• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MATERI SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM NUSANTARA DENGAN METODE MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS IX I SEMESTER 1 SMP NEGERI 1 SALATIGA TAHUN PELAJARAN 20172018 SKRIPSI Diajukan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MATERI SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM NUSANTARA DENGAN METODE MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS IX I SEMESTER 1 SMP NEGERI 1 SALATIGA TAHUN PELAJARAN 20172018 SKRIPSI Diajukan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidik"

Copied!
169
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MATERI SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM NUSANTARA DENGAN METODE MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS IX I

SEMESTER 1

SMP NEGERI 1 SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2017/2018 SKRIPSI

Diajukan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun Oleh: Al mu‟kharomi Zailani

111-14-136

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

(2)
(3)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MATERI SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM NUSANTARA DENGAN METODE MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS IX I

SEMESTETR 1

SMP NEGERI 1 SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2017/2018 SKRIPSI

Diajukan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun Oleh: Al mu‟kharomi Zailani

111-14-136

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

(4)
(5)
(6)

MOTTO

اً ْسُْي ِ ْسُْعْلا َعَم َّن

إَف

ِ

٥

اً ْسُْي ِ ْسُْعْلا َعَم َّن

ا

ِ

٦

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan dan sesungguhnya

sesudah kesulitan itu ada kemudahan (Q.S Al Insyirah : 5-6)

َع َن َكَ َفْيَك او ُر ُظْنإَف ِضْرألا ِفِ اوُير ِس ْلُق

ْ ُهُ ُ َثَْكَأ َن َكَ ُلْبَق ْنِم َنيِ َّلَّا ُةَبِقإ

َيِكِ ْشُْم

Artinya Katakanlah: "Adakan perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah

bagaimana kesudahan orang-orang yang dahulu. Kebanyakan dari mereka itu

(7)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini disusun dan ditulis untuk dipersembahkan kepada:

1. Cintaku tersayang ibunda saya ibu Suminem dan ayahhanda tercinta ku bapak Suwarsono yang telah memberikan cinta, kasih dan sayangnya kepada saya. Yang telah mendorong dan menyemangati saya untuk melanjutkan sekolah sampai pada perguruan tinggi.

2. Keluarga besar yang turut ambil bagian dalam memberikan motivasi yang berguna untuk saya menyelesaikan tugas akhir ini

3. Sahabat sejati, keluarga kembaran saya yang turut membangun, menyemangati dan selalu memberikan motivasi bagi saya yaitu Al mu‟ Rismillah Zailana

4. Keluarga besar SMP Negeri I Salatiga

(8)

KATA PENGANTAR ِّللَا ِمْسِب ِمي ِح ّرلا ِنَمْحّرلا

Segala puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada kehadirat Allah SWT tiada dzat yang patut disembah, dipuji dan ditaati, dialah sang khaliq yang telah menurunkan Islam sebagai aturan yang adil, dan mulia yang merupakan rahmad dan nikmat bagi seluruh alam sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi ini dengan judul peningkatan hasil belajar pendidikan agama Islam nusantara dengan metode make a match pada siswa kelas IX I semester 1 SMP Negeri I Salatiga tahun pelajaran 2017/2018.

Shalawat serta salam semoga senantiasa dilimpahkan oleh Allah kepada penutup para nabi dan rosul nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, sahabat-sahabat dan para pengikutnya yang senantiasa berjuang untuk menyebarkan ajaran Islam. Khususnya ilmu keislaman yang akan menjadi pondasi untuk kehidupan di dunia dan akherat kelak. Bagi penulis tugas skripsi ini merupakan tugas yang ringan. Penulis juga menyadari bahwa banyak kekuragan dan hambatan dalam skripsi yang disusun oleh penulis ini karena adanya keterbatasan dan kekurangan yang dimiliki. walaupun skripsi ini pada akhirnya dapat terselesaikan, meski dengan adanya bantuan dari beberapa pihak yang ambil bagiann dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih setulusnya kepada semua pihak yang telah memberikan batuannya, khususnya kepada

1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku rektor Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

3. Ibu Siti Rukhayati, M. Ag selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) dan selaku dosen pembimbing.

(9)

6. Bapak Slamet, S. Pd.I selaku guru pengampu pelajaran agama islam kelas IX I SMP Negeri I Salatiga

7. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Atas bantuan yang telah diberikannya maka penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarnya. Penulis juga berdo‟a semoga amal perbuatan yang telah diberikan dapat diterima oleh Allah swt dan mendapatkan balasan yang lebih baik amin

Penulis juga mengharap kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan skripsi ini dan penulis juga brharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Salatiga, 10 Agustus 2018

(10)

ABSTRAK

Zailani, Al Mu‟ Kharomi. 2018. Peningkatan hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Materi Sejarah Perkembangan Islam Nusantara dengan metode Make a Match pada siswa Kelas IX I Semester 1 SMP Negeri 1 Salatiga Tahun Pelajaran 2017/2018. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing Siti Rukhayati, M. Ag.

Kata Kunci: Hasil Belajar, Sejarah Perkembangan Islam Nusantara, metode Make A Match

Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah penerapan model make a match dapat meningkatkan hasil belajar pendidikan agama Islam materi sejarah perkembangan Islam nusantara dengan metode make a match pada siswa kelas IX I SMP Negeri I Salatiga Tahun pelajaran 2017/2018. Subjek penelitian yang dilakukan adalah guru mata pelajaran dan siswa kelas IX I Semester 1 SMP Negeri I Salatiga yang terdiri dari 24 siswa perempuan dan 2 diantaranya siswa laki-laki.

Penelitian ini merupkan penelitian tindakan kelas (PTK). Siklus ini terdiri dari dua bagian siklus I dan siklus II yang masing-masing terdiri dari empat tahapan diantaranya: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. metode pengumpulan data menggunakan, tes tertulis, lembar observasi dan dokumentasi. Analisis data yang dilakukan menggunakan cara perbandingan pencapaian nilai hasil belajar tiap siklus dengan ditandai peningkatan kriteria ketuntasan klasikal.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada pra siklus diperoleh hasil 35 % (9 siswa) ketuntasan dan 65 % (17 siswa) belum tuntas. Pada siklus I yang mengalami ketuntasan sebanyak 69% (18 siswa) dan yang belum tuntas sebanyak 31% (17 siswa). Sedangkan pada siklus II mengalami peningkatan dimana siswa yang mengalami ketuntasan sebanyak 96% (25 siswa) dan yang belum tuntas ada 4% (1 siswa). Maka simpulkan bahwa hasil per siklus kriteria KKM siswa siklus I dan II mengalami peningkatan sebanyak 27 %.

Pengarang :

a. Nama : Al Mu‟kharomi Zailani b. E-mail : mukharomi29@gmail.com Pembimbing

a. Nama : Siti Rukhayati, M. Ag b. E-mail : siti rukhayati77@gmail.com

(11)

DAFTAR ISI

SAMPUL ... i

LEMBAR BERLOGO ... ii

HALAMAN JUDUL ... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

PENGESAHAN KELULUSAN... v

PERNYATAAN KELULUSAN TULISAN ... vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... ix

ABSTRAK ... xii

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Hipotesis Penelitian ... 5

E. Hipotesis Tindakan ... 5

F. Indikator Keberhasilan ... 6

G. Manfaat Penelitian ... 6

1. Manfaat Secara Teoritis ... 6

2. Manfaat Secara Praktis ... 6

H. Definisi Operasional ... 7

1. Peningkatan Hasil Belajar ... 7

2. Pendidikan Agama Islam ... 8

3. Sejarah Perkembangan Islam Nusantara ... 8

4. Metode Make And Match ... 9

(12)

1. Rancangan Penelitian ... 9

2. Lokasi, Waktu Dan Subjek Penelitian ... 10

3. Langkah-Langkah Penelitian ... 11

4. Instrumen Penelitian ... 15

5. Teknik Pengumpulan Data ... 16

6. Analisis Data ... 16

J. Sistematika Penulisan ... 17

BAB II DESKRIPSI LOKASI A.Kajian Teori ... 19

1. Pengertian Hasil Belajar ... 21

2. Pendidikan Agama Islam ... 24

3. Sejarah Perkembangan Islam Nusantara ... 28

4. Metode Make And Match ... 35

5. Hubungan Make And Match Terhadap Peningkatan Hasil Belajar 40 B.Kajian Pustaka ... 43

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Gambaran Umum SMP Negeri I Salatiga ... 42

1. Profil SMP Negeri I Salatiga ... 42

2. Data Keadaan Siswa ... 43

3. Sarana dan prasarana ... 44

4. Visi dan misi ... 44

5. Subjek, tempat dan waktu pelaksanaan penelitian ... 45

B. Deskripsi Pelaksana Penelitian 46 1. Deskripsi pra siklus ... 46

2. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I ... 47

3. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II ... 56 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN TINDAKAN

(13)

