• Tidak ada hasil yang ditemukan

Masalah-masalah yang secara intens dialami oleh siswa-siswi kelas VII SMP Santa Maria Banjarmasin tahun ajaran 2007/2008 dan suatu usulan topik-topik bimbingan klasikal - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Masalah-masalah yang secara intens dialami oleh siswa-siswi kelas VII SMP Santa Maria Banjarmasin tahun ajaran 2007/2008 dan suatu usulan topik-topik bimbingan klasikal - USD Repository"

Copied!
154
0
0

Teks penuh

(1)

MASALAH-MASALAH YANG SECARA INTENS DIALAMI OLEH SISWA-SISWI KELAS VII SMP SANTA MARIA BANJARMASIN

TAHUN AJARAN 2007/2008 DAN SUATU USULAN TOPIK -TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidik an (S1)

Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun oleh Nama : Maria Sri Hastuti

NIM : 031114037

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada

Kongregasi Suster-suster Fransisikus Dina (SFD)

yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk mengembangkan diri

Almamater Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu

Bapak-Ibu, kakak-kakak, dan adik-adikku yang telah, sedang dan akan selalu mengasihiku

(5)

MOTTO

Saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan

apabila kamu jatuh dalam berbagai percobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang,

supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu pun

(6)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 22 Oktober 2007 Penulis

(7)

ABSTRAK

MASALAH-MASALAH YANG SECARA INTENS DIALAMI OLEH SISWA-SISWI KELAS VII SMP SANTA MARIA BANJARMASIN

TAHUN AJARAN 2007/2008 DAN SUATU USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL

M ARIA SRI HASTUTI 2007

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan masalah- masalah yang secara intens dialami oleh siswa-siswi kelas VII SMP Santa Maria Banjarmasin tahun ajaran 2007/2008. Hasil penelitian ini dijadikan dasar atau titik tolak untuk membuat usulan topik-topik bimbingan klasikal yang sesuai untuk siswa-siswi kelas VII sekolah tersebut.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode survei. Populasi penelitian adalah seluruh siswa-siswi kelas VII SMP Santa Maria Banjarmasin tahun ajaran 2007/2008 yang berjumlah 128 siswa. Instrumen yang digunakan adalah “Kuesioner Masalah- masalah yang Dialami oleh Siswa SMP.” Item- item dalam kuesioner berjumlah 121 item.

Teknik pengolahan data yang digunakan adalah membuat tabulasi skor dari masing- masing item, menghitung skor total dari masing- masing item, dan menentukan masalah- masalah yang secara intens dialami oleh siswa-siswi kelas VII SMP Santa Maria Banjarmasin tahun ajaran 2007/2008 berdasarkan kriteria Penilaian Acuan Norma (PAN) tipe I yaitu M + 0,75 S.

Masalah- masalah yang secara intens dialami oleh siswa-siswi kelas VII SMP Santa Maria Banjarmasin tahun ajaran 2007/2008 berjumlah 22 item, antara lain: merasa gugup sewaktu berbicara di muka umum (item 30), mudah tersinggung dan sakit hati (item 59), khawatir memperoleh nilai rendah dalam ulangan/ujian atau PR (item 91), dan mengalami masalah karena kurang mampu mengelola (menggunakan) uang dengan baik (item 111).

(8)

ABSTRACT

THE PROBLEMS INTENSELY FACED B Y THE SEVEN GRADE STUDENS OF SANTA MARIA BANJARMASIN JUNIOR

HIGH SCHOOL IN ACADEMIC YEAR OF 2007/2008 AND THE CLASSICAL GUIDANCE TOPICS PROPOSAL

M ARIA SRI HASTUTI 2007

This research was aimed at descriping the problems intensely faced by the seven grade students of Santa Maria Banjarmasin Junior High School (JHS) during the academic year of 2007/2008. The result of this research was used as the reference in develop ing the suitable classical topics guidance proposal for the seven grade students of the school.

This research was descriptive in nature by using a survey method. The population of the research covered the entire seven grade students of Santa Maria Banjarmasin Junior High School (JHS) during the academic year of 2007/2008 with consisted of 128 students. The researchs instrument was a “Questionnaire asking for the problems the JHS students dealt with.” That instrument consisted of 121 items.

The techniques of data processing were the score tabulation for each item, calculation the total score, and determination of the intensely faced problems by seven grade students of Santa Maria Banjarmasin Junior High School (JHS) during the academic year of 2007/2008 based on the criteria of the Norm’s Reference Assessment (NRA) type I, i.e: M + 0,75

The problems that intensely faced by the seven grade students of Santa Maria Banjarmasin Junior High School (JHS) during the academic year of 2007/2008 were 22 items, such as: being nervous while speaking before public (30 item), easily offended and hurt (59), being worry for lower point for exams or homework (91), less capability for managing money (111).

(9)

KATA PENGANTAR

Syukur dan terimakasih kepada Tuhan Yang Mahabaik karena kasih-Nya yang besar, telah mendampingi, membimbing, dan menerangi hati, budi, dan pikiran penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan karena bantuan banyak pihak, yang dengan kesetiaan, kesabaran, dan penuh kasih mendukung penulis melalui doa, pemberian motivasi, dan sumbangan ide- ide yang baik.

Untuk itu semua, penulis mengucapkan banyak terima kasih yang tulus dan dalam, khusus nya kepada:

1. Bapak Drs. R.H.Dj. Sinurat, M.A., pembimbing utama yang dengan penuh kesungguhan dan kesabaran telah memberikan motivasi, bimbingan, arahan, dan ide-ide yang baik demi kelancaran penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Drs. Y.B. Adimassana, M.A. dan Ibu Dra. M.J. Retno Priyani, M.Si., penguji II dan III yang berkenan mendampingi dan membimbing penulis dalam mempertanggungjawabkan skripsi ini.

3. Dr. M.M. Sri Hastuti, M.Si., Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma.

(10)

5. Suster Pimpinan Kongregasi SFD beserta Dewan, dan para suster SFD yang telah memberikan kepercayaan dan kesempatan serta dukungan yang besar kepada penulis untuk mengembangkan diri melalui studi.

6. Ibu Bertha Iberahim, Kepala Sekolah SMP Santa Maria Banjarmasin, yang telah memberikan ijin kepada penulis dan membantu penulis dalam melakukan penelitian.

7. Para guru wali kelas VII SMP Santa Maria Banjarmasin yang dengan penuh pengertian memberikan waktu dan tenaga untuk membantu penulis dalam mengumpulkan data.

8. Siswa-siswi kelas VII SMP Santa Maria Banjarmasin yang telah dengan rela memberikan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk me mbantu penulis sehingga penulis memperoleh data penelitan.

9. Kepala sekolah SMP Budi Mulia Minggir, yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan uji coba alat penelitian.

10. Siswa- siswi kelas VII SMP Budi Mulia Minggir, yang telah merelakan waktu, tenaga, pikirannya dalam rangka uji coba penelitian.

11. Saudari-saudariku komunitas SFD “Fonte Colombo” dan novisiat “Santo Yosef” (Sr. Rosalia, Sr. Gratiana, Sr. Renata, Sr. Sesilia, Sr. Bonaventura, Sr. Theresita) yang senantiasa mendoakan, mendukung, dan membantu penulis dalam menyusun skripsi ini.

(11)

13. Teman-teman mahasiswa angkatan 2003/2004 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma, yang turut mendukung penulis dalam studi dan atas kerjasama yang baik selama menjalani masa studi.

14. Sahabat-sahabatku yang baik (Br. Philipus BM, Br. Siprianus OFM, Fr. Frans HHK, Br. Yulius CSA, Sr. Eme PBHK, Ema, Gugun, Putri, Heny,

Ida, Hayu, Yesi, Vera, Tutus, Bertus) yang memberikan dukungan dan perhatian khusus kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

15. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu, yang dengan caranya masing- masing ikut mendukung penulis dalam menyusun skripsi ini.

Semoga Tuhan yang penuh kasih membalas budi baik mereka semua dengan berkat yang melimpah. Akhirnya, penulis berharap semoga karya ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca, khususnya yang menaruh perhatian pada bidang bimbingan dan konseling.

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...vi

ABSTRAK ...vii

ABSTRACT...vii

KATA PENGANTAR ...ix

DAFTAR ISI...x

DAFTAR TABEL ...xii

DAFTAR LAMPIRAN...xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...1

B. Perumusan Masalah...4

C. Tujuan Penelitian...4

D. Manfaat Penelitian ...4

E. Definisi Operasional...5

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Remaja ...7

B. Ciri-ciri Remaja Awal...8

C. Tugas Perkembangan Remaja Awal ...15

D. Kebutuhan Remaja Awal ...19

E. Masalah- masalah Remaja SMP ...23

F. Bimbingan K lasikal di SMP ...29

(13)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian...41

B. Populasi Penelitian...41

C. Instrumen Penelitian...43

D. Prosedur Pengumpulan Data ...49

E. Teknik Analisis Data...52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Masalah- masalah yang secara Intens Dialami oleh Siswa-siswi Kelas VII SMP Santa Maria Banjarmasin Tahun Ajaran 2007/2008 ...54

B. Pembaha san...57

BAB V USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL BAGI SISWA - SISWI KELAS VII SMP SANTA MARIA BANJARMASIN TAHUN AJARAN 2007/2008 A. Usulan Topik-topik Bimbingan Klasikal bagi Siswa -siswi Kelas VII SMP Santa Maria Banjarmasin Tahun Ajaran 2007/2008 ...95

B. Contoh Satuan Pelayanan Bimbingan (SPB) ...100

BAB VI PENUTUP A Ringkasan...110

B. Kesimpulan...112

C. Saran ...113

(14)

DAFTAR TABEL

Table 1 : Komposisi Kuesioner Masalah-masalah Siswa Table 2 : Data Penelitian Masalah- masalah yang secara

Intens Dialami oleh Siswa-siswi Kelas VII SMP Santa Maria Banjarmasin Tahun Ajaran 2007/2008.

