xii SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Konsentrasi Hubungan Masyarakat Program Studi Ilmu Komunikasi
Disusun Oleh:
ANITA MARYATI DASYO NIM.6662110418
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
“Barangsiapa merintis jalan mencari ilmu maka Allah akan
memudahkan baginya jalan ke surga” ( HR.Muslim )
Skripsi Ini aku persembahkan untuk Bapak
H.Dadang Harsono, Mamah Lis Rusiati, Kakak Eva
Nurmalasari, Adik Wira Panca Nugraha, yang tanpa
putus memberikan doa dan cinta kasih, selalu
mendukung dan membuat penulis mampu
menghadapi apapun untuk bisa menggapai cita-cita.
Pembimbing I : Ikhsan Ahmad, M.Si., dan Pembimbing II : Darwis Sagita, M.Ikom
Mulyadi Jayabaya merupakan seorang tokoh politik di Banten, beliau merupakan seorang pengusaha dan mantan Bupati Lebak pada periode 2003-2008 dan 2008-2013 yang merambah karirnya menjadi Ketua Umum Kadin Banten. Di tengah konstalasi politik Banten yang dinamis, sebuah cara dalam berkomunikasi politik seorang tokoh merupakan hal yang menarik untuk ditelaah lebih dalam. Untuk itu penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana komunikasi politik Mulyadi Jayabaya menjelang pemilihan Gubernur Provinsi Banten 2017, dilihat dari ketokohan Mulyadi Jayabaya, kampanye politik yang disampaikan, sosialisasi yang yang digunakan, konstituen dan masyarakat pemilihnya. Paradigma penelitian menggunkan post-positivis dan menggunakan model Harold D.Laswell dengan pendekatan kualitatif deskriptif dengan pengambilan data berdasarkan wawancara mendalam. Penentuan narasumber menggunakan tehnik purposivesampling. Hasil penelitian menunjukan bahwa: 1.Penokohan yang dilakukan Mulyadi Jayabaya menjelang Pilgub Banten 2017 lebih dalam lagi dalam pengenalan ketokohannya terhadap masyarakat Banten dengan melakukan banyak kegiatan, seperti melakukan kunjungan di beberapa universitas, pencalonannya sebagai ketua DPP PDIP Banten, hingga menjadi Ketua umum Kadin Banten periode 2015-2020. 2. Pada aspek kampanye politik terlihat bahwa Jayabaya mampu memanfaatkan peluang untuk mengisi kekosongan tokoh di Banten, terlihat dari pergerakan dan eksistensinya saat ini yang keberadaan nya cukup diperhitungkan berdasarkan komunikasi politik yang dijalinnya, dibuktikan dengan posisinya sebagai Ketua umum Kadin Banten sebagai kekuatan logistik selain kekuatan lain yang dimilikinya seperti kekuatan jaringan para keluarganya yang memilki posisi strategis.3. Sosialisasi yang digunakan Mulyadi Jayabaya menjelang Pilgub Banten 2017 adalah dengan sosialisasi secara langsung sehingga ketokohan diri beliau lah yang cenderung di munculkan sehingga media dengan sendirinya mengangkat ketokohan beliau, selain itu sosialisasi lebih mengarah kepada politik patron yaitu dengan beberapa elit keterwakilan. 4. Dalam aspek konstituen dan masyarakat pemilih Jayabaya cenderung lebih menyoroti wirausahawan sebagai partisan ditambah beliau merupakan seorang Ketua Umum KADIN Banten.
Kata Kunci : Politik, Komunikasi Politik, Tokoh Politik, Mulyadi Jayabaya, Pemilihan Gubernur Provinsi Banten 2017
I: Ikhsan Ahmad, M.Si., and Advisor II: Darwis Sagita, M.Ikom
Mulyadi Jayabaya is a political figure in Banten, he was a businessman and former Regent of Lebak in periods 2003-2008 and 2008-2013, reaching his career became Chairman of Kadin Banten. In the midst of a dynamic political constellation Banten, a way of communicating political a figure is interesting to be explored more deeply. For this study aims to describe how political communication Mulyadi Jayabaya elections Banten Governor 2017. Judging from the figure of Mulyadi Jayabaya, political campaigns were delivered, socialization are used, constituents and constituents. Using the research paradigm of post-positivist and with make Harold D. Laswell model used descriptive qualitative approach to data collection is based on in-depth interviews. Determination of speakers usingtechnique purposivesampling. The results showed that: 1.his figure conducted Mulyadi Jayabaya ahead Pilgub 2017 Banten highly effective in the introduction to the community his figure Banten by doing a lot of activities, like a visit at some university, his nomination as chairman of the DPP PDIP Banten, to be Chairman of Kadin Banten period 2015-2020. 2. In the aspect of political campaigns is seen that Jayabaya able to take advantage of opportunities to fill vacancies in Banten figures, seen from the movement and its existence today that its existence is taken into account based on political communication that were established, evidenced by his position as Chairman of Kadin Banten as logistics force other than the power Its other tissues such as the strength of the families that have a strategic position. 3. Socialization used Mulyadi Jayabaya ahead Pilgub Bantam 2017 is the direct socialization so that persona he himself was the one who tends to appear so that the media itself raised his persona, but it is more directed to the political socialization patron is by some elite representation. 4. In the aspect of constituents and voters tend to be more highlighted Jayabaya entrepreneurs as partisan plus he is a Chairman of the Chamber of Commerce Banten.
Keywords: Politics, Political Communication, Political Figures, Mulyadi Jayabaya, Banten Province Governor Election 2017
penyusunan skripsi ini, yang berjudul “KOMUNIKASI POLITIK MULYADI
JAYABAYA MENJELANG PEMILIHAN GUBERNUR PROVINSI
BANTEN 2017”. Shalawat serta salam senantiasa kita sampaikan kepada junjungan Nabi besar kita Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan para
pengikutnya hingga akhir zaman.
Maksud dari penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi dan melengkapi
salah satu syarat menempuh ujian sarjana program S1 (Strata Satu) pada program
studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Hubungan Masyarakat di Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Penulis telah mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh
karena itu pada kesempatan ini penulis dengan kerendahan hati menyampaikan
rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Sholeh Hidayat, M.PD selaku Rektor Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa atas kontribusinya sebagai pemimpin di kampus
penulis.
2. Bapak Dr. Agus Sjafari, S.Sos., M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
3. Ibu Neka Fitriyah, S.Sos., M.Si. selaku Ketua Prodi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa
4. Bapak Ikhsan Ahmad, M.Si. selaku dosen pembimbing satu skripsi,
terimakasih karena telah membantu memberikan arahan serta masukan
untuk menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Darwis Sagita, M.I.Kom. selaku dosen pembimbing dua skripsi
yang telah membantu memberikan arahan serta masukan untuk
menyelesaikan skripsi ini.
sidang, terima kasih waktu dan kebaikan hatinya telah memberikan saya
nilai yang sangat baik.
8. Puspita Asri Praceka, S.Sos, M.I.Kom. selaku dosen pembimbing
akademik. Terimakasih atas bimbingan dan bantuan yang telah
diberikan kepada penulis.
9. Bapak/Ibu Dosen jurusan Ilmu Komunikasi yang telah banyak
memberikan ilmu kepada penulis. Tak lupa juga untuk para staf dan
karyawan jurusan Ilmu Komunikasi.
10. Kedua orang tua, H.Dadang Harsono dan Lis Rusiati, yang tanpa putus
memberikan doa dan cinta kasih, terimakasih yang tak terkira untuk
motivasi, nasihat, dan material yang telah Bapa dan Mamah berikan
hingga pendidikan ini selesai.
11. Kakak tersayang Eva Nurmalasari. Terimakasih atas segala bantuan dan
motivasi nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
12. Adik tersayang, Wira Panca Nugraha. Terimakasih atas segala keceriaan
dan dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
13. Terimakasih kepada Putri Silvina Sari teman satu SMP, SMA, satu
jurusan kuliah, satu kelas, satu kamar kontrakan, satu tempat magang,
otlen bareng, bimbingan bareng, sidang skripsi bareng, satu permainan
bareng, bisnis bareng, intinya satu perjuangan yang sudah menjadi
seperti saudara kandung, yang ada disaat suka maupun duka.
Terimakasih telah mendukung penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
14. Terimakasih kepada Budy Sumitra yang mau di repotin setiap saat untuk
konsul masalah skripsi dan pengalaman pribadi. Terimakasih telah
mendukung penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
15. Terimakasih kepada teman satu kontrakan Amelia Indrayani, Silvia
Rahma Haninda, yang sering galau bareng baik urusan perkuliahan,
setiap saat bersedia direpotkan. Terimakasih telah mendukung penulis
untuk menyelesaikan skripsi ini.
