• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis pengaruh kekuatan persuasi iklan terhadap minat beli ulang konsumen pada telepon seluler [handphone] merek Nokia : studi kasus pada Desa Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Analisis pengaruh kekuatan persuasi iklan terhadap minat beli ulang konsumen pada telepon seluler [handphone] merek Nokia : studi kasus pada Desa Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta - USD Repository"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Manajemen

Oleh :

P. Denny Hermanto

NIM : 012214081

PROGRAM STUDI MANAJEMEN JURUSAN MANAJEMEM FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam iman. Selidikilah dirimu! Apakah kamu tidak yakin akan dirimu,

Bahwa Kristus Yesus ada dalam diri kamu? Sebab jika tidak demikian kamu tidak tahan uji.

( 2 Korintus 13:5 )

Hidup adalah anugerah, terimalah Hidup adalah tantangan, hadapilah Hidup adalah penderitaan, atasilah Hidup adalah pertandingan, menangkanlah

Hidup adalah kewajiban, lakukanlah Hidup adalah kesukaan, nikmatilah

Hidup adalah lagu, nyanyikanlah Hidup adalah janji, penuhilah Hidup adalah teka-teki, pecahkanlah

Hidup adalah kasih, bagikanlah Hidup adalah kesempatan, gunakanlah Hidup adalah keindahan, bersyukurlah

(jayapangus)

(5)

v

(6)
(7)

vii

(HANDPHONE) MEREK NOKIA

Studi Kasus Pada Desa Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta

P. Denny Hermanto Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma

2007

Tujuan dari penelitian ini adalah, 1) untuk mengetahui karakteristik konsumen telepon seluler merek Nokia, 2) untuk mengetahui apakah ada pengaruh kekuatan persuasi iklan televisi terhadap minat beli ulang konsumen pada produk telepon seluler merek Nokia.

Sampel adalah sebagian masyarakat Desa Condongcatur sejumlah 100 orang yang menggunakan produk telepon seluler merek Nokia. Teknik analisis data yang digunakan adalah, 1) analisis persentase untuk mengetahui karakteristik konsumen telepon seluler merek Nokia, 2) ana lisis regresi sederhana digunakan untuk mengetahui minat beli ulang konsumen terhadap telepon seluler merek Nokia dan kekuatan persuasi iklan di televisi terhadap minat beli ulang konsumen.

(8)

viii

CELLULAR PHONE

A case study at Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta

P. Denny Hermanto Faculty of Economics Sanata Dharma University

2007

The objectives of this study were 1) to find out the characteristics of Nokia cellular phone consumers, 2) to find out the influence of persuasive television advertisement power on the consumer interest to repurchase Nokia cellular phone products.

The samples size was 100 individuals, stayed at Condongcatur village who use Nokia cellular phone. The techniques for data analysis were, 1) percentage analysis to find out the characteristics of consumers of Nokia cellular phone, 2) simple regression analysis to find out to the influence of persuasive television advertisement power on the consumers intention to repurchase Nokia cellular phone and the persuasive power of advertisement in the television on the interest to repurchase among the consumers.

(9)

ix

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang

telah memberikan anugerah dan karunianya, karena atas berkat dan

rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul : “Analisis Pengaruh Kekuatan Persuasi Iklan Terhadap Minat Beli Ulang Konsumen Pada Telepon Seluler (Handphone) Merek Nokia.” Studi Kasus Pada Desa Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta.

Penulisan skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen Jurusan

Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua

pihak yang telah memberikan sumbangan waktu, tenaga, bimbingan, nasehat dan

dorongan kepada penulis sehingga sekripsi ini dapat selesai. Untuk itu pada

kesempatan ini penulis dengan penuh kerendahan hati ingin mengucapkan banyak

terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. Alex Kahu Lantum, M.S., selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Drs. G. Hendra Poerwanto, M.Si., selaku Ketua Program Studi

Manajemen Universitas Sanata Dharma.

3. Ibu Dra. B.R. Diah Utari, M.Si., selaku Dosen Pembimbing I yang telah

(10)

x

4. Bapak Drs. Alex Kahu Lantum, M.S., selaku Dosen Pembimbing II yang telah

berkenan meluangkan waktu, tenaga, dan memberikan masukan, saran, dan

semangat kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak Dr. H. Herry Maridjo, M.Si., selaku Dosen Penguji yang telah

meluangkan waktu dan telah memberikan masukan, saran dan kritik.

6. Bapak Drs. Marianus Moktar Modesir, MM., selaku Dosen Pembimbing

Akademik yang telah berkenan meluangkan waktu, tenaga, dan memberikan

masukan, saran, dan semangat dalam membimbing selama kuliah.

7. Segenap Dosen dan Karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma,

yang telah memberikan bekal pengetahuan dan bantuannya kepada penulis

selama ini.

8. Bapak H. Sukris selaku Lurah Desa Condongcatur yang telah memberikan izin

penelitian kepada penulis, beserta jajaran Pemerintahan Desa atas bantuannya

dalam memberikan data yang diperlukan dalam penelitian ini.

9. Bapak Lukas Pande dan Ibu Jumiah yang telah memberikan kesempatan,

kepercayaan, dukungan, doa, dan kasih, semangat dan pengorbanan yang tak

terhingga kepada penulis sehingga pada akhirnya penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

10.Kedua saudaraku A.F. Ashadi Budi Utomo dan M.Y.P. Irvan Hermawan yang

(11)

xi

11.Buat kakek Petrus Ngadji (alm) dan nenek Marsella Rando yang telah banyak

memberikan smangat dan doanya yang tak terhingga.

12.Buat kakek MT. Bambung (alm) dan nenekWaginem Bogol (alm) yang telah

banyak memberikan smangat, dan doanya yang tak terhingga.

13.Keluarga besar Bapak Lukas Pande dan keluarga besar ibu Jumiah yang telah

banyak memberikan dukungan, smangat, doanya yang tak terhingga.

14.Om Yarden dan Bibi Sam yang telah memberikan nasehat, dukungan, dan

doanya yang tak terhingga.

15.Buat bang Alem yang telah banyak memberikan dukungan dan doanya.

16.Om Tinus sekeluarga, Om Wan Sekeluarga, Om An sekeluarga, yang telah

banyak memberikan dukungan, semangat, dan doanya selama ini.

17.Om Jhon sekeluarga, yang telah banyak memberikan dukungan, semangat,

dan doanya selama ini.

18.Buat bapak Ngatiman sekeluarga yang telah memberikan nasehat, dukungan

dan doanya yang tak terhingga.

19.Buat mbak Endang, mbak Itut dan Suami, dan Igit yang memberikan

dukungan, semangat, dan doanya.

20.Buat yang terkasih Angela Novita, atas kesetiaan, dorongan, semangat dan

doanya yang menjadi motivasiku selama ini.

21.Buat bang Arsen dan Ana terima kasih buat persahabatannya dan dukungan,

(12)

xii

yang tak terlupakan. Buat kalian hanya ada satu pesan jagalah persahabatan ini

jangan putus, jadilah yang terbaik kibarkan terus bendera ketela 7 on’s

setinggi-tingginya.

23.Sahabat-sahabatku manajemen ‘01 Nasto, Martin, Edwin, Egen, Widi dan

Budi terima kasih buat persahabatan yang indah dan dukungannya selama ini.

Sukses buat kalian semua.

24.Sahabat-sahabatku di Ketela Family Abay (joko), Boby, Bahtiar, Bertus, Fred

C, Ade Bied Zoar, Willy, Nita, Heni, Beta, Cicil, Yosep, dan Anton yang telah

banyak memberikan dukungan dan kenangan yang tak terlupakan.

25.Sahabat-sahabatku KKP angkatan X, Bang Yohanes (alm) (Man ’97), Ana

(Man ’02), Nn (Akt ’02). Terima kasih buat kekompakannya dan suka duka

selama KKP.

26.Sahabatku manajemen angkatan 2001 buat kalian semua semoga sukses dalam

segala hal.

27.Semua pihak yang telah mendukung dan membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini, yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima

kasih atas bantuannya.