2. Deskripsi Siklus I ... 63

3. Deskripsi Siklus II ... 65

B. Pembahasan ... 66

1. Pra Siklus ... 66

2. Siklus I ... 66

3. Siklus II ... 71

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 78

B. Saran ... 79 DAFTAR PUSTAKA

(14)

Daftar Tabel

Tabel 1.1 Standar kompetensi dan kompetensi dasar ... 27

Tabel 1.2 Kompetensi Inti ... 27

Tabel 1.3 Data Keadaan Siswa ... 43

Tabel 2.1 Perolehan Nilai Ulangan Harian (Pra Siklus) ... 46

Tabel 2.3 Aspek Dalam Guru Siklus I ... 50

Tabel 2.4 Lembar Observasi Siswa Siklus I ... 51

Tabel 2.5 Nilai Evaluasi Siklus I ... 52

Tabel 2.6 Lembar Observasi Guru Siklus II ... 57

Tabel 2.7 Lembar Observasi Siswa Siklus II ... 58

Tabel 2.8 Nilai Evaluasi Siklus II ... 59

Tabel 3.1 Perolehan Nilai Ulangan Harian (Pra Siklus) ... 62

Tabel 3.2 Perolehan Nilai Ulangan Harian (Siklus I) ... 64

Tabel 3.3 Perolehan Nilai Ulangan Harian (Siklus 1I) ... 65

Tabel 3.4 Lembar Observasi Guru Siklus I ... 67

Tabel 3.5 Lembar Observasi Siswa Siklus I ... 70

Tabel 3.6 Lembar Observasi Guru Siklus II ... 72

Tabel 3.7 Lembar Observasi Siswa Siklus II ... 75

(15)

Daftar Bagan

(16)

Daftar Diagram

(17)

Daftar kolom

(18)

Daftar Lampiran

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II Lampiran 3 Dokumentasi

Lampiran 4 Soal Evaluasi Siklus I Lampiran 5 Soal Evaluasi Siklus II Lampiran 6 Daftar Nilai Siklus I Lampiran 7 Daftar Nilai Siklus II

Lampiran 8 Lembar Observasi Guru Siklus I Lampiran 9 Lembar Observasi Guru Siklus II Lampiran 10 Lembar Observasi Siswa Siklus I Lampiran 11 Lembar Observasi Siswa Siklus II Lampiran 12 Lembar Jawaban Soal Evaluasi Siklus I Lampiran 13 lembar Jawaban Soal Evaluasi Siklus II Lampiran 14 Profil SMP N I Salatiga I

Lampiran 15 Surat Tugas Pembimbing Skripsi Lampiran 16 Surat Permohonan Izin Penelitian Lampiran 17 Surat Keterangan Penelitian Lampiran 18 Lembar Konsultasi Skirpsi Lampiran 19 Nilai SKK

Lampiran 20 Daftar Riwayat Hidup

(19)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MATERI SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM NUSANTARA DENGAN METODE MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS IX I

SEMESTER 1

SMP NEGERI I SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2017/2018

SKRIPSI

Diajukan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun Oleh: Al Mu‟kharomi Zailani

111-14-136

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

(20)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ilmu adalah pengetahuan yang sudah diklarifikasi, diorganisasi, disistematisasi dan diinterprestasi, menghasilkan kebenaran objektif, sudah diuji kebenarannya dan dapat diuji ulang kebenarannya (Zainuddin, 2016: 37). Ilmu sendiri sering diartikan dengan sebuah kejelasan yang sering digunakan dalam proses pencapaian pengetahuan dan objek pengetahuan. Setiap disiplin ilmu sering dibatasi dengan objek kajian. Namun secara filsafat sendiri ilmu lebih khusus dibandingkan dengan pengetahuan.

Falsafah Pendidikan Islam ialah pikiran, pandanagan dan renungan (Zainuddin, 2016: 42). manusia tentang suatu proses transformasi dan usaha pengembangan bakat serta kemampuan seseorang baik aspek kognitif, afektif psikomotor maupun akhlak. Pendidikan dalam pandangan Islam sendiri sering disebut dengan suatu proses informasi yang kemungkinan diserap oleh masing-masing individu yang dapat menjiwai secara berfikir, bertindak dan bersikap yang berguna untuk dirinya sendiri, hubungannya dengan manusia lain, hubungan dengan Allah sang khaliq maupun hubungannya dengan alam.

Pembentukan sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari, ditandai dengan karakteristik pendidikan (Zainudddin, 2016: 43). Tidak hanya dengan mengajarkan atau mentransformasikan ilmu dan ketrampilan serta budaya melainkan dengan cara memberikan perlengkapan kepada peserta didik untuk memecahkan persoalan baik yang sudah tampak pada sekarang maupun permasalahan yang akan datang. Oleh karena itu, pendidikan agama Islam selalu berorientasi pada masa yang akan datang karena anak didik masa kini merupakan pendidik di masa yang akan darang. Seorang guru dalam mengajarkan materi harus mengikuti perkembangan zaman.

(21)

berbeda-mungkin siswa punya kemampuan dengan segala daya kemampuannya mampu sigap dalam keadaan yang nyata pada proses belajar mengajar (Majid, 2014: 106). Ada kalanya siswa mengalami kejenuhan untuk mempelajari pembelajaran. Dari itulah pengajar hendaknya beradaptasi pada keadaan muridnya. Penting untuk melaksanakan pembelajaran yang inovasi, menarik serta menyajikan pelajaran yang efektif dan efisien agar pelajar ketagihan untuk mengikuti penyampaian materi.

Kurikulum dan pola pikir yang sesuai (Majid, 2014: 108). dapat mendukung untuk mengikuti perkembangan pembelajaran pada anak didik. Hal ini pula mampu mengurangi tingkah laku anak yang menyimpang dari kebiasaan belajar. mudah untuk mengarahkan anak didik mengikuti proses belajar mengajar dengan kehidupan sehari-hari dimasyarakat sekitar mereka. apabila peserta didik berhadapan dengan lingkungan hidup mereka akan menemukan banyak yang berlomba-lomba untuk kesenangan materi sebanyak mungkinbanyak yang berkeyakinan semakin banyak yang dimilikinya, maka ia akan semakin senang dan bahagia.

Penerapan pembelajaran pada mata pelajaran pendidikan agama Islam pada hakekatnya banyak pendapat yang menyatakan bahwa merupakan pembelajaran yang kurang menarik. Itulah kenapa dalam keadaan nyata daya tarik anak masih rendah. faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pengaruh hasil belajar diantaranya dari pihak pengajar maupun pelajar sendiri. Penyebab yang sering ditemukan adalah dari cara mengajar yang kurang kreatif, lebih cenderung monoton dan tidak menyesuaikan dengan keadaan siswa. Sebetulnya gaya belajar siswa satu dengan yang lainnya pasti berbeda-bada.

(22)

mempersiapkan untuk dibiasakan anaknya dalam proses belajar. dengan adanya pembiasaan ini anak lama-kelamaan trampil dalam memahami perkembangan ilmu modern yang diperolehnya.

Ketika sudah bersekolah, pada saat yang tepat anak dapat menunjukkan tanpa adanya keraguaan, bakat, perhatian, dorongan dalam berpengetahuaan. Orang tua juga dapat membatasi kegiatan anak dalam memanfaatkan waktu yang ada secara teratur dan maksimal. Adapun dengan orang tua bisa memberikan motivasi akan memunculkan semangat dalam mempelajari ilmu pengetahuan. Semakin canggihnya teknologi yang berkembang saat ini, tak dapat dipungkiri membuat ilmu pengetahuan untuk dapat disesuaikan pada perkembangan modern saat ini. Dengan berkembangnya tegnologi mempermudahkan anak dalam pembelajaran.

Teknologi dengan piawainya menghasilkan pengaruh kuat pada proses mempelajari pengetahuan. Memang dampak yang banyak tidak bisa terlepas dari positif dan negatif. Jika mampu mempergunakan secara efisien akan memberikan manfaat yang besar-besaran. Namun sebaliknya jikalau sama sekali tidak sanggup memakai maka memberikan keburukan yang nyata. Oleh sebab itulah pelajar mesti dengan pintar memilih yang terbaik dari penggunaan teknologi. Peran dari orang tualah juga salah satu faktor pendukung yang mesti cerdas mengawasi dan mengatur kegiatan anaknya selama memakai tegnologi.

(23)

Berdasarkan adanya permasalahan yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa. Peneliti berdiskusi dengan guru pengampu materi untuk mencari pencapaian keselarasan mengenai kecocokan dalam mengambilan strategi yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut. Faedah penggunaan metode dengan cara istimewa dan menarik dapat menggerakkan motivasi. Penyesuaian diri dalam beradaptasi pada lingkungan pembelajaran baik tempat maupun suasana. Mengasah kerjasama yang dapat menghindari pertikaian dan menguntungkan pendidik memahamkan materi pada permasalahan pendidikan agama Islam khususnya materi menelusuri tradisi Islam di nusantara pada siswa kelas IX I semester 1 SMP Negeri 1 Salatiga Tahun pembelajaran 2017/1018.

