• Tidak ada hasil yang ditemukan

NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM AL-QUR’AN SURAT AN-NISᾹ’ AYAT 1 - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM AL-QUR’AN SURAT AN-NISᾹ’ AYAT 1 - Test Repository"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM AL-

QUR‟AN

SURAT AN-NIS

Ᾱ‟ AYAT 1

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S. Pd.)

Oleh

MUSTAKIMAH

11113286

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

(2)
(3)

NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM AL-

QUR‟AN

SURAT AN-NIS

Ᾱ‟ AYAT 1

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan, S. Pd.

Oleh

MUSTAKIMAH

11113286

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

(4)

Prof. Dr. H. Budihardjo M. Ag. Dosen IAIN Salatiga

NOTA PEMBIMBING Lamp : 4 eksemplar Hal : Naskah Skripsi

: Mustakimah

Kepada:

Yth.Dekan FTIK IAIN Salatiga Di Salatiga

Assalamu „alaikum Wr. Wb.

Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara:

Nama : Mustakimah NIM : 11113286

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan ProgamStudi : Pendidikan Agama Islam

Judul : NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM AL-QUR‟AN SURAT AN-NISᾹ‟ AYAT 1

Dengan ini mohon skripsi saudara di atas supaya segera dimunaqosahkan. Demikian agar menjadi perhatian.

Wassalamu „alaikum Wr. Wb.

Salatiga, 12 Maret 2018 Pembimbing

(5)

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

Jalan Lingkar Salatiga Km. 2 Telepon: (0298) 6031364 Salatiga 50716 Website: tarbiyah.iainsalatiga.ac.id email: tarbiyah@iainsalatiga.ac.id

SKRIPSI

NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM AL-QUR‟AN SURAT AN-NISᾹ‟ AYAT 1

MUSTAKIMAH

NIM : 11113286

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga pada tanggal 28 Maret 2018 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

Susunan Panitia Penguji Ketua Penguji : Mufiq, S. Ag., M. Phil.

Sekretaris Penguji : Muh. Hafidz., M. Ag.

Penguji I : Rasimin, M. Pd.

Penguji II : Prof. Dr. Budihardjo, M. Ag.

Salatiga, 28 Maret 2018 Dekan

FTIK IAIN Salatiga

Suwardi, M.Pd.

(6)

DEKLARASI DAN KESEDIAAN PUBLIKASI

ميحّرلا نمحّرلا الله مسب

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : MUSTAKIMAH

NIM : 11113286

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Judul : NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM AL-QUR‟AN

SURAT AN-NISᾹ‟ AYAT 1

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya sendiri, bukan jiplak dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah dan saya bersedia apabila skripsi ini dipublikasikan. Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.

Salatiga, 21 Maret 2018 Penulis

(7)

MOTTO

ُوَمِحَر ْلِصَيْلَ ف ِهِرَثَأ ْيِف ُوَل َأَسْنُ ي ْنَأَو ِوِقْزِر ْيِف ُوَل َطُسْبَ ي ْنَأ ُهَّرَس ْنَم

Barangsiapa yang senang dilapangkan rezekinya dan

dikenang baik namanya hingga setelah ketiadaannya, maka

hendaklah dia bersilaturahmi

(8)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada :

1. Kedua orang tua penulis Bapak Rapuan (Alm) & Ibu Sumiati yang telah membesarkan dengan penuh cinta dan kesabaran serta menjadi motivasi dalam setiap langkah hidupku.

2. Kepada kakak dan adik-adik penulis (Nur Yanto dan Nur Hidayah serta Muhammad Nur Sodiq) yang sangat penulis sayangi, terimakasih atas dukungan dan motivasinya. Semoga kita bisa membahagiakan Bapak dan Ibu.

3. Kepada keluarga besar Pondok Pesantren An-nida Kota Salatiga. Terimakasih motivasi dan semangatnya.

4. Kepada teman-temanku Mbak Nurul Anifah, Mbak Niqmatul Istiqomah, Mbak Reza, Mbak Via, Mbak Isti Komariah, Bu Puji, Dek Nana, Dek Zizi, Dek Dewi, dek Rifqi dan teman-teman seperjuangan di Ponpes Annida Salatiga terimakasih telah memberikan motivasi serta semangatnya, sukses buat kita semua.

5. Kepada anak-anakku di SD PTQ Annida dan TPQ Al-Hikmah yang sudah mendo‟akan saya dengan setulus hati.

(9)

KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum Wr. Wb

Alhamdulillairabbil‟alamin puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT atas limpahan rahmat, taufik, hidayah, serta inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar.

Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada uswah khasanah kita Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafaatnya di Yaumul Akhir. Aamiin

Dengan penuh rasa syukur penulis panjatkan, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM AL-QUR‟AN SURAT AN-NISᾹ‟ AYAT 1” Skripsi ini disusun guna memenuhi

syarat untuk memperoleh gelar sarjana progam studi Pendidikan Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN).

Dalam menyusun skripsi ini penulis telah menerima bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M, Pd., selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M. Pd. Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

(10)

4. Bapak Prof. Dr. H. Budihardjo M.Ag selaku dosen pembimbing yang telah mengarahkan, membimbing dan meluangkan waktunya dalam penulisan skripsi ini.

5. Bapak Qi Mangku Bahjatullah, Lc., M.S.I. selaku dosen pembimbing akademik (PA).

6. Segenap dosen pengajar di lingkungan IAIN Salatiga, yang telah membekali pengetahuan sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

7. Keluarga besar penulis terutama Ibu saya yang senantiasa mendampingi ketika saya berjuang, atas segala motivasi, dukungan, do‟a restu kepada

penulis, sehingga dapat terselesaikan.

8. Kepada Bapak Dr. Miftahuddin, M.Ag. dan bapak Ali Zamroni sekeluarga yang telah memberi dukungan moril maupun materiil sehingga saya dapat menyelesaikan kuliah di Iain Salatiga.

9. Seluruh santriwan-santriwati Pondok Pesantren An-Nida Pondok Pesantren An-Nida dan segenap ustadz-ustadzah SD PTQ An-Nida terimakasih untuk motivasi dan semangatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

10.Sahabat-sahabat penulis yang selalu memberikan semangat dan motivasi kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

(11)

12.Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Penulis yakin bahwa dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini masih sangat jauh dari sempurna. untuk itu saran dan kritik dari semua pihak sangat penulis harapkan. Akhirnya, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca semua, aamin.

Wassalamu‟alaikum Wr. Wb

Salatiga, 21 Maret 2018 Penulis

(12)

ABSTRAK

Mustakimah, 2018. NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM AL-QUR‟AN SURAT AN-NISᾹ‟ AYAT 1 Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Prof. Dr. H. Budihardjo, M. Ag.

Kata Kunci : Nilai Pendidikan dan Surat An-Nisā‟ Ayat 1

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan dalam Surat an-Nisā‟ ayat 1 dan implementasinya dalam kehidupan sehari-hari. Rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah : (1) Apa sajakah nilai-nilai pendidikan yang diajarkan dalam surat an-Nisā‟ ayat 1?, (2) Bagaimana implementasi nilai-nilai pendidikan yang diajarkan dalam surat an-Nisā‟ ayat 1 dalam kehidupan sehari-hari?.

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan. Metode yang digunakan adalah, metode grounded research, deskripsi dan metode analisis. Sumber data dalam penelitian ini meliputi Al-Qur‟an dan terjemahnya Depag RI dan data-data yang diperoleh dari ahli tafsir yang relevan yang dijadikan sebagai rujukan dalam membantu menganalisis permasalahan yang muncul, Tafsir Ibnu Katsir, serta buku-buku yang relevansinya berkaitan dengan pembahasan.

(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ………... i

HALAMAN BERLOGO ………... ii

HALAMAN JUDUL ……… iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………... iv

PENGESAHAN KELULUSAN ……….... v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ……… vi

MOTTO ………..……. vii

PERSEMBAHAN ………... viii

KATA PENGANTAR ……….. ix

ABSTRAK ………...… xii

DAFTAR ISI ………... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………... 1

B. Rumusan Masalah ……….. 4

C. Tujuan Penelitian ………... 4

D. Manfaat Penelitian ………. 4

E. Penegasan Istilah ……… 5

F. Metode Penelitian ………..……. 8

G. Sistematika Penulisan ………... 10

BAB II KOMPILASI AYAT A. Redaksi Surat An-Nisā‟Ayat 1 dan Terjemahannya ……… 12

(14)

C. Pokok-Pokok Kandungan Surat An-Nisā‟ Ayat 1 …………..…………. 16

BAB III DESKRIPSI SURAT AN-NISᾹ‟ AYAT 1 A. Sejarah Turunnya Surat An-Nisā‟ ……….... 19

B. Tema dan Tujuan Utama ……….. 20

C. Munasabah………... 21

D. Tafsir Surat An-Nisā‟ Ayat 1 ………..…. 24

BAB IV ANALISIN NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM SURAT AN-NISᾹ‟ AYAT 1 A. Nilai-nilai Pendidikan dalam Surat An-Nisā‟Ayat 1 ……… 29

B. Implementasi Nilai-nilai Pendidkan yang diajarkan dalam Surat An-Nisā‟ Ayat 1 dalam Kehidupan Sehari-hari ………..………... 33

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ………...………. 50

B. Saran ………..……… 50 DAFTAR PUSTAKA

(15)

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Islam merupakan agama yang datang membawa kedamaian untuk alam semesta ini. Islam bisa tersebar ke seluruh penjuru bumi tidak lepas dari perjuangan dakwah utusan Allah yang agung yaitu nabi Muhammad Saw. Dalam menyampaikan dakwahnya Rasulullah tidak serta merta menggunakan akalnya untuk menjawab permasalahan umat Islam saat itu. Oleh sebab itu Allah menurunkan al-Qur‟an sebagai kitab pedoman umat Islam dalam kehidupan sehari-hari yang telah diturunkan kepada nabi Muhammad Saw.