Table 3 : Masalah-masalah yang secara Intens Dialami oleh Siswa-siswi Kelas VII SMP Santa Maria Banjarmasin Tahun Ajaran 2007/2008.

Tabel 4 : Usulan Topik-topik Bimbingan Klasikal bagi Siswa-siswi Kelas VII

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kuesioner Masalah- masalah Siswa

Lampiaran 2 : Data Penelitian Masalah- masalah yang secara Intens Dia lami oleh Siswa-siswi Kelas VII SMP Santa Maria Banjarmasin Tahun Ajaran 2007/2008.

Lampiran 3 : Surat Ijin Uji Coba Penelitian dari Universitas Sanata Dharma Lampiran 4 : Surat Ijin Penelitian dari Universitas Sanata Dharma

(16)

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan batasan istilah.

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat dewasa ini mempengar uhi kehidupan setiap orang. Pengaruhnya tampak dalam perubahan yang sangat besar dalam pertumbuhan dan perkembangan setiap orang, dalam segala aspeknya, seperti aspek fisiknya, aspek psikisnya, aspek sosialnya, aspek religiusnya, dan sebagainya.

Perubahan tersebut juga dialami oleh para remaja. Remaja berada dalam masa transisi atau masa peralihan, yaitu beralih dari masa kanak-kanak menuju ke masa dewasa. Masa remaja adalah masa bergejolaknya bermacam-macam perasaan yang kadang-kadang bertentangan antara yang satu dengan yang lain (Panuju dan Umami, 1999: 116). Karena perubahan-perubahan yang dialami remaja, remaja mengalami berbagai kesulitan yang kadang-kadang sulit mereka atasi sendiri.

(17)

hendaknya bersikap dan bertindak bijaksana dalam mendampingi para remaja, memberikan perhatian yang cukup kepada mereka, sehingga mereka tidak merasa ditelantarkan atau diabaikan orang tuanya. Teman-teman sebaya atau kelompok yang dimasuki sangat berpengar uh bagi para remaja. Penerimaan teman-teman sebaya membuat remaja diakui keberadaannya. Para guru di sekolah, termasuk konselor sekolah berperanan besar dalam membantu siswa untuk menemukan jati dirinya dan mengembangkan dirinya secara optimal.

Winkel (1997: 68) mengatakan bahwa tujuan pelayanan bimbingan di sekolah adalah agar orang yang dilayani menjadi mampu mengatur kehidupannya sendiri, memiliki pandangannya sendiri dan tidak sekedar membebek pendapat orang lain, mengusahakan perkembangan dirinya sendiri seoptimal mungkin, memikul tanggung jawab sepenuhnya atas arah hidupnya sendiri, menggunakan kebebasan secara dewasa, berani mengambil keputusan, dan menggunakan semua potensi yang dimilikinya serta menyelesaikan semua tugas yang dihadapi dalam kehidupannya secara memuaskan. Tujuan ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 yaitu:

(18)

Sekolah bukan hanya sekedar memberikan pelajaran kepada siswa, tetapi juga membimbing dan membantu para siswa dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya. Agar dapat memberikan bimbingan yang tepat, para pendidik perlu memperoleh informasi yang lengkap tentang diri siswa dan masalah-masalah yang dihadapi. Sebagai tenaga profesional, pembimbing diharapkan dapat membantu siswa untuk menemukan cara yang paling baik dan tepat dalam mengatasi masalahnya. Untuk melaksanakan tugas tersebut, guru pembimbing perlu mengetahui terlebih dahulu apa yang menjadi kebutuhan atau masalah-masalah yang dihadapi oleh para siswa. Dengan demikian pembimb ing dapat menyusun suatu program bimbingan yang tepat yang sesuai dengan kebutuhan para siswa. Program bimbingan yang dimaksudkan di sini adalah rangkaian topik yang direncanakan untuk bahan bimbingan secara klasikal.

(19)

B. Perumusan Masalah

Perumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Masalah- masalah apakah yang secara intens dialami oleh siswa-siswi kelas Vll SMP Santa Maria Banjarmasin tahun ajaran 2007/2008?

2. Topik-topik bimbingan klasikal yang manakah yang sesuai untuk siswa-siswi kelas Vll SMP Santa Maria Banjarmasin tahun ajaran 2007/2008?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk :

1. Mendeskripsikan masalah-masalah yang secara intens dialami oleh siswa-siswi kelas Vll SMP Santa Maria Banjarmasin tahun ajaran 2007/2008.

2. Mengusulkan topik-topik bimbingan klasikal yang sesuai untuk siswa-siswi kelas Vll SMP Santa Maria Banjarmasin tahun ajaran 2007/2008.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1. Kepala Sekolah SMP Santa Maria Banjarmasin.

(20)

2. Guru-guru SMP Santa Maria Banjarmasin

Guru-guru memperoleh informasi mengenai masalah-masalah yang dialami oleh siswa-siswi kelas Vll. Dengan mengetahui masalah-masalah siswa, para guru diharapkan mendukung perencanaan dan pelaksanaan program bimbingan.

3. Siswa-siswi SMP Santa Maria Banjarmasin

Siswa- siswi dapat menerima pelayanan bimbingan klasikal yang sesuai dengan kebutuhan dan masalah yang dialaminya.

4. Peneliti

Penelitian ini membekali peneliti untuk mengungkap masalah-masalah siswa sebagai dasar penyusunan program bimbingan seperti bimbingan klasikal.

E. Batasan Istilah

Berikut ini dijelaskan beberapa istilah yang perlu untuk memperjelas pemahaman tentang penelitian ini.

1. Masalah yang intens adalah masalah-masalah yang sangat dirasakan/dialami oleh siswa.

2. Siswa-siswi adalah peserta didik yang dijadikan subyek penelitian yaitu kelas VII SMP Santa Maria Banjarmasin tahun ajaran 2007/2008.

(21)

SMP ini merupakan salah satu sekolah swasta Katolik yang dikelola oleh Yayasan Santa Maria, dan beralamat di jalan Rantauan Timur I/21 Banjarmasin, Kalimantan Selatan.

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini diuraikan pengertian ramaja, ciri-ciri remaja awal, tugas perkembangan remaja awal, kebutuhan remaja awal, masalah- masalah remaja SMP, bimbingan klasikal d i SMP, dan pihak-pihak yang berperan dalam membantu perkembangan remaja.

A. Pengertian Remaja

Remaja adalah individu yang berada pada tahap peralihan dari anak-anak menjadi orang dewasa. Masa remaja merupakan perpanjangan dari masa kanak-kanak sebelum mencapai masa dewasa (Mulyono, 1984: 16). Pada tahap ini remaja memasuki masa yang cukup sulit, karena pada masa ini remaja mengalami banyak perubahan dalam dirinya, baik secara fisik maupun psikis. Pada masa ini individu tidak disebut anak kecil lagi, tetapi juga belum dapat dikatakan sebagai orang dewasa. Dengan kata lain pada masa ini kepribadian remaja belum terbentuk secara stabil dan matang.

(23)

masa remaja awal 13/14 -17 tahun; remaja akhir 17-21 tahun; dewasa awal 21 - 40 tahun; setengah baya 40 - 60 tahun; tua 60 tahun ke atas.

Berdasarkan rentangan usia di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa siswa SMP berada pada rentangan usia antara 12 - 17 tahun. Siswa SMP termasuk remaja awal.

B. Ciri-ciri Perkembangan Remaja Awal

Kata “ciri” dalam kamus Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1995: 169) berarti tanda-tanda khas yang membedakan sesuatu dari yang lain, sedangkan kata perkembangan menunjuk pada serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Pertumbuhan dan perkembangan remaja terjadi dengan pesat. Ciri-ciri perkembangan remaja penting untuk dibahas atau diketahui oleh remaja dan oleh orang dewasa yang berhubungan dengannya.

(24)

Masalah yang dialami oleh remaja bisa sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangannya. Menurut Mappiare (1999: 101), remaja awal mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. Pertumbuhan dan perkembangan fisik remaja awal

Pada masa remaja terjadi pertumbuhan fisik yang sangat pesat. Pertumbuhan fisik ini berhubungan dengan pertumbuhan badan dan kematangan seksual. Pertumbuhan fisik ramaja meliputi tinggi badan, berat badan, dan perkembangan ciri kelamin primer dan ciri kelamin sekunder.

Ciri-ciri kelamin primer pria antara lain: pertumbuhan testis, bertambah panjangnya penis, semakin membesarnya pembuluh mani dan kelenjar prostat, dan terjadinya mimpi basah. Ciri-ciri kelamin primer wanita, antara lain: tumbuhnya rahim, vagina, dan ovarium (indung telur) secara cepat, terjadinya menstruasi atau haid.

