• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan prestasi belajar antara siswa putra dan putri pada sub pokok bahasan perpindahan kalor dengan metode eksperimen bagi siswa kelas XA dan XC SMA Negeri 1 Ngemplak - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Perbedaan prestasi belajar antara siswa putra dan putri pada sub pokok bahasan perpindahan kalor dengan metode eksperimen bagi siswa kelas XA dan XC SMA Negeri 1 Ngemplak - USD Repository"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

i

PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR ANTARA SISWA PUTRA DAN PUTRI PADA SUB POKOK BAHASAN PERPINDAHAN KALOR DENGAN METODE EKSPERIMEN BAGI SISWA KELAS XA DAN XC

SMA NEGERI 1 NGEMPLAK

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Disusun oleh :

Varida Indrastuti NIM 041424008

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan penuh kasih saya persembahkan karya ini untuk :

Yesus Kristus & Bunda Maria, My Savior Ayahku di surga Ibunda tercinta, Adikku tersayang, Nyoman tercinta Teman-teman P.FISIKA’04 dan Almamaterku

“Let God lead your way”

Kita tidak tahu

sampai di mana tujuan kita,

tapi yang kita lakukan adalah

terus berjuang

(5)
(6)

vi ABSTRAK

Varida Indrastuti. Perbedaan Prestasi Belajar antara Siswa Putra dan Putri pada Sub Pokok Bahasan Perpindahan Kalor dengan Metode Eksperimen bagi Siswa Kelas XA dan XC SMA Negeri 1 Ngemplak. Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta (2008).

Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) apakah pengajaran dengan metode eksperimen dapat membantu pemahaman siswa, dan (2) perbedaan prestasi belajar antara siswa putra dan putri dengan pengajaran eksperimen.

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 16 Mei – 6 Juni 2008 di SMA Negeri 1 Ngemplak. Sampel penelitian adalah siswa kelas XA dan XC yang berjumlah 36 siswa putri dan 31 siswa putra. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan treatment berupa Lembar Kerja Siswa yang digunakan sebagai panduan siswa dalam melakukan eksperimen.

Instrument yang digunakan yaitu pretest dan posttest. Pretest dan posttest yang diberikan berupa tes uraian yang terdiri dari 3 soal. Data diananalisis dengan menggunakan statistik T-Test.

(7)

vii ABSTRACT

Varida Indrastuti. The difference achievement between male and female students on the topic of heat transfer with the experiment method at class XA and XC SMA Negeri 1 Ngemplak. Physics Education Study Program, the Department of Mathematics and Science Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta (2008).

The purpose of this research was to prove whether (1) teaching with experiment method could improve students understanding, and (2) whether there was difference between male and female students understanding.

The research was held within May 16th – June 6th 2008 in SMA Negeri 1 Ngemplak. The sample of this research were students from class XA and XC, 36 female and 31 male students. This research used experiment method using student work sheet as the treatment a guidance in doing the experiment.

The instrument of the research were pretest and posttest. Pretest and posttest given in the from of essay test including three questions. The data were analyzed using T-Test statistic.

(8)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Varida Indrastuti

Nomor Mahasiswa : 041424008

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR ANTARA SISWA PUTRA DAN PUTRI PADA SUB POKOK BAHASAN PERPINDAHAN KALOR DENGAN METODE EKSPERIMEN BAGI SISWA KELAS XA DAN XC SMA NEGERI 1 NGEMPLAK.

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 11 Februari 2009

Yang menyatakan

(9)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih-Nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Perbedaan

Prestasi Belajar antara Siswa Putra dan Putri pada Sub Pokok Bahasan

Perpindahan Kalor dengan Metode Eksperimen bagi Siswa Kelas XA dan XC

SMA Negeri 1 Ngemplak”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan Fisika di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam penyusunan tulisan ini peneliti didukung oleh banyak pihak, oleh

karena itu penulis hendak mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Paul Suparno, S.J., M.S.T., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

memberikan bimbingan dengan baik dan sabar.

2. Bp. Drs. Fr. Y. Kartika Budi, M.Pd selaku dosen pembimbing akademik,

Bp. Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D., Bp. Drs. Domi S, M.Si, Bp. A. Atmadi,

M.Si., Ibu Maslichah Asy’ari, M.Pd. dan Bp. Drs. R. Rohandi M.Ed, selaku

dosen program studi Pendidikan Fisika USD yang telah membimbing

penulis selama melaksanakan pendidikan di Universitas Sanata Dharma ini.

3. Romo C.B Mulyatno Pr. yang selalu memberi dukungan dan telah

membantu hingga saya bisa melanjutkan kuliah terus. Terima kasih Romo…

4. Bp. Drs. Maskur selaku Kepala sekolah SMA Negeri 1 Ngemplak yang telah

memberikan izin sehingga penelitian dapat berjalan dengan baik.

5. Bp. Yasmin, S.Pd selaku guru kelas 1 SMA Negeri 1 Ngemplak yang telah

memberikan bimbingan dan dukungan sehingga penelitian dapat berjalan

dengan baik.

6. Siswa-siswi kelas XA dan XC SMA Negeri 1 Ngemplak, terima kasih atas

segala dukungan dan bantuannya. Kapan-kapan kita percobaan lagi ya...

7. Alm. Bapak yang beristirahat dengan tenang di surga. Akhirnya anakmu bisa

menjadi guru dan bisa mewujudkan keinginan Bapak. Teruntuk ibunda

tercinta, terima kasih atas doa, cinta, dukungan, dan semangat yang

(10)

ix

sendiri dengan begitu gigih untuk anakmu. Adikku tercinta Yudi, terima

kasih atas bantuanmu bersedia untuk membantu mengetik.

8. Mbah kakung dan mbah putri, matur nuwun atas segala doanya.

9. Keluarga bulik Narti, terima kasih atas bantuannya sudah dipinjami

komputer untuk ngetik setiap hari, dan ngeprint yang banyak.

10. Kekasihku tercinta I Nyoman Sumeharta, makasih atas segala cinta, kasih

sayang, pengertian, kelucuan, dan dukungan yang senantiasa diberikan

selama ini walaupun kita jauh. Semoga kita bisa melewati masa depan

dengan bahagia, amin.