Al-Qur‟an merupakan firman Allah yang bersifat (berfungsi) mukjizat (sebagai bukti kebenaran atas kenabian Muhammad Saw.) yang diturunkan kepada nabi Muhammad Saw., yang tertulis di dalam mushaf-mushaf, yang dinukil (diriwayatkan) dengan jalan mutawatir, dan yang membacanya dipandang beribadah (Zuhdi, 1997: 1).

Al-Qur‟an tersebut diberikan kepada nabi Muhammad Saw. dengan perantara malaikat Jibril yang di dalamnya mengandung petunjuk, panduan, aqidah, akhlak, hukum, kisah, ibadah serta janji dan ancaman (Mahmud, 2004: 178).

(16)

masyarakat. Islam juga mengajarkan kepada pemeluk-pemeluknya untuk saling mengenal antara satu orang dengan orang lain, satu suku dengan suku yang lain, serta satu bangsa dengan bangsa lain. Seperti termaktub dalam Qur‟an surat al-Hujuraat ayat 13 yang berbunyi:

ْوَأ َِّْإ اُٛفَسبَؼَزٌِ ًَِئبَجَلَٚ بًثُٛؼُش ُُْوبٍََْٕؼَجَٚ َٝضُْٔأَٚ ٍشَوَر ِِْٓ ُُْوبَْٕمٍََخ بَِّٔإ ُطبٌَّٕا بَُّٙ٠َأ بَ٠

ُُْىََِش

ٌش١ِجَخ ٌُ١ٍَِػ َ َّاللَّ َِّْإ ُُْوبَمْرَأ ِ َّاللَّ َذِْٕػ

Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”

Rasulullah sebagai suri tauladan yang baik bagi manusia juga senantiasa memberikan contoh perilaku yang baik dalam kehidupan sosial bermasyarakat. Banyak perilaku Rasulullah yang mencerminkan sikap sosial dalam masyarakat, diantaranya beliau mengajarkan kita untuk senantiasa menjaga hubungan kekeluargaan, saling mengasihi terhadap anak yatim, dan sebagainya.

(17)

Rasulullah dalam menjalankan rutinitas sehar-hari selalu memberikan suri tauladan yang baik bagi umatnya dalam berperilaku terutama berakhlak, salah satunya yaitu berkehidupan dalam masyarakat. Tentu saja, jika ingin meniru Rasulullah kita harus melihat bagaimana Rasululullah dulu hidup.

Pakar pendidikan Islam, Abdullah Nashih Ulwan pernah merumuskan bahwa pendidikan sosial dalam Islam, adalah pendidikan anak sejak kecil agar terbiasa menjalankan adab sosial yang baik dengan dasar-dasar psikis yang mulia serta bersumber pada aqidah Islamiyah yang abadi dengan diiringi perasaan keimanan yang mendalam agar di dalam masyarakat nanti ia terbiasa dengan pergaulan dan adab yang baik, keseimbangan akal yang matang serta tindakan yang bijaksana (Ulwan, 1997: 273).

Adapun alasan peneliti mengambil judul tersebut adalah karena peneliti merasa di dalam al-Qur‟an surat an-Nisā‟ ayat 1 tersebut sepertinya terdapat nilai-nilai pendidikan yaitu perintah untuk bertaqwa kepada Allah, menjalin hubungann silaturrrahim dengan keluarga maupun masyarakat, dan sebagainya.

(18)

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, pokok permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apa sajakah nilai-nilai pendidikan yang diajarkan dalam surat an-Nisā‟ ayat 1?

2. Bagaimana implementasi nilai-nilai pendidikan yang diajarkan dalam surat an-Nisā‟ ayat 1 dalam kehidupan sehari-hari?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk memperoleh deskripsi tentang nilai-nilai pendidikan yang diajarkan dalam surat an-Nisā‟ ayat 1.

2. Untuk mengetahui implementasi nilai-nilai pendidikan yang diajarkan dalam surat an-Nisā‟ ayat 1 dalam kehidupan sehari-hari.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi beberapa manfaat, baik secara teoritis maupun secara praktis, yaitu:

1. Manfaat Teoritis

(19)

2. Manfaaat Praktis

Penelitian ini berguna untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya di bidang pendidikan Islam. Bagi pendidik dapat dijadikan sebagai acuan dalam penanaman nilai-nilai pendidikan Islam.

E. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalahan dan kekeliruan terhadap judul penelitian ini, maka penulis perlu untuk menjelaskan istilah-istilah yang terdapat dalam judul ini antara lain:

1. Nilai Pendidikan a. Pengertian Nilai

Nilai artinya sifat-sifat atau hal-hal yang penting atau berguna bagi kemanusiaan (Purwadaminta, 1999: 677). Selain itu terdapat juga pengertian lain dari nilai, yaitu nilai adalah sesuatu yang baik yang selalu diinginkan, dicita-citakan dan dianggap penting oleh seluruh manusia sebagai anggota masyarakat. Oleh karena itu, sesuatu dikatakan memiliki nilai apabila berguna dan berharga (nilai kebenaran), indah (nilai estetika), baik (nilai moral atau etis), religius (nilai agama) (Setiadi, 2006: 31).

b. Pendidikan

(20)

(ajaran, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Contoh: “Seorang ibu wajib mendidik anaknya baik-baik; didikan

(kata benda) artinya hasil mendidik, yg dididik, cara mendidik; sedangkan pendidikan itu sendiri merupakan kata benda hal (perbuatan, cara, dsb) yang berarti mendidik (KBI, 2008: 352).

Sedangkan secara istilah pendidikan menurut Undang-undang Sisdiknas No.20 Th. 2003 menyebutkan, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (Undang-Undang Sisdiknas, 2009:3).

Pendidikan ialah bimbingan atau pertolongan secara sadar yang diberikan oleh pendidik kepada si terdidik dalam perkembangan jasmaniah dan rohaniah ke arah kedewasaan dan seterusnya ke arah kepribadian muslim (Marimba, 1962: 31).

Sehingga pendidikan dipandang sebagai salah satu aspek yang memiliki peranan pokok dalam membentuk generasi muda agar memiliki kepribadian yang utama.

2. Al-Qur‟an Surat An-Nisā‟ Ayat 1

Ditinjau dari segi bahasa, al-Qur‟an merupakan bentuk

(21)

atau yang dibaca

(

اٍٛز٠

)

dengan makna isim maf‟ul al maqru (Khon, 2009: 14). Sebagaimana firman Allah Swt.:

اَرِئَف

Artinya: “Apabila kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian, sesungguhnya atas atanggungan kamilah penjelasannya.”(QS. Al-Qiyamah: 18-19)

Ayat di atas menjelaskan bahwa kata “qur‟anah” disini berarti „qira‟atahu” (bacaannya).

Menurut M. Quraish Shihab (2007: 3) al-Qur‟an secara bahasa berarti “bacaan sempurna” merupakan satu nama pilihan

Allah yang sungguh tepat, karena tiada satu bacaan pun sejak manusia mengenal tulis baca lima ribu tahun yang lalu yang dapat menandingi al-Qur‟an al-Karim, bacaan sempurna lagi mulia itu.

Sedangkan menurut istilah para ulama berbeda pendapat mengenai pengertian al-Qur‟an. Menurut M. Quraish Shihab (2008: 13) al-Qur‟an adalah kalam Allah yang bersifat mu‟jizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. melalui perantara Jibril dengan lafal dan maknanya dari Allah SWT, yang dinukilkan secara mutawatir, membacanya merupakan ibadah, dimulai dengan surah al-Fatihah dan diakhiri dengan surah an-Nas.

(22)

undang-undang bagi seluruh manusia, petunjuk dalam beribadah, serta dipandang ibadah membacanya, terhimpun dalam mushaf yang dimulai surat al-Fatihah dan diakhiri surat an-Nas dan diriwayatkan kepada kita dengan jalan mutawatir

Selanjutnya surat an-Nisā‟ menempati urutan ke empat dalam al-Qur‟an dan merupakan golongan surat Madaniyyah karena diturunkan di Madinah. Surat an-Nisā‟ merupakan surat terpanjang setelah surat al-Baqarah. Dinamakan an-Nisā‟ karena dalam surat ini banyak dibicarakan hal yang berhubungan dengan perempuan serta merupakan surat yang paling banyak membicarakan hal itu dibanding surat-surat al-Qur‟an yang lain.

Dalam penelitian ini penulis membatasi pembahasan surat an-Nisā‟ hanya ayat 1, karena ayat tersebut ada kaitannya dengan pendidikan.