17. Terimakasih kepada Taufik Firdaus, Suryanto, Andi. Terimakasih telah
mendukung penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
18. Terimakasih kepada Aip, Fick Afriansyna, Zeni, Agung Setiadi, Rifki
Firdaosyi, Pipit, Irma, Rika, Aini, Fauzi, Tomi, Nendi, fani, Fajar
Hafriansyah, Ovan Fathurrohman. Terimakasih telah mendukung
penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
19. Terimakasih kepada Choirismi Pratami teman satu perjuangan
dikampus. Terimakasih telah mendukung penulis untuk menyelesaikan
skripsi ini.
20. Teman-teman Ilmu Komunikasi 2011 kelas D dan anak bimbingan ibu
Asri.Terimakasih atas pertemanan dan persaudaraan bersama penulis
selama ini. Semoga kita semua sukses dan tetap menjalin tali
silaturahmi.
21. Teman-teman Ilmu Komunikasi 2011, baik Jurnalistik dan Humas.
Terimakasih atas pertemanan dan persaudaraan bersama penulis selama
ini. Semoga kita semua sukses dan tetap menjalin tali silaturahmi.
22. Teman-teman Kelompok KKM 109 Bojonegara, Rangga, Umar, toni,
Goni, Eki, Upeh, Linda, Iis. Terimakasih atas persahabatan bersama
penulis selama ini. Semoga kita semua sukses dan tetap menjalin tali
silaturahmi.
23. Terimakasih kepada Y. Hendayana Musalev atas arahan nya dan
bersedia menjadi informan dalam penelitian ini. Terimakasih telah
mendukung penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
Saleh, Miyadi Suryadi, H.Oong Syahroni, Bintang Agung Adhi Pradana,
H.Agus Sutisna, H.A.Ganif, Nana Sutisna Amdan, Endang Mulyana,
Deni Tarudin, Eka Gunawan, atas waktu, informasi, dan kesediannya
menjadi informan dalam penelitian ini. Terimakasih telah mendukung
penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
26. Kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu penulis, yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu. Terimakasih banyak atas segala
bantuan dan semangat yang selalu diberikan kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan keterbatasan baik dari segi
kemampuan penyajian maupun pengetahuan yang dimiliki oleh penulis dalam
penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mohon maaf atas segala
kekurangan dan kesalahan yang ada, maka kritik dan saran yang membangun
sangat diharapkan penulis untuk memperbaiki kesalahan dan melengkapi
kekurangan. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan
manfaat bagi semua pihak yang membacanya.
Serang, Oktober 2015
Anita Maryati Dasyo
LEMBAR PERSETUJUAN ... iii
LEMBAR PENGESAHAN ... iv
LEMBAR PERSEMBAHAN ... v
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 9
1.3 Identifikasi Masalah ... 9
1.4 Tujuan Penelitian ... 10
1.5 Manfaat Penelitian ... 11
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ... 12
2.1 Komunikasi Politik ... 12
2.1.1 Fungsi Komunikasi Politik... 18
2.2 Sosialisasi ... 20
2.2.1 Jenis Sosialisasi... 21
2.2.2 Tipe Sosialisasi... 22
2.2.3 Pola Sosialisasi... 23
2.2.4 Proses Sosialisasi... 23
2.2.5 Agen Sosialisasi... 26
2.3Konsep Pemiihan Kepala Daerah (Pilkada) ... 26
2.4 Persuasi Politik ... 32
2.5Pemasaran Politik... 36
2.6Citra Politik ... 41
2.7 Kekuasaan ... 43
2.8 Pengaruh Politik ... 44
2.9 Konsep Pemikiran... 46
2.10 Kerangka Pemikiran ... 46
2.11 Penelitian sebelumnya ... 49
3.3 Subjek dan Informan Penelitian ... 54
3.2.1 Subjek Penelitian ... 54
3.2.2 Informan Penelitian ... 54
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 58
3.5 Teknik Analisis Data ... 61
3.6 Uji Validitas ... 65
3.7 Tempat dan Waktu Penelitian ... 65
3.7.1 Tempat Penelitian ... 65
3.7.2 Waktu Penelitian... 66
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 67
4.1 Deskripsi Objek Penelitian ... 67
4.2 Pembahasan ... 70
4.2.1 Penokohan Mulyadi Jayabaya dalam melakukan komunikasi politik menjelang pemilihan Gubernur Provinsi Banten 2017 ... 70
4.2.2 Kampanye Politik yang di sampaikan Mulyadi Jayabaya menjelang pemilihan Gubernur Provinsi Banten 2017 ... 78
4.2.3 Sosialisasi yang digunakan Mulyadi Jayabaya menjelang pemilihan Gubernur Provinsi Banten 2017 ... 82
4.2.4 Konstituen dan masyarakat pemilih sebagai sasaran politik Mulyadi Jayabaya menjelang pemilihan Gubernur Provinsi Banten 2017 ... 93
BAB V PENUTUP ... 103
5.1 Kesimpulan ... 103
5.2 Saran ... 107
DAFTAR PUSTAKA ... 108 LAMPIRAN
BIODATA PENULIS
DAFTARTABEL
Halaman
Tabel 1 Penelitian Sebelumnya ... 49 Tabel 2 Jadwal Penelitian ... 66 Tabel 3 Kliping Khusus ... 91
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 1 Konsep Pemikiran ... 46
Bagan 2 Kerangka Pemikiran ... 48
Bagan 3 Analisis Data ... 62
Bagan 4 Alur Pemberitaan Media ... 89
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Dokumentasi ... Lampiran 2 Pemberitaan Media Cetak ... Lampiran 3 Pemberitaan Media Online ... Lampiran 4 Surat Permohonan Ijin Mencari Data ... Lampiran 5 Deskripsi Informan Penelitian... Lampiran 6 Panduan Wawancara ... Lampiran 7 Pengelompokan Hasil Transkip Wawancara ...
1 1.1 Latar Belakang Masalah
Mulyadi Jayabaya(Jb) adalah Bupati Kabupaten Lebak pada periode
2003-2008 dan 2003-2008-2013. Dijuluki sebagai Bapak Pembangunan di Kabupaten Lebak,
karena keberhasilannya membangun infrastruktur jalan dan meraih Nominator
Innovative Government Award (IGA) dari Kementrian Dalam Negeri RI tahun
2010. Keberhasilan kepemimpinan Jb ini, dimata Dana Herdiansyah (Panglima
Laskar Paku Bumi)1 sebagai tipikal pemimpin merakyat berbasis romantika,
dinamika dan dialektika.2
Mulyadi Jayabaya memulai debut politiknya di Partai Golkar sejak tahun
1975 dan menjadi wakil ketua DPD II Golkar Kabupaten Lebak. Posisi lainnya
yang di jabat adalah Ketua Dewan Penasehat FKPPI Kab. Lebak ( 1994 –1999 ) dan Ketua Pemuda PANCAMARGA Kab. Lebak, tahun 1996.Aktifitas Mulyadi
Jayabaya saat itu sejalan dengan arus jawara yang dijadikan bagian dari mesin
politik dari pemilu ke pemilu bagi pemenangan Golkar, sebagai bagian dari politik
marjinalisasi dan counter politik terhadap politik Islam yang direpresentasikan
oleh Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Seiring dengan berjalannya waktu, reformasi mengubah arus utama politik
kepartaian dikalangan jawara. Mereka tidak lagi beramai-ramai berada dalam
Golkar, tetapi menyebar ke partai lain. Hal yang sama terjadi dengan Mulyadi
1 LSM di Kabupaten Lebak yang mengawasi dan penyeimbang kinerja pemerintahan Kabupaten
Lebak
Jayabaya. Ia pindah ke Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Karena
merasa sejalan dengan ideologi dan nasionalismenya, hingga Mulyadi Jayabaya
dijadikan Ketua Dewan Pertimbangan Cabang PDIP Lebak tahun 2001.
Pilihannya di PDIP ternyata memberikan banyak peluang untuk
membangun jaringan dan kekuatan. Dibuktikan dengan momentum Pilkada 2003,
ia mencalonkan diri menjadi Bupati Kabupaten Lebak, dan mengikuti kontestasi
politik bersaing dengan Yas‟a Mulyadi, maju melalui perahu partainya
PDIP,Mulyadi Jayabaya terpilih menjadi Bupati Lebak dengan selisih satu suara
dari petahana Yas‟a Mulyadi.
Terpilihnya Mulyadi Jayabaya pada kontestasi politik yang mengalahkan
petahana pada saat itu, membuat hampir semua kalangan di Kabupaten Lebak
kaget. Terpilihnya Mulyadi Jayabaya menjadi Bupati Lebak awalnya di liputi
keraguan berbagai kalangan yang mempertanyakan kompetensi dan kapabilitas
Mulyadi Jayabaya, mengingat citra Mulyadi Jayabaya hanya sebagai jawara dan
minim pendidikan formal. Bahkan sempat mencuat masalah terkait keabsahan
ijazah yang digunakan ketika pencalonan. Walaupun pada akhirnya tidak terbukti
dengan keluarnya SP3 dari Polda Banten perihal dugaan ijazah palsu Mulyadi
Jayabaya.