Penerapan metode make a match dapat memudahkan siswa dengan materi baru. Membiasakan diri meningkatkan pemahaman anak terhadap materi pembelajaran. Metode kartu ini digunakan sebagai penguatan terhadap pembelajaran yang diterapkan atas ketrampilan pengetahuan yang dimiliki. strategi pembelajaran kartu merupakan salah sutu metode “student centered learning” (SLC) (Uno, 2014: 6). dimana pada metode ini peserta belajar ditumtut untuk berperan aktif dalam bentuk belajar bersama atau berkelompok. Pembelajaran menggunakan kartu merupakan metode pembelajaran dimana siswa berkerjasama dalam kelompok kecil yang mengarah dalah satu tujuan.

(24)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan penelitian ini adalah: apakah metode make a match dapat meningkatkan hasil belajar pendidikan agama Islam materi sejarah perkembangan Islam Nusantara pada siswa kelas IX I semester 1 SMP Negeri 1 Salatiga Tahun pembelajaran 2017/1018.?

C. Tujuan Penelitian

Untuk Mengetahui peningkatan hasil belajar pendidikan agama Islam materi sejarah perkembangan Islam nusantara dengan metode make a match

pada siswa kelas IX I SMP Semester 1 Negeri I Salatiga Tahun pelajaran 2017/2018.

D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan 1. Hipotesis tindakan

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang telah dikemukakan. Dimana teori yang menyangkut sejumlah asumsi yang perlu dimaknai, diduga atau digunakan sebagai pegangan dalam penelitian tindakan kelas tidak terlalu menjadi ukuran untuk menyelesaikan permasalahan sehari-hari yang berpragmatik dikelas ini merupakan pendapat dari Hopkins, 1993 (dalam Wiriaatmadja, 2008: 87). Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah metode make a match yang dapat memberikan peningkatan hasil belajar pendidikan agama Islam materi sejarah perkembangan Islam Nusantara pada siswa kelas IX I semester 1 SMP Negeri 1 Salatiga Tahun pelajaran 2017/2018.

2. Indikator keberhasilan

(25)

pada ketetapan di SMP Negeri 1 Salatiga dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam serta.

E. Manfaat Hasil Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menyampaikan informasi yang sesuai kebutuhan dan mampu membuktikan kemahirannya baik secara praktis maupun teoritis berikut ulasannya:

1. Manfaat secara teoritis

Memperbanyak refrensi dalam memanfaatkan salah satu strategi pembelajaran dan alat bantu penunjang rangkaian keberhasilan dalam proses pembelajaran.

2. Manfaat secara praktis

Berguna untuk siswa dan guru sekolah sebagai sistem pendidikan terhadap hasil yang dicapai dalam menyelesaikan kegiatan belajar mengajar.

a. Bagi siswa

1) Memberikan siswa perhatian yang istimewa terhadap pembelajaran 2) Ketika mendapatkan keterangan yang jelas maka ia akan aktif

pada lingkungan pelajaran.

3) Menimbulkan penyesuaian diri baik pada teman, tempat belajar, situasi maupun kondisinya.

4) Mengasuh perhatian teliti akhirnya bersuka hati untuk mengikuti pembelajaran.

5) Pencapaian kesuksesan dalam menentukan hasil yang maksimal b. Bagi guru

1) Menambah dan mengenal khasanah pengetahuan tentang penerapan metode make a match dalam pembelajarn pendidikan agama Islam.

2) Guru termotivasi untuk mengembangkan merencanakan tindak kelas yang bermanfaat.

(26)

c. Bagi sekolah

Hasil riset ini dapat dijadikan peningkatan kwalitas dan mengenal kemampuan yang dimiliki oleh siswa kelas IX I SMP Negeri 1 Salatiga.

d. Bagi peneliti lain

Dapat menambah refrensi bagi peneliti lain yang dapat memberikan tambahan ilmu dan motivasi untuk mengahasilkan kreasi baru lebih inovator hasilnya lebih kreatif dan mendapatkan paham-paham baru. e. Bagi pengambilan kebijakan

Sebagai masukan atau informasi bagi kepala sekolah dalam pengambilan kebijakan yang dapat mengarahkan guru agar menciptakan metode pembelajaran baru yang membantu meningkatkan prestasi baru.

F. Definisi Operasional

Untuk menghindari kekurangjelasan atau pemahaman yang berbeda antara peneliti dengan istilah-istilah yang terdapat dalam judul penelitian maka peneliti memberikan definisi operasional sebagai berikut:

a. Peningkatan Hasil Belajar

Belajar diidentifikasikan dengan proses kegiatan sehari-hari siswa disekolah maupun dilingkungan. Proses belajar itu dapat ditunjukkan pada perilaku siswa dalam mempelajari bahan ajar dan tampak pada tindakan hasil belajar. menurut ibnu khaldum dalam Sulaiman, Fathiyyah Hasan, mengatakan bahwa belajar merupakan suatu proses menstranformasikan nilai yang diperoleh dari pengalaman untuk dapat mempertahankan eksistensi manusia dalam peradaban masyarakat.

(27)

kemusian memakanainya (perubahan tingkah laku para peserta didik baik dalam aspek pengetahuan, sikap dan ketrampilan) (Majid, 2014: 107). b. Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam ialah pikiran, pandangan dan renungan manusia tentang suatu proses transformasi dan usaha pengembangan bakat serta kemampuan seseorang baik aspek kognitif, afektif dan psikomotorik maupun akhlak pribadi untuk menetapkan status, kedudukan dan fungsi didunia dan akherat kelak. Oleh karena itu pendidikan agama Islam merupakan suatu proses penyampaian informasi (berkomunikasi) yang kemudian diserap oleh individu yang dapat menjiwai cara berfikir, bersikap dan bertindak, baik untuk dirinya, hubungan dengan Allah, dengan manusia lain atau masyarakat (Zainuddin, 2018: 43).

c. Sejarah perkembangan Islam Nusantara

Indonesia dikenal dengan negara kepulauan yang memiliki beragam suku, agama, ras, bahasa dan budaya. Kekayaan budaya ini tidak terlepas dari faktor sejarah bangsa Indonesia dari masa ke masa. Indonesia pernah mengalami berbagai masa zaman, seperti Hindu-Buddha, Zaman Penjajahan, Kemerdekaan sampai pada reformasi sekarang ini. Setiap zaman membawa pengaruh tersendiri bagi pertumbuhan dan perkembangan kebudayaan Nusantara (Ahsan dan Sumiyati, 2015: 98).

(28)

d. Metode Make A Match

Dikembangkan pertama kali pada 1994 oleh lorna Curran. Saat ini strategi menjadi salah satu metode yang penting dalam kelas (Huda, 2013: 251). Metode make a match adalah salah satu model “student centered learning” (SLC). Pada model ini peserta pelajar dituntut untuk berperan

aktif dalam bentuk belajar bersama atau berkelompok. Strategi ini juga merupakan pembelajaran kolaborasi (Ayandaru, 2013: 56).

G. Motode Penelitian 1. Rancangan Penelitian

(29)

Bagan 1.1 model tahapan-tahapan pelaksanaan PTK menurut Arikunto dalam Suyadi

2. Lokasi, Waktu dan Subjek Penelitian a. Lokasi Penelitian

Penelitian ini diilaksanakan di SMP 1 Salatiga, yang beralamat Jl. Kartini No. 24, Sidorejo, Salatiga, Jawa Tengah. Proses penjelasan secara global kondisi dan keadaan kelas IX I SMP Negeri 1 Salatiga merupakan kelas yang cukup asri dimana terletak cukup strategis dengan ruang guru. Kelas IX I pun tidak terlalu panas karena ada pepohonan di depan kelas.

Selain itu juga terdapat ruang tempat perpustakaan kecil untuk menambah wawasan pengetahuan yang terletak di pojokan kelas,

Perencanaan

SIKLUS I

Pelaksanaan Pengamata

Refleksi

Perencanaa

Pelaksanaa

Pengamata Refleksi

?

(30)

tempat untuk guru menjelaskan materi dibuat menanjak hal ini dimaksudkan untuk proses belajar mengajar mudah untuk diterapkan yang mana kesemuanya sangat diperlukan untuk menunjang proses belajar mengajar siswa maupun guru. SMP Negeri 1 Salatiga sekolah ini dipilih sebagai tempat penelitian karena strategi make a match

diperlukan untuk lebih mengembangkan kemampuan guru dalam menyampaikan proses pembelajaran yang telah terjalin.

b. Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan jadwal pembelajaran maka waktunya mengikuti jadwal pembelajaran yang telah ditetapkan oleh sekolah. Hal ini dimaksudkan agar tidak tumpang tindih materi yang diterima oleh peserta didik. Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan mulai bulan Oktober sampai bulan November Tahun 2017. Jadwal sementara adalah sebagai berikut: 1. Tanggal 11 November 2017 yaitu kegiatan permintaan izi

penelitian dan observasi di.

