Prosidlng Seminar ie. °ologi dan Keselamatan PL TN Ser:a Fasllitas Nuklir-IV Serpong. 10- 11Cese--::er1996
ISSN .0854-2910
STUDI
STRA
TEGI MANAJEMEN KECELAKAAN PARAHUNTUK REAKTOR TIPE PWR
Ign.Djoko Irianto 1) dan Edison Sihombing 1)
ABSTRAK
STUDI STRATEGI MANAJEMEN KECELAKAAN PARAH UNTUK
REAKTOR TIPE PWR. Manajemen kecelakaan adalah penetapan langkah-Iangkah
yang perlu diambil yang bertujuan untuk mengantisipasi kecelakaan dan
menghindari resiko dari kecelakaan tersebut Dalam pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) misalnya reaktor tipe PWR, ada dua kategori kecelakaan yaitu
kecelakaan yang termasuk dalam kategori DBA (design basis accident) dan
kecelakaan yang termasuk dalam kategori di luar DBA yaitu kategori kecelakaan
parah (severe accident). Manajemen kecelakaan meliputi tindakan preventif
dengan tujuan untuk mempertahankan pendinginan teras reaktor dan integritas bejana pengungkung berdasar pada batas-batas rancangan yang berhubungan dengan keselamatan. Ada dua fase dalam manajemen kecelakaan parah, yaitu: pertama adalah tindakan untuk mencegah terjadinya kerusakan berat pada teras reaktor dan disebut sebagai "manajemen kecelakaan fase 1". Yang kedua adalah tindakan untuk menghindari konsekuensi dari kecelakaan parah, dan disebut sebagai "manajemen kecelakaan fase 2". Tindakan ini secara khusus ditekankan untuk mempertahankan integritas bejana pengungkung agar tidak terjadi pelepasan material radioaktif ke lingkungan. Makalah ini membahas beberapa konsep tindakan yang perlu diambil yang berhubungan dengan manajemen kecelakaan parah misalnya untuk mempertahankan pendinginan teras, integritas bejana pengungkung dan beberapa fungsi keselamatan untuk mendukung sistem ini.
ABSTRACT
STUDY OF SEVERE ACCIDENT MANAGEMENT STRATEGY FOR PWR TYPE REACTOR. Accident management is establishment of all the actions which aim to anticipate accidents and mitigate the consequences due to the accidents. In nuclear power plants such as PWR type reactors, there are two categories of accidents, that are; the accidents in the DBA (design basis accident) category and the accidents in the beyond DBA category, namely severe accidents. Accident management comprises the prevention measure to maintain the core coolability and containment integrity for design basis accident events using safety-related and inside the design limits. There are two phases of severe accident management One is the countermeasure to prevent severe damage to the reactor core that is called "phase-1 accident management" The other is the countermeasure to mitigate the consequences of severe accidents that is called "phase-2 accident management" this countermeasure particularly to keep the containment vessel integrity in order to mitigate the material radioactive release to the environment This paper describes a concept of some countermeasure according to the severe accident management such as to maintain core cooling, containment integrity and some support system to the safety function.
, ?.,,'re~gka)lanTekoOiogINuklir-Batan
Prosiding Seminar Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir
-
IV Serpong, 10- 11Desember 1995ISSN .' 0854-2910
I. PENDAHULUAN
Manajemen kecelakaan adalah penetapan langkah-Iangkah yang perlu
diambil yang bertujuan untuk mengantisipasi kemungkinan kecelakaan dan
menghindari resiko yang dapat ditimbulkan oleh kecelakaan tersebut. Dalam
pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) misalnya reaktor tipe PWR, manajemen
kecelakaan meliputi tindakan preventif dengan tujuan untuk mempertahankan pendinginan teras reaktor dan integritas bejana pengungkung sesuai dengan
batas-batas rancangan yang berhubungan dengan keselamatan. Dalam hal
kecelakaan parah dengan adanya pelelehan teras reaktor, manajemen kecelakaan
bertujuan untuk menghindari kerusakan teras yang lebih parah dan mencegah
kemungkinan terjadinya pelepasan material radioaktif ke lingkungan. Tindakan ini
dilakukan dengan cara mengoptimalkan pemakaian sistem yang ada danfatau
penambahan sistem baru.
Meskipun tingkat keselamatan PLTN dengan sistem keselamatannya adalah
tinggi dan resiko PLTN dari hasil analisis keselamatannya adalah rendah [1,2],
pelaksanaan manajemen kecelakaan terhadap PLTN tetaplah penting terutama
setelah terjadi peristiwa kecelakaan TMI-2 dan Chernobyl. Belajar dari kedua
kecelakaan tersebut, ada beberapa pelajaran yang dapat diambil untuk
menentukan tindakan pencegahan dan penghentian perambatan kecelakaan parah
serta penghindaran konsekuensi yang serius yang dapat berkembang hila tindakan
yang memadai tidak diambil. Karena itu, pengguna PLTN harus dengan
sungguh-sungguh menetapkan langkah-Iangkah yang harus diambil untuk mengembangkan
strategi manajemen kecelakaan parah.