(25)

sehingga mereka merasa canggung dan kaku dalam pergaulan (Hurlock, 1996: 189; Mappiare, 1982: 29; Yusuf, 2002: 194). Kesadaran akan adanya perubahan fisik, menyebabkan remaja tidak tahu pasti tentang status sosialnya. Ia menuntut orang dewasa tidak memperlakukan mereka seperti anak-anak, sementara mereka sendiri belum mampu untuk mandiri dan masih memerlukan bantuan dari orang dewasa.

2. Perkembangan kemampuan berpikir remaja awal

(26)

remaja sering merasa tidak puas dengan diri sendiri dan cenderung menyalahkan kejadian yang dihadapi. Pengaruh dari kuatnya perasaan “ego sentris” menyebabkan remaja sering tidak mempertimbangkan perasaan orang lain, membantah terang-terangan pendapat orang lain yang dipikirnya tidak masuk akal.

3. Perkembangan emosi remaja awal

Pertumbuhan fisik dan organ-organ seksual pada masa remaja mempengaruhi perkembangan emosi remaja. Emosi remaja seringkali sangat kuat, sangat irasional, cenderung “meledak” misalnya mudah marah, dan mudah terangsang. Seringkali remaja belum mampu untuk mengendalikannya (Hurlock, 1996: 213).

(27)

tepat untuk mengungkapkan emosinya dengan cara yang lebih diterima oleh orang lain (Harlock, 1996: 213). Remaja yang tidak mampu mengendalikan emosinya akan mengalami masalah dalam kehidupan. Mereka dapat terjerumus dalam pengaruh-pengaruh yang kurang baik dari lingkungan sekitarnya.

4. Perkembangan minat remaja awal

Beberapa minat yang penting dan menonjol pada remaja awal adalah sebagai berikut:

a. Minat terhadap rekreasi

Bagi remaja awal berolahraga merupakan kegiatan rekreatif. Mereka juga meminati cerita-cerita film, buku-buku cerita yang menarik (novel dan komik), mendengarkan sandiwara radio, menonton film, dan lain- lain. Apa yang dilihat dan didengarnya seringkali dihubung-hubungkan dengan dirinya sendiri (Mappiare, 1982: 64).

b. Minat terhadap agama

(28)

kegiatan-kegiatan keagamaan (Mappiare, 1982: 65). c. Minat terhadap sekolah dan jabatan.

Minat terhadap sekolah atau jabatan para remaja awal sering berubah-ubah. Ini terjadi karena minat remaja sangat dipengaruhi oleh minat orang tua dan kelompoknya. Setelah memasuki remaja akhir, minat pada sekolah atau jabatan/pekerjaan dapat lebih jelas. Para rema ja dapat menentukan dan mengarahkan minatnya pada pendidikan dan jabatan (Mappiare, 1982: 65).

5. Perkembangan sosial remaja awal.

Minat remaja terhadap kehidupan sosial muncul karena beberapa alasan, antara lain: (1) Remaja menyadari bahwa penerimaan sosial (terutama kelompoknya) sangat dipengaruhi oleh kesan keseluruhan yang dinampakkan oleh si remaja itu kepada sekitarnya, (2) Adanya kesadaran para remaja bahwa lingkungan sosial menilai dirinya dengan melihat miliknya, sekolahnya, keuangannya, benda-benda lain yang dimilikinya, dan teman-teman sepergaulannya. Apa yang ada pada diri remaja dapat mengangkat atau memerosotkan pandangan orang lain terhadap dirinya, terutama pandangan dari teman-teman sebayanya.

(29)

yang baik dan yang buruk dalam dirinya dan membandingkan sifat-sifat itu dengan sifat teman-temannya. Mereka akan berusaha untuk memperbaiki kekurangan yang ada padanya dengan harapan untuk meningkatkan dukungan sosial. Banyak remaja menggunakan standar kelompok sebagai dasar konsep mereka mengenai kepribadian yang “ideal” untuk menilai kepribadian mereka sendiri (Hurlock, 1996: 224). Remaja ingin diterima oleh temen-teman kelompoknya. Mereka akan merasa sedih bila dikucilkan dan dihindari oleh teman-temannya. Pengaruh teman sebaya sangat besar bagi remaja bahkan lebih besar dari orang tua, misalnya dalam perilaku dan penampilan. Hal ini yang sering menimbulkan konflik antara remaja dan orang dewasa.

6. Perkembangan moral remaja awal

(30)

sendiri, dan tidak selalu bergantung pada orang tua dan para guru (Hurlock, 1996: 225).

C. Tugas Perkembangan Remaja Awal

(31)

pada tingkat berikutnya (Hurlock, 1996: 91).

Winkel (1997: 163) menyebutkan tugas perkembangan remaja SMP sebagai berikut: Menerima perannya sebagai pria dan wanita yang sedang berkembang, memperjuangkan taraf kebebasan yang wajar dari orang tua dan orang dewasa lain, menambah bekal pengetahuan dan pemahaman sebagai dasar untuk pendidikan lebih lanjut, mengembangkan kata hati berdasarkan penghayatan nilai-nilai kehidupan.

Sedangkan menurut Havighurst (Panuju & Umami, 1999: 23; Mappiare, 1984: 99; Prayitno, 1999: 162) tugas perkembangan remaja adalah sebagai berikut:

1. Mancapai hubungan sosial yang matang dengan teman-teman sebayanya. Remaja berkewajiban meningkatkan kemampuannya untuk menjalin hubungan yang baik dengan teman sejenis maupun dengan lawan jenis. 2. Dapat menjalankan peranan sosial menurut jenis kelamin masing- masing.

Ini berarti remaja sebagai pria atau wanita perlu berlatih menjalankan perannya sesuai de ngan ketentuan yang ada pada masyarakat.

3. Menerima kenyataan jasmaniah dan menggunakannya seefektif mungkin. Remaja perlu menerima perubahan fisik yang terjadi sebagai sesuatu yang wajar bagi perkembangannya.

4. Memperoleh kebebasan secara emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lain.

(32)

orang tuanya atau orang dewasa lain.

5. Memperoleh kepastian dalam hal kebebasan ekonomis.

Remaja perlu belajar untuk mampu berpenghasilan sendiri dan mengatur keuangannya sendiri.

6. Memilih dan mempersiapkan diri untuk memasuki suatu pekerjaan/ jabatan.

Remaja mulai mempersiapkan diri untuk memilih suatu pekerjaan/ jabatan yang sesuai dengan bakat dan kemampuannya.

7. Memilih dan mempersiapkan diri untuk pernikahan dan kehidupan berkeluarga.

Remaja mulai memikirkan pasangan hidupnya dan mengembangkan sikap dan keterampilan-keterampilan yang perlu untuk kehidupan berkeluarga.

8. Mengembangkan keterampilan-keterampilan dan konsep-konsep intelektual yang diperlukan dalam hidup sebagai warga negara yang terpuji.

Remaja perlu sadar bahwa untuk menjadi warga negara yang baik perlu dimiliki pengetahuan yang cukup tentang ekonomi, hukum, lembaga-lembaga kemasyarakat dan sebagainya.

(33)

yang dilakukannya.

10.Menguasai seperangkat nilai dan sistem etika sebagai pedoman.

Remaja perlu menemukan dan mengembangkan nilai- nilai hidup sebagai pedomannya dalam bertingkahlaku dan sebagai pandangan hidup.

Sedangkan Nurihson dan Sudianto (2005: 2) menyebutkan

tugas- tugas perkembangan peserta didik SMP sebagai berikut:

1. Mencapai perkembangan diri sebagai remaja yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2. Mempersiapkan diri, menerima dan bersikap positif serta dinamis terhadap perubahan fisik dan psikis yang terjadi pada diri sendiri untuk mencapai kehidupan yang sehat.

3. Mencapai pola hubungan yang baik dengan teman sebaya dalam peranannya sebagai pria dan wanita.

4. Memantapkan nilai-nilai dan cara bertingkah laku yang dapat diterima dalam kehidupan sosial yang lebih luas.

5. Mengenal kemampuan, bakat, minat, arah kecenderungan karir, dan apresiasi seni.

(34)

7. Mengenal gambaran diri dan mengembangkan sikap untuk hidup mandiri secara emosional, sosial, dan ekonomi.

8. Mengenal sistem etika dan nilai- nilai bagi pedoman hidup sebagai pribadi, anggota masyarakat, dan umat manusia.

Guru pembimbing/konselor sekolah perlu mengetahui dan memahami tugas perkembangan remaja. Dengan mengetahui dan memahami tugas perkembangan tersebut, guru pembimbing/konselor dapat menemukan masalah- masalah yang dialami oleh remaja, antara lain masalah yang berkaitan dengan pertumbuhan fisik/jasmani, hubungan dengan orang tua, pergaulan dengan teman sebaya, nilai- nilai kehidupan, pendidikan, dan lain- lain. Permas alahan yang ditemukan tersebut dapat dijadikan salah satu sumber acuan dalam menentukan dan menyusun topik-topik bimbingan klasikal yang relevan bagi anak didik.

D. Kebutuhan Remaja Awal

(35)

Remaja mengalami banyak perubahan dalam dirinya baik secara fisik maupun psikis, dan merasakan berbagai kebutuhan. Apabila kebutuhannya tidak terpenuhi, mereka mengalami masalah. Remaja sangat membutuhkan bantuan dari orang tua dan orang dewasa lain untuk membantu mengatasi masalahnya. Berikut ini disajikan beberapa pandangan mengenai kebutuhan siswa SMP.