Pada perjalanan masa jabatannya, Mulyadi Jayabaya membuktikan bahwa
keraguan berbagai kalangan itu tidak benar adanya. Melalui serangkaian
kebijakan, yang dibuatnya diantaranya, peraturan daerah wajib Diniyah, peraturan
daerah yang mewajibkan pelajar yang melanjutkan pendidikan ke jenjang Sekolah
pada tataran implementasi, efektifitas Perda Diniyah belum maksimal, namun
secara kuantitatif jumlah Madrasah Diniyah bertambah dengan jumlah 215 MI,
198 MTS dan 65 MA di Kabupaten Lebak.3 Kebijakan ini bagian dari strategi
yang jitu dan efektif untuk mendapatkan tempat dihati masyarakat mayoritas
muslim. Kebijakan ini kemudian dijadikan tema kampanye keberhasilan
kepemimpinannya menuju pemilihan Bupati Lebak periode 2008-2013.
Disamping itu kebijakan wajib belajar 12 tahun yang ditetapkan dalam Perda No.
2 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan di Kabupaten Lebak.
Kabupaten Lebak dibawah kepemimpinan Mulyadi Jayabaya mengalami
kemajuan pembangunan infrastruktur jalan, rehabilitasi gedung-gedung
pemerintahan, dan kebijakan yang mengarah pada percepatan
pembangunan.Penuntasan rehabilitasi gedung sekolah dasar pada tahun 2006
Sampai dengan tahun 2007. Sampai akhir tahun 2011 Sebanyak 3.411 ruang kelas
pada semua jenjang Pendidikan telah selesai direhabilitasi. Sedangkan untuk
Meningkatkan akses pendidikan pada semua jenjang pendidikan, telah dibangun
sebanyak 467 ruang kelas Baru. Ia juga menginisiasi pembangunan puskesmas,
dari 33 unit puskesmas pada tahun 2004 menjadi 41 unit pada akhir tahun 2012
dan 14 unit diantaranya puskesmas dengan tempat perawatan. Kemudian juga
meningkatkan status rumah sakit umum daerah dari tipe C menjadi RSUD dengan
tipe B non kependidikan,merehabilitas gedung RSUD yang lama, dan
membangun gedung baru sebagai upaya meningkatkan kualitas Pelayanan
kesehatan rujukan.
Ada pula pembangunan jalan poros desa melalui program hotmiks masuk
desa guna memperlancar akses barang dan orang. Sampai akhir tahun 2012
sepanjang 1.312 kilometer jalan poros desa sudah dibangun.4 Selain itu
restrukturisasi pasar Rangkasbitung menjadi sebuah pusat perbelanjaan yang
layak. Adapun kontroversi-kontroversi yang lahir di tataran masyarakat, pola
komunikasi yang digunakan dengan melakukan pendekatan-pendekatan
komunikasi politik melalui tokoh masyarakat.
Mulyadi Jayabaya menjadi salah satu tokoh pemimpin di Banten yang bisa
menyelaraskan gagasan politiksesuai dengan realita masyarakat, membangun
pesan politik secara efektif sesuai dengan kultur masyarakat.Mulyadi Jayabaya
merupakan sebuah fenomena dalam politik lokal di Indonesia. Lobi-lobi
politiknya secara strategis mengarah pada peluang di calonkan sebagai Gubernur
Banten pada periode 2017-2022 mendatang. Banyak pihak memprediksi
Jbmemiiliki kansbesar terpilih, karena komunikasi politik yang dijalin mulai
mengangkat tema masalah-masalah di Banten telah dipersiapkannya untuk Pilgub
Banten pada 2017 nanti. Seperti yang diungkapkan oleh Y.Hendayana Musalev
(Badan Penasehat Kumala)5.
“Ketika menjabat bupati beliau terhitung berhasil membawa Lebak ke arah yang lebih maju itu bisa dicek bagaimana gaung Jb diluar Lebak sebagai bupati yang berhasil, sehingga Indikasi Jb untuk Maju ke Pilkada Banten 2017 sudah jelas telihat ketika ada konstalasi Kadin dan persiapan
DPD PDIP Banten”.6
4 Bappeda.lebakkab.go.idDiakses pada hari Senin tanggal 28 febuary 2015 Pukul 20.00 WIB 5Organisasi primordial tertua di Banten, berdiri 5 Februari 1965, memiliki perwakilan di beberapa
kota di Indonesia
Kemampuan komunikasi Mulyadi Jayabaya, di sisi lain diperlihatkannya
dalam menerapkan strategi politik mencalonkan anaknya Iti Octavia Jayabaya
sebagai kader Demokrat hingga menjadi anggota DPR-RI periode 2009-2014.
Selanjutnya pada 2013 Iti Octavia Jayabaya mampu menjadi Bupati Lebak yang
berpasangan dengan Ade Sumardi yang berasal dari PDIP, keberhasilannya dalam
pencalonan anaknya, mendekatkan ia pada peluang mengisi posisi ketua DPP
PDIP Banten. Seperti ungkapan senior PDIP Banten Darmono L Kawi:
“Calon paling terdepan dengan prestasi yang sudah terukur dan teruji adalah Mulyadi Jayabaya. Mengingat, kesuksesan dua kali memimpin Kabupaten Lebak, sebagai bukti nyata bahwa Jb layak menjadi ketua
PDI-P Banten.”7
Hal ini memberi kesan publik yang di angkat oleh media lokal di Banten.
“Jb Didukung Pimpinan PDIP Banten”.8
Fenomena kontenporer praktis politik saat ini seakan-akan menempatkan
ketua partai sebagai calon Kepala Daerah, walaupun pada kenyataan nya pada
tanggal 17 Maret 2015 yang ditetapkan nya menjadi Ketua PDIP Banten adalah
H.M.Sukira namun, kemungkinan Jb untuk maju ke Pilgub Banten semakin besar
terlihat dari pernyataan H.M.Sukira9
“Secara pribadi diluar kepartaian menurut kacamata saya dengan
karakter dia hobi membangun bisa saja dia untuk maju ke Pilkada Banten 2017 nanti dan sebagai selaku fungsionaris partai saya mendukung dia untuk maju ke Pilkada Banten, karena Jb mempunyai basis dukungan tertentu , artinya Lebak akan habis sama dia artinya suara Lebak pasti ke dia calon yg lain engga kebagian terlepas dari dia dari perahu ( partai)
manapun.” 10
7inilahbanten.com edisi 29 Desember 2014Diakses pada hari Senin tanggal 23 febuary 2015 Pukul
01.30 WIB
8Banten Raya edisi 8 Desember 2014 9
( H.M.Sukira masih menjabat sebagai Sekretaris DPP PDIP Banten )
Kemungkinan besar dari kedekatan daerah asal dan pernyataan
H.M.Sukira tersebut, Sukira mendukung Jb sebagai calon Gubernur dan
mendukung Jb dilangkah politik berikutnya.
Sebagai sebuah bentuk interaksi dan komunikasi politik lainnya, di mana
pengusaha menjadi bagian penting dalam sebuah upaya mencapai kekuasaan,
Mulyadi Jayabaya tidak luput mendekati Kamar Dagang dan Industri (Kadin).
Sebagai calon kuat pada pemilihan Kadin, komunikasi Jb yang sukses melobi
Kadin di tanggapi dengan pernyataan ketua Kadin Lebak H.Sumantri, sebagai berikut :
“Kadin kabupaten/kota meminta Jb untuk maju dalam pencalonan Ketua
Umum Kadin Banten di musprov nanti”11 .
Di perkuat oleh pernyataan Ketua Komunitas Aspiratif (Komunas)12
“Dalam pemilihan ketua Kadin Banten, kami berharap ada sosok
pengusaha yang memang memiliki pengalaman mendalam dalam pengembangan usaha ekonomi. Dan pak Jb adalah figur yang paling pas untuk posisi tersebut. Tanpa mengecilkan figur calon lainnya, tapi saya menyakini, kesuksesan Jb menjadi pengusaha besar di Banten yang dirintis dari nol, merupakan proses panjang yang merupakan bekal
penting dalam memimpin Kadin,” tandas Syarif.13
Dan dibuktikan pada tanggal 31 maret 2015
“Jayabaya terpilih sebagai ketua umum periode 2015-2020 secara
akalamasi setelah Lulu kaking mengundurkan diri dalam pemilihan.”14
Langkah ini diperkirakan menjadi tahapan strategisJbmenjadi Banten 1.