11. Sahabat-sahabatku, Ochi (chi..semangat!!), mb’Echa (wah..akhirnya kamu

lulus duluan mbak..), Endang, kak Martin, dan semua teman-teman

Komunitas Saint Egidio yang sudah banyak membantuku, kalian hebat!!

12. Teman-teman P. Fis 04: Aris, Wulan, Teguh, Paulinus, Made, Tia, mba

Heti, Ita, Uwil, Meta, Dwi wahyu, Dwi astuti, Dina, Sil, dan semua

teman-teman P.Fis 04, makasih atas segala kerjasama yang diberikan selama

kuliah. Untuk kâk Jose yang sudah banyak membantu adék, mas Dias,

mb’Icha, mas Eko’02, dan semua kakak angkatku, terima kasih sekali.

13. Untuk Cie Lan, Cie Wena dan Bu Endang, terima kasih setiap kamis sudah

mengijinkan saya untuk bimbingan. Teman-teman kerja SD Putra Bangsa

Klaten, terima kasih atas dukungan dan sharingnya…

14. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan, terima kasih atas segala bantuan

doa dan dukungannya.

Demikianlah tulisan ini dapat diselesaikan. Peneliti mohon maaf apabila

terdapat kesalahan dalam penyusunan tulisan ini. Tulisan ini jauh dari sempurna,

oleh karena itu peneliti juga mengharapkan kritik dan saran demi pengembangan

tulisan ini. Atas perhatiannya diucapkan terima kasih.

Yogyakarta, 4 Desember 2008

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI... x

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Hipotesis... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II. LANDASAN TEORI A. Pengertian Belajar ... 7

B. Prestasi Belajar 1. Pengertian... 8

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar... 10

C. Perbedaan Gender ... 18

D. Materi Pelajaran Perpindahan Kalor 1. Konduksi a. Pengertian... 20

b. Proses perpindahan kalor ... 21

c. Laju konduksi kalor... 22

(12)

2. Konveksi ... 24

a. Pengertian... 24

b. Jenis-jenis konveksi ... 24

3. Radiasi... 26

a. Pengertian... 26

b. Hukum Stefan Boltzmann ... 26

E. Metode Eksperimen 1. Pengertian... 27

2. Jenis-jenis metode eksperimen... 28

3. Langkah-langkah kegiatan metode eksperimen ... 29

4. Keuntungan dan kelemahan metode eksperimen ... 30

F. Kaitan Teori dengan Metode Penelitian ... 32

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 34

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 34

C. Populasi dan Sampel ... 35

D. Treatment ... 35

E. Instrument Pretest dan Posttest ... 37

F. Validitas ... 42

G. Analisis Data Pretest dan Posttest 1. Mengetahui peningkatan pemahaman siswa ... 43

2. Mengetahui perbedaan prestasi belajar antara siswa putra dan siswa putri ... 44

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Penelitian ... 46

B. Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa Selama Melakukan Percobaan ... 51

C. Hasil Perhitungan Skor ... 53

1. Mengetahui peningkatan pemahaman siswa ... 53

(13)

2. Mengetahui perbedaan prestasi belajar antara siswa putra

dan siswa putri ... 58

a. Data hasil analisis pretest siswa putri dan siswa putra ... 58

b. Data hasil analisis posttest siswa putri dan siswa putra... 60

D. Rangkuman ... 64

E. Kesimpulan Umum ... 65

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 66

B. Saran... 66

C. Keterbatasan Penelitian... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 68

LAMPIRAN... 70

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat ijin dari Kampus ... 70

Lampiran 2 Surat ijin dari BAPPEDA ... 71

Lampiran 3 Soal pretest ... 72

Lampiran 4 Lembar Kerja Siswa... 73

Lampiran 5 Soal Posttest ... 85

Lampiran 6 Soal Pretest yang dikerjakan siswa ... 86

Lampiran 7 Soal Posttest yang dikerjakan siswa... 87

Lampiran 8 Jawaban dari soal pretest dan posttest... 88

Lampiran 9 Jadwal penelitian di SMA Negeri 1 Ngemplak ... 93

Lampiran 10 Lembar Kerja Siswa yang dikerjakan siswa dalam kelompok... 94

Lampiran 11 Tabel T-Test ... 95

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Distribusi soal-soal menurut sub pokok bahasan perpindahan kalor dan aspek yang ingin diukur untuk soal

pretest ... 38

Tabel 2 Distribusi soal-soal menurut sub pokok bahasan perpindahan kalor dan aspek yang ingin diukur untuk soal posttest ... 39

Tabel 3 Kriteria penskoran... 40

Tabel 4 Distribusi skor soal pretest dan posttest ... 40

Tabel 5 Hasil analisis data skor pretest dan posttest ... 43

Tabel 6 Hasil analisis skor pretest dan posttest dengan Uji Test-T dependen ... 53

Tabel 7 Hasil analisis hasil pretest siswa putri dan siswa putra... 58

Tabel 8 Hasil analisis hasil posttest siswa putri dan siswa putra ... 61

Tabel 9 Kesimpulan Umum Hasil penelitian ... 65

Tabel 10 Distribusi Skor Pretest dan Posttest Siswa... 90

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Partikel-partikel pada ujung yang dipanasi bergetar lebih cepat. 21

Gambar 2 Kalor mengalir dari benda yang bersuhu tinggi ... 21

Gambar 3 Laju kalor konduksi... 23

Gambar 4 Konveksi alami dalam zat cair ... 24

Gambar 5 Siswa mengerjakan pretest ... 47

Gambar 6 Peneliti menjelaskan langkah-langkah percobaan... 48

Gambar 7 Siswa melakukan percobaan konduksi... 48

Gambar 8 Siswa melakukan percobaan konveksi ... 48

Gambar 9 Siswa melakukan percobaan radiasi... 49

Gambar 10 Siswa berdiskusi dalam kelompok ... 49

Gambar 11 Peneliti mengamati kegiatan siswa dan ikut berdiskusi dalam kelompok ... 50

Gambar 12 Salah satu kelompok mempresentasikan hasil percobaan dalam diskusi kelompok... 50

Gambar 13 Siswa mengerjakan posttest ... 51

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan merupakan konstruksi sosial yang diperuntukkan bagi siapa

saja tanpa memandang jenis kelamin. Secara psikologis, siswa laki-laki dan

siswa perempuan mempunyai perbedaan dalam hal proses berfikir dan cara

memandang sesuatu.