Menurut Maslow (Schultz, 1991: 91-93) kebutuhan manusia, termasuk remaja tersusun dalam hirarki tertentu, yaitu:

1. Kebutuhan-kebutuhan fisiologis

Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan dasar yang harus dipenuhi untuk kelangsungan hidup manusia, misalnya makan, tidur, seks, dan lain-lain.

2. Kebutuhan akan rasa aman

Kebutuhan akan rasa aman mendorong individu untuk selalu berusaha mencari rezeki dan meningkatkan nilai- nilai kehidupan. Kebutuhan akan rasa aman meliputi kebutuhan akan jaminan untuk masa depan (misalnya gaji, asuransi, tabungan bank, dll.), stabilitas (misalnya pekerjaan, tempat tinggal, dll.), perlindungan, ketertiban, kebebasan dari rasa ketakutan dan kecemasan.

3. Kebutuhan akan memiliki dan cinta

(36)

mampu membangun hubungan yang akrab dan penuh pengertian dengan orang lain, dapat saling memberi dan menerima cinta sehingga merasa puas dan tidak mengalami kesepian dalam hidup.

4. Kebutuhan akan penghargaan

Kebutuhan akan penghargaan dapat berasal dari diri sendiri dan orang lain. Penghargaan terhadap diri sendiri dapat membuat individu merasa yakin dan aman dengan diri sendiri. Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk menghargai diri sendiri adalah dengan menyadari dan menerima kelebihan dan kekurangan dalam diri sendiri. Individu yang mampu menerima kekurangan dan kelebihanya tidak akan mengalami tekanan atau goncangan berat dalam hidup. Penghargaan dari orang lain dapat meningkatkan kepercayaan diri dan kemandirian setiap individu. Penghargaan dari orang lain itu dapat berdasarkan reputasi, kekaguman, status, popularitas, dan lain- lain.

5. Kebutuhan akan aktualisasi diri

Kebutuan akan aktualisasi diri merupakan kebutuhan psikologis untuk menumbuhkan, mengembangkan, dan menggunakan kemampuan diri. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang paling tinggi manusia.

Selain Maslow, Goble (1999: 77) menambahkan tingkat kebutuhan manusia, yaitu:

6. Kebutuhan akan hasrat untuk tahu dan memahami

(37)

yang sehat adalah adanya rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu dapat disebut pencarian makna, yaitu adanya hasrat untuk memahami, mengatur, menganalisis, menemukan makna , dan membangun suatu sistem nilai.

7. Kebutuhan estetik

Kebutuhan estetik merupakan kebutuhan akan keindahan. Maslow (Goble, 1987: 79) mengatakan bahwa kebutuhan estetik berhubungan dengan gambaran diri seseorang, misalnya: orang yang terbiasa dengan pola hidup bersih, akan merasa jijik apabila berada di tempat yang kotor/jorok.

Winkel (1997: 163) menyebutkan kebutuhan remaja SMP pada rentangan umur lebih kurang 12-15 tahun, terutama yang bersifat psikologis, sebagai berikut: mendapat kasih sayang, menerima pengakuan terhadap dorongan untuk semakin mandiri, memperoleh prestasi di berbagai bidang yang dihargai oleh orang dewasa dan teman sebaya, merasa aman dengan perubahan dala m kejasmaniannya sendiri.

(38)

Guru pembimbing atau konselor sekolah perlu mengetahui dan memahami kebutuhan para ramaja. Dengan mengetahui dan memahami masalah- masalah yang muncul berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan remaja, antara lain masalah yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan fisik/jasmani, masalah ekonomi, masalah hubungan dengan orang tua, pergaulan dengan teman sebaya, dan lain- lain. Permasala han yang muncul berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan remaja dapat memberikan inspirasi penting bagi guru pembimbing/konselor sekolah dalam penyusuanan topik-topik bimbingan klasikal yang sesuai dengan kebutuhan anak didik.

E. Masalah-Masalah Remaja SMP

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdibud, 1988: 562) masalah dapat diartikan sebagai sesuatu yang harus diselesaikan atau dipecahkan. Masalah remaja adalah segala kesulitan/tantangan yang dialami oleh remaja karena adanya tugas perkembangan yang belum terselesaikan, atau adanya dorongan dan kebutuhan yang belum terpenuhi, atau adanya tujuan yang belum tercapai.

(39)

menimbulkan masalah dalam kehidupannya.

Panuju & Umami (1999: 142) menyebutkan secara garis besar masalah-masalah yang dihadapi oleh remaja dalam enam bidang masalah-masalah, yaitu: (1) Masalah yang menyangkut jasmani, (2) Masalah yang berhubungan dengan orang tua, (3) Masalah agama, (4) Masalah hari depan, (5) Masalah sosial, (6) Masalah akhlak.

Sementara itu Winkel (1997: 807) mengelompokkan bidang masalah siswa menjadi delapan bidang permasalahan, yaitu: (1) Hubungan sosial, (2) Kesehatan/pertumbuhan jasmani, (3) Kepribadian yang menyangkut sifat dan sikap, (4) Pengisian waktu luang, (5) Kehidupan keluarga/tempat tinggal, (6) studi/belajar, (7) Masa depan, (8) Moral/agama.

Rita Noviana (2000) dalam penelitiannya mengungkap masalah yang dialami oleh siswa kelas 1 SLTP Santo Aloysius Turi Sleman, sebagai berikut:

1. Masalah pribadi, antara lain: sukar membedakan hal yang baik dan buruk, takut berdosa karena melanggar aturan agama, dan sering merasa lelah atau tidak sehat.

2. Masalah sos ial, antara lain: kurang pandai memimpin, sering membantah apa yang dikatakan orang lain, dan merasa tidak senang karena dipersalahkan oleh orang lain.

(40)

tertentu sewaktu pelajaran berlangsung.

4. Masalah karier, antara lain: belum mengetahui bidang-bidang pekerjaan yang cocok, cemas kalau menjadi pengangguran.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Yuliana Endah Lelanawati (2004) untuk mengungkap masalah yang intens dialami para siswa kelas I dan II SLTP Temanggung tahun pelajaran 2003-2004, ditemukan 6 bidang masalah sebagai berikut:

1. Masalah pendidikan dan pelajaran, antara lain: meragukan kegunaan sekolah yang dimasuki sekarang, sekar menyesuaikan diri dengan keadaan dan peraturan sekolah, dan tidak menyukai guru tertentu. 2. Masalah keadaan dan hubungan dalam keluarga, antara lain: mengalami

masalah karena keadaan dan hubungan delam keluarga, mengeluhkan keadaan keuangan keluarga, dan khawatir tidak mampu memenuhi tuntutan atau harapan orang tua.

3. Masalah jasmani dan kesehatan, antara lain: sering pusing dan mudah sakit, keadaan kesehatan yang kurang baik, dan sering merasa lelah. 4. Masalah diri pribadi, antara lain: sering mimpi buruk, sering melamun

atau berkhayal, dan sering merasa sedih.

(41)

6. Masalah hubungan sosial, antara lain: kurang memperhatikan kepentingan orang lain, tidak lancar dalam mengadakan pembicaraan dengan orang lain, dan kurang mengetahui cara-cara bergaul.

Yasinta br. Ginting (2005) dalam laporan penelitiannya tentang masalah yang secara intens dialami siswa kelas I SMP Santa Maria Kabanjahe tahun pelajaran 2004/2005 menuliskan sepuluh bidang masalah siswa, sebagai berikut:

1. Masalah fisik dan kesehatan, antara lain: sering merasa pusing, merasa ukuran tubuh kurang ideal, dan mengalami gangguan pencernaan. 2. Masalah seksualitas, antara lain: kurang mengetahui cara menjaga alat

reproduksi, kurang memahami menstruasi pada wanita, dan kurang memahami mimpi basah pada pria.

3. Masalah pergaulan, antara lain: merasa tidak disenangi oleh teman-teman, kurang mengetahui cara-cara bergaul, dan kurang

mengetahui cara menarik perhatian orang lain.

4. Masalah kebebasan emosional, antara lain: orang tua membatasi dalam pergaulan, orang tua menentukan apa yang harus dilakukan, orang tua terlalu pilih kasih.

(42)

6. Masalah hidup bermasyarakat, antara lain: aturan-aturan di masyarakat yang membuat tidak bebas, kurang memahami aturan-aturan di masyarakat, kurang mengikuti adat- istiadat.

7. Masalah nilai- nilai agama dan moral, antara lain: kurang mampu melihat kebaikan Tuhan, kurang mengetahui hal- hal yang perlu dilakukan untuk membantu orang lain, dan sulit untuk melakukan perbuatan baik.

8. Masalah pernikahan dan hidup berkeluarga, antara lain: belum mengetahui model keluarga yang baik, belum mengetahui peranan suami dan istri.

9. Masalah prestasi belajar, antara lain: kecewa karena nilai-nilai pelajaran rendah, belum mengetahui cara-cara belajar yang baik, dan takut tidak naik kelas.

10.Masalah pengakuan dan penghargaan, antara lain: sering diejek oleh teman-teman, merasa kurang diperhatikan oleh guru- guru, merasa kurang dihargai oleh orang tua.

Untuk menyusun topik -topik bimbingan, sepuluh bidang masalah tersebut dikelompokkan ole h Yasinta br. Ginting menjadi empat bidang bimbingan. Keempat bidang tersebut adalah:

(43)

2. Bidang sosial, yang meliputi: masalah pergaulan, masalah kebebasan emosional, masalah keuangan, masalah hidup bermasyarakat, masalah pengakuan dan penghargaan.

