• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING DENGAN MENGGUNAKAN METODE ROUND ROBIN BRAINSTORMING PADA MATERI GERAK LURUS DI SMA KATOLIK SANG TIMUR YOGYAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING DENGAN MENGGUNAKAN METODE ROUND ROBIN BRAINSTORMING PADA MATERI GERAK LURUS DI SMA KATOLIK SANG TIMUR YOGYAKARTA"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN

COOPERATIVE LEARNING

DENGAN MENGGUNAKAN METODE

ROUND ROBIN

BRAINSTORMING

PADA MATERI GERAK LURUS DI SMA

KATOLIK SANG TIMUR YOGYAKARTA

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu

Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh

Yoseph Asiri Dotheres

041424046

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2011

(2)

EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN

COOPERATIVE LEARNING

DENGAN MENGGUNAKAN METODE

ROUND ROBIN

BRAINSTORMING

PADA MATERI GERAK LURUS DI SMA

KATOLIK SANG TIMUR YOGYAKARTA

Oleh

Nama : Yoseph Asiri Dotheres

NIM : 041424046

Telah disetujui oleh

Pembimbing Yogyakarta, 10 April 2011

Drs. Fr. Y. Kartika Budi, M.Pd.

(3)

SKRIPSI

EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING DENGAN MENGGUNAKAN METODE ROUND ROBIN BRAINSTORMING PADA

MATERI GERAK LURUS DI SMA KATOLIK SANG TIMUR

YOGYAKARTA

Yang Dipersiapkan Dan Disusun Oleh :

Yoseph Asiri Dotheres

NIM 041424046

Telah Dipertahankan Di Depan Panitia penguji

Pada Tanggal 20 Maret 2011

Yogyakarta, 20 April 2011

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma

(4)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar

pustaka sebagaimana karya ilmiah.

Yogyakarta, 20 April 2011

Yoseph Asiri Dotheres

(5)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Yoseph Asiri Dotheres

NIM : 041424046

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

“Efektifitas Pembelajaran Cooperative Learning Dengan Menggunakan Metode

Round Robin Brainstorming Pada Materi Gerak Lurus di SMA Katolik Sang Timur Yogyakarta” beserta perangkat yang diperlukan(bila ada), dengan demikian

memberikan hak untuk Perpustakaan Universitas Sanata Dharma untuk

menyimpan, mengalihkan kedalam bentuk lain, mengolahnya dalam bentuk

pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikan di internet

atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa meminta ijin dari saya maupun

memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 20 April 2011

Yang Menyatakan

Yoseph Asiri Dotheres

(6)

ABSTRAK

Yoseph Asiri Dotheres, 2011. EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING DENGAN METODE ROUND ROBIN BRAINSTORMING PADA MATERI GERAK LURUS DI SMA KATOLIK SANG TIMUR YOGYAKARTA. Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) apakah pembelajaran cooperative learning dengan metoden round robin brainstorming lebih efektif dibandingkan dengan metode pembelajaran yang biasa dipakai oleh guru kelas dalam mengajar sehari-hari, dilihat dari peningkatan hasil belajar. (2) apakah pembelajaran

cooperative learning dengan metode round robin brainstorming dapat digunakan dalam pembelajaran fisika pada materi gerak lurus.

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Katolik Sang Timur Yogyakarta pada tanggal 28 Oktober 2010 sampai tanggal 18 Nopember 2010 sebanyak 8 kali pertemuan. Subek penelitian siswa-siswi kelas X.1 yang berjumlah 19 siswa dan kelas X.2 yang berjumlah 18 siswa.

Hasil Penelitian menunjukan bahwa (1) pembelajaran fisika dengan pembelajaran

Cooperative learning dengan metode round robin brainstorming membatu siswa memahami pengetahuan fisika pada materi gerak lurus, (2) siswa yang mengalami pembelajaran Cooperative learning dengan metode round robin brainstorming

lebih terlibat dibandingkan dengan yang menggunakan pembelajaran yang dipakai guru sehari-hari dalam mengajar.

(7)

ABSTRACT

Yoseph Asri Dotheres, 2011. EFFECTIFITY OF COOPERATIVE LEARNING USING ROUND ROBIN BRAINSTORMING METHOD ON THE TOPIC OF STRAIGHT LINES MOTION IN SANG TIMUR CHATOLIC SENIOR HIGH SCHOOL, YOGYAKARTA. Physical Education Studies Programs, Department of Education Mathematics And Natural Science, Faculty of Theacher Training and Science Education. Sanata Dharma University, Yogyakarta.

The Study aims to determine : (1) whether the cooperative learning with round robin brainstorming methods is more effectif than theaching methods commonly used by classroom theacher in the theaching everydaay life. (2) whether the cooperative learning with round robin branstorming methods can be used in theaching physics to the straight lines motion.

The research was conducted in the Sang Timur Chatolic Senior High School, Yogyakarta. On 28th october 2010 until 18th meeting 8 Times. Subyek research grade who totaled 19 student X.1 and X.2 classes totaling 18 students. Research result showed that (1) learning physics with cooperative learning with round robin brainstorming methode petrifell studen understand to knowledge of phisics on the topics straight lines motion, (2) studen who have learning by cooperative learning with round robin brainstorming methods is more involved that the one using learning theachers use everyday in theaching.

(8)

KATA PENGANTAR

Hormat dan syukur saya ucapkan kepada Allah Bapa Tuhan pencipta alam

semesta karena atas segala cinta dan bimbingan-Nya sehingga skripsi berjudul

“Efektifitas Pembelajaran Cooperative Learning Dengan Metode Round Robin Brainstorming pada materi gerak lurus Di SMA Katolik Sang Timur Yogyakarta” ini dapat terselesaikan, adapun maksud dari pembuatan skripsi ini guna memenuhi

salahsatu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan di FKIP Universitas Sanata

Dharma. Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan berkat bantuan, dukungan, dan

saran dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih atas

dukungan, bantuan kepada:

1. Drs. Fr. Y. Kartika Budi M.Pd. dan Drs. Domi Severinus M.Pd selaku

dosen pembimbing skripsi

2. Drs. A. Atmadi, M.Si. selaku kaprodi Pendidikan Fisika

3. Segenap Dosen dan karyawan Universitas Sanata Dharma khususnya

Pendidikan Fisika

4. Sr. Helaria PIJ, Selaku Kepala sekolah SMA Katolik Sang Timur

Yogyakarta .

5. Guru mata pelajaran Fisika SMA Sang Timur Yogyakarta

6. Siswa-Siswi kelas X SMA Sang Timur Yogyakarta.

7. Sdr. Alfonsus T. Sianipar yang telah membantu dalam proses pengambilan

data.

8. Teman-teman mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

(9)

Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi perkembangan pendidikan dan ilmu

pengetahuan. Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna,

maka masukan berupa saran dan kritik dari pembaca yang sifatnya membangun

saya harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.

Penulis

(10)

Halaman Persembahan dan motto

Tulisan ini dipersembahkan untuk Bapak Djunna Roosedi dan Ibu Lucia Titik Jidali, A.P. Suculant M sarimin, A.M. Sulensir Yulinanta Oktavianus kitang , Y. Rudaranta, L Saggalus, P. Sgraffiare, Sodara-sodara, sehati , seperjuangan ,senasib dan sepenanggungan : Ernna Via, Alphon T. Sianipar, Adrianu ‘ucox, Suada, Cornelis Adreniko, A EriYanto, Darmiyono FX, kelik R, Eka ‘koDhok’ Novianto, om Alexander san’chez’ Lohat, om Salvinus Baco , Yakobus S., , Marchellynow αlfa C., dan kawan-kawan , Budi K, Ari senior dan junior, ,Urbanus ‘wil’ Wira Gunawan ʚ Novita Eka ita satia, Fendi Santoso, Dwi Woro ‘wiWay’ Septiasih, Franciska Dyah, Ani Susanti, Charlez, Jimmy A, V’cal, sal-san, e’va, Bapak Gino Sekeluarga, veransiska Ardhinawati, teguh Setyanto, Jhon haRiz ʚ s3Pti, embe, D5409CE, Crew khrpn, ajo, lodaya, moetiara, 39’98, sanmar 3’01, pfis’04 dan semua teman, soudara, sahabat yang tidak tertulis.“Tetap Semangat, Maju Terus pantang Mundur kecuali Kepepet”

(11)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Halaman Persetujuan ... ii

Halaman Pengesahan ... iii

Halaman Keaslian Karya ... iv

Lembar Pernyataan persetujuan Publikasi ... v

Abstrak ... vi

Abstract ... vii

Kata pengantar ... viii

Halaman Motto dan Persembahan ... x

Daftar Isi ... xi

C. Efektifitas proses pembelajaran ... 8

D. Cooperative Learning dengan Teknik Rond Robin Brainstorming .. 9

1. Pengertian Cooperative Learning ... 9

2. Round Robin Brainstorming ... 10

Bab III Metodologi Penelitian ... 23

A. jenis Penelitian ... 23

B. Subjek Penelitian ... 23

C. Ubahan Penelitian ... 23

D. Perlakuan ... 24

(12)