F. Metode Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, digunakan beberapa tehnik untuk sampai pada tujuan penelitian. Tehnik tersebut meliputi:

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kepustakaan (library research), karena semua yang digali adalah bersumber dari pustaka (Sutrisno Hadi, 1981: 9).

(23)

Sumber data di sini penulis golongkan menjadi dua macam yaitu: a. Sumber Data Primer

Yang dimaksud sumber data primer di sini adalah sumber data yang langsung berkaitan dengan penelitian, yaitu al-Qur‟an surat an-Nisā‟ ayat 1 beserta tafsirnya menurut ulama‟-ulama‟ tafsir.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder yang penulis maksud adalah buku-buku yang membahas pokok permasalahan secara tidak langsung. Adapun sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah buku-buku karangan ilmiah, majalah, artikel yang berhubungan dengan pokok permasalahan.

3. Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan atau mengadakan penelitian kepustakaan (library research), maka metode yang digunakan untuk membahas sekaligus sebagai kerangka pikir pada penelitian adalah sebagai berikut:

a. Metode Grounded Research

(24)

konstruksi teori atau kategori lewat analisis da proses mengabstraksi, da subyektif yaitu merekstruksi penafsiran dan pemaknaan hasil penelitian berdasarkan konseptualisasi masyarakat yang dijadikan subyek studi (Sudira, 2009: 4).

Langkah-langkah pokok dari grounded research adalah sebagai berikut: pertama tentukan masalah yang ingin diselidiki, kedua kumpulkan data, ketiga analisa dan penjelasan, keempat membuat laporan penelitian. Dalam penelitian ini masalah yang ingin diteliti yaitu kandungan al-Qur‟an surat an- Nisā‟ayat 1. b. Metode Deskripsi

Metode deskripsi adalah suatu metode penelitian dengan mendeskripsikan realita-realita, fenomena sebagaimana adanya yang dipilih dari perspektif subyektif (Winarno, 1989: 132). Maka penulis mendeskripsikan pemikiran al-Qur‟an khususnya surat an-Nisā‟ayat 1.

c. Metode Analisis

Metode analisis adalah metode yang digunakan untuk menganalisis bab perbab guna mencari nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam al-Qur‟an khususnya surat an-Nisā‟ayat 1.

G. Sistematika Penulisan

(25)

gambaran bagi pembaca tentang permasalahan yang akan dibahas. Untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif dan menyeluruh maka diperlukan diperlukan sistematika yang runtut dari satu bab ke bab selanjutnya. Berikut sistematika penulisan dalam skripsi ini:

Bab I Pendahuluan akan dipaparkan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, kajian pustaka, dan sistematika penulisan.

Bab II berisi Kompilasi Ayat, pada bab ini berisi tentang surat an-Nisā‟ ayat 1, kosa kata (mufrodat) dan pokok-pokok isi kandungan serta

ayat-ayat dan hadis yang mendukung penelitian.

Bab III berisi Deskripsi Surat An- Nisā‟, meliputi sejarah turunnya surat an-Nisā‟, tema dan tujuan utama surat an-Nisā‟, munasabah surat an- Nisā‟ yaitu hubungan surat an-Nisā‟dengan surat sebelumnya (Ali „Imran)

dan surat sesudahnya (al-Maidah) serta dilanjutkan penafsiran Q.S. An- Nisā‟ ayat 1.

Bab IV Analisis. Akan dikemukakan tentang nilai-nilai pendidikan

sosial yang terkandung dalam surat an-Nisa‟ ayat 1 dan implementasinya dalam kehidupan sehari-hari.

(26)

BAB II

KOMPILASI AYAT

A. Redaksi Surat An-Nisā‟ Ayat 1 dan Terjemahanya.

Sesuai dengan judul bab ini, maka penulis menyajikan kompilasi ayat-ayat yang menjadi tema pembahasan dalam skripsi ini. Adapun ayat yang dikaji adalah ayat 1 dari surat an-Nisā‟.

ِِ ُُْىَمٍََخ ِٞزٌَّا ُُُىَّثَس اُٛمَّرا ُطبٌَّٕا بَُّٙ٠َأ بَ٠

بَُِِّْٕٙ َّشَثَٚ بََٙجَْٚص بَِِْٕٙ َكٍََخَٚ ٍحَذِداَٚ ٍظْفَٔ ْٓ

بًج١ِلَس ُُْىْ١ٍََػ َْبَو َ َّاللَّ َِّْإ ََبَدْسلأاَٚ ِِٗث ٌََُْٛءبَغَر ِٞزٌَّا َ َّاللَّ اُٛمَّراَٚ ًءبَغَِٔٚ اًش١ِضَو لابَجِس

:ءبغٌٕا﴿

١

Artinya: “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu”. (Q.S. an-Nisa‟/4: 1)

B. Mufradat/ Kosa Kata

Setelah menyajikan teks ayat dan terjemahnya, perlu bagi penulis untuk menyajikan beberapa kosakata penting agar lebih mudah memahami kandungan surat an-Nisa‟ ayat 1, diantaranya:

ُطبٌَّٕا

berasal dari kata

ٌطبَٔ

artinya manusia, orang-orang (Yunus,

(27)

اُٛمَّرا

berasal dari kata

ٝ

َّلَٚ

ًخَ١ِلاَٚ

بً١ْلَٚ

-

ًخَ٠بَلِٚ

ِٝمَ٠

َٝلَٚ

artinya

memelihara,

َاللَّ ِكَّرِا

artinya takutlah akan Allah. Kata

اُٛمَّرا

merupakan

bentuk jama‟ dari kata

ِكَّرِا

(Yunus, 2009: 505).

ُُىَمٍََخ

merupakan fi‟il madhi dari kata

بًمٍَْخ

-

ُكٍُْخَ٠

َكٍََخ

yang

artinya membuat atau menjadikan

.

Kemudian lafadz

َكٍََخ

bertemu dengan

isim dhomir

ُُو

yang artinya kamu semua (Yunus, 2009: 120).

ٍظْفَٔ

berasal dari kata

طُْٛفُٔ

-

ظُفَْٔأ

ج

ٌظْفَٔ

yang artinya roh, nyawa,

tubuh diri seseorang, darah, niat, orang, kehendak (Yunus, 2009: 462).

ٍحَذِداَٚ

merupakan bentuk mu‟annats (perempuan) dari kata

ٌذِداَٚ

asal katanya

ٌذَدَأ

yang artinya satu atau esa (Yunus, 2009: 35).

بََٙجَْٚص

berasal dari kata

طاَْٚصَأ

ج

ٌطَْٚص

yang artinya suami, istri,

sepasang (Yunus, 2009: 159).

َّشَث

berasal dari kata

بًّضَث

-

ُّش

ُجَ٠

-

َّشَث

yang artinya menyiarkan,

menebarkan, mengembangbiakkan (Yunus, 2009: 56).

لابَجِس

merupakan bentuk jama‟ taksir dari kata

ٌيبَجِس

ج

ًُُجَس

yang

artinya laki-laki, jantan (Yunus, 2009: 138).

ًءبَغِٔ

/

ٌحَأَشِِْا

artinya perempuan-perempuan, wanita (Yunus, 2009:

448).

ٌََُْٛءبَغَر

berasal dari kata

َخٌََأْغَِ

-

ًلااَؤُع

ُيَأْغَ٠

َيَأَع

artinya

(28)

ٌََُْٛءبَغَر

termasuk kategori fi‟il tsulasi mazid yang mendapat tambahan dua

huruf, maka artinya menjadi saling meminta.

ََبَدْسأ

berasal dari kata

ََبَدْسأ

ج

ٌُِدَس

yang artinya peranakan, rahim

ibu, tali perkauman, persaudaraan (Yunus, 2009: 139).

بًج١ِلَس

asal katanya yaitu

ٌتِلاَشُِ

-

ٌتْ١ِلَس

artinya yang menjaga,

Berdasarkan kosakata penting di atas maka perlu diketahui tentang kosakata dalam surat an-Nisā‟ ayat 1 yang harus dijabarkan lebih mendalam. Seperti kata nafsun wāhidah dipertegas lagi secara bahasa berarti “jiwa yang satu”. Mayoritas ulama memahami istilah ini dalam arti

(29)

Yā ayuhan nāsu (wahai sekalian manusia). Seruan ini bisa berlaku umum, tapi bisa juga berlaku khusus.

Ittaqū rabbakum (bertakwalah kepada Rabb kalian), yakni hendaklah kalian taat kepada Rabb kalian.

Alladzī khalaqakum (yang telah Menciptakan kalian) melalui proses reproduksi.

Min nafsiw wāhidatin (dari satu diri), yakni dari Adam a.s. saja, karena Hawa juga berasal dari Adam a.s.

Wa khalaqa minhā (dan Allah Menciptakan darinya), yakni dari Adam a.s..

Zaujahā wa bats-tsa minhumā (istrinya, dan dari keduanya itulah Allah Mengembangbiakkan), yakni Allah Ta„ala Menciptakan dari Adam

a.s. dan Hawa melalui proses reproduksi.

Rijālang katsīraw wanisā-an (laki-laki dan perempuan yang banyak), yakni makhluk yang banyak, baik laki-laki maupun perempuan.