11Kabarbanten.com edisi 07 November 2014Diakses pada hari Selasa tanggal 24 febuary 2015
Pukul 22.40 WIB
12LSM di Kabupaten Lebak yang mengawasi dan penyeimbang kinerja pemerintahan Kabupaten
Lebak
13Bantenpos.co edisi 14 November 2014Diakses pada hari Selasa tanggal 24 febuary 2015 Pukul
22.50 WIB
Kans besar terpilihnya Mulyadi Jayabaya itu pun di perkuat dengan Iti
Octavia Jayabaya sebagai anaknya yang merupakan Bupati Kabupaten Lebak,
namun jika berdasarkan kubu kepemimpinan wilayah, Mulyadi Jayabaya
sepertinya mempuyai persaingan ketat pada Pilkada Bantenyang direncanakan
akan dilaksanakan2017 mendatang, seperti kubu Ratu Atut Chosiah yang
cenderung menguasai daerah Serang, Pandeglang, Tangerang Selatan. Kubu H.
Imam Aryadi yang menguasai daerah Cilegon, dan kubu Wahidin yang cenderung
menguasai daerang Tanggerang Raya, selain itu Rano Karno yang saat ini
menjabat sebagai Pelaksana Tugas Gubernur Provinsi Banten yang meruppakan
sama-sama kader PDIP. Sehingga Pilkada Banten mendatang dipastikan semakin
ketat, untuk itu Mulyadi Jayabayasaat ini memberi kesan tengah menjalin
Komunikasi Politik dengan para stakeholder secara intensif.
Tahun 2001 merupakan pemilihan pertama gubernur dan wakil gubernur
Banten yang dimenangkan oleh Djoko Munandar dan Ratu Atut Choisyah.
Keduanya mendapat suara terbanyak dalam pemilihan oleh anggota DPRD
Banten, ketika Djoko Munandar dicopot dari jabatannya karena terkait kasus
korupsi, Ratu Atut lah yang ditunjuk sebagai Pelaksana Tugas Gubernur Banten.
Sebagai wanita pertama yang menjadi Gubernur di Indonesia Ratu atut memegang
peranan penting dalam politik Banten pada masa itu.
Kemudian pada tahun 2006, sebagai pelaksana tugas gubernur, Ratu Atut
mempersiapkan dan menyelenggarakan pemilihan Gubernur Provinsi 2006.
Empat hari sebelum pelaksanan pemilihan Gubernur Provinsi (Pilkada),
pada 22 November 2006. Hasil survei lembaga ini menempatkannya berada di
urutan teratas. Pada 27 November 2006, Koran Kompas juga mempublikasikan
dengan 39,18% di urutan teratas. Sembilan hari kemudian, 6 Desember 2006,
Komisi Pemilihan Umum Provinsi Banten menetapkannya sebagai gubernur
bersama pasangannya sebagai wakil gubernur.
Berdasarkan hasil penghitungan manual yang dilakukan KPU Provinsi
Banten, bersama pasangan wakil gubernur, ia memperoleh 1.445.457 (40,15
persen) dari 3.599.850 suara sah. Suara tidak sah mencapai 177.141 suara.
Dengan demikian, tingkat partisipasi pemilih mencapai 60,83 persen dari total
warga yang menggunakan hak pilih sebanyak 3.776.385 atas 6.208.951 pemilih
terdaftar. Sedangkan, 2.432.566 (39,17 persen) pemilih lainnya tidak
menggunakan hak pilihnya. Proses penghitungan manual dilakukan di Hotel Le
Dian, Serang. Hasil itu memastikan Ratu Atut memenangi pemilihan Gubernur
Provinsi Banten yang diselenggarakan pada 26 November 2006.
Kemudian pada tahun 2011 tepatnya pada tanggal 22 Oktober 2011,
diadakan pilkada Gubernur dan Wakil Gubernur Banten periode 2011-2015. Hasil
pilkada tersebut diumumkan oleh KPUD Banten pada tanggal 30 Oktober 2011
dan memastikan pasangan Ratu Atut Chosiyah dan Rano Karno memenangkan
hasil Pilkada. Pasangan Atut-Rano Karno mengalahkan pasangan nomor urut 2
Wahidin Halim-Irna Nurulita dan nomor urut 3 Jazuli Juwaeni-Makmun Muzzaki.
Sejarah mencatat bahwa Pilkada dimenangkan Kubu Ratu Atut Choisiyah
sebanyak 2 periode kepengurusan yakni 2006 dan 2011, sebagai tolok ukur
melakukan kembali Pilkada yang dipilih secara langsung apabila gugatan terkait
Perpu Pilkada langsung dimenangkan oleh Koalisi Indonesia Hebat (KIH) pada
putusan MA dan MK.
Berdasarkan komunikasi dan dinamika politik Mulyadi Jayabaya
menjelang Pilkada Banten 2017, suatu kajian yang tetap menarik apabila ditelaah
secara komperhensif berdasarkan aspek komunikasi politik di era perkembangan
keterbukaan informasi saat ini. Dari latar belakang diatas, maka penulis ingin
melakukan penelitian dengan judul “Komunikasi Politik Mulyadi Jayabaya Menjelang Pemilihan Gubernur Provinsi Banten 2017”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian seperti yang terpapar dalam Latar Belakang di atas,
maka penelitian ini berangkat dari pertanyaan dasar yang sekaligus merupakan
permasalahan pokok studi, yaitu “Bagaimana Komunikasi PolitikMulyadi Jayabaya Menjelang Pemilihan Gubernur Provinsi Banten 2017?”
1.3 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah penelitian di kerucutkan
dengan memetakan beberapa aspek yang dianggap penting untuk itu di perlukan
identifikasi masalah sebagai poin permasalahan yakni :
1) Bagaimana penokohan Mulyadi Jayabaya dalam melakukan komunikasi
2) Seperti apa Mulyadi Jayabaya menyampaikan kampanye politik nya
menjelang Pemilihan Gubernur Provinsi Banten 2017 ?
3) Melalui sosialisasi apa Mulyadi Jayabaya melakukan komunikasi
politiknya menjelang Pemilihan Gubernur Provinsi Banten 2017 ?
4) Siapa saja konstituen dan masyarakat pemilih yang menjadi sasaran politik
Mulyadi Jayabaya sebagai bentuk komunikasi politik nya menjelang
Pemilihan Gubernur Provinsi Banten 2017 ?
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian seperti yang terpapar dalam Latar Belakang dan
Indentifikasi masalah di atas, maka tujuan penelitian ini yaitu :
1) Untuk menjelaskan penokohan Mulyadi Jayabaya dalam melakukan
komunikasi Politik menjelang Pemilihan Gubernur Provinsi Banten 2017
2) Untuk menjelaskan seperti apa Mulyadi Jayabaya menyampaikan
kampanye politik nya menjelang Pemilihan Gubernur Provinsi Banten
2017
3) Untuk menjelaskan Melalui sosialisasi apa Mulyadi Jayabaya melakukan
komunikasi politiknya menjelang Pemilihan Gubernur Provinsi Banten
2017
4) Untuk menjelaskan Siapa saja konstituen dan masyarakat pemilih yang
menjadi sasaran politik Mulyadi Jayabaya sebagai bentuk komunikasi
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ada dua:
a. Manfaat Akademis
1. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kontribusi
dan menambah wawasan pada literatur-literatur ilmu politik
khususnya komunikasi politik.
2. Dari hasil penelitian ini pula diharapkan dapat dijadikan bahan
acuan untuk peneliti berikutnya
b. Manfaat Praktis
1. Penelitian ini diharapkan dapat menerangkan tentang komunikasi
seorang sosok tokoh politik dalam membangun komunikasi
politiknya menjelang Pemilihan Kepala Daerah.
2. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi acuan bagi aktor politik
untuk mengetahui proses dan cara mengkampanyekan sosok dalam
12 2.1 Komunikasi Politik
Dalam pengertian umum komunikasi adala hubungan dan interaksi yang
terjadi antara dua orang atau lebih. Interaksi itu terjadi karena seseorang
menyampaikan pesan dalam bentuk lambang-lambang tertentu, diterima oleh
pihak lain yang menjadi sasaran, sehingga tercapai kesepahaman makna dari
sebuah proses komunikasi tersebut.
