• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMUNIKASI POLITIK MULYADI JAYABAYA MENJELANG PEMILIHAN GUBERNUR PROVINSI BANTEN 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KOMUNIKASI POLITIK MULYADI JAYABAYA MENJELANG PEMILIHAN GUBERNUR PROVINSI BANTEN 2017"

Copied!
248
0
0

Teks penuh

(1)

xii SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Konsentrasi Hubungan Masyarakat Program Studi Ilmu Komunikasi

Disusun Oleh:

ANITA MARYATI DASYO NIM.6662110418

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(2)
(3)
(4)
(5)

“Barangsiapa merintis jalan mencari ilmu maka Allah akan

memudahkan baginya jalan ke surga” ( HR.Muslim )

Skripsi Ini aku persembahkan untuk Bapak

H.Dadang Harsono, Mamah Lis Rusiati, Kakak Eva

Nurmalasari, Adik Wira Panca Nugraha, yang tanpa

putus memberikan doa dan cinta kasih, selalu

mendukung dan membuat penulis mampu

menghadapi apapun untuk bisa menggapai cita-cita.

(6)

Pembimbing I : Ikhsan Ahmad, M.Si., dan Pembimbing II : Darwis Sagita, M.Ikom

Mulyadi Jayabaya merupakan seorang tokoh politik di Banten, beliau merupakan seorang pengusaha dan mantan Bupati Lebak pada periode 2003-2008 dan 2008-2013 yang merambah karirnya menjadi Ketua Umum Kadin Banten. Di tengah konstalasi politik Banten yang dinamis, sebuah cara dalam berkomunikasi politik seorang tokoh merupakan hal yang menarik untuk ditelaah lebih dalam. Untuk itu penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana komunikasi politik Mulyadi Jayabaya menjelang pemilihan Gubernur Provinsi Banten 2017, dilihat dari ketokohan Mulyadi Jayabaya, kampanye politik yang disampaikan, sosialisasi yang yang digunakan, konstituen dan masyarakat pemilihnya. Paradigma penelitian menggunkan post-positivis dan menggunakan model Harold D.Laswell dengan pendekatan kualitatif deskriptif dengan pengambilan data berdasarkan wawancara mendalam. Penentuan narasumber menggunakan tehnik purposivesampling. Hasil penelitian menunjukan bahwa: 1.Penokohan yang dilakukan Mulyadi Jayabaya menjelang Pilgub Banten 2017 lebih dalam lagi dalam pengenalan ketokohannya terhadap masyarakat Banten dengan melakukan banyak kegiatan, seperti melakukan kunjungan di beberapa universitas, pencalonannya sebagai ketua DPP PDIP Banten, hingga menjadi Ketua umum Kadin Banten periode 2015-2020. 2. Pada aspek kampanye politik terlihat bahwa Jayabaya mampu memanfaatkan peluang untuk mengisi kekosongan tokoh di Banten, terlihat dari pergerakan dan eksistensinya saat ini yang keberadaan nya cukup diperhitungkan berdasarkan komunikasi politik yang dijalinnya, dibuktikan dengan posisinya sebagai Ketua umum Kadin Banten sebagai kekuatan logistik selain kekuatan lain yang dimilikinya seperti kekuatan jaringan para keluarganya yang memilki posisi strategis.3. Sosialisasi yang digunakan Mulyadi Jayabaya menjelang Pilgub Banten 2017 adalah dengan sosialisasi secara langsung sehingga ketokohan diri beliau lah yang cenderung di munculkan sehingga media dengan sendirinya mengangkat ketokohan beliau, selain itu sosialisasi lebih mengarah kepada politik patron yaitu dengan beberapa elit keterwakilan. 4. Dalam aspek konstituen dan masyarakat pemilih Jayabaya cenderung lebih menyoroti wirausahawan sebagai partisan ditambah beliau merupakan seorang Ketua Umum KADIN Banten.

Kata Kunci : Politik, Komunikasi Politik, Tokoh Politik, Mulyadi Jayabaya, Pemilihan Gubernur Provinsi Banten 2017

(7)

I: Ikhsan Ahmad, M.Si., and Advisor II: Darwis Sagita, M.Ikom

Mulyadi Jayabaya is a political figure in Banten, he was a businessman and former Regent of Lebak in periods 2003-2008 and 2008-2013, reaching his career became Chairman of Kadin Banten. In the midst of a dynamic political constellation Banten, a way of communicating political a figure is interesting to be explored more deeply. For this study aims to describe how political communication Mulyadi Jayabaya elections Banten Governor 2017. Judging from the figure of Mulyadi Jayabaya, political campaigns were delivered, socialization are used, constituents and constituents. Using the research paradigm of post-positivist and with make Harold D. Laswell model used descriptive qualitative approach to data collection is based on in-depth interviews. Determination of speakers usingtechnique purposivesampling. The results showed that: 1.his figure conducted Mulyadi Jayabaya ahead Pilgub 2017 Banten highly effective in the introduction to the community his figure Banten by doing a lot of activities, like a visit at some university, his nomination as chairman of the DPP PDIP Banten, to be Chairman of Kadin Banten period 2015-2020. 2. In the aspect of political campaigns is seen that Jayabaya able to take advantage of opportunities to fill vacancies in Banten figures, seen from the movement and its existence today that its existence is taken into account based on political communication that were established, evidenced by his position as Chairman of Kadin Banten as logistics force other than the power Its other tissues such as the strength of the families that have a strategic position. 3. Socialization used Mulyadi Jayabaya ahead Pilgub Bantam 2017 is the direct socialization so that persona he himself was the one who tends to appear so that the media itself raised his persona, but it is more directed to the political socialization patron is by some elite representation. 4. In the aspect of constituents and voters tend to be more highlighted Jayabaya entrepreneurs as partisan plus he is a Chairman of the Chamber of Commerce Banten.

Keywords: Politics, Political Communication, Political Figures, Mulyadi Jayabaya, Banten Province Governor Election 2017

(8)

penyusunan skripsi ini, yang berjudul “KOMUNIKASI POLITIK MULYADI

JAYABAYA MENJELANG PEMILIHAN GUBERNUR PROVINSI

BANTEN 2017”. Shalawat serta salam senantiasa kita sampaikan kepada junjungan Nabi besar kita Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan para

pengikutnya hingga akhir zaman.

Maksud dari penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi dan melengkapi

salah satu syarat menempuh ujian sarjana program S1 (Strata Satu) pada program

studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Hubungan Masyarakat di Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Penulis telah mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh

karena itu pada kesempatan ini penulis dengan kerendahan hati menyampaikan

rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Sholeh Hidayat, M.PD selaku Rektor Universitas Sultan

Ageng Tirtayasa atas kontribusinya sebagai pemimpin di kampus

penulis.

2. Bapak Dr. Agus Sjafari, S.Sos., M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu sosial

dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3. Ibu Neka Fitriyah, S.Sos., M.Si. selaku Ketua Prodi Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa

4. Bapak Ikhsan Ahmad, M.Si. selaku dosen pembimbing satu skripsi,

terimakasih karena telah membantu memberikan arahan serta masukan

untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Darwis Sagita, M.I.Kom. selaku dosen pembimbing dua skripsi

yang telah membantu memberikan arahan serta masukan untuk

menyelesaikan skripsi ini.

(9)

sidang, terima kasih waktu dan kebaikan hatinya telah memberikan saya

nilai yang sangat baik.

8. Puspita Asri Praceka, S.Sos, M.I.Kom. selaku dosen pembimbing

akademik. Terimakasih atas bimbingan dan bantuan yang telah

diberikan kepada penulis.

9. Bapak/Ibu Dosen jurusan Ilmu Komunikasi yang telah banyak

memberikan ilmu kepada penulis. Tak lupa juga untuk para staf dan

karyawan jurusan Ilmu Komunikasi.

10. Kedua orang tua, H.Dadang Harsono dan Lis Rusiati, yang tanpa putus

memberikan doa dan cinta kasih, terimakasih yang tak terkira untuk

motivasi, nasihat, dan material yang telah Bapa dan Mamah berikan

hingga pendidikan ini selesai.

11. Kakak tersayang Eva Nurmalasari. Terimakasih atas segala bantuan dan

motivasi nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

12. Adik tersayang, Wira Panca Nugraha. Terimakasih atas segala keceriaan

dan dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

13. Terimakasih kepada Putri Silvina Sari teman satu SMP, SMA, satu

jurusan kuliah, satu kelas, satu kamar kontrakan, satu tempat magang,

otlen bareng, bimbingan bareng, sidang skripsi bareng, satu permainan

bareng, bisnis bareng, intinya satu perjuangan yang sudah menjadi

seperti saudara kandung, yang ada disaat suka maupun duka.

Terimakasih telah mendukung penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

14. Terimakasih kepada Budy Sumitra yang mau di repotin setiap saat untuk

konsul masalah skripsi dan pengalaman pribadi. Terimakasih telah

mendukung penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

15. Terimakasih kepada teman satu kontrakan Amelia Indrayani, Silvia

Rahma Haninda, yang sering galau bareng baik urusan perkuliahan,

(10)

setiap saat bersedia direpotkan. Terimakasih telah mendukung penulis

untuk menyelesaikan skripsi ini.