Semoga Tuhan Yang Maha Kasih membalas budi baik tersebut dengan

penuh berkelimpahan. Penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi pembaca

(13)

xiii

Yogyakarta, 20 Juni 2007

(14)

xiv

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRAC ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

(15)

xv

B. Bauran Pemasaran ... 9

C. Promosi Penjualan ... 13

D. Merek ... 14

E. Periklanan ... 15

F. Periklanan sebagai Proses Komunikasi ... 16

G. Iklan Sebagai Pembentuk Citra atau Image Suatu Produk ... 19

H. Televisi Sebagai Media Iklan ... 21

I. Perilaku Konsumen ... 24

J. Persepsi Konsumen ... 25

K. Minat Beli Konsumen ... 26

L. Hipotesis ... 32

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 33

B. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 33

C. Subjek dan Objek ... 33

D. Variabel Penelitian ... 34

E. Jenis dan Sumber Data ... 34

F. Metode Pengumpulan Data ... 35

G. Populasi dan Sampel ... 36

H. Teknik Pengujian Instrumen ... 37

(16)

xvi

B. Gambaran Umum Produk Nokia ... 54

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data ... 61

B. Pembahasan ... 72

BAB VI KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN A. Kesimpulan ... 75

B. Saran ... 76

C. Keterbatasan ... 76

(17)

xvii

Halaman

Tabel IV.1 Batas Desa Condongcatur Secara Administrasi ... 43

Tabel IV.2 Komposisi Penduduk Menurut Umur ... 44

Tabel IV.3 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... 44

Tabel IV.4 Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Condongcatur Tahun 2005 ... 45

Tabel V.1 Rangkuman Validitas ... 62

Tabel V.2 Rangkuman Reliabilitas ... 64

Tabel V.3 Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 66

Tabel V.4 Profil Responden Berdasarkan Usia ... 67

Tabel V.5 Profil Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 67

Tabel V.6 Profil Responden Berdasarkan Status Tempat Tinggal ... 68

Tabel V.7 Profil Responden Berdasarkan Pendapatan /Uang Saku Per Bulan ... 69

(18)

xviii

Halaman

Gambar II.1 Teori Aksi Reaksi dari Feisbein ... 28

Gambar II.2 Model Hubungan Sikap-Perilaku ... 30

Gambar IV.1 Struktur Organisasi Pemerintahan dan Tata Kerja Desa

Condongcatur ... 54

(19)

xix

Lampiran 1. Analisis Regresi Linier Berganda ... 80

Lampiran 2. Hasil Analisis Validitas dan Reliabilitas ... 82

Lampiran 3. Hasil Skoring Jawaban Responden ... 85

Lampiran 4. Tabel r ... 89

Lampiran 5. Tabel t ... 91

Lampiran 6. Kuesioner ... 93

(20)

1

A. Latar Belakang

Di era globalisasi saat ini, perkembangan kondisi pasar terus

menunjukkan peningkatan yang begitu cepat. Hal ini disebabkan semakin

banyaknya konsumen mendapat informasi melalui saluran-saluran informasi

yang berkembang saat ini di mana keberadaan segala info rmasi tentang

produk dapat diketahui dengan cepat.

Salah satu sarana yang sering digunakan oleh perusahaan dalam

mengenalkan dan menawarkan produk baru mereka kepada konsumen adalah

melalui iklan, karena iklan dipercaya dapat mendongkrak penjualan oleh

banyak para pengusaha yang mempunyai anggaran cukup besar dapat

digunakan untuk kegiatan promosi. Di mana iklan sebagai pesan yang dapat

mengenalkan produk baru yang dituj ukan kepada masyarakat melalui berbagai

media.

Setiap perusahaan dalam membuat iklan harus mampu menyampaikan

pesan atau informasi secara keseluruhan tentang produk, karena iklan yang

menarik dan baik akan mendapatkan tempat yang khusus di hati konsumen.

Daya tarik tersebut memungkinkan konsumen untuk memberi respon pada

produk. Para pemasar harus lebih tahu bagaimana komunikasi ini dapat

berfungsi dengan baik dan mendapat respon apa saja yang dikehendaki dari

(21)

konsumen untuk mempengaruhi merek supaya melakukan kegiatan tertentu

sesuai kehendak pemasar.

Iklan yang dirancang secara khusus agar mampu menunjukkan

kelebihan produk yang ditawarkan sehingga membujuk dan mempengaruhi

konsumen untuk membeli produk. Iklan yang dapat membujuk dan

mempengaruhi konsumen untuk membeli produk inilah yang disebut sebagai

kekuatan persuasi. Menurut Tim Penyusun Kamus Pusat Pembina dan

Pengembangan Bahasa (1990:196), persuasi adalah bujukan kepada seseorang

dengan cara memberikan alasan dan prospek baik yang meyakinkannya.

Kekuatan persuasi iklan yang bersifat membujuk sangat penting bagi

setiap perusahaan yang memiliki persaingan produk yang begitu tinggi seperti

produk elektronik, yaitu komputer, tape, radio, televisi, dan telepon seluler.

Telepon seluler sendiri merupakan produk elektronik yang banyak diminati

oleh konsumen.

Dengan berkembangnya teknologi, setiap konsumen memiliki

kebutuhan, minat dan daya beli yang berbeda-beda pula sehingga perusahaan

menjadikan hal tersebut sebagai peluang yang baik untuk lebih memuaskan

konsumen. Saat ini semakin banyak perusahaan yang memproduksi telepon

seluler sehingga mereka saling bersaing satu sama lain untuk mendapatkan

konsumen. Dengan beraneka ragamnya telepon seluler yang tersedia, dapat

diketahui bahwa produk tersebut memiliki ciri khas yang berbeda-beda

sehingga konsumen mempunyai banyak alternatif pilihan serta semakin

(22)

Telepon seluler saat ini tidak hanya dibutuhkan oleh kalangan atas saja

tetapi semua pihak, baik pria maupun wanita maupun dari kalangan muda

sampai tua dengan beraneka ragamnya jenis dan merek yang dijual di pasar

salah satunya adalah produk telepon seluler merek Nokia. Hal ini dapat dilihat

tingginya permintaan akan telepon seluler merek Nokia (menurut hasil polling

dari tabloid pulsa yang terbit disetiap edisinya). Dilihat dari pandangan

masyarakat produk telepon seluler merek Nokia memiliki nilai atau citra

tersendiri khususnya bagi kalangan muda. Telepon seluler merek Nokia ini

dianggap mampu memberikan nilai tambah tersendiri bagi sebagian besar

kalangan kaum muda. Sebagai contoh telepon seluler merek Nokia ini dapat

membujuk semua golongan konsumen dengan menawarkan fitur- fitur yang

menarik dan fasilitas yang lengkap sehingga konsumen dapat

mempergunakannya sesuai kebutuhan mereka. Hal ini dimaksudkan agar

konsumen tertarik dengan penawaran yang diberikan produsen telepon seluler

merek Nokia.

Menurut Masli sebagai Ketua Umum Persatuan Perusahaan

Periklanan Indonesia, suatu perusahaan harus memilih alternatif media

periklanan yang akan digunakan untuk memasarkan produknya kepada

konsumen, seperti televisi, radio, koran, majalah, baliho, dan bioskop. Dua

macam media utama yang digunakan oleh perusahaan untuk memperkenalkan

produk yaitu melalui media televisi dan media cetak (termasuk surat kabar dan

majalah). Iklan melalui media televisi dianggap sangat efektif dalam

(23)

Munculnya televisi- televisi swasta seperti Rajawali Citra Televisi

Indonesia (RCTI), Televisi Pendidikan Indonesia (TPI), SCTV, Anteve,

Indosiar, TRANSTV, TRANS 7, Lativi, dan Global TV saat ini dapat

memberikan informasi yang dibutuhkan oleh konsumen. Media televisi ini

mengundang para pengiklan tertarik untuk mempromosikan produk-produk

mereka. Sehingga membawa dampak yang sangat luas bagi kehidupan

masyarakat Indonesia, terlebih budaya menonton orang Indonesia lebih tinggi

oleh karena itu televisi sebagai media audio visual mampu memberi pengaruh

yang cukup besar bagi minat beli konsumen (Masli, 2004:22).

Dengan semakin disadarinya bahwa iklan merupakan unsur yang

sangat penting untuk memperkenalkan produk baru agar informasi yang

disampaikan kepada konsumen dapat melekat dibenak mereka dan guna

mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan ditengah persaingan yang

begitu ketat ini, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan

judul: ”Analisis Pengaruh Kekuatan Persuasi Iklan Terhadap Minat Beli Ulang Konsumen Pada Produk Telepon Seluler (Handphone) Merek Nokia”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, pekerjaan,

umur, status tempat tinggal, dan pendapatan atau uang saku per bulan?

2. Apakah ada pengaruh kekuatan persuasi iklan televisi terhadap minat beli

(24)

C. Batasan Masalah

1. Konsumen dalam hal ini adalah konsumen yang telah membeli dan

menonton iklan produk telepon seluler merek Nokia tersebut di televisi.

2. Konsumen yang diteliti adalah masyarakat Desa Condongcatur,

Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Yogyakarta baik pria maupun

wanita yang menggunakan telepon seluler merek Nokia.

3. Minat beli ulang konsumen yang memiliki telepon seluler merek Nokia

tetapi setelah melihat iklan telepon seluler merek Nokia berminat untuk

membeli telepon seluler merek Nokia lagi.

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana karakteristik responden berdasarkan jenis

kelamin, pekerjaan, umur, status tempat tinggal, dan pendapatan atau uang

saku per bulan.

2. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh kekuatan persuasi iklan Televisi

terhadap minat beli ulang konsumen, pada produk telepon seluler merek

Nokia.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan

tambahan referensi bagi perusahaan telepon seluler merek Nokia dalam

(25)

ulang konsumen di media televisi. Serta mengetahui minat beli ulang

konsumen setelah menonton iklan produk telepon seluler merek Nokia di

televisi.