Harold D. Laswell menyatakan bahwa cara terbaik untuk menerangkan
proses komunikasi ialah dengan menjawab pertanyaan: Who Says What, In Which
Channel, To Whom, With What Effect (Siapa Mengatak Apa, Melalui Siaran,
Kepada Siapa, dan Dengan Efek Apa). Jawaban dari pertanyaan tersebut
menunjukan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban pertanyaan
yang diajukan. Sehingga komunikasi politik menurut Harold D. Laswell yang
dikutip dari Hafied Cangara menjelaskan, bahwa komuniasi politik terdiri dari
beberapa unsur, yakni :
1) Komunikator Politik
Komunikasi politik tidak hanya menyangkut partai poitik, melainkan juga
lembaga pemerintahan legislative dan eksekutif. Dengan demikian, sumber atau
komunikator politik adalah mereka-mereka yang dapat memberi informasi tentang
hal-hal yang mengandung makna atau bobot politik misalnya presiden, mentri,
politik, fungsionaris Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan
kelompok-kelompok penekan dalam masyarakat yang bias mempengaruhi jalanya
pemerintahan.
KomunikatoritusendirisebagaimanadikemukakanolehRakhmat(dalamDan
Nimmo,2005)digolongkanmenjaditigayaitupolitisi,profesionaldan
aktivisketiganyadalamaktivitaskeseharianmerekaharusmelakukankomunikasi
politik.15Menjelaskansecararincimengenaikomunikatorpolitik
ini.Iamemaparkanbahwaterdapattigamacamkomunikatorpolitik.Pertama,
adalahkomunikatorpolitikyangmempunyaipekerjaansebagaipolitisi/politikus,
merekaadalahcalonataupemegangjabatantertentudipemerintahan.Takpeduli
apakahiaditunjukataupejabatkarirdantakmengindahkanapakahjabatanitu
eksekutif,legislatifatauyudikatif.Pekerjaanmerekaadalahaspekutamakegiatan ini.
Politisi atau politikusinilahyangseringjuga disebut sebagai elite politik.
Dalamkegiatankeseharian,parapolitikusharusmelakukankomunikasi
politik.Halinidilakukan,untukmengomunikasikanpesanpesanpoitikkepada
sesamapolitikus,pesanpolitikinibisaberupatuntutan,protesdankebijakan.
kemudian,melakukankomunikasipolitikkepadamasyarakat.Halinidilakukan
sebagaiupayauntukmeraihdukunganmasyarakatagariatetapbisamenduduki
jabatanyangsaatinidimilikinya(bagiyangbelummempunyaijabatan,dukungan
masyarakat diperlukan untuk meraih jabatan tersebut).
Kedua;profesionalsebagaikomunikatorpolitikmunculdiakibatkan
karenaberkembangnyaperangkatteknologimediamassa.Iamenyuarakan
15
pendapatkomunikatorpolitikyangsesungguhnyadanmenghubungkandengan
masyarakat,menghubungkanpublikumum,denganpemimpinpolitikdan
membantumenempatkanmasalahdanperistiwapada agendadiskusipublik.Yang
termasukdalamprofesionaladalahparajurnalis(reporter,koordinatorberita,
penerbit,pengarahberita,eksekutifstasiundanlainnya).Profesionallainnya
adalahpromotor,iaadalahorangyangdibayaruntukmengajukankepentingan
langganantertentu.Sepertiagenpublisitas,tokohmasyarakat,pejabathumas,
pejabat informasi publik,sekretaris presiden dan lainnya.16
Parajurnalisdanpromotorinibekerjasebagaipenghubungantara
komunikatorpolitikyangsebenarnyadenganmasyarakat.Selainmenyuarakan
pendapatkomunikatorpolitikparaprofesionalkhususnyajurnalisjugamenjadi
penghubungpendapatyangdatangnyadari masyarakat.
Komunikatoryangketigaadalahaktivis,yangdimaksuddenganaktivis
adalahorang-orangyangtidakbekerjauntukkepentinganpolitik, namun
tugasnyaadalahmenjadijurubicara atau pelobi.Politikbukanlapangan
pekerjaannya,namuniaterlibatbaikdalamkegiatanpolitikwalaupundalam
komunikasi. Karenaitulah ia disebut aktivis politik.
Aktivislainnyayangjugaberfungsisebagaikomunikatorpolitikadalah
pemukamasyarakat.Iadisebutaktiviskarenabanyakorangyangmeminta
pendapatnya,khususnyaketikamerekaakanmemutuskanmemilihkandidat
dalampemilihanumum.Pemukamasyarakatbiasanyaorang-orangyangaktif
menyimakberitadimediamassa.Iamenjadinarasumberbagiorangorangyang pasif.
16
Didalamkomunikasipolitik,opinipublikmemilikiperanpentingdalam
strategikomunikasiseorangkandidat.Opinisudahterbentukjikapendapatyang
semuladipertentangkansudahtidaklagidipersoalkan.MenurutJamesBryces
dalam“ModernDemocrazy”opinipublikmerupakankumpulanpendapatdari
sejumlahorangtentangmasalah-masalahyangdapatmempengaruhiataumenarik
minatatauperhatianmasyarakatdisuatudaerahtertentu.Secarasederhanaopini
publikmerupakankegiatanuntukmengungkapkanataumenyampaikanapayang
olehmasyarakattertentudiyakini,dinilaidandiharapkanolehseoranguntuk
kepentingan mereka dari situasi tertentu dan isu diharapkan dapat
menguntungkan pribadi atau kelompok.17
2) Pesan Politik
Ialah pernyataan yang disampaikan, baik secara tertulis maupun tidak
tertulis, baik secara verbal maupun non verbal. Tersembunyi maupun
terang-terangan, baik yang disadarimaupun tidak disadari yang isinya mengandung bobot
politik. Misalnya pidato politik, undang-undang kepartaian, undang-undang
pemilu, penyataan politik, artikel atau isibuku/brosur dan berita surat kabar, radio,
televisi dan internet yang berisi ulasan politik dan pemerintahan, spanduk atau
baliho, iklan politik, propaganda, makna logo, warna baju atau bendera dan
semacamnya.
3) Saluran atau Media Politik
Saluran atau media politik ialah alat atau sarana yang digunakan oleh para
komunikator dalam menyampaikan pesan-pesan politiknya. Misalnya media
17 Heryanto, Gun Gun dan Ade Rina Farida. 2011. Komunikasi Politik. Jakarta : Lemlit UIN
cetak, yaitu surat kabar, tabloid, majalah. Media elektronik, misalnya film, radio,
televisi, komputer, internet. Media format kecil, misalnya leaflet, brosur,
selebaran, stiker, bulletin. Media luar ruang (out door media), misalnya baliho,
spanduk, reklame, bendera, jumbai, pin, logo, topi, rompi, kaos oblong, kalender,
blok note dan segala sesuatunya yang biasa digunakan untuk membangun citra
(image building).
4) Sasaran atau Target Politik
Sasaran adalah anggota masyarakat yang diharapkan dapat memberi
dukungan dalam bentuk pemberian suara kepada partai atau kandidat dalam
pemilihan umum. Mereka adalah pengusaha, pegawai negeri, buruh, perempuan,
ibu rumah tangga, pedagang kaki lima, mahasiswa, petani, yang berhak memilih
maupun pelajar dan siswa yang akan memilih setelah cukup usia.
5) Pengaruh atau Efek Komunikasi Politik
Efek komunikasi politik yang diharapkan adalah terciptanya pemahaman
terhadap system pemerintahan dan partai-partai politik, dimana nuansanya akan
bermuara pada pemberian suara dalam pemilihan umum. Pemberian suara sangat
menentukan terpilih tidaknya seorang kandidat untuk posisi mulai tingkat
presiden dan wakil presiden, angota DPR, MPR, gubernur, dan wakil
gubernur,bupati dan wakil bupati, walikota dan wakil walikota sampai pada
tingkat DPRD.18
Menurut Michael Rush dan Phillip Althoff mendefinisikan komunikasi
politik sebagai suatu proses dimana informasi politik yang relevan diteruskan dari
18
satu bagian sistem politik kepada bagian lainnya, dan diantara sistem-sistem sosial
dengan sistem-sistem politik.19
Menurut McQuail (1992: 472-243) mengatakan bahwa “Political Communication all processes of information (including facts, opinions, beliefs,
etc) transmission, exchange and search angaged in by participants in the course
of institutionalized political activities” (Komunikasi Politik adalah semua proses penyampaian informasi, termasuk fakta, pendapat, keyakinan-keyakinan dan
seterusnya, pertukaran dan pencarian tentang itu semua yang dilakukan oleh para
partisipan dalam konteks kegiatan politik yang lebih bersifat melembaga).20
Pendapat yang lebih komprehensif dikemukakan Sumarno yang
mengajukan formulasi komunikasi politik sebagai suatu proses, prosedur dan
kegiatan membentuk sikap dan perilaku politik yang terintegrasi dalam suatu
sistem politik. Dalam ungkapan yang lebih terbuka komunikasi politik
menyangkut hal-hal sebagai berikut: (1) disampaikan oleh komunikator politik,(2)
pesannya berbobot politik yang menyangkut kekuasaan dan negara, (3)
terintegrasi dalam sistem politik.21
Komunikai politik merupakan suatau elemen yang dinamis dan yang
menentukan sosialisasi politik dan partisipasi politik.Sosialisasi politik adalah
proses pembentukan sikap dan orientasi politik pada anggota masyarakat. Melalui
19Michael Rush dan Phillip Althoff. 1997. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta. PT. Raja Grafindo
Persada. Hal 24
20Parwito. 2008. Komunikasi Politik Media Massa dan Kampanye Pemilihan. Yogyakarta:
Jalasutra, hal. 2.
