• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KOHESI LEKSIKAL DAN GRAMATIKAL DALAM BUKU TEKS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 KELAS VII

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KOHESI LEKSIKAL DAN GRAMATIKAL DALAM BUKU TEKS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 KELAS VII"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KOHESI LEKSIKAL DAN GRAMATIKAL DALAM BUKU TEKS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 KELAS VII

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan

Oleh:

JUNI PASIARTIKA A310140132

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018

▸ Baca selengkapnya: kd pkn kelas xi kurikulum 2013 revisi 2017

(2)
(3)
(4)
(5)

1

ANALISIS KOHESI LEKSIKAL DAN GRAMATIKAL DALAM BUKU TEKS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 KELAS VII

Abstrak

Penelitian ini memiliki 2 tujuan. (1) Mendeskripsikan penggunaan kohesi leksikal dalam buku teks kurikulum 2013 revisi 2017 kelas VII. (2) Mendeskripsikan penggunaan kohesi gramatikal dalam buku teks kurikulum 2013 revisi 2017 kelas VII. Jenis penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah analisis dokumen dan studi pustaka. Teknik analisis data menggunakan metode content analysis (analisis isi). Adapun hasil penelitian ini adalah (1) 80 data kohesi leksikal yang terdiri atas 47 repetisi yang dibagi menjadi 1 repetisi epanalepsis, 31 repetisi tautotes, 9 repetisi mesodiplosis, 5 repetisi anafora, dan 1 repetisi epistrofa. Sejumlah 14 sinonimi yang dibagi menjadi 12 sinonim antara kata dengan kata, 1 sinonim kata dengan frasa, dan 1 sinonim frasa dengan frasa. Sejumlah 9 antonimi yang dibagi menjadi 4 oposisi mutlak, 2 oposisi hubungan, dan 3 oposisi kutub. Sejumlah 6 kolokasi, 2 hiponimi, dan 2 ekuivalensi. (2) 47 data kohesi gramatikal yang terdiri atas 15 referensi yang dibagi menajdi 8 referensi persona, 3 referensi demonstratif, dan 4 referensi komparatif. Substitusi nominal dan Elipsis kausal masing-masing 1 data. Sejumlah 30 konjungsi yang dibagi menjadi 20 konjungsi aditif, 3 konjungsi adversatif, 3 konjungsi kausal, dan 4 konjungsi temporal.

Kata kunci: kohesi leksikal, kohesi gramatikal, buku teks Abstract

This study has 2 purposes. (1) Describe the use of lexical cohesion in the textbooks of curriculum 2013 revision 2017 class VII. (2) Describe the use of grammatical cohesion in the textbook of curriculum 2013 revision 2017 class VII. This research uses descriptive qualitative method. Techniques used by data collection are document analysis and literature study. Techniques using by data analysis is content analysis method (content analysis). The results of this study are (1) A number of 80 lexical cohesion data consisting of 47 reps divided into 1 repetition epanalepsis, 31 repetitions tautotes, 9 repetitions mesodiplosis, 5 repetitions anaphoric, and 1 repetition epistrofa. A number of 14 synonyms are divided into 12 synonyms between words with words, 1 synonym of words with phrases, and 1 synonym of phrases with phrases. A number of 9 antonyms are divided into 4 absolute oppositions, 2 opposition relationships, and 3 polar oppositions. A number of 6 collocations, 2 hyponimi, and 2 equivalents. (2) A number of 47 grammatical cohesion data consisting of 15 references divided into 8 reference persons, 3 references demonstrative, and 4 references comparative. Substitution of nominal and Ellipsis causal each of 1 data. A number of 30 conjunctions are divided into 20 additive conjunctions, 3 adversative conjunctions, 3 causal conjunctions, and 4 tempora conjunctions.

(6)

2 1. PENDAHULUAN

Menurut Rohmadi (2015:99) analisis wacana dalam arti paling sederhana adalah kajian terhadap satuan bahasa di atas kalimat. Wacana merupakan unsur

kebahasaan yang relatif paling kompleks dan paling lengkap. Satuan pendukung meliputi fonem, morfem, kata, frasa, klausa, kalimat, paragraf, hingga karangan utuh. Oleh karena itu, kajian wacana menjadi sangat penting dalam proses pembelajaran bahasa. Unsur yang sangat lengkap dan kompleks tersebut mencakup kohesi dan koherensi. Kohesi merujuk pada bentuk. Artinya, kalimat- kalimat yang membangun paragraf itu haruslah berhubungan secara padu. Kohesi dibagi menjadi dua macam, yaitu kohesi leksikal dan kohesi gramatikal. Penanda aspek kohesi leksikal adalah repetisi (pengulangan), sinonim (persamaan), antonim (lawan kata), hiponim (hubungan bagian atau isi), kolokasi (sanding kata), dan ekuivalensi. Penanda aspek kohesi gramatikal terdiri dari, pengacuan (referensi), penyulihan (substitusi), penghilangan (elipsis), dan kata penghubung (konjungsi).