3. Bidang akademik, yang meliputi: masalah prestasi belajar pada umumnya.

4. Bidang karier, yang meliputi: variasi prestasi belajar yang terkait dengan mata pelajaran.

Dalam penelitian ini, kuesioner ma salah siswa disusun berdasarkan Alat Ungkap Masalah Seri Umum Format 3 (AUM U-3) untuk SLTP yang disusun oleh Prayitno, dkk. (tanpa tahun). AUM merupakan terjemahan atau adaptasi dari Mooney Problem Check List (MPCL, revisi 1950) yang dikembangkan oleh Roos L. Mooney. Ada tiga bentuk (format) MPCL, yaitu bentuk SLTP, SLTA, dan Perguruan Tinggi. MPCL memuat 330 buah item yang dikelompokkan dalam 11 bidang , yaitu: (1) Perkembangan jasmani dan kesehatan, (2) Keuangan, lingkungan, dan pekerjaan, (3) Kegiatan sosial dan rekreasi, (4) Seks, pacaran, dan perkawinan, (5) Hubungan sosial-kejiwaan, (6) Hubungan pribadi-kejiwaan, (7)Moral dan agama, (8) Rumah dan keluarga, (9) Masa depan pekerjaan dan pendidikan, (10) Penyesuaian terhadap tugas-tugas sekolah, (11) K urikulum dan pengajaran.

(44)

dengan kondisi tanah air, Prayitno, dkk. menyusun Alat Ungkap Masalah (AUM) dengan harapan dapat dipergunakan dalam pelayanan bimbingan dan konseling di Indonesia. AUM sebagai alat ungkap masalah bukanlah alat pengukur, melainkan sebagai instrumen yang cukup sederhana dan mudah untuk mengkomunikasikan berbagai masalah yang dialami oleh klien/binimbing kepada orang yang akan membantunya, seperti guru pembimbing atau konselor sekolah.

Dengan memperhatikan ruang lingkup dan kondisi siswa SMP pada umumnya, AUM Seri Umum Format 3 (AUM U-3) memuat 170 item yang dikelompokkan menjadi 9 bidang, yaitu: (1) Jasmani dan kesehatan, (2) Diri pribadi, (3) Hubungan sosial, (4) Ekonomi dan keuangan, (5) Karir dan pekerjaan, (6) Pendidikan dan pelajaran, (7) Agama, nilai dan moral, (8) Keadaan dan hubungan dalam keluarga, (9) Waktu senggang.

F. Bimbingan Klasikal di SMP

Bimbingan dan konseling adalah salah satu komponen penting dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Bimbingan dan konseling menjadi tempat yang aman bagi setiap siswa yang datang untuk membuka diri tanpa was-was akan privacy-nya. Bimbingan dan konseling menjadi tempat dimana setiap persoalan diadukan, setiap problem dibantu untuk diuraikan, sekaligus setiap kebanggaan diri diteguhkan (Suparno, 2002: 64).

(45)

59-76) terdapat sembilan jenis layanan bimbingan dan konseling, yaitu: layanan orientasi, layanan informasi, layanan penempatan dan penyaluran, layanan pembelajaran, layanan konseling perorangan, layanan bimbingan kelompok/klasikal, layanan konseling mediasi, dan layanan konsultasi.

Dalam penelitian ini, peneliti secara khusus memberikan perhatian pada layanan klasikal.

1. Pengertian layanan bimbingan klasikal

Pengertian layanan bimbingan klasikal menurut Pedoman Khusus Bimbingan dan Konseling (Depdiknas 2003: 26) adalah sebagai berikut:

Layanan bimbingan klasikal merupakan layanan yang memungkinkan sejumlah siswa secara bersama -sama melalui dinamika kelompok memperoleh bahan dan membahas pokok bahasan (topik) tertentu untuk menunjang pemahaman dan penge mbangan kemampuan sosial, serta untuk pengambilan keputusan atau tindakan tertentu melalui dinamika kelompok. 2. Tujuan bimbingan klasikal

(46)

perkembangan siswa SMP. 3. Manfaat bimbingan klasikal

Bimbingan klasikal penting diberikan di sekolah, karena bermanfaat baik bagi tenaga bimbingan maupun para siswa. Manfaat bimbingan klasikal bagi tenaga bimbingan antara lain: tenaga bimbingan mendapat kesempatan untuk berkontak dengan siswa sekaligus sehingga dia dapat dikenal, dapat lebih menghemat waktu dan tenaga.

Sedangkan manfaat bimbingan klasikal bagi siswa antara lain: siswa dapat menjadi sadar akan tantangan yang dihadapi sehingga mereka dapat memutuskan untuk berwawancara pribadi dengan konselor, siswa menjadi lebih rela menerima dirinya sendiri, karena menyadari bahwa teman-temannya juga mengalami masalah yang sama dengan dirinya, siswa lebih berani mengungkapkan pendangannya sendiri dalam kelompok dengan konselor, mendapat kesempatan untuk berdiskusi dengan anggota kelompok, siswa bersedia menerima pendapat atau tanggapan dari teman-temannya, siswa terbantu untuk mengatasi masalahnya yang dirasa sulit untuk dibicarakan dengan konselor (Winkel, 1997: 520).

4. Bidang -bidang dan topik-topik bimbingan klasikal

(47)

a. Bimbingan pribadi

Bimbingan pribadi diberikan kepada siswa untuk menemukan dan mengembangkan diri pribadinya sehingga menjadi pribadi yang mantap dan mandiri serta mampu mengoptimalkan potensi yang dimiliki (Hibana, 2003: 39).

Tujuan bimbingan pribadi adalah membantu peserta didik menghadapi dan memecahkan masalah-masalah pribadi misalnya pemahaman diri, penyesuaian diri, dan sejenisnya. Bimbingan pribadi mengarah pada pencapaian pribadi yang matang (dewasa) dengan memperhatikan keunikan dan bidang-bidang permasalahan yang dialami siswa (Nurihson dan Sudianto, 2005: 12).

(48)

serta mengarahkan diri sesuai dengan keputusan yang telah diambil, (7) Perencanaan dan pelaksanaan hidup sehat, kreatif, dan produktif.

b. Bimbingan sosial

Bimbingan sosial diberikan kepada siswa untuk mengenal lingkungannya sehingga mampu bersosialisasi dengan baik dan menjadi pribadi yang bertanggungjawab (Hibana, 2003: 41). Tujuan bimbingan sosial adalah untuk membantu peserta didik menghadapi dan memecahkan masalah- masalah sosial misalnya pergaulan, penyelesa ian konflik, dan sebagainya. Bimbingan sosial merupakan upaya untuk membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan sosial peserta didik.

(49)

c. Bimbingan belajar

Bimbingan belajar diberikan kepada siswa untuk dapat membentuk kebiasaan belajar yang baik, mengembangkan rasa ingin tahu dan menumbuhkan motivasi untuk mengembangkan ilmu pengetahuan (Hibana, 2003: 41-42). Tujuan bimbingan belajar adalah untuk membantu peserta didik menghadapi dan memecahkan masalah-masalah belajar serta dapat mengembangkan cara belajar yang efisien sehingga mencapai hasil yang optimal, misalnya pengenalan kurikulum, cara belajar, dan perencanaan pendidikan lanjutan ke jenjang yang lebih tinggi.

Materi pokok bimbingan belajar antara lain: (1) Pemantapan sikap dan kebiasaan belajar secara efektif, (2) Pengembangan kemampuan membaca dan menulis (meringkas) secara tepat, (3) Pemahaman tentang pemanfaatan hasil teknologi (komputer, internet, dll.) bagi pengembangan ilmu pengetahuan, (4) Pemanfaatan kondisi fisik, sosial dan budaya bagi pengembangan pengetahuan, (5) Pemahaman tentang perpustakaan, (6) Orientasi belajar di perguruan tinggi.

d. Bimbingan karir

(50)

berkaitan dengan dunia pendidikan maupun dunia karir (Hibana, 2003: 42-43).

Tujuan bimbingan karir adalah untuk membantu peserta didik agar memperoleh pemahaman diri, lingkungan dan dunia kerja, agar mengarahkan dirinya ke suatu bidang pekerjaan yang sesuai dengan dirinya dan selaras dengan kebutuhan masyarakat, misalnya pemahaman terhadap jenis-jenis pekerjaan di masyarakat, pemahaman terhadap bakat, minat, dan kemamp uannya serta kemungkinan-kemungkinan pengembangan karir yang sesuai dengan dirinya.

Materi pokok bimbingan karir antara lain: (1) Pemahaman tentang bakat, minat, dan kemampuan diri berkaitan dengan karier yang akan dikembangkan, (2) Pemahaman tentang berbagai macam profesi sebagai alternatif pengembangan karir, (3) Pemahaman dan pengembangan kemampuan wirausaha, (4) Pemahaman tentang berbagai macam jurusan di bidang pendidikan, (5) Penge mbangan kemampuan berkompetensi, (6) Pemahaman tentang strategi memilih sekolah tinggi dan menentukan jurusan, (7) Pengembangan kemampuan manajemen dan kepemimpinan.

