• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Guru 1. Pengertian Guru - BAB II ELISA RACHMAWATI PGSD'17

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Guru 1. Pengertian Guru - BAB II ELISA RACHMAWATI PGSD'17"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hakikat Guru

1. Pengertian Guru

Proses pembelajaran tidak akan bisa lepas dari peran seorang guru. Usman (2010: 5) menjelaskan bahwa guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Pendapat lain dikemukakan oleh Asmani (2014: 17) menyatakan bahwa guru adalah figur inspirator dan motivator murid dalam mengukir masa depannya. Jika guru mampu menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi anak didiknya, maka hal itu akan menjadi kekuatan anak didik dalam mengejar cita-citanya di masa depan.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa guru adalah teladan, inspirator, dan motivator siswa yang dalam menjalankan tugasnya memerlukan keahlian khusus. Guru yang berperan sebagai teladan, inspirator dan motivator bagi peserta didiktentunya menjadi bagian penting yang tidak dapat tergantikan dalam proses pembelajaran. Saud (2010: 32) menyatakan:

(2)

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan ahli, dapat disimpulkan bahwa guru mempunyai peranan yang tidak dapat digantikan oleh teknologi. Guru sebagai teladan, inspirator dan motivator dengan keahlian khusu yang dimiliki tidak dapat disamakan atau digantikan dengan teknologi yang semakin berkembang dalam proses pembelajaran. Teknologi yang semakin berkembang dapat digunakan sebagai media guru dalam menyampaikan pembelajaran sebagai upaya guru dalam membentuk watak siswa melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang diinginkan.

2. Tugas dan Fungsi Guru

Peran guru di sekolah tidak terbatas pada pelaksanaan proses pembelajaran, namun guru juga berperan dalam semua kegiatan sekolah. Guru sebagai aktor dominan dalam pembelajaran mempunyai tugas dan fungsi yang harus dijalankan. Sukadi (2009: 17) menyebutkan:

Tugas guru merupakan suatu proses mendidik, mengajar dan melatih siswa. Mendidik berarti meneruskan dan mngembangkan nilai-nilai hidup (afektif). Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi (kognitif). Melatih berarti mengembangkan keterampilan para siswa (psikomotor).

Kesimpulannya, guru bertugas untuk mendidik, mengajar dan melatih siswa agar mampu mengembangkan aspek-aspek dalam diri siswa yaitu aspek afektif, kognitif dan psikomotor. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru dapat dikatakan berhasil apabila guru mampu melaksanakan ketiga tugas tersebut dalam kegiatan belajar mengajar.

(3)

Usman (2010: 9-12) peran guru dalam proses belajar mengajar adalah sebagai berikut:

a. Guru sebagai Demonstrator

Guru berperan sebagai demonstrator, lecturer, atau pengajar, guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkan serta senantiasa mengembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya karena akan sangat menentukan hasil belajar yang dicapai siswa.

b. Guru sebagai Pengelola Kelas

(4)

c. Guru sebagai Mediator dan Fasilitator

Peran guru sebagai mediator, guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena media pendidikan merupakan alat komunikasi untuk mengefektifkan proses belajar mengajar. Guru tidak cukup hanya memiliki pengetahuan tentang media pendidikan, tetapi juga harus memiliki keterampilan memilih dan menggunakan serta mengusahakan media itu dengan baik.

Guru sebagai fasilitator hendaknya mampu mengusahakan sumber belajar yang berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar mengajar, baik yang berupa narasumber, buku teks, majalah, ataupun surat kabar.

d. Guru sebagai Evaluator

Penilaian atau evaluasi berguna agar guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran, serta ketepatan atau keefektifan metode mengajar. Guru sebagai penilai hasil belajar siswa, guru hendaknya terus menerus mengikuti hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa dari waktu ke waktu. Informasi yang diperoleh melalui evaluasi ini merupakan umpan balik (feed back) terhadap proses belajar mengajar.

Lickona (2013: 150) menyatakan:

(5)

baik, dan meminjam barang orang lain tanpa ijin adalah perbuatan yang tidak menghormati dan seterusnya.

Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan ahli, dapat disimpulkan bahwa guru memegang empat peranan dalam kegiatan pembelajaran. Pertama, guru sebagai demonstrator, dimana guru harus mampu menguasai materi pembelajaran yang akan disampaikan kepada siswa. Kedua, guru sebagai pengelola kelas, dimana guru harus bisa mengelola dan menggunakan semua fasilitas yang ada di kelas untuk kegiatan pembelajaran. Ketiga, guru sebagai mediator dan fasilitator, dimana guru sebagai mediator harus mempunyai pemahaman dan pengetahuan menggunakan alat penunjang pembelajaran, sedangkan sebagai fasilitator guru mampu menyiapkan sumber belajar yang menunjang pembelajaran. Keempat, guru sebagai evaluator, dimana guru mampu mengikuti perkembangan peserta didik. Guru sebagai pengelola kelas juga harus mampu mengajarkan dan membimbing moral siswa. Guru dalam mengajarkan dan melakukan bimbingan moral harus dilakukan dengan sikap yang baik dan guru harus mampu menjadi teladan bagi siswa. Guru yang baik dan berkarakter akan mampu membentuk siswa yang berkarakter.

Penanaman sikap dan karakter merupakan tugas dari semua komponen sekolah. Zuriah (2008: 105-108) menjelaskan mengenai tugas dan peran guru dalam mendukung pelaksanaan pendidikan budi pekerti di sekolah, yaitu:

a. Guru harus menjadi model, sekaligus menjadi mentor bagi siswa dalam mewujudkan nilai-nilai moral pada kehiduan di sekolah.

(6)

c. Praktikkan disiplin moral. Moral adalah sesuatu yang restrictive, artinya bukan sekedar deskripsi mengenai sesuatu yang baik, namun sesuatu yang mengarahkan kelakuan dan pikiran seseorang untuk berbuat baik. d. Menciptakan situasi yang demokratis di ruang kelasyang dilakukan

secara inkuiri dan penghayatan yang intensif terhadap nilai-nilai moral, bukan dilakukan secara indoktrinasi.

e. Mewujudkan nilai-nilai melalui kurikulum. Pelajaran moral bukan hanya diberikan kepada siswa melalui mata pelajaran khusus, namun harus terkandung dalam semua mata pelajaran.

f. Budaya bekerjasama (cooperative learning). Bekerjasama mungkin dapat dikembangkan guru apabila siswa tidak diarahkan kepada sikap egoisme dalam proses belajar.

g. Tugas pendidik adalah menumbuhkan kesadaran berkarya. Kesadaran berkarya menuntut siswa untuk menghargai arti keterampilan dalam kebudayaan.

h. Mengembangkan refleksi moral. Refleksi moral dapat dilaksanakan melalui pendidikan budi pekerti atau pendidikan moral.

i. Mengajarkan resolusi konflik.

Pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa dalam mengajarkan pendidikan moral, guru harus melakukannya dengan sikap yang baik dan menjadi teladan bagi siswa. Guru harus mampu menjadi teladan dan mentor, mampu menerapkan disiplin moral, mampu menciptakan suasana pembelajaran yang demokratis, menerapkan pendidikan moral dalam setiap mata pelajaran, mampu membentuk kerjasama antar siswa, mampu menumbuhkan kesadaran berkarya siswa, mampu mengembangkan refleksi moral dan mengajarkan resolusi konflik, selain itu sekolah juga harus mampu membentuk iklim yang baik dalam pembentukan moral siswa.

(7)

a. Keteladanan merupakan faktor mutlak yang harus dimiliki guru.

b. Inspirator. Guru akan menjadi sosok inspirator bagi siswanya apabila mampu membangkitkan semangat untuk maju dan menggerakkan segala potensi yang dimiliki untuk meraih potensi spektakuler bagi diri dan masyarakat.

c. Motivator. guru sebagai motivator harus mampu membangkitkan semangat, etos kerja dan potensi yang luar biasa dari dalam diri siswa. d. Dinamisator. Guru bukan hanya harus mampu membangkitkan semangat

siswa namun juga harus mampu mendorong siswa untuk mencapai tujuan dengan kecepatan, kecerdasan dan kearifan yang tinggi.