Strategi manajemen kecelakaan parah ini didasa~kan pada konsep
pertahanan berlapis yang ditetapkan untuk mempertahankan keselamatan PLTN
dan melindungi masyarakat maupun pekerja dari kemungkinan paparan radioaktif
yang tidak perlu akibat adanya suatu kecelakaan. Ada dua fase dalam pelaksanaan
prosedur manajemen kecelakaan parah. Pertama adalah tindakan untuk mencegah
kerusakan berat terhadap teras reaktor dan disebut sebagai "manajemen
kecelakaan fase-1", konsep tindakan ini banyak digunakan dalam petunjuk operasi
darurat (emergency operating manual). Fase kedua adalah tindakan untuk
menghindari konsekuensi dari kecelakaan parah dan disebut sebagai "manajemen
kecelakaan fase-2", konsep tindakan ini diperlukan untuk mempertahankan
integritas bejana pengungkung (containment vessel = CV) agar tidak terjadi
Pro siding Seminar Tei ~::;Iogi dan Keselamatan PL TN Serra Fasilttas Nuklir -IV
Serpong. 10- 11Dese""ber 1996
ISSN 0854-29;0
II.IDENTIFIKASIKECELAKAAN PARAH
Kerusakan teras reaktor atau kemungkinan terjadinya pelelehan teras
reaktor terutama disebabkan oleh kegagalan resirkulasi sistem pendingin teras
darurat (Emergency Core Cooling System = EGGS). Kejadian lain yang dapat
memberikan kontribusi pada terjadinya kerusakan teras reaktor dan bejana
pengungkung antara lain; kegagalan subkritikalitas (atau kegagalan fungsi sistem
shutdown), kegagalan injeksi EGGS, kegagalan sistem bypass bejana
pengungkung, kegagalan pendinginan bejana pengungkung dan kegagalan
sistem-sistem pendukung yang lain.
Kegagalan pendinginan bejana pengungkung dan sistem bypass bejana
pengungkung sangat berpengaruh terhadap kegagalan fungsi bejana
pengungkung. Kegagalan fungsi bejana pengungkung juga dapat disebabkan oleh
lepasnya sejumlah besar hidrogen dari kelongsong bahan bakar ke bejana
pengungkung karena perbedaan tekanan antara kelongsong bahan bakar dan
bejana pengungkung. Hidrogen ini diproduksi dalam kelongsong bahan baker oleh
reaksi zirconium-air pada kondisi suhu yang tinggi. Produksi hidrogen ini akan
menyebabkan tekanan dalam kelongsong bahan bakar meningkat. Sedangkan
pembakaran hidrogen dalam bejana pengungkung, bila ini terjadi, dapat
mengancam integritas bejana pengungkung karena tekanan dalam bejana akan
naik selama pembakaran hidrogen. Tekanan ini dapat melebihi tekanan desain
bejana pengungkung sehingga dapat menyebabkan kegagalan fungsi bejana
pengungkung.
Kejadian yang paling dominan menjadi penyebab kerusakan teras reaktor
adalah kegagalan resirkulasi EGGS akibat kecelakaan kehilangan pendingin (loss
of coolant accident= LOCA). Beberapa tipe PLTN yang telah dibahas oleh G.Bilia
dkk. dalam pustaka 1 den 2, menyebutkan bahwa terdapat sekitar 10% dari seluruh
kejadian kegagalan resirkulasi EGGS yang diakibatkan oleh kegagalan sistem
bypass bejana pengungkung. Urutan kejadian yang dominan menjadi penyebab
kegagalan bejana pengungkung, pertama adalah akibat keterlambatan
berfungsinya sistemoverpressure, kegagalan sistembypass bejana pengungkung
den pelelehan struktur penyangga teras reaktor, pembakaran hidrogen, den
deflagration.
Dalam kajian tindakan manajemen kecelakaan parah, tidak hanya dilakukan
pede fungsi keselamatan yang diperlukan untuk pencegahan kerusakan teras berat
dan/atau kegagalan bejana pengungkung, tetapi juga segala bentuk ancaman
Prosiding Seminar Teknologl dan Keselamatan PL TN Serta Fasilitas NukJir-IV
Serpong. 10- 11Desember 1996
ISSN . 0854.2910
balasan terhadap penyebab kecelakaan ini selanjutnya dikembangkan sebagai
strategi manajemen kecelakaan parah.
Pada prinsipnya pemilihan strategi manajemen kecelakaan parah didasarkan
pada 5 pertimbangan sebagai berikut:
1. Manajemen kecelakaan ditetapkan berdasarkan pada margin desain
untuk keselamatan, dan jika diperlukan akan dipertimbangkan
penambahan modifikasi perangkat keras.
