• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFESIONALISME GURU PASCA SERTIFIKASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PROFESIONALISME GURU PASCA SERTIFIKASI"

Copied!
180
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Ditujukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh :

Benedecta Yudha Wastuti NIM.051334027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i SKRIPSI

Ditujukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh :

Benedecta Yudha Wastuti NIM.051334027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

Kupersembahkan karya kecilku ini untuk :

(6)

v

MOTTO

Life is amazing! Why, because I say it is. You can say it

too. Choose life to be amazing. It is!

(7)
(8)
(9)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Kasih atas segala limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul “Profesionalisme Guru Pasca Sertifikasi”. Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Akuntansi.

Penulisan Skripsi ini terwujud berkat bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak yang telah berkenan membimbing, membantu, dan memotivasi penulis. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu melimpahkan berkat-Nya sehingga skrpsi

ini dapat terselesaikan dengan lancar.

2. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan

Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

5. Bapak Drs. Bambang Purnomo, S.E., M.Si. selaku dosen pembimbing yang

dengan penuh pengertian dan ketulusan hati memberikan bimbingan, kritik,

saran serta motivasi dalam penulisan skripsi ini.

6. Ibu Rita Eny Purwanti, S.Pd., M.Si. selaku dosen penguji yang telah

memberikan masukan, bimbingan dan saran dalam merevisi skripsi ini.

7. Bapak Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku dosen penguji yang telah

(10)

ix

8. Dosen-dosenku yang baik : ”Pak Wid, Pak Heri, Pak Ruby, Bu Cornel, Bu

Catur, Bu Prem, Bu Indah” terimakasih atas ilmu dan didikan yang telah

diberikan pada saya selama ini.

9. Staff sekretariat Pendidikan Akuntansi : Mbak Aris dan Bapak Wawiek atas

bantuan dalam mengurusi kepentingan-kepentingan mahasiswa.

10.Kedua orang tuaku tercinta (Bapak Antonius Warjiman dan Ibu Maria

Murtilah). Tiada kata dan tindakan yang mampu membalas semua kasih

sayang, doa, dan perhatian kalian kepadaku.

11.Adikku Yohanes Ade Yudha Subhakti, terima kasih atas segala doa dan

dukungan sehingga kakak tetap semangat mengerjakan skripsi ini.

12.Seluruh keluargaku: Pakde Tijo, Budhe Timah, Mbak No, Mbah Harto,

Aulia, Budhe Jiyah, Bule Ni, Wulan, terima kasih untuk segala perhatian,

nasihat, dukungan moril, materiil dan spiritual. Semua yang telah Pakde,

Budhe, Simbah, Om, Bulek, Mbak dan Adik berikan begitu berarti bagiku.

13.Sahabat-sahabatku: Ida (Semoga kerja keras yang kamu lakukan selama ini

akan membantumu meraih cita-citamu), Ruci (Kamu bisa n tetap semangat

ya!!!!), Agnes (Ayo tetap semangat Nez), terima kasih atas dukungan,

semangat, canda tawa yang selalu menghiburku dikala mengalami

kepenatan dalam menyusun skripsi ini dan atas sumbang saran dan

bantuannya sehingga aku dapat menyelesaikan skirpsi ini.

14.Rekan-rekan seperjuanganku angkatan 2005 Program Studi Pendidikan

Akuntansi: Ms Adi, Ms Eka, Ms Kris Ms Dwi, Singgih, Itok, Wika, Arnon,

(11)

x

Rosa, Santi, Yuni, Eka, Tri, Riri, Dwix, Widi, Rini, Rina, Tia, Andri, Dens,

Asih, Ruci, Esti, Dany, Ertin, Marsya, Lilis, Heni, Niken, Kur, Leny,

Agnes, Meri, Chan, Galuh, Bo’im, Tite, Mita, Sus. Margaret, Era, atas

bantuan, dukungan kerjasama serta semangat yang telah diberikan dalam

proses penyempurnaan skripsi ini dan atas semua kenangan dan canda tawa

selama kita kuliah bersama di kampus kita tercinta.

15.Anak-anak Kost Brojowikalpo 2B: Nonok, Ruci, Mbak Tian, Dewi, Sinta,

Budhe, Mbak Danik, atas semua dukungan, cerita, canda tawa, dan

kebersamaan dalam suka dan duka selama dikost (kalian adalah keluarga

keduaku).

16.Anak-anak Sing Sip-Sip: Mas Cunk, Mas Jiek, Mas Didik, Mas Purbo, Mas

Hendry, Mas Ceye, Kur2, Mbak Iyem, Mbak Katrin, Mbak Ragil, No2k,

Lina, Novin ( Tetep semangat berlatih & kita puji Tuhan dengan suara

kita).

17.Semua pihak yang tidak dapat aku sebutkan satu persatu atas semua

dukungan yang telah diberikan dalam penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini menjadi lebih baik. Dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya.

Penulis,

(12)

xi

ABSTRAK

PROFESIONALISME GURU PASCA SERTIFIKASI

Survey Pada Guru-Guru Bidang Studi SMA Selain BK yang Lulus Sertifikasi Tahun 2007 di Wilayah Kabupaten Sleman Yogyakarta

Benedecta Yudha wastuti Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2009

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui berbagai kegiatan yang menunjang profesionalisme guru bidang studi SMA selain BK di wilayah Kabupaten Sleman Yogyakarta pasca lulus sertifikasi.

Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-September 2009 di SMA Kabupaten Sleman Yogyakarta. Teknik pengambilan sampel menggunakan Purposive Sampling, sampel yang diambil sebanyak 17 sekolah dengan jumlah responden berjumlah 82 guru. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik non-tes dengan menggunakan kuesioner yang berisi 10 komponen portofolio.

(13)

xii

ABSTRACT

TEACHER PROFESSIONALISM AFTER CERTIFICATION

A Survey on Teachers of Senior High Schools Who Have Passed Teacher’s Certification In 2007 except Counseling Teachers

In Sleman Regency Yogyakarta

Benedecta Yudha Wastuti Sanata Dharma University

Yogyakarta

2009

This study aims for finding out various activities which supported teacher’s professionalism in Senior High School who have passed teacher’s certification except Counseling Teachers in Sleman Regency Yogyakarta.

This research is a descriptive research. This research was conducted from July until September 2009 in all Senior High Schools in Sleman Regency, Yogyakarta. The technique used to take samples was purposive sampling. The samples were 82 teachers from 17 schools of Senior High School. The technique used to collect the data was non test technique with questionnaire which consisted of portfolio components.

(14)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

KATA PENGANTAR... viii

ABSTRAK ... xi

ABSTRACT ... xii

DAFTAR ISI... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Guru ... 9

B. Profesionalisme Guru... 13

(15)

xiv

1. Kompetensi Pedagogik ... 16

2. Kompetensi Kepribadian... 17

3. Kompetensi Profesional ... 18

4. Kompetensi Sosial... 19

D. Sertifikasi Guru ... 19

1. Pengertian sertifikasi... 19

2. Tujuan dan Manfaat Sertifikasi... 22

3. Dasar Hukum Sertifikasi dan Penyelenggaraan Sertifikasi Guru23 4. Prosedur dan Mekanisme ... 24

5. Portofolio Sertifikasi Guru... 28

E. Pasca Pengumuman Sertifikasi... 37

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 39

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 43

B. Analisis Data dan Pembahasan... 50

BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN A. Kesimpulan... 84

B. Saran ... 85

C. Keterbatasan ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 90

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

1. Tabel 4.1 Jenis kelamin Responden... 43

2. Tabel 4.2 Usia Responden ... 44

3. Tabel 4.3 Jam mengajar ... 45

4. Tabel 4.4 Mata Pelajaran ... 46

5. Tabel 4.5 Masa Kerja ... 46

6. Tabel 4.6 Golongan Jabatan... 47

7. Tabel 4.7 Status Kepegawaian... 48

8. Tabel 4.8 Jalur Lulus Sertifikasi ... 49

9. Tabel 4.9 Keikutsertaan Dalam Pendidikan dan Pelatihan yang Relevan 50

10. Tabel 4.10 Keikutsertaan Dalam Pendidikan dan Pelatihan yang Tidak Relevan ... 51

11. Tabel 4.11 Pendidikan dan Pelatihan... 52

12. Tabel 4.12 Pembuatan RPP... 52

13. Tabel 4.13 Pembuatan Silabus ... 53

14. Tabel 4.14 Pembelajaran Dengan Memanfaatkan Teknologi Informasi 54 15. Tabel 4.15 Pembuatan dan Penerapan Model Pembelajaran yang Baru/Inovatif ... 55