Perbedaan gender dapat dilihat dari motivasi belajar sains. Greenblatt

(Mecce & Jones, 1996:394) mengemukakan bahwa perempuan kurang

termotivasi untuk belajar sains daripada laki-laki. Selanjutnya seorang ahli

bernama Kahle (394-395) melaporkan bahwa anak perempuan

menggambarkan sains sebagai sesuatu yang membosankan dan sulit untuk

dihafalkan. Sesuai dengan penelitian-penelitian yang dilakukan oleh

Anderman & Young, Licht, Strader & Swenson, Simpson & Oliver,

Steinkamp & Maehr, hasilnya mengidentifikasikan bahwa perempuan kurang

percaya diri pada kemampuan mereka dalam mengerjakan tugas-tugas sains

dalam kelas. Dibandingkan dengan subyek-subyek lain, matematika dan sains

umumnya digambarkan sebagai area dimana mayoritas adalah maskulin

(18)

Kegiatan belajar-mengajar yang masih terjadi saat ini mulai dari SD

sampai SMA adalah guru berada di depan kelas berceramah untuk

mengajarkan materi tertentu. Kondisi belajar yang demikian, membuka

kemungkinan anak hanya sebagai wadah kosong yang setiap kali mendapat

transfer pengetahuan dari guru. Seharusnya kegiatan belajar-mengajar

merupakan aktivitas yang melibatkan dua pihak, yaitu guru sebagai pendidik

dan siswa sebagai terdidik.

Selama kegiatan belajar-mengajar berlangsung, siswa harus aktif untuk

mengkonstruksi pengetahuan bagi dirinya sendiri. Jadi, bukan guru yang aktif

mentransfer pengetahuan kepada siswa. Guru seharusnya sebagai fasilitator

dan moderator untuk membantu anak agar proses belajar dapat berjalan

dengan lancar (Suparno, 1997:66). Pengetahuan dan pemahaman setiap anak

tentunya berbeda-beda sesuai dengan apa yang mereka tangkap. Hal ini akan

terlihat dari prestasi belajar mereka melalui ujian.

Prestasi belajar di sekolah sangat dipengaruhi oleh kemampuan umum

kita yang diukur oleh IQ (Intelligence Quotient). IQ yang tinggi meramalkan

sukses terhadap prestasi belajar. Namun IQ yang tinggi ternyata tidak

menjamin kesuksesan dalam prestasi belajar siswa di sekolah. Prestasi belajar

yang utama harus dirasakan oleh siswa sendiri. Dalam hal ini, pemahaman

dan pengetahuan siswa sangat mempengaruhi prestasi belajar yang mereka

(19)

Berdasarkan pengalaman peneliti selama PPL, beberapa siswa

beranggapan bahwa fisika itu merupakan mata pelajaran yang sulit,

membosankan, dan membingungkan. Di sekolah tersebut sangat jarang

melakukan eksperimen dikarenakan faktor keterbatasan alat. Dari anggapan

itu, peneliti memikirkan suatu metode yang dapat digunakan untuk mengajar

fisika supaya menarik bagi siswa dan memudahkan siswa untuk “menangkap”

pelajaran dengan mudah.

Agar tujuan yang dinginkan bisa tercapai, maka guru harus cermat dan

tepat dalam menggunakan metode pengajaran yang akan digunakan. Salah

satu contoh metode pengajaran yang digunakan untuk dapat melibatkan siswa

secara aktif di dalamnya adalah dengan metode eksperimen.

Dengan metode eksperimen, diharapkan anak didik dapat aktif dalam

mengkonstruksi pengetahuannya. Siswa dapat mempunyai pengalaman sendiri

untuk merumuskan hipotesis, mengamati peristiwa, mengumpulkan data, dan

mengambil kesimpulan. Dengan demikian, siswa menjadi lebih mandiri dalam

hal perkembangan pengetahuannya, siswa dapat terlibat langsung dalam

memecahkan masalah, dan menguji bermacam-macam hipotesis (Sumaji,

1998:215). Di sini siswa berusaha membangun sendiri konsep yang mereka

pelajari dengan melihat suatu peristiwa dari eksperimen. Siswa yang

(20)

dan lebih paham dengan apa yang dipelajari. Dengan demikian, siswa menjadi

lebih tertarik dengan pelajaran fisika.

Dari latar belakang masalah di atas, penulis ingin meneliti “Perbedaan

Prestasi Belajar Antara Siswa Putra dan Siswa Putri pada Sub Pokok

Bahasan Perpindahan Kalor dengan Metode Eksperimen bagi Siswa Kelas

XA dan XC SMA Negeri I Ngemplak”.

B. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merumuskan masalah sebagai

berikut :

1. Apakah pengajaran fisika dengan metode eksperimen dapat membantu

pemahaman siswa?

2. Benarkah hipotesis bahwa prestasi belajar siswa putra dan siswa putri

berbeda?

C. TUJUAN

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui bahwa pengajaran fisika dengan metode eksperimen dapat

(21)

2. Mengetahui perbedaan prestasi belajar antara siswa putra dan siswa putri

dengan pengajaran eksperimen.

D. HIPOTESIS

1. Metode eksperimen dapat membantu pemahaman siswa.

2. Prestasi belajar siswa putra dan siswa putri berbeda.

E. MANFAAT

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Bagi siswa

a. Dapat meningkatkan pemahaman dan meningkatkan gairah belajar

agar lebih termotivasi dalam mempelajari suatu materi fisika.

b. Dapat memberikan informasi mengenai prestasi belajar antara siswa

putra dan siswa putri setelah mengikuti pembelajaran dengan metode

eksperimen.

2. Bagi guru dan calon guru

(22)

b. Dapat mengetahui pamahaman dan prestasi belajar antara siswa putra

dan siswa putri setelah mengikuti pembelajaran dengan metode

eksperimen.

3. Bagi peneliti

a. Dapat digunakan sebagai dasar penelitian lebih lanjut.

b. Dengan metode eksperimen akan terlihat apakah metode yang

(23)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Belajar

Belajar dirumuskan sebagai suatu aktivitas mental atau psikis, yang

berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan

perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan

nilai-sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif, konstan, dan berbekas

(Winkel, 1996:59).

