• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. administrasi kependudukan. Estimasi Jumlah penduduk Indonesia tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. administrasi kependudukan. Estimasi Jumlah penduduk Indonesia tahun 2013"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

1.1 Latar Belakang

Masalah kependudukan di Indonesia sangat kompleks, baik dari segi kualitas, kuantitas, mobilitas/persebaran serta dari sisi data, informasi dan administrasi kependudukan. Estimasi Jumlah penduduk Indonesia tahun 2013 sebesar 248.422.956 jiwa dengan angka pertumbuhan penduduk yang masih tergolong tinggi yaitu sekitar 1,49% per tahun (Kemenkes RI, 2013).

Program keluarga berencana dapat mendukung upaya pengendalian pertumbuhan penduduk. Program keluarga berencana yang berkualitas dapat mewujudkan keluarga yang sejahtera, sehat, mandiri, maju, mempunyai jumlah anak yang ideal, bertanggung jawab, memiliki wawasan ke masa depan, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Untuk meningkatkan kualitas program KB, paradigma baru yang dibangun oleh BKKBN adalah penekanan upaya menghormati hak-hak reproduksi dalam meningkatkan kualitas kehidupan keluarga (BKKBN, 2011a).

Pembangunan kependudukan dan KB bersifat multisektoral yang melibatkan seluruh sektor. Menurut Riskesdas tahun 2013 bahwa metode kontrasepsi yang paling banyak digunakan oleh akseptor KB aktif adalah suntikan (46,87%) dan terbanyak ke dua adalah pil (24,54%). Sedangkan metode kontrasepsi yang paling sedikit dipilih oleh akseptor KB aktif adalah Metoda Operasi Pria (MOP), yakni sebanyak 0,69%, kemudian kondom sebanyak 3,22%. Sedangkan pada peserta KB baru, suntikan adalah metode yang paling banyak

(2)

digunakan yakni sebesar 48,56%. Metode terbanyak ke dua adalah pil, sebesar 26,60%. Vasektomi adalah metode kontrasepsi yang paling sedikit dipilih oleh para peserta KB baru yaitu sebanyak 0,25%, kemudian metode operasi wanita (MOW) sebanyak 1,52%, dan kondom (6,09%). Secara nasional, persentase peserta KB baru pada tahun 2013 adalah sebesar 18,49% (Kemenkes RI, 2014a).

Partisipasi pria dalam program keluarga berencana sangat penting karena pria adalah partner dalam reproduksi, sehingga suami dan istri perlu berbagi tanggung jawab dan peran secara seimbang. Saat ini sedang digalakkan Program Kesetaraan dan Keadilan Gender, maka peran serta pria dalam hal ini seorang suami untuk mengikuti rogram KB seharusnya lebih meningkat lagi. Secara sosial ekonomi, termasuk menentukan jumlah anak yang ideal melalui perencanaan kehamilan dan kelahiran yang sehat juga merupakan tanggung jawab suami. Suami harus terlibat secara aktif dalam proses fertilisasi dan memiliki peranan yang sangat penting dalam memutuskan kontrasepsi yang akan dipakainya serta memberikan dukungan reproduksi bagi istri (BKKBN NTB, 2007).

Upaya BKKBN untuk meningkatkan akseptor vasektomi antara lain yaitu melakukan advokasi kepada MUI dan Wali Gereja, menyediakan dukungan dana dan sarana operasional yang mendukung pelaksanaan kegiatan sterilisasi dan penggerakan di lapangan, mengadakan pelatihan dokter sebagai pemberi pelayanan, melakukan inventarisasi kondisi pelayanan diberbagai Rumah Sakit untuk mengantisipasi bila terjadi kerusakan atau hambatan (BKKBN, 2011b). BKKBN juga menyiapkan alat kontrasepsi bagi seluruh PUS peserta JKN dan

(3)

menurut Kemenkes per 21 Maret 2014 tersedia 15.739 fasilitas kesehatan yang wajib memberikan pelayanan KB (Kemenkes RI, 2014b).