16. Tabel 4.16 Perencanaan dan Pelaksanaan Pembelajaran ... 56

17. Tabel 4.17 Perolehan Kejuaraan Dalam Lomba Akademik ... 56

18. Tabel 4.18 Perolehan Sertifikat Keahlian/Keterampilan ... 57

19. Tabel 4.19 Tugas Sebagai Instruktur ... 58

20. Tabel 4.20 Tugas Sebagai Guru Inti ... 58

21. Tabel 4.21 Tugas Sebagai Tutor ... 59

22. Tabel 4.22 Tugas Sebagai Pemandu ... 60

23. Tabel 4.23 Pembimbing Mahasiswa PPL ... 60

(17)

xvii

25. Tabel 4.25 Pembimbing Siswa Lomba dan Tidak Memperoleh Juara ... 62

26. Tabel 4.26 Prestasi Akademik ... 63

27. Tabel 4.27 Penyusunan Buku Dipublikasikan Secara Nasional dan Ber ISBN ... 63

28. Tabel 4.28 Penyusunan Buku Dipublikasikan Secara Propisi dan ber ISBN64 29. Tabel 4.29 Penyusunan Buku Dipublikasikan Secara Kabupaten/Kota Dan ber ISBN... 64

30. Tabel 4.30 Penulisan Artikel pada Surat Kabar/Majalah/Jurnal... 66

31. Tabel 4.31 Menjadi Reviewer Buku... 67

32. Tabel 4.32 Penulisan Soal Ujian UN/UASDA ... 67

33. Tabel 4.33 Penulisan Diktat/Modul ... 68

34. Tabel 4.34 Pembuatan Media/Alat Pembelajaran... 69

35. Tabel 4.35 Penelitian di Bidang Pendidikan... 70

36. Tabel 4.36 Pembuatan Karya Seni/Karya Teknologi ... 71

37. Tabel 4.37 Karya Pengembangan Profesi ... 72

38. Tabel 4.38 Keikutsertaan Dalam Forum Ilmiah yang Relevan... 72

39. Tabel 4.39 Keikutsertaan Dalam Forum Ilmiah yang Tidak Relevan .... 73

40. Tabel 4.40 Keikutsertaan Dalam Forum Ilmiah ... 74

41. Tabel 4.41 Pengurus Organisasi di Bidang Pendidikan... 75

42. Tabel 4.42 Pengurus Organisasi di Bidang Sosial ... 76

43. Tabel 4.43 Tugas Tambahan Sebagai Kepala Sekolah ... 77

44. Tabel 4.44 Tugas Tambahan Sebagai Wakil Kepala Sekolah ... 78

45. Tabel 4.45 Tugas Tambahan Sebagai Wali Kelas ... 79

46. Tabel 4.46 Tugas Tambahan Sebagai Pembina Pramuka ... 79

47. Tabel 4.47 Tugas Tambahan Sebagai Pembina Ekstrakurikuler ... 80

48. Tabel 4.48 Tugas Tambahan Sebagai Pembina Lainnya ... 81

49. Tabel 4.49 Pengalaman Organisasi di Bidang Pendidikan dan Sosial.... 82

(18)

xviii

DAFTAR GAMBAR

(19)

xix LAMPIRAN

Lampiran 1 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia

No. 10 Tahun 2009 Tentang Sertifikasi Guru Dalam Jabatan ... 92

Lampiran 2 Kutipan Undang-undang No 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen ... 99

Lampiran 3 Kuesioner... 103

Lampiran 4 Data Responden... 107

Lampiran 5 Data Induk ... 111

Lampiran 6 Analisis Data... 114

(20)

1 BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan yang bermutu merupakan syarat utama untuk

mewujudkan kehidupan bangsa yang maju, modern dan sejahtera. Sejarah

perkembangan dan pembangunan bangsa-bangsa mengajarkan pada kita

bahwa bangsa yang maju, modern, makmur dan sejahtera adalah

bangsa-bangsa yang memiliki sistem dan praktik pendidikan yang bermutu. Agar

pembangunan pendidikan dapat berkontribusi terhadap peningkatan

kualitas sumber daya manusia, terdapat tiga syarat utama yang harus

diperhatikan yaitu: 1) sarana gedung, 2) buku yang memadai, 3) guru dan

tenaga kependidikan yang profesional (Mulyasa, 2005: 3). Pendidikan

yang bermutu juga sangat tergantung pada keberadaan guru yang

bermutu, yakni guru yang profesional, sejahtera dan bermartabat. Karena

keberadaan guru yang bermutu merupakan syarat mutlak hadirnya sistem

dan praktik pendidikan yang berkualitas.

Untuk mendorong keberadaan guru yang berkualitas, pemerintah

berupaya meningkatkan mutu guru dengan mengembangkan kebijakan

yang langsung mempengaruhi mutu dengan melaksanakan sertifikasi

guru. Kebijakan ini tertuang dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang

guru dan dosen. Dengan diberlakukan UU Guru dan Dosen,

(21)

yuridis bagi guru dari perbuatan semena-mena dari siswa, orang tua dan

masyarakat, 2) untuk meningkatkan profesionalisme guru, 3) untuk

meningkatkan kesejahteraan guru baik yang berstatus sebagai pegawai

negeri (PNS) ataupun non PNS.

Keberadaan UU Guru dan Dosen tersebut merupakan pengakuan

bahwa profesi guru merupakan pekerjaan profesional, sebagaimana

pekerjaan dokter, lawyer, pilot, dan tidak sembarang orang bisa menjadi guru. Sebagai profesi guru wajib memiliki kualifikasi akademik,

kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki

kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi

akademik yang disyaratkan bagi guru adalah guru harus mempunyai

pendidikan sarjana (S-1) atau diploma empat (D-4). Sedangkan

kompetensi guru yang dipersyaratkan adalah kompetensi pendagogik,

kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional

yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Sebagai salah satu wujud

keprofesionalannya, seorang guru dapat mengikuti sertifikasi.

Bagi kebanyakan guru tujuan untuk mengikuti sertifikasi tersebut

mempunyai dua motif, yaitu motif ekonomi dan motif psikologis. Motif

ekonomi didasari dengan naiknya gaji guru 100 % apabila mereka

berhasil lulus sertifikasi, sehingga kesejahteraan mereka pun ikut naik.

Sedangkan motif psikologis mereka adalah lebih dihormatinya mereka

(22)

merupakan sarana atau instrumen untuk meningkatkan kualitas

kompetensi guru. Dengan kata lain sertifikasi bukanlah tujuan akhir.

Ironisnya, sebagian orang/guru memandang sertifikasi sebagai suatu

tujuan akhir khususnya untuk menggapai tunjangan profesi demi

meningkatkan penghasilan guru. Bila perlu, demi lulus sertifikasi, guru

siap membeli piagam atau mengeluarkan uang hanya untuk mendapatkan

lembaran-lembaran piagam.

Menurut data Bapeda Kabupaten Sleman terdapat 1159 guru yang

lulus sertifikasi pada tahun 2006 dan 2007 dengan perincian guru SMA

sebanyak 143 orang, SMK 166 orang, SMP 247 orang, SD sebanyak 487

orang dan TK sebanyak 116 orang.

(http://www.slemankab.go.id/?hal=detail_berita.php&id=1921). Data

tersebut mengindikasikan bahwa Kabupaten Sleman memiliki banyak

guru yang dapat dikatakan profesional.

Namun, kesuksesan mereka seringkali tidak diikuti dengan

profesionalisme mereka dalam mengajar, malah terkadang mereka

kurang rajin dalam mengajar, hal ini dikarenakan mereka telah

mempunyai gaji yang cukup sehingga mereka mulai jarang untuk

melaksanakan tugas mengajar. Pembantu Rektor (PR) III Unlam Ir H

Hamdani MS ketika membuka Seminar Pendidikan Nasional:

Profesionalitas Tenaga Pendidik, Substansi dan Formalitas di Aula

(23)

bersertifikat kembali bekerja asal-asalan. Hal ini akan memberikan

pengaruh secara luas bukan hanya kepada rekan-rekan guru yang lain,

melainkan juga kepada kualitas pendidikan.”

Fakta menunjukkan bahwa para guru yang telah lulus sertifikasi

dan mendapatkan tunjangan profesinya cair, ironisnya justru banyak yang

berpangku tangan

(http://hdn.zamrudtechnology.com/2008/08/07/sindrom-sertifikasi-guru/).