Hidup adalah proses belajar dan belajar merupakan sebuah perubahan yang progresif. Di dalam proses belajar mengajar diperlukan beberapa penunjang atau pendukung, salah satunya adalah buku teks. Menurut Buckingham (dalam Tarigan, 2009:12) buku teks adalah sarana belajar yang biasa digunakan di sekolah-sekolah dan di perguruan tinggi untuk menunjang suatu program pengajaran. Permasalahan yang telah dipaparkan peneliti di atas yang melatarbelakangi penelitian ini, yang peneliti rumuskan dalam judul “Analisis Kohesi Leksikal dan Gramatikal dalam Buku Teks Kurikulum 2013 Revisi 2017 Kelas VII”.

2. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian “Analisis Penggunaan Kohesi Leksikal dan Gramatikal dalam Buku Teks Kurikulum 2013 Revisi 2017 Kelas VII” menggunakan penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif deskriptif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data berbentuk lisan maupun tulisan, bukan data berupa angka. Data yang sudah diperoleh dideskripsikan dan dianalisis kemudian disimpulkan (Moleong dalam Rohmadi, 2015:84).

(7)

3

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis dokumen dan studi pustaka. Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan metode content analysis (analisis isi). Analisis isi (content analysis) adalah penelitian yang bersifat pembahasan mendalam terhadap isi suatu informasi tertulis atau tercetak. Dalam hal ini peneliti menganalisis penggunaan kohesi leksikal dan gramatikal dalam buku teks kurikulum 2013 revisi 2017 kelas VII.

3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Penelitian

Hasil penelitian disajikan bentuk kohesi leksikal dan gramatikal pada buku teks kurikulum 2013 revisi 2017 kelas VII. Ditemukan 127 data. Data tersebut diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu aspek kohesi leksikal dan aspek kohesi gramatikal. Aspek kohesi leksikal sebanyak 80 data yang terdiri atas 47 repetisi, 14 sinonimi, 9 antonimi, 6 kolokasi, 2 hiponimi, dan 2 ekuivalensi. Adapun 47 data kohesi gramatikal yang terdiri atas 15 referensi, 1 substitusi, 1 elipsis, dan 30 konjungsi.

Guna mempermudah pemahaman analisis data, dalam penelitian ini, penulis menyajikan tabel mengenai jenis-jenis kohesi leksikal dan gramatikal. Berikut hasil tabel perhitungan jenis kohesi leksikal dan gramatikal dalam beberapa wacana yang terdapat dalam buku teks kurikulum 2013 revisi 2017 kelas VII.

Tabel 1 Pemaparan Jenis-Jenis Kohesi Gramatikal dan Leksikal dalam Buku Teks Kurikulum 2013 Revisi 2017 Kelas VII Jenis

Kohesi

Rincian Jenis Rincian Kemunculan Jumlah Total

Kohesi Gramatikal

Referensi Persona Orang pertama tunggal 1 15 47 Orang ketiga tunggal 1 Pronomi na milik –nya 5

(8)

4 Pronomi na milik –ku 1 Demonstratif 3 Komparatif 4 Substitusi Nominal 1 1 Elipsisi Kausal 1 1 Konjungsi Aditif 20 30 Adservative 3 Kausal 3 Temporal 4 Kohesi Leksikal Repetisi Epanalepsis 1 47 80 Tautotes 31 Mesodiplosis 9 Anafora 5 Epistrofa 1

Sinonimi Kata dengan kata 12

14 Kata dengan frasa 1

Frasa dengan frasa 1 Antonimi Oposisi mutlak 4

9 Oposisi hubungan 2 Oposisi kutub 3 Kolokasi 6 6 Hiponimi 2 2 Ekuivalensi 2 2 3.1.1 Kohesi Leksikal

Menurut Kushartanti (dalam Parwati, 2011:809) kohesi leksikal adalah hubungan antarunsur pembentuk wacana dengan memanfaatkan unsur leksikal atau kata. Berikut merupakan hasil analisis peneliti mengenai kohesi leksikal pada wacana yang terdapat dalam buku teks kurikulum 2013 revisi 2017 kelas VII berdasarkan teori Tarigan yang terdiri dari enam jenis, yaitu repetisi, sinonimi, antonimi, kolokasi, hiponimi, dan ekuivalensi.