Wat taqullāha (dan bertakwalah kepada Allah), yakni hendaklah kalian taat kepada Allah Ta„ala.

Alladzī tasā-alūna bihī (yang kalian saling meminta dengan-Nya), yakni atas nama Hak Allah satu sama lain saling meminta berbagai keperluan dan harta benda.

Wal arhām (dan silaturahmi). Apabila huruf mim (pada lafazh wal

(30)

(dibaca wal arhāma), mengikuti lafazh wattaqullāha, maka artinya “dan hendaklah kalian memelihara hubungan silaturahmi, dan janganlah memutuskannya”.

Innallāha kāna „alaikum raqībā (sesungguhnya Allah senantiasa Menjaga dan Mengawasi kalian), yakni Allah Ta„ala senantiasa Menjaga dan Mengawasi kalian. Meminta kalian agar melaksanakan ketaatan dan silaturahmi sebagaimana yang Dia Perintahkan kepada kalian (Al-Kalām Digital, 2009: 77).

C. Pokok-Pokok Kandungan Surat An-Nisā‟ Ayat 1

Setelah menyajikan teks ayat dan terjemahnya, serta pokok-pokok kandungan surat an- Nisā‟ serta mufrodadnya selanjutnya penulis akan menyajikan pokok-pokok kandungan surat an-Nisā‟ ayat 1.

Menurut Quraish Shihab (2012: 166) surat an-Nisā‟ ini dimulai dengan ajakan kepada seluruh manusia untuk bertakwa kepada Allah Swt. Tuhan Yang Memelihara mereka. Dia yang menciptakan manusia seluruhnya dari satu jenis ciptaan (tanah) atau keturunan yang sama, dan dari lelaki dan perempuan, Allah Swt. mengembangbiakkan keturunannya. Ajakan ini diakhiri dengan pesan untuk bertakwa kepada-Nya dan memelihara hubungan silaturrahmi sambil mengingatkan tentang pengawasan Allah Swt. kepada mereka.

(31)

kepada manusia untuk bertakwa kepada-Nya dan dilanjutkan dengan perintah untuk menjaga hubungan silaturrahim.

Selain surat an-Nisā‟ ayat 1 di atas, terdapat ayat-ayat al-Qur‟an dan hadis yang menerangkan tentang perintah bersilaturrahim, diantaranya yaitu:

1. Qur‟an Surat Muhammad/47: 22-23

Ayat ini menerangkan tentang ancaman bagi seorang memutus silaturrahim. Maka silaturrahim merupakan kewajiban yang sangat ditekankan, tidak ada yang memutuskannya dan mengingkarinya kecuali orang yang telah rusak fitrahnya, buruk akhlaknya, dan ia sudah pantas mendapat kutukan dari Allah. Seperti yang tertera dalam firman-Nya: kekeluargaan?. Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka.”(QS. Muhammad/47: 22-23)

2. Hadis nabi tentang silaturrahim yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra., ia berkata:

(32)

Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Khalid bin Makhlad telah menceritakan kepada kami Sulaiman telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Dinar dari Abu Shalih dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi Saw. beliau bersabda: "Sesungguhnya penamaan rahim itu diambil dari (nama Allah) Ar-Rahman, lalu Allah berfirman: Barangsiapa menyambungmu maka Akupun menyambungnya dan barangsiapa memutuskanmu maka Akupun akan memutuskannya"(Al-Albani, 2012: 103).

Hadis tersebut menerangkan bahwa orang yang memutus hubungan silaturrahim maka Allah pun akan memutuskan hubungan dengannya.

3. Bahkan Allah mengancam bagi orang yang memutus hubungan silaturrahim yaitu tidak akan dimasukkan ke dalam surganya, sebagaimana sabda Nabi Saw:

ٌغِطبَل َخََّٕجٌْا ًٌُخْذَ٠ َلا :ُيُْٛمَ٠ .َ.ص َِّٟجٌَّٕا َغَِّع ََُّٗٔأ ,ٍُِؼْطُِ ِْٓث ِشْ١َجُج َْٓػ

Artinya: Dari Jubair bin Muth‟im, bahwa dia mendengar Nabi Saw. bersabda, “Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan (hubungan kekerabatan)”(Al-Albani, 2012: 102-103).

(33)

BAB III

DESKRIPSI SURAT AN-NISA‟ AYAT 1

A. Sejarah Turunnya Surat An- Nisā‟

Al-Aufi meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa surat an-Nisā‟ diturunkan di Madinah dan terdiri dari 176 ayat. Surat a-Nisā‟ merupakan surat terpanjang sesudah surat al-Baqarah. Dinamakan surat an-Nisā‟ karena dalam surat ini banyak dibicarakanhal-hal yang berhubungan degan wanita serta merupakan surat yang paling banyak membicarakan hal itu dibanding dengan surat-surat yang lain. Surat yang lain yang banyak juga membicarkan tentang hal wanita ialah surat at-Thalaq. Dalam hubungan ini biasa disebut surat an-Nisā‟ dengan sebuta “Surat an-Nisā‟ al-Kubrā (surat an-Nisā‟ yang Besar), sedang surat at-Thalaq disebut “Surat

an-Nisā‟ as-Sugrā (surat an-Nisā‟ yang Kecil) (Al-Qur‟an dan Terjemah, 1420 H: 113).

Hal yang sama diriwayatkan oleh Ibnu Murdawaih, dari Abdullah Ibnuz Zubair dan Zaid ibnu Ṡabit.

Ibnu Murdawaih meriwayatkan melalui jalur Abdullah ibnu Luhai‟ah, dari saudaranya (yaitu Isa) dari Ikrima, dari Ibnu Abbas yang

menceritakan bahwa ketika surat an-Nisā‟ diturunkan, Rasulullah Saw. bersabda, “Tidak ada tahanan lagi.”

(34)

Namanya yang popular sejak masa Nabi Saw. adalah an-Nisā‟ yang secara harfiah bermakna perempuan. Ia dikenal juga dengan nama an-Nisā‟al-Kubrā (Surat an-Nisā‟ yang Besar) atau ath-Thȗlā (yang panjang) untuk membedakannya dengan surat ath-Thalāq [65] yang dikenal juga dengan nama an-Nisā‟ as-Shugrā (Surat an-Nisā‟ yang Kecil).

Surat ini dinamai surat an-Nisā‟ karena cukup banyak ayatnya yang berbicara tentang tuntutan Allah Swt. menyangkut perempuan dan hak-hak mereka serta kewajiban melindungi mereka dan orang-orang lemah.

Ayat-ayat al-Qur‟an dibagi menjadi dua, yaitu ayat-ayat yang ada sebab turunnya dan ayat-ayat yang tidak ada sebab turunnya. Di dalam surat an-Nisā‟ ayat 1 ini tidak terdapat sebab turunnya. Oleh karenanya penulis tidak mencantumkan asbabun nuzul dalam pembahasan ini.

B. Tema dan Tujuan Utama

Setelah mengetahui sejarah turunnya surat an-Nisā‟, selanjutnya penulis akan menjelaskan tema dan tujuan diturunkannya surat ini. Tema utama surat an-Nisā‟ menurut Quraish Shihab (2012: 165-166), ialah: 1. Tuntutan kehidupan rumah tangga dan perlunya memberi perhatian

tentang hak-hak perempuan dan kaum lemah.

(35)

3. Kewajiban taat kepada Allah Swt., Rasul, dan Ulil Amri, yakni yang memiliki wewenang memerintah.

4. Perlunya berhijrah meninggalkan tempat atau kondisi yang tidak kondusif untuk melaksanakan tuntutan agama.

5. Kisah umat terdahulu guna memetik pelajaran dari pengalaman mereka.

Tujuan utama agar tercipta keluarga sakinah yang harmonis yang

pada gilirannya melahirkan masyarakat yang sejahtera lahir dan batin.

C. Munasabah

Kata Munasabah secara etimologis berarti “musyakalah” (keserupaan) dan “muqarabah” (kedekatan). Adapun menurut pengertian terminologis beberapa ulama mendefinisikanya sebagai berikut.

Menurut Al-Zarkasyi, munasabah adalah mengaitkan bagian-bagian permulaan ayat dan akhirnya, mengaitkan lafaz umum dan lafaz khusus, atau hubungan yang terkait dengan sebab akibat,‟illat dan ma‟lul,

kemiripan ayat pertentangan (ta‟arudh) dan sebagainya. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa kegunaan ilmu ini adalah “menjadikan bagian-bagian kalam saling terkait sehingga penyusunannya menjadi kokoh yang bagian-bagiannya tersusun harmonis”.

(36)

Sedangkan menurut Ibnu Al-Arabi, munasabah adalah keterkaitan ayat-ayat al-Qur‟an sehingga seolah-olah merupakan suatu ungkapan yang mempunyai satu kesatuan makna dan redaksi (Hermawan, 2011:122).

Adapun munasabah yang dijelaskan oleh penulis disini adalah hubungan surat an-Nisā‟ dengan surat sebelumnya (surat Ali „Imran) dan hubungan an-Nisā‟ dengan surat sesudahnya (al-Māidah).