E. Instrumen Penelitian ... 25

F. Analisis data ... 26

1. Efektifitas Pembelajaran ... 26

2. Keterlibatan Siswa ... 31

Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan ... 33

A. Deskriptif pelaksanaan Penelitian ... 33

B. Deskripsi data ... 35

1. Data Postest Pretes ... 35

2. Data keterlibatan ... 36

C. Analisis Data ... 38

1. Efektifitas pembelajaran ... 38

2. Keterlibatan Siswa terhadap pembelajaran ... 41

D. hasil Penelitian dan Pembahasan ... 42

1. rangkuman hasil penelitian ... 42

2. Pembahasan ... 43

3. pelaksanaan penelitian ... 46

Bab V Penutup ... 50

A. Kesimpulan ... 50

B. Saran ... 50

Daftar Pustaka ... 52

Lampiran ... 53

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kisi-kisi rancangan soal pretes dan postest ... 26

Tabel 2. Frekuensi keterlibatan tiap siswa ... 32

Tabel 3. Skor pretes dan postest ... 36

Tabel 5. Skor keterlibatan siswa pada kelas eksperimen ... 37

Tabel 6. Skor keterlibatan siswa pada kelas kontrol ... 37

Tabel 7. Hasil kesimpulan penelitian ... 43

Tabel 8. Mean data pretes dan postes ... 43

Tabel 9. Skor presentase pretes dan postes ... 43

(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut

manusia untuk berprestasi dan berkreasi dalam berbagai bidang. Dunia

pendidikan menjadi pusat perhatian karena dunia pendidikan dapat dikatakan

sebagai basis atau tonggak dari ilmu pengetahuan. Banyak ahli yang

memberikan perhatian dan andil besar dalam dunia pendidikan , hal itu dapat

terlihat dari berbagai macam penelitian yang dihasilkan, karya yang dibuat

berhubungan dengan pendidikan, dengan demikian jelaslah bahwa dunia

pendidikan merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia.

Pada saat ini masih banyak guru yang menggunkan metode yang membuat

siswa merasa bosan mengikuti pembelajaran seperti metode ceramah,

sedangkan unsur yang terpenting dalam pembelajaran yang baik adalah (1)

siswa yang belajar (2) guru yang mengajar (3) bahan pelajaran dan (4)

hubungan antara guru dan siswa ( Suparno, 2007:2). Oleh karena situasi siswa

bermacam-macam dan yang dirasakan dapat membantu siswa belajar juga

bervariasi, maka pengusaan belajar juga bervariasi, maka menguasai metode

yang bermacam-macam sangatlah penting bagi guru fisika sehingga dapat

membantu siswa lebih baik dan tepat. Menguasai berbagai metode mengajar

dan memilih cara yang diminati siswa akan membuat siswa menyukai fisika

(15)

Sehubungan dengan ulasan diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dengan bahasan Cooperative Learning dengan metode Round Robin Brainstorming pada gerak lurus.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran round robin brainstorming dibandingkan dengan pembelajaran dengan yang menggunakan metode yang biasa dipakai oleh guru bidang studi dalam

mengajar sehari-hari?

2. Bagaimana keterlibatan siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan

teknik round robin brainstorming dibandingkan dengan pembelajaran dengan yang menggunakan metode yang biasa dipakai oleh guru bidang

studi dalam mengajar sehari-hari? C. Tujuan penelitian

Berdasarkan latar belakang yang di paparkan diatas, penelitian ini bertujuan

untuk :

1. Mengetahui apakah pembelajaran coopertive learning dengan metode

round robin brainstorming lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru dalam pembelajaran

sehari-hari.

2. Untuk mengetahui perbedaan keterlibatan antara pembelajaran cooperative learning dengan metode round robin brainstorming dan metode pembelajaran yang biasa dipakai guru dalam pembelajaran sehari-hari.

(16)

D. Manfaat Penelitian

1. penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada guru untuk

mengetahui dan memilih metode yang digunakan dalam pembelajaran.

2. penelitian ini dapat digunakan untuk penelitian sejenis atau menjadi

literatur untuk penelitian tentang pembelajaran dengan metode cooperative learning.

3. Pembelajaran ini melatih siswa untuk bekerjasama dengan temannya. Hal

ini memungkinkan untuk siswa menolong siswa yang mengalami kesulitan

dalam berinteraksi sosial dengan temannya. Berinteraksi sosial yang

dimaksud adalah keinginan untuk bertanya, berdiskusi, memberikan ide

dan gagasan,berpendapat, dll.

(17)

BAB II DASAR TEORI A. Hakekat Belajar Dan Pembelajaran

1. Belajar

Menurut kaum konstruktivis, belajar merupakan proses aktif pelajar

mengkonstruksi arti, entah teks, dialog, pengalaman fisis dan lain-lain.

Belajar juga merupakan proses mengasimilasi dan menghubungkan

pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang sudah di

punyai seorang sehingga pengertiannya dikembangkan ( Suparno,

1997:34)

Prinsi terpenting dalam teori konstruktivis adalah guru tidak hanya

semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa, siswa harus

membangun pengetahuan di dalam benaknya sendiri. Dalam hal ini guru

hanya membantu proses ini (belajar) dengan cara-cara mengajar yang

membuat informasi menjadi sangat bermakna dan sangat sangat relevan

bagi siswa dengan memberikan kesimpulan kepada siswa untuk

menerapkan sendiri ide-ide dan mengajak siswa menyadari dan secara

sadar menggali strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar

Menurut Hamalik, belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan

melalui proses pengalaman (2003:27). Menurut pengertian ini, belajar

merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan.

Belajar bukan hanya mengingat tetapi lebih dari itu, yakni memahami.

Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan

kelakuan. Sejalan dengan perumusan tersebut ada pula tafsiran lain tentang

(18)

belajar, yaitu belajar adalah suatu perubahan tingkah laku individu melalui

interaksi dengan lingkungan (Hamalik, 2003:28)

Dari pengertian-pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut :

1. Situasi belajar harus bertujuan dan tujuan-tujuan tersebut dapat

diterima baik oleh masyarakat. Tujuan merupakan salah satu aspek

dalam belajar.

2. Tujuan dan maksud belajar timbul dari kehidupan anak/murid itu

sendiri.

3. Didalam pencapaianya tujuannya itu, murid senantiasa akan menemui

kesulitan dan situasi yang tidak menyenangkan

4. Hasil belajar yang utama adalah tingkah laku yang bulat.

5. Proses belajar terutama mengerjakan hal-hal yang sebenarnya, belajar

apa yang diperbuat dan mengerjakan apa yang dipelajari.

6. Kegiatan-kegiatan dan hasil-hasil belajar dipersatukan dan

dihubungkan dengan tujuan dalam situasi belajar.

7. Murid memberikan reaksi secara keseluruhan

8. Murid mereaksi sesuatu aspek dari lingkungan yang bermakna

baginya

9. Murid diarahkan dan dibantu oleh orang-orang yang berbeda dalam

lingkungan itu.

10.Murid-murid dibawa/diarahkan ke tujuan-tujuan yang lain , baik yang

berhubungan maupun yang tidak berhubungan dengan tujuan utama

dalam situasi belajar.

(19)

2. Pembelajaran

Tujuan dan unsur-unsur dinamis dalam pembelajaran adalah dua hal yang

sangat penting dalam pembelajaran. Tujuan pembelajaran mengarahkan

guru agar berhasil dalam membelajarkan siswa sementara unsur-unsur

dinamis pembelajaran mendukung bagi tercapainya tujuan pembelajaran

yang dilakukan oleh guru. (Hamalik, 2003:43)

Tujuan dan unsur-unsur pembelajaran yang dimaksudkan adalah

terciptanya suasana sehingga siswa belajar. Tujuan pembelajaran haruslah

menunjang dan dalam rangka tercapai tujuannya belajar.

Dahulu, ketika pembelajaran dimaksudkan sebagai sekadar penyampaian

ilmu pengetahuan, pembelajaran tidak terkait dengan belajar, termasuk

tujuannya sebab, jika guru telah menyampaikan ilmu pengetahuan,

tercapailah maksud dan tujuan pembelajaran itu. Pembelajarn model

dahulu memang tidak dicobaterkaitkan dengan belajar itu sendiri.

Pembelajaran lebih berkonsentrasi pada kegiatan siswa. Jika pada masa

sekarang ini, pembelajaran di cobaterkaitkan dengan belajar, maka dalam

merancang aktivitas pembelajaran, guru harus belajar dari aktivitas belajar

siswa. Aktivitas belajar siswa harus dijadikan titik tolak dalam merancang

pembelajaran.

Implikasi dari adanya keterkaitan antara kegiatan pembelajaran dan

kegiatan belajar siswa tersebut adalah disusunnya tujuan pembelajaran

yang dapat menunjang tercapainya tujuan belajar. Muatan-muatan yang

termasuk dalam tujuan belajar haruslah termaktub dalam tujuan

pembelajaran.