e. Evaluator. Guru harus mampu mengevaluasi metode pembelajaran yang

digunakan dalam membentuk karakter siswa.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa tugas utama guru dalam melaksanakan pendidikan karakter dapat dilakukan dengan menjadi teladan, inspirator, motivator, dinamisator dan evaluator. Peran guru bukan hanya dilakukan dalam pembelajaran saja namun juga dalam kegiatan-kegiatan sekolah, sehingga karakter siswa dapat dibentuk secara maksimal. 3. Kepribadian dan Karakter yang Harus Dimiliki Guru

(8)

psikologis yang penting dalam pertumbuhan dirinya. Kepribadian harus melekat dalam diri guru karena guru diharapkan akan menjadi kaum yag mengarahkan kepribadian orang bahkan lingkungan. Guru perlu memiliki kepribadian yang kuat dan kukuh agar guru mampu menciptakan peran yang juga berfungsi membentuk kepribadian siswa-siswanya.

Kepribadian yang kuat dan kukuh yang dimiliki guru dapat ditunjukkan melalui sikap dan perilaku guru dalam bertindak. Abd, Rachman Shaleh dan Soependri Suriadinata (Mu’in, 2010: 350) menjelaskan mengenai

ciri kepribadian yang harus dimiliki guru, antara lain:

a. Guru harus bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang dicerminkan melalui sikap, sifat dan segala amalannya.

b. Guru harus suka bergaul, terutama bergaul dengan siswa-siswanya. c. Guru adalah orang yang penuh minat, penuh perhatian, mencintai

profesinya dan pekerjaannya, dan berusaha untuk meningkatkan dan mengembangkan profesinya agar kemampuan mengajarnya menjadi lebih baik.

d. Guru adalah orang yang suka belajar secara terus menerus. Guru selain sebagai orang yang mengajarkan pengetahuan juga harus menjadi orang yang terdidik karena ilmu yang ada di dunia tidak akan pernah habis untuk dipelajari.

(9)

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, suka bergaul terutama dengan siswa-siswanya, mempunyai minat, perhatian dan mencintai profesinya serta selalu berusaha menjadi lebih baik, selain itu guru juga seorang yang belajar secara terus menerus.

4. Kompetensi Guru

Guru merupakan tenaga pengajar harus memiliki keahlian khusus, selain itu juga guru harus mempunyai kompetensi dibidang keguruan. Undang-Undang republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Bab IV Pasal 10 ayat (1) menyebutkan bahwa Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan.

Kompetensi diperlukan guru agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Pudjosumedi (2013: 79-97) menyebutkan bahwa guru sebagai agen pembelajaran diharapkan memiliki empat kompetensi guru, yaitu:

a. Kompetensi Pedagogik, pada dasarnya adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran siswa. Kompetensi pedagogik merupakan kompetensi khas yang akan membedakan guru dengan profesi lainnya dan akan menentukan tingkat keberhasilan proses dan hasil belajar siswanya. b. Kompetensi Kepribadian, penerapan disiplin yang baik dalam

(10)

c. Kompetensi sosial, merupakan salah satu jenis kompetensi yang harus dimiliki oleh anak-anak dan kepemilikan kompetensi ini menjadi hal yang penting. Kemampuan sosial meliputi kemampuan guru dalam berkomunikasi, bekerja sama, bergaul, simpatik, dan mempunyai jiwa yang menyenangkan.

d. Kompetensi Profesional, merupakan kemampuan seorang guru dalam menguasai materi keilmuan, penguasaan kurikulum dan silabus sekolah, metode khusus pembelajaran bidang studi serta pengembangan wawasan etika dan pengembangan profesi.

Berdasarkan pendapat ahli di atas, peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa guru harus memiliki empat kompetensi keguruan. Pertama, kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam mengelola dan melaksanakan kegiatan pembelajaran. Kedua kompetensi kepribadian, dimana guru harus mempunyai sikap yang baik agar dapat menjadi teladan bagi siswa. Ketiga kompetensi sosial, kemampuan guru dalam bersosialisasi dengan siswa dan masyarakat. Keempat kompetensi profesional, kemampuan guru dalam menguasai materi pembelajaran dan memahami kode etik profesi guru.

5. Keteladanan Guru

(11)

transfer of value (memindahkan nilai) dari sisi dalamnya. Perpaduan dalam dan luar inilah yang akan mengokohkan bangunan pengetahuan, moral dan kepribadian murid dalam menyongsong masa depan.