1. Hubungan Surat an-Nisā‟dengan Surat Ali „Imran

Hubungan antara surat an-Nisā‟ dengan surat Ali ‟Imran (Depag RI, 2010: 111), adalah:

a. Pada akhir surat Ali Imran, Allah memerintahkan umat Islam untuk bertakwa, pada ayat ini yang merupakan awal surat selanjutnya (an-Nisā‟) perintah bertakwa itu dipertegas kembali

b. Dalam surat Ali „Imran disebutkan peperangan Badar dan Uhud dengan sempurna, keterangan sebagiannya diulangi dalam surat an-Nisā‟.

c. Dalam surat Ali „Imran dikisahkan peperangan Hamrāul Asad yang terjadi sesudah perang Uhud, dan peperangan itu disinggung pula dalam surat an-Nisā‟.

d. Dalam surat Ali „Imran disebutkan bahwa banyak yang gugur di kalangan kaum muslimin sebagai syuhada‟ yang berarti mereka

(37)

2. Hubungan Surat An-Nisā‟ dengan Surat Al-Māidah

Sedangkan hubungan antara surat an-Nisā‟ dengan surat al-Māidah (Depag RI, 2010: 154), adalah:

a. Surat an-Nisā‟ menerangkan beberapa macam „aqad, seperti perkawinan, perceraian, warisan, perjanjian, wasiat dan sebagainya. Sedang permulaan surat al-Māidah menyatakan supaya hamba-hamba Allah memenuhi segala macam „aqad-„aqad yang telah dilakukan baik terhadap Allah maupun terhadap sesama manusia disamping menerangkan „aqad-„aqad yang lain.

b. Surat an-Nisā‟ mengemukakan beberapa hukum secara umum dan mendatangkan jalan untuk menetapkan sesuatu hukum, kemudian surat al- Māidah menjelaskan dan menegaskan hukum-hukum itu. c. Sebagaimana halnya surat al-Baqarah dan surat Ali „Imran

mengemukakan hal-hal yang berhubungan dengan pokok-pokok agama seperti keesaan Allah dan kenabian, maka surat an-Nisā‟ dan al- Māidah menerangkan tentang furu‟ agama (hukum fiqh), seperti hal-hal yang berhubungan dengan hukum keluarga dan sebagainya.

(38)

e. Surat an- Nisā‟ dimulai dengan “Yā ayyuhannās” yang nadanya sama dengan nada surat Makiyyah, sedang surat al- Māidah sebagai surat Madaniyyah dimulai dengan: “Yā ayyuhal ladzīna

āmanu” hal ini menyatakan: sekalipun nadanya berlainan, tetapi yang dituju oleh kedua surat ini ialah seluruh manusia.

D. Tafsir Surat An-Nisā‟ Ayat 1

Setelah menyajikan teks ayat, terjemahnya dan beberapa pokok kandungan ayat 1 surat an-Nisā, selanjutnya penulis akan menyajikan beberapa pandangan mufassir tentang ayat ini.

(39)

lain. Dan peliharalah hubungan silaturrahmi. Dan sesungguhnya Allah mengawasi segala perbuatan dan tindak-tandukmu.

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Qatadah bahwa Ibnu Abbas r.a. berkata: Perempuan itu diciptakan oleh Allah dari tulang rusuk orang laki, maka keserakahannya tertuju kepada tanah. Karenanya simpanlah perempuan-perempuanmu.

Dalam sebuah hadis yang shahih disebutkan:

َحَشَغْ١َِ َْٓػ َحَذِئاَص َْٓػ ٍٍَِّٟػ ُْٓث ُْٓ١َغُد بََٕصَّذَد َلابَل ٍَاَضِد ُْٓث َٝعَُِٛٚ ٍتْ٠َشُو ُٛثَأ بََٕصَّذَد

keduanya berkata, telah bercerita kepada kami dari Za'idah dari Maisarah Al Asyka'iy dari Abu Hazim dari Abu Hurairah r.a. berkata, Rasulullah Saw. bersabda: "Nasehatilah para wanita karena wanita diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok dan yang paling bengkok dari tulang rusuk adalah pangkalnya, jika kamu mencoba untuk meluruskannya maka dia akan patah namun bila kamu biarkan maka dia akan tetap bengkok. Untuk itu nasehatilah para wanita.”(HR. Bukhari)

(40)

Adam dan Hawa (laki-laki yang banyak dan wanita) yang tidak sedikit jumlahnya. (Dan bertakwalah kepada Allah yang kamu saling meminta) terdapat idgam ta pada sin sedangkan menurut satu qiraat dengan takhfif yaitu membuangnya sehingga menjadi tas-aluuna (dengan nama-Nya) yang sebagian kamu mengatakan kepada sebagian lainnya, “Saya meminta

kepadamu dengan nama Allah,” (dan) jagalah pula (hubungan silaturahmi)

jangan sampai terputus. Menurut satu qiraat dibaca dengan kasrah diathafkan kepada dhamir yang terdapat pada bihi. Mereka juga biasa saling bersumpah dengan hubungan Rahim. (Sesungguhnya Allah selalu mengawasi kamu) menjaga perbuatanmu dan memberi balasan terhadapnya. Maka sifat mengawasi selalu melekat dan terdapat pada Allah swt.

(41)

an-Nisā‟ ayat pertama ini sering menimbulkan salah pengertian dikalangan

awam, terutama dikalangan perempuan, karena ada anggapan bahwa perempuan diciptakan dari rusuk Adam, yang sering dipertanyakan oleh kalangan feminis. Ayat itu hanya menyebut ... wa khalaqa minhā zaujahā, yang diterjemahkan dengan menciptakan pasangannya dari dirinya; lalu ada yang mengatakan bahwa perempuan itu diciptakan dari rusuk Adam, dan pernyataan yang terdapat dalam beberapa hadis ini ada yang mengira dari Al-Qur‟an. Di dalam Al-Qur‟an nama Hawa pun tidak ada, yang ada hanya nama Adam. Nama Hawa ada dalam Bibel (“Manusia itu memberi

nama Hawa kepada isterinya, sebab dialah yang menjadi ibu semua yang hidup.” (kejadian ini. 20), (Hawwa‟ dari kata bahasa ibrani heva, dibaca: hawwah, yang berarti hidup). Pernyataan bahwa perempuan diciptakan dari rusuk laki-laki itu terdapat dalam perjanjian lama, Kitab Kejadian ini. 21 dan 22: “Lalu Tuhan Allah mengambil salah satu rusuk daripadanya,

lalu menutup tempat itu dengan daging. Dan dari rusuk yang diambil Tuhan Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu.”

(42)

Ilmu Hayati Manusia (Human Biology) memberikan informasi kepada kita, bahwa manusia dengan kelamin laki-laki mempunyai sex-chromosome (kromosom kelamin) XY, sedang manusia dengan kelamin wanita mempunyai sex-chromosome XX. Ayat di atas menjelaskan bahwa

“manusia diciptakan dari diri yang satu dan daripadanya Allah menciptakan isterinya”. Ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa „diri yang satu itu‟ tentu berjenis kelamin laki-laki, sebab kalimat berikutnya

menyatakan, „daripadanya diciptakan isterinya‟. Dari sudut pandang Humam Biology hal itu sangatlah tepat, sebab sex-chromosome XY (laki-laki) dapat menurunkan kromoson XY atau XX; sedang kromosom XX (wanita) tidak mungkin akan membentuk XY, karena darimana didapatkromosom Y? Jadi jelas bahwa laki-laki pada hakikatnya adalah penentu jenis kelamin dari keturunannya. Diri yang satu itu tidak lain adalah Adam.

Jadi dapat disimpulkan bahwa surat an-Nisā‟ ayat 1 berisi tentang: 1. Manusia wajib bertakwa kepada Allah dan wajib memelihara

hubungan silaturrahmi.

(43)

BAB IV

ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM AL-QUR‟AN SURAT AN-NISᾹ‟ AYAT 1

Sebagaimana telah dipahami secara bersama-sama, bahwa al-Qur‟an adalah sebuah jawaban dari Allah SWT yang menggunakan dimensi-dimensi kemanusiaan, kekinian dan keduniawian agar mudah untuk dipelajari, dipahami, dan diamalkan. Sebab, ternyata hal ini merupakan suatu kekuatan yang bersifat memproyeksi masa depan, kesempurnaan dan keabadian. Maka guna lebih mendalam, secara luas, terperinci agar al-Qur‟an dapat menjadi bagian dari kehidupan yang tidak terpisahkan, pencermatan terhadap segala hal yang dikandung di dalamnya dan yang berkaitan adalah sebuah tuntunan yang sekaligus merupakan kebutuhan mutlak, terutama dalam bidang pendidikan dan aspek-aspek sosial.

Di dalam al-Qur‟an surat an-Nisa‟ ayat 1 Allah Swt. memulai firman-Nya dengan memerintahkan kepada makhluk-Nya agar bertakwa kepada-Nya, juga mengingatkan mereka akan kekuasaan-Nya yang telah menciptakan mereka dari seorang diri berkat kekuasaan-Nya, orang tersebut adalah Adam a.s. Lalu Allah memerintahkan kepada manusia agar menjaga hubungan silaturrahmi.