17. Terimakasih kepada Taufik Firdaus, Suryanto, Andi. Terimakasih telah

mendukung penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

18. Terimakasih kepada Aip, Fick Afriansyna, Zeni, Agung Setiadi, Rifki

Firdaosyi, Pipit, Irma, Rika, Aini, Fauzi, Tomi, Nendi, fani, Fajar

Hafriansyah, Ovan Fathurrohman. Terimakasih telah mendukung

penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

19. Terimakasih kepada Choirismi Pratami teman satu perjuangan

dikampus. Terimakasih telah mendukung penulis untuk menyelesaikan

skripsi ini.

20. Teman-teman Ilmu Komunikasi 2011 kelas D dan anak bimbingan ibu

Asri.Terimakasih atas pertemanan dan persaudaraan bersama penulis

selama ini. Semoga kita semua sukses dan tetap menjalin tali

silaturahmi.

21. Teman-teman Ilmu Komunikasi 2011, baik Jurnalistik dan Humas.

Terimakasih atas pertemanan dan persaudaraan bersama penulis selama

ini. Semoga kita semua sukses dan tetap menjalin tali silaturahmi.

22. Teman-teman Kelompok KKM 109 Bojonegara, Rangga, Umar, toni,

Goni, Eki, Upeh, Linda, Iis. Terimakasih atas persahabatan bersama

penulis selama ini. Semoga kita semua sukses dan tetap menjalin tali

silaturahmi.

23. Terimakasih kepada Y. Hendayana Musalev atas arahan nya dan

bersedia menjadi informan dalam penelitian ini. Terimakasih telah

mendukung penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

(11)

Saleh, Miyadi Suryadi, H.Oong Syahroni, Bintang Agung Adhi Pradana,

H.Agus Sutisna, H.A.Ganif, Nana Sutisna Amdan, Endang Mulyana,

Deni Tarudin, Eka Gunawan, atas waktu, informasi, dan kesediannya

menjadi informan dalam penelitian ini. Terimakasih telah mendukung

penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

26. Kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu penulis, yang tidak

dapat penulis sebutkan satu persatu. Terimakasih banyak atas segala

bantuan dan semangat yang selalu diberikan kepada penulis, sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan keterbatasan baik dari segi

kemampuan penyajian maupun pengetahuan yang dimiliki oleh penulis dalam

penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mohon maaf atas segala

kekurangan dan kesalahan yang ada, maka kritik dan saran yang membangun

sangat diharapkan penulis untuk memperbaiki kesalahan dan melengkapi

kekurangan. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan

manfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Serang, Oktober 2015

Anita Maryati Dasyo

(12)

LEMBAR PERSETUJUAN ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

LEMBAR PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 9

1.3 Identifikasi Masalah ... 9

1.4 Tujuan Penelitian ... 10

1.5 Manfaat Penelitian ... 11

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ... 12

2.1 Komunikasi Politik ... 12

2.1.1 Fungsi Komunikasi Politik... 18

2.2 Sosialisasi ... 20

2.2.1 Jenis Sosialisasi... 21

2.2.2 Tipe Sosialisasi... 22

2.2.3 Pola Sosialisasi... 23

2.2.4 Proses Sosialisasi... 23

2.2.5 Agen Sosialisasi... 26

2.3Konsep Pemiihan Kepala Daerah (Pilkada) ... 26

2.4 Persuasi Politik ... 32

2.5Pemasaran Politik... 36

2.6Citra Politik ... 41

2.7 Kekuasaan ... 43

2.8 Pengaruh Politik ... 44

2.9 Konsep Pemikiran... 46

2.10 Kerangka Pemikiran ... 46

2.11 Penelitian sebelumnya ... 49

(13)

3.3 Subjek dan Informan Penelitian ... 54

3.2.1 Subjek Penelitian ... 54

3.2.2 Informan Penelitian ... 54

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 58

3.5 Teknik Analisis Data ... 61

3.6 Uji Validitas ... 65

3.7 Tempat dan Waktu Penelitian ... 65

3.7.1 Tempat Penelitian ... 65

3.7.2 Waktu Penelitian... 66

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 67

4.1 Deskripsi Objek Penelitian ... 67

4.2 Pembahasan ... 70

4.2.1 Penokohan Mulyadi Jayabaya dalam melakukan komunikasi politik menjelang pemilihan Gubernur Provinsi Banten 2017 ... 70

4.2.2 Kampanye Politik yang di sampaikan Mulyadi Jayabaya menjelang pemilihan Gubernur Provinsi Banten 2017 ... 78

4.2.3 Sosialisasi yang digunakan Mulyadi Jayabaya menjelang pemilihan Gubernur Provinsi Banten 2017 ... 82

4.2.4 Konstituen dan masyarakat pemilih sebagai sasaran politik Mulyadi Jayabaya menjelang pemilihan Gubernur Provinsi Banten 2017 ... 93

BAB V PENUTUP ... 103

5.1 Kesimpulan ... 103

5.2 Saran ... 107

DAFTAR PUSTAKA ... 108 LAMPIRAN

BIODATA PENULIS

(14)

DAFTARTABEL

Halaman

Tabel 1 Penelitian Sebelumnya ... 49 Tabel 2 Jadwal Penelitian ... 66 Tabel 3 Kliping Khusus ... 91

(15)

DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 1 Konsep Pemikiran ... 46

Bagan 2 Kerangka Pemikiran ... 48

Bagan 3 Analisis Data ... 62

Bagan 4 Alur Pemberitaan Media ... 89

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Dokumentasi ... Lampiran 2 Pemberitaan Media Cetak ... Lampiran 3 Pemberitaan Media Online ... Lampiran 4 Surat Permohonan Ijin Mencari Data ... Lampiran 5 Deskripsi Informan Penelitian... Lampiran 6 Panduan Wawancara ... Lampiran 7 Pengelompokan Hasil Transkip Wawancara ...

(17)

1 1.1 Latar Belakang Masalah

Mulyadi Jayabaya(Jb) adalah Bupati Kabupaten Lebak pada periode

2003-2008 dan 2003-2008-2013. Dijuluki sebagai Bapak Pembangunan di Kabupaten Lebak,

karena keberhasilannya membangun infrastruktur jalan dan meraih Nominator

Innovative Government Award (IGA) dari Kementrian Dalam Negeri RI tahun

2010. Keberhasilan kepemimpinan Jb ini, dimata Dana Herdiansyah (Panglima

Laskar Paku Bumi)1 sebagai tipikal pemimpin merakyat berbasis romantika,

dinamika dan dialektika.2

Mulyadi Jayabaya memulai debut politiknya di Partai Golkar sejak tahun

1975 dan menjadi wakil ketua DPD II Golkar Kabupaten Lebak. Posisi lainnya

yang di jabat adalah Ketua Dewan Penasehat FKPPI Kab. Lebak ( 1994 –1999 ) dan Ketua Pemuda PANCAMARGA Kab. Lebak, tahun 1996.Aktifitas Mulyadi

Jayabaya saat itu sejalan dengan arus jawara yang dijadikan bagian dari mesin

politik dari pemilu ke pemilu bagi pemenangan Golkar, sebagai bagian dari politik

marjinalisasi dan counter politik terhadap politik Islam yang direpresentasikan

oleh Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Seiring dengan berjalannya waktu, reformasi mengubah arus utama politik

kepartaian dikalangan jawara. Mereka tidak lagi beramai-ramai berada dalam

Golkar, tetapi menyebar ke partai lain. Hal yang sama terjadi dengan Mulyadi

1 LSM di Kabupaten Lebak yang mengawasi dan penyeimbang kinerja pemerintahan Kabupaten

Lebak

(18)

Jayabaya. Ia pindah ke Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Karena

merasa sejalan dengan ideologi dan nasionalismenya, hingga Mulyadi Jayabaya

dijadikan Ketua Dewan Pertimbangan Cabang PDIP Lebak tahun 2001.

Pilihannya di PDIP ternyata memberikan banyak peluang untuk

membangun jaringan dan kekuatan. Dibuktikan dengan momentum Pilkada 2003,

ia mencalonkan diri menjadi Bupati Kabupaten Lebak, dan mengikuti kontestasi

politik bersaing dengan Yas‟a Mulyadi, maju melalui perahu partainya

PDIP,Mulyadi Jayabaya terpilih menjadi Bupati Lebak dengan selisih satu suara

dari petahana Yas‟a Mulyadi.

Terpilihnya Mulyadi Jayabaya pada kontestasi politik yang mengalahkan

petahana pada saat itu, membuat hampir semua kalangan di Kabupaten Lebak

kaget. Terpilihnya Mulyadi Jayabaya menjadi Bupati Lebak awalnya di liputi

keraguan berbagai kalangan yang mempertanyakan kompetensi dan kapabilitas

Mulyadi Jayabaya, mengingat citra Mulyadi Jayabaya hanya sebagai jawara dan

minim pendidikan formal. Bahkan sempat mencuat masalah terkait keabsahan

ijazah yang digunakan ketika pencalonan. Walaupun pada akhirnya tidak terbukti

dengan keluarnya SP3 dari Polda Banten perihal dugaan ijazah palsu Mulyadi

Jayabaya.