(9)

5 3.1.1.1 Repetisi

Repetisi merupakan pengulangan satuan lingual yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai. Repetisi dibedakan menjadi delapan macam, yaitu epizeuksis, tautotes, anafora, epistrofa, simploke, mesodiplosis, epanalepsis, dan anadiplosis.

Data 1

Ayahku bernama Abu Salam. Ayah berpostur sedang, berumur sekitar 54 tahun. Rambutnya putih beruban. Di dagunya terdapat bekas cukur jenggot putih di dagunya. (Ayah, Panutanku, hal 4)

Data 1 merupakan repetisi epanalepsis, karena terdapat pengulangan frasa yang sama pada awal dan akhir suatu kalimat. Dalam hal ini, frasa di dagunya diulang sebanyak dua kali secara berturut-turut sebagai bentuk penegasan bahwa di dagu sosok Ayah terdapat bekas cukur jenggot putih.

Data 2

Meskipun kelihatannya mengerikan, ayahku orang yang sabar. Wajahnya teduh dan selalu tersenyum menghadapi masalah apa pun. Ya, ayahku adalah orang yang paling sabar yang pernah aku kenal. (Ayah, Panutanku, hal 4)

Data 2 merupakan repetisi tautotes, karena terdapat pengulangan kata beberapa kali dalam sebuah kontruksi. Dalam hal ini, penulis menyebutkan sifat sosok Ayah adalah sabar, yang berarti tenang, tidak mudah marah, dan tidak mudah putus asa.

Data 3

Drama tari kolosal “Ariah” dipentaskan di area Monas. Pementasan tari kolosal ini dalam rangka hari jadi Kota Jakarta ke- 386. (Gebyar Pementasan Tari Kolosal Ariah, hal. 15)

Data 3 merupakan repetisi mesodiplosis karena terdapat pengulangan frasa ditengah-tengah secara berturut-turut. Kata tari kolosal di sini memiliki makna tari yang dipentaskan dengan cara besar-besaran atau megah, dalam hal ini adalah “Ariah”

Data 4

Nuansa keceriaan permainan anak-anak wak wak gung disusul suasana romantis Juki dan Ariah. Adegan berganti dengan suasana seru latihan silat antara Ariah

(10)

6

dan Juki. Pergantian suasana berlangsung sangat cepat. (Gebyar Pementasan Tari Kolosal Ariah, hal. 15)

Data 4 merupakan repetisi epistrofa, yaitu pengulangan kata yang sama pada akhir kalimat secara berturut-turut. Pengulangan kata tersebut dalam bentuk morfologi yang sama, tetapi memiliki susunan berbeda (terbalik). Pada kalimat pertama disebutkan suasana romantis anatara Juki dan Ariah, sedangkan pada kalimat kedua adegan latihan silat antara Ariah dan Juki.

Data 5

Hutan bakau disebut juga dengan hutan mangrove. Hutan bakau merupakan bagian dari ekosistem pantai. Hutan bakau adalah hutan yang tumbuh di atas rawa-rawa berair payau dan terletak di garis pantai. Hutan bakau merupakan hutan yang tumbuh di wilayah pasang dan surut. Hutan bakau ini termasuk lingkup ekosistem pantai sebab terletak di kawasan perbatasan laut dan darat. (Hutan Bakau, hal. 125)

Data 5 merupakan bentuk repetisi anafora, sebab terdapat pengulangan frasa pertama pada tiap baris atau kalimat selanjutnya. dalam kontruksi ini, pengulangan dilakkan sebanyak lima kali, dan kata yang diulang tersebut adalah hutan bakau. Nama lain hutan bakau adalah hutan mangrove, yaitu hutan yang tumbuh di atas rawa-rawa berarir payau dan terletak di garis pantai.

3.1.1.2 Sinomini

Sinonimi dapat diartikan sebagai nama lain untuk benda atau hal yang sama atau ungkapan yang maknanya kurang lebih sama dengan ungkapan lain. Berdasarkan bentuknya sinonimi dibedakan menjadi lima macam, yaitu sinonim antara morfem bebas dengan morfem terikat, kata dengan kata, kata dengan frasa, frasa dengan frasa, dan klausa atau kalimat dengan klausa atau kalimat.