(44)

A. Nilai-Nilai Pendidikan dalam Surat An-Nisa‟ ayat 1

Setelah kita megetahui isi kandungan dari surat an-Nisa‟ ayat 1, maka berikut ini adalah beberapa nilai-nilai pedidikan yang terdapat dalam ayat tersebut:

1. Nilai pendidikan Aqidah yaitu Perintah Bertakwa kepada Allah Dalam surat an-Nisa‟ ayat 1 tersebut di atas terdapat nilai-nilai pendidikan aqidah yaitu perintah untuk bertakwa kepada Allah. Meskipun dalam surat-surat dan ayat al-Qur‟an yang lain juga terdapat perintah untuk bertakwa, dalam surat ini perintah bertakwa dipertegas kembali dengan memerintahkan kepada seluruh manusia. Bukan hanya orang yang beriman kepada Allah saja, namun kepada seluruh manusia.

2. Nilai Pendidikan Sosial yaitu Silaturrrahim

(45)

Meskipun silaturrahim terlihat sebagai ibadah yang sederhana namun banyak masyarakat diantara kita yang menyepelekannya. Kadang kita baru bersilaturrrahim ketika ada momen-momen tertentu, seperti Hari Raya Idul Fitri, tradisi Saparan dan Nyadran (tradisi yang ada di sebagian desa-desa di Indonesia) dan sebagainya.

Karena itulah kita tidak harus menunggu momen hari raya atau momen besar lainnya untuk melakukan silaturrahim. Penting bagi kita untuk membangun kembali semangat silaturrahim di dalam bermasyarakat. Apalagi di era modern ini dengan adanya teknologi yang sudah sangat canggih, sudah sepatutnya kita manfaatkan teknologi seperti Whatsapp dan media sosial lainnya untuk bersilaturrahim, sehingga jarak yang jauh tidak menjadi alasan untuk tidak bersilaturrahim.

Menyambung silaturrahim berarti menegakkan agama Islam dan menjalankan sunah-sunah dari Rasulullah. Sebab, silaturrahim termasuk ajaran agama Islam yang menunjukkan hubungan antara sesama manusia dalam bingkai kebaikan. Allah Swt telah berfirman di dalam al-Qur‟an Surat an-Nisa‟ ayat 1, yaitu:

بًج١ِلَس ُُْىْ١ٍََػ َْبَو َ َّاللَّ َِّْإ ََبَدْسلأاَٚ ِِٗث ٌََُْٛءبَغَر ِٞزٌَّا َ َّاللَّ اُٛمَّراَٚ ...

Artiya: “…Dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu Menjaga dan Mengawasi kamu.”

(46)

kita rasakan jika kita bisa mengamalkannya. Berikut ini keutamaan-keutaman bersilaturrahim:

a.

Silaturrahim merupakan sebagian dari konsekuensi iman dan

tanda-tandanya adalah sebagaimana diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, yaitu: “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah dia menyakiti tetangganya (dalam jalur lain: maka hendaklah ia bersilaturrahmi). Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia memuliakan tamunya. Dan barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata yang baik atau diam.”(Al-Albani, 2012: 144)

b. Silaturrahim adalah penyebab bertambahnya rizki dan terkenang namanya, sebagaimana hadis yang diriwayat oleh „Aisyah ra., ia berkata:

َْْأ َُّٖشَع َِْٓ :ُيُْٛمَ٠ .َ.ص ُاللَّ َي ُْٛعَس ُذْؼَِّع :َيبَل َُْٕٗػ ُاللَّ َِٟضَس َخَشِئبَػ َْٓػ

َُِّٗدَس ًِْصَ١ٍَْف ِِٖشَصَأ ِْٟف ٌَُٗ َأَغُْٕ٠ َْْأَٚ ِِٗلْصِس ِْٟف ٌَُٗ َظُغْجَ٠

Artinya: “Dari Abu Hurairah r.a., bahwa dia mengatakan, "Aku mendengar Rasulullah Saw. bersabda, 'Barangsiapa yang senang dilapangkan rezekinya dan dikenang baik namanya hingga setelah ketiadaannya, maka hendaklah dia bersilaturahmi"( Al-Albani, 2012: 101)

(47)

pembahasan di atas, yaitu tidak akan masuk surga pemutus silaturrahim, berarti balasan bagi orang yang menyambung tali silaturrahim adalah surga.

B. Implementasi Nilai-Nilai Pendidikan yang diajarkan dalam Surat

an-Nisa‟ ayat 1 dalam Kehidupan Sehari-Hari

Implementasi atau kata lain dari penerapan merupakan upaya untuk melaksanakan suatu amal atau pekerjaan dalam kehidupan sehari-hari. Dari penjelasan tentang nilai-nilai pendidikan sosial dalam surat an-Nisa‟ ayat 1 di atas kita dapat mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Implemetasi tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Bertakwa kepada Allah

Adapun implementasi dari sikap bertakwa kepada Allah dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut:

a. Senantiasa menjalankan perintah Allah Swt. baik yang bersifat wajib maupun sunnah yang telah diajarkan oleh Rasulullah Saw. b. Berusaha menjauhi segala larangan-larangannya, karena bukti

seorang hamba yang cinta kepada Tuhannya yaitu senantiasa menjalankan perintah dan laragan-Nya.

(48)

2. Silaturrahim

Implementasi dari silaturrahim dalam kehidupan sehari-hari adalah dengan cara kita mengamalkan adab-adab atau etika dalam bersilaturrahim. Adapun etika dalam bersilaturrahim adalah sebagai berikut:

a. Membuat Janji

Apabila Jika tuan rumah yang kita tuju, termasuk orang yang sangat sibuk dan jarang dirumah, ada baiknya jika membuat janji terlebih dulu. Hal ini dapat menghindari kekecewaan karena tidak bertemu atau agar tuan rumah tidak merasa terganggu. b. Pahami Waktu Bertamu

Meski pada saat Lebaran, setiap waktu adalah “sah “untuk

bertamu, namun akan lebih baik jika anda memahami kapan boleh-tidaknya kita bertamu. Pahami kapan tuan rumah ada di rumah. Sebaiknya bertamu tidak terlalu larut malam karena akan mengganggu waktu istirahat tuan rumah.

c. Minta Izin Maksimal Tiga Kali

(49)

ِْٓث َشَُّػ ٌَِٝإ َٝعُِٛ ُٛثَأ َءبَج َيبَل ِِّٞشَؼْشَ ْلأا َٝعُِٛ ِٟثَأ َْٓػ َحَدْشُث ِٟثَأ َْٓػ

(50)

melakukan sesuatu kepadamu." Lalu pergilah Abu Musa dari rumah Umar. Selanjutnya, Umar bin Khaththab berkata, "Jika ia mendapatkan bukti, maka kalian pasti akan menjumpainya di dekat mimbar nanti sore. Sebaliknya, jika ia tidak menemukan bukti, maka kalian pasti tidak akan menjumpainya nanti sore." Ternyata, sore harinya, para sahabat masih dapat menjumpai Abu Musa. Lalu Umar pun berkata kepadanya, "Hai Abu Musa, apa yang akan kamu katakan? Apakah kamu mendapatkan buktinya?" Abu Musa Al Asy'ari menjawab, "Ya. Saya telah mendapatkannya. Ini dia Ubay bin Ka'ab." Umar berkata, "Baiklah, ia memang orang yang jujur. Hai Abu Thufail (julukan Ubay bin Ka'ab), apa pendapatmu mengenai hal ini?" Ubay bin Ka'ab menjawab, "Ya. Apa yang dinyatakan Abu Musa adalah benar. Sesungguhnya Aku mendengar Rasulullah Saw. telah bersabda seperti itu. Hai Ibnu Khaththab, janganlah kamu menjadi siksaan bagi para sahabat Rasulullah Saw.!" Umar bin Khaththab menjawab, "Maha Suci Allah, sesungguhnya aku hanya ingin lebih yakin terhadap sesuatu yang aku dengar." (Al-Albani, 2009: 179-180)

d. Mengucapkan Salam & Minta Izin Masuk

Terkadang seseorang bertamu dengan memanggil-manggil nama yang hendak ditemui atau dengan kata-kata sekedarnya. Rasulullah Saw. mengajarkan, hendaknya seseorang ketika bertamu memberikan salam dan meminta izin untuk masuk. Allah Swt. berfirman:

ٍََٝػ اٍَُِّّٛغُرَٚ اُٛغِْٔأَزْغَر َّٝزَد ُُْىِرُٛ١ُث َشْ١َغ بًرُٛ١ُث اٍُُٛخْذَر َلا إَُِٛآ َٓ٠ِزٌَّا بَُّٙ٠َأ بَ٠

َُْٚشَّوَّزَر ُُْىٍََّؼٌَ ُُْىٌَ ٌشْ١َخ ُُْىٌَِر بٍََِْٙ٘أ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat.” (QS. An-Nȗr/24: 27)