Belajar adalah suatu proses perubahan sikap dan tingkah laku setelah

terjadi interaksi dengan sumber belajar. Sumber belajar dapat berupa buku,

lingkungan, guru atau sesama teman. Belajar dalam arti sempit adalah belajar

yang hanya menekankan perolehan informasi baru dan pertambahan (Suparno,

2001:140).

Berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan tergantung pada

proses belajar yang dialami oleh siswa, baik mereka yang berada di sekolah

maupun di lingkungan rumah atau keluarga sendiri (Wens Tanlain, dalam

(24)

Dalam belajar diperlukan suatu proses, dimana proses belajar yang baik

akan menghasilkan peningkatan kemampuan diri. Proses belajar yang baik

bagi seseorang belum tentu baik bagi orang lain. Pada dasarnya, proses belajar

yang baik adalah yang berpedoman pada prinsip-prinsip belajar.

Beberapa prinsip belajar antara lain (1) belajar harus berorientasi pada

tujuan, (2) belajar akan terjadi bila seseorang dihadapkan pada permasalahan,

(3) belajar memerlukan kemauan yang kuat, (4) keberhasilan belajar

ditentukan banyak faktor, (5) belajar secara keseluruhan akan lebih berhasil

daripada belajar secara terbagi-bagi, (6) belajar memerlukan adanya

kesesuaian antara guru dan murid, (7) belajar memerlukan kemampuan dalam

menangkap inti sari pelajaran itu sendiri (Hanes Tri Kuncoro, 2001:14).

Belajar akan berjalan dengan baik dan efektif bila selama proses belajar

ada bimbingan, sehingga tujuan belajar akan lebih terarah. Salah satu proses

belajar dengan bimbingan adalah kegiatan belajar di sekolah. Selama belajar

di sekolah, siswa di arahkan dan dibimbing untuk memperoleh ilmu sebagai

suatu hasil belajarnya.

B. Prestasi Belajar

Prestasi merupakan suatu bukti keberhasilan usaha yang dicapai

(25)

langsung tanpa orang itu melakukan sesuatu yang menampakkan kemampuan

yang telah diperoleh melalui belajar (Winkel, 1996:52).

Berdasarkan pengertian tersebut, siswa dikatakan mempunyai prestasi

belajar yang tinggi bila banyak tujuan yang bisa dicapai. Indikator-indikator

yang menunjukkan siswa mempunyai prestasi belajar tinggi dapat diketahui

dari aspek ingatan, pemahaman, penerapan, dan analisis sintesis. Aspek

ingatan ditunjukkan dengan seberapa jauh siswa mampu mengingat kembali

materi pembelajaran, mampu menyebutkan, mampu mendefinisikan dan

mengungkapkan kembali suatu pernyataan, konsep, atau hukum yang telah

dipelajari. Aspek pemahaman ditunjukkan dengan seberapa jauh siswa

mampu memahami materi dengan membedakan pernyataan, mampu

mengklasifikasikan materi pembelajaran. Aspek penerapan ditunjukan dengan

seberapa jauh siswa mampu menerapkan hukum dalam soal. Aspek analisis

sintesis ditunjukkan dengan seberapa jauh siswa mampu menggunakan hukum

dengan tepat, mendatanya dan menentukan langkah-langkah penyelesaian

suatu soal (Winkel, 1996:188).

Usaha mengevaluasi hasil belajar biasanya dilakukan dengan

mengadakan pengukuran dalam bentuk ujian tertulis, lisan, maupun praktik

yang kemudian diberi skor. Skor adalah angka yang menyatakan tingkat

kebenaran jawaban siswa dalam ujian atau tes. Prestasi belajar dapat diukur

(26)

suatu percobaan yang diadakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hasil

belajar seseorang atau sekelompok siswa pada pelajaran tertentu (Arikunto,

1984).

Agar skor sungguh-sungguh menunjukkan pemahaman atau penguasaan

materi yang dipelajari maka kualitas alat evaluasi yaitu soal-soal ujian

mewakili setiap unsur terpenting dalam pokok bahasan (Kartika Budi, dalam

kuliah Evaluasi Proses dan Pembelajaran Fisika).

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dibedakan menjadi

dua kelompok (Slameto, 1988:56-73) yaitu:

1. Faktor Internal terdiri dari dua faktor, yaitu:

a. Faktor fisiologis (yang bersifat jasmaniah) yang mempengaruhi

prestasi belajar antara lain:

1) Kondisi kesehatan tubuh

Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta

bagian-bagiannya. Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan

seseorang terganggu, misalnya mudah pusing, kurang darah

(27)

Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan

kesehatan badannya tetap terjamin, misalnya makan, olah raga,

tidur, dan rekreasi.

2) Cacat tubuh

Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang sempurna

mengenai tubuh. Cacat tubuh dapat berupa buta, tuli, patah kaki,

patah tangan, dan lumpuh. Siswa yang cacat tubuh belajarnya juga

terganggu.

b. Faktor psikologis (yang bersifat mental) antara lain:

1) Tingkat kecerdasan siswa (inteligensi)

Menurut David Wechsler, inteligensi adalah suatu kemampuan

mental yang melibatkan proses berfikir secara rasional. Banyak

penelitian menunjukkan bahwa tingkat kecerdasan siswa

mempengaruhi tinggi-rendahnya prestasi belajar. Menurut

(HTUhttp://info.balitacerdas.com/mod.php?mod=publisher&op=viewa

rticle&artid=13UTH).

Inteligensi (istilah baku dari KBBI) adalah daya untuk

mengerti, memahami dan menggarap setiap situasi baru yang

(28)

2) Sikap siswa

Sikap siswa terhadap pelajaran adalah kecenderungan untuk

menerima atau menolak berbagai kegiatan. Sikap terhadap suatu

objek berkaitan juga dengan gambaran diri seseorang sebagai

akibat dari interaksinya dengan objek yang bersangkutan.

Misalnya seseorang yang mendapat nilai buruk dalam pelajaran

fisika maka dalam dirinya timbul sikap negatif terhadap pelajaran

itu.