Data 6

Tidak seperti orang Batak yang logatnya agak keras, ayahku sangat pendiam. Beliau yang irit kata lebih suka memberi contoh langsung kepada anaknya tanpa perlu menggurui. (Ayah, Panutanku, hal. 4)

Pada data 6 merupakan bentuk sinonim kata dengan frasa, yaitu antara kata pendiam dengan frasa irit kata. Pendiam memiliki makna orang yang tidak banyak bicara, begitu juga dengan irit kata, yang berarti tidak banyak bicara.

(11)

7 Data 7

Pertunjukan dimulai pada pukul 20.00. Pertunjukan dibuka dengan nyala api yang berkobar di depan tugu Monas. (Gebyar Pementasan Tari Kolosal Ariah, hal. 15)

Data 7 merupakan bentuk sinonim kata dengan kata, yaitu kata dimulai dengan dibuka. Kedua kata tersebut merupakan sinonim dekat dan letaknya dapat dipertukarkan.

Data 8

Hutan bakau disebut juga dengan hutan mangrove. (Hutan Bakau, hal. 125) Data 8 merupakan bentuk sinonim frasa dengan frasa, yaitu frasa hutan bakau dengan hutan mangrove. Kedua frasa tersebut bermakna sama, hanya saja penyebutannya yang berbeda.

3.1.1.3 Antonimi

Antonimi dapat diartikan sebagai nama lain untuk benda atau hal yang lain, satuan lingual yang maknanya berkebalikan atau bertentangan. Berdasarkan sifatnya, antonim dibedakan menjadi lima macam, yaitu oposisi mutlak, kutub, hubungan, hirarkial, dan majemuk.

Data 9

Hutan bakau ini termasuk lingkup ekosistem pantai sebab terletak di kawasan perbatasan laut dan darat. (Hutan Bakau, hal. 125)

Oposisi yang terdapat pada data 66 merupakan oposisi mutlak, karena antara kata laut dan darat merupakan pertentangan secara mutlak.

Data 10

Pada pohon manggis bunga betina yang dijumpai, sedangkan bunga jantan tidak berkembang sempurna. (Manggis, hal. 133)

Pada data 10 terdapat bentuk oposisi hubungan, yaitu antara kata jantan dan betina. Disebut oposisi hubungan karena kedua kata tesebut bersifat saling melengkapi. Adanya sebutan bunga jantan karena adanya bunga betina, dan sebaliknya.

Data 11

Hutan bakau merupakan hutan yang tumbuh di wilayah pasang dan surut. (Hutan Bakau, hal. 125)

(12)

8

Oposisi yang terdapat pada data 11 merupakan oposisi kutub, karena antara kata pasang dan surut merupakan pertentangan secara gradasi atau memiliki tingkatan makna, yaitu bisa jadi sangat surut, sangat pasang, sedikit pasang, sedkit surut, maupun surut atau pasang.

3.1.1.4 Kolokasi

Kolokasi atau sanding kata merupakan asosiasi dalam menggunakan pilihan kata yang cenderung digunakan secara berdampingan.

Data 12

Bunga manggis berdiameter 5,5 cm. Daun kelopak dua pasang, daun mahkota dua pasang, tebal dan berdaging, berwarna hijau-kuning dengan pinggir kemerah-merahan. Benang sari semu dan biasanya banyak. Bakal buah manggis bertangkai berbentuk agak bulat dan beruang empat. Kepala putik tidak bertangkai dan bercuping. (Manggis, hal. 133)

Terdapat beberapa frasa bergaris bawah pada data 12, yaitu daun kelopak, daun mahkota, benang sari, bakal buah, kepala putik merupakan kata-kata yang berkolokasi dengan bunga. Dalam hal ini adalah bungan manggis.

3.1.1.5 Hiponimi

Hiponimi dapat diartikan sebagai satuan bahasa yang maknanya dianggap merupakan bagian dari makna satuan lingual yang lain.