(51)

pembimbing/konselor sekolah perlu mengetahui hal- hal sebagai berikut:

a. Konselor perlu mengetahui dan memahami berbagai ilmu sosial, seperti ilmu sosiologi, ilmu antropologi, ilmu ekonomi, dan ilmu psikologi dengan berbagai cabangnya. Dalam hal ini dibahas tentang ciri-ciri perkembangan remaja dan kebutuhan remaja. Ketiga hal tersebut saling berhubungan antara yang satu dengan yang lain. Tugas perkembangan remaja mengacu pada ciri-ciri perkembangan remaja, dan isi tugas perkembangan remaja menjadi suatu kebutuhan yang seharusnya dipenuhi.

b. Hasil refleksi konselor sendiri dan tokoh-tokoh masyarakat terhadap keadaan masyarakat di berbagai kehidupan, termasuk pendidikan di sekolah. Melalui refleksi tersebut, konselor dapat mengetahui sejumlah gejala yang tampak dalam diri para remaja, baik dari segi positif maupun segi negatif, sebagai akibat dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat. Gejala- gejala yang terjadi dalam diri remaja dapat digunakan sebagai masukan yang baik untuk menyusun topik-topik bimbingan klasikal.

(52)

d. Aneka daftar masalah yang dihadapi oleh para ahli di bidang pendidikan dan psikologi. Masalah yang ditemukan merupakan proses pemikiran terhadap kebutuhan para remaja. Masalah yang terjadi dipandang sebagai segi negatif dari suatu kebutuhan. Dengan kata lain, kebutuhan yang tidak terpenuhi akan menimbulkan masalah tersendiri bagi para remaja. Masalah-masalah yang terjadi dalam diri remaja tersebut dapat dijadikan sumber galian/bahan acuan bagi guru pembimbing/konselor untuk menyusun topik -topik bimbingan klasikal yang relevan dengan kebutuhan anak didik.

e. Usul dan masukan dari siswa. Guru pemb imbing/konselor dapat memperoleh sejumlah masukan dari siswa melalui pemasangan kotak masalah. Usulan atau masukan dari siswa tersebut akan mempermudah guru pembimbing/konselor dalam menyusun topik-topik bimbingan klasikal yang relevan denga n kebutuhan anak didik.

(53)

topik-topik bimbingan klasikal yang relevan dengan kebutuhan anak didik.

g. Pengalaman konselor sekolah selama sejumlah tahun. Pembimbing/konselor yang sudah melaksanakan tugasnya selama beberapa tahun akan lebih mudah dalam menyusun topik-topik bimbingan klasikal yang relevan dengan kebutuhan anak didik.

Penyusunan topik -topik bimbingan klasikal digunakan untuk merencanakan program bimbingan klasikal yang sesuai dengan kebutuhan anak didik. Untuk melaksanakan program bimbingan klasikal yang sudah direncanakan, pembimbing/konselor dapat menyusun Satuan Pelayanan Bimbingan (SPB). Satuan Pelayanan Bimbingan (SPB) dapat disusun berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) antara lain meliputi: topik bimbingan, bidang bimbingan, kompetensi dasar, indikator, materi pelayanan, metode dan kegiatan bimbingan, sumber, evaluasi, tindak lanjut.

G. Pihak-pihak yang Berperan dalam Membantu Perkembangan Remaja Pihak-pihak yang berperan dalam membantu perkembangan remaja :

1. Keluarga

(54)

(lingkungan pendidikan utama). Dalam keluarga orang tua menjadi pendidik yang pertama. Menurut Driyarkara (Wens Tan Lain, 1989: 33) dalam keluarga orang tua bertanggungjawab memelihara, merawat, melindungi anak, dan mendidik anak agar tumbuh dan berkembang.

Tujuan tindakan dan sikap orang tua dalam menerima anak, mencintai anak, mendorong dan membantu anak aktif dalam kehidupan bersama, adalah agar anak memiliki nilai –nilai hidup jasmani, nilai keindahan, nilai kebenaran, nilai moral, dan nilai keagamaan dan bertindak sesuai dengan nilai- nilai tersebut.

Lingkungan keluarga yang baik dan harmonis secara potensial dapat membentuk pribadi remaja menjadi lebih bertanggungjawab. Sebaliknya apabila usaha pendidikan dalam keluarga gagal, maka anak akan cenderung melakukan tindakan kenakalan dalam masyarakat dan menjurus pada tindakan kejahatan/kriminal (Mulyono, 1984: 26). 2. Sekolah

(55)

mengembangkan kreatifitas dan keterampilannya melalui bidang studi tertentu, sehingga anak didik berkembang secara optimal.

Guru pembimbing (konselor sekolah) dapat membantu siswa dalam mengatasi masalahnya dan membantu membuat pilihan-pilihan secara bertanggungjawab. Bantuan yang diberikan dapat dilakukan melalui pelayanan bimbingan individual dan kelompok, pelayanan konseling individual dan kelompok, dapat juga dilakukan secara tidak langsung, misalnya dengan menggunakan terapi pustaka, papan bimbingan, folder bimbingan, dan sebagainya.

3. Kelompok teman sebaya

Kelompok teman sebaya sebagai lingkungan sosial bagi remaja mempunyai peranan yang cukup penting bagi perkembangan kepribadiannya. Kelompok teman sebaya memberikan kesempatan belajar tentang bagaimana berinteraksi dengan orang lain, mengontrol tingkahlaku sendiri, mengembangkan keterampilan dan minat yang relevan dengan usianya, dan merupakan tempat berbagi perasaan (Yusuf, 2002: 59).

(56)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini akan diuraikan jenis penelitian, populasi penelitian, instrumen penelitian, prosedur pengumpulan data, dan teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskr iptif dengan metode survei. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejernih mungkin tanpa ada perlakuan terhadap objek yang diteliti (Kountur, 2003: 53).

Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan masalah- masalah yang secara intens dialami oleh siswa-siswi kelas VII SMP Santa Maria Banjarmasin tahun ajaran 2007/2008. Hasil penelitian akan dijadikan dasar atau tolak ukur untuk membuat usulan topik-topik bimbingan klasikal.

B. Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi kelas VII SMP Santa Maria Banjarmasin tahun ajaran 2007/2008. SMP Santa Maria Banjarmasin beralamat di Jl. Rantauan Timur l/21 Banjarmasin, Kalimantan Selatan.

(57)

1. Sekolah ini merupakan salah satu sekolah Katolik yang dikelola oleh Yayasan Santa Maria milik kongregasi Suster-suster Fransiskus Dina (SFD) di pulau Kalimantan. Peneliti adalah anggota kongregasi SFD, sehingga peneliti mudah mendapatkan izin penelitian.

2. Pimpinan mengusulkan untuk mengadakan penelitian di sekolah ini karena sekolah ini belum malaksanakan kegiatan bimbingan klasikal dan belum pernah digunakan untuk penelitian.

3. Hasil penelitian ini akan lebih mudah ditindaklanjuti.

(58)

C. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan “Kuesioner Masalah-masalah yang Dialami oleh siswa SMP” sebagai alat pengumpul data. Kuesioner ini merupakan kuesioner final yang digunakan oleh Lelanawati (2004) dalam skripsinya yang berjudul: “Bidang masalah yang intens dialami para siswa kelas 1dan II SLTP Kanisius Temanggung tahun pelajaran 2003-2004 dan implikasinya bagi program bimbingan klasikal.” Penyusunan kuesioner ini didasarkan pada Alat Ungkap Masalah Seri Umum Format 3 (AUM U-3) yang disusun oleh Prayitno, dkk. (tanpa tahun).

Peneliti memodifikasi alat yang digunakan oleh Lelanawati. Bagian yang dimodifikasi adalah petunjuk pengerjaan dan alternatif jawaban. Dalam kuesionernya, Lelanawati menggunakan pertanyaan “Merupakan masalah bagimu?” alternatif jawabannya “Ya” dan “Tidak” Jawaban “Ya” kemudian diperluas menjadi 3 alternatif yaitu agak mengganggu (AM), mengganggu (M), dan sangat mengga nggu (SM). Peneliti memodifikasi petunjuk pengerjaan agar siswa-siswi lebih mudah memahami dan mengerjakan item-item kuesioner.

(59)
(60)

Tabel 1

Kisi-kisi Kuesioner Masalah Siswa

No Bidang Masalah Juml.

Item

Nomor-nomor Item pada Kuesioner 1. Jasmani dan kesehatan (JDK) 16 001-005 031-036

011-015

2. Diri pribadi (DPI) 13 026-030 098-105 3. Hubungan sosial (HSO) 13 047-051 059-066 4. Ekonomi dan keuangan (EDK) 8 111-118

5. Karir dan pekerjaan (KDP) 5 077-081

6. Pendidikan dan pelajaran (PDP) 28 006-010 067-071 016-020 090-097 037-041

7. Agama, nilai, dan moral (ANM) 12 042-046 052-058 8. Keadaan dan hubungan dalam

keluarga (KHK)

23 021-025 082-089 072-076 106-110 9. Waktu senggang (WSG) 3 119-121

Jumlah 121

Alternatif jawaban dan skor yang disediakan terhadap pernyataan-pernyataan kuesioner adalah:

Skor 1: apabila siswa tidak merasakan/mengalami (TM). Skor 2: apabila siswa kurang merasakan/mengalami (KM). Skor 3: apabila siswa merasakan/mengalami (M)

(61)

Dua hal penting yang harus dipenuhi untuk memperoleh suatu alat ukur yang akurat adalah dengan menggunakan validitas dan reliabilitas alat ukur.