2. Bagi Universitas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan referensi di

perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan dapat digunakan

untuk menambah pengetahuan pembaca.

3. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapakan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman

penulis serta dapat membandingkan pengetahuan yang telah diperoleh

penulis selama studi dengan keadaan nyata atau riil.

F. Sistematika Penulisan

BAB I. PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika

penulisan.

BAB II. LANDASAN TEORI

Bab ini terisi teori-teori yang mendukung penelitian yang akan

dilaksanakan dan membantu memecahkan masalah.

BAB III. METODE PENELITIAN

Bab ini berisi jenis penelitian, waktu dan lokasi penelitian, subjek

(26)

metode pengumpulan data, populasi dan sampel, teknik pengujian

instrumen, teknik analisis data.

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN PRODUK

Bab ini berisi tentang penjelasan secara singkat mengenai gambaran

umum wilayah penelitian yaitu Desa Condongcatur dan gambaran

umum produk.

BAB V. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi analisis data dan pembahasannya.

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini memuat kesimpulan dan saran berdasarkan hasil analisis

(27)

8

A. Pemasaran

1. Pengertian Pemasaran

Pemasaran merupakan salah satu bentuk kegiatan yang paling

penting bagi dunia usaha dalam mencapi tujuannya, yaitu untuk

mempertahankan kelangsungan hidup, mengembangkan, menang dalam

bersaing dan untuk mendapatkan laba sebanyak-banyaknya. Dengan

adanya pemasaran bagi konsumen sendiri juga dapat dengan bebas

menentukan apa yang diinginkan dan dibutuhkannya.

Menurut Kotler (dalam Andlie, 2005:8), memberikan definisi pemasaran sebagai proses sosial dan manajerial, dimana seseorang atau kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran produk nilai.

Sedangkan tujuan pemasaran menurut Peter Druker (dalam Kotler,

1990:4), adalah membuat penjualan berlebihan. Hal ini untuk mengetahui

serta memahami konsumen dengan baik sehingga produk atau jasa cocok

bagi konsumen agar produk atau jasa tersebut dapat terjual dengan

sendirinya.

2. Manajemen Pemasaran

Apabila manajemen pemasaran melakukan pekerjaannya dengan

baik dalam mengidentifikasikan kebutuhan konsumen, mengembangkan

produk dan menetapkan harga secara tepat, mendistribusikan dan

(28)

barang-barang hasil produksi perusahaan. Kegiatan pemasaran ini haruslah di

koordinasikan dan dikelola dengan cara yang baik. Dalam perusahaan,

dikenal istilah manajemen pemasaran yang menurut Kotler (1990:7),

didefinisikan sebagai berikut:

Manajemen pemasaran adalah analisis, perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian atas program yang dirancang untuk menciptakan, membentuk dan mempertahankan pertukaran yang menguntungkan dengan pembeli sasaran untuk maksud mencapai tujuan-tujuan organisasional.

Jadi manajemen pemasaran dapat dirumuskan sebagai suatu proses

manajemen yang meliputi penganalisaan, perencanaan, penerapan dan

pengawasan kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan.

B. Bauran Pemasaran (Marketing mix)

1. Definisi

Marketing mix menurut Kotler (dalam Andlie, 2005:9 ), adalah

seperangakat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai

tujuan pemasarannya di pasar sasaran. Berdasarakan definisi tersebut,

kombinasi dari Marketing mix dapat memberikan kepuasaan terhadap

konsumen. Variabel Marketing mix yang membentuk strategi pemasaran

terdiri atas kebijakan dan prosedur yang akan ditempuh. Jumlah variabel

yang bisa dipakai untuk menciptakan Marketing mix tidak terbatas. Untuk

mempermudah memahami konsep ini, Mc Carthy (dalam Kotler,

1997:82), mengelompokkan berbagai variabel itu kedalam suatu formula

yang terdiri atas empat variabel yaitu: product, price, place, dan

(29)

2. Prinsip 4P

Konsep dasar 4P dalam bauran pemasaran untuk pertama kalinya

diperkenalkan oleh E. Jerome Mc Carthy (dalam Jefkins, 1997:9), yang

kemudian dikembangkan oleh Philip Kotler, dan kini digunakan secara

luas oleh para dosen pemasaran dan juga praktisi. Prinsip 4P ini pada

dasarnya membagi bauran pemasaran menjadi empat bagian utama yakni

Product (produk ), Place (tempat), Price (harga), dan Promotion

(promosi). Unsur periklanan masuk ke dalam elemen promosi. Para

penulis Amerika sering menyamakan makna humas dengan makna

publisitas, kemudian publisitas mereka anggap identik dengan promosi.

Namun penafsiran tersebut terlalu sederhana dan cenderung kurang tepat,

karena hal tersebut mengabaikan keterkaitan yang sangat erat antara

berbagai elemen, yang disatukan oleh suatu kaitan yang tidak dapat

dipisahkan. Harga dan distribusi yang ditempatkan ke dalam kategori P

yang lain, sesungguhnya erat kaitannya dengan periklanan.

Pengkotak-kotakan seperti ini akan mengaburkan hubungan erat antara

elemen-elemen yang terkandung dalam ma sing- masing P (Jefkins, 1997:9).

Penjelasan dari masing- masing P dipaparkan sebagai berikut:

a. Product (produk)

Produk dapat menjadi penentu dalam persaingan perusahaan.

Untuk dapat memperkuat posisi produk, perhatian terhadap segala

unsur atribut produk akan dapat memungkinkan persaingan.

(30)

Menurut Kotler (dalam Andlie, 2005:11), produk adalah segala sesuatu

yang ditawarkan kesuatu pasar untuk memenuhi keinginan atau

kebutuhan. Produk mencakup semua kebijakan yang berkaitan dengan

produk, misalnya: jenis produk yang akan dijual, kualitas, kemasan

dan desain. Pemahaman dan pengembangan produk akan menguatkan

posisi produk dalam persaingan dengan perusahaan lain. Oleh karena

itu produk menjadi bagian penting dalam manajemen pemasaran untuk

meraih keuntungan pada perekonomian yang ditawarkan dengan

persaingan yang tanpa batas.

b. Price (harga)

Harga menjadi sesuatu yang penting agar produk dapat

diterima dengan baik. Penetapan harga yang tepat akan mendorong

produk laku dipasaran sehingga menguntungkan produsen. Harga

mencakup semua kebijakan yang berkaitan dengan harga, misalnya:

tingkat harga yang direncanakan, pemberian potongan pembelian.

Menurut Kotler (dalam Andlie, 2005:12), harga adalah jumlah uang

dan kemungkinan ditambah dengan beberapa barang yang dibutuhkan

untuk memperoleh beberapa kombinasi sebuah produk dan pelayanan

yang menyertainya.

Penentuan harga produk harus sesuai dengan produk yang akan

dijual. Jika harga yang ditawarkan diminati konsumen dan konsumen

membeli produk tersebut, berarti penetapan harga sudah baik. Jika

(31)

tepat. Karena pentingnya harga bagi pemasaran produk, maka strategi

penetapan harga harus dipahami dengan tepat.

c. Place (distribusi)

Untuk menyalurkan produk dari produsen ke konsumen

diperlukan saluran distribusi. Menurut Swastha (1984:4), saluran

distribusi kadang-kadang disebut saluran perdagangan. Saluran

distribusi untuk suatu barang adalah saluran yang digunakan oleh

produsen untuk menyalurkan barang tersebut dari produsen ke

konsumen atau pemakai akhir.

Saluran distribusi akan melibatkan produsen, konsumen dan

pialang. Pialang adalah suatu usaha yang berdiri sendiri dan beroperasi

sebagai hubungan antara produsen dan konsumen akhir atau pemakai

dari kalangan industri. Pialang sebagai pihak perantara mempunyai

peran penting yaitu berperan aktif melakukan segala sesuatu yang

menyangkut pembelian dan penjualan barang termasuk melakukan

negosiasi.

d. Promotion (promosi)

Promosi merupakan kegiatan yang dimaksud untuk

menyampaikan atau mengkomunikasikan suatu produk kepada pasar

sasaran, untuk memberi tahu tentang keistimewaan, kegunaan dan

tentang keberadaannya untuk mengubah sikap ataupun mendorong

orang untuk bertindak, yaitu tindakan membeli. Menurut Kotler (dalam

(32)

untuk memperkenalkan produk pada calon konsumen dan membujuk

mereka agar membeli serta mengingatkan kembali konsumen lama

agar melakukan pembelian ulang. Dengan melakukan promosi,

perusahaan akan menginformasikan tentang produk kepada konsumen

disertai dengan pengenalan pemakaian dan cara kerja produk tersebut,

untuk menarik minat konsumen dan mengingatkan konsumen bahwa

konsumen membutuhkan produk tersebut untuk memenuhi kebutuhan.