Pada perjalanan masa jabatannya, Mulyadi Jayabaya membuktikan bahwa

keraguan berbagai kalangan itu tidak benar adanya. Melalui serangkaian

kebijakan, yang dibuatnya diantaranya, peraturan daerah wajib Diniyah, peraturan

daerah yang mewajibkan pelajar yang melanjutkan pendidikan ke jenjang Sekolah

(19)

pada tataran implementasi, efektifitas Perda Diniyah belum maksimal, namun

secara kuantitatif jumlah Madrasah Diniyah bertambah dengan jumlah 215 MI,

198 MTS dan 65 MA di Kabupaten Lebak.3 Kebijakan ini bagian dari strategi

yang jitu dan efektif untuk mendapatkan tempat dihati masyarakat mayoritas

muslim. Kebijakan ini kemudian dijadikan tema kampanye keberhasilan

kepemimpinannya menuju pemilihan Bupati Lebak periode 2008-2013.

Disamping itu kebijakan wajib belajar 12 tahun yang ditetapkan dalam Perda No.

2 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan di Kabupaten Lebak.

Kabupaten Lebak dibawah kepemimpinan Mulyadi Jayabaya mengalami

kemajuan pembangunan infrastruktur jalan, rehabilitasi gedung-gedung

pemerintahan, dan kebijakan yang mengarah pada percepatan

pembangunan.Penuntasan rehabilitasi gedung sekolah dasar pada tahun 2006

Sampai dengan tahun 2007. Sampai akhir tahun 2011 Sebanyak 3.411 ruang kelas

pada semua jenjang Pendidikan telah selesai direhabilitasi. Sedangkan untuk

Meningkatkan akses pendidikan pada semua jenjang pendidikan, telah dibangun

sebanyak 467 ruang kelas Baru. Ia juga menginisiasi pembangunan puskesmas,

dari 33 unit puskesmas pada tahun 2004 menjadi 41 unit pada akhir tahun 2012

dan 14 unit diantaranya puskesmas dengan tempat perawatan. Kemudian juga

meningkatkan status rumah sakit umum daerah dari tipe C menjadi RSUD dengan

tipe B non kependidikan,merehabilitas gedung RSUD yang lama, dan

membangun gedung baru sebagai upaya meningkatkan kualitas Pelayanan

kesehatan rujukan.

(20)

Ada pula pembangunan jalan poros desa melalui program hotmiks masuk

desa guna memperlancar akses barang dan orang. Sampai akhir tahun 2012

sepanjang 1.312 kilometer jalan poros desa sudah dibangun.4 Selain itu

restrukturisasi pasar Rangkasbitung menjadi sebuah pusat perbelanjaan yang

layak. Adapun kontroversi-kontroversi yang lahir di tataran masyarakat, pola

komunikasi yang digunakan dengan melakukan pendekatan-pendekatan

komunikasi politik melalui tokoh masyarakat.

Mulyadi Jayabaya menjadi salah satu tokoh pemimpin di Banten yang bisa

menyelaraskan gagasan politiksesuai dengan realita masyarakat, membangun

pesan politik secara efektif sesuai dengan kultur masyarakat.Mulyadi Jayabaya

merupakan sebuah fenomena dalam politik lokal di Indonesia. Lobi-lobi

politiknya secara strategis mengarah pada peluang di calonkan sebagai Gubernur

Banten pada periode 2017-2022 mendatang. Banyak pihak memprediksi

Jbmemiiliki kansbesar terpilih, karena komunikasi politik yang dijalin mulai

mengangkat tema masalah-masalah di Banten telah dipersiapkannya untuk Pilgub

Banten pada 2017 nanti. Seperti yang diungkapkan oleh Y.Hendayana Musalev

(Badan Penasehat Kumala)5.

“Ketika menjabat bupati beliau terhitung berhasil membawa Lebak ke arah yang lebih maju itu bisa dicek bagaimana gaung Jb diluar Lebak sebagai bupati yang berhasil, sehingga Indikasi Jb untuk Maju ke Pilkada Banten 2017 sudah jelas telihat ketika ada konstalasi Kadin dan persiapan

DPD PDIP Banten”.6

4 Bappeda.lebakkab.go.idDiakses pada hari Senin tanggal 28 febuary 2015 Pukul 20.00 WIB 5Organisasi primordial tertua di Banten, berdiri 5 Februari 1965, memiliki perwakilan di beberapa

kota di Indonesia

(21)

Kemampuan komunikasi Mulyadi Jayabaya, di sisi lain diperlihatkannya

dalam menerapkan strategi politik mencalonkan anaknya Iti Octavia Jayabaya

sebagai kader Demokrat hingga menjadi anggota DPR-RI periode 2009-2014.

Selanjutnya pada 2013 Iti Octavia Jayabaya mampu menjadi Bupati Lebak yang

berpasangan dengan Ade Sumardi yang berasal dari PDIP, keberhasilannya dalam

pencalonan anaknya, mendekatkan ia pada peluang mengisi posisi ketua DPP

PDIP Banten. Seperti ungkapan senior PDIP Banten Darmono L Kawi:

Calon paling terdepan dengan prestasi yang sudah terukur dan teruji adalah Mulyadi Jayabaya. Mengingat, kesuksesan dua kali memimpin Kabupaten Lebak, sebagai bukti nyata bahwa Jb layak menjadi ketua

PDI-P Banten.”7

Hal ini memberi kesan publik yang di angkat oleh media lokal di Banten.

“Jb Didukung Pimpinan PDIP Banten”.8

Fenomena kontenporer praktis politik saat ini seakan-akan menempatkan

ketua partai sebagai calon Kepala Daerah, walaupun pada kenyataan nya pada

tanggal 17 Maret 2015 yang ditetapkan nya menjadi Ketua PDIP Banten adalah

H.M.Sukira namun, kemungkinan Jb untuk maju ke Pilgub Banten semakin besar

terlihat dari pernyataan H.M.Sukira9

“Secara pribadi diluar kepartaian menurut kacamata saya dengan

karakter dia hobi membangun bisa saja dia untuk maju ke Pilkada Banten 2017 nanti dan sebagai selaku fungsionaris partai saya mendukung dia untuk maju ke Pilkada Banten, karena Jb mempunyai basis dukungan tertentu , artinya Lebak akan habis sama dia artinya suara Lebak pasti ke dia calon yg lain engga kebagian terlepas dari dia dari perahu ( partai)

manapun.” 10

7inilahbanten.com edisi 29 Desember 2014Diakses pada hari Senin tanggal 23 febuary 2015 Pukul

01.30 WIB

8Banten Raya edisi 8 Desember 2014 9

( H.M.Sukira masih menjabat sebagai Sekretaris DPP PDIP Banten )

(22)

Kemungkinan besar dari kedekatan daerah asal dan pernyataan

H.M.Sukira tersebut, Sukira mendukung Jb sebagai calon Gubernur dan

mendukung Jb dilangkah politik berikutnya.

Sebagai sebuah bentuk interaksi dan komunikasi politik lainnya, di mana

pengusaha menjadi bagian penting dalam sebuah upaya mencapai kekuasaan,

Mulyadi Jayabaya tidak luput mendekati Kamar Dagang dan Industri (Kadin).

Sebagai calon kuat pada pemilihan Kadin, komunikasi Jb yang sukses melobi

Kadin di tanggapi dengan pernyataan ketua Kadin Lebak H.Sumantri, sebagai berikut :

“Kadin kabupaten/kota meminta Jb untuk maju dalam pencalonan Ketua

Umum Kadin Banten di musprov nanti”11 .

Di perkuat oleh pernyataan Ketua Komunitas Aspiratif (Komunas)12

“Dalam pemilihan ketua Kadin Banten, kami berharap ada sosok

pengusaha yang memang memiliki pengalaman mendalam dalam pengembangan usaha ekonomi. Dan pak Jb adalah figur yang paling pas untuk posisi tersebut. Tanpa mengecilkan figur calon lainnya, tapi saya menyakini, kesuksesan Jb menjadi pengusaha besar di Banten yang dirintis dari nol, merupakan proses panjang yang merupakan bekal

penting dalam memimpin Kadin,” tandas Syarif.13

Dan dibuktikan pada tanggal 31 maret 2015

“Jayabaya terpilih sebagai ketua umum periode 2015-2020 secara

akalamasi setelah Lulu kaking mengundurkan diri dalam pemilihan.”14

Langkah ini diperkirakan menjadi tahapan strategisJbmenjadi Banten 1.