proses sosialisasi politik inilah para anggota masyarakat memperoleh sikap dan
orientasi terhadap kehiduapan politik yang berlangsung dalam masyarakat.22
Partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk
ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik,seperti memilih pimpinan Negara
atau upaya-upaya mempengaruhi kebijakan pemerintah.23 Sedangkan menurut
Huntington dan Joan Nelson,partisipasi politik adalah suatu sikap politik yang
mencangkup segala kegiatan atau aktivitas (action) yang mempunyai relavansi
politik ataupun hanya memengaruhi pejabat-pejabat pemerintah dalam
pengambilan keputusan pemerintah.24
2.1.1 Fungsi Komunikasi Politik.
Komunikasi politik merupakan jalan mengalirnya informasi melalui
masyarakat dan melalui berbagai struktur yang ada dalam sistem politik. Fungsi
dari komunikasi politik adalah struktur politik yang menyerap berbagai aspirasi,
pandangan, dan gagasan yang berkembang dalam masyarakat dan
menyalurkannya sebagai bahan dalam penentuan kebijakan. Dengan demikian
fungsi membawakan arus informasi balik dari masyarakat ke pemerintah dan dari
pemerintah ke masyarakat.25
Sedangkan menurut Soemarno fungsi komunikasi politik dapat dibedakan
menjadi dua bagian. Pertama, fungsi komunikasi politik yang berada pada struktur
pemerintahan (suprastruktur politik) atau disebut juga denga istilah the
22
Syahrial Syarbaini,Rusdiyanta,Doddy Wihardi. 2013. Pengetahuan Dasar Ilmu Politik. Bogor: Ghalia Indonesia,hal. 125
23Ibid hal. 123
24Leo Agustino. 2009.Pilkada Dan Dinamika Politik Lokal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hal. 188 25Mas‟oed Mochtar & Colin Mac Andrew. 1993.
governmental political sphere, berisikan informasi yang menyangkut kepada
seluruh kebijakan yang dilaksanakan oleh pemerintah. Isi komunikasi ditujukan
kepada upaya untuk mewujudkan loyalitas dan integritas nasional untuk mencapai
tujuan Negara yang lebih luas. Kedua, fungsi yang berada pada struktur
masyarakat (infrastruktur politik) yang disebut pula dengan istilah the socio
political sphere, yaitu sebagai agregasi kepentingan dan artikulasi kepentingan,
dimana kedua fungsi tersebut sebagai proses komunikasi yang berlangsung di
antara kelompok asosiasi dan proses penyampaian atau penyaluran isi komunikasi
terhadap pemerintah dan hasil agregasi dan artikulasi tersebut.26
Dengan kata lain penulis menyimpulkan fungsi komunikasi adalah
jembatan antara sosialisasi kebijakan pemerintah kepada masyarakat dan keluhan
atau aspirasi masyarakat yang disampaikan melalui komunikasi politik kepada
pemerintah.FungsikomunikasipolitikyangdikemukakanolehMcNair(2003)
dikombinasikandenganfungsikomunikasiyangdibuatolehGoranHedebro (1982),
Komunikasi politik berfungsi untuk:
1. Memberikaninformasikepadamasyarakatterhadapusaha-usahayang
dilakukanlembagapolitikmaupundalamhubungannyadengan pemerintah
dan masyarakat
2. Melakukansosialisasitentangkebijakan,programdantujuanlembaga politik
3. Memberimotivasikepadapolitisi,fusngsionarisdanparapendukung partai
4. Menjadiplatformyangbisamenampungide-idemasyarakatsehingga menjadi
bahan pembicaraan dalam bentuk opini publik
5. Mendidikmasyarakatdenganpemberianinformasi,sosialisasitentang
cara-carapemilihanumumdanpenggunaanhakmerekasebagai pemberi suara
6. Menjadihiburanmasyarakatsebagaipestademokrasidengan
menampilkanparajurukampanyeartis,danparakomentatoratau pengamat
politik
7. Memupukintegrasidenganmempertinggirasakebangsaanguna
menghindarikonflikdanancamanberupatindakanseparatisyang mengancam
persatuan nasional
8. Menciptakaniklimperubahandenganmengubahstrukturkekuasaan
melaluiinformasiuntukmencaridukunganmasyarakatluasterhadap
gerakanreformasi dan demokratisasi
9. Meningkatkanaktivitaspolitikmasyarakatmelaluisiaranberita,
agendasettingmaupunmelaluikomentar-komentarpolitik27
2.2 Sosialisasi
Berdasarkan buku Sosiologi Suatu Pengantar yang ditulis oleh Soerjono
Soekanto, “sosialisasi adalah suatu proses, dimana anggota masyarakat yang baru
mempelajari norma-norma dan nilai-nilai masyarakat di mana dia menjadi
anggota”.28Menurut M.J. Herskovits, “sosialisasi adalah suatu proses dimana
seorang anak menyesuaikan diri dengan norma-norma dalam
keluarganya”.29
Richard T. Schaefer dalam buku Sociology a Brief Introduction
memaparkan, “Socialization, in which people learn the attitudes, values, and
behaviours appropriate for members of a particular culture. Socialization occurs
27Hafied Cangara, 2009. Op Cit hal 40-41 28
Soejono Soekanto, 2009. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers Hal 59
through human interactions that begin in infancy and continue through
retirement”. (Sosialisasi adalah di mana orang mempelajari sikap, nilai, perilaku yang tepat bagi anggota kebudayaan tertentu. Sosialisasi terjadi melalui interaksi
manusia yang dimulai pada masa bayi hingga usia lanjut).Sedangkan sosialisasi
menurut Sean Macbride yang dikutip Cangara, “yakni menyediakan dan mengajarkan ilmu pengetahuan bagaimana orang bersikap sesuai nilai-nilai yang
ada, serta bertindak sebagai anggota masyarakat secara efektif”.30
2.2.1 Jenis Sosialisasi
Berdasarkan jenisnya sosialisasi menurut Robert M. Lawang dibagi
menjadi dua, yaitu31 :
1. Sosialisasi primer, yaitu sosialisasi pertama yang dijalani individu
semasa kecil dengan belajar menjadi anggota masyarakat (keluarga).
Sosialisasi primer berlangsung saat anak berusia 1-5 tahun. Secara
bertahap dia mulai mampu membedakan dirinya dengan orang lain di
sekitar keluarganya. Dalam tahap ini, peran orang-orang yang terdekat
dengan anak menjadi sangat penting karena watak dan/atau
kepribadian anak akan sangat ditentukan oleh warna kepribadian dan
interaksi yang terjadi antara anak dengan anggota keluarga
terdekatnya.
2. Sosialisasi sekunder, yaitu proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi
primer yang memperkenalkan individu ke dalam kelompok tertentu
30 Hafied Cangara. (2008). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Rajawali Pers. Hal 62 31http://file.upi.edu/direktori/fpips/m_k_d_u/196604251992032
dalam masyarakat, salah satu bentuknya adalah resosialisasi
(pemberian identitas diri yang baru) dan desosialisasi („pencabutan‟
identitas diri yang lama.
2.2.2 Tipe Sosialisasi
Tipe sosialisasi dibedakan menjadi dua, yaitu32:
1. Formal
Sosialisasi formal terjadi melalui lembaga-lembaga yang berwenang
menurut ketentuan negara. Contohnya sekolah.
2. Informal
Sosialisasi informal terdapat dalam pergaulan yang bersifat kekeluargaan.
Contohnya teman, anggota klub, dan kelompok-kelompok sosial dalam
masyarakat.
Walaupun proses sosialisasi dipisahkan menjadi dua yaitu formal dan
informal, namun hasilnya sangat sulit untuk dipisahkan karena individu biasanya
mendapat sosialisasi formal dan informal sekaligus.
2.2.3 Pola Sosialisasi
Sosialisasi dapat dibagi menjadi dua pola, yaitu33 :
32http://www.bukupr.com/2013/04/sosialisasi.html diakses pada hari Sabtu 27 September 2014
pukul 15: 55 WIB
33
1) Sosialisasi represif (repressive socialization), yang menekankan pada
penggunaan materi dalam hukuman dan imbalan. Komunikasinya bersifat
satu arah. Keluarga berperan sebagai significant other.