Para guru tidak berpacu meningkatkan kompetensinya dengan berbagai

karya ilmiah, yakni semakin banyak guru yang menjauh dari buku-buku

aktual, hilangnya kebiasaan diskusi, pudarnya budaya menulis, tidak

melakukan riset atau penelitian ilmiah.

Selain itu masih ada guru yang telah lulus sertifikasi tidak mampu

menguasai teknologi-teknologi dasar pendidikan, misalnya masih banyak

guru yang gagap teknologi, tidak bisa mengoperasikan komputer, email,

dan internet, padahal komputer seharusnya menjadi alat bantu utama bagi

seorang guru dalam pengajaran di sekolah. Hal ini dapat menghambat

perkembangan pembelajaran yang berbasis Teknologi Informasi dan

Komunikasi (TIK). Dari uraian di atas menunjukkan bahwa guru yang

telah lulus sertifikasi belum tentu profesional.

Maka dari itu, guru yang telah memiliki sertifikat pendidik harus

terus melakukan peningkatan kompetensinya melalui berbagai kegiatan

(24)

berlangsung secara berkesinambungan karena prinsip mendasar adalah

guru harus merupakan a learning person, belajar sejak di gendongan ibu hingga kematian mendatanginya. Sebagai guru profesional yang telah

menyandang sertifikat pendidik, guru wajib untuk terus mempertahankan

profesionalitasnya sebagai guru (Suyatno, 2008: 18).

Pembinaan profesi guru secara terus menerus (continous

professional development) menggunakan wadah guru yang sudah ada, yaitu 1) kelompok kerja guru (KKG) untuk tingkat SD, 2) musyawarah

guru mata pelajaran (MGMP) di tingkat SMP dan SMA, 3) di perguruan

tinggi dan di tempat lainnya yang merupakan wahana pemeliharaan dan

peningkatan kompetensi. Aktifitas guru di KKG/MGMP tidak saja untuk

menyelesaikan persoalan pengajaran yang dialami guru dan berbagi

pengalaman mengajar antar guru, tetapi dengan strategi mengembangkan

kontak akademik dan melakukan refleksi diri.

Agar kinerja guru lulus sertifikasi tidak turun, setelah menerima

sertifikat pendidik dan tunjangan, kinerja guru akan terus dipantau oleh

Kepala Sekolah, pengawas dan guru di lingkugan kerjanya (Rosida dalam

http://www. malangraya.web.id/2008/09/05/siapkan-tim-pemantau-guru

-pasca-sertifikasi/ - 48k –). Selain itu, sudah waktunya otoritas

pendidikan mulai dari instansi pusat, Pusat Pengembangan dan

Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kerja (P4TK), Lembaga Penjaminan

(25)

Provinsi/Kabupaten/Kota serta Perguruan Tinggi memperbanyak dan

menganekaragamkan wahana yang bisa melancarkan proses sertifikasi

serta pentingnya pembinaan pasca sertifikasi.

Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik melakukan

penelitian dalam dunia pendidikan dengan judul ”PROFESIONALISME

GURU PASCA SERTIFIKASI” hal ini penting untuk dibahas sehingga

dapat memberikan motivasi agar guru-guru yang telah lulus sertifikasi

tetap menjalankan tugas-tugasnya secara profesional.

B. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka penelitian ini akan

mengkaji profesionalisme guru pasca sertifikasi. Pada penelitian ini hanya

akan ditujukan bagi guru-guru bidang studi Sekolah Menengah Atas

(SMA) selain BK yang telah lulus uji sertifikasi tahun 2007 baik melalui

penilaian portofolio maupun melalui Pendidikan dan Pelatihan Profesi

Guru (PLPG). Lokasi Penelitian hanya dibatasi pada SMA di wilayah

Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

C. Rumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

“Apakah guru-guru bidang studi Sekolah Menengah Atas (SMA) selain

BK di wilayah Kabupaten Sleman Yogyakarta yang telah memiliki

(26)

profesional dan melakukan berbagai kegiatan yang menunjang

profesionalismenya?”

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah guru-guru

bidang studi Sekolah Menengah Atas (SMA) selain BK di wilayah

Kabupaten Sleman Yogyakarta yang telah memiliki sertifikat sebagai

pendidik profesional tetap menjalankan tugasnya secara profesional dan

melakukan berbagai kegiatan yang menunjang profesionalismenya?”

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pemerintah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi

pemerintah dalam bidang pendidikan khususnya mengenai

sertifikasi dan memberikan gambaran dalam mengambil keputusan

dalam bidang pendidikan serta dapat menjadi sumber refleksi dan

perbaikan akan pelaksanaan sertifikasi guru pada pelaksanaan

berikutnya.

2. Bagi Universitas

Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi pihak-pihak yang

membutuhkan dan menambah referensi kepustakaan. Disamping itu

diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar bagi

(27)

3. Bagi Mahasiswa FKIP

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan refleksi bagi mahasiswa

FKIP sebagai calon guru agar tetap menjaga profesionalisme ketika

menjadi guru kelak.

4. Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu guru dalam

(28)

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Guru

1. Pengertian Guru

Kamus Umum Bahasa Indonesia mengemukakan arti guru sebagai

orang yang pekerjaan atau mata pencahariannya, profesinya mengajar.

Sementara itu Hamzah (2007;15), mengemukakan guru adalah orang dewasa

yang secara sadar bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar dan

membimbing peserta didik. Orang yang disebut guru adalah orang yang

memiliki kemampuan merancang program pembelajaran serta mampu menata

dan mengelola kelas agar peserta didik dapat belajar dan pada akhirnya dapat

mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan.

2. Syarat-syarat Menjadi Guru

Untuk menjadi seorang guru diperlukan suatu persyaratan, karena

profesi guru adalah suatu pekerjaan yang profesional. Dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

menyatakan bahwa seorang tenaga pengajar (guru) SMA/MA atau bentuk

lainnya yang sederajat harus memiliki : 1) Kualifikasi akademik pendidikan

minimum diploma empat (D-4) atau sarjana (S-1), 2) Latar pendidikan tinggi

(29)

diajarkan, 3) Sertifikat profesi guru untuk SMA/MA. Menurut Hamalik (2001:

118), Syarat bagi seorang guru diantaranya sebagai berikut:

a. Harus memiliki bakat sebagai guru b. Harus memiliki keahlian sebagai guru

c. Memiliki kepribadian yang baik dan terintegrasi d. Memiliki mental yang sehat dan berbadan sehat e. Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas f. Memiliki jiwa Pancasila dan Warga Negara yang baik

3. Kode Etik

Dalam menjalankan profesinya guru di Indonesia terpanggil untuk

menunaikan karyanya dengan berpedoman pada kode etik profesional guru.

Menurut Mulyasa (2007;47) kode etik tersebut berisi sebagai berikut :

a. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila

b. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional

c. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan melakukan bimbingan dan pembinaan

d. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya proses belajar mengajar

e. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama terhadap pendidikan

f. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat profesinya

g. Guru memelihara hubungan profesi, semangat kekeluargaan dan kesetiakawanan sosial

4. Peranan Guru

Undang-undang Guru Tahun 2005, pasal 1 ayat 1 menerangkan bahwa

guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta

(30)

guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu

pendidikan nasional. Menurut Hamalik (2001:123), di zaman modern seperti

sekarang ini peranan guru tidak hanya sebagai pengajar, pendidik, dan

pembimbing, melainkan juga sebagai ilmuwan ( teacher as scientist ) dan

guru sebagai pribadi ( teacher as person ).

Menurut Mulyasa (2007;19) mengungkapkan bahwa peran dan fungsi

guru adalah :

a. Sebagai pendidik dan pengajar; bahwa setiap guru harus memiliki

kestabilan emosi ingin memajukan peserta didik, bersikap realitas, jujur,

dan terbuka, serta peka terhadap perkembangan inovasi pendidikan.