C. Promosi Penjualan

Definisi promosi penjualan adalah, kegiatan-kegiatan promosi yang

bersifat khusus, biasanya berjangka pendek, yang dilakukan di berbagai

tempat atau titik-titik penjualan (point of sale) atau titik pembelian (point of

purchase). Promosi penjualan maupun publisitas periklanan merupakan salah

satu teknik kegiatan humas.

Perbedaan antara promosi penjualan dengan periklanan adalah pada

teknik penggunaannya me nurut John W. Crawford (dalam Susanto,

1991:207), promosi penjualan adalah ”A short term method of reaching a

desired level of sales very quikly”. Promosi penjualan hanya

memperhitungkan hasil cepat dalam jangka pendek. Berbeda dengan

periklanan yang memperhitungkan hasil cepat dalam jangka panjang, hal ini

perlu diketahui, karena hasil promosi penjualan memberikan reaksi positif

lebih cepat dalam jangka pendek, sedangkan hasil periklanan memberikan

(33)

D. Merek (Brand)

Merek adalah nama, istilah, tanda, simbol atau rancangan, atau

kombinasi dari semua ini yang dimaksud untuk mengidentifikasi (Kotler dan

Armstrong, 2001:357). Nama merek (brand name) diperlukan untuk

membedakan dalam memasarkan produk hasil suatu pabrik yang satu dengan

pabrik yang lainnya. Dalam perkembangan bisnis yang sangat pesat ini nama

merek semakin menduduki peranan yang besar. Seringkali nama merek

tertentu digunakan sebagai penilai kualitas produk perusahaan oleh banyak

pembeli. Merek dapat digolongkan atas dasar beberapa hal (Kotler dan

Armstrong, 2001:357), yaitu:

1. Dasar pemilikan

a. Merek produsen yakni merek yang dimiliki oleh produsen.

b. Merek distributor yakni merek yang dimiliki oleh distributor.

2. Dasar geografis

a. Merek nasional yaitu merek yang berlaku secara nasional.

b. Merek internasional yaitu merek yang berlaku untuk internasional.

c. Merek regional yaitu merek yang hanya berlaku untuk daerah tertentu

saja.

3. Dasar pentingnya merek

a. Merek primer adalah merek untuk produk yang berkualitas tinggi dan

biasanya untuk kepentingan promosi.

b. Merek sekunder adalah merek yang diciptakan untuk tujuan tertentu

atau sering juga digunakan untuk menjual produk yang berkualitas

(34)

4. Atas dasar banyaknya produk yang menggunakan merek. Merek dalam hal

ini digolongkan menjadi:

a. Merek individual adalah merek untuk satu macam produk saja.

b. Merek kelompok adalah merek untuk beberapa produk (family).

E. Periklanan

Periklanan adalah merupakan usaha untuk memberi informasi tentang

suatu produk atau jasa kepada khalayak dan merupakan suatu gejala

masyarakat modern (Susanto, 1991:186). Strategi pemasaran banyak berkaitan

dengan komunikasi. Periklanan merupakan salah satu bentuk khusus

komunikasi untuk memenuhi fungsi pemasaran, maka apa yang harus

dilakukan dalam kegiatan periklanan harus mampu membujuk khalayak ramai

agar berperilaku sedemikian rupa sesuai dengan strategi pemasaran

perusahaan untuk mencetak penjualan dan keuntungan. Periklanan harus

mampu mengarahkan konsumen membeli produk-produk yang oleh

departemen pemasaran telah dirancang sedemikian rupa, sehingga diyakini

dapat mempengaruhi pemilihan dan keputusan pembelian (Jefkins, 1997:15).

Beberapa faktor yang mempengaruhi sasaran periklanan ialah (Susanto,

1991:264):

1. Sistem pemasaran, seperti penjualan langsung yang dapat mempengaruhi

melalui swalayan pembeli.

2. Sifat pesan, tidak semua iklan mempunyai sebagai sasarannya suatu

(35)

3. Memberi informasi kepada masyarakat luas demi peningkatan citra

positifnya.

4. Dampak jangka pendek atau jangka panjang, seperti pembentukan citra

pada calon pembeli mobil- mobil berbagai merk.

5. Pengadaan citra positif terhadap non-pembeli yang digolongkan sebagai

penyalur dan agen produk/jasanya.

6. Membiasakan (familiarzation) khalayak luas dengan jenis produk/jasa

yang ditawarkan.

7. Mengurangi gangguan saingan (competition noise)

F. Periklanan Sebagai Proses Komunikasi

Periklanan adalah komunikasi bukan pribadi yang dijalankan melalui

media yang dibayar atas usaha yang jelas. Istilah ”periklanan” berbeda dengan

”iklan”. Iklan adalah beritanya itu sendiri, sedangkan periklanan adalah

prosesnya, yaitu program kegiatan untuk mempersiapkan berita tersebut dan

untuk menyebarluaskan kepada pasar. Masyarakat perlu diberitahukan tentang

siapa (sponsor) ya ng mensponsori iklan tersebut. Dalam hal ini pembayaran

dilakukan oleh sponsor kepada media yang membawa berita tersebut.

Untuk pasar target tertentu, ada enam jenis pokok sasaran periklanan.

Masing- masing jenis umumnya paling berguna untuk menerapkan jenis

strategi pemasaran tertentu. Karenanya, jika lebih dari satu sasaran ditetapkan,

maka penting untuk memastikan bahwa berbagai sasaran tersebut sesuai

dengan strategi pemasaran. Menurut Josep P. Guiltman dan Gordon W. Paul

(36)

1. Kesadaran (Awareness)

Kesadaran akan produk dan pengertian akan konsep dasar produk harus

ada sebelum sikap yang diharapkan terhadap merk tertentu dikembangkan.

Saran kesadaran ini juga diperlukan bila pelanggan memerlukan informasi

tentang bagaimana cara membeli atau bagaimana dapat memperoleh lebih

banyak informasi tentang produk.

2. Mengingatkan (Reminder to use)

Untuk produk discresioner (produk yang dibeli secara tidak reguler) yang

pola pemakainya tidak tertentu, strategi yang tepat adalah merangsang

permintaan primer dengan menaikkan tingkat pemakaian. Peran pokok

iklan dalam pelaksanaan strategi ini adalah menggunakan produk atau

mena mbah persediaan produk.

3. Mengubah sikap tentang penggunaan produk

Sasaran ini dirancang untuk mendukung strategi permintaan primer guna

menarik pemakai baru atau untuk meningkatkan jumlah pemakai. Untuk

mencapai sasaran ini, iklan mungkin menunjukkan bagaimana suatu

produk dapat dimanfaatkan untuk penggunaan lain- lain (dalam hal bentuk

baru) bagaimana produk itu dapat memecahkan masalah pembeli.

4. Mengubah persepsi tentang pentingnya atribut merek

Agar suatu atribut tersebut dalam proses pemilihan oleh pembeli, maka

atribut tersebut haruslah penting dan para pembeli harus merasakan bahwa

alternatif-alternatif produk yang ada berbeda berdasarkan sejauh mana

(37)

Karenanya, bila suatu produk memiliki atribut yang unik dan bilamana

produk tersebut dikaitkan dengan manfaat yang dikehendaki konsumen,

maka mungkin akan tepat untuk menetapkan sasaran ini.

5. Mengubah keyakinan tentang merek

Jika suatu atribut sudah dianggap penting, maka pembeli akan mene liti

sejauh mana tipe-tipe merek atau produk alternatif memiliki atribut

tersebut. Karenanya, sasaran iklan disini adalah meningkatkan nilai produk

di mata konsumen dalam hal atribut yang dianggap penting atau mengubah

penilaian relatif dari produk-produk pesaing dalam hal atribut tersebut

6. Mengukuhkan sikap

Dengan memberikan keyakinan kepada pelanggan bahwa merek tersebut

terus menerus memberikan tingkat kepuasan tinggi untuk manfaat yang

penting. Iklan dapat mengukuhkan sikap dengan demikian juga

mempertahankan kesukaan akan merek (brand preference) dan kesetiaan

akan merek.

Tujuan periklanan berdasarkan sasarannya (Kotler, 1997:236),

yaitu:

a. Periklanan Informatif

Adalah iklan yang mempunyai sifat menginformasikan dan tujuannya

adalah untuk membentuk permintaan pertama.

b. Periklanan Persuasif

Adalah iklan yang bersifat meyakinkan calon konsumen. Iklan ini

(38)

adalah membangun perusahaan selektif. Beberapa periklanan persuasif

telah beralih ke jenis periklanan perbandingan atribut spesifik dengan

satu atau beberapa merek lain di kelas produk yang sama.

c. Iklan Pengingat

Adalah iklan yang sangat penting bagi produk yang sudah mapan

untuk mengingatkan konsumen untuk membeli. Bentuk iklan yang

berhubungan dengan ini adalah iklan penguat, yang bertujuan

meyakinkan pembeli sekarang bahwa mereka melakukan pilihan yang

benar.