2. Tanggal 14 November 2017 yaitu pelaksanaan siklus I 3. Tanggal 21 November 2017 yaitu pelaksanaan siklus II

c. Subjek Penelitian

Subjek penelitian dilakukan pada guru pendidikan agama Islam dan siswa kelas IX I SMP Negeri 1 semester 1 Salatiga Tahun pelajaran 2017/2018 pada umumnya mereka termasuk siswa-siswa yang cerdas dan tekun dalam belajar. penelitian ini khususnya pada mata pelajaran pendidikan agama Islam materi sejarah perkembangan Islam Nusantara dengan metode make a match.

3. Langkah-langkah Penelitian

(31)

a. Perencanaan

Perencanaan merupakan pendahuluan terhadap pemeriksaan kesiapan. Sebelumnya juga telah dilakukan pengenalan fisik sekolah. Bertemu dengan kepala sekolah, memperkenalkan diri, permintaan izin untuk melakukan penelitian pada siswa.

Kegiatan orientasi ini juga dimaksudkan untuk memudahkan peneliti dengan tindakan penelitian agar diterima oleh lingkungan yang akan diteliti selanjutnya mampu mendapatkan kepercayaan (Wiriaatmadja, 2008: 101).

Perencanaan mencangkup tiga kegiatan dasar, yaitu identifikasi masalah, merumuskan masalah dan memecahkan masalah (Suyadi, 2010: 51). Pada masing-masing kegiatan terdapat sub-sub kegiatan yang sebaiknya dilaksanakan untuk menunjang kesempurnaan:

1. Identifikasi masalah

Sebagian besar nilai pendidikan agama Islam kelas IX I SMP semester 1 Negeri 1 Salatiga berada dibawah standar kelulusan Masalah ini didukung oleh data empiris berupa dokumen-dokumen ulangan harian maupun ulangan umum yang telah dilakukan oleh guru mata pelajaran pendidikan agama Islam. Faktor lain adanya pembelajaran yang dilakukan oleh guru secara monoton, hanya menggunakan metode ceramah dan tidak menggunakan metode yang lain.

2. Merumuskan masalah

(32)

3. Memecahkan masalah

Untuk mengatasi masalah Maka dari itu peneliti menggunakan metode make a match dimana siswa belajar berkerjasama dengan lainnya. Siswa diberi 13 soal pertanyaan dan jawaban. Diberi waktu 5 menit untuk mencari pasangannya selanjutnya berdiskusi dan mempertanggung jawabkan untuk melakukan presentasi dan menjawab pertanyaan jika ada.

b. Acting (pelaksanaan)

Pelaksanaan adalah menerapkan apa yang telah direncanakan pada tahap satu, yaitu bertindak di kelas. Harus diingat pula dalam bertindak ini harus sesuai dengan rencana, tetapi juga harus terkesan alamiyah dan tidak direkayasa (Suyadi, 2010: 62). Guru mengajarkan siswa menggunakan metode make a match.

Pengajar juga harus menciptakan lingkungn pembelajaran menyenangkan supaya siswa tidak merasa bosan dan peneliti melakukan simulasi pelaksanaan. Yaitu dengan cara menyiapkan alat pendukung maupun sarana lain penunjang kelancaran dalam siasat pembelajaran yang diinginkan supaya tidak terjadi ketidakleluasaan yang menghambat kelancaran penerapan belajar mengajar.

c. Observasi (pengamatan)

Prof Suyadi menyatakan PTK adalah pengamatan (observing) yang dimaksud dalam tahap III adalah pengumpulan data. Dengan kata lain, observasi adalah alat untuk memontret seberapa jauh afek tindakan telah mencapai sasaran. Pada langkah ini, peneliti harus menguraikan jenis data yang dikumpulkan, atau alat instrumen umpulan data (Suyadi, 2010: 63). Perlu disajikan pula bagaimana menyajikan langkah pembelajaran yang harus dilakukan dan bagaimana pengamat memulai dengan mengumpulankan data melalui observasi.

(33)

pengajar dan pengamat akan mempelajari bersama hasil observasi, menyepakati hasil pengamatan berbentuk kekurangan atau keberhasilan yang dijadikan catatan lapangan dan mendiskusikan langkah selanjutnya. Perhatikanlah bagan berikut:

Bagan 1.2 Pengamatan Observasi

Hubungan antara guru yang melaksanakan pembelajaran dan pengamat atau observer harus saling percaya, saling bantu dan fokus untuk memperbaiki pembelajaran di kelas serta mendukung strategi atau teknik-teknik belajar mengajar (Wiriaatmadja, 2008: 107).

d. Refleksi

Refleksi adalah kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang telah dilakukan. Dalam tahap ini peneliti memperlihatkan pengalamannya sehingga tampak jelas kekurangan maupun kelebihanya (Suyadi, 2010: 64) Jika peneliti melakukan secara individu, maka kegiatan refleksi lebih tepat disebut dengan evaluasi diri. artinya berguna untuk intropeksi diri sendiri dimana ia mengakui kelemahan dan kelebihannya.

Adler melihat ada tiga persepktif mengenai refleksi, yakni: 1. Inkuiri reflektif

(34)

mengajar dan belajar yang dikembangkan melalui inkuiri ilmiah dalam situasi proses belajar mengajar yang nyata pada siswa. 2. Schon (1987, dalam Adler, 1994) memilih refleksi tindakan.

Berguna untuk memberikan respon cepat dalam situasi kurang menyakinkan, unik, bahkan situasi konflik. Maka menurut Schon refleksi adalah “knowledge” atau ilmu yang tidak diungkapkan atau

refleksi dalam tindakan.

3. Zeicher dan Liston (1987, dalam Adler, 1994 sebagai berikut: a) Tahap teknis dimana guru dapat mengaplikasikan ilmunya

untuk mencapai tujuan pembelajaran

b) Pilihan-pilihan yang dilakukan waktu mengajar

Berkaitan dengan isu-isu etika dan moral (Wiriaatmadja, 2008: 28). e. Siklus-siklus

Siklus merupakan putaran dari suatu rangkaian kegiatan, mulai dari perencanaan, persiapan, pelaksanaan, hingga pada evaluasi. Dalam hal ini yang dimaksud siklus yaitu putaran penuh tahapan-tahappan dalam PTK, sebagaimana disebutkan diatas.

4. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh periset dalam kegiatan pengumpulan data menjadi sistematis dan mudah. Bentuk instrumen yang digunakan untuk mendapatkan data dari hasil proses belajar siswa sebagai berikut:

a. Lembar pengamatan atau blanko pengamatan, digunakan terhadap pengamatan langsung proses belajar mengajar guru kepada siswa. Berhasil atau tidaknya pembelajaran selama pengunaan metode make a match. Dalam hal ini akan dibahas istrumen penelitian yang meliputi b. Wawancara

(35)

perkara yang dipandang perlu (Wiriaatmadja, 2008: 117). Suatu bentuk komunikasi verbal suatu percakapan yang bertujuan untuk memperoleh informasi.

c. Tes evaluasi atau tes soal

digunakan untuk mengukur peningkatan hasil belajar pendidikan agama Islam dengan materi sejarah perkembangan Islam di Nusantara (Trianto, 2011: 61).

5. Teknik Pengumpulan Data a. Tes

Tes dilakukan dua kali, yaitu sebelum proses pembelajaran dimulai

(pretest) dan sesudah proses pembelajaran (posttest) ada dua macam tes yaitu tes produk mengukur aspek kognitif yang dimiliki siswa dan tes proses yang bertujuan mengetahui ketrampilan proses pada siswa. b. Observasi atau pengamatan

Observasi merupakan pengawasan yang mengharuskan peneliti terjun secara langsung dan dekat untuk menggali bahan yang akan ditelitinya (Sudaryono dkk, 2013: 38) Observasi juga digunakan untuk mendapatkan data tentang perubahan yang terjadi selama proses pembelajaran yang dimana periset melakukan pengamatan dalam perhatian siswa, tanggapan dan keaktifan siswa baik yang didalam kelas maupun diluar kelas.

6. Analisis Data

(36)

80. Sebaliknya siswa dikatakan belum tuntas belajarnya jika perolehan nilai siswa ˂ 80.

Penentuan akhir perbaikan diamati melalui siklus-siklus menggunakan metode make a match. Siklus I Tahap ini peneliti menggunakan metode

make a match untuk mengukur peningkatan hasil belajar siswa, namun jika dalam penelitian tersebut belum ditemukan keberhasilan maka peneliti akan melanjutkan siklus II untuk memperoleh hasil yang maksimal dan mencapai keberhasilan dalam proses belajar mengajar.

Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis statistik deskriptif. Tujuan adalah mendeskripsikan kegiatan siswa selama proses belajar mengajar. berikut ulasannya:

1) Analisis pengamatan aktivitas siswa

Untuk menganalisis data aktivitas siswa yang diamati digunakan teknik prosentase (%), yakni banyaknya frekuensi tiap aktivitas dibagi dengan seluruh aktivitas dikalikan 100

Presentase respon siswa = Dimana :

A = proporsi siswa yang memilih B = jumlah siswa (responden) 2) Analisis tes hasil belajar

Untuk menentukan ketuntasan belajar siswa digunakan instrumen tes hasil belajar siswa yang meliputi produk, proses, dan psikomotor (Trianto, 2011: 63).