11Kabarbanten.com edisi 07 November 2014Diakses pada hari Selasa tanggal 24 febuary 2015

Pukul 22.40 WIB

12LSM di Kabupaten Lebak yang mengawasi dan penyeimbang kinerja pemerintahan Kabupaten

Lebak

13Bantenpos.co edisi 14 November 2014Diakses pada hari Selasa tanggal 24 febuary 2015 Pukul

22.50 WIB

(23)

Kans besar terpilihnya Mulyadi Jayabaya itu pun di perkuat dengan Iti

Octavia Jayabaya sebagai anaknya yang merupakan Bupati Kabupaten Lebak,

namun jika berdasarkan kubu kepemimpinan wilayah, Mulyadi Jayabaya

sepertinya mempuyai persaingan ketat pada Pilkada Bantenyang direncanakan

akan dilaksanakan2017 mendatang, seperti kubu Ratu Atut Chosiah yang

cenderung menguasai daerah Serang, Pandeglang, Tangerang Selatan. Kubu H.

Imam Aryadi yang menguasai daerah Cilegon, dan kubu Wahidin yang cenderung

menguasai daerang Tanggerang Raya, selain itu Rano Karno yang saat ini

menjabat sebagai Pelaksana Tugas Gubernur Provinsi Banten yang meruppakan

sama-sama kader PDIP. Sehingga Pilkada Banten mendatang dipastikan semakin

ketat, untuk itu Mulyadi Jayabayasaat ini memberi kesan tengah menjalin

Komunikasi Politik dengan para stakeholder secara intensif.

Tahun 2001 merupakan pemilihan pertama gubernur dan wakil gubernur

Banten yang dimenangkan oleh Djoko Munandar dan Ratu Atut Choisyah.

Keduanya mendapat suara terbanyak dalam pemilihan oleh anggota DPRD

Banten, ketika Djoko Munandar dicopot dari jabatannya karena terkait kasus

korupsi, Ratu Atut lah yang ditunjuk sebagai Pelaksana Tugas Gubernur Banten.

Sebagai wanita pertama yang menjadi Gubernur di Indonesia Ratu atut memegang

peranan penting dalam politik Banten pada masa itu.

Kemudian pada tahun 2006, sebagai pelaksana tugas gubernur, Ratu Atut

mempersiapkan dan menyelenggarakan pemilihan Gubernur Provinsi 2006.

Empat hari sebelum pelaksanan pemilihan Gubernur Provinsi (Pilkada),

(24)

pada 22 November 2006. Hasil survei lembaga ini menempatkannya berada di

urutan teratas. Pada 27 November 2006, Koran Kompas juga mempublikasikan

dengan 39,18% di urutan teratas. Sembilan hari kemudian, 6 Desember 2006,

Komisi Pemilihan Umum Provinsi Banten menetapkannya sebagai gubernur

bersama pasangannya sebagai wakil gubernur.

Berdasarkan hasil penghitungan manual yang dilakukan KPU Provinsi

Banten, bersama pasangan wakil gubernur, ia memperoleh 1.445.457 (40,15

persen) dari 3.599.850 suara sah. Suara tidak sah mencapai 177.141 suara.

Dengan demikian, tingkat partisipasi pemilih mencapai 60,83 persen dari total

warga yang menggunakan hak pilih sebanyak 3.776.385 atas 6.208.951 pemilih

terdaftar. Sedangkan, 2.432.566 (39,17 persen) pemilih lainnya tidak

menggunakan hak pilihnya. Proses penghitungan manual dilakukan di Hotel Le

Dian, Serang. Hasil itu memastikan Ratu Atut memenangi pemilihan Gubernur

Provinsi Banten yang diselenggarakan pada 26 November 2006.

Kemudian pada tahun 2011 tepatnya pada tanggal 22 Oktober 2011,

diadakan pilkada Gubernur dan Wakil Gubernur Banten periode 2011-2015. Hasil

pilkada tersebut diumumkan oleh KPUD Banten pada tanggal 30 Oktober 2011

dan memastikan pasangan Ratu Atut Chosiyah dan Rano Karno memenangkan

hasil Pilkada. Pasangan Atut-Rano Karno mengalahkan pasangan nomor urut 2

Wahidin Halim-Irna Nurulita dan nomor urut 3 Jazuli Juwaeni-Makmun Muzzaki.

Sejarah mencatat bahwa Pilkada dimenangkan Kubu Ratu Atut Choisiyah

sebanyak 2 periode kepengurusan yakni 2006 dan 2011, sebagai tolok ukur

(25)

melakukan kembali Pilkada yang dipilih secara langsung apabila gugatan terkait

Perpu Pilkada langsung dimenangkan oleh Koalisi Indonesia Hebat (KIH) pada

putusan MA dan MK.

Berdasarkan komunikasi dan dinamika politik Mulyadi Jayabaya

menjelang Pilkada Banten 2017, suatu kajian yang tetap menarik apabila ditelaah

secara komperhensif berdasarkan aspek komunikasi politik di era perkembangan

keterbukaan informasi saat ini. Dari latar belakang diatas, maka penulis ingin

melakukan penelitian dengan judul “Komunikasi Politik Mulyadi Jayabaya Menjelang Pemilihan Gubernur Provinsi Banten 2017”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian seperti yang terpapar dalam Latar Belakang di atas,

maka penelitian ini berangkat dari pertanyaan dasar yang sekaligus merupakan

permasalahan pokok studi, yaitu “Bagaimana Komunikasi PolitikMulyadi Jayabaya Menjelang Pemilihan Gubernur Provinsi Banten 2017?”

1.3 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah penelitian di kerucutkan

dengan memetakan beberapa aspek yang dianggap penting untuk itu di perlukan

identifikasi masalah sebagai poin permasalahan yakni :

1) Bagaimana penokohan Mulyadi Jayabaya dalam melakukan komunikasi

(26)

2) Seperti apa Mulyadi Jayabaya menyampaikan kampanye politik nya

menjelang Pemilihan Gubernur Provinsi Banten 2017 ?

3) Melalui sosialisasi apa Mulyadi Jayabaya melakukan komunikasi

politiknya menjelang Pemilihan Gubernur Provinsi Banten 2017 ?

4) Siapa saja konstituen dan masyarakat pemilih yang menjadi sasaran politik

Mulyadi Jayabaya sebagai bentuk komunikasi politik nya menjelang

Pemilihan Gubernur Provinsi Banten 2017 ?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian seperti yang terpapar dalam Latar Belakang dan

Indentifikasi masalah di atas, maka tujuan penelitian ini yaitu :

1) Untuk menjelaskan penokohan Mulyadi Jayabaya dalam melakukan

komunikasi Politik menjelang Pemilihan Gubernur Provinsi Banten 2017

2) Untuk menjelaskan seperti apa Mulyadi Jayabaya menyampaikan

kampanye politik nya menjelang Pemilihan Gubernur Provinsi Banten

2017

3) Untuk menjelaskan Melalui sosialisasi apa Mulyadi Jayabaya melakukan

komunikasi politiknya menjelang Pemilihan Gubernur Provinsi Banten

2017

4) Untuk menjelaskan Siapa saja konstituen dan masyarakat pemilih yang

menjadi sasaran politik Mulyadi Jayabaya sebagai bentuk komunikasi

(27)

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ada dua:

a. Manfaat Akademis

1. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kontribusi

dan menambah wawasan pada literatur-literatur ilmu politik

khususnya komunikasi politik.

2. Dari hasil penelitian ini pula diharapkan dapat dijadikan bahan

acuan untuk peneliti berikutnya

b. Manfaat Praktis

1. Penelitian ini diharapkan dapat menerangkan tentang komunikasi

seorang sosok tokoh politik dalam membangun komunikasi

politiknya menjelang Pemilihan Kepala Daerah.

2. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi acuan bagi aktor politik

untuk mengetahui proses dan cara mengkampanyekan sosok dalam

(28)

12 2.1 Komunikasi Politik

Dalam pengertian umum komunikasi adala hubungan dan interaksi yang

terjadi antara dua orang atau lebih. Interaksi itu terjadi karena seseorang

menyampaikan pesan dalam bentuk lambang-lambang tertentu, diterima oleh

pihak lain yang menjadi sasaran, sehingga tercapai kesepahaman makna dari

sebuah proses komunikasi tersebut.

Harold D. Laswell menyatakan bahwa cara terbaik untuk menerangkan

proses komunikasi ialah dengan menjawab pertanyaan: Who Says What, In Which

Channel, To Whom, With What Effect (Siapa Mengatak Apa, Melalui Siaran,

Kepada Siapa, dan Dengan Efek Apa). Jawaban dari pertanyaan tersebut

menunjukan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban pertanyaan

yang diajukan. Sehingga komunikasi politik menurut Harold D. Laswell yang

dikutip dari Hafied Cangara menjelaskan, bahwa komuniasi politik terdiri dari

beberapa unsur, yakni :

1) Komunikator Politik

Komunikasi politik tidak hanya menyangkut partai poitik, melainkan juga

lembaga pemerintahan legislative dan eksekutif. Dengan demikian, sumber atau

komunikator politik adalah mereka-mereka yang dapat memberi informasi tentang

hal-hal yang mengandung makna atau bobot politik misalnya presiden, mentri,

(29)

politik, fungsionaris Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan

kelompok-kelompok penekan dalam masyarakat yang bias mempengaruhi jalanya

pemerintahan.