(20)

B. Tujuan Pembelajaran Fisika

Tujuan pembelajaran fisika meliputi 3 aspek yaitu pertama, aspek hasil. Aspek

hasil bertujuan untuk membangun konsep, prinsip, hukum, dan teori beserta

pemahamannya, sehingga mampu menerapkan untuk memecahkan

masalah-masalah yang sesuai. Kedua, aspek proses. Aspek proses bertujuan agar siswa

memiliki sikap keterampilan melakukan proses sains. Ketiga aspek sikap,

aspek sikap bertujuan agar siswa memliki sikap sains yang melandasi

perilakunya.

Ketiga aspek tersebut telah termuat dalam tujuan GBPP kurikulum fisika 1994

yang secara umum dirumuskan sebagai berikut: ”... menguasai konsep-konsp

fisika dan saling keterkaitannya serta mampu menggunakan metode-metode

ilmiah yang dilandasi sikap untuk memecahkan masalah-masalah yang di

hadapi sehingga lebih mengagungi keagungan Tuhan Yang Maha Esa.”

Berdasarkan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) tujuan pembelajaran fisika

adalah sebagai berikut:

1. Memiliki pengetahuan dan metode ilmiah untuk menjelaskan beberapa

peristiwa alam baik secara kualitatif maupun kuantitatif

2. Memiliki pengetahuan dan keterampilan menerapkan prinsip-prinsip sain

untuk menghasilkan karya teknologi dan sebaliknya mengkaji prinsip sains

yang sudah dimanfaatkan dalam produk teknologi.

3. Memiliki sikap ilmiah.

4. Memiliki keyakinan keteraturan alam ciptaan-nya dan keagungan tuhan

yang maha esa.

5. Memiliki keterampilan menggunakan bahan, alat dan operasi sains.

(21)

C. Efektifitas proses Pembelajaran

Menurut Davis (1981:22-23 dalam Kartika Budi, Widya Dharma April

2001:48) efektifitas mengacu pada apa yang dikerjakan, sedangkan efisiensi

mengacu pada cara mengerjakannya. Suatu pembelajaran fisika disebut efektif

bila dikerjakan benar dan efisien bila cara mengerjakanya benar sesuai dengan

materi dan tujuan.

Agar dapat mencapai prestasi secara optimal, maka proses pun harus efektif

yaitu (1) ada kesesuaian antar proses dengan tujuan yang akan dicapai dan

telah ditetapkan dengan kurikulum,(2) cukup banyak tugas-tugas yang di

evaluasi untuk mengetahui perkembangan siswa dan memperoleh umpan balik,

(3) lebih banyak tugas-tugas yang mendukung pencapaian tujuan, (4) ada

variasi metode pemmbelajaran, (5) pemantauan atau evaluasi perkembangan

atau keberhasilan dilaksanakan secara berkesinambungan dan (6) memberi

tanggung jawab yang lebih besar kepada siswa pada tugas yang dilakukannya.

Menurut Kauchak ( 1989:3 dalam Kartika Budi, Widya Dharma April 2001:48)

pembelajaran yang efektif adalah kesatuan dari keterampilan, perasaan,

penguasaan materi, dan pemahaman arti belajar yang bermuara pada satu

perilaku yaitu kemampuan membangun dan mengembangkan proses belajar

siswa secara optimal.

D. Cooperative Learning Dengan Teknik Round Robin Brainstorming

1. Pengertian Cooperative Learning

Cooperative learning atau belajar bersama adalah model pembelajaran dimana siswa dibiarkan belajar dalam kelompok, saling menguatkan, saling mendalami,

dan bekerja sama untuk semakin menguasi bahan ( Suparno 2007:134). Yang

(22)

menjadi fokus utama dalam belajar bersama adalah kemajuan bidang akademik

dan afektif melalui kerja sama. Menurut Jhonson dkk, (1990 dalam Kindsvatter,

dkk. Hal 308, dalam Suparno, 2007:134) ada beberapa hal yang harus

diperhatikan dalam belajar bersama supaya tujuannya tercapai yaitu:

a. Perlu adanya ketergantungan antara siswa secara positif, saling

ketergantungan berarti masing saling bergantung, maka

masing-masing juga ada kesanggupan untk saling membantu, saling memberi, dan

saling menerima. Tidak boleh bahwa seseorang hanya menggantungkan

pada yang lain dan yang lain sama sekali digantungi.

b. Perlunya pengembangan interaksi interpersonal antara siswa dan

keterampilan berkelompok. Interaksi, komunikasi antar anggota kelompok

perlu dimajukan terus menerus dan di bina.

c. Perlu masing-masing dibantu tetap bertanggung jawab pada penguasaan

tugas mereka.

d. Perlu dikembangkan keterampilan siswa.

e. Perlu diyakinkan bahwa kelompok dapat berhasil dan di kembangkan kerja

sama yang efektif.

2. Tujuan Cooperative Learning

Menurut Kindsvatter dkk (hal 308 dalam Suparno, 2007:135) belajar bersama

mempunyai tujuan antara lain sebagai berikut :

a. Meningkatkan hasil belajar lewat kerja sama kelompok yang

memungkinkan siswa belajar satu sama lain. Kemajuan hasil belajar

menjadi tujuan utama, sehingga masing-masing siswa mendapatkan hasil

positif.

(23)

b. Merupakan alternatif terhadap belajar kompetitif yang sering membuat

siswa lemah menjadi minder. Dengan belajar kompetitif, siswa yang lemah

akan sulit maju dan merasa kecil dibandingkan yang pandai, sedangkan

dengan belajar bersama justru yang lemah dibant uuntuk maju.

c. Memajukan kerja sama kelompok antar manusia. Dengan belajar bersama

hubungan antar siswa semakin akrab dan kerja sama antar mereka semakin

lebih baik.

d. Bagi siswa-siswa yang mempunyai intelegensi interpersonal tinggi, cara

belajar ini sangat cocok dan memajukan. Mereka lebih mudah

mengkonstruksi pengetahuan lewat bekerja sama dengan teman, belajar

bersama dengan teman daripada belajar sendirian.

3. Round Robin Brainstorming

1. Brainstorming

Brainstorming adalah piranti perencanaan yang dapat menampung kreativitas kelompok dan sering digunakan sebagai alat pembentukan

konsensus maupun untuk mendapatkan ide-ide yang banyak. Teknik

brainstorming merupakan salah satu cara mendapatkan sejumlah ide

yang mudah dan menyenangkan para pesertanya. Karena mereka boleh

bebas menyampaikan pendapatnya tanpa ragu-ragu atau takut salah

sepanjang masih dalam topik bahasan. peserta mendapatkan

kesempatan atau giliran untuk berpartisipasi melontarkan idenya

sampai habis.

Ada beberapa alasan mengapa brainstorming digunakan oleh suatu team untuk menghasilkan ide-ide, yaitu:

(24)

a. Meningkatkan kepedulian dan partisipasi anggota team

b. Menghasilkan banyak ide-ide dalam waktu yang relatif singkat.

c. Mengurangi keinginan anggota team untuk merasa paling mampu

dalam memberi jawaban yang benar.

d. Mengurangi kemungkinan berkembangnya pemikiran negatif

(negative thinking) di antara mereka.

2. Tujuan dan manfaat

Brainstorming atau sumbang saran memiliki tujuan untuk

mendapatkan sejumlah ide dari anggota team dalam waktu relatif

singkat tanpa sikap kritis yang ketat. Ada beberapa manfaat yang

bisa diperoleh suatu team atau organisasi dengan melakukan teknik

brainstorming, di antaranya adalah:

a. Mengidentifikasi masalah

b. Mencari sebab-sebab yang mengakibatkan terjadinya masalah.

c. Menentukan alternatif pemecahan masalah.

d. Mengimplementasikan pemecahan masalah.

e. Merencanakan langkah-langkah dalam melaksanakan suatu

aktivitas.

f. Mengambil keputusan ketika masalah terjadi.

g. Melakukan perbaikan (improvements).

2. Putaran teratur (round robin).

Metode putaran teratur memberi kesempatan kepada peserta untuk

berbicara sesuai gilirannya secara teratur. Untuk menghemat waktu,

(25)

peserta yang belum memiliki ide akan dilewati, dia bisa mengucapkan

“terus“ atau “lanjut“ yang maksudnya memberi giliran pada peserta

berikutnya.

3. Langkah langkah teknis

langkah-langkah dalam melaksanakan brainstorming, yaitu: a. Persiapan.

1. Mengundang peserta meeting.

2. Memberikan agenda acara materi yang akan dibicarakan.

3. Mempersiapkan ruangan dan fasilitas pendukung lainnya.

b. Pelaksanaan.

1. Menentukan batasan waktu yang digunakan.

2. Menetapkan pimpinan meeting dan pencatat pembicaraaan

(notulis).

3. Menetapkan aturan main (rule of the game) bersama. 4. Menentukan metode yang digunakan dalam brainstorming.

5. Memberi kesempatan kepada para peserta untuk menyampaikan

ide-idenya.

6. Menuliskan ide yang dilontarkan peserta.

7. Melakukan pengelompokan ide yang sejenis.

8. Melakukan pembahasan ide-ide.

9. Mengambil keputusan.

10. Menyimpulkan pembicaraan.

pencatat melakukan pencatatan ide yang dilontarkan peserta.