2. Tentukan tindakan manajemen kecelakaan yang paling dominan untuk
serangkaian kejadian, terutama yang berpengaruh terhadap kerusakan
teras reaktor serta kegagalan fungsi bejana pengungkung.
3. Hindari strategi yang mempunyai pengaruh buruk terhadap sistem
keselamatan yang terpasang.
4. Perhatikan juga konsistensi legis dengan mempertimbangkan rancangan
keselamatan yang ada, tindakan pencegahan kecelakaan nuklir,
penerimaan masyarakat dan peraturan keselamatan yang berlaku.
5. Hindari strategi yang masih memungkinkan terjadinya pelepasan produk
fisi(fission product= FP) dalam jumlah besar ke lingkungan.
III. STRATEGI MANAJEMEN KECELAKAAN PARAH
Fungsi dan tindakan dalam strategi manajemen kecelakaan parah
ditunjukkan dalam Tabel 1, dan setiap strategi secara rind akan disajikan dalam keseluruhan makalah ini.
Tabel1. Strategi manajemen kecelakaan
Fungsi Tindakan manjemen kecelakaan
ShutdownReaktor
-
Diversifikasi pendinginan teras reaktor oleh sistem sekunder.Pendinginan Teras - Pemanfaatan sistembypassturbin.
- Injeksi secara kontinu oleh sumber air pengisi dan optimasi
resirkulasi alternatif.
- Optimasi resirkulasi pengganti.
Pengungkungan - Pendinginan bejana pengungkung oleh konveksi natural.
radioaktivitas - Injeksi air kedalam bejana pengungkung.
- Penurunan tekanan secara paksa pada sistem pendingin reaktor
(reactor coolant system= RCS).
- Pengendalian pembakaran hidrogen.
Pendukung fungsi - Sistem air pendingin komponen(Component cooling water
keselamatan system= CCWS).
Prosiding Seminar 7"".";'ogl don Keselamatan PL TN Ser:a Fastlttas Nuklir-IV
Serponfl. 10 - 11!::ese-;er 1996
ISSN 085':-2;':;
Ada dua sasaran yang ingin dicapai dari penetapan manajemen kecelakaan
yaitu mencegah terjadinya pelelehan teras reaktor dan mempertahankan integritas
bejana pengungkung agar tidak terjadi pelepasan produk fisi. Kedua sasaran ini
dapat tercapai apabila keempat fungsi keselamatan yang tercantum di dalam Tabel
1 dapat bekerja dengan baik.
Sistem Shutdown Reaktor dan Divers~fikasi Pendingin Teras Reaktor
oleh Sistem Sekunder
Untuk menjamin fungsi shutdown reaktor agar tetap bekerja, maka selain
batang kendali perlu adanya diversifikasi sistem shutdown yang berasal dari
pendinglnan teras reaktor. Diversifikasi ini dilakukan dengan penambahan injeksi
asam borat berkonsentrasi tinggi ke dalam sistem primer. Asam borat diinjeksikan
pada keluaran dari pompa primer seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 1.
111.1.
!;e.,f.I," "'I'
'.,','."., ",.",,", " r", 1','""", l,. ,I.d.""
l'el11h",~", ""I'
"""'1"""""" .~
"""'1"""""'" \<"""
Gambar 1. Diversifikasi pendingin teras reaktor
Selain itu. panas yang dibangkitkan dari teras reaktor perlu dibuang dari
sistem primer oleh sistem sekunder selama terjadinya transien yang tidak regular
misalnyaAnticipated Transient Without Scram(ATWS) atau selama pompa primer
mengalami kebocoran keciL Dalam peristiwa ini sistem air pengisi pada pembangkit
uap akan bekerja untuk mempertahankan level air dalam bejana pembangkit uap.
Apabila pompa sistem bantu gagal dioperasikan, maka pompa sistem utama(Main
Feed Water System Pump =MFWS pump) akan dihidupkan. Modifikasi jalur ini
akan efektif karena daya pompa pada Main Feed Water Sistem (MFWS) dicatu
melalui jalurnon safeguard,
111.2.1.Pemanfaatan Sistem Bypass Turbin untuk Pendinginan Teras
Selama terjadinya kecelakaan kehilangan pendingin(lost of coolant accident
= LOCA) baik skala kecil ataupun menengah, sistem injeksi bertekanan tinggi(High
Pressure Injection System = HPIS) diharapkan akan beroperasi untuk
Prosiding Seminar Teknologi dan Kese/amatan PL TN Sena Fasi/rtas Nuklir -IV
SerponIl. 10- 71 Desember 1996
ISSN 0854.2910
pembangkit uap (Steam Generator
=
SG) yang membawa panas dari sistem pending in reaktor (Reactor Coolant System=
RCS) ke sistem sekunder. Panasselanjutnyaakan dilepaskansecara terus-menerusmelaluikatup pembebas uap
utama dengan catu air yang cukup ke dalam pembangkituap oleh sistem air
pengumpanbantu.
f;a"'rl~",I,<. .