Data 13

Benda-benda yang dikoleksi di museum mencakup benda-benda dari berbagai disiplin ilmu. Dari disiplin ilmu geologi koleksi museum meliputi fosil, batuan, mineral, dan benda bentukan alam lainnya, seperti andesit dan granit. Dari disiplin ilmu biologi yang dijadikan koleksi adalah rangka manusia, tengkorak, hewan, dan tumbuhan baik fosil ataupun bukan. Koleksi dari disiplin ilmu antropologi merupakan hasil budaya atau identitas suatu etnis.. . . Koleksi keramonologi yaitu koleksi barang pecah belah yang terbuat dari tanah liat yang dibakar. (Museum, hal. 128)

Frasa disiplin ilmu pada data 13 merupakan superordinat dari frasa disiplin ilmu geologi, disiplin ilmu biologi, disiplin ilmu antropologi yang merupakan bentuk hiponim dari disiplin ilmu.

(13)

9 3.1.1.6 Ekuivalensi

Ekuivalensi (kesepadanan) adalah hubungan kesepadanan antara satuan lingual tertentu dengan satuan lingual yang lain dalam sebuah paradigma.

Data 14

Adegan berganti dengan suasana seru latihan silat antara Ariah dan Juki. Pergantian suasana berlangsung sangat cepat. (Gebyar Pementasan Tari Kolosal Ariah, hal. 15)

Pada data 14 terdapat ekuivalensi berupa kata berganti dengan pergantian. 3.1.2 Kohesi Gramatikal

Menurut Sumarlam (dalam Alfaris, 2015:78) kohesi gramatikal merupakan perpaduan wacana dari segi bentuk dan struktur lahir wacana. Kohesi gramatikal terdapat dalam struktur wacana. Hal itu membuat kohesi gramatikal menjadi lebih jelas terlihat. Berikut merupakan hasil analisis peneliti mengenai kohesi leksikal pada wacana yang terdapat dalam buku teks kurikulum 2013 revisi 2017 kelas VII berdasarkan teori Tarigan yang terdiri dari empat jenis, yaitu referensi, substitusi, elipsis, dan konjungsi.

3.1.2.1 Pengacuan (Referensi)

Pengacuan (Referensi) adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang merupakan satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain yang mendahului atau mengikutinya. Pengacuan (referensi) diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu pengacuan persona, demonstratif, dan komparatif.

3.1.2.1.1 Pengacuan persona merupakan kata ganti orang yang meliputi orang persona orang pertama, kedua, maupun ketiga baik dalam bentuk tunggal maupun jamak. Referensi ini dapat berupa saya, kami, kamu, Anda, kita, kalian, dia, dan mereka. Serta pronomina milik, seperti –ku, -mu, dan –nya.

Data 15

Ya, ayahku adalah orang yang paling sabar yang pernah aku kenal. (Ayah, Panutanku, hal 4)

Kata aku merupakan ganti orang pertama tunggal yang terdapat pada data 15 mengacu pada si penulis yang berperan sebagai anak sosok Ayah.

3.1.2.1.2 Pengacuan demonstartif merupkan pengacuan merujuk pada kata ganti penunjuk, seperti ini, itu, di sini, di sana, sekarang, besok, dan kemarin.

(14)

10 Data 16

Dari awal sampai akhir, pementasan ini sangat memukau. (Gebyar Pementasan Tari Kolosal Ariah, hal. 15)

Pada data 16 terdapat frasa pementasan ini yang mengacu pada tari kolosal Ariah yang disutradarai oleh Atilah Soeryadjaya.

3.1.2.1.3 Pengacuan komparatif merupkan pengcuan yang bersifat membandingkan dua hal yang memiliki kemiripan, kesamaan, atau perbedaan dalam sebuat teks, seperti serupa, sama, seperti, berbeda.

Data 17

Sepintas ayahku seperti orang India. (Ayah, Panutanku, hal 4)

Kata seperti pada data 17 memiliki makna kemiripan atau serupa. Dalam hal ini penulis menyatakan bahwa secara sepintas sosok Ayah memiliki kemiripan dengan orang India.

3.1.2.2 Penyulihan (Subtitusi)

Penyulihan (substitusi) adalah hasil penggantian unsur bahasa oleh unsur lain dalam satuan yang lebih besar untuk memperoleh unsur-unsur pembeda atau untuk menjelaskan suatu struktur tertentu.

3.1.2.2.1 Substitusi nominal merupakan penggantian nama benda dengan kata lain sebagai satuan lingual yang masih sama.

Data 18

Atilah Soeryadjaya memprakarsai dan menjadi sutradara cerita rakyat Betawi ini. Selain itu, seniman serba bisa itu juga menulis naskah dan sekaligus menulis lirik lagu pementasannya. (Gebyar Pementasan Tari Kolosal Ariah, hal. 15)

Frasa seniman serba bisa pada data 18 digunakan untuk menggantikan Atilah Soeryadjaya pada kalimat sebelumnya, yaitu orang yang memprakarsai sekaligus berperan sebagai sutradara dalam pementasan tersebut.