KomunikatoritusendirisebagaimanadikemukakanolehRakhmat(dalamDan

Nimmo,2005)digolongkanmenjaditigayaitupolitisi,profesionaldan

aktivisketiganyadalamaktivitaskeseharianmerekaharusmelakukankomunikasi

politik.15Menjelaskansecararincimengenaikomunikatorpolitik

ini.Iamemaparkanbahwaterdapattigamacamkomunikatorpolitik.Pertama,

adalahkomunikatorpolitikyangmempunyaipekerjaansebagaipolitisi/politikus,

merekaadalahcalonataupemegangjabatantertentudipemerintahan.Takpeduli

apakahiaditunjukataupejabatkarirdantakmengindahkanapakahjabatanitu

eksekutif,legislatifatauyudikatif.Pekerjaanmerekaadalahaspekutamakegiatan ini.

Politisi atau politikusinilahyangseringjuga disebut sebagai elite politik.

Dalamkegiatankeseharian,parapolitikusharusmelakukankomunikasi

politik.Halinidilakukan,untukmengomunikasikanpesanpesanpoitikkepada

sesamapolitikus,pesanpolitikinibisaberupatuntutan,protesdankebijakan.

kemudian,melakukankomunikasipolitikkepadamasyarakat.Halinidilakukan

sebagaiupayauntukmeraihdukunganmasyarakatagariatetapbisamenduduki

jabatanyangsaatinidimilikinya(bagiyangbelummempunyaijabatan,dukungan

masyarakat diperlukan untuk meraih jabatan tersebut).

Kedua;profesionalsebagaikomunikatorpolitikmunculdiakibatkan

karenaberkembangnyaperangkatteknologimediamassa.Iamenyuarakan

15

(30)

pendapatkomunikatorpolitikyangsesungguhnyadanmenghubungkandengan

masyarakat,menghubungkanpublikumum,denganpemimpinpolitikdan

membantumenempatkanmasalahdanperistiwapada agendadiskusipublik.Yang

termasukdalamprofesionaladalahparajurnalis(reporter,koordinatorberita,

penerbit,pengarahberita,eksekutifstasiundanlainnya).Profesionallainnya

adalahpromotor,iaadalahorangyangdibayaruntukmengajukankepentingan

langganantertentu.Sepertiagenpublisitas,tokohmasyarakat,pejabathumas,

pejabat informasi publik,sekretaris presiden dan lainnya.16

Parajurnalisdanpromotorinibekerjasebagaipenghubungantara

komunikatorpolitikyangsebenarnyadenganmasyarakat.Selainmenyuarakan

pendapatkomunikatorpolitikparaprofesionalkhususnyajurnalisjugamenjadi

penghubungpendapatyangdatangnyadari masyarakat.

Komunikatoryangketigaadalahaktivis,yangdimaksuddenganaktivis

adalahorang-orangyangtidakbekerjauntukkepentinganpolitik, namun

tugasnyaadalahmenjadijurubicara atau pelobi.Politikbukanlapangan

pekerjaannya,namuniaterlibatbaikdalamkegiatanpolitikwalaupundalam

komunikasi. Karenaitulah ia disebut aktivis politik.

Aktivislainnyayangjugaberfungsisebagaikomunikatorpolitikadalah

pemukamasyarakat.Iadisebutaktiviskarenabanyakorangyangmeminta

pendapatnya,khususnyaketikamerekaakanmemutuskanmemilihkandidat

dalampemilihanumum.Pemukamasyarakatbiasanyaorang-orangyangaktif

menyimakberitadimediamassa.Iamenjadinarasumberbagiorangorangyang pasif.

16

(31)

Didalamkomunikasipolitik,opinipublikmemilikiperanpentingdalam

strategikomunikasiseorangkandidat.Opinisudahterbentukjikapendapatyang

semuladipertentangkansudahtidaklagidipersoalkan.MenurutJamesBryces

dalam“ModernDemocrazy”opinipublikmerupakankumpulanpendapatdari

sejumlahorangtentangmasalah-masalahyangdapatmempengaruhiataumenarik

minatatauperhatianmasyarakatdisuatudaerahtertentu.Secarasederhanaopini

publikmerupakankegiatanuntukmengungkapkanataumenyampaikanapayang

olehmasyarakattertentudiyakini,dinilaidandiharapkanolehseoranguntuk

kepentingan mereka dari situasi tertentu dan isu diharapkan dapat

menguntungkan pribadi atau kelompok.17

2) Pesan Politik

Ialah pernyataan yang disampaikan, baik secara tertulis maupun tidak

tertulis, baik secara verbal maupun non verbal. Tersembunyi maupun

terang-terangan, baik yang disadarimaupun tidak disadari yang isinya mengandung bobot

politik. Misalnya pidato politik, undang-undang kepartaian, undang-undang

pemilu, penyataan politik, artikel atau isibuku/brosur dan berita surat kabar, radio,

televisi dan internet yang berisi ulasan politik dan pemerintahan, spanduk atau

baliho, iklan politik, propaganda, makna logo, warna baju atau bendera dan

semacamnya.

3) Saluran atau Media Politik

Saluran atau media politik ialah alat atau sarana yang digunakan oleh para

komunikator dalam menyampaikan pesan-pesan politiknya. Misalnya media

17 Heryanto, Gun Gun dan Ade Rina Farida. 2011. Komunikasi Politik. Jakarta : Lemlit UIN

(32)

cetak, yaitu surat kabar, tabloid, majalah. Media elektronik, misalnya film, radio,

televisi, komputer, internet. Media format kecil, misalnya leaflet, brosur,

selebaran, stiker, bulletin. Media luar ruang (out door media), misalnya baliho,

spanduk, reklame, bendera, jumbai, pin, logo, topi, rompi, kaos oblong, kalender,

blok note dan segala sesuatunya yang biasa digunakan untuk membangun citra

(image building).

4) Sasaran atau Target Politik

Sasaran adalah anggota masyarakat yang diharapkan dapat memberi

dukungan dalam bentuk pemberian suara kepada partai atau kandidat dalam

pemilihan umum. Mereka adalah pengusaha, pegawai negeri, buruh, perempuan,

ibu rumah tangga, pedagang kaki lima, mahasiswa, petani, yang berhak memilih

maupun pelajar dan siswa yang akan memilih setelah cukup usia.

5) Pengaruh atau Efek Komunikasi Politik

Efek komunikasi politik yang diharapkan adalah terciptanya pemahaman

terhadap system pemerintahan dan partai-partai politik, dimana nuansanya akan

bermuara pada pemberian suara dalam pemilihan umum. Pemberian suara sangat

menentukan terpilih tidaknya seorang kandidat untuk posisi mulai tingkat

presiden dan wakil presiden, angota DPR, MPR, gubernur, dan wakil

gubernur,bupati dan wakil bupati, walikota dan wakil walikota sampai pada

tingkat DPRD.18

Menurut Michael Rush dan Phillip Althoff mendefinisikan komunikasi

politik sebagai suatu proses dimana informasi politik yang relevan diteruskan dari

18

(33)

satu bagian sistem politik kepada bagian lainnya, dan diantara sistem-sistem sosial

dengan sistem-sistem politik.19

Menurut McQuail (1992: 472-243) mengatakan bahwa “Political Communication all processes of information (including facts, opinions, beliefs,

etc) transmission, exchange and search angaged in by participants in the course

of institutionalized political activities” (Komunikasi Politik adalah semua proses penyampaian informasi, termasuk fakta, pendapat, keyakinan-keyakinan dan

seterusnya, pertukaran dan pencarian tentang itu semua yang dilakukan oleh para

partisipan dalam konteks kegiatan politik yang lebih bersifat melembaga).20

Pendapat yang lebih komprehensif dikemukakan Sumarno yang

mengajukan formulasi komunikasi politik sebagai suatu proses, prosedur dan

kegiatan membentuk sikap dan perilaku politik yang terintegrasi dalam suatu

sistem politik. Dalam ungkapan yang lebih terbuka komunikasi politik

menyangkut hal-hal sebagai berikut: (1) disampaikan oleh komunikator politik,(2)

pesannya berbobot politik yang menyangkut kekuasaan dan negara, (3)

terintegrasi dalam sistem politik.21

Komunikai politik merupakan suatau elemen yang dinamis dan yang

menentukan sosialisasi politik dan partisipasi politik.Sosialisasi politik adalah

proses pembentukan sikap dan orientasi politik pada anggota masyarakat. Melalui

19Michael Rush dan Phillip Althoff. 1997. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta. PT. Raja Grafindo

Persada. Hal 24

20Parwito. 2008. Komunikasi Politik Media Massa dan Kampanye Pemilihan. Yogyakarta:

Jalasutra, hal. 2.