(51)

adalah, jika kita telah memberi salam tiga kali namun tidak ada jawaban atau tidak diizinkan, maka itu berarti kita harus menunda kunjungan kita kali itu. Adapun ketika salam kita telah dijawab, bukan berarti kita dapat membuka pintu kemudian masuk begitu saja atau jika pintu telah terbuka, bukan berarti kita dapat langsung masuk. Mintalah izin untuk masuk dan tunggulah izin dari sang pemilik rumah untuk memasuki rumahnya. Hal ini disebabkan, sangat dimungkinkan jika seseorang langsung masuk, maka „aib atau hal yang tidak diinginkan untuk dilihat belum sempat ditutupi oleh sang pemilik rumah. Sebagaimana diriwayatkan dari Sahal ibn Sa‟ad r.a. bahwa Nabi Saw. bersabda: berkata; "Seorang laki-laki pernah melongokkan kepalanya ke salah satu kamar Nabi Saw., waktu itu Nabi Saw. tengah membawa sisir untuk menyisir rambutnya, lalu beliau bersabda: "Sekiranya aku tahu kamu mengintip, sungguh aku akan mencolok kedua matamu, sesungguhnya meminta izin itu di berlakukan karena pandangan."( Al-Albani, 2012: 174)

(52)

Sering kali ketukan yang diberikan seorang tamu berlebihan sehingga mengganggu pemilik rumah. Baik karena kerasnya atau cara mengetuknya. Maka, hendaknya ketukan itu adalah ketukan yang sekedarnya dan bukan ketukan yang mengganggu seperti ketukan keras yang mungkin mengagetkan atau sengaja ditujukan untuk membangunkan pemilik rumah. f. Posisi Berdiri Tidak Menghadap Pintu Masuk

Hendaknya posisi berdiri tamu tidak di depan pintu dan menghadap ke dalam ruangan. Poin ini juga berkaitan hak sang pemilik rumah untuk mempersiapkan dirinya dan rumahnya dalam menerima tamu. Sehingga dalam posisi demikian, apa yang ada di dalam rumah tidak langsung terlihat oleh tamu sebelum diizinkan oleh pemilik rumah. Sebagaimana amalan Rasulullah Saw. dari Abdullah bin Bisyr ia berkata:

َٝرَأ اَرِإ ٍَََُّعَٚ ِْٗ١ٍََػ ُ َّاللَّ ٍََّٝص ِ َّاللَّ ُيُٛعَس َْبَو َيبَل ٍشْغُث ِْٓث ِ َّاللَّ ِذْجَػ َْٓػ

ٍََْٛل َةبَث

ُيُٛمَ٠َٚ ِشَغْ٠َ ْلأا َْٚأ َِّْٓ٠َ ْلأا ِِْٕٗوُس ِِْٓ ِْٓىٌََٚ ِِْٗٙجَٚ ِءبَمٍِْر ِِْٓ َةبَجٌْا ًِْجْمَزْغَ٠ ٌَُْ

ٌسُٛزُع ٍزِئََِْٛ٠ بَْٙ١ٍََػ ُْٓىَ٠ ٌَُْ َسُّٚذٌا ََّْأ َهٌَِرَٚ ُُْىْ١ٍََػ َُ َلََّغٌا ُُْىْ١ٍََػ َُ َلََّغٌا

(53)

Mengintip ke dalam rumah sering terjadi ketika seseorang penasaran apakah ada orang di dalam rumah atau tidak. Padahal Rasulullah Saw. sangat mencela perbuatan ini dan memberi ancaman kepada para pengintip, sebagaimana dalam sabdanya:

َِّاللَّ ِيُٛعَس ِةبَث ِٟف ٍشْذُج ِٟف َغٍََّطا ًلَُجَس ََّْأ : ِّٞذِػبَّغٌا ٍذْؼَع ْٓث ًَْٙع ٓػ

seorang lelaki yang mengintip pada lubang pintu Rasulullah Saw. Kebetulan, pada saat itu, beliau sedang membawa sisir yang dipergunakan untuk menggaruk kepalanya. Ketika Rasulullah Saw. melihat orang itu, beliau pun berkata, "Seandainya aku tahu bahwasanya kamu mengintipku, niscaya aku akan menusukkan sisir ini ke matamu." Selain itu, Rasulullah Saw juga bersabda, "Sebenarnya, izin itu disyariatkan hanya untuk memelihara pemadangan" (Musthofa, 1992: 955).

Dalam riwayat yang lain juga disebutkan:

ِٟف َغٍََّطا َِْٓ ُيُٛمَ٠ ٍَََُّعَٚ ِْٗ١ٍََػ ُ َّاللَّ ٍََّٝص ِ َّاللَّ َيُٛعَس َغَِّع ََُّٗٔأ َحَشْ٠َشُ٘ ُٛثَأ بََٕصَّذَد

ُُْٕٗ١َػ ْدَسَذَ٘ ْذَمَف َُْٕٗ١َػ اُٛئَمَفَف ُِِْْٙٔرِإ ِشْ١َغِث ٍََْٛل ِساَد

Artinya: “Dari Abu Hurairah r.a. bahwa ia mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa melongok di rumah suatu kaum tanpa izin mereka, maka cungkillah matanya, sesungguhnya matanya telah (halal) binasa sia-sia."(HR. Abu Daud)

(54)

sopan dan tidak dicontohkan oleh Nabi. Karena hal tersebut ditakutkan akan membuat tuan rumah jengkel atau semisalnya, dan dikhawatirkan tamu akan melihat aib yang ada pada tuan rumah.

h. Pulang Kembali Jika Disuruh Pulang

Kita harus menunda kunjungan atau dengan kata lain pulang kembali ketika setelah tiga kali salam tidak di jawab atau pemilik rumah menyuruh kita untuk pulang kembali. Sehingga jika seorang tamu disuruh pulang, hendaknya ia tidak tersinggung atau merasa dilecehkan karena hal ini termasuk adab yang penuh hikmah dalam syari‟at Islam. Di antara hikmahnya adalah hal ini

demi menjaga hak-hak pemilik rumah. Allah Swt. berfirman:

اُٛؼِجْسا ُُُىٌَ ًَ١ِل ِْْإَٚ ُُْىٌَ ََْرْؤُ٠ َّٝزَد بٍَُُ٘ٛخْذَر َلََف اًذَدَأ بَٙ١ِف اُٚذِجَر ٌَُْ ِْْئَف

ٌُ١ٍَِػ ٍََُّْْٛؼَر بَِّث ُ َّاللََّٚ ُُْىٌَ َٝوْصَأ َُٛ٘ اُٛؼِجْسبَف

Artinya: “Jika kamu tidak menemui seorangpun di dalamnya, maka janganlah kamu masuk sebelum kamu mendapat izin. Dan jika dikatakan kepadamu: Kembali (saja) lah, maka hendaklah kamu kembali. Itu bersih bagimu dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. An-Nȗr/24: 28)

i. Menjawab Dengan Nama Jelas Jika Pemilik Rumah Bertanya “Siapa?”

Terkadang pemilik rumah ingin mengetahui dari dalam rumah siapakah tamu yang datang sehingga bertanya, “Siapa?”

(55)

“aku” atau yang semacamnya, tetapi sebutkan nama dengan jelas.

Sebagaimana terdapat dalam riwayat dari Jabirr.a. dia berkata,

َيبَل ِسِذَىٌُّْْٕا ِْٓث ِذََّّذُِ َْٓػ ُخَجْؼُش بََٕصَّذَد ِهٌٍَِّْا ِذْجَػ ُْٓث َُبَشِ٘ ِذ١ٌٌَِْٛا ُٛثَأ بََٕصَّذَد

ِْٗ١ٍََػ ُ َّاللَّ ٍََّٝص َِّٟجٌَّٕا ُذْ١َرَأ ُيُٛمَ٠ بََُّْٕٙػ ُ َّاللَّ َِٟضَس ِ َّاللَّ ِذْجَػ َْٓث َشِثبَج ُذْؼَِّع

بَو ٍْٓ٠َد ِٟف ٍَََُّعَٚ

بََٔأ بََٔأ َيبَمَف بََٔأ ُذٍُْمَف اَر َِْٓ َيبَمَف َةبَجٌْا ُذْمَلَذَف ِٟثَأ ٍََٝػ َْ

بََِٙ٘شَو ََُّٗٔأَو

Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Abu Al Walid Hisyam bin Abdul Malik telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Muhammad bin Al Munkadir dia berkata; saya mendengar Jabir bin Abdullah radliallahu 'anhuma berkata; "Aku menemui Nabi Saw. karena hutang ayahku, lalu aku mengetuk pintu rumah beliau, beliau bertanya;: "Siapakah itu?" aku menjawab; "Saya." Beliau bersabda: "Saya, saya!." Seolah-olah beliau membencinya” (Al-Albani, 2012: 177)

j. Menggunakan Bahasa yang Santun

(56)
(57)

BAB V

PENUTUP A. Kesimpulan

Dapat penulis tarik kesimpulan bahwa terdapat nilai-nilai pendidikan dalam surat an-Nisā‟ ayat 1 yaitu

1. Terdapat nilai pendidikan akidah dalam al-Qur‟an Surat an-Nisā‟ ayat 1, yaitu: perintah untuk bertakwa kepada Allah Swt . yang kedua, terdapat ilai pendidikan sosial yaitu perintah untuk menjaga tali silaturrahim baik itu dengan kerabat yang sedarah maupun yang tidak satu keturunan.

2. Implementasi nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam Surat an-Nisā‟ ayat 1 dalam kehidupan sehari-hari dapat kita lakukan dengan

bertakwa kepada Allah, degan menjalankan segala peritah-peritah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, serta beribadah semata-mata hanya menginginkan ridha-Nya. Sedangkan penerapan silaturrahim dapat kita amalkan etika bersilaturrahim/bertamu dalam masyarakat, seperti contoh mengucapkan salam dan mengetuk pintu sebelum masuk rumah, bersikap sopan dan santun, dan sebagainya.