H. Sistematika Penulisan

(37)

Bab 1 pendahuluan

Dalam bab ini berisikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis tindakan dan indikator keberhasilan, manfaaat hasil penelitian, definisi operasional, metode penelitian dan sistematika penulisan. Bab II Landasan Teori

Bab ini berisikan uraian tentang kajian materi penelitian, kajian teori (yang digunakan sebagai landasan dalam PTK) dan kajian pustaka.

Bab III Pelaksanaan Penelitian

Dalam hal ini berisikan deskripsi pelaksanaan siklus I (orientasi perencanaan, pelaksanaan tindakan, diskusi dan refleksi), deskripsi pelaksanaan siklus II dan seterusnya sampai mengalami titik jenuh.

Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan

Berisi tentang uraian hasil deskripsi per siklus yang membahas mengenai data hasil pengamatan atau wawancara, refleksi keberhasilan ataupun kegagalan dan pembahasannya.

Bab V Penutup

(38)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Peningkatan Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan pendapatan atau perolehan sesuatu yang telah dikerjakan. Belajar merupakan . Menurut Ibnu Khaldum dalam Sulaiman, Fathiyyah Hasan mengatakan bahwa belajar merupakan proses menstranf ormasikan nilai yang diperoleh dari pengalaman untuk dapat mempertahankan eksistensi manusia dalam peradaban masyarakat. Menurut Gagne (1977) menganalogkan belajar dengan sebuah proses membangun gedung, artinya anak secara terus-menerus membangun makna baru. Sedangkan menurut Goodman (1987) mengatakan siswa belajar dengan menggunakan tiga cara yaitu pengalaman, pengamatan dan bahasa. Jadi kesimpulannya belajar merupakan memahami sesuatu yang baru dan kemusian memakanainya (perubahan tingkah laku para peserta didik baik dalam aspek pengetahuan, sikap dan ketrampilan) (Majid, 2014: 107).

Dalam hal ini yang di maksud dari hasil belajar pendidikan agama Islam meteri sejarah perkembangan Islam Nusantara adalah kemampuan yang dimiliki siswa mengenai pengetahuan, pemahaman tentang materi yang ditunjukkan dengan perolehan peningkatan hasil belajar yang dapat ditunjukkan pada perilaku siswa dalam mempelajari bahan ajar dan tampak pada tindakan hasil belajar. Dalam ilmu pendidikan, pelajaran diidentifikasikan dengan proses kegiatan sehari-hari siswa di lingkungan sekolah atau madrasah.

(39)

dan disiapkan khusus oleh guru atau bahan belajar yang ada di alam sekitar yang tidak dirancang secara khusus. Belajar diidentifikasikan dengan proses kegiatan sehari-hari siswa disekolah maupun dilingkungan. a. Teori Belajar

Anak dilahirkan sudah memperhatikan keunikan-keunikan, seperti peryataan dirinya dalam bentuk tangisan atau gerakan-gerakan tertentu. Hal ini menggambarkan bahwa sesungguhnya anak sejak lahir memiliki potensi untuk berkembang. J.J. Rousseau berpendapat anak belum sepenuhnya memiliki potensi yang diperlukan bagi penyesuaian diri terhadap lingkungannya, dan masih memerlukan bantuan untuk berkembang kearah kedewasaan yang sempurna. Pandangan lain muncul dari John Locke yang berpendapat anak dianggap sebagai kertas putih, dimana orang-orang bebas menulis kertas tersebut dan aspek diluar lingkunganlah yang mempengaruhi tingkat kedewasaan anak.

Sedangkan pandangan lain muncul dari aliran konvergensi dengan tokohnya Wilian Stern mengatakan bahwa kodrat mnusia mempunyai kemampuan sejak lahir, tetapi komponen ini akan berkembang baik dan sempurna berkat pengaruh lingkunagan (Majid, 2014: 111). Pandangan diatas menurut penulisi anak sebagai makhluk yang unik sangat berpengaruh terhadap pengembangan kurikulum pendidikan. Setiap anak merupakan pribadi tersendiri, memiliki perbedaan disamping persamaannya. Implementasi terhadap pengembangan kurikulum yaitu:

a) Anak diberi kesempatan untuk berkembang sesuai bakat, minat dan kebutuhan

b) Disamping disediakan pembelajaan yang sifatnya umum juga wajib dipelajari anak pilihan yang sesuai dengan minat

c) Kurikulum yang sifatnya kejuruan dan akademik.

(40)

b. Ciri-Ciri Belajar

1) Membentuk anak didik dalam suatu perkembangan tertentu.

2) Suatu prosedur yang dijalankan dengan adanya perencanaan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan

3) Ditandai dengan adanya aktivitas dari anak

4) Ada batas waktu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Kastolani, 2014: 114)

Hasil belajar mengajar adalah semua efek yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan strategi pembelajaran di bawah kondisi yang berpeda (Wena, 2011: 6). Variabel hasi belajar mengajar ada tiga macan yaitu:

1) Keefektifan (effectiveness)

Diukur dari tingkat pencapaian siswa dan terdapat empat indikator untuk mempreskripsikannya yaitu kecermatan, penguasaan perilaku yang dipelajari, kecepatan kerja, tingkat alih belajar dan tingkat retensi.

2) Efisiensi (efficiency)

Perbandingan antara keefektifan dan jumlah waktu atau biaya yang digunakan dalam pembelajaran.

3) Daya tarik (appeal)

Diukur dengan mengamati kecendrungan siswa untuk tetap atau terus belajar.

2. Pendidikan Agama Islam

a. Pengertian Pendidikan Agama Islam

(41)

mengatakan pendidikan agama islam sebagai usaha sadar generasi tua untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan, dan ketrampilan kepada generasi muda agar kelak menjadi manusia muslim, bertaqwa kepada Allah berbudi pekerti luhur dan berkepribadian yang memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam.

Azizy (2002) berpendapat bahwa adanya trasfer nilai, pengetahuan dan ketrampilan dari generasi tua kepada generasi muda agar generasi muda mampu hidup.Mata pelajaran Pendidikan agama islam itu secara keseluruhannya terdapat dalam al-Qur‟an dan Hadis, kimanan, akhlak, fiqh, ibadah dan sejarah (Majid, 2014: 13). Jadi pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah dirancanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Apabila kita perhatikan program pendidikan agama Islam dalam sejarah kehidupan mausia, dapat dikatakan berkembang terus yang ditandai oleh perkembangan lembaganya. Yaitu dari lembaga pesantren muncul madrasah kemudian muncul sekolah Islam bahkan perguruan tinggi Islam sedangkan tidak hanya itu saja sekarang sekolah-sekolah umum juga sudah banyak bahkan diwajibkan untuk ada pembelajaran yang bersifat keagamaan. Munculnya anggapan-anggapan yang kurang menyenangkan tentang pendidikan agama, seperti Islam diajarkan lebih pada hafalan (padahal Islam penuh dengan nilai-nilai) (Majid, 2012: 12). Pendidikan Islam adalah usaha mengenali dan mengakui tempat tuhan dallam kehidupan (Tafsir,2001: 29).

(42)

sederet respon kritis tentang Islam. Hal ini sering kita jumpai yang bahkan secara tidak langsung disebabkan oleh penilaian kelulusan siswa dalam pelajaran agama. Diukur dengan berapa banyak jumlah hafalam mereka dan ujian tulis yang didapat siswa yang mampu untuk didemostrasikan dikelas.

b. Fungsi Pendidikan Agama Islam

Fungsi pendidikan agama Islam untuk sekolah dan madrasah sebagai berikut:

1. Pengembangan: meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah

2. Penanaman Nilai: sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan didunia dan diakherat

3. Penyesuaian mental: menyesuaikan diri dengan lingkungan fisik, sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai ajaran Islam 4. Perbaikan: memperbaiki kesalahan, kekurangan, dan kelemahan

peserta didik dalam kehidupan sehari-hari

5. Pencegahan: menangkal hal-hal yang negatif dari lingkungan maupun budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembanagn menuju manusia Indonesia

6. Pengajaran: ilmu pengetahuan yang dipelajari secara umum, alam nyata dan nirnyata, sistem dan fungsionalnya.

7. Penyaluran: untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus di bidang agama Islam agar bakat dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan (Majid, 2014: 17).

Sedangkan menurut Feisal (1999) dalam majid berpendapat bahwa terdapat beberapa pendekatan yang digunakan dalam memainkan fungsi agama Islam di sekolah antara lain:

(43)

2. Pendekatan Meso, artinya pendekatan program pendidikan yang memiliki kurikulum, sehingga dapat memberi informasi dan kompetisi pada anak.