Keteladanan tidak hanya ditunjukkan melalui perbuatan namun juga harus dipraktekkan oleh guru. Asmani (2013: 79) menyebutkan bahwa keteladanan seorang guru harus ditunjukkan melalui perkataan, perilaku dan perbuatan bukan hanya sekedar diucapkan saja tanpa dipraktikan. Keteladanan adalah suatu yang dipraktikkan, diamalkan bukan hanya dikhutbahkan, diperjuangkan, diwujudkan dan dibuktikan. Keteladanan adalah perilaku yang mencerminkan pelaksanaan nilai, norma, dan aturan yang ada dalam agama, adat istiadat dan aturan negara.

Berdasarkan pendapat ahli, dapat ditarik kesimpulan bahwa keteladanan adalah perilaku yang harus dipraktikkan sesuai dengan nilai, norma dan aturan yang berlaku dalam agama, adat istiadat dan aturan negara. Guru sebagai sosok teladan harus mampu memberi contoh kepada siswa sesuai dengan nilai, norma, dan aturan yang berlaku sehingga dapat menjadi sumber inspirasi bagi siswa agar menjadi pribadi yang lebih baik.

6. Kewajiban Guru

(12)

a. Seorang guru harus memperlihatkan kebaikan, simpati, dan bahkan empati kepada para siswanya, serta memperlakukan mereka laksana anaknya sendiri. Guru menyampaikan ilmu kepada siswa bukan hanya untuk kepentingan dunia semata, namun juga untuk kepentungan akhirat siswanya.

b. Seorang guru harus mengikuti teladan dan contoh dari akhlak Rasulullah SAW. Seorang guru dalam menjalankan tugasnya tidak boleh mengharapkan imbalan berupa materi selain mengharap kedekatan kepada Allah SWT.

c. Seorang guru tidak boleh menyembunyikan nasihat atau ajaran yang diberikan kepada siswa-siswanya. Guru bukan hanya mengajarkan ilmu dunia, namun juga harus memberi nasihat kepada siswa mengenai ilmu-ilmu akhirat.

d. Guru berusaha mencegah siswa dari memiliki watak serta perilaku yang jahat dengan penuh kehati-hatian, atau melalui cara-cara yang halus seperti sindiran.

e. Guru tidak boleh merendahkan ilmu lain di depan siswa-siswanya. f. Guru harus mengajar siswa hingga mencapai batas kemampuan

pemahaman siswanya.

(13)

B. Hakikat Disiplin 1. Pengertian Disiplin

Para ahli telah banyak mengemukakan mengenai disiplin. Wijaya (2014: 97) menyebutkan bahwa disiplin berasal dari bahasa Inggris discipline yang berakar dari kata discipli yang berarti siswa, pengikut, penganut, atau seseorang yang menerima pengajaran dan menyebarkan ajaran tersebut. Disiplin yang berasal dari kata discipline berarti peraturan yang harus diikuti, bidang ilmu yang dipelajari, ajaran, hukum atau etika, norma dan cara bertingkah laku. Pengertian disiplin secara umun adalah tindakan individu untuk melaksanakan serta menaati peraturan, tata tertib dan norma yang berlaku di lembaga tertentu.

Berdasarkan pendapat yang disampaikan para ahli, dapat disimpulkan bahwa disiplin adalah tindakan individu untuk mematuhi segala ketentuan dan peraturan yang mengandung nilai dan norma yang berlaku pada suatu lembaga. Disiplin yang tumbuh dalam diri individu akan mengarahkan individu tersebut untuk bertingkah laku sesuai dengan norma dan etika yang berlaku dalam lingkungan masyarakat.

(14)

menghasilkan sesuatu tanpa ada yang menyuruh untuk melakukan. Mustari (2014: 35) menyebutkan bahwa disiplin adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

Kesimpulan disiplin dari pengertian yang telah dikemukanan oleh para ahli adalah tindakan untuk berperilaku tertib dan patuh untuk melaksanakan suatu ketentuan dan peraturan yang berlaku dengan didasarkan pada kesadaran diri tanpa adanya paksaan dari pihak lain. Seseorang yang disiplin akan senantiasa melaksanakan ketentuan dan peraturan yang berlaku walaupun tanpa adanya pengawasan.