Tujuan periklanan yang utama adalah menjual atau meningkatkan

penjua lan barang, jasa, atau ide. Adanya kegiatan periklanan sering

mengakibatkan terjadinya penjualan dengan segera, meskipun banyak juga

penjualan yang baru terjadi pada waktu mendatang. Dari segi lain, tujuan

periklanan yang riil mengadakan komunikasi secara efektif pada proses

periklanan.

G. Iklan Sebagai Pembentuk Citra atau Image Suatu Produk

Untuk membentuk citra dan menemukan pribadi tentang diri, barang,

jasa mudah dilakukan melalui televisi sebagai elektronika audio visual dan

mudah dipahami. Akibat dari pengadaan citra ini memudahkan pihak

produsen mengadakan standardisasi barang dan jasa (berdasarkan citra

diri/barang/jasa pada konsumen), sehingga ”pekerjaan yang memenuhi

(39)

melalui kegiatan periklanan dapat dilihat dari akibat standardisasi ini, yang

memudahkan produsen mengadakan produksi massa atau variasi yang tidak

melampaui batas kemampuannya. Dengan demikian kegiatan periklanan

adalah (Susanto, 1991:248):

1. Membentuk citra (tentang diri/barang/jasa).

2. Menemukan pribadi-pribadi/personalities yang oleh calon konsumen akan

segera dihubungkan/asosiasikan dengan barang atau jasa yang dianjurkan.

Perkataan image berasal dari bahasa latin dan berarti meniru. Oleh

Daniel Boorstin dalam bukunya The image, (dalam Susanto, 1991:248),

sebagai berikut:

”image is an artificial imitation or representation of the external form of object, especially of a pearson.”

Pengadaan citra suatu produk dapat menggunakan orang-orang

terkenal, tokoh masyarakat yang tenar namanya melalui media massa dan

yang mempergunakan barang atau jasa yang dianjurkan. Hal ini biasa

dilakukan oleh bintang-bintang film, yang dalam bahasa Inggris dikenal

sebagai celebrities atau orang-orang yang dikagumi. Di Indonesia para

pelawak, penyanyi dan pemanggung makin lama makin banyak berperan

sebagai pembawa pesan suatu iklan. Menurut Daniel Boorstin seseorang

celebrity adalah ”A person who is known for his well-knowness.” Ia menjadi

terkenal karena diperkenalkan oleh media massa, khususnya dengan teknik

”Simple familiarity induced and reiforced”. Karena timbulnya seorang

(40)

1991:249), menggolongkan celebrity dalam pseudo-event/kejadian-kejadian

semu yang menggunakan teknik persuasi yang bersifat:

a. Tidak sepontan dan direncanakan.

b. Direncanakan untuk memperoleh ruang berita/publicity atau memperoleh

nilai berita dan karenanya menarik sebab aktual.

c. Mempunyai nilai berita yang diragukan.

d. Bertujuan untuk menarik perhatian terhadap diri (atau barang atau jasa

yang dianjurkan).

H. Televisi Sebagai Media Iklan

Iklan televisi telah menciptakan karakteristiknya sendiri, dan hal

tersebut menambah daya pengulangan dan keseimbangan pengaruhnya

sebagai suatu bentuk media iklan. Hampir tidak ada rumah di Indonesia yang

tidak punya televisi. Televisi sudah merupakan barang umum yang mudah

dijumpai di mana saja. Karena itu, potensinya sebagai wahana iklan sangat

besar, karena ia mamp u menjangkau begitu banyak masyarakat atau calon

konsumen (Jefkins, 1997:108).

Karena televisi merupakan sarana hiburan utama bagi keluarga, maka

produk-produk yang banyak diiklankan di televisi adalah barang-barang

konsumsi, baik yang dikonsumsi setiap hari maupun yang tahan lama seperti

alat-alat rumah tangga. Namun, dalam beberapa tahun terakhir produk-produk

barang dan jasa yang bernilai tinggi seperti mobil, motor, handphone, dan

property (perumahan) semakin sering diiklankan di televisi (Jefkins,

(41)

1. Keunggulan-keunggulan iklan di televisi

Beberapa keunggulan iklan di televisi akan dipaparkan sebagai

berikut (Jefkins, 1997:110):

a. Memberi kesan realistik, karena sifatnya yang visual, dan merupakan

kombinasi warna-warna suara dan gerakan, maka iklan- iklan televisi

nampak begitu hidup dan nyata.

b. Membuat masyarakat lebih tanggap, karena iklan di televisi disiarkan

di rumah-rumah dalam suasana yang serba santai atau rekreatif, maka

masyarakat lebih siap untuk memberikan perhatian (dibandingkan

iklan poster yang dipasang di tengah jalan; masyarakat yang sibuk

memikirkan sesuatu, menuju suatu tempat atau tengah bergegas ke

kantor tentunya tidak akan sempat memperhatikannya).

c. Adanya repetisi dan pengulangan, iklan televisi bisa ditayangkan

hingga beberapa kali dalam sehari sampai dipandang cukup

bermanfaat yang memungkinkan sejumlah masyarakat untuk

menyaksikannya, dan dalam frekuensi yang cukup sehingga pengaruh

iklan itu bangkit. Dewasa ini para pembuat iklan televisi tidak lagi

berpanjang-panjang. Mereka justru membuat iklan televisi yang

sesingkat namun semenarik mungkin, agar ketika ditayangkan

berulang-ulang, para pemirsa tidak segera menjadi bosan karenanya.

d. Adanya pemilihan area siaran (zoning) dan jaringan kerja (networking)

yang mengefektifkan penjangkauan masyarakat. Seorang pengiklan

(42)

e. Banyak stasiun televisi sekaligus untuk memuat iklannya bahkan ia

bisa saja membuat jaringan kerja dengan semua stasiun televisi.

f. Sehingga iklannya akan ditayangkan oleh semua stasiun televisi secara

serentak.

g. Ideal bagi para pedagang eceran, iklan televisi dapat menjangkau

kalangan pedagang eceran sebaik ia menjangkau konsumen, selain

karena para pedagang eceran juga suka menonton televisi seperti juga

orang lain, hal itu disebabkan iklan- iklan televisi memang sangat

membantu usaha mereka.

h. Terkait erat dengan media lain, tayangan iklan televisi mungkin saja

terlupakan begitu cepat, tetapi kelemahan ini bisa diatasi dengan

memadukannya pada wahana iklan lain.

2. Kelemahan-kelemahan iklan di televisi

Beberapa kelamahan iklan di televisi akan dipaparkan sebagai

berikut (Jefkins, 1997:113):

a. Televisi cenderung menjangkau pemirsa secara massal, sehingga

pemilahan (untuk kepentingan pembidikkan pangsa pasar tertentu)

sering sulit dilakukan.

b. Jika yang diperlukan calon pembeli adalah data-data yang lengkap

mengenai suatu produk atau perusahaan pembuatnya, maka televisi

tidak akan bisa menandingi media pers.

c. Hal-hal kecil lainnya bisa dan biasa dikerjakan banyak orang sambil

nonton televisi, sama seperti ketika mendengarkan radio. Akibatnya

(43)

d. Karena pemirsanya yang sulit dipilah-pilah itu, maka iklan televisi

justru terbilang mahal. Apalagi terdapat ribuan pengiklan lainnya yang

bersaing membujuk pasar sehingga pangsanya nampak lebih kecil.

e. Karena pembuatan iklan butuh waktu yang cukup lama, maka ia tidak

cocok untuk iklan- iklan khusus atau bahkan yang bersifat darurat ya

harus sesegera mungkin disiarkan. (misalnya iklan konser yang akan

berlangsung satu-dua hari lagi).

f. Di negara-negara yang memiliki cukup banyak stasiun televisi, atau

yang jumlah total pemirsanya relatif sedikit, biaya siaran mungkin

cukup rendah sehingga memungkinkan ditayangkannya iklan yang

panjang atau berulang- ulang. Iklan- iklan seperti ini justru mudah

membosankan pemirsa.

g. Kesalahan serius yang dibuat produser ik lan televisi, menurut Virginia

Matthews yang menulis tentang masalah ini di marketing week (6

Agustus1993), adalah menggunakan penyaji atau model yang sama

sebagaimana para pengiklan yang lain. Selain membosankan, hal ini

juga bisa membingungkan.

I. Perilaku Konsumen

Tujuan pemasaran adalah memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan

keinginan pelanggan sasaran. Perilaku konsumen mempelajari bagaimana

individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli, memakai, dan

menabung barang, jasa, gagasan atau pengalaman dalam rangka memuaskan

(44)

Dalam perkembangan konsep pemasaran saat ini, mempelajari apa

yang dibutuhkan dan diinginkan oleh konsumen sangat penting karena dengan

memahami konsumen akan menuntun pemasar pada kebijakan pemasaran

yang tepat dan efisien. Setidaknya ada dua alasan perilaku konsumen perlu

dipelajari, yaitu (Schiffman dan Leslie, 1994:7) pertama, konsumen sebagai

titik sentral perhatian pemasar dan yang kedua, perkembangan perdagangan

saat ini menunjukkan bahwa lebih banyak produk yang ditawarkan daripada

permintaan. Kelebihan penawaran tersebut bisa disebabkan oleh faktor seperti

kualitas barang tidak layak, tidak memenuhi kebutuhan konsumen, atau

mungkin juga karena tidak mengetahui keberadaan produk tersebut.