Persentase peserta KB baru yang menggunakan metode kontrasepsi vasektomi pada tahun 2013 yang tertinggi adalah Provinsi Sumatera Utara yaitu serbesar 1,05% atau sebanyak 4.722 akseptor baru. Provinsi NTB menempati posisi kedua dengan persentase peserta KB baru yang menggunakan metode kontrasepsi vasektomi sebesar 0,56% atau 1.076 akseptor baru (Kemenkes RI, 2014a). Pelaksanaan pembangunan kependudukan dan KB di Provinsi NTB diarahkan untuk meningkatkan prevalensi penggunaan kontrasepsi, menurunkan

unmeet-need, peningkatan pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

(MKJP), peningkatan partisipasi pria ber KB, penurunan TFR dan penurunan laju pertumbuhan penduduk serta peningkatan program ketahanan dan pemberdayan keluarga (BKKBN NTB, 2011).

Jumlah peserta kontrasepsi vasektomi baru di Kabupaten Lombok Timur mulai meningkat sejak tahun 2011. Pada tahun 2013 sebanyak 772 akseptor dan menjadi kabupaten dengan akseptor vasektomi tertinggi di NTB (BKKKBN Provinsi NTB, 2013). Pada tahun 2013 Jumlah Peserta KB aktif di Kabupaten Lombok Timur yang menggunakan kontrasepsi vasektomi sebesar 1.698 akseptor dan peserta kontrasepsi vasektomi aktif yang tertinggi yaitu di Kecamatan Wanasaba sebanyak 441 akseptor (BKKBN Lombok Timur, 2013).

Proporsi peserta KB aktif menurut jenis kontrasepsi di Kabupaten Lombok Timur tahun 2013 yaitu kontrasepsi suntikan sebanyak 95.727 akseptor atau 46,7%, yang kedua Pil sebanyak 45.677 akseptor atau 31,16%, kontrasepsi implan

(4)

sebanyak 29.453 akseptor atau 14,27%, kontrasepsi IUD sebanyak 23.931 akseptor atau 11,59%, kondom sebanyak 5.201 akseptor atau 2,52%, MOW sebanyak 4.753 akseptor atau 2,30% dan proporsi peserta KB aktif yang paling rendah adalah WOP yaitu sebanyak 1.698 akseptor atau 0,82%.

Kabupaten Lombok Timur sebagai salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat mempunyai jumlah penduduk tertinggi yaitu tahun 2012 sebesar 1.130.350 jiwa (BPS NTB, 2012). Kecamatan Wanasaba merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Lombok Timur dengan jumlah peserta kontrasepsi vasektomi tertinggi pada tahun 2014 yaitu dari target 76 akseptor dengan capaian sampai bulan agustus 2014 sudah mencapai 98 akseptor. Bila dibandingkan dengan 19 kecamatan yang lain di Kabupaten Lombok Timur maka kecamatan Wanasaba yang mencapai target paling tinggi sampai bulan Agustus 2014 (BKKBN Lombok Timur, 2014).

Sehubungan dengan penggunaan metode kontrasesi vasektomi di Kabupaten Lombok Timur khususnya di Kecamatan Wanasaba ada beberapa faktor yang turut berperan dalam pengambilan suatu keputusan seperti pengetahuan, peran tenaga kesehatan, budaya bahkan mengikuti anjuran yang disampaikan oleh pemuka agama. Dibeberapa negara dan dibeberapa tempat di Indonesia telah banyak dilakukan penelitian tentang penerimaan kontrasepsi vasektomi antara lain seperti berikut ini.

Sebuah penelitian kualitatif yang dilakukan di Andara Prades India tentang analisis faktor yang mempengaruhi penerimaan vasektomi menyatakan bahawa ada beberapa faktor yang mempengaruhi penerimaan kontrasepsi

(5)

vasektomi antara lain yaitu karena mereka tidak memiliki penghasilan yang tetap atau alasan ekonomi, merasa sudah memiliki jumlah anak yang cukup, alasan komplikasi dari penggunaan vasektomi yang rendah serta adanya motivasi dari diri sendiri yang disertai adanya motivasi dari pemerintah. Lebih dari 50% pemakaian vasektomi karena konseling sebelum dan sesudah vasektomi dilakukan dengan sangat baik sehingga para suami lebih suka menggunakan vasektomi dan karena mereka memiliki alasan bahwa istri mereka memiliki lebih banyak masalah kesehatan reproduksi (Murthy & Rao, 2003).