2. Tujuan Disiplin

Disiplin sangat penting dalam perkembangan masyarakat sehingga dapat membentuk sikap dan perilaku masyarakat yang baik sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di lingkungan masyarakat. Wijaya (2014: 98) menyebutkan ada empat tujuan disiplin, yaitu:

a. Mengetahui dan menyadari tentang hak milik orang lain.

b. Mengerti larangan dan segera menurut untuk menjalankan kewajiban. c. Mengerti tingkah laku yang baik dan buruk.

d. Mengendalikan keinginan dan berbuat sesuatu tanpa merasa terancam hukuman.

(15)

dilaksanakan, serta mampu mengendalikan keinginnya dalam melaksanakan berbagai kegiatan tanpa takut adanya ancaman berupa hukuman.

3. Manfaat Disiplin

Perilaku hidup disiplin dilaksanakan agar dapat menciptakan suasana yang nyaman dan tentram karena ketentuan dan peraturan yang dibuat dapat dilaksanakan dengan baik. Suasana yang nyaman dan tentram dalam masyarakat ini merupakan impian dari semua anggota masyarakat. Unaradjan (2003: 17) menyatakan bahwa manfaat disiplin yaitu:

a. Bagi diri sendiri

Disiplin diri sendiri dapat memungkinkan orang mencapai keberhasilan usaha. Pengendalian diri dari berbagai kecenderungan yang dapat menghambat kelancaran usaha atau pengaturan waktu sangat penting. Keinginan untuk mencapai keberhasilan dalam karya mendorong seseorang untuk berdisiplin diri.

b. Bagi orang lain

Hakikat manusia sebagai makhluk individu dan sosial membuat disiplin diri juga berfungsi ganda. Disiplin selain berguna untuk orang yang bersangkutan, juga berguna untuk orang lain. Disiplin diri berguna bagi setiap individu maupun masyarakat dimana ia menjadi anggotanya.

(16)

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh ahli, dapat disimpulkan bahwa disiplin bermanfaat bagi diri sendiri dan bagi orang lain. Disiplin bagi diri sendiri bermanfaat agar seseorang dapat mencapai keberhasilan karena mampu mengontrol diri. Manfaat disiplin bagi orang lain yaitu disiplin dapat bermanfaat bagi individu dan masyarakat. Kemampuan pengendalian diri individu akan menjadikan individu dihargai di masyarakat.

4. Ciri-ciri Orang yang Disiplin

Sikap yang dimiliki oleh seseorang bukan merupakan sebuah bakat melainkan pembentukan dari pembiasaan-pembiasaan yang dilaksanakan setiap hari. Wijaya (2014: 100) menjelaskan beberapa ciri khusus yang dapat menunjukkan sikap disiplin antara lain:

a. Ketaatan dan kepatuhan. Kita harus menaati peraturan, norma, dan etika yang berlaku dalam masyarakat, sekolah, rumah, maupun di mana saja. Siswa taat masuk pada jam sekolah, mengikuti pelajaran secara teratur, mengerjakan pekerjaan rumah dan tugas lainnya yang diberikan oleh guru serta memberi salam pada guru dan belaku sopan melalui kata-kata maupun perbuatan.

(17)

c. Mampu membedakan tindakan yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Siswa memahami tindakan yang sesuai dan tidak sesuai dengan aturan. Peserta didikmasuk sekolah pada pukul 07.00 pagi, kecuali terjadi peristiwa tertentu yang tidak terencana.

d. Mampu mengendalikan diri. Siswa harus mengendalikan kemarahan, keinginan diri yang tidak sesuai dengan norma dan aturan yang ada dalam agama maupun budaya masyarakat. Ketika melihat teman lain mencontek, siswa mampu mengendalikan diri untuk tidak mencontek. e. Terus melatih dan membiasakan diri mengikuti aturan, norma serta tata

tertib. Guru hanya membentuk diri peserta didiksebagai pribadi yang disiplin dengan melatih diri untuk melakukan kegiatan yang baik setiap saat, kapan saja dan dimana saja. Siswa harus melakukan hal itu secara konsisten atau terus menerus. Siswa harus datang tepat waktu serta menyeimbangkan waktu untuk belajar dan bermain.