Menurut Scheffman dan Leslie (1994:7)

”perilaku konsumen adalah bagaimana konsumen membuat keputusan untuk menghabiskan sumber mereka yang berharga (waktu, uang, usaha) atas barang yang akan dikonsumsi”.

Menurut Swastha dan Handoko (1997:7)

”perilaku konsumen adalah kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan barang dan jasa termasuk didalamnya proses pengamb ilan keputusan pada kegiatan tersebut”.

Menurut Engel (1994:3)

”perilaku konsumen adalah sebagai tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk dan jasa termasuk proses keputusan yang mendahului tindakan ini”

J. Persepsi Konsumen

Persepsi pada hakekatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh

setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat

penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman. Kunci

(45)

merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi, dan bukannya suatu

pencatatan yang benar terhadap situasi.

Menurut Schiffman dan Leslei (1994:162), persepsi didefinisikan

sebagai:

”the process by which an individual selects, organizes, and interprets, stimulus into a meaningful and coherent picture of the world”.

Menurut Irwanto (1996:71)

”persepsi adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala atau peristiwa) sampai rangsang tersebut disadari dan dimengerti”.

Menurut Milton (dalam Abdurahman (1993:29)

”konsep persepsi yaitu suatu proses seleksi, organisasi dan interpretasi suatu stimulus pada konsumen”.

Setiap bentuk fisik, visual, atau komunikasi verbal yang dapat

mempengaruhi tanggapan individu konsumen merupakan suatu proses

persepsi konsumen (Schiffman dan Leslie, 1994:8).

K. Minat beli konsumen (Purchase Intention)

Salah satu teori yang dapat menerangkan hubungan anatara sikap,

minat dan perilaku adalah teori reasoned action, yang dikemukakan oleh

Feisbein dan Ajezen (dalam Ika, 2005:34) mengenai model intensi perilaku

(Feisbein’s Behavioral Intention Model). Perilaku seseorang sangat tergantung

pada minatnya, sedangkan, minat berperilaku tergantung pada sikap dan

norma subjektif atas perilaku. Keyakinan atas akibat perilaku sangat

(46)

kombinasi antara keyakinan dan evaluasi tentang keyakinan penting seorang

konsumen, sedangkan, norma subjektif ditentukan oleh keyakinan dan

motivasi bahwa orang penting lain berpendapat sebaiknya melaksanakan atau

tidak berperilaku. Feisbein dan Ajzen (dalam Ika, 2005:34) berpendapat

bahwa, keyakinan menunjukkan informasi yang dimiliki seseorang tentang

suatu objek. Berdasarkan informasi, sikap atau perilaku terhadap suatu objek

merupakan sesuatu yang menguntungkan atau merugikan. Berbagai informasi

yang diterima dan terkumpul pada diri seseorang inilah yang disebut dengan

pengetahuan.

Aspek pengetahuan yang mempengaruhi sikap adalah aspek

pengetahuan yang berisikan aspek positif atau negatif dari suatu

permasalahan. Norma subjektif berisikan keputusan yang dibuat individual

setelah mempertimbangkan pandangan orang-orang yang mempengaruhi

norma subjektif tentang perilaku tertentu. Individual dapat terpengaruh atau

tidak tergantung pada kekuatan kepribadian individual yang bersangkutan

dalam menghadapi kehendak orang lain. Menurut Assael (dalam Ika,

2005:34), kemudian memodifikasi teori aksi reaksi dari Feisbein, seperti

(47)

Gambar 2.1 Teori Aksi Reaksi dari Feisbein

Sumber: Assael, H (1992), Consumer Behavior and Marketing Action, 4 th, p. 213, Boston.

Teori aksi reaksi dari Feisbein yang dimodifikasi menunjukkan bahwa

evaluasi atribut produk mempengaruhi konsekuensi yang dirasakan atas merek

yang diyakini dari suatu aksi. (brand beliefs perceived concequences of

actions). Evaluasi keseluruhan suatu aksi (overall evaluation of actions)

dipengaruhi oleh konsekuensi yang dirasakan atas merek yang diyakini dari

suatu aksi norma sosial yang terdiri dari keyakinan normatif (normative

beliefs) dan motivasi (motivation of comply). Evaluasi keseluruhan dari suatu Evaluasi Atribut

produk (ei)

Konsekuensi yang dirasakan atas merek yang diyakini dari suatu aksi (bi)

Norma Sosial

Keyakinan Normatif

Motivasi

Evaluasi Keseluruhan dari Aksi

Minat untuk membeli

(48)

aksi akan mempengaruhi intensi untuk membeli (intention to buy) dan

akhirnya mempengaruhi perilaku (behavior) seseorang. Feisbein dan Ajzen

(dalam Ika, 2005:36), minat berperilaku (behavioral intention) menunjukkan

probabilitas subjektif seseorang, bahwa seseorang akan melakukan suatu

perilaku atau beberapa perilaku yang berkaitan dengan objek tertentu.

Metode lain yang menunjukkan hubungan sikap perilaku dikemukakan

oleh Bentler dan Speckart (dalam Ika, 2005:36). Model tersebut

mengemukakan satu variabel tambahan dari model sikap terhadap perilaku

Feisbein, yaitu perilaku lampau (past behavior = behavior I). Perilaku yang

lampau dapat mempengaruhi minat (intention) secara langsung dan perilaku

yang akan datang (future behavior = behavior II). Model hubungan sikap

perilaku dari Bentler dan Speckart (dalam Ika, 2005:36) dapat dilihat pada

gambar 2.2

Gambar 2.2 : Model Hubungan Sikap-Perilaku

Sumber: Bentler PM dan G Speckart (1979), Model of Attitude Behavior Relations, Psychological Review, Vol. 86, pp. 452-464.

Berdasarkan model hubungan sikap dan perilaku pada gambar 2.2

dapat dijelaskan bahwa: Perilaku I

Sikap

Norma Subyektif

(49)

1. Perilaku lampau, sikap, dan norma subjektif dapat saling mempengaruhi

antara yang satu dengan yang lain.

2. Sikap dapat mempengaruhi perilaku yang akan datang, baik langsung atau

tidak langsung.

3. Norma subjektif mempunyai pengaruh tidak langsung pada perilaku yang

akan datang.

4. Perilaku lampau dapat berpengaruh langsung atau tidak langsung pada

perilaku yang akan datang (tidak langsung melalui minat).

Konsumen membentuk intensi untuk membeli produk atau jasa yang

disukai, dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu:

a. Sikap atau pendirian orang lain.

Kekuatan pendirian orang lain dapat mengurangi alternatif yang

disukai seseorang tergantung pada intensitas pendirian negatif orang lain

terhadap alternatif yang disukai konsumen dan motivasi konsumen untuk

menurut i keinginan orang lain. Semakin kuat sikap negatif orang lain, dan

semakin dekat orang lain tersebut, konsumen akan semakin menyesuaikan

intensi pembeliannya.

b. Faktor situasi yang tidak diantisipasi.

Konsumen membentuk suatu intensi pembelian atas dasar

faktor-faktor seperti pendapatan keluarga yang diharapkan, harga yang

diharapkan, dan manfaat produk yang diharapkan. Bila konsumen

bertindak, tetapi faktor situasi yang tidak diantisipasi terjadi, kemungkinan

(50)

c. Konsep diri atau kepribadian.

Menurut Kotler (dalam Ika, 2005:38), setiap orang mempunyai

kepribadian yang berbeda yang akan mempengaruhi perilaku pembeli.

Yang dimaksud kepribadian adalah ciri-ciri psikologis yang membedakan

sesorang, yang menyebabkan terjadinya jawaban yang secara relatif tetap

dan bertahan lama terhadap lingkungannya. Kepribadian orang biasanya

digambarkan dengan istilah seperti: percaya diri, gampang mempengaruhi,

berdiri sendiri, menghargai orang lain, bersifat sosial, sifat membela diri

dan beradaptasi. Kepribadian dapat menjadi variabel yang bermanfaat

untuk menganalisis perilaku pembeli dan berdasarkan hal itu kepribadian

dapat diklasifikasi, dianalisis kuat-lemahnya korelasi antara tipe

kepribadian tertentu dengan pilihan produk atau merek tertentu. Misalnya,

sebuah perusahaan komputer pribadi mungkin menemukan bahwa banyak

calon pembeli mempunyai kepribadian yang kuat dalam percaya diri,

gampang mempengaruhi, dan mandiri. Hal ini berarti bahwa dapat dipakai

suatu pendekatan periklanan yang memproyeksi kualitas-kualitas tersebut

kepada orang-orang yang membeli atau memiliki komputer.

d. Motivasi

Aspek motivasi dapat mempengaruhi benak calon pembeli ketika

akan melakukan keputusan pembelian. Seseorang menaruh minat untuk

membeli produk telepon seluler merek Nokia. Mengapa demikian?