3) Minat siswa

Minat adalah kecenderungan yang menetap dalam subyek untuk

merasa tertarik pada bidang tertentu dan merasa senang dalam

bidang tersebut. Jika bahan pelajaran yang dipelajari sesuai

dengan minat siswa, siswa akan belajar dengan sebaik-baiknya,

karena ada daya tarik baginya. Bahan pelajaran yang menarik

minat siswa, lebih mudah dihafalkan dan disimpan, karena minat

menambah kegiatan belajar.

4) Motivasi siswa

Motivasi siswa terhadap pelajaran merupakan usaha dalam diri

siswa untuk melakukan aktivitas-aktivitas yang berhubungan

(29)

mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam proses belajar haruslah

diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar dapat belajar

dengan baik, misalnya memberikan latihan-latihan.

5) Kebiasaan siswa dalam belajar

Seluruh perilaku yang ditunjukkan secara ajeg dari waktu ke

waktu dalam mempelajari suatu pelajaran, baik itu sebelum

mengikuti pelajaran, selama mengikuti pelajaran, setelah

mengikuti pelajaran dan dalam menghadapi ulangan atau tes.

2. Faktor Eksternal terdiri dari tiga faktor, yaitu:

a. Faktor keluarga, antara lain:

1) Cara orang tua mendidik

Keluarga adalah pendidikan yang pertama dan utama. Disinilah

bimbingan dan penyuluhan memegang peranan penting. Pola

kehidupan di dalam keluarga memberi corak pola kehidupan anak

yang hidup di dalam keluarga tersebut. Dalam hal ini, orang tua

sangat berperan untuk anak dalam meningkatkan prestasi

belajarnya. Lingkungan keluarga, terutama orang tua yang

mendukung belajar siswa akan mengakibatkan prestasi belajarnya

(30)

pendidikan anaknya, misalnya tidak memperhatikan kepentingan

dan kebutuhan anaknya dalam belajar, dapat menyebabkan anak

kurang berhasil dalam belajarnya.

2) Suasana rumah

Suasana rumah yang dimaksud adalah situasi yang sering terjadi

di dalam keluarga dimana anak berada dan belajar. Suasana rumah

yang tenang dan tenteram selain anak kerasan di rumah, anak juga

dapat belajar dengan baik. Suasana rumah yang ramai, sering

terjadi pertengkaran antar anggota keluarga tidak akan memberi

ketenangan kepada anak yang belajar dan menyebabkan anak

menjadi bosan di rumah.

3) Keadaan ekonomi keluarga

Suatu keadaan yang menunjuk pada kemampuan financial orang

tua siswa dan perlengkapan material yang tersedia bagi kebutuhan

hidup yang dimiliki oleh orang tua siswa. Jika anak hidup dalam

keluarga miskin, kebutuhan pokok dan fasilitas belajar anak

kurang terpenuhi, akibatnya anak merasa minder dan akan

mangganggu belajarnya. Sebaliknya keluarga yang kaya, orang

tua memanjakan anaknya, akibatnya anak kurang dapat

(31)

4) Pengertian orang tua

Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua. Jika anak

mengalami lemah semangat, orang tua memberi pengertian dan

mendorongnya, membantu sedapat mungkin kesulitan yang

dialami anak di sekolah, bila perlu menghubungi gurunya untuk

mengetahui perkembangan anaknya.

b. Faktor masyarakat, antara lain:

1) Teman bergaul

Agar siswa dapat belajar dengan baik, perlulah diusahakan agar

siswa memiliki teman bergaul yang baik dan pembinaan pergaulan

yang baik serta pengawasan dari orang tua harus cukup bijaksana.

Teman bergaul yang tidak baik akan berpengaruh terhadap diri

siswa, misalnya belajarnya menjadi berantakan. Perilaku yang

tidak baik misalnya suka begadang, pecandu rokok, film, ngluyur.

2) Media masa

Media masa memberi pengaruh yang baik dan buruk terhadap

belajar anak. Sebagai contoh, siswa yang suka nonton film,

membaca buku-buku cerita yang mendidik akan

(32)

itu. Sebaliknya, jika siswa suka nonton film, membaca buku-buku

cerita detektip, pergaulan bebas, akan berkecenderungan untuk

berbuat seperti tokoh dalam cerita itu.

Dengan demikian, siswa perlu mendapat bimbingan yang cukup

bijaksana dari pihak orang tua, sekolah dan masyarakat.

c. Faktor sekolah, antara lain:

1) Metode mengajar

Metode mengajar adalah menyajikan bahan pelajaran untuk orang

lain agar orang lain itu dapat menerima, menguasai, dan

mengembangkannya. Pemberian metode mengajar yang variatif

dapat meningkatkan semangat dalam belajar siswa. Agar siswa

dapat belajar dengan baik, maka metode mengajar diusahakan

yang tepat, efisien, dan efektif mungkin.

2) Kurikulum

Kurikulum yang cenderung padat materi, dengan tingkat kesulitan

yang cukup tinggi untuk ukuran siswa dan sistematika yang tidak

terlalu tepat, dikaitkan dengan waktu yang terbatas menyebabkan

banyak siswa merasa kesulitan dalam belajar sesuai dengan

(33)

3) Relasi guru dengan siswa

Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa. Relasi

yang baik antara guru dengan siswa dapat berupa hubungan

pribadi yang baik, misalnya siswa akan menyukai gurunya dan

menyukai mata pelajaran yang diberikan sehingga siswa berusaha

mempelajari dengan sebaik-baiknya. Sebaliknya, jika siswa

membenci gurunya, ia segan mempelajari mata pelajaran yang

diberikan guru.

4) Relasi siswa dengan siswa

Menciptakan relasi yang baik antar siswa adalah perlu, supaya

dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap belajar siswa.

Siswa yang mempunyai tingkah laku yang kurang menyenangkan

teman lain, mempunyai rasa rendah diri, akan diasingkan dari

kelompok. Akibatnya ia akan malas untuk masuk sekolah, dan

mengganggu belajarnya. Sebaliknya, jika siswa yang mempunyai

tingkah laku yang menyenangkan teman lain, ia akan disukai.

5) Disiplin sekolah

Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa

dalam sekolah dan juga dalam belajar. Sekolah yang dalam

(34)

belajar. Misalnya, siswa yang tidak mengerjakan tugas tidak diberi

hukuman, akibatnya ia akan mengulang perbuatan tersebut.

6) Alat pengajaran

Alat pangajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar

dipakai pula oleh siswa untuk menerima bahan yang diajarkan.