(18)

5. Macam-macam Disiplin

Disiplin diperlukan agar dapat membentuk pribadi yang lebih baik. Asmani (2013: 94-96) menyebutkan macam-macam disiplin yaitu:

a. Disiplin waktu. Waktu dapat dijadikan sebagai parameter utama

kedisiplinan. Disiplin waktu menjadi sorotan utama bagi seorang guru. Guru yang masuk sekolah sebelum bel masuk berbunyi dapat dikatakan sebagai guru yang disiplin. Guru yang datang tepat pada saat bel berbunyi dapat dikatakan sebagai guru yang kurang disiplin dan guru yang datang setelah bel berbunyi dianggap sebagai guru yang tidak disiplin.

b. Disiplin menegakkan aturan. Disiplin menegakkan aturan sangat berpengaruh terhadap kewibawaan seorang guru. Model pemberian sanksi yang diskriminatif oleh guru harus ditinggalkan. Keadilan harus ditegakkan karena keadilan akan mengantarkan kehidupan ke arah kemajuan, kebahagiaan, dan kedamaian.

c. Disiplin sikap. Disiplin mengotrol perbuatan diri sendiri menjadi starting point untuk menata perilaku orang lain. Misalnya disiplin untuk tidak marah, tergesa-gesa dan gegabah dalam bertindak.

(19)

Kesimpulan yang dapat peneliti ambil bahwa kedisiplinan dibagi menjadi empat macam, yaitu disiplin waktu, disiplin menegakkan aturan, disiplin sikap dan disiplin dalam beribadah. Guru harus mampu menunjukkan kepada siswa mengenai nilai-nilai kedisiplinan yang dimiliki sehingga siswa dapat mengambil contoh dari guru tersebut.

Disiplin bukan hanya diterapkan dalam diri seseorang, namun juga diterapkan pada keadaan dan wilayah yang mempunyai peraturan. Wijaya (2014: 99-100) menyebutkan bahwa ada lima macam disiplin dalam kehidupan, yaitu:

a. Disiplin pribadi, yaitu pengarahan pribadi pada setiap tujuan yang diinginkan melalui latihan dan peningkatan kemampuan. Disiplin diri juga merupakan perintah yang datang dari hati nurani disertai kerelaan untuk melakukan disiplin.

b. Disiplin sosial, yaitu suatu perwujudan disiplin pribadi yang berkembang melalui kewajiban pribadi dalam diri individu. Disiplin sosial berawal dari tingkat kemampuan dan kemauan mengendalikan diri, mengamalkan nilai, ketentuan, peraturan, serta tata tertib yang berlaku di sekolah, masyarakat dan negara.

c. Disiplin nasional, yaitu kemampuan dan kemauan mengendalikan diri agar dapat mematuhi semua ketentuan yang telah ditetapkan negara. d. Disiplin ilmu, yaitu mematuhi semua ketentuan yang ditentukan sebagai

(20)

e. Disiplin tugas, yaitu mematuhi semua ketentuan yang telah ditentukan oleh atasan atau kepala sekolah.

Berdasarkan pendapat ahli, dapat disimpulkan bahwa ada lima macam disiplin. Pertama, disiplin diri yaitu pengerahan dari hati nurani untuk melaksanakan disiplin. Kedua, disiplin sosial yaitu kemampuan dan kemauan untuk melakasanakan ketentuan, peraturan, serta tata tertib yang berlaku. Ketiga, disiplin nasional yaitu kemampuan dan kemauan untuk mamatuhi peraturan suatu negara. Keempat, disiplin ilmu yaitu mematuhi semua ketentuan yang telah ditentukan. Kelima, disiplin tugas yaitu mematuhi semua ketentuan yang telah ditetapkan oleh atasan.