Diusahakan peserta dapat melihat apa yang dicatat , sebaiknya

(26)

digunakan flip chart, ohp transparency atau screen. Papan tulis dan block note dapat digunakan sebagai alternatif. Dilakukan konfirmasi

apakah yang ditulis pencatat sama dengan ide yang dimaksudkan

peserta yang melontarkannya. Bila perlu pimpinan meeting

menegaskan kembali apa yang disampaikan oleh peserta.

setelah sejumlah ide terkumpul selanjutnya dilakukan:

a. Meninjau ide tersebut satu persatu.

b. Ide yang hampir sama kemungkinan dapat disatukan, ide yang

belum jelas perlu ditanyakan kepada peserta yang bersangkutan.

c. Mana ide yang akan dipilih, bisa dilakukan pengambilan

keputusan dengan permufakatan atau suara terbanyak (voting).

d. Menyempurnakan ide yang telah disepakati.

e. Mengambil kesimpulan dan alternatif tindak lanjut.

4. Hambatan

dalam melakukan teknik brainstorming dapat timbul beberapa

hambatan yang disebabkan antara lain:

a. Peserta tidak mematuhi aturan main, misalnya:

• Memberi komentar terhadap ide yang dilontarkan peserta lain.

• Dalam satu putaran, seorang peserta melontarkan lebih dari satu ide.

• Seorang peserta yang belum sampai gilirannya sudah menyampaikan idenya.

(27)

• Ada peserta yang mendominasi atau memotong pembicaraan peserta lain.

• Ada peserta yang bertanya pada saat proses berlangsung. b. Pencatat merubah ide (baik isi maupun maksud) yang

dilontarkan oleh peserta.

c. Peserta tidak mampu melihat masalah dari berbagai sudut

pandang.

d. Hambatan non teknis, seperti: takut salah, kurang antusias dan

kurang ada kerja sama.

4. Gerak Lurus Beraturan ( disarikan dari www.Gurumuda.com)

Suatu benda dikatakan melakukan gerak lurus beraturan jika kecepatannya

selalu konstan. Kecepatan konstan artinya besar kecepatan dan arah

kecepatan selalu konstan. Karena besar kecepatan atau kelajuan dan arah

kecepatan selalu konstan maka bisa dikatakan bahwa benda bergerak pada

lintasan lurus dengan kelajuan konstan.

Ketika sebuah benda melakukan gerak lurus beraturan, kecepatan benda

sama dengan kecepatan rata-rata. Dalam gerak lurus beraturan (GLB)

kecepatan benda selalu konstan. Kecepatan konstan berarti besar kecepatan

(besar kecepatan = kelajuan) dan arah kecepatan selalu konstan. Besar

kecepatan atau kelajuan benda konstan atau selalu sama saat karenanya

besar kecepatan atau kelajuan pasti sama dengan besar kecepatan rata-rata.

a. Grafik Gerak Lurus Beraturan

(28)

Untuk memudahkan menemukan hubungan antara Kecepatan, perpindahan

dan waktu tempuh maka akan sangat membantu jika digambarkan grafik

hubungan ketiga komponen tersebut.

Grafik Kecepatan terhadap Waktu (v-t)

Berdasarkan grafik di atas, tampak bahwa besar kecepatan bernilai tetap

pada tiap satuan waktu. Besar kecepatan tetap ditandai oleh garis lurus,

berawal dari t = 0 hingga t akhir.

Contoh : perhatikan grafik kecepatan terhadap waktu (v-t) di bawah ini

Besar kecepatan benda pada grafik di atas adalah 3 m/s. 1, 2, 3 dstnya

adalah waktu tempuh. Amati bahwa walaupun waktu berubah dari 1 detik sampai 5, besar kecepatan benda selalu sama.

Grafik Perpindahan terhadap Waktu (x-t)

Grafik posisi terhadap waktu, di mana posisi awal x0 berhimpit dengan titik

acuan nol.

(29)

Makna grafik di atas adalah bahwa besar kecepatan selalu tetap. Anda

jangan bingung dengan kemiringan garis yang mewakili kecepatan. Makin

besar nilai x, makin besar juga nilai t sehingga hasil perbandingan x dan y

selalu sama.

4. Gerak Lurus berubah Beraturan

Suatu benda dikatakan melakukan gerak lurus berubah beraturan (GLBB)

jika percepatannya selalu konstan. Percepatan merupakan besaran vektor

(besaran yang mempunyai besar dan arah). Percepatan konstan berarti besar

dan arah percepatan selalu konstan saat. Walaupun besar percepatan suatu

benda selalu konstan tetapi jika arah percepatan selalu berubah maka

percepatan benda tidak konstan. Demikian juga sebaliknya jika arah

percepatan suatu benda selalu konstan tetapi besar percepatan selalu

berubah maka percepatan benda tidak konstan.

Karena arah percepatan benda selalu konstan maka benda pasti bergerak

pada lintasan lurus. Arah percepatan konstan = arah kecepatan konstan =

arah gerakan benda konstan = arah gerakan benda tidak berubah = benda

bergerak lurus. Besar percepatan konstan bisa berarti kelajuan bertambah

secara konstan atau kelajuan berkurang secara konstan. Ketika kelajuan

benda berkurang secara konstan, kadang kita menyebutnya sebagai

(30)

perlambatan konstan. Untuk gerakan satu dimensi (gerakan pada lintasan

lurus), kata percepatan digunakan ketika arah kecepatan = arah percepatan,

sedangkan kata perlambatan digunakan ketika arah kecepatan dan

percepatan berlawanan.

Contoh 1 : Besar percepatan konstan (kelajuan benda bertambah secara

wa mobil

: Besar perlambatan konstan (kelajuan benda berkurang secara

konstan) konstan)

Misalnya mula-mula mobil diam. Setelah 1 detik, mobil bergerak dengan

kelajuan 2 m/s. Setelah 2 detik mobil bergerak dengan kelajuan 4 m/s.

Setelah 3 detik mobil bergerak dengan kelajuan 6 m/s. Setelah 4 detik

mobil bergerak dengan kelajuan 8 m/s. Dan seterusnya… Tampak bahwa

detik kelajuan mobil bertambah 2 m/s. Kita bisa mengatakan bah

mengalami percepatan konstan sebesar 2 m/s per sekon = 2 m/s2.

Contoh 2

(31)

Misalnya mula-mula benda bergerak dengan kelajuan 10 km/jam. Setelah 1

detik, benda bergerak dengan kelajuan 8 km/jam. Setelah 2 detik benda

bergerak dengan kelajuan 6 km/jam. Setelah 3 detik benda bergerak dengan

kelajuan 4 km/jam. Setelah 4 detik benda bergerak dengan kelajuan 2

km/jam. Setelah 5 detik benda berhenti. Tampak bahwa detik kelajuan

benda berkurang 2 km/jam. Kita bisa mengatakan bahwa benda mengalami

perlambatan konstan sebesar 2 km/jam per sekon.

Perhatikan bahwa ketika dikatakan percepatan, maka yang dimaksudkan adalah percepatan sesaat. Demikian juga sebaliknya, ketika dikatakan percepatan sesaat, maka yang dimaksudkan adalah percepatan. Nah, dalam gerak lurus berubah beraturan (GLBB), percepatan benda selalu konstan

saat, karenanya percepatan benda sama dengan percepatan rata-ratanya.

Jadi besar percepatan = besar percepatan rata-rata. Demikian juga, arah

percepatan = arah percepatan rata-rata.

Dalam kehidupan sehari-hari sangat sulit ditemukan benda yang melakukan

gerak lurus berubah beraturan, di mana perubahan kecepatannya terjadi

secara teratur, baik ketika hendak bergerak dari keadaan diam maupun

ketika hendak berhenti. walaupun demikian, banyak situasi praktis terjadi

ketika percepatan konstan/tetap atau mendekati konstan, yaitu jika

percepatan tidak berubah terhadap waktu

Penurunan Rumus Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB)

percepatan benda tetap atau konstan atau tidak berubah. jika percepatan

benda tersebut tetap sejak awal benda tersebut bergerak, maka kita bisa

mengatakan bahwa percepatan sesaat dan percepatan rata-ratanya sama.

(32)

mengingat bahwa percepatan benda tersebut tetap saat, dengan demikian

percepatan sesaatnya tetap. Percepatan rata-rata sama dengan percepatan

sesaat karena baik percepatan awal maupun percepatan akhirnya sama, di

mana selisih antara percepatan awal dan akhir sama dengan nol.

Pada percepatan, telah diturunkan persamaan percepatan rata-rata, di mana

t0 adalah waktu awal ketika benda hendak bergerak, t adalah waktu akhir.