3.1.2.3 Elipsis

Elipsis adalah peniadaan kata atau penghilangan kata dalam satuan lingual tertentu yang telah disebutkan sebelumnya.

3.1.2.3.1 Elipsis kausal merupakan elipsis yang membentuk ikatan kohesi terdapat jawaban ya atau pun tidak.

(15)

11 Data 19

Meskipun kelihatannya mengerikan, ayahku orang yang sabar.... Ya, ayahku adalah orang yang paling sabar yang pernah aku kenal. (Ayah, Panutanku, hal.4) Kata ya pada data 19 berfungsi menggantikan klausa secara keseluruhan pada kalimat pertama. Penggantian tersebut dimaksudkan untuk membuat ujaran menjadi lebih efektif.

3.1.2.4 Konjungsi

Menurut Alwi, dkk (dalam Setiawati, 2016:48) konjungsi dengan konjungtor atau kata sambung adalah dua tugas yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat: kata dengan kata, frasa dengan frasa, atau kalusa dengan klausa. Selain itu, konjungsi juga dapat menghubungan satu paragraf dengan paragraf berikutnya. Menurut Brown (dalam Setiawati, 2009: 48) konjungsi dapat dibedakan menjadi empat, yaitu aditif, adversative, kausal, dan temporal.

3.1.2.4.1 Konjungsi Aditif merupakan hubungan atau pertalian yang bersifat penambahan atau penjumlahan antara dua proposisi atau lebih. Konjungsi ini dapat berupa dan, bahkan, selain itu, serta, di samping itu, apalagi.

Data 20

Hutan bakau terletak di wilayah pantai dan muara sungai. (Hutan Bakau, hal. 125)

Pada data 20 penulis memberikan informasi bahwa hutan bakau tidak hanya terletak di wilayah pantai, tetapi juga di muara sungai. Hal tersebut dijelaskan penulis dengan menggunakan konjungsi dan.

3.1.2.4.2 Konjungsi adversative merupakan konjungsi yang menghubungan dua gagasan yang saling kontras. Konjungsi ini dapat berupa tetapi, namun, padahal, sebaliknya, walaupun.

Data 21

Pada pohon manggis bunga betina yang dijumpai, sedangkan bunga jantan tidak berkembang sempurna. (Manggis, hal. 133)

Kata sedangkan pada data 21 menyatakan pertentangan dua gagasan, yaitu mengenai perkembangan bunga manggis. Dalam teks tersebut disebutkan bahwa bunga betina yang dapat dijumpai sedangkan bunga jantan tidak berkembang sempur

(16)

12

sempurna. Dengan demikian, kata sedangkan menyatakan kontras terhadap dua gagasan yang bertentangan.

3.1.2.4.3 Konjungsi kausal merupakan konjungsi yang menunjukkan hubungan sebab akibat. Konjungsi ini dapat berupa oleh karena itu, oleh sebeb itu, maka dari itu, akibatnya, karena.

Data 22

Hutan bakau ini termasuk lingkup ekosistem pantai sebab terletak di kawasan perbatasan laut dan darat. (Hutan Bakau, hal. 125)

Kata sebab pada data 22 menunjukkan adanya hubungan sebab-akibat. Sebab tersebut ditunjukkan dengan klausa terletak di kawasan perbatasan laut dan darat, sedangkan akibatnya ditunjukkan dengan klausa Hutan bakau ini termasuk lingkup ekosistem pantai.

3.1.2.4.4 Konjungsi temporal merupakan konjungsi yanh digunakan untuk menghubungkan situasi kronologis. Konjungsi ini dapat berupa kemudian, sesudah itu, sebelum itu, lalu, akhirnya, sejak itu.

Data 23

Nuansa keceriaan permainan anak-anak wak wak gung disusul suasana romantis Juki dan Ariah. (Gebyar Pementasan Tari Kolosal Ariah, hal.15)

Kata disusul pada data 23 menandakan adanya hubungan urutan peristiwa dalam sebuah teks, yaitu setelah menampilkan nuansa keceriaan permainan anak-anak wak wak gung, pementasan tersebut disusul atau dilanjutkan dengan suasana romantis Juki dan Ariah.

