlah bunga pada umur 5 MST, 7 MST, 8 MST, dan meningkatkan jumlah tandan bunga pada umur 5 MST – 11 MST. Menurut Asrodiah (2005) kompos daun bambu sebagai media tanam memiliki kemampuan aerasi, menyerap dan menahan air dengan baik karena mempunyai pori yang banyak.

Tinggi tanaman mengalami perbedaan saat tanaman berumur 5 MST. Tinggi tanaman varietas Arthaloka lebih tinggi dibandingkan varietas Permata. Tomat varietas Permata termasuk golongan tipe determinate yaitu pertumbuhan vegetatif berhenti setelah memasuki fase generatif. Tomat varietas Arthaloka termasuk dalam golongan tipe semi determinate yaitu pertumbuhan vegetatif masih berlangsung ketika tanaman memasuki fase generatif, namun sifatnya semi terbatas. Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1999) sifat atau tipe pertumbuhan tanaman tomat terdiri atas tiga jenis, tak terbatas (indeterminate), semi terbatas (semi determinate), dan terbatas (determinate).

Jumlah bunga varietas Permata lebih tinggi dibandingkan jumlah bunga varietas Arthaloka dari awal bunga muncul hingga terbentuk buah. Bunga yang terbentuk sangat menentukan jumlah buah dan bobot buah per tanaman. Jumlah buah varietas Permata lebih tinggi dibandingkan varietas Arthaloka. Terdapat interaksi antara varietas Permata dengan media tanam kompos daun bambu pada 7 MST artinya penambahan kompos daun bambu sebanyak 75% (v/v) dan 25% (v/v) lebih baik dibandingkan penggunaan media 100% (v/v) untuk meningkatkan jumlah buah varietas Permata. Penambahan kompos daun bambu berpengaruh pada jumlah bunga yang lebih tinggi dibandingkan tanaman yang tanpa diberi kompos daun bambu. Jumlah bunga juga sangat berpengaruh terhadap bobot buah per tanaman. Bobot buah per tanaman saat tanaman berumur 11 MST dan 13 MST berbeda sangat nyata. Varietas Permata memiliki bobot buah per tanaman yang lebih tinggi dibandingkan varietas Arthaloka.

Media tanam yang digunakan sebagai bahan tanam berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman. Sifat fisik media yang digunakan berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Dilihat dari variabel pertumbuhan

(37)

vegetatifnya, penambahan kompos daun bambu memberikan hasil yang lebih baik pada tinggi tanaman. Menurut Susanto et al., (2005) media kompos daun bambu mempunyai sifat tidak mengikat dan menyumbang hara selama belum melapuk.

Berdasarkan hasil analisis media tanam kompos daun bambu dan arang sekam, nilai C-organik kompos daun bambu lebih tinggi dibandingkan arang sekam yaitu sebesar 33.14% sedangkan pada arang sekam sebesar 31.69%. Hal ini berpengaruh pada kemampuan media untuk menyimpan unsur hara yang dialirkan melalui sistem hidroponik. Kompos daun bambu memiliki kemampuan menyimpan air dan larutan hara lebih baik dibandingkan arang sekam. Menurut Sutrisna dan Surdiyanti (2007), penambahan bahan organik dapat meningkatkan pori tanah yang mana daya tampung tanah untuk menyimpan air juga juga meningkat.

Varietas Permata termasuk dalam golongan tanaman tomat dataran rendah, sedangkan varietas Arthaloka termasuk tanaman tomat dataran menengah. Kondisi ini mempengaruhi pembentukan bunga tanaman tomat. Pembentukan bunga varietas Arthaloka terhambat karena kondisi panas di dalam greenhouse. Pembentukan bunga tanaman tomat sangat bergantung pada suhu di dalam greenhouse. Suhu di dataran rendah cenderung lebih tinggi dibandingkan suhu udara di dataran tinggi. Menurut Peet dan Bartholemew (1986), suhu optimal untuk pertumbuhan dan pembungaan tomat adalah 21-24oC pada siang hari dan 18-22oC pada malam hari.