Untuk mencapai semua itu guru harus memiliki pengetahuan yang luas,

mernguasai berbagai bahan pembelajaran, menguasai teori dan praktik

pendidikan, serta menguasai kurikulum dan metodologi pembelajaran.

b. Sebagai anggota masyarakat; bahwa setiap guru harus pandai bergaul

dengan masyarakat. Untuk itu, harus menguasai psikologi sosial,

memiliki pengetahuan tentang hubungan antar manusia, memiliki

keterampilan membina kelompok, keterampilan bekerjasama dalam

kelompok dan menyelesaikan tugas bersama dalam kelompok.

c. Sebagai pemimpin; bahwa setiap guru adalah pemimpin yang harus

memiliki kepribadian, menguasai ilmu kepemimpinan, prinsip hubungan

antar manusia, teknik berkomunikasi, serta menguasai berbagai aspek

(31)

d. Sebagai administrator; bahwa setiap guru akan dihadapkan pada

berbagai tugas administrasi yang harus dikerjakan disekolah, sehingga

harus memiliki pribadi yang jujur, teliti, serta memahami strategi dan

manajemen pendidikan.

e. Sebagai pengelola pembelajaran; bahwa setiap guru harus mampu dan

menguasai berbagai metode pembelajaran dan memahami situasi

belajar-mengajar di dalam maupun di luar kelas.

Peranan guru akan menjadi semakin luas karena ia juga akan berfungsi

sebagai penghubung antara ilmu pengetahuan dan teknologi dengan

masyarakat. Dalam hal ini guru memodernisasi masyarakat dituntut serta

secara aktif dalam pembangunan karena telah menghubungkan masyarakat

dengan IPTEK.

Sehubungan dengan hal ini Hamalik (2001: 124) menyebutkan bahwa:

a. Guru sebagai penghubung ( teacher as communicator )

b. Guru sebagai modernisator

c. Guru sebagai pembangun ( teacher as contructor )

5. Tanggung Jawab Guru

Profesi guru merupakan suatu profesi yang mulia dan luhur, oleh

karena itu guru sudah seharusnya memiliki tanggung jawab yang besar.

Hamalik (2001: 127) merangkum tanggung jawab guru adalah sebagai

(32)

a. Guru harus menuntut murid-muridnya belajar. b. Guru turut serta dalam membina kurikulum sekolah.

c. Guru melakukan pembinaan terhadap diri siswa dalam hal kepribadian, watak,dan jasmaniah.

d. Guru memberikan bimbingan kepada murid.

e. Guru melakukan diagnosis atas kesulitan-kesulitan belajar dan mengadakan penilaian atas kemajuan belajar.

f. Guru menyelenggarakan penelitian yang merupakan tanggung jawab profesional.

g. Guru mengenal masyarakat dan aktif ikut serta dalam kegiatan-kegiatan yang ada di dalam masyarakat.

h. Guru bertanggung jawab menghayati, mengamalkan, dan mengamankan Pancasila.

i. Guru turut serta dalam membantu terciptanya kesatuan dan persatuan bangsa serta perdamaian pembangunan.

j. Guru turut serta menyukseskan pembangunan.

k. Guru bertanggungjawab meningkatkan peranan profesional guru.

B. Profesionalisme Guru

Guru merupakan suatu profesi yang berarti suatu jabatan yang

memerlukan keahlian khusus sebagai guru dan tidak dapat dilakukan oleh

sembarang orang diluar bidang pendidikan. Walaupun pada kenyataannya masih

terdapat hal-hal tersebut di luar bidang kependidikan. Profesional itu sendiri

diartikan sebagai suatu pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang

dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian,

kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu

serta memerlukan pendidikan profesi ( Undang-undang No. 14 Bab I pasal 1 No.

2 tentang Guru dan Dosen ).

Kata profesional berasal dari kata sifat yang berarti pencaharian dan

(33)

dokter, hakim, dan sebagainya. Dengan kata lain pekerjaan yang profesional

adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus

dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang

tidak dapat memperoleh pekerjaan lain (Dr. Nana Sudjana dalam Moeh Uzer

Usman, 1995:14).

Guru profesional adalah guru yang secara administratif, akademis, dan

kepribadian telah memenuhi persyaratan dalam bentuk hubungan

multidimensional dengan muridnya (Ainurrofiq Dawam,2004:25).

Dengan bertitik tolak pada pengertian ini, maka pengertian guru yang

profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam

bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai

guru dengan kemampuan maksimal. Atau dengan kata lain, guru profesional

adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman

yang kaya di bidangnya.

Memposisikan guru sebagai profesi, merupakan suatu hal yang mendesak

diberlakukan di Indonesia. Pasalnya, menempatkan guru seperti itu akan

memperbaiki nasib para guru yang selama ini sering termarginalkan, maka dari

itu dengan memposisikan guru sebagai profesi diharapkan tanggung jawab

seorang guru dalam menjalankan tugasnya akan lebih baik.

Dalam melaksanakan tugas guru, seorang guru yang profesional perlu

mengetahui dan dapat menerapkan beberapa prinsip mengajar (Hamzah;

(34)

1. Guru harus dapat meningkatkan minat peserta didik untuk aktif dalam berpikir serta mencari dan menemukan sendiri pengetahuan.

2. Guru harus dapat membuat urutan dalam pemberian pelajaran dan penyesuaiannya dengan usia dan tahapan tugas perkembangan peserta didik.

3. Guru perlu menghubungkan pelajaran yang akan diberikan dengan pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik (kegiatan apresiasi).

4. Sesuai dengan prinsip repetisi dalam proses pembelajaran, diharapkan guru dapat menjelaskan unit pelajaran secara berulang-ulang hingga tanggapan peserta didik menjadi jelas.

5. Guru wajib memperhatikan dan memikirkan korelasi atau hubungan antara mata pelajaran dan atau praktik nyata dalam kehidupan sehari-hari.

6. Guru harus tetap menjaga konsentrasi belajar para peserta didik dengan cara memberikan kesempatan berupa pengalaman secara langsung/meneliti dan menyimpulkan pengetahuan yang didapatnya.

7. Guru harus mengembangkan sikap peserta didik dalam membina hubungan sosial, baik dalam kelas maupun di luar kelas.

8. Guru harus menyelidiki dan mendalami perbedaan peserta didik secara individual agar dapat melayani siswa sesuai dengan perbedaannya tersebut.

Secara singkat dapat dikatakan pengertian guru profesional adalah

seseorang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang

kependidikan dan keguruan sehingga mampu melakukan tugas dan fungsinya

sebagai seorang guru yang bermutu.

Prinsip-prinsip profesionalisme guru menurut UU tentang Guru dan Dosen

Pasal 5 ayat 1 menyebutkan:

1. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme,

2. Memiliki kualifikasi pendidikan dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugasnya,

3. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugasnya, 4. Mematuhi kode etik profesi,

5. Memiliki hak dan kewajiban dalam melaksanakan tugas,

6. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerjanya, 7. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan profesinya secara

berkelanjutan,

(35)

9. Memiliki organisasi profesi yang berbadan hukum.

Seiring dengan kemajuan teknologi informasi, guru tidak hanya bertindak

sebagai penyaji informasi, tetapi juga harus mampu bertindak sebagai fasilitator,

motivator, dan pembimbing yang lebih banyak memberikan kesempatan kepada

peserta didik untuk mencari dan mengolah sendiri informasi, dengan demikian

keahlian guru harus terus dikembangkan dan tidak hanya terbatas pada

penguasaan prinsip mengajar.

C. Kompetensi Keguruan

Profesi guru menuntut adanya kompetensi dalam bidang keguruan yang

meliputi empat kompetensi, yaitu kompetensi pendagogik, kompetensi profesional,

kompetensi sosial, dan kompetensi personal.

1. Kompetensi Pedagogik

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir a

dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola

pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik,

perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan

pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang

dimilikinya.

Sedangkan dalam RPP tentang guru dikemukakan bahwa, kompetensi

pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran

(36)

a. Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan b. Pemahaman terhadap peserta didik

c. Pengembangan kurikulum / silabus d. Perancangan pembelajaran

e. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis f. Pemanfaatan teknologi pembelajaran

g. Evaluasi hasil belajar

h. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.16 Tahun 2007,

kompetensi pedagogik guru meliputi:

a. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual.

b. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.

c. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan yang diampu.

d. Menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik.

e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik.

f. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.

g. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik.

h. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran.

i. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.

2. Kompetensi Kepribadian

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir b,

dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah

kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa,

(37)

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007,

kompetensi kepribadian guru meliputi:

a. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia.

b. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat.

c. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa.

d. Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri.

e. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.

3. Kompetensi Profesional

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir c

dikemukakan bahwa kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan

materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan

membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan

Standar Nasional Pendidikan.

Ruang lingkup kompetensi profesional guru adalah sebagai berikut:

a. Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan baik filosofi, psikologis, sosiologis, dan sebagainya.

b. Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai taraf perkembangan peserta didik.

c. Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang menjadi tanggung jawabnya.

d. Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi. e. Mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai alat, media dan

sumber belajar yang relevan.