Penelitian lain tentang penerimaan yang dipengaruhi oleh faktor pengetahuan yang dilakukan di Nigeria, menyatakan bahwa penerimaan metode kontrasepsi vasektomi oleh laki-laki masih sangat rendah karena dipengarui oleh rendahnya pengetahuan tentang kontrasepsi vasektomi dan informasi yang tidak lengkap dan tidak benar tentang vasektomi (Akpanu & Nwoke, 2007).

Adapun suatu studi kualitatif yang dilakukan di enam negara yaitu Bangladesh, Sri Langka, Kenya, Meksiko, Rwanda dan Amerika Serikat tentang faktor-faktor kunci yang menyebabkan orang untuk memilih vasektomi dan peran pasangan dalam pengambilan keputusan. Dibeberapa negara mereka memiliki alasan menggunakan vasektomi karena faktor budaya, ekonomi dan ras. Alasan yang utama dari semua negara yangm menerima vasektomi yaitu karena kepedulian terhadap kesehatan wanita. Namun di Bangladesh dan Sri Lanka peran perempuan dalam mendorong laki-laki untuk menggunakan vasektomi cenderung masih terbatas bila dibandingkan dengan empat negara lainnya dalam pengambilan keputusan penggunaan vasektomi (Landry & Ward, 1995).

(6)

Penelitian yang berbeda tentang faktor aksesabilitas informasi juga menjadi faktor yang dapat mempengaruhi penerimaan kontrasepsi vasektomi, sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan di Sri Lanka yang menyatakan bahwa komunikasi interpersonal adalah sumber utama informasi bagi akseptor dan bukan berasal dari media masa (Diaz & MK, 1988). Sebuah penelitian di Kecamatan Larangan Kabupaten Brebes tentang hubungan pengetahuan, sikap dan perilaku pria dalam kepesertaan menggunakan kontrasepsi keluarga berencana menyatakan bahwa sikap lebih mepengaruhi perilaku pria daripada pengetahuan pada partisipasi pria dalam penggunaan metode kontrasepsi (Agung Prabowo, 2011).

Penelitian di Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali tentang analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap partisispasi pria dalam keluarga berencana menyatakan bahwa ada pengaruh pengetahuan , sikap dan akses layanan terhadap kepesertaan KB, perlu adanya komunikasi informasi edukasi yang lebih meningkat melalui kelompok dan paguyuban KB pria tentang alat kontrasepsi bagi pria untuk lebih meningkatkan pengetahuan pria tentang alat kontrasepsi (Ekarini, 2008).

Masing-masing daerah atau negara tentunya memiliki perbedaan tatanan nilai, norma, budaya dan karakteristik masyarakat sehingga dapat menyebabkan adanya kemungkinan perbedaan faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan masyarakat terhadap metode kontrasepsi vasektomi.

Sesuai dengan hasil-hasil dari penelitian yang sudah dilakukan maka dapat diketahui bahwa ada beberapa alasan yang dapat mempengaruhi

(7)

penerimaaan kontrasepsi vasektomi antala lain yaitu karena alasan ekonomi, jumlah anak cukup, komplikasi yang rendah, dukungan dari pemerintah, kepedulian terhadap kesehatan wanita, akses layanan, komunikasi interpersonal yang baik, sikap dan pengetahuan serta peran pasangan dalam pengambilan keputusan.

Sedangkan faktor-faktor yang membuat fenomena tingginya penerimaan kontrasepsi vasektomi di Kecamatan Wanasaba Kabupaten Lombok Timur masih belum diketahui secara pasti. Hal ini yang menjadi dasar sehingga perlu dilakukan penelitian kualitatif untuk dapat menggali secara lebih mendalam tentang penerimaan kontrasepsi vasektomi di Kecamatan Wanasaba Kabupaten Lombok Timur.