Produksi buah tomat di dalam greenhouse dimulai ketika tanaman berumur 4 MST (fase awal pembungaan) hingga tanaman berumur 11 MST (fase akhir pembungaan). Buah dipanen pertama ketika tanaman berumur 9 MST dan berakhir ketika tanaman berumur 12 MST, hal ini dikarenakan setelah panen ke-4 (12 MST) tanaman sudah tidak produktif. Menurut Jones (2008), budidaya tomat di dalam greenhouse dapat mencapai 6 sampai 9 bulan (setelah pindah tanam) atau bahkan lebih. Tanaman yang tidak produktif diakibatkan oleh pertumbuhan generatif dan vegetatifnya semakin menurun. Kondisi tingginya suhu greenhouse

berdampak pada proses pertumbuhan tanaman tomat. Menurut Jones (2008), tomat dapat tumbuh dengan baik di zona iklim dengan suhu antara 65ºF dan 90ºF

(38)

atau antara 18.3ºC hingga 32.2ºC. Suhu di daam greenhouse mengalami fluktuasi, suhu terendah pada kondisi pagi hari yaitu sebesar 25ºC.

Pada saat tanaman berumur 6 MST dan 7 MST suhu di dalam greenhouse mengalami kenaikan hingga 40-45ºC pada siang hari. Suhu yang meningkat cenderung mengakibatkan kondisi di dalam greenhouse menjadi panas. Kondisi suhu yang meningkat pada saat tanaman berumur 6 MST dan 7 MST mengakibatkan jumlah bunga gugur meningkat. Cahaya yang terlalu terik dapat meningkatkan transpirasi dan gugur bunga serta buah (Harjadi, 1989). Kuo dan tsai (1984) menyatakan suhu tinggi di daerah tropis menyebabkan rendahnya perkembangan polen, berkurangnya proses penyerbukan, hancurnya sel embrio pada putik dan rendahnya kandungan auksin dan giberelin yang dapat menghambat pembentukan buah. Menurut Lakitan (1993) suhu sebagai faktor lingkungan dapat mempengaruhi produksi tanaman secara fisik maupun fisiologi. Secara fisik, suhu merupakan bagian yang dipengaruhi oleh radiasi sinar matahari dan dapat diestimasikan berdasarkan keseimbangan panas. Secara fisiologi, suhu dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman, fotosintesis, pembentukan stomata, respirasi, kelarutan zat, kecepatan reaksi, kestabilan suatu enzim dan kesetimbangan berbagai sistem lain dan persenyawaan.

(39)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Tomat varietas Arthaloka dan varietas Permata tidak cocok dibudidayakan secara hidroponik di dalam greenhouse Unit Lapangan Percobaan Cikabayan University Farm IPB

2. Penambahan media tanam kompos daun bambu untuk media tanam hidroponik lebih baik dibandingkan penggunaan arang sekam 100% (v/v)

3. Tidak terdapat interaksi antara varietas dan komposisi media tanam

Saran

Budidaya tomat varietas Permata sebaiknya tidak dilakukan di dalam

greenhouse, varietas Permata dapat dikembangkan di lahan terbuka dengan kisaran suhu 25 - 45ºC dan kelembaban relatif 60-95%.

(40)

DAFTAR PUSTAKA

Adams, P. 1986. Mineral Nutrition, p. 34-75. In: J.G. Atherthon, J. Rudich (Eds). Tomato Crop. Chapman and Hall Inc., New York.

Aksari, O. 2007. Pengaruh Aplikasi GA3 terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Tomat Cherry (Lycopersicon esculentum Var cerasiforme) dalam Sistem Hidroponik. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura. Fakultas Pertanian, IPB. Bogor. 37 hal.

Asrodiah, R. 2005. Pemanfaatan Serasah Kompos Daun Bambu sebagai Media Pertumbuhan Stroberi (Fragaria ananassa Duch) yang Ditanam secara hidroponik. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Budijaya. 1997. Botani Tanaman Tomat, hal 25-37. Dalam Duriat, A.S., W.W. Hadisoeganda, R.M. Sinaga, Y. Hilman, R.S. Basuki (Ed.). Teknologi Produksi Tomat. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Bandung.

Departemen Pertanian. 2010. Produktivitas Tomat. http://www.deptan.go.id. [ 10 Desember 2010].

Dick and McCoy. 1993. Utilization of Organic Waste Compost in Vegetable Crop Production System, P. 252.-269. Asian Vegetable Research and Development Center, Shanhua, Taiwan.

Direktorat Gizi Dep. Kes. R.I. 1990. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Penerbit Bhratara, Jakarta.

Ditjen Hortikultura. 2010. Standar Prosedur Operasional Budidaya Tomat. . http://www.deptan.go.id. [10 Desember 2010].

Duriat, A.S. 1997. Tomat: Komoditas andalan yang prospektif, hal 1-7. Dalam

Duriat, A.S., W.W. Hadisoeganda, R.M. Sinaga, Y. Hilman, R.S. Basuki (Ed.). Teknologi Produksi Tomat. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Bandung.