Apakah yang sebenarnya dia cari? Kebutuhan apakah yang coba dia

(51)

Seseorang mempunyai beberapa kebutuhan yang berbeda pada suatu

waktu. Kebutuhan dapat muncul dari fisiologis seperti lapar, dahaga, dan

tidak nyaman. Dan sebagian muncul dari ketegangan psikologis seperti

kebutuhan untuk diakui, harga diri atau merasa diterima oleh lingkungannya.

Apakah seseorang membutuhkan produk telepon seluler karena dia

memang membutuhkan hal itu sebagai kebutuhan fisiologis, atau hanya karena

beberapa teman menggunakannya, maka dia juga ikut menggunakannya.

Kotler (dalam Ika, 2005:38), dua macam bentuk kebutuhan tersebut dapat

dimanfaatkan oleh pemasar atau perusahaan untuk menarik calon konsumen

melakukan pembelian.

L. Hipotesis

Ada pengaruh kekuatan persuasi iklan televisi secara signifikan

(52)

33

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan jenis penelitian studi

kasus. Studi kasus merupakan suatu penelitian terhadap objek tertentu yang

populasinya terbatas dan kesimpulan yang ditarik hanya berlaku pada daerah

penelitian (Arikunto, 1990:314).

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

1. Waktu penelitian: Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Maret

2007.

2. Lokasi penelitian: Penelitian ini dilakukan di Desa Condongcatur,

Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah masyarakat Desa Condongcatur, Kecamatan

Depok, Kabupaten Sleman, Yogyakarta baik pria maupun wanita yang

menggunakan telepon seluler merek Nokia.

2. Objek Penelitian

a. Minat beli ulang konsumen terhadap produk telepon seluler merek

(53)

b. Kekuatan persuasi iklan di televisi terhadap minat beli ulang

konsumen pada iklan telepon seluler merek Nokia yang ditayangkan di

berbagai stasiun televisi seperti RCTI, SCTV, Anteve, Indosiar,

TRANSTV, TRANS 7, Lativi, dan Global TV.

D. Variabel penelitian

Dalam penelitian ini ada beberapa variabel penelitian yang

dikemukakan, yaitu:

1. Variabel Bebas (Independen)

Variabel bebas adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang

menentukan atau mempengaruhi atau munculnya gejala atau faktor atau

unsur yang lain (Nawawi, 1990:56). Variabel bebas dalam penelitian ini

adalah kekuatan persuasi isi iklan televisi isi iklan produk telepon seluler

merek Nokia.

2. Variabel Terikat (Dependen)

Variabel terikat adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang ada

atau muncul dipengaruhi oleh adanya variabel bebas (Nawawi, 1990:57).

Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel terikat adalah minat beli ulang

konsumen terhadap produk telepon seluler merek Nokia.

E. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang didapat berupa data primer dan data sekunder. Data

(54)

(perorangan) sebagai hasil dari wawancara dari hasil pengisian kuesioner.

Sedangkan data sekunder didapat dari buku-buku literatur. Sumber datanya

berasal dari hasil pengisian kuesioner yang dibagikan oleh peneliti dan juga

dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada beberapa orang.

F. Metode Pengumpulan Data

1. Kuesioner

Peneliti menyusun dan mengedarkan kuesioner yang berisi daftar

pertanyaan kepada responden, untuk mendapatkan pernyataan dan

tanggapan mereka terhadap isi iklan produk telepon seluler merek Nokia

di televisi. Responden diminta untuk menjawab pertanyaan yang

berhubungan dengan objek yang diteliti yaitu persuasi isi iklan di televisi,

dan tiap jawaban diberi skor sebagai berikut:

Pernyataan Skor

1. Sangat Setuju (SS) 5

2. Setuju (S) 4

3. Netral (N) 3

4. Tidak Setuju (TS) 2

5. Sangat Tidak Setuju (STS) 1

2. Studi Pustaka

Peneliti mencari data-data pendukung lainnya yang akan membantu dalam

penelitian yang mencakup berbagai artikel, majalah- majalah maupun

tulisan-tulisan lainnya yang banyak berhubungan dengan masalah yang

(55)

G. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari

manusia, benda, hewan, tumbuhan, gejala, nilai tes, atau peristiwa sebagai

sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam suatu penelitian

(Nawawi, 1990:141). Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan

populasi adalah konsumen yang menonton iklan produk telepon seluler

merek Nokia dan menggunakan produk telepon seluler merek Nokia di

wilayah Desa Condongcatur.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang menjadi sumber data

sebenarnya dalam suatu penelitian. Sampel adalah sebagian dari populasi

untuk mewakili seluruh populasi (Nawawi, 1990:145). Dalam penelitian

ini, yang dimaksud dengan sampel adalah sebagian masyarakat Desa

Condongcatur, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Yo gyakarta baik

pria maupun wanita sebanyak 100 responden yang menggunakan produk

telepon seluler merek Nokia.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode non

probability sampling, di mana semua unsur populasi tidak mempunyai

kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel penelitian (tidak

acak). Jenis non probability sampling yang akan dipakai adalah

Convenience sampling yaitu responden dengan mudah didapatkan dan

(56)

H. Teknik Pengujian Instrumen

Pengujian instrumen dimaksudkan untuk mengukur kesahihan

(validitas) dan keandalan (reliabilitas) instrumen penelitian. Pengujian

dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada responden dan kuesioner

tersebut digunakan untuk menguji validitas dan reliabilitas alat pengukur

dalam penelitian ini.

1. Uji kesahihan / validitas, untuk menguji sejauh mana suatu alat ukur dapat

mengukur data yang dibutuhkan dalam penelitian. Uji validitas dilakukan

dengan mengkorelasikan skor yang diperoleh dari masing- masing item

dengan skor total dengan menggunakan teknik korelasi Product moment

(Hadi, 2001:44). Rumusnya:

Γ

ΧΥ=

(

) (

)

( )

(

Ν

Χ −

Χ

)

(

∑ ∑

Ν

Υ −

( )

Υ

)

Υ Χ − ΧΥ Ν 2 2 2 2

Keterangan : ΓΧΥ: korelasi product moment

Ν : jumlah subjek

Χ : skor butir

Υ : skor faktor

Apabila nilai Γ hitung

( )

ΓΧΥ yang diperoleh dari hasil perhitungan lebih

besar dari tabel, maka berarti ada korelasi yang nyata antara kedua variasi

tersebut dan dapat dikatakan alat pengukur yang digunakan valid. Tetapi

apabila nilai Γ hitung yang diperoleh lebih kecil dari Γ tabel maka alat

(57)

2. Uji keandalan / reliabilitas yaitu tingkat kestabilan dari penggunaan teknis

belah dua dengan mengembangkan item- item kuesioner menjadi dua

kelompok (Hadi, 2001:43). Untuk mengukur reliabilitas digunakan teknik

belah dua, yaitu membagi pertanyaan yang valid menjadi 2 belah antara

kelompok item bernomor genap dengan kelompok item bernomor ganjil.

Selanjutnya dicari koefisien korelasi “product moment” kemudian

dimasukkan ke dalam rumus korelasi “Spearman Brown”. Rumus untuk

menghitung reliabilitas kuesioner adalah sebagai berikut:

a. Tahap I, dengan menggunakan rumus korelasi “product moment”

(Hadi, 1991:44): ΧΥ Γ =

(

) (

)

( )

(

Ν

Χ −

Χ

)

(

∑ ∑

Ν

Υ −

( )

Υ

)

Υ Χ − ΧΥ Ν 2 2 2 2

Keterangan : ΓΧΥ= korelasi product moment

Ν = jumalah sampel

Χ = nilai item yang bernomor ganjil

Υ = nilai item yang bernomor genap

b. Tahap kedua dengan menggunakan rumus korelasi “Spearman

Brown” (Hadi, 1991:44).

ΧΥ Γ =

( )

gg gg Γ + Γ 1 2

Keterangan : ΓΧΥ= koefisien reliabilitas

gg

Γ = koefisien korelasi product moment taraf nyata

(58)

Apabila ΓΧΥlebih besar dari Γ tabel, maka berarti kuesioner sebagai

alat pengukur telah memenuhi syarat reliabilitas. Begitu pula

sebaliknya, apabila ΓΧΥlebih kecil dari Γ tabel, maka berarti

kuesioner tersebut tidak memenuhi syarat reliabilitas.

I. Teknik Analisis Data

1. Analisis Persentase

Analisis persentase digunakan untuk mengetahui karakteristik responden.