Alat pengajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar

penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa.

Misalnya buku-buku perpustakaan, laboratorium, alat-alat

praktikum, papan tulis, kapur.

Guru perlu mengusahakan alat pelajaran yang baik dan lengkap

agar siswa dapat menerima pelajaran dengan baik dan dapat

belajar dengan baik pula.

C. Perbedaan Gender

Dalam Lost Talent: The Underparticipation of Women, Minorities, and

Disabled Persons in Science (1990), Jennie Oakes membahas tentang isu

gender dalam kelas science, yang mendasarkan studinya pada pemeriksaan

kembali penemuan utama pada subjek. Menurut studi Oakes, wanita muda

secara khusus meninggalkan science di SMA setelah mereka memilih tidak

(35)

meluas, siswa menengah wanita lebih sedikit yang mengambil kursus

matematika dan science daripada siswa laki-laki. Selebihnya, siswa wanita

mendapatkan nilai yang lebih rendah daripada siswa laki-laki pada mata

pelajaran matematika dan science (Science Teacher Vol.70, 2003:30-32).

Secara psikologis, siswa laki-laki dan siswa perempuan mempunyai

perbedaan dalam hal proses berfikir dan cara memandang sesuatu. Pada

umumnya laki-laki lebih tertarik dalam bidang matematik dan teknik,

sedangkan perempuan lebih tertarik dalam bidang bahasa. Siswa laki-laki

pada umumnya cenderung lebih mudah tertarik pada ilmu alam, ilmu

matematika, dan hal-hal yang bersifat abstrak, dibandingkan dengan siswa

perempuan (Masrul dan Sri Mulyani Martinah, 1977:82, dalam Hanes Tri

Kuncoro, 2001:2).

Semua anak perempuan rata-rata sedikit lebih unggul dalam bidang

bahasa, ingatan, dan apresiasi keindahan dibanding anak laki-laki. Sedangkan

anak laki-laki biasanya lebih mampu untuk meneliti kesamaan atau perbedaan,

mempunyai kemampuan abstraksi yang lebih tinggi, dan berpikir rasional

dibanding dengan rata-rata anak perempuan. Heyster dalam penelitiannya

berpendapat bahwa pada umumnya anak perempuan lebih besar minatnya

untuk mempelajari bahasa dan menghafal luar kepala daripada mempelajari

(36)

suka berfikir dan perbuatannya berdasarkan pada akal (Heyster, 1977:104,

dalam Hanes Tri Kuncoro, 2001:3).

Peneliti-peneliti juga mengidentifikasikan sejumlah kemungkinan yang

menyebabkan perbedaan gender dalam tingkat pencapaian. Beberapa

perbedaan itu adalah kemampuan kognitif, karakteristik personal, umur,

kemampuan matematika, sikap, dan pengalaman di dalam dan di luar sekolah.

Perempuan biasanya memiliki lebih sedikit aktifitas daripada laki-laki, hal ini

merupakan salah satu faktor yang menyebabkan perempuan lebih rendah

tingkat pencapaiannya dalam sains (Selen Sencar, Ali Eryilmaz, 2003:605).

D. Perpindahan Kalor

Kalor dapat berpindah dari benda yang suhunya tinggi ke benda yang

suhunya rendah. Ada tiga cara perpindahan kalor (Kanginan, 2004 :66-83,

Endang dan Ani, 2002:127-129), yaitu:

1. Konduksi

Jika kita panaskan sepotong logam sambil memegang ujungnya yang

lain, beberapa waktu kemudian ujung yang lain itu menjadi panas juga

(gambar 1). Kalor dapat merambat melalui batang logam tanpa ada

(37)

Gambar 1. Partikel-partikel pada ujung yang dipanasi bergetar lebih cepat daripada

pada ujung yang tidak dipanasi.

Gambar 2.Kalor mengalir dari benda yang bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu

rendah.

Satu syarat terjadinya konduksi kalor pada satu zat ialah adanya

perbedaan suhu antara dua tempat di dalam zat itu. Kalor berpindah dari

tempat yang suhunya tinggi ke tempat yang suhunya rendah (gambar 2). Jika

suhu kedua tempat itu sama, energi kinetik rata-ratanya sama sehingga tidak

dapat terjadi penambahan atau pengurangan energi oleh tetangganya.

Perpindahan kalor secara konduksi dapat terjadi dalam dua proses

(38)

a. Pemanasan pada satu ujung zat yang menyebabkan partikel-partikel

pada ujung itu bergetar lebih cepat dan suhunya naik (gambar 1).

Partikel-partikel yang energi kinetiknya lebih besar ini memberikan

sebagian energi kinetiknya pada partikel-partikel tetangganya

melalui tumbukan sehingga partikel-partikel ini memiliki energi

kinetik lebih besar. Proses perpindahan kalor seperti ini berlangsung

lambat karena untuk memindahkan lebih banyak kalor diperlukan

beda suhu yang tinggi di antara kedua ujung.

b. Kalor dipindahkan melalui elektron-elektron bebas. Pada bagian

yang dipanaskan, energi elektron-elektron bertambah besar. Oleh

karena elektron-elektron bergerak bebas, energi itu dapat

dipindahkan secara cepat melalui tumbukan dengan

elektron-elektron di sekitarnya.

Laju konduksi kalor dijelaskan melalui sebuah dinding (gambar 3)

bergantung pada empat besaran:

1. Beda suhu di antara kedua permukaan ∆T = TB1 B- TB2B; makin besar beda

suhu, makin cepat perpindahan kalor.

2. Ketebalan dinding d; makin tebal dinding, makin pelan perpindahan

(39)

3. Luas permukaan A; makin besar luas permukaan, makin cepat

perpindahan kalor.

4. Konduktivitas termal zat k, merupakan ukuran kemampuan zat

menghantarkan kalor; makin besar nilai k, makin cepat perpindahan

kalor.