// "."""..",:,'" ~""'I"'~"""""'"
, I"';""" "\
t
. """""""" .
""'~""fk"". ~ ~""'"rm"""'" (""""""",.,.,.1 "!',,",,""
i 1"..,."";=,.",,.:;,:,11' .J, ;-...-.
" JJ--wl~ . ,~;:.£lli"'-'
"t~t= _. ""h:"
Gambar 2. Pemanfaatan sistem bypass turbin
Secara formClI,jalur non safeguard sangat penting untuk pemakaian sistem
bypass turbin. Namun sistem ini akan berhenti (trip) yang dikerjakan oleh
pengaktifan injeksi keselamatan. Semua sistem ini telah dimodifikasi untuk di catu
secara kontinyu dengan pengaktifan SI. Jika Katub Pembebas Uap Utama(Main
Steam Relief Valfe = MSRV) gagal membuka, sistem bypass turbin dapat
digunakan sebagai alternatif karena mempunyai kapasitas dumping uap yang
cukup untuk pendinginan RCS melalui pembangkituap.
111.2.2. Injeksi Secara Kontinyu oleh Sumber Air Tambahan untuk
Pendinginan Teras
, '
.
-. o.
I
' Ii'1"""""""""""","...~"""",..~:::';,~:"'1"".."L::;,~'
.,
""'-;:.:.\
.
'
, ' l'
. 1"",,1, 2J I~.,til ~~'/."' '-'0
",."'."'""",(-"".,] . 'J:.J -<}- !""Si
~
I
l,'
O.,,"~:::~?-B
J
-'"
J~
J[
".,.
~ .""", h..,.\ r:Y,~1 ,.
'1
f
,
L. II~' 1.3:1 . .-+) """'1'" :"". "
rl-'Li7Ti::J)'~rT"'" . -~. ;""""'" 10"'C\
::,' Wi,hJ~./ ~,,7 --;,
,;.;=-1:",c,r~'1""~'--' """"'1""':
~;0j;~~1~}
_o,,=,.'""~
Gambar 3, Injeksi secara kontinyu oleh sumber air tambahan
Apabila resirkulasi ECCS gagal beroperasi selama terjadinya LOCA, mode
injeksi dapat dilakukan dengan menggunakan air make-up dari sumber alternatif
seperti halnya kolam penyimpan bahan bakar bekas (spent fuel pit =SFP), Hal ini
Prosidmg Seminar Tekno/ogi dan Kesela'T1alan PL TN Serra Fasilitas Nuklir -IV
SerDon9:10
-
11Desember 1996ISSN ..0854-2910
recovery ataupun persiapan sistem resirkulasi alternatif sehingga pendinginan teras
tetap dapat dilakukan untuk sementara waktu.
Injeksi secara kontinyu menggunakan sumber air tambahan yang dicampur
dengan air borat diperlukan hingga sistem dapat ditransfer ke mode resirkulasi
alternatif. Air borat diperlukan untuk menurunkan populasi neutron di dalam teras.
Oleh karena itu, apabila fasilitas reaktor yang sistem air boratnya tidak mencukupi,
maka direkomendasikan untuk menambahkan sistem air borat ini.
111.2.3.OptimasiResirkulasipenggantiuntukPendinginanTeras
Injeksi secara kontinyu menggunakan sumber airmake-up ke bejana reaktor
akan menjadi tindakan yang penting apabila resirkulasi ECCS gagaI, terutama pada
saat sistem resirkulasi pengganti belum beroperasi. Berdasarkan pada alasan ini,
maka resirkulasi pengganti sangat diperlukan untuk mengantisipasinya dengan
memanfaatkan sumber air make-up. Optimalisasi dan penambahan sistem ini
ditunjukkan pada Gambar 4.
//0000-"_0 0
1:,1""1""':"",:1"",,- ')
~
_.~-
-(;(~'I (1, ,
'--~,' \ )',,--- ..- _On 1'...",.",0'"
1\I
r
0- ' C _._~,~:::::"..I.."(
I"
. "",00,o;,J1hi"'"
,f(2Jlj
-,--11,..-~~-,,~J
1'"". ",- I
, -) '0"i~ r-
I
--, "p"","'r'OI 1
..'> . ,~. ..:;::--r'- !
I"
,~~~_:' ([<lCI-it+-
~-
O' ~'::~~::'~:;,;~,;~:,-;;-:;:-!~}..._.
Gambar 4. Optimasi sistem pengganti
Resirkulasi pengganti diperoleh baik melalui pemasangan pipa yang
berhubungan langsung dengan sistem penyemprot bejana pengungkung atau
pemasangan jalur untuk menjamin resirkulasi melalui pompa pengisi dan
seterusnya dengan menggunakan pompa pembanjir bejana pengungkung.