Karena pada saat t0 benda belum bergerak maka kita bisa mengatakan t0

(waktu awal) = 0. Sehingga persamaan berubah menjadi :

Satu masalah umum dalam GLBB adalah menentukan kecepatan sebuah

benda pada waktu tertentu, jika diketahui percepatannya. Untuk itu,

persamaan percepatan yang kita turunkan di atas dapat digunakan untuk

menyatakan persamaan yang menghubungkan kecepatan pada waktu

tertentu (vt), kecepatan awal (v0) dan percepatan (a). sekarang kita

menurunkan persamaan di atas. Jika dibalik akan menjadi :

at = vt - v0

vt = v0 + at ...Persamaan 1

(33)

Ini adalah salah satu persamaan penting dalam GLBB, untuk menentukan

kecepatan benda pada waktu tertentu apabila percepatannya diketahui

persamaan di atas (persamaan I GLBB) untuk mencari persamaan yang

digunakan untuk menghitung posisi benda setelah waktu t ketika benda

tersebut mengalami percepatan tetap.

Pada pembahasan mengenai kecepatan, kita telah menurunkan persamaan

kecepataan rata-rata

Untuk mencari nilai x, persamaan di atas kita tulis ulang menjadi :

Karena pada GLBB kecepatan rata-rata bertambah secara beraturan, maka

kecepatan rata-rata akan berada di tengah-tengah antara kecepatan awal dan

kecepatan akhir :

Persamaan ini berlaku untuk percepatan konstan dan tidak berlaku untuk

gerak yang percepatannya tidak konstan. Kita tulis kembali persamaan a :

(34)

Persamaan ini digunakan untuk menentukan posisi suatu benda yang

bergerak dengan percepatan tetap. Jika benda mulai bergerak pada titik

acuan = 0 (atau x0 = 0), maka persamaan 2 dapat ditulis menjadi

x = vot + ½ at2

Sekarang kita turunkan persamaan/rumus yang dapat digunakan apabila t

(waktu) tidak diketahui. Kita tulis lagi persamaan a :

Terdapat empat persamaan yang menghubungkan posisi, kecepatan,

percepatan dan waktu, jika percepatan (a) konstan, antara lain :

Persamaan di atas tidak berlaku jika percepatan tidak konstan.

(35)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian model kuantitatif . Penelitian kuantitatif adalah

penelitian yang menggunakan data-data berupa skor atau angka, kemudian

data-data tersebut dianalisis menggunakan statistik (Suparno, 2007: 135).

Jenis penelitiannya adalah jenis eksperimental. Penelitian jenis eksperimental

adalah jenis penelitian yang berupaya untuk mencoba mempengaruhi variabel

tertentu dan hanya untuk mendeskripsikan suatu keadaan tetapi untuk

mempengaruhi dengan memberikan perlakuan (treatment) tertentu. (Suparno,

2007:136)

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XA dan XB

SMAK Sang Timur Yogyakarta.

C. Ubahan Penelitian 1. Jenis Ubahan

Dalam penelitian ini terdapat 2 ubahan yaitu peningkatan hasil belajar dan

keterlibatan siswa dalam pembelajaran.

2. Definisi Operasional Ubahan

a) Peningkatan Hasil Belajar

Peningkatan hasil belajar adalah perbedaaan skor posttest dan pretest

dari proses pembelajaran.

b) Keterlibatan Siswa terhadap Pembelajaran

(36)

Tingkat keterlibatan siswa dinyatakan dengan jumlah skor keterlibatan

yang menunjukan banyaknya keterlibatan siswa dalam proses

pembelajaran yang dinyatakan dengan skor keterlibatan dari

keterlibatan yang dapat diamati dari aspek keterlibatan pada saat

kegiatan pembelajaran berlangsung.

D. Perlakuan (treatment)

Perlakuanya adalah melakukan pembelajaran pada dua kelas. Masing-masing

kelas diberikan dua pembelajaran. Pembelajaran pertama dilakukan dengan

metode ceramah. Pembelajaran kedua juga dilakukan dengan metode round robin brainstorming.

Langkah-langkah pembelajaran adalah sebagai berikut :

1. Peneliti pertama-tama memberikan pretest kepada siswa kemudian melakukan pembelajaran pada kelas eksperimen dengan cara round rubin brainstorming ( X ) sedangkan guru mata pelajaran fisika dari sekolah pertama-tama memberikan pretest kepada siswa kemudian melakukan pembelajaran pada kelas kontrol dengan cara yang biasa digunakan oleh

guru dalam proses pembelajaran.

2. Peneliti dan guru mata pelajaran fisika dari sekolah kemudian memberikan

posttest pada siswa pada soal pretes dan postes yang sama.

3. Setelah itu peneliti menganalisis apakah pembelajaran dengan cara Round robin Brainstorming lebih efektif dibandingkan pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru dalam proses pembelajara dilihat dari peningkatan

hasil belajar dan bagaimana keterlibatan siswa terhadap pembelajaran

(37)

dengan cara round rubin brainstorming dibandingkan pembelajaran dengan cara biasa (ceramah).

E. Instrument Penelitian

Berdasarkan tujuan dari penelitian, maka data yang dibutuhkan adalah

kemampuan siswa menguasai materi sebelum pembelajaran, kemampuan

siswa menguasai materi setelah pembelajaran sehingga instrumen dalam

penelitian ini adalah soal pretest, dan soal posttest 1. Soal Pretest dan Posttest

Soal pretest dan posttest digunakan untuk mengetahui apakah pembelajaran dengan cara X lebih efektif dibandingkan pembelajaran

dengan cara Y dilihat dari peningkatan hasil belajar.

Soal-soal pretest dan posttest pada penelitian ini dibuat berdasarkan indikator hasil belajar dari kompetensi dasar yang akan dicapai. Aspek

yang diukur dalam penelitian ini adalah aspek analisis.

Kisi-kisi rancangan soal-soal pretest dan posttest dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Indikator No soal 1. Mendefinisikan pengertian gerak, posisi

benda

2. Menunjukkan perbedaan antara perpindahan

dengan jarak

3. Menentukan kecepatan dan perpindahan dan

perpindahan GLB serta GLBB

4. Menerapkan gerak lurus dalam pemecahan

1

2

3

4

(38)

masalah secara teori maupun dalam

kehidupan sehari-hari.

Tabel 1. Kisi-kisi rancangan soal pretest dan postest F. Analisis Data

Efektivitas Pembelajaran

Untuk menganalisis apakah pembelajaran dengan cara round rubin brainstorming (X) lebih efektif dibandingkan pembelajaran dengan cara ceramah (Y) dilihat dari peningkatan hasil belajar, semua langkah

dinyatakan dengan perbedaan mean. Sehingga analisisnya menggunakan

uji-t auji-tau test-t. Test-t untuk dua kelompok yang independen digunakan untuk membandingkan akibat dua perlakuan (treatment) yang dilakukan pada suatu penelitian (Suparno, 2007:94). Test-t untuk kelompok yang dependen digunakan untuk mengetes dua kelompok yang dependen atau satu

kelompok yang dites dua kali yaitu pada pretest dan posttest (Suparno, 2007:96). Langkah-langkah untuk menganalisis apakah pembelajaran

dengan cara round rubin brainstorming (X) lebih efektif dibandingkan pembelajaran dengan cara ceramah (Y) dilihat dari peningkatan hasil belajar

adalah sebagai berikut*1:

a. Menguji perbedaan mean skor pretest pembelajaran dengan cara X dengan mean skor pretest pembelajaran dengan cara Y

Karena yang diuji adalah perbedaan mean skor pretest masing-masing pembelajaran, maka dianalisis menggunakan uji-t atau test-t untuk dua kelompok yang independen.

*

DR.Paul Suparno SJ, Statistika Dasar Diktat Untuk Mahasiswa Prodi Pendidikan Fisika, 2002 hal 56-57, 59.

(39)

Cara menganalisisnya adalah sebagai berikut:

(a) Hipotesis

Ho : X1 = Y1

Hi : X1Y1

(b) Dengan uji-t dua sisi dengan taraf signifikansi 0.05

(c) df untuk t = (n1 - 1) + (n2 - 1) atau N – 2

(d) Tcrit dilihat dari tabel

(e) Daerah rejeksi (penolakan) = Tobs≤ - Tcrit atau Tobs ≥ + Tcrit

(f) Statistik yang digunakan

• Bila n1 = n2,

• Standart deviasi :

S1 =

(g) Ambil keputusan tentang Ho.

(40)

b. Menguji peningkatan hasil belajar pembelajaran dengan cara X

Karena yang diuji adalah perbedaan mean skor pretest dan mean skor

posttest pembelajaran dengan cara X, maka dianalisis menggunakan uji-t atau test-t untuk kelompok yang dependen.

Cara menganalisisnya adalah sebagai berikut :

(a) Hipotesis

Ho : X1 =X2

Hi : X2 >X1

(b) Dengan uji-t satu sisi dengan taraf signifikansi 0.05

(c) df untuk t = N – 1

(d) Tcrit dilihat dari tabel

(e) Daerah rejeksi (penolakan) = Trel≤ - Tcrit atau Trel ≥ + Tcrit

(f) Statistik yang digunakan

(g) Ambil keputusan tentang Ho.

c. Menguji peningkatan hasil belajar pembelajaran dengan cara Y

Karena yang diuji adalah perbedaan mean skor pretest dan mean skor

posttest pembelajaran dengan cara Y, maka dianalisis menggunakan uji-t atau test-t untuk kelompok yang dependen.