3. Pendekatan Ekso, artinya pendekatan program pendidikan yang memberikan kemampuan kebijakan pada anak untuk membudidayakan nilai agama Islam

4. Pendekatan Makro, artinya pendekatan program pendidikan yang memberikan kemampuan kecukupan ketrampilan seseorang sebagai profesional yang mampu mengemukakan ilmu teori maupun informasi (Majid, 2014: 18).

c. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Menurut PUSKUR Depdiknas (Kurikulum, 2002 dalam Majid, 2014: 18). Pendidikan Agama Islam di sekolah atau madrasah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pembiasaan peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaan, berbangsa dan bernegara serta untuk dapat melanjutkan pada jejang pendidikan yang lebih tinggi.

Tujuan pendidikan diatas merupakan turunan dari tujuan pendidikan nasional, suatu rumusan dalam UUSPN (UU No. 20 Tahun 2003), berbunyi : “pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang lebih beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cukup, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.” (Majid, 2014: 16).

(44)

guru, penerima oleh peserta didik, berbagai sarana dan prasarana, kelembagaan dan faktor lainnya yang mendukung.

d. Ruang Lingkup Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam mencangkup perwujudan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah swt, diri sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya maupun lingkungannya (Majid, 2014: 13).

e. Karakteristik Pendidikan Agama Islam

Visi Pendidikan Agama Islam di sekolah umum adalah terbentuknya sosok anak didik yang memiliki karakter, watak dan kepribadian dengan landasan iman dan ketakwaan serta nilai-nilai akhlak atau budi pekerti yang kukuh, tercermin dalam keseluruhan sikap dan perilaku sehari-hari untuk selanjutnya memberi corak bagi pembentukan watak bangsa. Sedangkan misi Pendidikan Agama Islam menurut Djamas, (2000 dalam Majid, 2014: 19) menyebutkan sebagai berikut:

1. Melaksanakan pendidikan agama sebagai bagian integral dari keseluruhan proses pendidikan di sekolah.

2. Menyelenggarakan pendidikan agama di sekolah dengan mengintegrasikan aspek pengajaran, pengalaman kegiatan belajar mengajar di depan kelas diikuti pembiasaan pengalaman ibadah bersama di sekolah, kunjungan dan memperhatikan lingkungan sekitar serta penerapan nilaidan norma akhlak dalam perilaku sehari-hari.

3. Melakukan upaya bersama guru agama dan kepala sekolah untuk mewujudkan upaya sekolah (school culture) yang dijiwai oleh suasana dan disiplin yang tinngi yang tercermin dari aktualisasi nilai dan norma keagamaan.

(45)

pembimbing dan nasehat, komunikator serta penggerak agar tercipta suasana dan kedisiplinan agama di sekolah.

f. Pentingnya Pendidikan Bagi Anak

Manusia lahir dalam keadaan tidak mengetahui apapun tetapi ia memiliki pancaindra, pikiran dan rasa sebagai modal untuk menerima pengetahuan dan mempunyai pengetahuan dalam ketrampilan serta memiliki pengetahuan yang luas untuk menerima wawasan yang ada. Pendidikan agama Islam merupakan usaha bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam dan menjadikan Islam sebagai pokok panutan dalam menjalani kehidupannya.

g. Peran Masyarakat Dalam Pendidikan Agama Islam

Berdasrkan UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 maka bentuk peranan masyarakat dalam peningkatan agama adalah sebagai berikut:

1. Reorientasi pendidikan agama di dalam keluarga

2. Pembiayaan, pemberian bahan dan sarana pendidikan agama dan keagamaan

3. Berpartisipasi aktif dalam komite madrasah atau sekolah

4. Mendorong dan mendukung semua program pendidikan agama di Madrasah atau sekolah

5. Mendirikan dan mengembangkan lembaga pendidikan agama yang berbasis mutu (Majid, 2014: 24).

(46)
(47)

i. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas IX Semester I

Kompete c. Membuat paparan

kronologi sejarah perkembangan Islam Nusantara d. Membuat soal-soal

tentang sejarah

Tabel 1.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

No. Kompetensi Inti 1

2

Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.

Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, bertanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya. 3 Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.

4 Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.

(48)

3. Sejarah Perkembangan Islam Nusantara

Indonesia dikenal sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Padahal jika kita melihat sejarah lahirnya agama Islam yang dibawa para nabi, Indonesia tidak begitu dikenal. Namun berkat kegigihan para da‟i dan ulama, perkembangan Islam di nusantara begitu pesat sampai saat ini. Sejak zaman pra sejarah, penduduk Nusantara dikenal sebagai pelayar-pelayar tangguh yang sanggup mengarungi samudra lepas. Menurut catatan sejarah, pada awal masehi sudah ada jalur pelayaran dan perdagangan antara kepulauan Indonesia dengan berbagai daerah di Asia Tenggara. Wilayah yang menjadi lintasan penting perdaganagn adalah wilayah Nusantara bagian barat, yakni Malaka dan sekitarnya. Alasannya kaya akan hasil bumi.

Daerah tersebut kemudian menjadi perlintasan para pedagang Cina dan India. Sementara itu pelabuhan-pelabuhan penting di Sumatra dan Jawa antara abad ke-1 dan ke-7 M sering disinggahi pedagang dari Lamuri (Aceh), Badrus, Palembang, Sunda Kelapa dan Gresik. Sementara itu pedagang yang berasal dari timur tengah pada abad ke-7 M (abad ke-1 H). Malaka menjadi pusat utama lalu lintas perdagangan dan pelayaran. Mereka tidak hanya berdagang, tetapi sekaligus berdakwah menyebarkan Agama Islam. Demikian agama Islam telah ada di Indonesia ini sejak abad ke-1 H. Para ahli mencatat sebelum Islam datang Indonesia dalam pengaruh agama Hindu-Budha. Tampak pada pola hidup masyarakat di Indonesia. Namun dalam perkembangannya pengaruh Islam jauh lebih kuat daripada agama Hindu-Budha.

(49)

yang ditandai dengan berdirinya kerajaan Samudra Pasai di Aceh sebagai kerajaan Islam yang pertama (Ahsan, 2015: 98).

Proses masuknya Islam di Nusantara berjalan secara bertahap dan melalui banyak jalan. Menurut para ahli sejarah teori-teori tentang kedatangan Islam ke Nusantara adalah sebagai berikut:

a. Teori mekkah menurut teori Mekkah proses masuknya Islam langsung dari Mekkah atau Arab. Terjadi pada abad 1 hijriyah atau abad ke-7 Masehi. Para pedagang dari timur tengah memiliki misi pertama untuk berdagang dan berdakwah. Karena adanya kesopanan dan penyambutan yang baik menjadi faktor utama para pedagang untuk menyebarkan ajaran Islam.

b. Teori Gujarat megatakan awal masuknya Islam pada abad ke-7 H atau ke- 13 M. Gujarat adalah sebuah wilayah di India bagian barat, yang berdekatan dengan laut Arab. Menurut teori ini orang-orang bermadzab asyafi‟i telah bermukim di Gujarat. Hal ini didasari adanya hubungan baik antara orang-orang Gujarat dengan Indonesia dibandingkan dengan orang-orang Arab

c. Teori Persia mengatakan proses kedatangan Islam ke Indonesia berasal dari daerah persia atau parsi (sekarang Iran). Sebagai buktinya adanya kesamaan budaya dan tradisi yang berkembang antara masyarakat Parsi dan Indonesia. Tradisi tersebut adalah perayaan 10 Muharam atau Assyuro.

d. Teori China menurut teori ini proses kedatangan Islam berasal dari pedagang china. Mereka telah berhubungan dagang jauh sebelum Islam dikenal di Indonesia yakni sejak masa Hindu-Budha.

(50)

1) Sunan Mulana Malik Ibrahim atau Syekh Maghribi, yang diduga berasal dari Persia dan berkedudukan di Gresik.

2) Sunan Ampel atau Raden Rahmat berkedudukan di Ampel, Surabaya. 3) Sunan Bonang atau Raden Maulana Makdum Ibrahim, putra dari

Raden Rahmat (Sunan Ampel). Ia tinggal di bonang dekat Tuban. 4) Sunan Giri atau Prabu Satmata atau Sultan Abdul Fakih yang semula

bernama Raden Paku, berkedudukan di bukit Giri, dekat Gresik.

5) Sunan Drajat atau Syarifuddin, juga putra dari Sunan Ampel dan berkedudukan di Drajat, dekat Sedayu, Surabaya.

6) Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah atau Syeikh Nurullah berasal dari Pasai, sebelah Utara Aceh yang berkedudukan di Jati Cirebon.

7) Sunan Kudus atau Ja‟far Sodiq, putra dari Raden Utsman Haji yang bergelar Sunan Ngandung di Jipang Panolan, berkedudukan di Kudus 8) Sunan Kalijaga, aslinya Raden Mas Syahid. Beliau adalah putra

Tumenggung Wilatikta, bupati Tuban yang berkedudukan di Gunung Muria, Kudus.

9) Sunan Muria atau Raden Umar Said adalah putra dari Sunan Kalijaga berkedudukan di Gunung Muria, Kudus.