(38)

4. Kompetensi Sosial

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir d

dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah

kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan

bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga

kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Hal

tersebut diuraikan lebih lanjut dalam RPP tentang guru, bahwa kompetensi

sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat, yang

sekurang-kurangnya memiliki potensi untuk:

a. Berkomunikasi secara lisan, tulisan, dan isyarat.

b. Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional.

c. Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga

kependidikan, dan orang tua/wali peserta didik.

d. Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.

D. Sertifikasi Guru

1. Pengertian Sertifikasi

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005

tentang Guru dan Dosen, dikemukakan bahwa sertifikasi adalah proses

pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen. Sertifikat adalah

dokumen resmi yang menyatakan informasi di dalam dokumen itu benar

adanya. Sedangkan sertifikat pendidik adalah sertifikat yang ditandatangani

(39)

pengakuan profesionalitas guru yang diberikan kepada guru sebagai tenaga

profesional.

National Comission on Educational Services (NCES) dalam Mulyasa:2007, 34 memberikan pengertian sertifikasi secara lebih umum.

Certification is a procedure whereby the state evaluates and reviews a teacher candidate’s credentials and provides him or her a license to teach.

Jadi sertifikasi guru adalah suatu proses pemberian pengakuan bahwa

seseorang telah memiliki kompetensi untuk melaksanakan pelayanan

pendidikan pada satuan pendidikan tertentu, setelah lulus uji kompetensi yang

diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi. Dengan kata lain sertifikasi guru

adalah proses uji kompetensi yang dirancang untuk mengungkapkan

penguasaan kompetensi seseorang sebagai landasan pemberian sertifikat

pendidik.

Secara formal, Undang-undang RI Nomor 20 tahun 2005 tentang sistem

pendidikan nasional, Undang-undang RI Nomor 14 tahun 2005 tentang guru

dan dosen dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang standar

nasional pendidikan menyatakan bahwa guru adalah tenaga profesional. Sebagai

tenaga profesional, guru dipersyaratkan memiliki kualifikasi akademik S-1

(Strata satu) atau D-4 (Diploma empat) dalam bidang yang relevan dengan mata

pelajaran yang diampunya dan menguasai kompetensi sebagai agen

pembelajaran. Pemenuhan persyaratan kualifikasi akademik S-1/D-4 dibuktikan

(40)

relevansi dibuktikan dengan kesesuaian antara bidang pendidikan yang dimilki

dengan mata pelajaran yang diampu di sekolah. Sementara itu, persyaratan

penguasaan kompetensi sebagai agen pembelajaran (yang meliputi kompetensi

kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi profesional dan kompetensi

sosial) dibuktikan dengan sertifikat sebagai pendidik, atau uji sertifikasi.

Tentang ujian sertifikasi ini diperjelas dengan Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional Nomor 10 tahun 2009 yang menyatakan bahwa sertifikasi

bagi guru dalam jabatan dilaksanakan melalui uji kompetensi dan pemberian

sertifikat pendidik secara langsung. Ujian kompetensi tersebut dilakukan dalam

bentuk portofolio, yang merupakan pengakuan atas pengalaman profesional

guru dalam bentuk penilaian terhadap kumpulan dokumen yang mencerminkan

kompetensi guru.

Ujian sertifikasi berupa empat standar kompetensi guru yaitu kompetensi

pedagogis, kepribadian, profesional, dan sosial. Kompetensi yang diujikan

berupa pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang diwujudkan dalam bentuk

tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab. Pemberian sertifikat pendidik

secara langsung dilakukan melalui verifikasi dokumen.

Guru yang telah lulus sertifikasi melalui uji kompetensi dan pemberian

sertifikat pendidik secara langsung berhak mendapatkan sertifikat pendidik.

Sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan

kepada guru sebagai tenaga profesional. Sertifikasi ini menjadi salah satu syarat

(41)

terhadap penguasaan kompetensi pada bidang pekerjaan tertentu, yang

diberikan oleh satuan pendidikan kedinasan yang berakreditasi atau lembaga

sertifikasi profesi yang diakreditasi.

2. Tujuan dan Manfaat Sertifikasi Guru

Dalam buku pedoman sertifikasi guru dalam jabatan tahun 2009

menyatakan bahwa secara umum tujuan sertifikasi guru adalah : meningkatkan

kompetensi peserta agar mencapai standar kompetansi yang ditentukan. Secara

khusus program sertifikasi bertujuan untuk :

a. Meningkatkan kompetensi guru dalam bidang ilmunya.

b. Menetapkan kemampuan mengajar guru.

c. Mengembangkan kompetensi guru secara holistik sehingga mampu

bertindak secara profesional.

d. Meningkatkan kemampuan guru dalam kegiatan penelitian dan kegiatan

ilmiah lain, serta memanfaatkan teknologi komunikasi informasi untuk

kepentingan pembelajaran dan perluasan wawasan.

Suyatno (2008;2) mengemukakan bahwa tujuan utama sertifikasi guru

adalah :

a. Menentukan kelayakan dalam melaksanakan tugas sebagai agen

pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

b. Meningkatkan proses dan mutu hasil pendidikan.

c. Meningkatkan martabat guru.

(42)

Adapun manfaat sertifikasi guru (Muslich:2007, 9) antara lain sebagai

berikut: 1) melindungi profesi guru dari praktik layanan pendidikan yang tidak

kompeten sehingga dapat merusak citra profesi guru itu sendiri, 2) melindungi

masyarakat dari praktik pendidikan yang tidak berkualitas dan profesional yang

akan menghambat upaya peningkatan kualitas pendidikan dan penyiapan

sumber daya manusia, 3) menjadi wahana penjamin mutu bagi LPTK yang

bertugas mempersiapkan calon guru dan juga berfungsi sebagai kontrol mutu

bagi pengguna layanan pendidikan, 4) menjaga lembaga penyelenggara

pendidikan dari keinginan internal dan eksternal yang potensial dapat

menyimpang dari ketentuan yang berlaku.

3. Dasar hukum sertifikasi guru dan penyelenggaraan sertifikasi guru

Secara umum sertifikasi guru dapat dianggap sebagai amanah dari UU

Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Secara khusus,

sertifikasi guru dilakukan dengan mengacu pada UU Nomor 14 Tahun 2005

tentang Guru dan Dosen (UUGD), terutama pasal 8 dan 11.

Pasal 8 UUGD menyatakan :

... guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat

pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk

mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Pasal 11 ayat 1 UUGD menyatakan :

... sertifikat pendidik sebagaimana dalam pasal 8 diberikan kepada guru

(43)

guru mengacu pada Peraturan Mentri Pendidikan Nasional (Permendiknas)

Nomor 10 Tahun 2009 tentang Sertifikasi bagi Guru Dalam Jabatan.

Dasar hukum penyelenggaraan sertifikasi guru adalah UUGD pasal 11 ayat

(2) yang menyatakan :

... sertifikasi pendidik diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki

program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan

oleh pemerintah.

4. Prosedur dan mekanisme

Penilaian portofolio dan pemberian sertifikat pendidik secara langsung

kepada peserta sertifikasi guru dilakukan oleh Rayon LPTK Penyelenggara

Sertifikasi Guru yang terdiri dari LPTK Induk dan LPTK Mitra dikoordinasikan

oleh Konsorsium Sertifikasi Guru (KSG). Secara umum, alur pelaksanaan

(44)

Gambar 2.1 Alur pelaksanaan Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun 2009

Prosedur sertifikasi bagi guru dalam jabatan meliputi sebagai berikut:

a. Uji Kompetensi dalam bentuk penilaian portofolio

1) Guru dalam jabatan peserta sertifikasi guru yang memenuhi

persyaratan, menyusun portofolio dengan mengacu Pedoman

Penyusunan Portofolio (Buku 3).

2) Portofolio yang telah disusun kemudian diserahkan kepada dinas

pendidikan kabupaten/kota atau dinas pendidikan provinsi (peserta guru

SLB) untuk diteruskan kepada Rayon LPTK Penyelenggara Sertifikasi

(45)

3) Penilaian portofolio dilakukan oleh 2 (dua) asesor yang relevan dan

memiliki Nomor Induk Asesor (NIA) dengan mengacu pada rubrik

penilaian portofolio (Buku 3).

4) Apabila hasil penilaian portofolio peserta sertifikasi guru dapat

mencapai angka minimal kelulusan dan memenuhi perrsyaratan

kelulusan, maka dinyatakan lulus dan memperoleh sertifikat pendidik.