2) Sosialisasi partisipatoris (participatory socialization), yang menekankan
pada interaksi dan komunikasi lisan yang bersifat dua arah. Hukuman dan
imbalannya bersifat simbolik. Keluarga berperan sebagai generalized
other.
2.2.4 Proses Sosialisasi 1) George Herbert Mead
Menurut George Herbert Mead, tahapan proses sosialisasi yang dilalui
seseorang adalah sebagai berikut34:
a. Tahappersiapan (preparatory stage)
Tahap ini dialami saat seorang anak mempersiapkan diri untuk
mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk memperoleh pemahaman
tentang diri. Pada tahap ini juga anak-anak mulai melakukan kegiatan
meniru meski tidak sempurna.
Contoh: Kata "makan" yang diajarkan ibu kepada anaknya yang
masih balita diucapkan "mam". Arti kata tersebut juga belum dipahami
benar oleh anak. Lama-kelamaan anak memahami secara tepat arti kata
makan dengan kenyataan yang dialaminya.
b. Tahap meniru (play stage)
34http://www.bukupr.com/2013/04/sosialisasi.htmldiakses pada Kamis 22 Oktober 2015 pukul
Tahap ini ditandai dengan semakin sempurnanya seorang anak
menirukan peran-peran yang dilakukan oleh orang dewasa.
Kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain mulai
terbentuk, anak juga sadar bahwa dunia sosial manusia berisi banyak
orang. Sebagian dari orang tersebut adalah orang-orang yang dianggap
penting bagi pembentukan dan bertahannya diri, yaitu dari mana anak
menyerap norma dan nilai. Bagi seorang anak, orang-orang ini disebut
orang-orang yang amat berarti (significant other).
c. Tahap memainkan (game stage)
Peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan diganti
oleh peran yang secara langsung dimainkan sendiri dengan penuh
kesadaran. Kemampuan menempatkan diri pada posisi orang lain pun
meningkat sehingga memungkinkan adanya kemampuan bermain
secara bersama-sama. Pada tahap ini lawan berinteraksi semakin
banyak dan hubungannya semakin kompleks. Individu mulai
berhubungan dengan teman-teman sebaya di luar rumah.
Peraturan-peraturan yang berlaku di luar keluarganya secara bertahap juga mulai
dipahami. Bersamaan dengan itu, anak mulai menyadari bahwa
ada norma tertentu yang berlaku di luar keluarga.
d. Tahap penerimaan norma kolektif (generalized stage)
Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah dapat
menempatkan dirinya pada posisi masyarakat secara luas. Dengan kata
berinteraksi dengannya tapi juga dengan masyarakat luas. Manusia
dewasa menyadari pentingnya peraturan, kemampuan bekerja sama
bahkan dengan orang lain yang tidak dikenalnya secara mantap.
Manusia dengan perkembangan diri pada tahap ini telah menjadi warga
masyarakat dalam arti sepenuhnya.
2) Charles H. Cooley
Charles H. Cooley lebih menekankan pada peran interaksi dalam teorinya.
Menurutnya, self concept (konsep diri) terbentuk dari interaksi seseorang
dengan orang lain, yang disebut looking-glass self. Tahap-tahap terbentuknya
looking-glass self yaitu35:
a. Kita membayangkan bagaimana kita di hadapan orang lain
b. Kita membayangkan bagaimana orang lain menilai kita
c. Bagaimana perasaan kita sebagai akibat dari penilaian itu
Tahapan di atas berkaitan erat dengan teori labeling, di mana seseorang
akan berusaha memainkan peranan yang sesuai dengan penilaian orang
terhadap dirinya, walaupun penilaian itu belum tentu benar.
2.2.5 Agen Sosialisasi
Agen sosialisasi adalah pihak-pihak yang melakukan sosialisasi yang
membantu seseorang membentuk pandangannya sendiri tentang dunianya dan
35http://www.bukupr.com/2013/04/sosialisasi.htmldiakses pada Kamis 22 Oktober 2015 pukul
membuat persepsi tentang tindakan-tindakan yang pantas dan tidak pantas
dilakukan.36
Berdasarkan definisi diatas peneliti menyimpulkan bahwa sosialisasi
adalah suatu proses menyesuaikan diri dengan norma-norma dan bersikap sesuai
dengan nilai-nilai yang ada.
2.3 Konsep Pemilihan Kepala Daerah(Pilkada)
Idedasardaripemberianotonomikepadadaerah sejatinyaadalahuntuk
pertama,meningkatkanpelayanandankesejahteraan
masyarakatyangsemakinbaik;kedua,memeliharahubunganyangserasiantara
pusatdandaerahsertaantardaerahdalamrangkamenjagakeutuhanNegara
KesatuanRepublikIndonesia(NKRI);ketiga,mengembangkankehidupan demokrasi,
keadilan danpemerataan.37
Dalamrangkamenjalankantugasdankewajibantersebut,esensimendasar
dalamkebijakanpelaksanaanotonomidaerahadalahpemberiankewenanganyang
ditetapkanbatasankewenanganyangdimilikidaerahuntukmengaturdan
mengurusrumahtangganyasendiri.Adanyapemberiankewenanganinitentu
merupakanesensidasardalampelaksanaanotonomidaerahdimanadaerah
mempunyaicukupkeleluasaangerakdalammenggunakanpotensinya,baikyang
berasaldaridaerahnyasendirimaupundaripemberianpemerintahpusatsesuai
dengankebutuhandaerahdankesejahteraanmasyarakatnya.38
36http://www.bukupr.com/2013/04/sosialisasi.htmldiakses pada Kamis 22 Oktober 2015 pukul
19.30 WIB
37 Leo Agustino,Op Cit hal 26 38
Dalam peraturan perundang-undangan, pemilihan gubernur di atur dalam
Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (UU No. 32
tahun 2004) merupakan Undang-Undang (UU) yang mengatur secara gamblang
tentang Pemerintahan Daerah (Perda). Pasal 56 (1) undang-undang No.32 tahun
2004 tentang pemerintahan daerah menyatakan bahwa Gubernur Provinsi dan
wakil Gubernur Provinsi dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan
secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, dan rahasia jujur dan
adil (2) pasangan calon sebagai mana dimaksud pada ayat (1) diajukan oleh partai
politik atau gabungan partai politik.39Sedangkan didalam perubahan UU No.32
Tahun 2004, yakni UU No.12 Tahun 2008, Pasal 59 ayat 1b, calon Gubernur
Provinsi dapat juga diajukan dari calon perseorangan yang didukung oleh
sejumlah orang.
Pilkada merupakan tonggak sejarah penting bagi pengembangan
demokrasi di tingkat lokal. Di mana pada masa sebelumnya pilkada dilakukan
secara perwakilan oleh DPRD yang dalam praktiknya diwarnai manipulasi oleh
antar elit. Mereka yang mengklaim mewakili rakyat telah melakukan berbagai
bentuk penyimpangan dan distorsi dalam melaksanakan pemilihan kepala daerah.
Menurut Abdul Asri Harahap bahwa pilkada bukan hanya memilih
penguasa daerah tetapi lebih merupakan mencari pemimpin yang mampu
melayani dan mengabdi untuk kepentingan sebuah rakyatnya.40 Pola pikir lama
yang lebih menempatkan Gubernur Provinsi sebagai penguasa yang harus diubah
39UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
40Abd. Asri Harahap. 2005. Manajemen dan Resolusi Konflik Pilkada. Jakarta :PT.Pustaka
secara radikal menjadi pemimpin yang sesungguhnya bertugas memberikan
pelayanan kepada masyarakat.
Pemerintahan daerah adalah pelaksanaan fungsi-fungsi pemerintahan
daerah yang dilakukan oleh lembaga pemerintahan daerah yaitu Pemerintah
Daerah dan Dewan Perwakilan Derah (DPRD). Secara umum Gubernur Provinsi
adalah kepala pemerintah daerah yang dipilih secara demokratis. Gubernur
Provinsi dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh seorang wakil Kepala
Daerah, dan perangkat daerah (UU No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah).
Semua tingkatan daerah di Indonesia diberikan hak untuk menyelenggarakan
pemilihan Gubernur Provinsi secara langsung, dengan tujuan agar rakyat di daerah
yang bersangkutan dapat secara bebas dan bertanggung jawab memilih kepala
daerahnya yang berkualitas.