East West Seed Indonesia. 2010. Benih Tomat Varietas Permata dan Arthaloka. http://www.eastwestindo.com. [27 Februari 2012].

Gould W. A. 1974. Tomato Production, Processing and Quality Evaluation. The Avi Publ. Co., Inc. Amerika. 445p.

FAO (Food and Agriculture organization). 2007. Glossary. Fao.org. Available

From http://www.fao.org/docrep/003/x3910E26.htm.[11 Desember 2010].

(41)

Hansen, V.E., O.W. Israelsen, and G.E. Stringham. 1979. Irrigation Principles and practice. Fourth edition. John Wiley and Sons, Inc., New York. 387 p. Hardjanti, S. 2005. Pertumbuhan stek adenium melalui penganginan, asal bahan

stek, penggunaan pupuk daun dan komposisimedia. Agrosains. 7 (2) : 108-114.

Harjadi., S.S. 1989. Dasar-Dasar Hortikultura. Jurusan Budidaya Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Hidayat, A. 1997. Ekologi tanaman tomat. Prosiding Seminar Ilmiah Nasional Komoditas Sayuran, Lembang, 24 Oktober 1995. Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang.

Jones, J. Benton. 2008. Tomato Plant Culture In the Field, Greenhouse, and Home Garden 2nd ed. Taylor & Francis Group, LLC. U.S. Government. 330 p.

Knott, J.E. 1962. Handbook for Vegetable Growers (Revised printing). John Wiley & Sons, Inc. New York.

Kuo, C. G. and C.T. Tsai. 1984. Alternation by high temperature of high temperature of auxin and gibeberellin concentration in the floral buds, flower and young fruit of tomato. Hort Science. 9(6):870-874.

Lakitan, B. 1993. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 205 hal.

Millar, C. E., L. M. Turk and H. D. foth. 1958. Fundamentals of Soil Science. John Wiley & Sons, Inc. New York.

Murniati. 2003. Pengaruh Media Tanam terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tomat. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian, Institut Peranian Bogor. Bogor

Nurbaity, A., Diyan, Herdiyantoro, dan M. Oviyanti. 2009. Pemanfaatan bahan organic sebagai bahan pembawa inokulan fungsi mikoriza arbuskula. Jurnal Biologi. 8(1) : 11-17.

Nurtika, N., dan Z. Abidin. 1997. Budidaya tanaman tomat, hal 74-75. Dalam

Duriat, A.S., W.W. Hadisoeganda, R.M. Sinaga, Y. Hilman, R.S. Basuki (Ed.). Teknologi Produksi Tomat. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Bandung.

Opena, R.T., and H.A.M. van der Vossen. 1994. Lycopersicon esculentum Miller. P 199-205 In: Plant Resources of South-East Asia 8, Vegetables. Prosea foundation. Bogor.

Gambar

Gambar 1. Suhu Harian dalam Greenhaouse Bulan  April  –  Juli  2011  pada  Pukul  07.00-08.00, 12.00-13.00
Gambar  2.  Kelembaban  relatif  Harian  Greenhaouse  bulan  April-Juli  2011  pada  Pukul 07.00-08.00, 12.00-13.00
Tabel 1. Pengaruh Varietas dan Media Tanam terhadap Tinggi Tanaman Tomat
Tabel  2.  Pengaruh  Varietas  dan  Media  Tanam  terhadap  Jumlah  Daun  Tanaman  Tomat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis hubungan antara dukungan teman sebaya dengan kecemasan menghadapi masa pubertas remaja, diperoleh bahwa dari 33 responden yang mempunyai dukungan teman

Oleh karena itu, untuk mengatasi hal ini akan dirancang suatu sistem pendukung keputusan dengan metode penalaran berbasis kasus (Case Based

Pembelajaran dengan interaktif multimedia diharapkan akan lebih menarik anak-anak untuk belajar pelajaran bahasa Bali.. 4.2

Keberadaan mikroorganisme pada suatu tanah dapat diindikasikan dengan populasi yang tinggi menggambarkan adanya suplai makanan atau energi yang cukup di tambah lagi dengan

Dua metode ini merupakan solusi awal dalam pemecahan masalah rute, nearest neighbor memecahkan masalah dengan cara memilih tetangga terdekat dalam meminimasi jarak

Pihak-pihak lain yang telah memberikan bantuan secara langsung maupun tidak angsung dalam pembuatan tugas akhir ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.. Penulis

Potensi tanaman Eceng Gondok (Eichhornia crassipes), Kayu Apu (Pistia stratiotes), Dan Genjer (Limnocharis flava) sebagai fitoremidiasi air limbah domestik dapat di jadikan salah