5) Apabila skor hasil penilaian portofolio telah dapat mencapai angka

minimal kelulusan dan memenuhi persyaratan kelulusan, namun secara

administrasi masih ada kekurangan maka peserta harus melengkapi

kekurangan tersebut (melengkapi administrasi atau MA).

6) Apabila hasil penilaian portofolio peserta sertifikasi guru belum

mencapai angka minimal kelulusan, maka Rayon LPTK menetapkan

alternatif sebagai berikut:

a) Melakukan kegiatan yang berkaitan dengan profesi pendidik untuk

melengkapi kekurangan portofolio (misal melengkapi substansi atau

MS peserta yang memperoleh skor 841 s/d 849). Apabila dalam

kurun waktu tertentu yang ditetapkan Rayon LPTK peserta tidak

mampu melengkapi akan di ikutsertakan dalam Pendidikan dan

Latihan Profesi Guru (PLPG).

b) Mengikuti PLPG yang mencakup empat kompetensi guru dan

diakhiri dengan uji kompetensi. Penyelenggaraan PLPG dilakukan

(46)

Rambu-Rambu Pelaksanaan Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (Buku 5

dan Suplemen Buku 5). Peserta yang lulus uji kompetensi

memperoleh sertifikat pendidik. Jika peserta belum lulus, diberi

kesempatan ujian ulang dua kali (untuk materi yang belum lulus).

Peserta yang tidak lulus pada ujian ulang kedua dikembalikan ke

dinas pendidikan kabupaten/kota atau dinas pendidikan provinsi

untuk dilakukan pembinaan/peningkatan kompetensi.

b. Pemberian Sertifikat pendidik secara langsung

1) Guru yang berkualifikasi akademik S-2/S-3 dan sekurang-kurangnya

golongan IV/b atau guru yang memiliki golongan serendah-rendahnya

IV/c mengumpulkan dokumen.

2) Dokumen yang telah disusun kemudian diserahkan kepada dinas

pendidikan kabupaten/kota atau dinas pendidikan provinsi untuk

diteruskan ke LPTK Penyelenggara Sertifikasi Guru sesuai wilayah

rayon dengan surat pengantar resmi.

3) LPTK Penyelenggara Sertifikasi Guru melakukan verifikasi dokumen.

Verifikasi dokumen dilakukan oleh 2 (dua) asesor yang relevan dan

memiliki Nomor Induk Asesor (NIA) dengan mengacu pada rubrik

verifikasi dokumen (Buku 3).

4) Apabila dokumen yang dikumpulkan oleh peserta dinyatakan

memenuhi persyaratan, maka kepada peserta diberikan sertifikat

(47)

memenuhi persyaratan, maka peserta dikembalikan ke dinas

pendidikan di wilayahnya (kabupaten/kota/provinsi) dan diberikan

kesempatan untuk mengikuti sertifikasi guru melalui uji kompetensi

dalam bentuk penilaian portofolio.

5. Portofolio Sertifikasi Guru

a. Pengertian Portofolio

Portofolio adalah bukti fisik (dokumen) yang menggambarkan pengalaman

berkarya/prestasi yang dicapai dalam menjalankan tugas profesi sebagai

guru dalam interval waktu tertentu. Dokumen ini terkait dengan unsur

pengalaman, karya, dan prestasi selama guru yang bersangkutan

menjalankan peran sebagai agen pembelajaran (kompetensi kepribadian,

pedagogik, profesional, dan sosial). Dalam Peraturan Depdiknas tahun 2008

tentang Panduan Penyusunan Sertifikasi Guru Dalam Jabatan, dan pedoman

sertifikasi guru dalam jabatan membagi komponen portofolio menjadi 3

unsur yaitu unsur A, B dan C. Unsur A (kualifikasi akademik dan tugas

pokok) meliputi: (1) kualifikasi akadaemik, (2) pengalaman mengajar (3)

perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Unsur B (pengembangan

profesi) meliputi : (1) pendidikan dan pelatihan, (2) penilaian dari atasan dan

pengawasan (3) prestasi akademik, (4) karya pengembangan profesi.

Sedangkan Unsur C (pendukung profesi) meliputi : (1) keikutsertaan dalam

forum ilmiah, (2) pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial,

(48)

b. Fungsi Portofolio

Fungsi portofolio dalam sertifikasi guru, khususnya guru dalam jabatan

adalah untuk menilai kompetensi guru sebagai pendidik dan agen

pembelajaran. Kompetensi pedagogik dinilai antaralain melalui dokumen

kualifikasi akademik, pendidikan dan pelatihan, pengalaman mengajar,

perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Kompetensi kepribadian dan

kompetensi sosial dinilai antara lain melalui dokumen penilaian dari atasan

dan pengawasan. Kompetensi profesional dinilai antara lain melalui

dokumen kualifikasi akademik, pendidikan dan pelatihan, pengalaman

mengajar, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, dan prestasi

akademik.

Portofolio juga berfungsi sebagai: (1) wahana guru untuk menampilkan

dan/atau membuktikan unjuk kerjanya yang meliputi produktifitas, kualitas,

dan relevansi melalui karya-karya utama dan pendukung; (2) informasi/data

dalam memberikan pertimbangan tingkat kelayakan kompetensi seorang

guru, bila dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan; (3) dasar

menentukan kelulusan seorang guru yang mengikuti sertifikasi (layak

mendapatkan sertifikat pendidikan dan belum); dan (4) dasar memberikan

rekomendasi bagi peserta yang belum lulus untuk menentukan kegiatan

(49)

c. Komponen Portofolio

Sesuai Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 10 Tahun 2009

tentang Sertifikasi bagi Guru Dalam Jabatan, komponen portofolio meliputi:

1) Kualifikasi Akademik

Kualifikasi akademik yaitu tingkat pendidikan formal yang telah

dicapai sampai dengan guru mengikuti sertifikasi, baik pendidikan

gelar (S1, S2, atau S3 maupun non gelar D4 diploma), baik di dalam

maupun di luar negeri. Bukti fisik yang terkait dengan komponen ini

dapat berupa ijazah atau sertifikasi diploma.

2) Pengalaman Mengajar

Pengalaman mengajar yaitu masa kerja sebagai guru pada jenjang,

jenis dan satuan pendidikan formal tertentu. Bukti fisik dari komponen

ini dapat berupa surat keputusan, surat tugas, atau surat keterangan

dari lembaga yang berwenang (pemerintah, pemerintah daerah,

penyelenggara pendidikan, atau satuan pendidikan).

3) Perencanaan dan Pelaksanaan Pembelajaran

Perencanaan pembelajaran yaitu persiapan mengelola pembelajaran

yang akan dilaksanakan dalam kelas pada setiap tatap muka.

Perencanaan pembelajaran ini paling tidak memuat perumusan tujuan

dan kompetensi, pemilihan dan pengorganisasian materi, pemilihan

sumber dan media pembelajaran, skenario pembelajaran, dan penilaian

(50)

Pelaksanaan pembelajaran yaitu kegiatan guru dalam mengelola

pembelajaran di kelas dan pembelajaran individual.

Kegiatan ini mencakup:

a.) Tahapan pra pembelajaran (pengecekan kesiapan kelas dan

apersepsi)

b.) Kegiatan Inti (penguasaan materi, strategi pembelajaran,

pemanfaatan media dan sumber belajar, evaluasi, penggunaan

bahasa)

c.) Penutup (refleksi, rangkuman, dan tindak lanjut)

Bukti fisik yang dilampirkan berupa dokumen hasil penilaian oleh

kepala sekolah dan/atau pengawas tentang pelaksanaan pembelajaran

yang dikelola oleh guru.

Khusus untuk guru bimbingan dan konseling, komponen pelaksanaan

pembelajaran yang dimaksud adalah kegiatan guru bimbingan dan

konseling (konselor) dalam mengelola dan mengevaluasi pelayanan

bimbingan dan konseling yang meliputi bidang pelayanan bimbingan

pendidikan/belajar, karier, pribadi, sosial, akhlak mulia/budi pekerti.

Jenis dokumen yang dilaporkan berupa:

a) Agenda kerja guru bimbingan dan konseling. b) Daftar konseli (siswa).

c) Data kebutuhan dan permasalahan konseli. d) Laporan bulanan.

e) Laporan semeseran/tahunan.

(51)

g) Laporan hasil evaluasi program bimbingan dan konseling.

h) Bukti fisik yang dilampirkan berupa fotokopi rekaman atau dokumen laporan kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling yang disahkan oleh atasan.

Dokumen ini dinilai oleh asesor dengan menggunakan format

penilaian.