3.1 Pembahasan

Beberapa penelitian terdahulu menjadi dasar dilakukannya penelitian ini. Terdapat beberapa persamaan dan perbedaan antara penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh beberapa ahli dengan penelitian ini.

Penelitian Sari (2011) yang berjudul “Kohesi Leksikal dan Kohesi Gramatikal dalam Karya Ilmiah Siswa SMA Sekota Semarang”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa piranti kohesi leksikal yang banyak digunakan sudah baik dan tepat, yang kurang tepat hanyalah repetisi. Di samping itu, pemakaian kohesi leksikal lebih banyak daripada kohesi gramatikal, yaitu 80 %. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Sari, yaitu sama-sama menyinggung

(17)

13

mengenai analisis penggunaan kohesi leksikal dan gramatikal. Perbedaannya terletak pada sumber datanya, penelitian Sari mengambil data dari Karya Ilmiah Siswa, sementara itu penelitian ini dari buku teks kurikulum 2013 revisi 2017 kelas VII yang menghasilkan sebanyak 127 data yang terbagi menjadi dua, yaitu 80 data piranti kohesi leksikal yang terdiri atas 47 repetisi, 14 sinonimi, 9 antonimi, 6 kolokasi, 2 hiponimi, dan 2 ekuivalensi. Adapun 47 data kohesi gramatikal yang terdiri atas 15 referensi, 1 substitusi, 1 elipsis, dan 30 konjungsi.

Penelitian sejenis selanjutnya dilakukan oleh Behfrouz (2014) dengan judul “The Impact of Teaching Reference Category As A Subdivision of Grammatical Cohesion On Iranian Efl Context”. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa hasil penelitian melalui tes independen mengungkapkan bahwa tanpa adanya pengajaran referensi yang baik, tidak akan menimbulkan hubungan yang signifikan antara pengajaran referensi dengan kualitas menulis peserta ELF sehingga pengajaran referensi sangat perlu ditekankan. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Behfrouz adalah sama-sama mengkaji tentang jenis kohesi. Perbedaannya, terletak pada objek penelitian dan hasil penelitiannya. Objek penelitian tersebut adalah pola pengulangan leksikal untuk pengajaran bahasa, sedangkan objek penelitian ini adalah buku teks kurikulum 2013 revisi 2017 kelas VII dan menghasilkan 127 data, 80 data piranti kohesi leksikal yang terdiri atas repetisi, sinonimi, antonimi, hiponimi, kolokasi, dan ekuivalensi sedangkan 47 data piranti kohesi gramatikal yang terdiri atas referensi, substitusi, elipsis, dan konjungsi.

Alotaibi (2015) melakukan penelitian yang berjudul “The Role of Lexical Cohesion in Writing Quality”. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa karangan siswa yang mendapat nilai rendah adalah karangan yang mengandung jenis repetisi dengan kata yang sama dalam jumlah yang tidak sedikit sehingga dalam menggunakan pengulangan atau repetisi harus diperhatikan dengan baik agar tidak memperburuk kualitas suatu karangan. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Alotaibi adalah keduanya membahas mengenai penggunaan kohesi. Perbedaannya, terletak pada sumber data dan hasil penelitiannya. Sumber data penelitian tersebut adalah karangan argumentasi siswa sedangkan sumber data

(18)

14

penelitian ini adalah buku teks kurikulum 2013 revisi 2017 kelas VII dan menghasilkan sebanyak 127 data yang terbagi menjadi dua, yaitu 80 data piranti kohesi leksikal yang terdiri atas 47 repetisi, 14 sinonimi, 9 antonimi, 6 kolokasi, 2 hiponimi, dan 2 ekuivalensi. Adapun 47 data kohesi gramatikal yang terdiri atas 15 referensi, 1 substitusi, 1 elipsis, dan 30 konjungsi.

4. PENUTUP

Berdasarkan hasil analisis kohesi leksikal dan gramatikal dalam buku teks kurikulum 2013 revisi 2017 kelas VII memenuhi keseluruhan aspek kohesi leksikal dan gramatikal. Kohesi leksikal yang terdiri atas repetisi, sinonimi, antonimi, kolokasi, hiponimi, dan ekuivalensi. Kohesi gramatikal yang terdiri atas referensi, substitusi, elipsis, dan konjungsi.