Berdasarkan penjelasan di atas, banyaknya kalor Q yang melalui

dinding selama selang waktu t, dinyatakan oleh :

Keterangan:

H = Q/t : besarkalor yang merambat tiap detik (J/s)

k : konduktivitas termal (J/s . mP

0

PC atau W/m . K)

TB2B

TB

Reservoir suhu tinggi

Q

d

Reservoir suhu rendah

Konduktivitas termal = k

Gambar 3. Laju konduksi kalor Q/t yang melalui dinding = kA .∆T/d

(40)

A : luas permukaan (mP

2

P)

∆T/d : gradien suhu (P

0

PC/m)

2. Konveksi

Konveksi adalah proses perpindahan kalor yang disertai perpindahan

partikel-partikel zat. Ada dua jenis konveksi, yaitu konveksi alamiah dan

konveksi paksa:

a. Konveksi alamiah

Gambar 4 menjelaskan konveksi alami dalam air. Ketika air yang

diberi zat warna (butir Kristal KMBnBOB4B) dipanasi, massa jenis air

pada bagian itu menjadi lebih kecil, sehingga air bergerak naik ke

atas. Tempatnya digantikan oleh air dingin yang massa jenisnya

lebih besar. Di dalam air terbentuk lintasan tertutup yang

ditunjukkan oleh arah anak panah, disebut arus konveksi.

(41)

b. Konveksi paksa

Dalam konveksi paksa, fluida yang telah dipanasi langsung

diarahkan ke tujuannya oleh peniup atau pompa. Contoh konveksi

paksa adalah pada sistem pendingin mobil, di mana air diedarkan di

dalam pipa-pipa oleh bantuan sebuah pompa air (water pump).

Laju perpindahan kalor secara konveksi bergantung pada luas

permukaan benda (A) yang bersentuhan dan beda suhu (∆T) antara benda

dengan fluida. Banyaknya kalor yang dihantarkan secara konveksi dapat

dihitung dengan persamaan berikut:

Keterangan:

H = Q/t : kalor yang merambat tiap detik (J/s)

h : koefisien konveksi (J/s . mP

2

P. K)

A : luas permukaan (mP

2

P)

∆T : beda suhu (P

0

PK)

(42)

3. Radiasi

Radiasi merupakan suatu peristiwa dimana benda memancarkan panas

dalam bentuk gelombang elektromagnetik. Gelombang elektromagnetik

adalah gelombang yang merambat tanpa memerlukan zat perantara.

Hukum Stefan Boltzmann yang berbunyi: Energi yang dipancarkan

oleh suatu permukaan hitam dalam bentuk radiasi kalor tiap satuan waktu

(Q/t) sebanding dengan luas permukaan (A) dan sebanding dengan pangkat 4

suhu mutlak permukaan itu (TP

4

P).

Secara matematis, energi yang dipancarkan tiap satuan waktu ditulis

dengan persamaan:

Keterangan:

W = Q/t : energi yang dipancarkan tiap satuan waktu (W)

σ

: tetapan Stefan (5,7x10P

-8

PW/mP

2

P.KP

4

P)

A : luas permukaan (mP

2

P)

T : suhu mutlak benda (P

0

PK)

W = Q/t =

σ

A TP

4

(43)

Tidak semua benda dapat dianggap sebagai benda hitam sempurna. Oleh

karena itu agar persamaan diatas dapat digunakan pada setiap benda,

persamaan Stefan Boltzmann untuk setiap benda dapat ditulis:

Dengan e adalah koefisien yang disebut emisivitas, yaitu ukuran

seberapa besar pemancaran radiasi kalor benda dibandingkan dengan benda

hitam sempurna. Emisivitas tidak memiliki satuan, nilainya terletak di antara 0

dan 1 (0 ≤ e ≤ 1) dan bergantung pada jenis zat dan keadaan permukaan

benda. Pemantul sempurna (penyerap paling jelek) memiliki e = 0, sedangkan

penyerap sempurna memiliki e = 1.

W = Q/t = e

σ

A TP

4

P

E. Metode Eksperimen

1. Pengertian

Secara umum metode eksperimen adalah metode mengajar yang

mengajak siswa untuk melakukan percobaan sebagai pembuktian,

pengecekan bahwa teori yang sudah dibicarakan itu memang benar.

Metode ini lebih untuk mengecek supaya siswa semakin yakin dan jelas

akan teorinya (Suparno, 2007:77).

Eksperimen adalah suatu kegiatan yang menggunakan alat-alat

(44)

(setidak-tidaknya bagi orang itu sendiri meskipun tidak baru bagi orang lain) atau

untuk mengetahui apa yang terjadi jika diadakan suatu proses tertentu

(Sujanti, 1999:15, dalam Kartini, 2006:23).

2. Jenis-jenis eksperimen

Metode eksperimen dibedakan menjadi dua (Suparno, 2007:78-81), yaitu:

a. Eksperimen Terbimbing

Dengan eksperimen terbimbing seluruh jalannya percobaan sudah

dirancang oleh guru sebelum percobaan dilakukan oleh siswa.

Langkah-langkah yang harus dibuat siswa, peralatan yang harus

digunakan, apa yang harus diamati dan diukur ditentukan sejak awal.

Data yang harus dikumpulkan dan kesimpulan mana yang akan dituju

cukup jelas. Biasanya ada petunjuk langkah-langkah yang harus

dilaksanakan oleh siswa.

b. Eksperimen bebas.

Dalam eksperimen bebas, guru tidak memberikan petunjuk

pelaksanaan percobaan secara rinci. Siswa harus lebih banyak berfikir

sendiri, bagaimana merangkai alatnya, apa yang harus diamati, dan

(45)

siswa ditantang untuk merencanakan percobaan sendiri tanpa banyak

dipengaruhi arahan dari guru.

Dalam penelitian ini, peneliti memilih eksperimen terbimbing dengan

alasan kegiatannya lebih teratur dan terarah, serta hasilnya akan lebih

cepat selesai.

3. Langkah-langkah kegiatan

Metode eksperimen memiliki 3 kegiatan (Suparno, 2007:79), yaitu:

a. Kegiatan Persiapan

Persiapan guru merancang langkah-langkah eksperimen yang akan

dilakukan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan

media sebagai pendukung agar siswa sungguh terlibat aktif dalam

kegiatan ini. Dalam penelitian ini siswa melakukan eksperimen dengan

cara mengikuti langkah-langkah eksperimen dalam Lembar Kegiatan

Siswa (LKS) yang sudah dirancang oleh peneliti agar siswa mencapai

kompetensi yang diharapkan sebagai hasil dari proses pembelajaran.

b. Kegiatan Pelaksanaan

Pelaksanaan pembelajaran, guru perlu menginformasikan apa saja

(46)

hanya sebagai fasilitator, sebagian besar kegiatan siswa yang

melakukan.

c. Kegiatan Evaluasi

Setelah pembelajaran berlangsung, guru perlu mengadakan evaluasi

untuk mengetahui sejauh mana siswa mampu mengumpulkan dan

mengkonstruksi pengetahuannya selama melakukan eksperimen serta

pengalaman apa saja yang mereka dapatkan.