4) Pendidikan dan Pelatihan

Pendidikan dan pelatihan yaitu pengalaman dalam mengikuti kegiatan

pendidikan dan pelatihan dalam rangka pengembangan dan/atau

peningkatan kompetensi dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik,

baik pada tingkat kecamatan, kabupaten/ kota, provinsi, nasional,

maupun internasional. Bukti fisik komponen ini dapat berupa

sertifikat, piagam, atau surat keterangan dari lembaga penyelenggara

diklat.

5) Penilaian dari Atasan dan Pengawas

Penilaian dari atasan dan pengawas yaitu penilaian atasan terhadap

kompetensi kepribadian dan sosial, yang meliputi aspek-aspek:

ketaatan menjalankan ajaran agama, tanggung jawab, kejujuran,

kedisiplinan, keteladanan, etos kerja, inovasi dan kreatifitas,

kemampuan menerima kritik dan saran, kemampuan berkomunikasi,

dan kemampuan bekerjasama dengan menggunakan Format Penilaian

(52)

6) Prestasi Akademik

Prestasi akademik yaitu prestasi yang dicapai guru, utamanya yang

terkait dengan bidang keahliannya yang mendapat pengakuan dari

lembaga/panitia penyelenggara, baik tingkat kecamatan,

kabupaten/kota, provinsi, nasional, maupun internasional.

Komponen ini meliputi:

a) lomba dan karya akademik (juara lomba atau penemuan karya

monumental di bidang pendidikan atau nonkependidikan)

b) sertifikat keahlian/ketrampilan tertentu pada guru SMK dan guru

olah raga, dan capaian skor TOEFL

c) pembimbingan teman sejawat (instruktur, guru inti, tutor)

d) pembimbingan siswa kegiatan ekstrakurikuler (pramuka,

drumband, mading, karya ilmiah remaja-KIR)

Bukti fisik yang dilampirkan berupa surat penghargaan, surat

keterangan atau sertifikat yang dikeluarkan oleh lembaga/panitia

7) Karya Pengembangan Profesi

Karya pengembangan profesi yaitu suatu karya yang menunjukkan

adanya upaya dan hasil pengembangan profesi yang dilakukan oleh

guru. Komponen ini meliputi buku yang dipublikasikan pada tingkat

kabupaten/kota, provinsi, atau nasional; artikel yan dimuat dalam

(53)

dan internasional; menjadi review buku, penulis soal EBTANAS atau

UN; modul atau buku cetak lokal (kabupaten dan kota) yang minimal

mencangkup materi pembelajaran selama 1 semester; media dan alat

pembelajaran dalam bidangnya; laporan penelitian tindakan kelas

(individu atau kelompok); dan karya seni (patung, rupa, tari lukis,

sastra, dan lain-lain). Bukti fisik yang dilampirkan berupa surat

keterangan dari pejabat yang berwenang tentang hasil karya tersebut.

8) Keikutsertaan dalam Forum Ilmiah

Keikuitsertaan dalam forum ilmiah yaitu partisipasi dalam kegiatan

ilmiah yang relevan dengan bidang tugasnya (seminar, semiloka,

symposium, sarasehan, diskusi panel dan jenis forum ilmiah lainnya)

pada tingkat kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, nasional, atau

internasional, baik sebagai pemakalah maupun sebagai peserta.

Bukti fisik yang dilampirkan berupa makalah dan sertifikat atau piagam

bagi nara sumber, dan serifikat atau piagam bagi peserta.

9) Pengalaman Organisasi di Bidang Kependidikan dan Sosial

Pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial yaitu

pengalaman guru menjadi pengurus organisasi kependidikan,

organisasi sosial, dan/atau mendapat tugas tambahan.

Pengurus organisasi di bidang kependidkan antara lain:

a) Pengurus Forum Komunikasi kepala Sekolah (FKKS) b) Forum Kelompok Kerja Guru (FKKG)

(54)

d) Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) e) Himpunan Evaluasi Pendidikan Indonesia (HEPI) f) Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN) g) Ikatan Sarjana Manajemen Pendidikan Indonesia (ISMaPI) h) Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI)

Pengurus organisasi sosial antara lain:

a) Ketua RT

b) Ketua RW

c) Ketua LMD/BPD

d) Pembina kegiatan keagamaan

Mendapat tugas tambahan antara lain: kepala sekolah, wakil kepala

sekolah, ketua jurusan, kepala laboratorium, kepala bengkel, kepala

studio, kepala klinik rehabilitasi, dan lain-lain.

Bukti fisik yang dilampirkan adalah surat keputusan atau surat

keterangan dari pihak yang berwenang.

10) Penghargaan yang Relevan dengan Bidang Pendidikan

Penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan yaitu

penghargaan yang diperoleh karena guru menunjukkan dedikasi yang

baik dalam melaksanakan tugas dan memenuhi kriteria kuantitatif

(lama waktu, hasil, lokasi/geografis), kualitatif (komitmen, etos kerja),

dan relevansi (dalam bidang/rumpun bidang), baik pada tingkat

kaupaten/kota, provinsi, nasional, maupun internasional. Bukti fisik

yang dilampirkan berupa fotokopi sertifikat, piagam, atau surat

(55)

d. Pengisian Portofolio

1) Identitas guru peserta sertifikasi.

Identitas guru peserta sertifikasi meliputi;

a) Nama (lengkap dengan gelar akademik) b) Nomor peserta

c) NIP/NIK

d) Pangkat/golongan e) Jenis Kelamin f) Tempat tanggal lahir g) Pendidikan terakhir h) Akta mengajar

i) Sekolah tempat tugas (nama, alamat, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, nomor telepon, e-mail, nomor stistik sekolah).

j) Guru mata pelajaran/guru kelas, k) Beban mengajar seminggu

Pangkat dan golongan bagi guru non-PNS mengikuti aturan yang telah

ditetapkan. Halaman identitas ini ditandatangani oleh penyusun dan

disahkan oleh Kepala Sekolah dan Pengawas Pendidikan setelah

portofolio selesai disusun.

2) Daftar isi

Peserta sertifikasi perlu melengkapi dokumen portofolio dengan daftar

isi agar memudahkan tim penilai (asesor) dalam melaksanakan

tugasnya. Daftar isi ini menjelaskan tentang nama komponen dan

(56)

3) Dokumen portofolio

Dokumen portofolio ini memuat sepuluh komponen portofolio yang di

dalam instrumen ditampilkan dalam bentuk tabel. Peserta sertifikasi

diminta untuk mengisi tabel tersebut sesuai dengan pengalaman dan

hasil karya yang dimiliki secara jujur dan bertanggung jawab. Peserta

juga diminta melampirkan bukti-bukti fisik berupa dokumen dan/atau

hasil karya sesuai dengan yang dituliskan dalam tabel. Untuk

dokumen-dokumen seperti sertifikat/piagam/surat keterangan dapat berupa foto

kopi dokumen-dokumen tersebut yang telah dilegalisasi oleh atasan.

Untuk dokumen foto kopi ijazah/akta mengajar harus dilegalisasi oleh

perguruan tinggi yang mengeluarkannya atau oleh Direktorat Jenderal

Pendidikan Tinggi untuk ijazah luar negeri.

4) Penutup

Komponen penutup berisi peryataan dari penyusun dan pemilik

dokumen yang memuat tentang jaminan keaslian dan tidak melanggar

kode etik dalam membuat dan atau mendapatkannya. Di samping itu,

pernyataan juga berisi kesiapan menerima sanksi atas pelanggaran yang

terkait dengan hak cipta, apabila ditemukan atau di kemudian hari

ditemukan bukti terjadinya pelanggaran.

E. Pasca Sertifikasi

Departemen Pendidikan Nasional dalam Kamus Besar Bahasa

(57)

sesudah. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa pasca sertifikasi

adalah menunjuk pada sejauh mana guru yang sudah lulus sertifikasi tetap

menjalankan tugasnya secara profesional dan melakukan berbagai kegiatan yang

menunjang profesionalismenya.

Guru yang telah memiliki sertifikat pendidik harus terus menerus

melakukan peningkatan kompetensinya melalui berbagai kegiatan untuk

meningkatkan profesionalitas guru berkelanjutan (continous profesional development). Peningkatan profesionalisme ini harus berlangsung secara berkesinambungan karena prinsip mendasar adalah guru harus merupakan a

learning person, belajar sejak dari gendongan ibu hingga kematian mendatanginya. Sebagai guru guru profesional yang telah menyandang sertifikat

pendidik, guru wajib untuk terus mempertahankan profesionalitasnya sebagai

guru.