6. Indikator Disiplin

Pembuatan skala sikap mengenai disiplin tentunya memerlukan adanya suatu indikator. Hasan, dkk (2010: 26) menyebutkan mengenai indikator keberhasilan disiplin di sekolah dan kelas yaitu sebagai berikut:

Tabel 2.1. Indikator Keberhasilan Disiplin di Sekolah dan Kelas Nilai Indikator Sekolah Indikator Kelas Disiplin  Memiliki catatan kehadiran

 Memberi penghargaan terhadap warga sekolah yang didiplin

 Memiliki tata tertib sekolah  Membiasakan warga

(21)

tingkat kelas. Hasan, dkk (2010: 33) juga menjelaskan mengenai indikator-indikator disiplin untuk kelas 4, 5, dan 6 adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2. Keterkaitan Nilai dan Indikator Disiplin untuk Sekolah Dasar

Nilai Indikator

Kelas 4-6 Disiplin  Menyelesaikan tugas pada waktunya

 Saling menjaga dengan teman agar semua tugas-tugas kelas terlaksana dengan baik

 Selalu mengajak teman menjaga ketertiban kelas  Mengingatkan teman yang melanggar peraturan dengan

kata-kata yang sopan dan tidak menyinggung  Berpakaian sopan dan rapi

 Mematuhi aturan sekolah

Indikator kedisiplinan siswa dapat dicapai dengan tata tertib sekolah. SD Negeri 2 Karanggondang mempunyai peraturan yang mengatur perilaku siswa di sekolah yang disebut dengan tata tertib siswa. Tata tertib siswa di SD Negeri 2 Karanggondang adalah sebagai berikut:

a. Siswa wajib datang 5 menit sebelum pelajaran dimulai. b. Siswa berpakaian seragam sekolah:

c. Sebelum dan sesudah KBM diawali dan diakhiri penghormatan kepada guru dan doa.

d. Keluar dan masuk kelas pada saat KBM berlangsung secara tertib, teratur dan meminta ijin kepada wali kelas.

e. Semua siswa wajib menjaga kebersihan kelas, halaman dan merawat buku serta alat-alat pelajaran lainnya.

f. Pada saat istirahat, semua siswa berada di luar kelas.

(22)

7. Perencanaan Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa Pembentukan disiplin siswa tentunya memerlukan adanya perencanaan. Hasan, dkk (2010: 14) menyebutkan bahwa perencanaan dan pelaksanaan pendidikan budaya dan karakter bangsa dilakukan oleh kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan (konselor) secara bersama-sama sebagai salah satu komunitas pendidik dan diterapkan ke dalam kurikulum.

Pengembangan dan pelaksanaan pendidikan budaya dan karakter bangsa dalam program pengembangan diri dilakukan melalui pengintegrasian ke dalam kegiatan sehari-hari sekolah (Hasan, 2010: 15-17).

a. Kegiatan rutin sekolah merupakan kegiatan yang dilakukan siswa secara terus menerus dan konsisten setiap saat. Contoh kegiatan rutin yang dilakukan di sekolah seperti berbaris sebelum masuk kelas, berdoa sebelum dan setelah pembelajaran, mengucapkan salam apabila bertemu dengan kepala sekolah, guru atau teman, mengikuti upacara bendera hari Senin, dan lain-lain.

(23)

c. Keteladanan adalah perilaku dan sikap guru serta tenaga pendidik lain dalam memberikan contoh terhadap tindakan-tindakan yang baik sehingga diharapkan menjadi panutan bagi siswa untuk mencontohnya. Guru harus mampu memberikan contoh yang baik, seperti berpakaian rapi, datang tepat waktu, bekerja keras, berkata sopan, menjaga kebersihan dan lain-lain.

d. Pengondisian dapat dilaksanakan agar pendidikan budaya dan karaketr bangsa dapat berjalan dengan baik.

Kesimpulan dari pendapat di atas adalah bahwa dalam menanamkan pendidikan karakter terhadap siswa diperlukan perencanaan dan pelaksanaan dari semua pihak sekolah, mulai dari kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan. Penanaman pendidikan karakter ini dapat dilakukan dengan melaksanakan program pengembangan diri yang diintegrasikan dengan kegiatan sehari-hari di sekolah, seperti kegiatan rutin, kegiatan spontan, keteladanan dan pengondisian sekolah.

C. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Habok dan Nagy (2016) yang berjudul “In-Service Teachers’ Perception of Project-Based Learning” yang dilakukan di

(24)

Guru menerapkan jenis evaluasi lisan dalam melaksanakan kegiatan evaluasi pembelajaran. Perbedaan antara penelitian yang telah dilakukan oleh Habok dan Nagy dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti terdapat pada fokus penelitian. Habok dan Nagy memfokuskan penelitian pada peran guru dalam penggunaan metode project based learning sedangkan penelitian yang akan dilakukan memfokuskan pada peran guru untuk membentuk kedisiplinan peserta didik.

Penelitian lain dilakukan oleh Kusumaningrum (2014) yang berjudul

“Peran Guru dalam Membentuk Karakter Kepemimpinan pada Siswa di SMA Al

Hikmah Surabaya” menyatakan bahwa guru berperan dalam pembentukan

karakter siswa melalui cara pemberian contoh yang baik serta motivasi kepada peserta didik. Kendala yang dialami guru dalam membentuk karakter kepemimpinan siswa berasal dari faktor keluarga dan faktor lingkungan peserta didik. Upaya guru dalam membentuk karakter kepemimpinan dilakukan dengan melakukan pendekatan kepada peserta didik, memberikan motivasi, dan memberikan teguran kepada siswa yang mempunyai rasa kesadaran diri yang rendah. Fokus penelitian yang dilakukan oleh Kusumaningrum adalah karakter kepemimpinan peserta didik, sedangkan fokus penelitian yang akan peneliti lakukan adalah karakter disiplin peserta didik.

D. Kerangka Pikir

(25)

siswa agar tujuan pembelajaran yang telah dibuat dapat tercapai, selain itu juga guru bertugas dalam pembentukan karakter peserta didik. Pembentukan karakter dalam diri siswa memerlukan peran aktif dari semua pihak, baik pihak sekolah maupun masyarakat.

Pembentukan karakter siswa harus dilakukan dengan dukungan penuh dari semua pihak sekolah baik kepala sekolah, guru dan tenaga pendidik lainnya. Dukungan ini akan memberikan ruang yang lebih luas dalam pembentukan karakter disiplin siswa di sekolah. Karakter bukan hanya perlu dibentuk dalam diri siswa namun juga perlu dikembangkan. Pembentukan dan pengembangan karakter siswa dapat dilakukan melalui program pengembangan diri. Program pengembangan diri diintegrasikan dengan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di skeolah berupa kegiatan rutin maupun kegiatan yang bersifat spontan.

(26)

Gambar 2.1. Kerangka Pikir Dilaksanakan melalui:

Peran Guru dalam

Pengembangan dan Pelaksanaan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa

a. Kegiatan rutin b. Kegiatan spontan c. Keteladanan

d. Pengondisian

Peran Guru dalam Menjaga Kedisiplinan Siswa

Gambar

Tabel 2.1. Indikator Keberhasilan Disiplin di Sekolah dan Kelas
Tabel 2.2. Keterkaitan Nilai dan Indikator Disiplin untuk Sekolah Dasar
Gambar 2.1. Kerangka Pikir

Referensi

Dokumen terkait

Hal senada juga disampaikan oleh siswa kelas XII. Adapun hasil wawancara tersebut sebagai berkut:“ Perilaku disiplin yang diterapkan di sekolah adalah disiplin

Pada penelitian ini akan dibandingkan akurasi model Regresi Logistik yang digunakan untuk memprediksi kategori IPS1 mahasiswa angkatan 2016 melalui jalur

Dengan adanya stock opname maka akan diperoleh laporan rill koleksi perpustakaan yang akan dijadikan bahan pertimbangan pengembangan koleksi selanjutnya sehingga

Keutuhan terhadap pendidikan bukan sekedar untuk mengembangkan aspek- aspek individualisasi dan sosialisasi, melainkan juga mengarahkan perkembangan kemampuan dasar tersebut

Through Gallery Walk students may improve their oral communication skills such as personal.. communication, presentation, and

Untuk kelompok energi di atas 1586 keY diberi angka Dol karena sudah tidak tersedia kanal (data cacah) di dalam MCA. Dengan demikian, dari sudut pandang jumlah cacah total,

In this major work of legal philosophy, Barak develops a legal theory to explain how judges should resolve cases which depend on the interpretation of texts, whether contracts,

The writer finds the theme is “social status and wealth are the obstacles in building a relationship.” This is the suitable theme because Northanger Abbey tells about the