1. Validitas instrumen

Validitas adalah seberapa jauh alat ukur mengukur hal atau subjek yang ingin diukur (Hasan, 2002: 27). Validitas suatu alat ukur adalah derajat ketepatan dan ketelitian alat ukur untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Suatu instrumen dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukur secara tepat, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut (Djaali, 2000: 70). Jenis validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi adalah suatu validitas yang menunjukkan sampai dimana isi suatu tes atau alat ukur mencerminkan hal- hal yang mau diukur atau diteskan (Masidjo, 1995: 243).

Prosedur ini ditempuh untuk mengetahui validitas instrument adalah dengan cara mengkorelasikan skor-skor item terhadap skor total instrumen. Teknik statistik yang digunakan adalah teknik korelasi Product-Moment Pearson (Masidjo, 1995: 210), dengan rumus sebagai berikut:

? ?? ?

? ?

(62)

Keterangan:

rxy : Koefisien korelasi validitas item

X : Skor item tertentu yang akan diuji validitasnya Y : Skor total aspek-aspek yang diuji validitasnya N : Jumlah responden

Kesahihan item kuesioner ditentukan kriteria Azwar dan Friedenberg (Barus, 1999) yang mengatakan bahwa skala psikologi sebaiknya digunakan patokan koefisien korelasi minimal 0,30. Dengan demikian item yang korelasinya = 0,30 dinyatakan gugur, sedangkan

item yang korelasinya ? 0,30 dianggap sahih .

Peneliti menggunakan kuesioner final Lelanawati (2004) yang sudah diuji validitasnya, sehingga semua item dapat digunakan dalam penelitian. Peneliti hanya mengadakan revisi terhadap beberapa item untuk mempermudah siswa dalam memahami dan mengisi kuesioner. 2. Reliabilitas instrumen

Reliabilitas adalah tingkat ketepatan, ketelitian atau keakuratan sebuah instrume n (Hasan, 2002: 77). Tujuan uji reliabilitas adalah untuk mengetahui sejauh mana pengukuran variabel dapat memberikan hasil relatif tidak berbeda bila dilakukan kembali pada subjek yang sama.

(63)

a. Memberi kode X pada skor belahan pertama dan Y untuk skor belahan kedua.

b. Mencari korelasi antara skor pertama/gasal (X) dengan skor-skor belahan kedua/genap (Y).

c. Untuk memperoleh koefisiensi reliabilitas seluruh tes digunakan formulasi Spearman Brown dengan rumus:

rtt = ? x rgg

I + r gg

Keterangan:

rtt : Koefisien reliabilitas

r gg : Koefisien korelasi item-item ganjil dan genap

Untuk menentukan taraf keterandalan kuesioner/instrumen, Kaplan dan Saccuzza (Barus, 1999) menegaskan bahwa koefisien reliabilitas yang besarnya antara 0,70 – 0,80 dianggap baik untuk digunakan. Untuk mempertegas status tingkat reliabilitas kuesioner digunakan kriteria Guilford (Barus, 1999) yang menetapkan koefisien ?

(64)

D. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data meliputi tahap-tahap sebagai berikut: 1. Tahap persiapan

Dalam tahap ini peneliti melakukan beberapa usaha sebagai persiapan sebelum pengisian kuesioner, yaitu:

a. Menghubungi Kepala Sekolah SMP Santa Maria Banjarmasin untuk membicarakan rencana penelitian dan mohon bantuan untuk mengadakan penelitian.

b. Menentukan kuesioner yang akan digunakan untuk penelitian. c. Mengkonsultasikan kuesioner kepada dosen pembimbing. Kuesioner

ini juga dikonsultasikan kepada kepala sekolah SMP Budi Mulia Minggir- Sleman dan kepala sekolah SMP Santa Maria Banjarmasin (mantan).

d. Melakukan uji coba kuesioner.

(65)

Uji coba kuesioner dilaksanakan pada hari Senin, 21 Mei 2007. Pelaksanaan uji coba diawasi oleh peneliti sendiri. Sebelum mengisi kuesioner, peneliti memberikan petunjuk tentang beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh siswa sehubungan dengan pengisian kuesioner tersebut. Pelaksanaan uji coba berjalan dengan tenang dan tertib. Para siswa cukup semangat dalam mengerjakan kuesioner tersebut. Berdasarkan pengamatan peneliti selama mendampingi siswa dalam mengerjakan kuesioner, para siswa dapat memahami petunjuk dan maksud pernyataan yang tersedia, sehingga tidak ada pertanyaan-pertanyaan yang spesifik berkaitan dengan hal tesebut. Pertanyaan yang diajukan berkaitan dengan beberapa pernyataan yang mempunyai makna hampir sama antara item yang satu dengan item yang lain. Dari hasil uji coba tersebut, peneliti bersama dengan dosen pembimbing mengadakan revisi terhadap beberapa pernyataan yang meragukan bagi siswa. Hasil revisi tersebut digunakan oleh peneliti sebagai kuesioner dalam penelitian. Dengan demikian jumlah item kuesioner tidak mengalami perubahan yaitu 121 item.

(66)

2. Tahap pelaksanaan penelitian ( pengisian kuesioner)

Pengisian kuesioner dilaksanakan di SMP Santa Maria Banjarmasin pada hari Sabtu, 26 Mei 2007. Langkah-langkah yang ditempuh dalam penyebaran dan pengisian kuesioner ini adalah sebagai berikut:

a. Memberikan penjelasan tentang maksud pengisian kuesioner penelitian.

b. Membagikan lembar kuesioner dan petunjuk pengisiannya. c. Menjelaskan secara singkat petunjuk pengisian kuesioner. Guru

memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal- hal yang kurang dipahami/belum jelas.

d. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengisi kuesioner sesuai dengan pe tunjuk.

(67)

E. Teknik Analisis Data

Langkah- langkah yang ditempuh oleh peneliti untuk menganalisis data adalah sebagai berikut:

1. Menghitung atau menentukan skor dari setiap alternatif jawaban yang telah diberikan oleh responden.

2. Menghitung jumlah skor dari masing- masing responden dan membuat tabulasi data.

3. Menentukan masalah-masalah yang secara intens dialami oleh siswa berdasarkan kriteria Penilaian Acuan Norma (PAN) tipe 1, yaitu :

M + 0,75 S

Keterangan: M : Mean

? X : Jumlah skor total item

N : Jumlah item kuesioner penelitian S : Standard deviasi/ deviation

n

X

M

?

?

? ?

2

2

1

X

X

n

n

(68)

4. Mengelompokkan masalah- masalah yang secara intens dialami oleh siswa kelas VII SMP Santa Maria Banjarmasin tahun ajaran 2007/2008 sesuai dengan empat bidang ma salah, yaitu: bidang pribadi, bidang sosial, bidang belajar/akademik, bidang karir.

(69)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini disajikan hasil penelitian yang berupa daftar masalah- masalah yang secara intens dialami oleh siswa-siswi kelas VII SMP Santa Maria Banjarmasin tahun ajaran 2007/2008 dan pembahasannya.

A. Masalah-masalah yang secara Intens Dialami oleh Siswa -siswi Kelas VII SMP Santa Maria Banjarmasin Tahun Ajaran 2007/2008

Bagian ini memuat hasil pengolahan data penelitian. Hasil pengolahan data ini merupakan jawaban atas masalah pertama dalam penelitian ini, yaitu: Masalah- masalah apakah yang secara intens dialami oleh siswa-siswi kelas VII SMP Santa Maria Banjarmasin tahun ajaran 2007/2008 ?

Masalah-masalah yang secara intens dialami adalah masalah-masalah seperti yang dimaksudkan dalam item- item instrumen yang memperoleh skor minimal M+0,75 S. Berdasarkan hasil penghitungan data penelitian diperoleh: Mean (M)= 234, Standard deviasi (S) = 75.

M + 0,75 S = 234 + 0,75 x 75 = 290

Jadi masalah-masalah yang secara intens dialami oleh siswa adalah masalah yang memperoleh skor minimal 290. Data penelitian selengkapnya dapat dilihat pada tabel 2 (lampiran 2).

(70)

dikelompokkan dalam empat bidang, yaitu: 1) Bidang pribadi, yang meliputi masalah jasmani dan kesehatan, masalah diri pribadi, dan masalah agama, nilai dan moral. 2) Bidang sosial, yang meliputi masalah hubungan sosial, masalah keadaan dan hubungan dalam keluarga. 3) Bidang belajar/akademik, meliputi masalah pendidikan dan pelajaran. 4) Bidang karir, yang meliputi masalah ekonomi dan keuangan, masalah karir dan pekerjaan, dan masalah waktu senggang. Masalah-masalah yang secara intens dialami oleh siswa disajikan dalam tabel 3.