Pembinaan profesi guru secara terus menerus (continous professional

development) menggunakan wadah guru yang sudah ada, yaitu 1) kelompok kerja guru (KKG) untuk tingkat SD, 2) musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) di

tingkat SMP dan SMA, 3) di perguruan tinggi dan di tempat lainnya yang

(58)

39 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskripsif karena dirancang untuk

mengumpulkan informasi tentang keadaan-keadaan nyata pada saat penelitian

dilakukan. Penelitian deskriptif berkaitan dengan pengumpulan fakta,

identifikasi dan meramalkan hubungan dalam dan antara variabel

(Basuki,2006: 111). Oleh karena itu, digunakan metode survei, yang lebih

menekankan pada penentuan informasi tentang variabel dari pada informasi

tentang individu. Survei (survey) atau jajak pendapat (self-administered survey) adalah metode pengumpulan data primer dengan memberikan

pertanyaan-pertanyaan kepada responden-responden secara tertulis

(Jogiyanto,2008: 3). Alasan lain digunakan metode survei adalah bahwa

penelitian ini akan mengukur gejala-gejala yang ada tanpa menyelidiki

mengapa gejala-gejala tersebut ada.

Dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi

mengenai upaya guru dalam mempertahankan atau meningkatkan

profesionalismenya pasca sertifikasi.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di SMA baik negeri maupun swasta di wilayah

Kabupaten Sleman Yogyakarta. Penelitian akan dilakukan pada

(59)

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi penelitian adalah keseluruhan subjek penelitian

(Arikunto, 2006:130). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah

guru-guru bidang studi SMA selain BK di wilayah Kabupaten Sleman

Yogyakarta yang telah lulus program sertifikasi guru pada tahun 2007 baik

melalui penilaian portofolio maupun melalui Pendidikan dan Pelatihan

Profesi Guru (PLPG) yang seluruhnya berjumlah 143 orang. Populasi

tersebar di sekitar 51 sekolah, yang terdiri dari 17 SMA negeri dan 34

SMA swasta.

2. Sampel

Sampel penelitian adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti

(Arikunto, 2006:131). Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive

sampling yaitu cara mengambil sampel yang memenuhi kriteria tertentu sesuai yang dikehendaki oleh peneliti. Sampel dalam penelitian ini adalah 82

responden dari populasi sebanyak 143 orang.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah

kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan untuk mengetahui aktivitas guru

dalam mempertahankan atau mengembangkan profesionalitasnya setelah lulus

program sertifikasi guru. Kuesioner adalah instrumen survei untuk mendapat

(60)

pada komponen-komponen yang ada dalam portofolio.

E. Jenis Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data

identitas responden dan data tentang komponen portofolio yang terdiri dari

sepuluh (10) komponen portofolio. Data penelitian ini secara lebih rinci

diuraikan sebagai berikut:

1. Data responden a. Nama responden b. Jenis kelamin

c. Umur / Tanggal lahir d. Tempat mengajar e. Jenjang akademik f. Tahun lulus sertifikasi

g. Jumlah jam mengajar per minggu h. Jumlah mata pelajaran yang diampu i. Pangkat / Golongan

j. Status kepegawaian k. Masa kerja

l. Nilai / skor portofolio pada saat mengikuti sertifikasi guru m. Lulus sertifikasi melalui penilaian portofolio / mengikuti PLPG

2. Komponen Portofolio a. Kualifikasi akademik b. Pengalaman mengajar c. Perencanaan pembelajaran d. Pendidikan dan pelatihan

e. Penilaian dari atasan dan pengawas f. Prestasi akademik

g. Karya pengembangan profesi h. Keikutsertaan dalam forum ilmiah

i. Pengalaman menjadi pengurus organisasi di bidang kependidikan dan sosial

(61)

F. Teknik Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan melalui kuesioner akan dianalisis secara

deskriptif dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Melihat frekuensi setiap kegiatan yang menunjang profesionalisme

guru yang dilakukan guru setelah memperoleh sertifikat pendidik

profesional.

2. Melakukan analisis deskriptif kuantitatif terhadap pelaksanaan kegiatan

yang menunjang profesionalisme guru yang dilakukan setelah guru

memperoleh sertifikat.

(62)

43 BAB IV

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan

September 2009. Subyek penelitian ini adalah guru-guru bidang studi

Sekolah Menengah Atas (SMA) kecuali guru BK yang telah lulus

sertifikasi tahun 2007 di wilayah kabupaten Sleman Yogyakarta.

1. Jenis Kelamin

Tabel 4.1

Jenis Kelamin Responden

Jenis Kelamin

Dari tabel 4.1 tersebut terlihat bahwa jumlah seluruh responden dari

guru SMA sebanyak 82 responden yang terdiri dari 47 guru laki-laki

(63)

tabel tersebut terlihat jelas bahwa responden guru laki-laki lebih

banyak dibandingkan guru perempuan.

2. Usia

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa responden yang mempunyai usia 37-39

tahun sebanyak 3 guru atau 3,7%, usia 40-42 tahun sebanyak 6 guru

atau 7,3%, usia 43-45 tahun sebanyak 5 guru atau 6,1%, usia 46-48

tahun sebanyak 2 guru atau 2,4%, usia 49-51 tahun sebanyak 5 guru

atau 6,1%, usia 52-54 tahun sebanyak 22 guru atau 26,8%, usia 55-57

tahun sebanyak 28 guru atau 34,1%, usia 58-60 tahun sebanyak 11

guru atau 13,4%. Dengan demikian dapat disimpulkan sebagian besar

responden penelitian ini mempunyai usia antara 55-57 tahun. Hal

tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar guru yang telah lulus

sertifikasi dan mendapat tunjangan profesi dalam jangka waktu 3-5

(64)

3. Jam Mengajar

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa responden yang mempunyai jumlah

jam mengajar per minggu 1-4 jam sebanyak 1 guru atau 1,2%, jam

mengajar per minggu 5-8 jam sebanyak 5 guru atau 6,1%, jam

mengajar per minggu 9-12 jam sebanyak 9 guru atau 11%, jam

mengajar per minggu 13-16 jam sebanyak 8 guru atau 9,8%, jam

mengajar per minggu 17-20 jam sebanyak 8 guru atau 9.8%, jam

mengajar per minggu 21-24 jam sebanyak 38 guru atau 46,3%, jam

mengajar per minggu 25-28 jam sebanyak 9 guru atau 11%, Jam

mengajar per minggu 29-32 jam sebanyak 4 guru atau 4,9%. Dengan

demikian dapat disimpulkan sebagian besar responden penelitian ini

mempunyai jumlah mengajar per minggu antara 21-24 jam. Hal

tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar guru telah mempunyai

Gambar

Gambar 2.1 Alur Pelaksanaan Sertifikasi Guru Tahun 2009..................
Gambar 2.1 Alur pelaksanaan Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun 2009
Tabel 4.1 Jenis Kelamin Responden
Tabel 4.3 Jam Mengajar
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi, teknis dan kewajaran harga serta formulir isian Dokumen Kualifikasi untuk penawaran paket pekerjaan tersebut diatas,

Matakuliah Public Relation ini membahas pengertian dan arti penting hubungan organisasi/lembaga pendidikan dengan masyarakat (dikaitkan dengan manajemen peningkatan mutu

(tidak mencontek), terlepas dari pada pencapaian hasil. Ataupun juga dengan membiasakan hal-hal kecil yang berkaitan dengan kegiatan sehari-hari di rumah. Kebanyakan anak

KARAKTERISTIK KLINIS PENDERITA KANKER PAYUDARA DENGAN TAMPILAN IMUNOHISTOKIMIA TRIPLE NEGATIVE (TNBC) DI RSUP HAJI ADAM MALIK DAN DEPARTEMEN PATOLOGI.. ANATOMI FK USU MEDAN

sd slllh h jclis

Dengan mempergunakan salah satu dari empat gaya tersebut, dan dengan memperhitungkan faktor-faktor di atas, maka pemimpin berusaha mempengaruhi persepsi bawahannya dan

Dalam rangka pelaksanaan kegiatan pengadaan baran$asa tahun anggarcn 2012 di lingkungan SKPD Kecamatan Hantakan Kabupaten Hulu Sungai Tengah, mer€ncanakan pemaketan

Berpikir Aljabar dan Self-Regulated Learning siswa Penelitian Saran dan Rekomendasi Siswa Kelas Kontrol Sebelum Pembelajaran Pretes dan prerespon Pembelajaran