Dalam keadaan gagal mengisolasi pembangkit uap yang mengalami
kerusakan tabungnya, jumlah air dalam RCS harus dikompensasi oleh HPIS.
Sementara itu, RCS akan didinginkan oleh masukan pada pembangkit uap dan
tekanannya diturunkan oleh katup pembebas tekanan yang berhubungan dengan
sistem pembuang panas sisa (residual heat removal system = RHRS). Dalam
strategi ini, fasilitasnon-safeguard(misalnya: pompa pengisi, sistembypassturbin,
dan sistem penyemprot utama/bantu) dapat menggantikan fungsi-fungsi yang
non-Prosidmg Seminar Teknologi dan Keselamatan PLTN Serra Fasilitas Nuklir-IV Serpon2c 10-11Desember1996
ISS.\' 0554-2910
safeguard juga dicatu oleh pengaktifan SI. Perlu dicatat bahwa resirkulasi oleh
feed-and-bleed dengan HPIS dan PORV dapat menggantikan RHRS untuk
pendinginan jangka panjang. Beberapa perlengkapan tambahan yang diperlukan
untuk menjamin injeksi ke dalam teras ditunjukkan dalam Gambar 5.
// "'--'."-'"
/
"
~""'I"""""""""I""""'""',""'p,"r,""""""
J
,I
:~'
..'.. -'.. I ~
f,""'I'I~"~"I""""
j
r
, ~ , """;;'~~" ~"""" , "'~ , --,
'-:,~ 1o
(
ULf , ' , -J, , \
--<",," , ":]]Dc::' "..,.110"1
~~i !"" [J ~ "" ,
!
w
-. Lu-:
~
>:(-._, ,"--"-(~-)~'~'~I:h'i:';:':""'h'".
f
.
]
-,
1j
I"':' ) Ji J, - [1<1'1 1 l!ii 1'",,1"";""""
;"~L,,,,?;J::"'o--O,"""""""" " "--""
""",,0' lt~
1
IT
J
,,__ll_o """1'""".'-"10,'"""""",,,,; t=jl<\\S'
. "I...,,::n.. ,'j,/],,-- :v.i_oon,,:
j
1--"',,,~,',~.cJ L'I --, ."""--B'",,;;j;;-j<J 11<""""":'-';11;;:;0."---",--<; !'",'r',!J"~),I'~I!~~.!:~_"""--"'G--r.~,",m,."p"""", <)
Gambar 5. Pendinginan teras dan optimasi resirkulasi
Dalam hal terjadi kegagalan isolasi pembangkit uap yang disebabkan oleh
keretakan bejana, tampungan air dalam RCS harus dikompensasi oleh HPIS.
Sementara itu, RCS akan didinginkan oleh pembangkit uap dan tekanannya
diturunkan melalui katub pembebas tekanan yang dihubungkan ke sistem
pemindah panas sisa. Dalam strategi ini, fasilitas non-safeguard(pompa pengisi,
sistem bypass turbin, dan sistem penyemprotpressurizer utama dan bantu) dapat
menggantikan sebagai fasilitassafeguard(pompa HPI, MSRV, dan PORV) karena
yang non-safeguardjuga dipicu dengan aktuasi SI. Sebagai tambahan, resirkulasi
oleh feed-and-bleeddengan HPIS dan PORV dapat menggantikan RHRS dalam
jangka waktu pendinginan yang lama,
Diagram peralatan yang diperlukan untuk menjamin injeksi ke dalam teras
yang digerakkan oleh sistem sekunder dan oleh penurun tekanan sistem primer
digambarkan oleh Gambar 5. Dengan melakukan perubahan dalam penggunaan
sumber daya listrik dari fasilitas non-safety, fungsi-fungsi ini dapat dilaksanakan
secara sederhana dengan memberikan prosedur penanganannya,
111.3.MEMPERTAHANKAN INTEGRITAS BEJANA PENGUNGKUNG
Dalam hat terjadi kecelakaan parah dimana terjadi pelelehan teras reaktor,
integritas struktur bejana pengungkung menjadi penghalang utama untuk
menghindari terjadinya pelepasan produk fisi. Kejadian-kejadian yang didasarkan
pada rancangan untuk bejana pengungkung generasi sekarang perlu
mempertimbangkan semua kemungkinan kecelakaan parah. Oalam praktek bahwa
Prosiding Seminar Teknologl dan Keselamalan PLTN Sena Fasililas Nuklir-IV Serpong. 10-11Desember1995
ISSN 0854.2;-0
maksimum yang dihasilkan dari kejadian-kejadian yang telah diprediksi dalam
rancangan. Selain itu analisis terhadap berbagai reaktor air ringan diberbagai
negara, LOCA besar termasuk dalam kategori DBA.