Cara menganalisisnya adalah sebagai berikut :

(a) Hipotesis

Ho : Y1 = Y2

(41)

Hi : Y2 >Y1

(b) Dengan uji-t satu sisi dengan taraf signifikansi 0.05

(c) df untuk t = N – 1

(d) Tcrit dilihat dari tabel

(e) Daerah rejeksi (penolakan) = Trel≤ - Tcrit atau Trel ≥ + Tcrit

(f) Statistik yang digunakan

Trel =

(g) Ambil keputusan tentang Ho.

d. Jika mean skor pretest pada masing-masing pembelajaran tidak berbeda secara signifikan (pretest = pretest) maka dianalisis menggunakan mean skor posttest

Karena yang diuji adalah perbedaan mean skor posttest masing-masing pembelajaran, maka dianalisis menggunakan uji-t atau test-t untuk dua kelompok yang independen.

Cara menganalisisnya adalah sebagai berikut:

(a) Hipotesis

Ho : X2= Y2

Hi : X2 >Y2

(b) Dengan uji-t satu sisi dengan taraf signifikansi 0.05

(c) df untuk t = (n1 - 1) + (n2 - 1) atau N – 2

(d) Tcrit dilihat dari tabel

(42)

(e) Daerah rejeksi (penolakan) = Tobs≤ - Tcrit atau Tobs ≥ + Tcrit

(f) Statistik yang digunakan

• Bila n1 = n2,

• Standart deviasi :

S1 =

(g) Ambil keputusan tentang Ho.

e. Jika mean skor pretest pada masing-masing pembelajaran berbeda secara signifikan (pretestpretest) maka dianalisis menggunakan mean selisih skor posttest dan pretest

Karena yang diuji adalah perbedaan mean selisih skor posttest dan

pretest masing-masing pembelajaran, maka dianalisis menggunakan uji-t atau test-t untuk dua kelompok yang independen.

Cara menganalisisnya adalah sebagai berikut:

(a) Hipotesis

Ho : ΔX = ΔY

Hi : ΔX > ΔY

(b) Dengan uji-t satu sisi dengan taraf signifikansi 0.05

(43)

(c) df untuk t = (n1 - 1) + (n2 - 1) atau N – 2

(d) Tcrit dilihat dari tabel

(e) Daerah rejeksi (penolakan) = Tobs≤ - Tcrit atau Tobs ≥ + Tcrit

(f) Statistik yang digunakan

• Bila n1 = n2,

• Standart deviasi :

S1 =

(g) Ambil keputusan tentang Ho.

2. Keterlibatan Siswa

Dalam pengambilan data keterlibatan siswa digunakan dengan

menggunakan lembar pengamatan yang di gunakan langsung oleh

pengamat terhadap kegiatan siswa pada saat kegiatan pembelajaran

berlangsung.

(44)

Mengacu pada Widanatho 2006:115, untuk mengetahui keterlibatan

siswa digunakan table seperti di bawah ini :

NO Nama Siswa

Bentuk Keterlibatan Total Frekuensi Keterlibatan A B C D E

1 … … … … 2 … … … … 3 … … … .. .. … .. … … … … …

Tabel 2. frekuensi keterlibatan tiap siswa

Bentuk keterlibatannya meliputi :

a. Mengajukan pertanyaan

b. Mengajukan gagasan

c. Menanggapi pendapat teman

d. Menjawab pertanyaan teman

e. Menanggapi penjelasan guru

(45)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 28 Oktober 2010 sampai dengan

tanggal 18 Nopember 2010 sebanyak 8 kali pertemuan dengan perincian

masing-masing kelas dilakukan 1 kali pretest untuk masing masing kelas, 1 kali posttest untuk masing-masing kelas dan 4 kali pembelajaran.

Pada saat pembelajaran banyaknya jumlah siswa antara kelas kontrol dan

kelas eksperimen jumlahnya berbeda, jumlah siswa kelas eksperimen sebanya

19 siswa sedangkan untuk jumlah siswa pada kelas kontrol sebanyak 18 siswa.

Pada saat melakukan pembelajaran peneliti dibantu oleh seorang teman, yang

tujuannya untuk membantu peneliti dalam proses pengambilan data.

Sebelum diadakan pembelajaran siswa diberikan pretest dan sesudah diadakan pembelajaran siswa diberikan posttest. Saat pretest dan posttest

waktu yang diberikan sama yaitu 1 x 45’. Pada masing-masing materi

pembelajaran diadakan 4 kali pertemuan. Pertemuan pertama 2 x 45’ pada

pertemuan ini siswa melakukan pembelajaran tentang gerak lurus beraturan.

Pada pembelajaran ini siswa dibagi menjadi kelompok yang terdiri dari 5

anggota kelompok, dalam pengerjaan kelompok tersebut menggunakan

metode round robin brainstorming sedangkan pada pertemuan kedua dilakukan selama 1 x 45’ pada pertemuan ini beberapa kelompok

mempresentasikan hasil yang telah di dapat pada pertemuan sebelumnya.

Pada pertemuan berikutnya (pertemuan ke-3) melakukan pembelajaran yang

(46)

sama yaitu siswa dibagi dalam kelompok kecil dan melakukan pembelajaran

dengan metode round robin brainstorming untuk materi Gerak Lurus Berubah Beraturan. pada pertemuan berikutnya (pertemuan ke 4) beberapa kelompok

mempresentasikan di depan kelas hasil yang didapat pada hari sebelumnya (

dalam kelompok kecil),

Pada saat proses presentasi ( pertemuan ke 2 dan ke 4 ) beberapa

kelompok diminta secara sukarela untuk mempresentasikan hasil yang telah

didapat di kelompok kecil, setelah presentasi dilakukan, kelompok/siswa lain

diberikan kesempatan untuk bertanya mengenai hal-hal yang berkaitan dengan

masalah yang dipresentasikan. Dalam proses ini peneliti hanya berperan

sebagai fasilitator, dimana siswa secara penuh dapat mengambil bagian dalam

aktivitas pembelajaran. Setelah presentasi selesai kemudian menyimpulkan

hasil dari presentasi yang telah dilaksanakan.

Pada proses pembelajaran ini siswa pertama-tama diminta secara

sukarela untuk mempresentasikan hasil dari apa yang telah didapat dalam

kelompok kecil, Sedangkan pada kelas kontrol peneliti hanya mengamati

keterlibatan siswa.

Pada saat pembelajaran di kelas eksperimen berlangsung peneliti

berperan sebagai pendamping dan pembimbing dalam artian peneliti tidak

memberitahu kesulitan yang dihadapi oleh siswa, dan bila terdapat siswa yang

bertanya mengenai materi yang sedang didiskusikan maka peneliti tidak

memberikan jawaban dan meminta siswa untuk berdiskusi kembali dengan

kelompoknya untuk mendapatkan jawaban. Dan pertanyaan yang diajukan

siswa dibahas setelah pembelajaran selesai (setelah Postes). Setelah proses

(47)

pembelajaran selesai (hari pertama sampai keempat) peneliti membahas

semua pertanyaan dan kemungkinan kesalahan konsep yang dialami oleh

siswa pada saat proses pembelajaran, penundaan ini dilakukan bertujuan agar

data yang diambil (pretes dan postes) merupakan hasil dari metode yang

dipakai.

Pada pembelajaran di kelas kontrol materi yang di ajarkan sama yaitu

gerak lurus beraturan dan gerak lurus berubah beraturan dan pada

pembelajaran di kelas kontrol disampaikan oleh guru dari sekolahan dengan

menggunakan metode yang biasa di pakai oleh guru sehari-hari, yaitu dengan

metode ceramah dan tanya jawab dengan siswa.

Sebelum melakukan penelitian guru mata pelajaran dari sekolah sudah

melakukan pembelajaran dengan materi besaran dan satuan pada kelas

eksperimen maupun kontrol, pembelajaran ini memungkinkan siswa telah

memiliki bayangan tentang materi yang akan dilakukan dalam pembelajaran

dengan materi gerak.