Tabel 3

Masalah-M asalah yang secara Intens Dialami oleh Siswa-siswi Kelas VII SMP Santa Maria Banjarmasin

Tahun Ajaran 2007/2008

N0 No.Item Masalah-masalah siswa Skor

A. Bidang Pribadi

1. 103 Rendah diri atau kurang PD 343

2. 101 Mudah marah 337

3. 30 Merasa gugup sewaktu berbicara di muka umum 334 4. 45 Terlanjur berbicara atau melakukan sesuatu yang

tidak baik kepada orang tua atau orang lain

303

5. 53 Sering ditegur karena melakukan kesalahan 297 6. 54 Kurang taat dalam menjalankan ibadah agama 296

(71)

8. 55 Tidak melaksanakan apa yang menjadi tanggung jawab sendiri

290

B. Bidang Sosial

9. 59 Mudah tersinggung atau sakit hati 332 10. 74 Khawatir tidak mampu memenuhi tuntutan atau

harapan orang tua

328

11. 47 Kurang memperhatikan kepentingan orang lain 297 12. 50 Kurang mampu berkerja sama dengan teman sekelas 289

C. Bidang Belajar/Akademik

13. 91 Khawatir memperoleh nilai rendah dalam ulangan/ujian atau PR

429

14. 90 Cemas sewaktu menghadapi ujian 402

15. 7 Merasa cemas kalau-kalau tinggal kelas 386 16. 37 Kurang berminat terhadap pelajaran tertentu 352 17. 92 Kesulitan dalam mengingat materi pelajaran 338 18. 40 Tidak tahu bagaimana cara belajar yang tepat 298 19. 19 Kurang tekun/teliti dalam mengerjakan PR 293

D. Bidang Karir

20. 111 Mengalami masalah karena kurang mampu mengelola (menggunakan) uang dengan baik

321

21. 79 Kurang memiliki pengetahuan yang luas tentang lapangan pekerjaan

309

22 121 Kurang mampu menggunakan waktu senggang (waktu luang) dengan baik.

(72)

B. Pembahasan

Bagian ini memuat pembahasan terhadap masalah- masalah yang secara intens dialami oleh siswa-siswi kelas VII SMP Santa Maria Banjarmasin tahun ajaran 2007/2008. Masalah ini dikelompokkan dalam empat bidang masalah, yaitu: bidang pribadi, bidang sosial, bidang belajar/akademik, dan bidang karir.

1. Bidang pribadi

a. Merasa gugup sewaktu berbicara di muka umum (item 30 skor 334)

Berbicara di muka umum merupakan kegiatan yang pada dasarnya dilakukan dalam rangka berkomunikasi (Sukadi, 1995: 5). Berbicara di muka umum berbeda dengan bila kita berbicara berduaan dengan teman. Banyak siswa mengalami masalah dalam hal ini.

(73)

Masalah tersebut antara lain dapat mengakibatkan para siswa rendah diri/kurang percaya diri dan cenderung menghindar apabila diminta untuk tampil. Hal ini akan menghambat siswa untuk mengembangkan potensi, bakat, kemampuannya.

Untuk mengatasi masalah tersebut perlu ada usaha dari berbagai pihak, seperti konselor, siswa sendiri dan orang tua. Usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh konselor, antara lain: memberikan pelayanan bimbingan klasikal yang berkaitan dengan pemahaman diri, konsep diri, dan percaya diri. Dengan bimbingan tersebut, diharapkan siswa memiliki keyakinan akan kekuatan dan kelebihannya dan dapat mengembangkannya secara baik.

Siswa sendiri perlu berusaha untuk mengatasi masalahnya. Usaha-usaha yang dapat dilakukan, antara lain: berusaha untuk lebih memahami kelebihan dan kelemahannya, me ngembangkan konsep diri yang positif, banyak berlatih, ikut aktif dalam kegiatan kelompok, misalnya: OSIS, pramuka, kegiatan, dll..

(74)

dilakukan anak-anaknya, misalnya memuji bila memang pantas dipuji, menegur bila anak melakukan kesalahan.

b. Cenderung berbuat tidak jujur (item 43 skor 290)

Kejujuran adalah sikap dan perilaku tidak berbohong, tidak bersikap curang, berkata apa adanya, berani mengakui kesalahan dan rela berkorban demi kebenaran ( Indah, 2003: 80). Bila dalam diri siswa berkembang sikap jujur, siswa akan lebih terbantu dalam mengembangkan potensinya. Hilangnya sikap jujur dapat merupakan bencana dalam kehidupan bersamanya.

Masalah tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: kurang menyadari kelebihan dan kekurangannya, kurang bersyukur atas apa yang diterima atau dialami dalam hidup, adanya suatu keinginan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi, adanya suatu ketakutan dalam dirinya.

Masalah tersebut antara lain dapat mengakibatkan para siswa tidak bekembang sebagaimana mestinya, suka menipu, dan takut menerima kritik atau memberikan kritik kepada orang lain, kurang mampu mengahargai diri sendiri, orang lain dan alam sekitar.

(75)

Usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh konselor, antara lain: memberikan bimbingan klasikal yang relevan untuk membantu siswa menyadari kelebihan dan kekurangannya, mensyukuri apa yang diterima atau dialami dalam hidup, menyadari bahwa tidak semua keinginan atau kebutuhan harus dipenuhi, menekankan betapa pentingnya sikap jujur dalam kehidupan sehari-hari.

Siswa sendiri perlu berusaha untuk mengatasi masalahnya. Usaha-usaha yang dapat dilakukan, antara lain: berusaha untuk bersikap jujur terhadap dirinya sendiri, menerima diri apa adanya, tidak berkata bohong dan berkata apa adanya, menyadari bahwa tidak semua keinginan dapat dipenuhi, menghargai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

Orang tua siswa juga perlu terlibat dalam mengatasi masalah siswa. Usaha- usaha yang dapat dilakukan oleh orang tua, antara lain:menerima kelebihan dan kekurangan anak-anak, memberikan kepercayaan dan tanggungjawab pada tugas-tugas tertentu, memberikan dukungan terhadap apa yang dapat dilakukan oleh anaknya.

c. Terlanjur berbicara atau melakukan sesuatu yang tidak baik kepada orang tua atau orang lain. (item 45 skor 303)

(76)

perlu menghormati orang lain. Untuk dapat menghormati orang lain, setiap orang perlu menghormati dirinya sendiri (Suparno, 2002 : 30). Dengan kesadaran tersebut, para siswa akan semakin mampu berhati-hati dalam berbicara atau bertindak. Apa yang akan dikatakan atau dilakukannya hendaknya dipertimbangkan terlebih dahulu dengan sungguh-sungguh, sehingga tidak merugikan orang lain.

Masalah ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: siswa kurang sabar dalam menghadapi hal-hal tertentu, merasa tersinggung karena perkataan atau perbuatan orang lain terhadap dirinya , kurang mampu mengendalikan diri.

Masalah ini antara lain dapat mengakibatkan para siswa mengalami gangguan dalam perkembangan kepribadiannya, kesulitan dalam pergaulan dengan orang lain, dan tidak disukai oleh temannya.

(77)

orang lain. Dapat juga diberikan konseling kepada siswa yang mempunyai masalah serius dalam hal ini, dan perlu ditumbuhkan kesadaran akan pentingnya menghargai orang lain.

Siswa sendiri perlu berusaha untuk mengatasi masalahnya. Usaha-usaha yang dapat dilakukan, antara lain: lebih menghargai orang lain sebagaimana dirinya ingin dihargai oleh orang lain, lebih sabar dalam menghadapi persoalan yang dialami, tidak mudah tersinggung atau sakit hati, mempertimbangkan segala sesuatu sebelum berbicara atau melakukan sesuatu pada orang lain.

Orang tua siswa juga perlu terlibat dalam mengatasi masalah siswa. Usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh orang tua, antara lain: menanamkan sikap saling menghargai dan menghormati terhadap anggota keluarga dan orang lain, memberikan contoh yang baik dalam perkataan dan perbuatan, memberikan respons yang tepat terhadap apa yang dikatakan atau dilakukan anak-anaknya sehingga mereka merasa diterima dan dihargai.

(78)

diberikan secara berlebihan dapat membuat orang tidak dapat berkembang sebagaimana mestinya.

Masalah ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: karena kurang sungguh-sungguh dalam melakukan sesuatu sehingga hasilnya kurang baik, tidak disiplin dalam kerja, sembarangan atau ceroboh dalam melakukan tugasnya.

Masalah ini antara lain dapat mengakibatkan siswa merasa minder atau kurang percaya diri, malas berusaha dan tidak memiliki daya juang untuk meraih cita-cita, menganggap teguran itu sebagai suatu ancaman yang sangat menakutkan.

Untuk mengatasi masalah tersebut perlu ada usaha dari berbagai pihak, seperti konselor, siswa sendiri dan orang tua. Usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh kon

Gambar

Tabel 1
Tabel 3
Tabel  4
Tabel 2

Referensi

Dokumen terkait

Sebelum melaukan migrasi perlu disiapkan terlebih dahulu master data awal perusahaan sebagai saldo awal pembukuan yang akan diinput pada program Accurate.. Berikut master data

Untuk mengatasinya digunakan alat yang memakai prinsip pantulan dari cermin, dimana perubahan posisi cermin yang sangat kecil ( akibat perpanjangan batang) menyebabkan

Untuk mengetahui strategi, cara berpikir, langkah-langkah pemecahan masalah, serta kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal- soal tes, peneliti

Dalam penelitian ini adalah menganalisis pengaruh rasio keuangan yang berupa Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) dan dana pihak ketiga (DPK)

Untuk mempercepat adopsi teknologi yang telah dihasilkan oleh Badan Litbang Departemen Pertanian, maka sejak tahun 2009 telah ditandatngani nota kesepahaman antara Badan

Pihak pertama pada tahun 2016 ini berjanji akan mewujudkan target kinerja tahunan sesuai lampiran perjanjian ini dalam rangka mencapai target kinerja jangka

Nilai odds ratio (OR) pekerjaan menunjukkan bahwa pekerjaan nelayan/ bertani/berkebun memiliki peluang 3,800 kali lebih besar menderita filariasis dibandingkan

gaya pemulih yang bekerja pada massa sebanding dengan perpindahan massa dari.