1). Peneliti menemukan 80 data yang memenuhi aspek-aspek kohesi leksikal. Terdapat 47 repetisi yang terdiri atas 1 repetisi epanalepsis, 31 repetisi tautotes, 9 repetisi mesodiplosis, 5 repetisi anafora, dan 1 repetisi epistrofa. Sinonimi sejumlah 14 data yang terdiri atas 12 sinonim antara kata dengan kata, 1 sinonim kata dengan frasa, dan 1 sinonim frasa dengan frasa. Antonimi sejumlah 9 data yang terdiri atas 4 oposisi mutlak, 2 oposisi hubungan, dan 3 oposisi kutub. Selain itu, terdapat 6 kolokasi, 2 hiponimi, dan 2 ekuivalensi.

2). Peneliti menemukan 47 data yang memenuhi aspek-aspek kohesi gramatikal. Terdapat 15 referensi yang terdiri atas 8 referensi persona (1 orang pertama tunggal, 2 orang ketiga tunggal, dan 5 pronomina milik –nya, serta 1 pronomina milik –ku), 3 referensi demonstratif, dan 4 referensi komparatif. Selain itu, terdapat 1 substitusi nominal, 1 elipsis kausal. Sejumlah 30 konjungsi yang terdiri atas 20 konjungsi aditif, 3 konjungsi adservatif, 3 konjungsi kausal, dan 4 konjungsi temporal.

DAFTAR PUSTAKA

Alfaris, Rohadi. 2015. “Analisis Kohesi Gramatikal dan Leksikal dalam Novel Wulandari Karya Yunani”. Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa, Vol.06, No. 04: 76-83.

(19)

15

Alotaibi, Hmoud. 2015. “The Role of Lexical Cohesion in Writing Quality”. International Journal of Applied Linguistics & English Literature, Vol. 4, No. 1: 262-269.

Behfrouz, Behnam. 2014. “The Impact of Teaching Reference Category As A Subdivision of Grammatical Cohesion on Iranian Efl Context”. Journal of Education and Instructional Studies in the World, Vol. 4, No.1: 2-12.

Parwati, Edin. 2011. “Kohesi Leksikal Repetisi pada Wacana „Wayang Durangpo‟ dalam Surat Kabar Harian Jawa Pos Edisi Februari-April 2010”. Jurnal Artikulasi, Vol.12, No. 2: 807-825.

Rohmadi, Muhammad dan Yakub Nasucha. 2015. Dasar-dasar Penelitian: Bahasa, Sastra, dan Pengajaran. Surakarta: Yuma Pustaka.

Sari, Sri Wahyu. 2011. “Kohesi Leksikal dan Kohesi Gramataikal dalam Karya Ilmiah Siswa SMA Sekota Semarang”. Lingua Jurnal Bahasa dan Sastra, Vol. VII, No.1: 27-42.

Setiawati, Sulis dan Heppy Atma Pratiwi. 2016. “Aspek Kohesi Konjungsi dalam Wacana Opini pada Majalah Tempo dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia”. Jurnal Gramatika, Vol. 06, No.1: 45-56.

Gambar

Tabel 1 Pemaparan Jenis-Jenis Kohesi Gramatikal dan Leksikal   dalam Buku Teks Kurikulum 2013 Revisi 2017 Kelas VII  Jenis

Referensi

Dokumen terkait

Keadaan ini menimbulkan persaingan tajam antara perusahaan, sehingga memaksa perusahaan untuk lebih memperhatikan lingkungan yang dapat mempengaruhi perusahaan, agar

Gower dalam Zainuddin et al (2007) bahwa suatu daerah perairan memiliki rentang tertentu dimana ikan berkumpul untuk melakukan adaptasi fisiologis terhadap faktor

Pemohon I dan Pemohon II telah dikaruniai 1 satu orang anak yang bernama ANAK PEMOHON I DAN PEMOHON II, lahir pada tanggal 02 Mei 2010, yang hingga sekarang anak tersebut tetap

Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi,

Tujuan pembelajaran Mata Pelajaran Bahasa Indonesia secara umum adalah agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai

Dokumen Penjajaran Kurikulum 2.0 - KSSM Bahasa Kadazandusun Tingkatan 5 8 4.3 Mongilo om manahak rekomen kokomoi Toilaan Sandad Tinaru Kadazan om Dusun. 4.3.2 Mampayat id

Kadar protein pada produk snack bar tepung pisang kepok lebih tinggi dari hasil penelitian Putri (2019) yang hanya sekitar 3,41%, kandungan protein pada tepung

Salah satu media pembelajaran Bahasa Inggris yang dapat digunakan untuk meningkatkan kosakata Bahasa Inggris siswa adalah melalui kartu kata dan gambar pada