Para da‟i dan mubaligh menyebarkan Islam di Nusantara dengan cara-cara sebagai berikut:

a. Perdagangan

(51)

b. Perkawinan

Sebagian pedagang Islam menikah dengan wanita pribumi, terutama putri bangsawan atau putri raja. Dari pernikahan itu mereka mendapatkan keturunan. Pernikahan inilah banyak keluarga bangsawan atau raja masuk Islam sehingga para pedagang menetap dan membentuk perkampungan.

c. Pendidikan

Para mubaligh mendirikan lembaga pendidikan Islam di berbagai wilayah Nusantara. Pendidikan ini berdiri pada awal Islam masuk ke Nusantara nama pada tiap daerah pun berbeda-beda contohnya di Aceh dikenal dengan nama meunash, dayah dan rangkang. Sumatra Barat dikenal dengan nama langgar. Sementara di Jawa dikenal dengan nama pondok pesantren. Disanalah berlangsung pembinaan, pendidikan dan latiha-latihan bagi calon kyai.

d. Hubungan sosial

Para pedangan yang menetap di Nusantara aktif membaur dengan masyarakat melalui kegiatan sosial. Sikap mereka santun, baik, kepandaian yang tinggi serta dermawan. Silaturahmi, gotong royong dilakukan bersama dengan tujuan menarik simpati agar masuk Islam. Pada saat itu mereka menyebarkan Islam dengan jalan bijaksana, tidak memaksa, tidak merendahkan dan tidak ada imbalan apapun.

e. Kesenian

(52)

Berikut akan dijelaskan kerajaaan-kerajaan di Nusantara 1) Kerajaan Samudra Pasai

Kerajaan Islam pertama di Indonesia adalah kerajaan Samudra Pasai yang terletak di pesisir Timur Laut Aceh, kabupaten Lhok Seumawe atau Aceh Utara sekarang. Lahirnya kerajaan Islam yang pertama di Indonesia itu diperkirakan mulai awal atau pertengan abad ke- 13 M. kawasan Aceh yang strategis berada di pintu selat Malaka menjadikan Aceh pertemuan para pedagang dari berbagai wilayah di Nusantara dan para pedagang dari luar Negeri. Khususnya bagi para pedagang Islam.

Salah satu berdirinya kerajaan samudra pasai adalah adanya nisan kubur terbuat dari granit asal samudra pasai. Dari nisan tersebut diketahui bahwa raja pertama Samudra Pasai, Sultan Malik Al-Saleh meninggal pada bulan Ramadhan tahun 696 H yang bertepatan pada Tahun 1297 M. Tahun 1521 M kerajaaan ini ditaklukkan Portugis. Selanjutnya kerajan Samudra Pasai mulai mundur dan dibawah kerajaan Aceh.

2) Kerajaan Aceh

Kerajaan Aceh terletak di kawasan Aceh besar. Nama Aceh menanjak dengan cukup pesat pada abad ke-17. Sejak itu seluruh Aceh berada dibawah naungan Aceh besar yang berpusat di Kutaraja sultan pertama yang memerintah dan pendiri kerajaan Aceh adalah Sultan Ali Mughayat Syah pada tahun 1514-1528 M. pada masa ini Aceh memperluas daerah kekuasaannya psampai pada Pidie yang bekerjasama dengan Portugis, kemudian kepasai pada tahun 1524 M. dengan adanya kedua kemenangan tersebut Aceh mudah menyebarkan kekuasaannya sampai ke Sumatra Timur.

(53)

Syah justru melawan Portugis. Dalam melawan Portugis ia bekerjasama dengan kerajaan Turki Utsmani dan kerajaan-kerajaan Islam lain di Indonesia. Aceh mencapai punjak kejayaan pada masa pemerintahan iskandar muda. Bandar Aceh dibuka menjadi pelabuhan internasional dengan jaminan pengamanan ganggunan laut dari kapal perang Portugis.

Penaklukkan juga dilakukan disekitar Aceh yaitu didaerah Deli sampai pada Semenanjung Malaka. Selanjutnya Aceh dipimpin oleh sultan iskandar tsani padatahun 1636-1641 M. Masa pemerintahannya tidak lama karena tidak memiliki kepribadian dan kecakapan yang kuat seperti Sultan Iskandar Muda. Sejak Sultan Iskandar Muda wafat Aceh justru mengalami kemunduran-kemunduran dan selanjutnya digantikan oleh kerajaan Demak. 3) Kerajaan Demak

Kerajaan Demak terletak di kabupaten Demak, Jawa Tengah. Kerajaan ini merupakan kerajaan pertama dan terbesar dipesisir Utara Jawa. Wilayah Demak sebelumnya merupakan kadipaten dari kerajaan Majapahit. Kerajaan ini tercatat menjadi pelopor penyebaran ajaran Islam di pulau Jawa dan Nusantara. Kerajaan Demak didirikan pada tahun 1478 M beliau merupakan putra dari prabu Kertabumi, seorang raja Majapahit.

(54)

memimpin armada laut Demak dalam menyerang portugis di malaka pada tahun 1513 M. namun penyerangan itu gagal.

Sekembalinya ke malaka ia mendapatkan gelar pangeran sebrang lor. Setelah Pati Unus naik tahta, ia tidak lagi menyerang malaka. Para pedagang lain juga tidank berdagang di Malaka. Kekuasaan Demak berakhir pada tahun 1568. Joko Tingkir memindahkan pemerintahan dari Demak ke Pajang dan disana ia mendirikan kerajaan Pajang.

4) Kerajaan Pajang

Kerajaan Pajang adalah penerus dari kerajaan demak, pemerintahan pada tahun 1568-1586 dan kesultanan terletak di daerah Kartasura yang merupakan kerajaan pertama yang terletak di daerah pendalaman pulau Jawa. Sultan pertama adalah jaka tingkir yang berasal dari pangging, di lereng gunung merapi. Jaka tingkir bergelar Sultan Hadiwijaya. Kedudukannya disahkan oleh sunan giri, segera mendapatkan pengakuan dari adipati di seluruh Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Demak kemudian hanya menjadi kadipaten yang dipimpin oleh arya pangiri, putra Sunan Prawoto. Selanjutnya kerajaan Pajang dipimpin oleh Pangeran Benowo (putra Hadiwijaya) menyerahkan tahta kepada sutawijaya. Sutawijaya kemudian memindahkan pusat pemerintahannya ke Mataram pada Tahun 1586 M. sejak itu berdirilah kerajaan Mataram letak kerajaan ini terletak di sebelah tenggara kota Yogyakarta, yakni di Kotagede. Sutawijaya kemudian bergelar Penembahan Senopati Ing Alaga Sayidin Panatagama, sedangkan Pangeran Benowo diagkat menjadi bupati Pajang.

5) Kerajaan Mataram Islam

Kerajaan Mataram Islam berdiri pada Tahun 1586 dan raja pertamanya adalah Sutawijaya yang bergelar “Senapati Ingalaga

(55)

kehidupan beragama. Pusat kerajaan terletak di tenggara kota Yogyakarta, yakni Kotagede.

Mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Agung Hanyakrakusuma (1613-1645 M). cerminan dari kebesaran jiwa, keberanian, keuletan, dan kecakapan serta kepribadian yang kuat. Ia merupakan seorang militer yang ulung, organisator, ahli politik, sastra, filsafat dan mementingkan urusan agama. Pada masa Sultan Agung banyak prestasi besar yang dicapai, antara lain sebagai berikut:

a. Memperluas daerah kekuasaannya meliputi Jawa- Madura, Palembang, Jambi, dan Banjarmasin

b. Mengatur dan mengawasi wilayahnya yang luas itu langsung dari pusat pemerintahannya

c. Melakukan kegiatan ekonomi yang bercorak agraris dan maritim

d. Mataram sebagai pengekspor beras terbesar

e. Memnundukkan daerah-daerah sepanjang pantai utara Jawa dan mampu menyerang Belanda di Batavia sebanyak dua kali. f. Mengubah perhitungan tahun Jawa Hindu (Saka) dengan tahun

Islam (Hijriyah).

Menyusun karya sastra yang cukup terkenal, yaitu sastra Gending dan kitab Suluk. Misalnya Suluk Wujil (1607 M) yang berisi wejangan sunan Bonang kepada abdi raja yang bernama Wujil.

4. Metode make a match

(56)

yang dapat diambil oleh seorang guru agar mencapai tujuan kegiatan pembelajaran salah satunya adalah penggunaan metode.

Kedudukan metode dalam pendidikan sangat efektif untuk mencapai tujuan. Metode juga berfungsi sebagai seni untuk mentransfer ilmu pengetahuan atau materi pembelajaran kepada siswa dianggap lebih signifikan dibanding dengan materi diri sendiri. Realitas proses belajar mengajar menunjukan bahwa cara penyampaian yang komunikatif lebih disenangi siswa meskipun sebenarnya materi yang cukup baik karena disampaikan dengan cara kurang menarik maka materi itu sendiri kurang dapat diserap siswa.