Penguatan demokrasi lokal melalui pemilihan ini adalah bagian dari
pemberian otonomi luas, nyata, dan bertanggung jawab. Upaya penguatan
demokrasi lokal melalui pemilukada langsung ini adalah mekanisme yang tepat
sebagai bentuk terobosan atas mandegnya pembangunan demokrasi di tingkat
lokal.41Pemilihan Gubernur Provinsi secara lansung dimulai pada tahun 2005,
yang diseleggarakan di 226 daerah, yang meliputi 11 Propinsi, 180 kabupaten dan
35 kota.42
Dalam kaitannya dengan fungsi dasar pemilihan umum tersebut, akan ada
beberapa fungsi dari pemilukada yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain,
yaitu:
41
H.Rudini. 1994. Atas Nama Demokrasi Indonesia. Hal 139.
a) Sebagai Sarana Legitimasi Politik.
b) Fungsi Perwakilan Politik
c) Sebagai Sarana Pendidikan Politik Masyarakat
Proses pemilihan Gubernur Provinsi secara langsung senantiasa
diharapkan dapat membawa perubahan berdemokrasi kearah yang lebih baik, serta
dapat pula memperkokoh semangat demokrasi di daerah khususnya. Dalam proses
penyelenggaraannya pemilihan Gubernur Provinsi berlangsung secara bertahap.
Tahapan dalam pelaksanaannya dapat dilihat sebagai berikut :
1. Pendaftaran pemilih calon bupati dan wakil bupati
2. Penentuan calon bupati dan wakil bupati
3. Proses administrasi pengadaan dan pendistribusian logistik
4. Pengadaan kampanye
5. Pemungutan dan penghitungan suara
6. Tahap penyelesaian (tahap evaluasi hasil pelaksanaan pemilihan kepala
daerah).43
Pilkada secara langsung diselenggarakan dengan sistem dua putaran.
Artinya, kalau pada putaran pertama tidak ada calon yang memperoleh suara
minimal yang ditentukan, akan diadakan putaran kedua dengan peserta dua pasang
calon yang memperoleh suara terbanyak. Yang menjadi tujuan pokok adalah
adanya pasangan calon yang terpilih mempunyai legitimasi kuat dengan perolehan
suara 50% plus satu (mayoritas mutlak). Seandainya pada putaran kedua tidak ada
yang memperoleh suara 50% plus satu, yang akan dijadikan pertimbangan untuk
menentukan pemenang adalah kemerataan dukungan suara di tingkat
kabupaten/kota. Dalam suatu masyarakat demokratis, rakyat berperan tidak untuk
memerintah atau menjalankan keputusan–keputusan politik. Namun terdapat pemilihan umum yang berperan untuk menghasilkan suatu pemerintah atau
suatubadan penengah lainnya yang pada gilirannya menghasilkan suatu eksekutif
nasional dan pemerintah.44
Terkait dengan UU ini saat ini sedang hangat diperbincangkan tentang
“Pemilihan Kepada Daerah oleh DPRD”. Jika dikaitkan dengan demokrasi yang
merupakan pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Pemahaman
sederhana yang dapat digambarkan atas sebuah demokrasi. Demokrasi ini
dituangkan dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945 (UUD NRI 1945), yaitu “kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang”.
Pemilihan Gubernur Provinsi merupakan rekruitmen politik yaitu
penyeleksian rakyat terhadap tokoh-tokoh yang mencalonkan diri sebagai
Gubernur Provinsi seperti pemilihan gubernur, dan wakil gubernur.45Pilkada
merupakan salah satu kegiatan yang nilainya equivalen dengan pemilihan anggota
DPRD.Terjadi perubahan terkait perubahan dari Pilgub menjadi Pikada
dikarenakan konsep otonomi daerah yang dijelaskan pada semangat desentralisasi,
sejak tahun 2005 Pemilu Gubernur Provinsi dilaksanakan secara langsung
(Pemilukada/Pilkada). Semangat dilaksanakannya Pilkada adalah koreksi terhadap
44Tesis Sugiprawaty, Etnisitas, Primordialisme, Dan Jejaring Politik Di Sulawesi Selatan (Studi
Pilkada Di Sulawesi Selatan Th 2007-2008), Hal. 10
45
sistem demokrasi tidak langsung (perwakilan) di era sebelumnya, di
manaGubernur Provinsi dan Wakil Gubernur Provinsi dipilih oleh DPRD,
menjadi demokrasi yang berakar langsung pada pilihan rakyat (pemilih). Melalui
Pilkada, masyarakat sebagai pemilih berhak untuk memberikan suaranya secara
langsung sesuai dengan kehendak hati nuraninya, tanpa perantara, dalam memilih
Kepala Daerah.
Secara ideal tujuan dari dilakukannya Pilkada adalah untuk mempercepat
konsolidasi demokrasi di Republik ini. Selain itu juga untuk mempercepat
terciptanya good governance karena rakyat bisa terlibat langsung dalam proses
pembuatan kebijakan. Hal ini merupakan salah satu bukti dari telah berjalannya
program desentralisasi. Daerah telah memiliki otonomi untuk mengatur dirinya
sendiri , bahkan otonomi ini telah sampai pada taraf otonomi individu.
Selain semangat tersebut, sejumlah argumentasi dan asumsi yang
memperkuat pentingnya Pilkada adalah: Pertama, dengan Pilkada dimungkinkan
untuk mendapatkan Gubernur Provinsi yang memiliki kualitas dan akuntabilitas.
Kedua, Pilkada perlu dilakukan untuk menciptakan stabilitas politik dan
efektivitas pemerintahan di tingkat lokal. Ketiga, dengan Pilkada terbuka
kemungkinan untuk meningkatkan kualitas kepemimpinan nasional karena makin
terbuka peluang bagi munculnya pemimpin-pemimpin nasional yang berasal dari
bawah dan/atau daerah.
2.4 Persuasi Politik
Komunikasi politik merupakan komunikasi persuasi yang selalu dilakukan
ini, kegiatan komunikasi politik kegiatan persuasi dan hampir tidak ada kegiatan
komunikasi politik yang tidak berusaha untuk mempersuasi orang atau khalayak
maupun pemilih yang bertujuan mengubah atau mempertahankan persepsi,
perasaan, pikiran, maupun pengharapan agar mereka bersikap dan berperilaku
sesuai dengan keinginan komunikator politik. Dalam hal ini Dan Nimmo
menyebutkan persuasi merupakan suatu pembicaraan politik yang bertujuan
mengubah persepsi, pikiran, perasaan, dan pengharapannya.
Beberapa bentuk komunikasi politik sebagai persuasi komunikasi politik
yang sudah lama dikenal dan dilakukan dalam dunia politik adalah retorika
politik, propaganda politik.
1. Retorika
Retorika atau dalam bahasa Inggris rhetoric berasal dari kata latin
rehtorica yang berarti ilmu bicara. Aristoteles menyebutkan retorika sebagai
seni persuasi yaitu uraian yang singkat, jelas dan menyakinkan dengan
menggunakan keindahan bahasa dalam penyampaiannya.Retorika merupakan
seni sekaligus teknik yang sering diaplikasikan dalam dunia politik. Pada awal
kemunculannya retorika bersifat dua arah atau dialogis karena biasa digunakan
untuk perdebatan – perdebatan di dalam ruangan.Secara umum kajian retorika didefinisikan sebagai simbol kehidupan manusia. Menurut Littlejohn dalam
Ariffin (2011:126) Retorika kemudian diperluas dengan mencakup segala cara
manusia menggunakan simbol untuk mempengaruhi lingkungannya.
Dalam pengertian yang lebih luas retorika diartikan sebagai seni
dipergunakan untuk membenarkan (corrective), memerintah (instructive),
mendorong (suggestive), dan mempertahankan (defensive) sesuatu yang
didasarkan pada kebaikan masyarakat secara luas.
Retorika merupakan komunikasi dua arah, dalam pengertian bahwa
seseorang berbicara kepada beberapa orang atau seseorang berbicara kepada
seorang lainnya, yang masing-masing berusaha dengan sadar untuk
mempengaruhi pandangan satu sama lainnya, melalui tindakan timbal balik
satu sama lain.46 Retorika juga dimaksudkan sebagai upaya komunikasi dalam
membangun citra, melalui retorika bertujuan menyatukan perasaan, harapan,
sikap dan akhirnya diharapkan untuk dapat bekerja sama sesuai dengan tujuan
komunikator dan hal tersebut dilakukan dengan cara berpidato (negosiasi).
Untuk dapat melakukan retorika yang persuasif dan mencapai tujuan
retorika dimaksud, harus didasarkan dan diperhatikan faktor ethos, pathos dan
logos. Ethos merupakan faktor kredibilitas seorang komunikator, ini
menunjukkan bahwa retorika akan berhasil apabila disampaikan oleh
komunikator yang dipercaya oleh masyarakat (komunikan), pathos adalah
kemampuan dalam memilih dan menggunakan bahasa atau kata-kata yang
baik, manarik dan simpatik untuk mempengaruhi emosi khalayak pendengar,
dan logos adalah seorang komunikator adalah seorang yang mempunyai
pengetahuan yang luas dan mendalam tentang apa yang disampaikannya
dalam berpidato maupun berbicara di depan publik.
46