B. Deskripsi Data

Data-data yang diperoleh pada saat penelitian adalah sebagai berikut:

1. Saat Peneliti melakukan pembelajaran dengan cara X ( round Robin

Brainstorming) pada kelas A ( eksperimen ) dan guru mata pelajaran

fisika dari sekolah melakukan pembelajaran dengan cara Y ( cara yang

biasa dipakai sehari-hari) pada kelas B ( kontrol) dengan materi Gerak

lurus

(48)

a. Data Skor pretest dan Skor posttest 11-20

kode siswa

Kelas eksperimen Kelas Kontrol Pretes Postest Pretes Postest

1 55 55 45 55

Data Mean Standart Deviasi

pretest pembelajaran dengan cara X 44,31 19.06

posttest pembelajaran dengan cara X 54,42 19,85

pretest pembelajaran dengan cara Y 43,60 17,69

posttest pembelajaran dengan cara Y 52,73 23,53

Tabel 4. Mean dan standart deviasi pada pretes dan postest 2. Data Keterlibatan

Data perolehan keterlibatan siswa terhadap pembelajaran dengan cara round robin brainstorming dibandingkan pembelajaran dengan cara dengan metode yang biasa dipakai guru dalam pembelajaran sehari-hari dapat dilihat pada

tabel (Data lengkap skor keterlibatan siswa dapat dilihat pada lampiran) :

(49)

a. Kelas eksperimen

Ketelibatan hari ke -

Jumlah Skor total keterlibatan

1 106 2 12 3 87 4 7

Tabel 5. skor keterlibatan siswa pada kelas eksperimen

b. Kelas kontrol

Ketelibatan hari ke -

Jumlah Skor total keterlibatan

Apabila dibuat diagram batang maka hasilnya sebagai berikut :

Grafik Keterlibatan siswa pada kelas eksperimen

Grafik keterlibatan siswa pada kelas kontrol

36 C. Analisis Data

1. Efektivitas Pembelajaran

(a) Peneliti melakukan pembelajaran dengan cara X pada kelas A dan

guru mata pelajaran fisika dari sekolah melakukan pembelajaran

dengan cara Y pada kelas B dengan materi yang sama yaitu Gerak

(50)

1) Menguji perbedaan mean skor pretest pembelajaran dengan cara X dengan mean skor pretest pembelajaran dengan cara Y

Untuk menguji apakah ada perbedaan secara signifikan

mean skor pretest pembelajaran dengan cara X dengan mean skor pretest pembelajaran dengan cara Y, dianalisis dengan uji-t unuji-tuk kelompok yang independen.

Dengan uji-t dua sisi dengan taraf signifikansi 0.05

Df = (n1-1) + (n2-1) = (19- 1) + (15 – 1) = 32

Setelah diuji dengan uji-t didapatkan Tobs = 0.613 Karena Tobs

ada diantara Tcrit atau Tobs berada diluar daerah rejeksi. Berarti

adanya perbedaan mean skor pretest pembelajaran dengan cara X dengan mean skor pretest pembelajaran dengan cara Y tidak signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa mean skor

pretest pembelajaran dengan cara X tidak berbeda secara signifikan dengan mean skor pretest pembelajaran dengan cara Y.

2) Menguji peningkatan hasil belajar pembelajaran dengan cara X

Untuk menguji apakah ada peningkatan hasil belajar

secara signifikan pembelajaran dengan cara X, dianalisis

dengan menguji perbedaan mean skor pretest pembelajaran

(51)

dengan cara X dengan mean skor posttest pembelajaran dengan cara X dengan menggunakan uji-t untuk kelompok yang

dependen.

Dengan uji-t satu sisi dengan taraf signifikansi 0.05

Df = n – 1 = 19 – 1 = 18

Setelah diuji dengan uji-t didapatkan Treal = 3,06 Karena Treal

lebih besar dari Tcrit atau Treal berada dalam daerah rejeksi.

Berarti adanya perbedaan mean skor pretest dan mean posttet

signifikan. Mean skor posttest lebih besar dari pada mean skor

pretest sehingga dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar pembelajaran dengan cara X.

3) Menguji peningkatan hasil belajar pembelajaran dengan cara Y

Untuk menguji apakah ada peningkatan hasil belajar

secara signifikan pembelajaran dengan cara Y, dianalisis

dengan menguji perbedaan mean skor pretest pembelajaran dengan cara Y dengan mean skor posttest pembelajaran dengan cara Y dengan menggunakan uji-t untuk kelompok yang

dependen.

Dengan uji-t satu sisi dengan taraf signifikansi 0.05

Df = n – 1 = 15 – 1 = 14

(52)

Tcrit = 2,052 (dari tabel)

Setelah diuji dengan uji-t didapatkan Treal = 9,31 Karena

Treal lebih besar dari Tcrit atau Treal berada dalam daerah rejeksi

maka Ho ditolak dan Hi diterima. Berarti adanya perbedaan

mean skor pretest dan mean posttet signifikan. Mean skor

posttest lebih besar dari pada mean skor pretest sehingga dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar

pembelajaran dengan cara Y.

4) Menguji Perbedaan Peningkatan Hasil Belajar

Karena mean skor pretest pembelajaran dengan cara X dan mean skor pretest pembelajaran dengan cara Y tidak berbeda secara signifikan, maka untuk menguji perbedaan

peningkatan hasil belajar dianalisis menggunakan data mean

skor posttest pada masing-masing pembelajaran yaitu dengan menggunakan uji-t untuk kelompok yang _ndependent.

Dengan uji-t satu sisi dengan taraf signifikansi 0.05

(53)

= -0,334

Setelah diuji dengan uji-t didapatkan Tobs = -0,334 Karena Tobs

lebih besar dari Tcrit atau Tobs berada dalam daerah rejeksi maka

Ho ditolak dan Hi diterima. Berarti adanya perbedaan mean

skor posttest pembelajaran dengan cara X dengan mean skor

posttest pembelajaran dengan cara Y signifikan. Mean skor

posttest pembelajaran dengan cara X lebih besar daripada mean skor posttest pembelajaran dengan cara Y. Sehingga dapat disimpulkan bahwa peningkatan hasil belajar pembelajaran

dengan cara X lebih baik daripada peningkatan hasil belajar

pembelajaran dengan cara Y

2. Keterlibatan Siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol terhadap Pembelajaran

Dari hasil skor pengamatan dan grafik keterlibatan siswa terlihat

bahwa pada pertemuan antara pertemuan ke 1 (satu) sampai

pertemuan ke 4 (empat) tampak berbeda. Pada kelas eksperimen

jumlah keterlibatan siswa berbeda antara hari pertama, sampai hari

keempat. Skor keterlibatan untuk hari pertama sebanyak 106

keterlibatan dan hari ketiga sebanyak 87 ketelibatan, hari kedua

sebanyak 12 keterlibatan dan hari ke empat keempat sebanyak 7

keterlibatan.

Sedangkan pada kelas kontrol jumlah skor keterlibatan pada saat

pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan ke satu sampai pertemuan

ke empat jumlah skor keterlibatan yang didapat tidak jauh berbeda.

(54)

Pada pertemuan pertama sebanyak 11 keterlibatan, pada pertemuan

kedua sebanyak13 keterlibatan, pada pertemuan ketiga sebanyak14

keterlibatan, pada pertemuan keempat sebanyak 17 keterlibatan.

D. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Rangkuman Hasil Penelitian

Berdasarkan analisis data diperoleh hasil penelitian sebagai berikut:

a. Efektivitas Pembelajaran

1) Peneliti melakukan pembelajaran dengan cara X pada kelas A

dan guru mata pelajaran fisika dari sekolah melakukan

pembelajaran dengan cara Y pada kelas B dengan materi Gerak

lurus

No. Yang Diuji Hipotesis Pengujian Hasil Kesimpulan

1 Mean skor pretest

pembelajaran dengan

cara X (X1) dengan

mean skor pretest

pembelajaran dengan

mean skor posttest

(55)

pembelajaran dengan

mean skor posttest

pembelajaran dengan

mean skor posttest

pembelajaran dengan

Tabel 7. Hasil kesimpulan penelitian

(56)

Perbedaan mean Nilai pretest dan postes

Tabel 8. Mean data Pretes dan postes

Perbedaan mean Nilai pretest dan postes dalam prosentase

Pretes X

Tabel 9. Skor prosentase mean pretes dan postes

2. Pembahasan

Dari 2 (dua) kelas eksperimen yang menjadi sampel penelitian. Sebagaimana

terlihat pada analisis data, kelas eksperimen: skor pretes rata-rata kelas

sebesar 44,31, kelas X skor rata-rata postes sebesar 54,42.

Untuk mengetahui apakah skor pretest kelas X1 dan X2 tidak berbeda secara

signifikan, maka diuji dengan menggunakan uji T untuk sample yang

independen (Independent-Samples T Test). Hasil perhitungan menunjukan

bahwa tidak tidak berbeda secara signifikan dengan mean skor pretest

pembelajaran dengasn materi gerak lurus

1. Peningkatan Prestasi Belajar

a. Kelas Kontrol

Berdasarkan perhitungan analisis data diperoleh Tobse sebesar 9,31

Dari tabel-tabel nilai distribusi T diketahui Tcri sebesar 2,026, dengan

level significant 0,05 dan df = 14. Dengan demikian perbedaan pretest

dan posttest signifikan. Dalam hal ini skor posttest lebih besar dari

skor pretest. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa antara pretest dan

(57)

posttest signifikan, artinya pembelajaran fisika tentang Gerak lurus

dengan metode yang dipakai gurunya sehari-hari dapat meningkatkan

prestasi belajar siswa.

b. Kelas Eksperimen

Berdasarkan perhitungan analisis data diperoleh Tobs sebesar 3,06

Dari tabel-tabel nilai distribusi T diketahui Tcri sebesar 2,030, dengan

level significant 0,05 dan df = 18. Dengan demikian perbedaan pretest

dan posttest signifikan. Dalam hal ini skor posttest lebih besar dari

skor pretest. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa antara pretest dan

posttest signifikan, artinya pembelajaran fisika tentang Gerak lurus

beraturan dan berubah beraturan dengan metode round robin brainstorming dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembelajaran fisika tentang

Gerak Lurus dengan metode yang biasa dipakai oleh gurunya maupun

dengan round robin brainstorming sama-sama dapat mengembangkan pengetahuan. Hal ini ditunjukan oleh prestasi belajar pada kedua kelas

sama-sama meningkat.