111.3.1.Pendinginan Bejana Pengungkung oleh Konveksi Natural.
//~::_;;;::;;:~-'~I' .-- r""""",
B
"
/, l_~L.> -~, " ~J--~J
",m".""""'",,,~fTL_~;--.r;-!XJ - ""
~II
~ii41l
(jl ,..",""',. "'..,,<c,',--, (
1
~
1 ~ =- ..
""'
]
11""" ~~,-I(, \ """"""~ "e'"
"c':;( 11,_1 r.'-' =-< """"":;:;;;"""",,,
-Go-"~lf"l!::cI" =--"" '-'
rlln.~{~- i """"",,,.\!"""~"""::",~"
E~t8~t~~!~~,~~~1
Gambar 6. Pendinginan bejana pengungkung oleh konveksi natural
Jika fungsi penukar panas pad a resirkulasi air pendingin bejana
pengungkung gagal dan sistem pending in bejana pengungkung darurat juga gagal,
tindakan untuk mengatasi kejadian ini dilakukan menggunakan chiller sirkulasi
pengarur udara pada bejana pengungkung normal. Tindakan ini memungkinkan
konveksi natural dibangkitkan dalam bejana pengungkung untuk membuang panas.
Untuk itu perlu dipasang mekanisme pembukaan otomatis pada saluran keluar
chiller.Sistem ini secara keseluruhan ditunjukkan dalam Gambar 6.
111.3.2.Injeksi Air ke dalam Bejana Pengungkung
Teras yang meleleh akan berinteraksi baik dengan pendingin yang tersisa
dalam bejana tekan reaktor dan/atau dengan struktur penyangga pada dasar
bejana reaktor. Interaksi antara teras yang meleleh dengan pendingin akan
menyebabkan kerusakan pada bejana pengungkung, jika akibat interaksi ini
dihasilkan uap dalam jumlah besar secara tiba-tiba.
Seandainya injeksi air ke dalam teras mencukupi (tidak berlebih) sedangkan
bejana pengungkung reaktor telah mengalami kegagalan, tindakan pembanjiran
teras yang meleleh ini akan menghasilkan uap melalui panas peluruhan dalam
teras. Oleh karena itu, pembanjiran sistem dengan jumlah yang memadai akan
dapat mencegah pemanasan berlebih serta menghindari kemungkinan erosi pada
Prosidmg Seminar Teknologi dan Keselamatan PL TN Serra Fasilitas Nuklir
-
IVSerpong. 10 - 11Desember 1996
ISSN 0854-2910
r
"---: - '\
~~::;""'~;";,
-~~J
1
«~:J~~~~
.
' f~\~J'GI ".;
~
j
. -"I'D"""""'"
.\ ~
()II.""""""""""I"'n~';~"","~'" ~
",,"~,'d",""""
Gambar 7. Injeksiair kedalam bejana pengungkung
111.3.3 Penurunan Tekanan Sistem Primer Secara Paksa
Jika bejana reaktor berada dalam kondisi tekanan tinggi yang diakibatkan oleh kegagalan sistem injeksitekanan tinggiatau kegagalan pembuangan panas ke sistem sekunder, maka tindakan manajemen kecelakaan diperlukan untuk membuka katup pembebas tekanan yang ditujukan untuk menurunkan tekanan.Penambahan sistem iniditunjukkanpada Gambar 8.
,..., "-'- ,- -""'---',
1\,-""",I'c"~'n.-<""~"\
K,,"'J' 1"'",1>,-1",,
I
""""""1"-""""':'"
~'T
1
'I
I"""I';OJ"'"~""",'I>"",,,""",h",,~I.oI""J' ~
,-,
-, I
sc;) 1','1 ( - 1-1---
~-'--lc~)=~
I
' ' (,/' ~
~
, ,c- """glll""""""'I"""'"\1
0111 '
~
..
I.
"" ""'lo' '-,-1<.../"","0.,,""'111""'"
I
:1
~
--- ):§.
. '--6<~ 1""'1'"""\'l,,ik"I11'I11'I11~P
IT"'_~,:I.'1"""""""'1""""",;:,.,.