B. Saran

(58)

sehari-hari kita. Terutama bagi seorang guru, mengajarkan untuk bertakwa kepada Allah semata dan bersilaturrahim baiknya tidak hanya sekedar pembelajaran di kelas semata, namun juga harus ada keteladanan yang nyata.

(59)

DAFTAR PUSTAKA

Al-Albani, Muhammad Nashiruddin. 2012. Ringkasan Shahih Bukhari V. Terjemahan oleh Amir Hamzah Fachrudin. Cet 1. Jakarta: Pustaka Azzam.

_______ .2008. Mukhtashar Shahih Abu Daud. Kampungsunnah. Diakses 11 Maret 2018, dari Yoga Pernama.

Al-Kalām Digital. 2009. Bandung: Diponegoro.

Al-Qur‟an dan Terjemah. 1420 H. Madinah: Mujamma‟.

Bahreisy, Salim dkk. 2010. Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 2. Surabaya: PT Bina Ilmu

Daradjat, Zakiah dkk. 1996. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. Departemen Agama Republik Indonesia. 2010. Al-Qur‟an dan Tafsirnya (Edisi

yang Disempurnakan)jilid II.. Jakarta: Lentera Abadi.

Hadi, Sutrisno. 1981. Metode Research. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.

Hermawan, Acep. 2011. Ulumul Qur‟an Ilmu untuk Memahami Wahyu. Bandung: PT Remaja Rosda Karya Offset.

Khon, Abdul Majid. 2009. Ulumul Hadis. Cet II. Jakarta: Amzah.

Nurdin, Ali. 2006. Quranic Society: Menelusuri Konsep masyarakat ideal dalam Al-Qur‟an. Jakarta: Erlangga.

Yunus, Mahmud. 2010. Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: PT Mahmud Yunus Wa Dzurriyyah.

Marimba, Ahmad D.. 1989. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: PT Ma‟arif.

Muslim, Imam Abi Husein. 1992. Tarjamah Shahih Muslim III. Terjemahan oleh Adib Bisri Musthofa. Semarang: Asy-Syifa‟.

(60)

Purwadaminta, W.J.S.. 1999. Kamus Umum bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Qomariah, Nurul, 2014. Mulai Saja dai Hal-Hal Kecil: Ragam Ibadah Riga Peumpas Rasa Malas. Jogjakarta: Diva Press.

Setiadi, Elly M. dkk.. 2006. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana. Shihab, M. Quraish. 2007. Wawasan Al-Qur‟an. Cet XIX. Bandung: Mizan

Pustaka.

_______. 2008. Sejarah dan Ulum Al-Qur‟an. Jakarta: Pusataka Firdaus. _______. 2012. Lubab (Makna, Tujuan, dan Pelajaran dari Surat

Al-Qur‟an). Tangerang: Lentera Hati.

_______. 2016. Yang Hilang dari Kita Akhlak. Tangerang: Lentera Hati. Sudira, Putu. 2009. Studi Mandiri Grounded Theory. Yogyakarta.

Suyanto, Agus. 1983. Psikologi Umum. Jakarta : Aksara Baru. Syadzaly, Ahmad. 1997. Ulumul Qur‟an. Bandung: Pustaka Setia.

Tim Penyusun Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta.

Tim Penyusun Studi Islam IAIN Sunan Ampel. 2005. Pengantar Studi Islam. Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press.

Ulwan, Abdullah Nashih. 1997.. Tarbiyatul Aulad Fi al-Islam. Arab Saudi: Darus Salam.

Undang-Undang Sisdiknas UU RI No.20 Th. 2003. 2009. Jakarta: Sinar Grafika.

(61)

PEDOMAN TRANSLITERASI

Arab ke Latin

Arab Latin Arab Latin

ا

A

ط

Th

ة

B

ظ

Dh

د

T

ع

س

Ts

ؽ

Gh

ط

J

ف

F

ح

H

ق

Q

ر

Kh

ن

K

د

D

ي

L

ر

Dz

َ

M

س

R

ْ

N

ص

Z

ٚ

W

ط

S

ٓ

٘

H

ػ

Sy

ء

ص

Sh

ٞ

Y

ض

Dh

Untuk tanda baca panjang:

(62)

ٓ١ٍّغِ = muslim

īn

ْٚشىفز٠ = yatafakkar

ū

n

Untuk tanda hubungan dengan awal al:

شمٌا

آ

ْ = al-Qur‟

ān

خٕغٌا = as-Sunnah

(63)
(64)

DAFTAR NILAI SKK

Nama : Mustakimah

NIM : 11113286

Jurusan: Pendidikan Agama Islam

P.A. : Qi Mangku B, Lc. , M.S.I.

No. Jenis Kegiatan Pelaksanaan Jabatan Nilai

1 OPAK STAIN Salatiga ”Rekonstruksi Paradigma Mahasiswa yang Cerdas, Peka dan Peduli” Oleh STAIN Salatiga

26-27 Agustus 2013

Peserta 3

2. “Orientasi Pengenalan Akademik dan Kehamasiswaan (OPAK)

Tarbiyah” Oleh STAIN Salatiga 29 Agustus 2013 Peserta 3

3. “Library User Education oleh Upt Perpustakaan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga

16 September 2013 Peserta 2

4. Sertifikat dalam rangka penerimaan santri baru Ponpes Putra Putri Annida Salatiga

23 September 2013 Peserta 2

5. Sertifikat MAPABA (Masa Penerimaan Anggota Baru PMII)

(65)

Mahasiswa yang Peka dan Peduli” oleh PMII Komisariat Djoko Tingkir Kota Salatiga

6. SEMINAR NASIONAL

BAHASA ARAB “Inovasi Pembelajaran Bahasa: Upaya Menjaga Eksistensi dan Masa Depan Pembelajaran Bahasa Arab” oleh ITTAQO

9 Oktober 2013 Peserta 8

7. Piagam Penghargaan MTQ Mahasiswa V “MTQ Wahana Apresiasi untuk Mencetak Insan Kamil” oleh JQH STAIN Salatiga

23 Oktober 2013 Peserta 2

8. Sertifikat Riyadhoh Santri Ponpes Putra Putri An-Nida oleh Pengurus Ponpes Puta Putri An-Nida Salatiga

1 Desember 2013 Peserta 2

9. Sertifikat Sarasehan Akbar Bersama Tokoh Nasional “Komitmen Politik Islam dalam Menata Arah Masa Depan Bangsa Indonesia” oleh Lembaga Dakwah Mahasiswa Islam (LDMI) PB HMI

15 Maret 2014 Peserta 2

10. Sertifikat Tafsir Tematik “ Konsep Pemimpin Ideal Menurut Al-Qur‟an” oleh JQH AL -FURQON STAIN SALATIGA

(66)

11. Sertifikat Akhirussanah Ma‟had STAIN Salatiga Periode 2013/2014 “ Intelektualitas dan Akhlaqul Karimah Mahasiswa”

21 Juni 2014 Panitia 3

12. Sertifikat Program Ma‟had Mahasiswa Selama 1 Tahun Oleh

Ma‟had STAIN Salatiga 23 Juni 2014 Peserta 4

13. Sertifikat Training Dasar Kepribadian “ Membentuk Karakter Islami” oleh Ponpes Putra Putri An-Nida Salatiga

6 Agustus 2014 Panitia 3

14. Sertifikat dalam rangka buka bersama anak-anak TPQ An-Nida Oleh Pengurus Taman Pendidikan Al-Qur‟an Annida Tahun 2014

25 Agustus 2014 Panitia 3

15. Sertifikat Lomba Kebersihan Kamar oleh Ponpes Putra Putri Entrepreneurship” Oleh Gerakan Pramuka Kusuma Dilaga- Woro

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data maka dapat disimpulkan bahwa: Nilai-nilai pendidikan Akhlak yang terkandung dalam surat Al-Hujurat ayat 11-13 adalah

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data maka dapat disimpulkan bahwa: Nilai-nilai pendidikan Akhlak yang terkandung dalam surat Al-Hujurat ayat 11-13 adalah akhlak

Sedangkan dalam skripsi ini dapat ditarik kesimpulan bahawa nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam surat al Israa’ ayat 23-27 adalah, 1)

Hasil penelitian menunjukan bahwa Nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung pada surat luqman ayat 18-19, meliputi : larangan bersikap sombong dan angkuh dan

Oleh karena itu, pada pembahasan berikut ini adalah analisa penulis tentang implikasi nilai-nilai pendidikan salat malam yang terkandung dalam al Quran surat al

Berdasarkan penelitian ini, maka kami simpulkan bahwa: pertama, nilai pendidikan yang terkandung dalam surat al- Isrȃ‟ ayat 23 -24 antara lain: Tidak Menyekutukan Allah, berbuat

Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah apa saja nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam Al- Qur’an surat Al - Mu’minun ayat 1 -11?1. Untuk

Menurut hasil analisis yang diperoleh bahwa konsep pendidikan Islam dalam al-Qur‟an surat al-Jumu‟ah ayat 1-5 menurut tafsir al-Maraghi adalah konsep pendidikan Islam