(34)

proses sosialisasi politik inilah para anggota masyarakat memperoleh sikap dan

orientasi terhadap kehiduapan politik yang berlangsung dalam masyarakat.22

Partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk

ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik,seperti memilih pimpinan Negara

atau upaya-upaya mempengaruhi kebijakan pemerintah.23 Sedangkan menurut

Huntington dan Joan Nelson,partisipasi politik adalah suatu sikap politik yang

mencangkup segala kegiatan atau aktivitas (action) yang mempunyai relavansi

politik ataupun hanya memengaruhi pejabat-pejabat pemerintah dalam

pengambilan keputusan pemerintah.24

2.1.1 Fungsi Komunikasi Politik.

Komunikasi politik merupakan jalan mengalirnya informasi melalui

masyarakat dan melalui berbagai struktur yang ada dalam sistem politik. Fungsi

dari komunikasi politik adalah struktur politik yang menyerap berbagai aspirasi,

pandangan, dan gagasan yang berkembang dalam masyarakat dan

menyalurkannya sebagai bahan dalam penentuan kebijakan. Dengan demikian

fungsi membawakan arus informasi balik dari masyarakat ke pemerintah dan dari

pemerintah ke masyarakat.25

Sedangkan menurut Soemarno fungsi komunikasi politik dapat dibedakan

menjadi dua bagian. Pertama, fungsi komunikasi politik yang berada pada struktur

pemerintahan (suprastruktur politik) atau disebut juga denga istilah the

22

Syahrial Syarbaini,Rusdiyanta,Doddy Wihardi. 2013. Pengetahuan Dasar Ilmu Politik. Bogor: Ghalia Indonesia,hal. 125

23Ibid hal. 123

24Leo Agustino. 2009.Pilkada Dan Dinamika Politik Lokal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hal. 188 25Mas‟oed Mochtar & Colin Mac Andrew. 1993.

(35)

governmental political sphere, berisikan informasi yang menyangkut kepada

seluruh kebijakan yang dilaksanakan oleh pemerintah. Isi komunikasi ditujukan

kepada upaya untuk mewujudkan loyalitas dan integritas nasional untuk mencapai

tujuan Negara yang lebih luas. Kedua, fungsi yang berada pada struktur

masyarakat (infrastruktur politik) yang disebut pula dengan istilah the socio

political sphere, yaitu sebagai agregasi kepentingan dan artikulasi kepentingan,

dimana kedua fungsi tersebut sebagai proses komunikasi yang berlangsung di

antara kelompok asosiasi dan proses penyampaian atau penyaluran isi komunikasi

terhadap pemerintah dan hasil agregasi dan artikulasi tersebut.26

Dengan kata lain penulis menyimpulkan fungsi komunikasi adalah

jembatan antara sosialisasi kebijakan pemerintah kepada masyarakat dan keluhan

atau aspirasi masyarakat yang disampaikan melalui komunikasi politik kepada

pemerintah.FungsikomunikasipolitikyangdikemukakanolehMcNair(2003)

dikombinasikandenganfungsikomunikasiyangdibuatolehGoranHedebro (1982),

Komunikasi politik berfungsi untuk:

1. Memberikaninformasikepadamasyarakatterhadapusaha-usahayang

dilakukanlembagapolitikmaupundalamhubungannyadengan pemerintah

dan masyarakat

2. Melakukansosialisasitentangkebijakan,programdantujuanlembaga politik

3. Memberimotivasikepadapolitisi,fusngsionarisdanparapendukung partai

4. Menjadiplatformyangbisamenampungide-idemasyarakatsehingga menjadi

bahan pembicaraan dalam bentuk opini publik

(36)

5. Mendidikmasyarakatdenganpemberianinformasi,sosialisasitentang

cara-carapemilihanumumdanpenggunaanhakmerekasebagai pemberi suara

6. Menjadihiburanmasyarakatsebagaipestademokrasidengan

menampilkanparajurukampanyeartis,danparakomentatoratau pengamat

politik

7. Memupukintegrasidenganmempertinggirasakebangsaanguna

menghindarikonflikdanancamanberupatindakanseparatisyang mengancam

persatuan nasional

8. Menciptakaniklimperubahandenganmengubahstrukturkekuasaan

melaluiinformasiuntukmencaridukunganmasyarakatluasterhadap

gerakanreformasi dan demokratisasi

9. Meningkatkanaktivitaspolitikmasyarakatmelaluisiaranberita,

agendasettingmaupunmelaluikomentar-komentarpolitik27

2.2 Sosialisasi

Berdasarkan buku Sosiologi Suatu Pengantar yang ditulis oleh Soerjono

Soekanto, “sosialisasi adalah suatu proses, dimana anggota masyarakat yang baru

mempelajari norma-norma dan nilai-nilai masyarakat di mana dia menjadi

anggota”.28Menurut M.J. Herskovits, “sosialisasi adalah suatu proses dimana

seorang anak menyesuaikan diri dengan norma-norma dalam

keluarganya”.29

Richard T. Schaefer dalam buku Sociology a Brief Introduction

memaparkan, “Socialization, in which people learn the attitudes, values, and

behaviours appropriate for members of a particular culture. Socialization occurs

27Hafied Cangara, 2009. Op Cit hal 40-41 28

Soejono Soekanto, 2009. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers Hal 59

(37)

through human interactions that begin in infancy and continue through

retirement”. (Sosialisasi adalah di mana orang mempelajari sikap, nilai, perilaku yang tepat bagi anggota kebudayaan tertentu. Sosialisasi terjadi melalui interaksi

manusia yang dimulai pada masa bayi hingga usia lanjut).Sedangkan sosialisasi

menurut Sean Macbride yang dikutip Cangara, “yakni menyediakan dan mengajarkan ilmu pengetahuan bagaimana orang bersikap sesuai nilai-nilai yang

ada, serta bertindak sebagai anggota masyarakat secara efektif”.30

2.2.1 Jenis Sosialisasi

Berdasarkan jenisnya sosialisasi menurut Robert M. Lawang dibagi

menjadi dua, yaitu31 :

1. Sosialisasi primer, yaitu sosialisasi pertama yang dijalani individu

semasa kecil dengan belajar menjadi anggota masyarakat (keluarga).

Sosialisasi primer berlangsung saat anak berusia 1-5 tahun. Secara

bertahap dia mulai mampu membedakan dirinya dengan orang lain di

sekitar keluarganya. Dalam tahap ini, peran orang-orang yang terdekat

dengan anak menjadi sangat penting karena watak dan/atau

kepribadian anak akan sangat ditentukan oleh warna kepribadian dan

interaksi yang terjadi antara anak dengan anggota keluarga

terdekatnya.

2. Sosialisasi sekunder, yaitu proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi

primer yang memperkenalkan individu ke dalam kelompok tertentu

30 Hafied Cangara. (2008). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Rajawali Pers. Hal 62 31http://file.upi.edu/direktori/fpips/m_k_d_u/196604251992032

(38)

dalam masyarakat, salah satu bentuknya adalah resosialisasi

(pemberian identitas diri yang baru) dan desosialisasi („pencabutan‟

identitas diri yang lama.

2.2.2 Tipe Sosialisasi

Tipe sosialisasi dibedakan menjadi dua, yaitu32:

1. Formal

Sosialisasi formal terjadi melalui lembaga-lembaga yang berwenang

menurut ketentuan negara. Contohnya sekolah.

2. Informal

Sosialisasi informal terdapat dalam pergaulan yang bersifat kekeluargaan.

Contohnya teman, anggota klub, dan kelompok-kelompok sosial dalam

masyarakat.

Walaupun proses sosialisasi dipisahkan menjadi dua yaitu formal dan

informal, namun hasilnya sangat sulit untuk dipisahkan karena individu biasanya

mendapat sosialisasi formal dan informal sekaligus.

2.2.3 Pola Sosialisasi

Sosialisasi dapat dibagi menjadi dua pola, yaitu33 :

32http://www.bukupr.com/2013/04/sosialisasi.html diakses pada hari Sabtu 27 September 2014

pukul 15: 55 WIB

33

(39)

1) Sosialisasi represif (repressive socialization), yang menekankan pada

penggunaan materi dalam hukuman dan imbalan. Komunikasinya bersifat

satu arah. Keluarga berperan sebagai significant other.

2) Sosialisasi partisipatoris (participatory socialization), yang menekankan

pada interaksi dan komunikasi lisan yang bersifat dua arah. Hukuman dan

imbalannya bersifat simbolik. Keluarga berperan sebagai generalized

other.

2.2.4 Proses Sosialisasi 1) George Herbert Mead

Menurut George Herbert Mead, tahapan proses sosialisasi yang dilalui

seseorang adalah sebagai berikut34:

a. Tahappersiapan (preparatory stage)

Tahap ini dialami saat seorang anak mempersiapkan diri untuk

mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk memperoleh pemahaman

tentang diri. Pada tahap ini juga anak-anak mulai melakukan kegiatan

meniru meski tidak sempurna.

Contoh: Kata "makan" yang diajarkan ibu kepada anaknya yang

masih balita diucapkan "mam". Arti kata tersebut juga belum dipahami

benar oleh anak. Lama-kelamaan anak memahami secara tepat arti kata

makan dengan kenyataan yang dialaminya.

b. Tahap meniru (play stage)

34http://www.bukupr.com/2013/04/sosialisasi.htmldiakses pada Kamis 22 Oktober 2015 pukul

(40)

Tahap ini ditandai dengan semakin sempurnanya seorang anak

menirukan peran-peran yang dilakukan oleh orang dewasa.

Kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain mulai

terbentuk, anak juga sadar bahwa dunia sosial manusia berisi banyak

orang. Sebagian dari orang tersebut adalah orang-orang yang dianggap

penting bagi pembentukan dan bertahannya diri, yaitu dari mana anak

menyerap norma dan nilai. Bagi seorang anak, orang-orang ini disebut

orang-orang yang amat berarti (significant other).

c. Tahap memainkan (game stage)

Peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan diganti

oleh peran yang secara langsung dimainkan sendiri dengan penuh

kesadaran. Kemampuan menempatkan diri pada posisi orang lain pun

meningkat sehingga memungkinkan adanya kemampuan bermain

secara bersama-sama. Pada tahap ini lawan berinteraksi semakin

banyak dan hubungannya semakin kompleks. Individu mulai

berhubungan dengan teman-teman sebaya di luar rumah.

Peraturan-peraturan yang berlaku di luar keluarganya secara bertahap juga mulai

dipahami. Bersamaan dengan itu, anak mulai menyadari bahwa

ada norma tertentu yang berlaku di luar keluarga.

d. Tahap penerimaan norma kolektif (generalized stage)

Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah dapat

menempatkan dirinya pada posisi masyarakat secara luas. Dengan kata

(41)

berinteraksi dengannya tapi juga dengan masyarakat luas. Manusia

dewasa menyadari pentingnya peraturan, kemampuan bekerja sama

bahkan dengan orang lain yang tidak dikenalnya secara mantap.

Manusia dengan perkembangan diri pada tahap ini telah menjadi warga

masyarakat dalam arti sepenuhnya.

2) Charles H. Cooley

Charles H. Cooley lebih menekankan pada peran interaksi dalam teorinya.

Menurutnya, self concept (konsep diri) terbentuk dari interaksi seseorang

dengan orang lain, yang disebut looking-glass self. Tahap-tahap terbentuknya

looking-glass self yaitu35:

a. Kita membayangkan bagaimana kita di hadapan orang lain

b. Kita membayangkan bagaimana orang lain menilai kita

c. Bagaimana perasaan kita sebagai akibat dari penilaian itu

Tahapan di atas berkaitan erat dengan teori labeling, di mana seseorang

akan berusaha memainkan peranan yang sesuai dengan penilaian orang

terhadap dirinya, walaupun penilaian itu belum tentu benar.

2.2.5 Agen Sosialisasi

Agen sosialisasi adalah pihak-pihak yang melakukan sosialisasi yang

membantu seseorang membentuk pandangannya sendiri tentang dunianya dan

35http://www.bukupr.com/2013/04/sosialisasi.htmldiakses pada Kamis 22 Oktober 2015 pukul

(42)

membuat persepsi tentang tindakan-tindakan yang pantas dan tidak pantas

dilakukan.36

Berdasarkan definisi diatas peneliti menyimpulkan bahwa sosialisasi

adalah suatu proses menyesuaikan diri dengan norma-norma dan bersikap sesuai

dengan nilai-nilai yang ada.

2.3 Konsep Pemilihan Kepala Daerah(Pilkada)

Idedasardaripemberianotonomikepadadaerah sejatinyaadalahuntuk

pertama,meningkatkanpelayanandankesejahteraan

masyarakatyangsemakinbaik;kedua,memeliharahubunganyangserasiantara

pusatdandaerahsertaantardaerahdalamrangkamenjagakeutuhanNegara

KesatuanRepublikIndonesia(NKRI);ketiga,mengembangkankehidupan demokrasi,

keadilan danpemerataan.37

Dalamrangkamenjalankantugasdankewajibantersebut,esensimendasar

dalamkebijakanpelaksanaanotonomidaerahadalahpemberiankewenanganyang

ditetapkanbatasankewenanganyangdimilikidaerahuntukmengaturdan

mengurusrumahtangganyasendiri.Adanyapemberiankewenanganinitentu

merupakanesensidasardalampelaksanaanotonomidaerahdimanadaerah

mempunyaicukupkeleluasaangerakdalammenggunakanpotensinya,baikyang

berasaldaridaerahnyasendirimaupundaripemberianpemerintahpusatsesuai

dengankebutuhandaerahdankesejahteraanmasyarakatnya.38

36http://www.bukupr.com/2013/04/sosialisasi.htmldiakses pada Kamis 22 Oktober 2015 pukul

19.30 WIB

37 Leo Agustino,Op Cit hal 26 38

(43)

Dalam peraturan perundang-undangan, pemilihan gubernur di atur dalam

Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (UU No. 32

tahun 2004) merupakan Undang-Undang (UU) yang mengatur secara gamblang

tentang Pemerintahan Daerah (Perda). Pasal 56 (1) undang-undang No.32 tahun

2004 tentang pemerintahan daerah menyatakan bahwa Gubernur Provinsi dan

wakil Gubernur Provinsi dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan

secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, dan rahasia jujur dan

adil (2) pasangan calon sebagai mana dimaksud pada ayat (1) diajukan oleh partai

politik atau gabungan partai politik.39Sedangkan didalam perubahan UU No.32

Tahun 2004, yakni UU No.12 Tahun 2008, Pasal 59 ayat 1b, calon Gubernur

Provinsi dapat juga diajukan dari calon perseorangan yang didukung oleh

sejumlah orang.

Pilkada merupakan tonggak sejarah penting bagi pengembangan

demokrasi di tingkat lokal. Di mana pada masa sebelumnya pilkada dilakukan

secara perwakilan oleh DPRD yang dalam praktiknya diwarnai manipulasi oleh

antar elit. Mereka yang mengklaim mewakili rakyat telah melakukan berbagai

bentuk penyimpangan dan distorsi dalam melaksanakan pemilihan kepala daerah.

Menurut Abdul Asri Harahap bahwa pilkada bukan hanya memilih

penguasa daerah tetapi lebih merupakan mencari pemimpin yang mampu

melayani dan mengabdi untuk kepentingan sebuah rakyatnya.40 Pola pikir lama

yang lebih menempatkan Gubernur Provinsi sebagai penguasa yang harus diubah

39UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

40Abd. Asri Harahap. 2005. Manajemen dan Resolusi Konflik Pilkada. Jakarta :PT.Pustaka

(44)

secara radikal menjadi pemimpin yang sesungguhnya bertugas memberikan

pelayanan kepada masyarakat.

Pemerintahan daerah adalah pelaksanaan fungsi-fungsi pemerintahan

daerah yang dilakukan oleh lembaga pemerintahan daerah yaitu Pemerintah

Daerah dan Dewan Perwakilan Derah (DPRD). Secara umum Gubernur Provinsi

adalah kepala pemerintah daerah yang dipilih secara demokratis. Gubernur

Provinsi dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh seorang wakil Kepala

Daerah, dan perangkat daerah (UU No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah).

Semua tingkatan daerah di Indonesia diberikan hak untuk menyelenggarakan

pemilihan Gubernur Provinsi secara langsung, dengan tujuan agar rakyat di daerah

yang bersangkutan dapat secara bebas dan bertanggung jawab memilih kepala

daerahnya yang berkualitas.

Penguatan demokrasi lokal melalui pemilihan ini adalah bagian dari

pemberian otonomi luas, nyata, dan bertanggung jawab. Upaya penguatan

demokrasi lokal melalui pemilukada langsung ini adalah mekanisme yang tepat

sebagai bentuk terobosan atas mandegnya pembangunan demokrasi di tingkat

lokal.41Pemilihan Gubernur Provinsi secara lansung dimulai pada tahun 2005,

yang diseleggarakan di 226 daerah, yang meliputi 11 Propinsi, 180 kabupaten dan

35 kota.42

Dalam kaitannya dengan fungsi dasar pemilihan umum tersebut, akan ada

beberapa fungsi dari pemilukada yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain,

yaitu:

41

H.Rudini. 1994. Atas Nama Demokrasi Indonesia. Hal 139.

(45)

a) Sebagai Sarana Legitimasi Politik.

b) Fungsi Perwakilan Politik

c) Sebagai Sarana Pendidikan Politik Masyarakat

Proses pemilihan Gubernur Provinsi secara langsung senantiasa

diharapkan dapat membawa perubahan berdemokrasi kearah yang lebih baik, serta

dapat pula memperkokoh semangat demokrasi di daerah khususnya. Dalam proses

penyelenggaraannya pemilihan Gubernur Provinsi berlangsung secara bertahap.

Tahapan dalam pelaksanaannya dapat dilihat sebagai berikut :

1. Pendaftaran pemilih calon bupati dan wakil bupati

2. Penentuan calon bupati dan wakil bupati

3. Proses administrasi pengadaan dan pendistribusian logistik

4. Pengadaan kampanye

5. Pemungutan dan penghitungan suara

6. Tahap penyelesaian (tahap evaluasi hasil pelaksanaan pemilihan kepala

daerah).43

Pilkada secara langsung diselenggarakan dengan sistem dua putaran.