Gambar 8. Penurunan tekanan sistem primer secara paksa
111.3.4.Pengendalian Pembakaran Hydrogen
Sejumlah besar hidrogen akan dihasilkan oleh reaksi Zirconium-air ketika
suhu kelongsong bahan bakar naik yang diakibatkan oleh hilangnya pendingin
teras dalam keadaan kecelakaan parah. Hidrogen akan dilepaskan ke dalam
bejana pengungkung melalui sistem pendingin reaktor. Pembakaran hydrogen, jika
terjadi, dapat merusak integritas bejana pengungkung karena terjadi kenaikan suhu
dan tekanan yang sangat tinggi selama pembakaran. Kenaikan suhu dan tekanan
ini melampaui suhu dan tekanan rancangan pada bejana pengungkung. Selain itu,
Prosiding Seminar Te/.;nologi dan Keselama:an PL TN Ser1a Faslbtas Nukhr-IV
Serpong. 10- 11Dese"':;er 1996
ISSN 0854-2910
,~ ~
/I"'I'Cbcl"'"I""g"",,""'r
"
I . ,k"I:"" pond",cm,'" '\
I .' \
I
..
l
.J
1~'P:"pc""~"~"'"6
'~
1 ~
1i
-' ' to...'."" ' ~,
li;~~ r it~i!~~ P,.!.""",
.::
~
~h
I .rl
]l
'
.
:~"~: .
~
.'."""'"2'" .I"",J?ill
L
)
.:;,,:~I 1'""""""~-. l=b-"*'. .
- C .<:i>
J
@:'\"dd"",
Gambar 9. Pengendalian pembakaran hidrogen
Ada dua pendekatan yang dipakai sebagai manajemen kecelakaan bejana
pengungkung untuk pembakaran hidrogen; pertama adalah untuk mengisi bejana
pengungkung dengan gas nitrogen dan yang lain adalah untuk menggunakan
perlengkapan recombineatau pembakaran hidrogen ketika jumlah hidrogen masih
sedikit. Tindakan ini, yaitu dengan membakarnya ketika masih dalam keadaan
konsentrasi rendah, akan dapat menjaga dari kemungkinan menjadi berkonsentrasi
tinggi, dan memperkecil kemungkinan pembakaran hidrogen pada konsentrasi
yang tinggi.
111.4.Sistem Pendukung Fungsi Keselamatan
Salah satu sistem pendukung fungsi keselamatan adalah sistem air
pendingin komponen(component cooling water system=CCW). Sistem ini sangat
penting tidak hanya untuk kondisi darurat tetapi juga pada kondisi operasi normal,
karena sebagian besar pompa didinginkan oleh CCWS ini. Oleh karena itu
kegagalan sistem ini dapat mempengaruhi kegagalan pompa. Dengan demikian
dalam strategi manajemen kecelakaan perlu juga memperhatikan sistem ini agar
dapat bekerja dengan baik. Adapun air pendingin pada sistem air pendingin
komponen ini dapat dicatu dari sumber air pengganti misalnya tangki air diluar
bejana ataupun sistem air pendingin yang lain.
IV. Kesimpulan
Strategi manajemen kecelakaan diperlukan untuk mengantisipasi atau
menghindarkan kecelakaan, dan jika kecelakaan terpaksa terjadi, strategi ini
diperlukan untuk memperkecil resiko. Berdasarkan tindakan-tindakan pada konsep
pertahanan berlapis, tindakan manajemen kecelakaan dapat dibagi ke dalam tiga
Presiding Seminar Teknologl dan Keselamatan PL TN Serta Fasilitas Nuklir
-
IVSerpong. 10-11 Desember 1996
ISSN 0854-2910
tindakan untuk menghindari konsekuensi kecelakaan parah pada bejana
pengungkung, dan tindakan untuk mendukung fungsi keselamatan. Tindakan yang
digunakan untuk mencegah kerusakan parah pada teras adalah diversifikasi
pendinginan teras reaktor oleh sistem sekunder, pemanfaatan sistem bypass
turbin, injeksi secara kontinyu oleh sumber air make-up, dan optimasi resirkulasi
pengganti. Tindakan kedua yang diperlukan untuk mempertahankan integritas
bejana pengungkung adalah pendinginan teras dengan konveksi natural, injkesi air
ke dalam bejana pengungkung, penurunan tekanan secara paksa pada sistem
primer, dan pengendalian pembakaran hidrogen. Dan yang ketiga adalah tindakan
yang diperlukan untuk mendukung fungsi keselamatan.
DAFTAR PUSTAKA
1. C. BILLA, F. D'AURIA, and G.M. GALASSI, "Accident Management for a Loss
of Feedwater in a Pressurized Water Reactor," Nucl. Tech., 98,277 (1992).
C. BILLA, F. D'AURIA, and G.M. GALASSI, "Accident Management in case of
Loss of Feedwater in PWRs," Energia Nucleare, 8, 66 (1991).
J. LlBMANN, "Basic Technical Nuclear Safety Principles and Objectives,"
French-Indonesian Seminar on Technical Nuclear Safety, Jakarta-March
28-29, (1995). 2.
3.
4. CSNI Report 161, "Thermohydraulics of Emergency Core Cooling in Light
Water Reactors," OECD-NEA, Oktober, (1989).
K. SODA, "Roles of Containment Severe Accident Management," Int. Conf. on
Design and Safety of Advanced Nuclear Power Plants, Tokyo, Oktober (1992).
L. KABANOV, M. GASPARINI, C.A. GOETZMANN, "IAEA Activities on Safety 5.
6.