1.2Rumusan Masalah

Fenomena tingginya penggunaan metode kontrasepsi vasektomi di Kecamatan Wanasaba bila dibandingkan dengan 19 kecamatan yang ada di Kabupaten Lombok Timur menjadi dasar sehingga perlu dikaji secara lebih mendalam tentang penerimaan masyarakat pada kontrasepsi vasektomi. Dari rumusan masalah tersebut dapat dibuat pertanyaan penelitian seperti dibawah ini. 1. Bagaimanakah penerimaan vasektomi oleh akseptor vasektomi dan non

akseptor vasektomi di Kecamatan Wanasaba Kabupaten Lombok Timur? 2. Bagaimanakah pengetahuan, sikap dan pengalaman akseptor tentang metode

vasektomi?

3. Bagaimanakah pengetahuan dan sikap non akseptor vasektomi tentang vasektomi?

(8)

4. Bagaimanakah pengetahuan, sikap, dukungan dan pengalaman istri akseptor tentang vasektomi?

5. Bagaimana peran istri, tenaga kesehatan dan pihak lain pada penerimaan kontrasepsi vasektomi?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Memahami lebih mendalam mengenai penerimaan kontrasepsi vasektomi di

Kecamatan Wanasaba Kabupaten Lombok Timur. 1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk memahami lebih dalam tentang penerimaan vasektomi oleh akseptor vasektomi dan non akseptor vasektomi di Kecamatan Wanasaba Kabupaten Lombok Timur.

2. Untuk memahami lebih dalam tentang pengetahuan, sikap dan pengalaman akseptor vasektomi tentang vasektomi.

3. Untuk memahami lebih dalam tentang pengetahuan dan sikap non akseptor vasektomi tentang vasektomi.

4. Untuk memahami lebih dalam tentang pengetahuan, sikap, dukungan dan pengalaman istri akseptor tentang vasektomi.

5. Untuk memahami lebih dalam tentang peran istri, tenaga kesehatan dan pihak lain pada penerimaan vasektomi.

(9)

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat praktis

Hasil penelitian ini dapat menambah, memberi masukan serta memberikan gambaran kepada BKKBN agar bisa mengembangkan program sehingga penerimaan dan penggunaan kontrasepsi vasektomi dapat meningkat dan dapat melakukan intervensi terhadap faktor yang paling dominan yang mempengaruhi penerimaan dan penggunaan kontrasepsi vasektomi.

1.4.2 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan referensi dan dapat digunakan sebagai tambahan sumber informasi bagi penelitian selanjutnya tentang penerimaan kontrasepsi vasektomi dan faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan kontrasepsi vasektomi .

Referensi

Dokumen terkait

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TANAMAN KACANG HIJAU TANPA MELAKUKAN PERENDAMAN TERHADAP BIJINYA. NAMA

Suatu UUD yg dianggap kaku bila ditinjau dari cara. mengubahnya dlm kenyataan dpt diubah

ambigua. Hijau tua kekuningan, ramping. Panjang batang mencapai 4 cm, daun berdesakan di atas. Daun-daun cabang kecil, lemah, cekung, oblong-membundar telur, runcing, bergigi

Disarankan kepada petugas kesehatan yang bekerja di Puskesmas Medan Area Selatan untuk lebih meningkatkan program komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) khususnya

ANALISIS KEPUASAAN MAHASISWA TERHADAP PELAYANAN UNIVERSITAS GUNADARMA DI

budaya organisasi terhadap employee engagement Pegawai Negeri Sipil pada Kantor Bupati Bagian Umum Setda Kabupaten Siak, 2) Bagaimana pengaruh kepemimpinan terhadap

Setelah melakukan pengamatan selama tiga bulan ketika melakukan PKL 1 di GOR UNY fitness center peneliti menemukan bahwa terdapat banyak members Pria yang menjalankan

Praktik pengalaman lapangan (PPL) merupakan salah satu mata kuliah wajib yang harus ditempuh oleh seluruh mahasiswa UNY yang mengambil jurusan kependidikan, dalam