Artinya, kalau pada putaran pertama tidak ada calon yang memperoleh suara

minimal yang ditentukan, akan diadakan putaran kedua dengan peserta dua pasang

calon yang memperoleh suara terbanyak. Yang menjadi tujuan pokok adalah

adanya pasangan calon yang terpilih mempunyai legitimasi kuat dengan perolehan

suara 50% plus satu (mayoritas mutlak). Seandainya pada putaran kedua tidak ada

yang memperoleh suara 50% plus satu, yang akan dijadikan pertimbangan untuk

(46)

menentukan pemenang adalah kemerataan dukungan suara di tingkat

kabupaten/kota. Dalam suatu masyarakat demokratis, rakyat berperan tidak untuk

memerintah atau menjalankan keputusan–keputusan politik. Namun terdapat pemilihan umum yang berperan untuk menghasilkan suatu pemerintah atau

suatubadan penengah lainnya yang pada gilirannya menghasilkan suatu eksekutif

nasional dan pemerintah.44

Terkait dengan UU ini saat ini sedang hangat diperbincangkan tentang

“Pemilihan Kepada Daerah oleh DPRD”. Jika dikaitkan dengan demokrasi yang

merupakan pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Pemahaman

sederhana yang dapat digambarkan atas sebuah demokrasi. Demokrasi ini

dituangkan dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia tahun 1945 (UUD NRI 1945), yaitu “kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang”.

Pemilihan Gubernur Provinsi merupakan rekruitmen politik yaitu

penyeleksian rakyat terhadap tokoh-tokoh yang mencalonkan diri sebagai

Gubernur Provinsi seperti pemilihan gubernur, dan wakil gubernur.45Pilkada

merupakan salah satu kegiatan yang nilainya equivalen dengan pemilihan anggota

DPRD.Terjadi perubahan terkait perubahan dari Pilgub menjadi Pikada

dikarenakan konsep otonomi daerah yang dijelaskan pada semangat desentralisasi,

sejak tahun 2005 Pemilu Gubernur Provinsi dilaksanakan secara langsung

(Pemilukada/Pilkada). Semangat dilaksanakannya Pilkada adalah koreksi terhadap

44Tesis Sugiprawaty, Etnisitas, Primordialisme, Dan Jejaring Politik Di Sulawesi Selatan (Studi

Pilkada Di Sulawesi Selatan Th 2007-2008), Hal. 10

45

(47)

sistem demokrasi tidak langsung (perwakilan) di era sebelumnya, di

manaGubernur Provinsi dan Wakil Gubernur Provinsi dipilih oleh DPRD,

menjadi demokrasi yang berakar langsung pada pilihan rakyat (pemilih). Melalui

Pilkada, masyarakat sebagai pemilih berhak untuk memberikan suaranya secara

langsung sesuai dengan kehendak hati nuraninya, tanpa perantara, dalam memilih

Kepala Daerah.

Secara ideal tujuan dari dilakukannya Pilkada adalah untuk mempercepat

konsolidasi demokrasi di Republik ini. Selain itu juga untuk mempercepat

terciptanya good governance karena rakyat bisa terlibat langsung dalam proses

pembuatan kebijakan. Hal ini merupakan salah satu bukti dari telah berjalannya

program desentralisasi. Daerah telah memiliki otonomi untuk mengatur dirinya

sendiri , bahkan otonomi ini telah sampai pada taraf otonomi individu.

Selain semangat tersebut, sejumlah argumentasi dan asumsi yang

memperkuat pentingnya Pilkada adalah: Pertama, dengan Pilkada dimungkinkan

untuk mendapatkan Gubernur Provinsi yang memiliki kualitas dan akuntabilitas.

Kedua, Pilkada perlu dilakukan untuk menciptakan stabilitas politik dan

efektivitas pemerintahan di tingkat lokal. Ketiga, dengan Pilkada terbuka

kemungkinan untuk meningkatkan kualitas kepemimpinan nasional karena makin

terbuka peluang bagi munculnya pemimpin-pemimpin nasional yang berasal dari

bawah dan/atau daerah.

2.4 Persuasi Politik

Komunikasi politik merupakan komunikasi persuasi yang selalu dilakukan

(48)

ini, kegiatan komunikasi politik kegiatan persuasi dan hampir tidak ada kegiatan

komunikasi politik yang tidak berusaha untuk mempersuasi orang atau khalayak

maupun pemilih yang bertujuan mengubah atau mempertahankan persepsi,

perasaan, pikiran, maupun pengharapan agar mereka bersikap dan berperilaku

sesuai dengan keinginan komunikator politik. Dalam hal ini Dan Nimmo

menyebutkan persuasi merupakan suatu pembicaraan politik yang bertujuan

mengubah persepsi, pikiran, perasaan, dan pengharapannya.

Beberapa bentuk komunikasi politik sebagai persuasi komunikasi politik

yang sudah lama dikenal dan dilakukan dalam dunia politik adalah retorika

politik, propaganda politik.

1. Retorika

Retorika atau dalam bahasa Inggris rhetoric berasal dari kata latin

rehtorica yang berarti ilmu bicara. Aristoteles menyebutkan retorika sebagai

seni persuasi yaitu uraian yang singkat, jelas dan menyakinkan dengan

menggunakan keindahan bahasa dalam penyampaiannya.Retorika merupakan

seni sekaligus teknik yang sering diaplikasikan dalam dunia politik. Pada awal

kemunculannya retorika bersifat dua arah atau dialogis karena biasa digunakan

untuk perdebatan – perdebatan di dalam ruangan.Secara umum kajian retorika didefinisikan sebagai simbol kehidupan manusia. Menurut Littlejohn dalam

Ariffin (2011:126) Retorika kemudian diperluas dengan mencakup segala cara

manusia menggunakan simbol untuk mempengaruhi lingkungannya.

Dalam pengertian yang lebih luas retorika diartikan sebagai seni

(49)

dipergunakan untuk membenarkan (corrective), memerintah (instructive),

mendorong (suggestive), dan mempertahankan (defensive) sesuatu yang

didasarkan pada kebaikan masyarakat secara luas.

Retorika merupakan komunikasi dua arah, dalam pengertian bahwa

seseorang berbicara kepada beberapa orang atau seseorang berbicara kepada

seorang lainnya, yang masing-masing berusaha dengan sadar untuk

mempengaruhi pandangan satu sama lainnya, melalui tindakan timbal balik

satu sama lain.46 Retorika juga dimaksudkan sebagai upaya komunikasi dalam

membangun citra, melalui retorika bertujuan menyatukan perasaan, harapan,

sikap dan akhirnya diharapkan untuk dapat bekerja sama sesuai dengan tujuan

komunikator dan hal tersebut dilakukan dengan cara berpidato (negosiasi).

Untuk dapat melakukan retorika yang persuasif dan mencapai tujuan

retorika dimaksud, harus didasarkan dan diperhatikan faktor ethos, pathos dan

logos. Ethos merupakan faktor kredibilitas seorang komunikator, ini

menunjukkan bahwa retorika akan berhasil apabila disampaikan oleh

komunikator yang dipercaya oleh masyarakat (komunikan), pathos adalah

kemampuan dalam memilih dan menggunakan bahasa atau kata-kata yang

baik, manarik dan simpatik untuk mempengaruhi emosi khalayak pendengar,

dan logos adalah seorang komunikator adalah seorang yang mempunyai

pengetahuan yang luas dan mendalam tentang apa yang disampaikannya

dalam berpidato maupun berbicara di depan publik.

46

Gambar

Tabel  Penelitian Sebelumnya

Referensi

Dokumen terkait

Koefisien kemiripan fenotip berdasarkan sepuluh karakter kuantitatif berkisar antara 58 ± 93% yang terbagi menjadi dua kelompok utama yaitu kelompok

Di dalam Islam dijelaskan bahwa setiap penyakit pasti ada obatnya selain itu Allah SWT juga berfirman dalam surat Asy-Su'ara ayat 80 bahwa jika ada manusia yang sakit maka Allah

Selain pemadatan tanah dan kandungan bahan organik tanah, para petani seringkali menggunakan indikator cacing tanah sebagai penciri tanah sehat.. Petani berasumsi

Berdasarkan hasil penelitian terkait dengan produk pelayanan yang diberikan dalam pengurusan Pajak Kendaraan Bermotor pada Kantor Bersama Samsat UPT Kutai

Operasi mikrolaring ini membutuhkan anestesi umum yang keamanannnya menyeluruh, dengan respirasi yang edekuat, melindungi jalan nafas bawah dan dapat mengembalikan reflek-reflek

Mereka hidup dalam persatuan dan kasih (ayat 42), di mana mereka memecahkan roti bersama-sama, segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, mereka saling menolong

Gambar 2 menunjukkan perubahan konsentrasi MB ketika larutan berkontak dengan katalis baik ketika ada ataupun tanpa peroksida.. A) Perubahan konsentrasi MB dalam larutan selama

Penyiraman langsung dengan jumlah air banyak dan penyiraman sistem tetes dengan menggunakan Botes-AHW memberikan pengaruh tidak nyata pada pertumbuhan