7.
Aspects of Future Nuclear Power Plants," Int. Conf. on Design and Safety of
Advanced Nuclear Power Plants, Tokyo, Oktober (1992).
TU. MARSTON, W.H. LAYMAN, G. BOCKHOLD Jr., M. MONTANI, "Safety
Criteria for The Passive Advanced Light Water Reactors," Int. Conf. on Design
and Safety of Advanced Nuclear Power Plants, Tokyo, Oktober (1992).
G. GROS, Y. CORNILLE, and J. JALOUNEIX, "Allowance for Severe 8.
Accidents in Design," Int. Conf. on Design and Safety of Advanced Nuclear
Power Plants, Tokyo, Oktober (1992).
9. M. UCHIDA, "Realiability and Safety of Mitshubishi PWR," Pros. Seminar
Teknologi dan Keselamatan PLTN, Serpong, Juli (1994).
10. LEONARD SOFFER and JAY Y.LEE, "Revised Reactor Accident Source
PrOSidlng Seminar Tekno/og; dan Keselamatan PL TN Ser:a Fasdttas Nuklir
-
IV Serponfl. 10 - 11Des ember 1996ISSN 0854-2910
Design and Safety of Advanced Nuclear Power Plants, Tokyo, Oktober(1992).
DISKUSI
1. pertanyaan (Amir Djuhara
-
PPBGN) :Apabila terjadi kerusakan atau kecelakaan pada tipe PWR bagaimana upaya
penanggulangannya ?
Jawaban :
Mungkin perlu dijelaskan lagi beberapa jenis kecelakaan. Ada 2 kategori
kecelakaan yaitu DBA dan BDBA. Kecelakaan yang menjadi perhatian pada studi
ini adalah kecelakaan parah yaitu kecelakaan yang termasuk dalam kategori
BDBA.Kecelakaan ini bisa mengakibatkan terjadinya pelelehan teras reaktor dan pelepasan produk fisi kelingkungan. Upaya penanggulangannya adalah usaha agar
pelelehan teras dan pelepasan produk fisi tidak terjadi. Beberapa tahapan
manajemen kecelakaan telah diuraikan dalam makalah ini, namun secara garis
besar adalah :
a) Agar reaktor dapat dishutdown
b) Pendinginan teras reaktor tetap dapat dilaksanakan
c) Keutuhan bejana pengungkung tetap dapat dipertahankan
2. Pertanyaan (Erlan Dewita
-
PPkTN) :Apakah kriteria untuk kecelakaan parah ?, dan bagaimana tahapan
penanganan yang dilakukan apabila terjadi kecelakaan parah ?
Bagaimana mekanisme terjadinya gas hidrogen dan bagaimana
mekanisme reaksi pembakaran gas hidrogen dengan gas nitrogen?
Jawaban :
.
.
.
Ada dua kategori kecelakaan yaitu kecelakaan dalam kategori DBA dankecelakaan dalam kategori "beyond DBA". Kecelakaan parah termasuk
dalam kategori "beyond DBA" atau diluar DBA. Kecelakaan ini dapat
diawali oleh pelelehan teras yang kemudian dapat disusul oleh
pelepasan produk fisi. Tahapan penanganan pertama adalah diusahakan
agar sistem shutdown dan sistem pendinginan teras dapat bekerja
dengan baik sehingga kemungkinan pelehan teras dapat segera
dihindari/dicegah. Tahapan kedua mengusahakan agar integritas
Pros/ding Seminar Teknologi dan Keselamatan PL TN Ser1a Fasilitas Nuklir
-
IV Serpon2: 10. 11Desember 1996ISSN 0854.2910
.
Gas hidrogen dapat dihasilkanoleh reaksi zirconium
-
air bila suhu bahan bakar tinggi. Gas hidrogen ini harus dibakar ketika masih dalam kondisi konsentrasi rendah. Salah satu tindakan yang diusulkan dalam makalah iniadalah mereaksikannya dengan gas nitrogen.3. pertanyaan (Sugiyanto
-
PPTKR) :Skenario kecelakaan yang bagaimana dalam studi ini?
Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi terbentuknya hidrogen dan pembakarannya ?
Jawaban :
.
.
.
Skenario kecelakaan yang terutama dipertimbangkan dalam studi ini adalah kecelakaan yang disebabkan oleh hilangnya pendinginan primer taua gagalnya fungsi sistem pendinginan primer.Gas hidrogendapat terbentuk/dihasilkan oleh reaksi zirconium
-
air padasuhu tinggi dalam bahan bakar. Oengan demikian ketiga faktor zirconium, air dan suhu tinggi merupakanfaktor yang mempengaruhi terbentuknyahidrogen.Oari sudut keselamatanpengungkungreaktor makahidrogenini harusdibakarketikamasihberadadalamkonsentrasi rendah.