2. Perbedaan Peningkatan Prestasi belajar Kelas Kontrol dan Kelas

Eksperimen

Prestasi siswa sebelum melaksanakan pembelajaran baik pada kelas

kontrol maupun kelas eksperimen menunjukkan hasil yang tidak berbeda

secara signifikan. Hal ini dapat ditunjukan dengan diuji T yang

memberikan nilai Tobs lebih rendah dari Tcrit. ( Tobs = 0,16 dan Tcrit = 2.000)

(58)

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa prestasi atau kemampuan

sebelum pembelajaran dilaksanakan pada kedua kelas sama. Sementara

prestasi belajar siswa sesudah melaksanakan pembelajaran antara kelas

kontrol dengan kelas eksperimen menunjukkan hasil yang berbeda secara

signifikan. Hal ini dapat ditunjukan dengan diuji T yang memberikan nilai

tobservasi lebih tinggi dari tcrit, Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

prestasi atau kemampuan sesudah pembelajaran berlangsung pada kelas

eksperimen lebih baik dari pada kelas kontrol. Ini menunjukan bahwa

kemampuan siswa mengembangkan pengetahuan tentang gerak lurus pada

kelas eksperimen yang melaksanakan pembelajaran dengan metode round robin brainstorming lebih baik dari kelas kontrol.

3. Perbedaan peningkatan hasil pembelajaran dalam prosentase

Dari data mean skor peningkatan prestasi belajar terlihat perbedaan antara

nilai pretes kelas eksperimen dan nilai pretes kelas kontrol yaitu

mengalami perbedaan sebesar 1,6% data prosentase mean antara postes

dan postes kelas eksperimen mengalami perbedaan prosentase sebesar 3,2

%, nilai mean antara pretes dan postest kelas kontrol terdapat perbedaan

mean sebesar 9,13 %, perbedaan postes kelas kontrol dan postes kelas

eksperimen terdapat perbedaan sebesar 10, 11%.

4. Pelaksanaan Penelitian

a. Tempat dan subjek penelitian

Penelitian ini dilaksankan di SMA Sang Timur Yogyakarta, Pada

penelitian ini menggunakan 2 subjek penelitian yaitu kelas kontroldan

kelas eksperimen. Pembelajara pada kelas ekperimen menggunakan

(59)

metode round robin brainstorming dan banyaknya subjek penelitian

adalah 19 siswa, sedangkan untuk kelas kontroldigunakan metode

yang biasa dipakai oleh guru kelas yaitu dengan metode ceramah dan

Tanya jawab dan banyaknya subjek penelitian adalah 18 siswa.

b. Kendala

Penelitian ini masih terdapat beberapa kekurangan yang disebabkan

oleh beberapa kendala yang dialami peneliti., Kendala-kendala yang

dialami dalam penelitian ini yaitu: waktu penelitian yang masih terlalu

singkat dalam pelaksanaan penelitian, selain itu masalah yang menjadi

kendala adalah masih kurangnya motivasi siswa untuk belajar secara

aktif sehingga masih membutuh motivasi dari orang lain untuk belajar

secara mandiri, pada saat pembelajaran masih ada beberapa siswa

dalam kelompok bermain-main sendiri. Kendala yang lain adalah

masih kurang mengerti beberapa siswa dalam kelompok tentang

metode yang dipakai, sehingga memungkinkan peneliti memberikan

pengertian berkali-kali

c. Hasil Penelitian

1) Peningkatan prestasi belajar dan perbedaan peningkatan hasil

belajar

Pada kelas kontrol, hasil penelitian menunjukan hasil antara pretes

dan postes signifikan, ini berati pembelajaran fisika dengan materi

gerak lurus yang dilakukan oleh guru bidang studi dengan metode

yang biasa dipakai sehari-hari dapat meningkatkan hasil belajar.

(60)

Sedangkan pada kelas eksperimen, hasil penelitian menunjukan

antara pretest dan postes signifikan, artinya pemebelajaran fisika

dengan metode round robin brainstorming dapat meningkatkan prestasi belajar

Sehingga berdasarkan penelitian ini metode pembelajaran yang

dipakai oleh guru bidang studi dan peneliti sama-sama dapat

meningkatkan prestasi belajar.

Prestasi belajar siswa sesudah melaksanakan pembelajaran antara

kelas kontrol dan kelas eksperimen menunjukan hasil yang berbeda

secara signifikan, hal ini di tunjukan dengan uji T yang

menunjukan nilai t obs lebih tinggi dari tcrit dengan demikian dapat

dikatakan bahwa prestasi sesudah pembelajaran pada kelas

eksperimen lebih baik dari pada kelas kontrol. Meskipun

pembelajaran dengan metode round robin brainstorming lebih baik dari metode yang dipakai oleh guru dalam mengajar sehari-hari

namun nilai rata-rata kelas yang mengunakan metode round robin brainstorming pada kelas eksperimen masih berada dibawah nilai ketuntasan minimal yang telah ditentukan oleh sekolah.

2) Keterlibatan siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol

Perbedaan jumlah skor keterlibatan antara kelas eksperimen dan

kelas kontrol terdapat perbedaan. Dari data yang diperoleh terlihat

dimana skor keterlibatan pada kelas eksperimen lebih tinggi

dibandingkan dengan jumlah skor keterlibatan pada kelas kontrol.

(61)

Pada kelas ekperimen terlihat adanya perbedaan skor yang sangat

tinggi antara pembelajaran pada hari pertama sampai hari terakhir.

Pada kelas eksperimen siswa terlihat lebih terlibat dan aktif dalam

proses pembelajaran, dimana dalam pembelajaran ini siswa

melakukan diskusi dalam kelompok kecil dan dalam diskusi ini

siswa ”dipaksa” untuk mengeluarkan pendapat atau gagasan

kepada teman kelompoknya sehingga menyebabkan skor

keterlibatan (pada hari pertama dan hari ketiga) lebih tinggi

dibandingkan pada saat hari kedua dan keempat. Setelah

melakukan diskusi dalam kelompok kecil, ada beberapa kelompok

mempresentasikan hasil yang telah didapat dari diskusi tersebut

kepada kelompok lain dan dalam presentasi ini memungkinkan

siswa bertanya ke kelompok yang sedang presentasi.

Pada kelas kontrol pembelajaran menggunakan metode yang biasa

dipakai oleh guru kelas dalam pembelajaran sehari-hari. Metode

yang dipakai oleh guru adalah metode ceramah yang diselingi

dengan beberapa pertanyaan yang diajukan kepada siswa. Di

dalam kelas kontrol siswa kebanyakan pasif dan ada beberapa

siswa yang menaggapi dan bertanya kepada guru yang mengajar,

selain itu siswa cenderung menunggu untuk ditanya dan

menanggapi penjelasan guru dengan cara mencatat apa yang ditulis

oleh guru kelas di papan tulis.

Gambar

Tabel 1. Kisi-kisi rancangan soal pretes dan postest .................................
Grafik posisi terhadap waktu, di mana posisi awal x0 berhimpit dengan titik
Tabel 1. Kisi-kisi rancangan soal pretest dan postest
Tabel 2.  frekuensi keterlibatan  tiap siswa
+7

Referensi

Dokumen terkait

14) Ketika menulis draf pertama tulisan, berikan perujukan secara benar akan pikiran dan kata-kata yang bukan milik kita sendiri dalam teks yang kita tulis. 15) Berikan

Tahapan – tahapan yang ditempuh selama proses pembuatan produk pengembangan adalah; (a) Menelaah masalah yang mendasari penelitian, (b) Menentukan kurikulum yang

Berdasarkan kriteria kualifikasi penilaian yang diadaptasi dari Akbar (2013), buku ajar berbasis penelitian ini dapat digunakan setelah revisi. Hasil validasi oleh

Hasil temuan dari penelitian ini menjelaskan bahwa pelaku serangan balik koruptor tidak selalu datang dari pihak-pihak yang sedang memiliki kasus hukum (kasus korupsi) dengan

Menurut Widyastuti (2010:6), hal-hal yang perlu diingat dalam membuat peta pikiran adalah (1) Mulailah dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya di

Kegiatan pembinaan, pengawalan, koordinasi dan sosialisasi yang terkait dengan Program Revitalisasi Perkebunan pada tahun 2010 merupakan fasilitasi dari pemerintah Pusat, Provinsi

Penelitian di Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali tentang analisis faktor- faktor yang berpengaruh terhadap partisispasi pria dalam keluarga berencana menyatakan bahwa

Rasulullah (saw) menolak saya. Hadhrat Zubair berkata: setelah itu Rasulullah memberikan pedang tersebut kepada Abu Dujanah. Adapun Abu Dujanah ketika berniat untuk pergi