Karakteristik itu adalah jenis kelamin, pekerjaan, umur, status tempat

tinggal, dan pendapatan atau uang saku per bulan. Analisis persentase

dengan menggunakan rumus :

P = Ν

x

n

Keterangan :

P = jumlah persentase

nx = jumlah yang akan dianalisis

N = jumlah total

2. Analisis Regresi Sederhana

Teknik analisis regresi untuk mengetahui pengaruh variabel independent

(pengaruh persuasi isi iklan di televisi) terhadap variabel dependen (minat

beli ulang). Kemudian dibuat persamaannya sebagai berikut (Rangkuti,

(59)

Y = a + bX

Keterangan : Y = minat beli ulang konsumen (variabel dependen)

a = bilangan konstanta sebagai titik potong

b = koefisien regresi

X = kekuatan persuasi iklan di televisi

Di mana konstanta (a) dan koefisien regresi (b) dapat dicari:

b=

( )( )

( )

Χ − Χ Υ Χ − ΧΥ 2 2 n n a= n b n

Χ − Υ

Keterangan : Y : minat beli ulang konsumen

X : kekuatan persuasi iklan di televisi

a : nilai konstanta

b : koefisien korelasi

n : jumlah responden

3. Rumusan Hipotesis

0

Η :β = 0, artinya variabel kekuatan persuasi iklan tidak mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap minat beli ulang

konsumen.

A

Η :β ≠ 0, artinya variabel kekuatan persuasi iklan mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap minat beli ulang

(60)

4. Pengujian Hipotesis (uji t)

Uji t digunakan untuk mengetahui apakah variabel kekuatan persuasi iklan

di televisi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap minat beli ulang

konsumen. Adapun uji t adalah sebagai berikut :

t =

( )

1 1 1

b S

b −Β

di mana : Sb =

Χ

      −Χ 2 _ e S

--- Se =

2 −       −Υ

Υ

n

Besarnya tingkat signifikansi yang dipaki (a ) = 5%

5. Kriteria penerima atau penolakan hipotesis

Jika: t hitung > t tabel maka Η0ditolak dan ΗA diterima.

(61)

42

A. Gambaran Umum Desa Condongcatur

1. Letak, Luas dan Batas

Desa Condongcatur merupakan salah satu desa yang termasuk

wilayah administrasi Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Daerah

Istimewa Yogyakarta. Desa ini terletak kurang lebih 2 km jarak dari Pusat

Pemerintahan Kecamatan, 8 km jarak dari Ibu Kota Kabupaten atau

Kotamadya Daerah Tingkat II, 6 km jarak dari Ibu Kota Propinsi Dati I,

dan 602 km jarak dari Ibu Kota Negara.

Desa Condongcatur yang luasnya sekitar 950 hektar terdiri dari 18

dusun merupakan desa yang luas di wilayah Kecamatan Depok. Wilayah

seluas 950 hektar tersebut terbagi menjadi 2 bagian untuk peruntukan

21,35 hektar untuk jalan, 355 hektar untuk sawah dan ladang, 4,1 hektar

untuk bangunan umum, 535 hektar untuk pemukiman/perumahan, 3,40

hektar untuk pekuburan, dan sisanya 16 hektar untuk keperluan lain.

Untuk penggunaan 0,5 hektar berupa pertokoan/perdagangan, 7 hektar

berupa perkantoran, 0,8 hektar berupa pasar desa, 3 hektar berupa tanah

wakaf, tanah sawah meliputi 18,8 hektar irigasi tehnis, 54 hektar irigasi

setengah tehnis, 20 hektar irigasi sederhana, tanah kering meliputi 410

(62)

Batas wilayah Desa Condongcatur secara administratif sebagai

berikut :

Tabel IV. 1

Batas Desa Condongcatur Secara Administratif

Letak Batas Desa/Kelurahan Keterangan

Sebelah Utara Minormatani Ngaglik

Sebelah Selatan Caturtunggal Depok

Sebelah Barat Sinduadi Mlati

Sebelah Timur Maguwoharjo Depok

Sumber: Data sekunder dari Desa Condongcatur, 2005

2. Kondisi Geografis

Secara topografis Desa Condongcatur memiliki rata-rata ketinggian

kurang lebih 250 meter di atas permukaan air laut. Secara morfologi Desa

Condongcatur merupakan dataran rendah, sehingga tanahnya cukup subur

untuk usaha pertanian. Suhu udara rata-rata sebesar 26° c, dan suhu

tertinggi sebesar 32° c.

3. Kependudukan

Komposisi penduduk dalam pengertian demografi adalah

komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin. Variabel tersebut

sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan penduduk di masa

mendatang. Dengan demikian, dari komposisi penduduk dapat digunakan

sebagai landasan untuk berbagai kebijakan yang berkaitan dengan

pembangunan di wilayah desa bersangkutan. Ciri yang bersifat demografis

(63)

mata pencaharian. Dalam pembahasan ini hanya terbatas pada komposisi

penduduk menurut umur, jenis kelamin, dan mata pencaharian.

a. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin

Distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin penting untuk

dikemukakan, karena dengan melihat komposisinya dapat dianalisa

perkembangannya di masa mendatang seperti, pertambahan penduduk,

penduduk usia sekolah, angkatan kerja, dan beban tanggungan kepala

keluarga.

Tabel IV. 2

Komposisi Penduduk Menurut Umur

No Golongan Umur Jumlah

1 00 - 03 tahun 1.411

2 04 - 06 tahun 2.468

3 07 - 12 tahun 3.273

4 13 - 15 tahun 4.384

5 16 - 18 tahun 8.295

6 19 - ke atas 14.066

Jumlah 33.897

Sumber: Data sekunder dari Desa Condongcatur, 2005

Tabel IV. 3

Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah

1 Laki- laki 17.132

2 Perempuan 16.765

Jumlah 33.897

Sumber: Data sekunder dari Desa Condongcatur, 2005

Penduduk Desa Condongcatur pada tahun 2005 berjumlah 33.897 jiwa,

terdiri dari 17.132 laki- laki dan perempuan 16.765 (tabel IV.2). jumlah

penduduk sebanyak 33.897 jiwa terdiri dari 8.740 kepala keluarga

(64)

b. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Distribusi penduduk menurut lapangan pekerjaan atau

matapencaharian di suatu wilayah memiliki peranan yang penting,

karena dapat menggambarkan besarnya penduduk yang

menggantungkan hidup. Selain itu, jenis lapangan pekerjaan yang

ditekuni penduduk secara implisit menggambarkan besarnya

penghasilan, seperti penghasilan buruh industri yang pada umumnya

lebih kecil dibandingkan dengan pendapatan PNS/Guru di SMU.

Dengan kata lain, komposisi penduduk menurut mata pencaharian

secara makro dapat menggambarkan struktur ekonomi suatu wilayah.

Tabel IV. 4

Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Condongcatur, Tahun 2005

No Mata Pencaharian Jumlah

Karyawan :

a. Pegawai Negeri Sipil 2.186

b. A B R I 1.468

1

c. S w a s t a 13.820

2 Wiraswasta / Pedagang 1.994

3 Tani 699

4 Pertukangan 455

5 Buruh Tani 380

6 Pensiunan 471

7 Pemulung 37

8 Jasa 440

9 Tidak ada informasi 11.947

Jumlah 33.897

(65)

c. Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan Desa Condongcatur

Susunan organisasi dan tata kerja pemerintahan Desa

Condongcatur yang meliputi kedudukan, tugas dan fungsi terdiri atas :

1) Lurah

Gambar

Gambar 2.1 Teori Aksi Reaksi dari Feisbein
gambar 2.2 Perilaku I
Tabel IV. 1
Tabel IV. 2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada organ limfoid periferal sel-sel tertentu yang dikenal dengan nama antigen presenting cell (APC) seperti makrofag, sel dendritik, dan sel B akan

Secara garis besar metode SAW memiliki lima langkah, meliputi (a) menentukan kriteria; (b) menentukan bobot masing- masing kriteria; (c) memberikan nilai rating

7.2.1 Tuliskan jumlah kegiatan pelayanan/pengabdian kepada masyarakat (*) yang sesuai dengan bidang keilmuan PS selama tiga tahun terakhir yang dilakukan oleh dosen tetap yang

Berdasarkan permasalahan tersebut, tujuan kegiatan ini adalah 1) mening-katkan pemahaman guru terhadap penilaian berbasis kompetensi, (2) membimbing guru agar dapat menyusun

Bila terjadi luapaan di sungai Kali Sampean pada analsis profil aliran permukaan menggunakan data curah hujan dengan kala ulang 100 tahun, maka dapat dipastikan juga

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 31 ayat (2) huruf b, Pasal 33 ayat (1) huruf f, Pasal 71 ayat (1) huruf g, Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007

Pemilihan Mahasiswa Berprestasi merujuk pada kinerja individu mahasiswa yang memenuhi kriteria pemilihan dengan menggunakan beberapa unsur, yaitu prestasi akademik (Indeks

Begitu pula dengan sektor perbankan di Indonesia, belum sepenuhnya memiliki tingkat kesiapan yang baik dalam menghadapi MEA 2015, maka sejak tahun 2014 perbankan yang ada di