Pemilihan metode yang digunakan dalam proses pembelajaran, seseorang guru perlu mempunyai alasan yang kuat dan faktor-faktor yang mendukung pemilihan metode tersebut, seperti karakteristik tujuan kegiatan dan karakteristik yang diajar, metode sendiri pada hakekatnya adalah penerapan prinsip-prinsip psikologi dan prinsip pendidikan bagi perkembangan peserta didik (Kastolani, 2014: 93). Tujuan proses belajar mengajar merupakan komponen utama yang harus ditetapkan dalam pengajaran yang berfungsi sebagai keberhasilan pengajaran.

Metode yang digunakan dalam pengajaran dipilih atas dasar tujuan dan bahan yang telah ditetapkan. Metode berfungsi sebagai jembatan atau media transformasi pelajaran terhadap tujuan yang ingin dicapai.

Make a match Dikembangkan pertama kali pada Tahun 1994 oleh Lorna Curran, metode make a match saat ini menjadi salah satu model penting dalam kelas. Tujuan dari metode make a match (Huda, 2014: 251), antara lain:

a. Pendalaman materi b. Penggalian materi c. Edutainmenti

(57)

a. Membuat beberapa pertanyan yang sesuai dengan materi yang dipelajari kemudian menuliskannya dalam kartu-kartu pertanyaan b. Membuat kunci jawaban dari pertanyaan yang telah dibuat dan

menulisnya dalam kartu-kartu jawaban.

c. Membuat aturan yang berisi penghargaan bagi siswa yang berhasil dan saksi bagi siswa yang gagal.

d. Menyediakan lembaran untuk mencatat pasangan-pasangan yang berhasil sekaligus untuk penskoran presentasi.

Sedangkan metode make a match dapat dilihat pada langkah-langkah kegiatan pembelajaran berikut ini:

a) Guru menyampaikan materi atau memberi tugas kepada siswa utuk mempelajari materi dirumah

b) Siswa dibagi menjadi dua kelompok

c) Guru membagi pertanyaan pada kelompok A dan membagi jawaban di kelompok B

d) Guru menyampaikan kepada siswa untuk mencari dan mencocokkan kartu yang di pegang dengan kelompok lain

e) Guru menyuruh kelompok A mencari pasangannya di kelompok B f) Jika waktu habis mereka diberi tahu waktu habis

g) Guru memanggil satu pasangan untuk presentasi, pasangan lain memperhatikan dan menanggapi pasangan cocok atau tidak

h) Guru memberikan konfirmasi tentang kebenaran dan kecocokan pertanyaan dan jawaban dari pasangan yang presentasi

i) Guru memanggil pasangan berikutnya, begitu seterusnya sampai semua pasangan presentasi.

Kelebihan dari metode make a match (Huda, 2013: 253), antara lain: a. Dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa, baik secara kognitif

maupun fisik

b. Karena ada unsur permainan, metode ini menyenangkan

(58)

d. Efektif sebagai sarana untuk tampil presentasi

Efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu belajar.

5. Hubungan metode make a match terhadap peningkatan hasil belajar Upaya peningkatan hasil belajar siswa tidak terlepas dari berbagai faktor yang mempengaruhinya. Dalam hal ini, diperlukan guru kreatif yang dapat membuat pembelajaran lebih menarik dan disukai pesrta didik. Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa (Kastolani, 2014: 101). Metode make a match merupakan salah satu upaya dari berbagai macam model maupun metode yang ada yang dapat digunakan agar siswa dapat memperoleh kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain sehingga pada gilirannya daapat diperoleh prestasi belajar yang optimal.

Metode make a match merupakan Pendekatan kelompok yang diperlukan untuk membina dan mengembangkan sikap sosialanak didik. Karena anak didik merupakan homo cocius yakni makhluk yang berkecenderungan untuk hidup bersama. Perbedaan anak didik pada aspek biologi, intelektual dan psikologis dijadikan sebagai pijakan dalam melakukan pendekatan kelompok. Keakraban kelompok ditentukan oleh beberapa faktor yaitu:

a. Perasaan diterima atau disukai teman-teman b. Tarikan kelompok

c. Teknik pengelompokan oleh guru

d. Partisipasi atau keterlibatan dalam kelompok

(59)

memanfaatkan metode make a match sangat berguna, baik bagi guru maupun siswa. Bagi guru dapat menjadi pedoman dan acuan bertindak yang sistematis dalam pelaksanaan pembelajaran. Bagi siswa dapat mempermudah proses belajar (mempermudah dan mempercepat memahami isi pembelajaran), karena setiap strategi dirancang untuk mempermudah proses belajar siswa.

Bagan 1.3 Hubungan metode pembelajaran terhadap prestasi belajar

Metode

Pembelajaran Peningkatan hasil

belajar siswa

Bagi Siswa

(60)

B. Kajian Pustaka

Bagian ini berisi tentang tinjauan dari berbagai penelitian yang relevan dan telah ada (Suyadi, 2010: 81). Sejauh peneliti yang dapat dijangkau, peneliti menemukan bahwa telah banyak penelitian sejenis yang telah dilakukanoleh para peneliti lain. beberapa peneliti diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Nur Azizah dengan judul peningkatan prestasi belajar akhlak materi akhlak tercela melalui metode make a match pada siswa kelas X agama di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) tengaran pada tahun pelajaran 2017. Yang diperoleh hasil pada siklus I siswa yang tuntas sebanyak 41% (14 siswa) dan yang tidak tuntas ada 59% (20 siswa). Pada siklus II mengalami peningkatan diantaranya siswa yang tuntas sebanyak 23% (25 siswa) dan siswa yang tidak tuntas sebanyak 27% (9 siswa) dan tahap akhir siklus III siswa yang mengalami ketuntasan sebanyak 100% (34 siswa) sedangkan siswa yang tidak tuntas ada 0% (0 siswa).

Peneliti lain juga dilakukan oleh siti Masruroh dengan judul peningkatan hasil belajar fiqih materi pengeluaran harta diluar zakat dengan metode make a match pada siswa kelas VIII di MTS Al-Falaah Jetis Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang pada tahun pelajaran 2016/2017. Hal ini diperoleh hasil pada saat pra siklus sampai pada siklus II mengalami peningkatan yaitu terhitung dari rata-rata siswa pra siklus diperoleh sebanyak 52,37, pada siklus I sebanyak 62,85 dan pada siklus II menjadi 82,85.

Penelitian ini juga dilakukan oleh Nur Wahid Setiawan dengan judul peningkatan hasil belajar matematika materi bangun datar melalui metode

(61)
(62)

BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Gambaran umum SMP Negeri I Salatiga 1. Profil SMP Negeri I Salatiga

Nama Sekolah : SMP Negeri I Salatiga Nomor Statistik Sekolah : 201036204001

No. Telp : 0298325160

E-Mail : smp1_grisa45@yahoo.co.id

Website : http://smpn1salatiga.sch.id

Kode Pos : 50711

2. Alamat lembaga

Jalan : Jl. Kartini No. 24, Sidorejo, Salatiga

Profinsi : Jawa Tengah

Kabupaten : Semarang

Kecamatan : Sidorejo

Desa / Kelurahan : Salatiga

Daerah : Perkotaan

3. Informasi KKM

Status Akreditasi : A

Penerbit SK : Mendikbud RI Pelaksanaan KBM : Pagi

Bagunan Sekolah : Milik Pemerintah Terletak Pada Lintas : Kecamatan

Standar Sekolah : Rintisan Sekolah Kategori Mandiri 4. Data kepala Sekolah

Nama : Wartono, M. Pd.

Jenis kelamin : Laki-laki

Gambar

Tabel 1.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Tabel 1.3 data keadaan siswa
Tabel 2.1 perolehan nilai ulangan harian (Pra Siklus)
Tabel 2.3 aspek dalam guru siklus I
+7

Referensi

Dokumen terkait

ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO.43/PUU-XIII/2015 TENTANG PROSES REKRUTMEN HAKIM TINGKAT PERTAMA.. TANPA MELIBATKAN

[r]

[r]

Adapun hasil dari penelitian ini adalah (1) komunikasi yang terjadi dalam kisah Musa merupakan komunikasi edukatif yang dapat dilihat dari peran Nabi Musa

Dalam kitab I'anatut Thalibin misalnya, Imam Abi Bakar menyatakan bahwa menikahi wanita ahli kitab diperbolehkan. 4 Dalam hal ini pernikahan dengan ahlu kitab bisa

Melalui partisipasi masyarakat dalam proses Amdal, diharapkan di masa mendatang masyarakat juga akan turut serta secara aktif dalam pengambilan keputusan mengenai kelayakan

Hasyim Asy’ari tentang kode etik guru memiliki relevansi yang cukup kuat dengan konteks pendidikan masa sekarang, khususnya jika dikaitkan dengan profil guru ideal

Dalam pasal 3 Undang-Undang No 15 Tahun 2001 Tentang Merek ditentukan bahwa Hak atas Merek adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada pemilik Merek yang terdaftar dalam