4. Keuntungan dan kelemahan

Dalam proses pembelajaran di sekolah metode eksperimen

memberikan beberapa keuntungan dan kelemahan (Dedy Kurniawan,

2001:13, dalam Kartini, 2006:25-26).

a. Keuntungan metode eksperimen, antara lain:

1) Siswa terlibat aktif dalam melakukan percobaan karena siswa

melakukan sendiri.

2) Semua siswa mendapat kesempatan untuk melakukan pembuktian

terhadap suatu teori maupun konsep.

3) Siswa menjadi terampil menggunakan alat.

(47)

5) Hasil belajar siswa sifatnya tahan lama (retensi).

6) Siswa semakin mempercayai konsep yang telah dicobanya sendiri.

b. Kelemahan metode eksperimen antara lain:

1) memerlukan waktu yang cukup lama.

2) biaya yang mahal karena membutuhkan peralatan yang memadai

dan dalam jumlah banyak.

3) kegagalan dalam eksperimen akan mengakibatkan salahnya

penerimaan informasi bagi siswa.

Dengan eksperimen, diharapkan siswa dapat aktif dalam

mengkonstruksi pengetahuannya. Siswa dapat mempunyai pengalaman

sendiri untuk merumuskan hipotesis, mengamati peristiwa, mengumpulkan

data, memecahkan masalah, dan mengambil kesimpulan. Dengan demikian,

siswa menjadi lebih mandiri dalam hal perkembangan pengetahuannya, siswa

dapat terlibat langsung dalam memecahkan masalah, dan menguji

bermacam-macam hipotesis (Sumaji, 1998:215).

Dalam eksperimen yang akan dilakukan menggunakan Lembar Kegiatan

Siswa (LKS) untuk menuntun siswa dalam melakukan eksperimen. Biasanya

(48)

kegiatan yang harus dilakukan siswa selama proses pembelajaran

berlangsung. Komponen-komponen penting yang terdapat dalam Lembar

kegiatan siswa adalah (1) kompetensi dasar, (2) materi pokok, (3) indikator

hasil belajar, (4) petunjuk, dan (5) kegiatan belajar.

Setelah eksperimen berlangsung, guru perlu mengadakan evaluasi untuk

mengetahui sejauh mana siswa mampu mengumpulkan dan mengkonstruksi

pengetahuannya selama melakukan eksperimen serta pengalaman apa saja

yang mereka dapatkan. Kegiatan evaluasi tidak harus dengan tes tertulis, bisa

dengan diskusi membuat kesimpulan bersama.

F. Kaitan Teori dengan Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui (1) apakah pengajaran

fisika dengan metode eksperimen dapat membantu pemahaman siswa pada

sub pokok bahasan perpindahan kalor dan (2) bagaimana prestasi belajar

antara siswa putra dan siswa putri dengan pengajaran eksperimen pada sub

pokok bahasan perpindahan kalor.

Semua teori disajikan untuk mendukung penelitian ini. Teori-teori

tersebut mendasari dalam pembuatan treatment, instument, analisis data, dan

(49)

Treatment dibuat berdasarkan teori tentang metode eksperimen dan

materi tentang perpindahan kalor yang mendasari pembuatan Lembar

Kegiatan Siswa (LKS). Di dalam treatment, sampel diminta untuk menjawab

pertanyaan-pertanyaan dan memecahkan masalah tentang materi perpindahan

kalor. Di dalam proses pemecahan masalah, siswa berdiskusi dalam

kelompok, dan melakukan percobaan untuk memahami konsep perpindahan

kalor, yaitu percobaan konduksi, konveksi, dan radiasi.

Instrument dibuat berdasarkan (1) teori prestasi belajar siswa dan materi

tentang perpindahan kalor yang mendasari pembuatan soal-soal pretest dan

posttest, (2) teori prestasi belajar dan teori perbedaan gender untuk

mengetahui apakah prestasi belajar siswa putra dan siswa putri berbeda.

Dalam menganalis dan menyimpulkan data, peneliti menyusunnya

berdasarkan teori tentang prestasi belajar siswa dan teori perbedaan gender

untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar antara siswa putra dan putri.

Teori prestasi belajar dan materi perpindahan kalor untuk mengetahui

(50)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif, dimana dalam penelitian

ini data dianalisis secara kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah suatu proses

menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat

menemukan keterangan mengenai apa yang ingin diketahui (Nasoetion,

1992:81-82).

Penelitian kuantitatif untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa

dan mengetahui perbedaan prestasi belajar antara siswa putra dan siswa putri

melalui data nilai siswa yang berupa angka dan dianalisis dengan

menggunakan statistik.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian : SMA Negeri 1 Ngemplak, Sleman, Yogyakarta.

(51)

C. Populasi dan Sampel

Populasi adalah seluruh himpunan atau seluruh individu yang

dimaksudkan untuk diselidiki. Populasi dalam penelitian ini adalah

siswa-siswi kelas X SMA Negeri 1 Ngemplak yang terdiri dari 3 kelas.

Sampel adalah himpunan sejumlah subyek yang merupakan bagian dari

populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMA Negeri 1

Ngemplak kelas X A dan X C sebanyak 67 orang.

D. Treatment

1. Sebelum Eksperimen

a. Pada tahap ini peneliti memberikan penjelasan tentang kegiatan yang

akan dilakukan dan memberitahukan kepada siswa tentang

pembagian kelompok.

b. Peneliti melaksanakan pretest dengan materi perpindahan kalor yang

diikuti oleh siswa. Soal pretest terdapat pada lampiran 3 halaman 72.

2. Tahap eksperimen

a. Peneliti menjelaskan langkah-langkah percobaan dan menerangkan

alat-alat yang akan digunakan dalam percobaan yang akan

dilaksanakan agar kegiatan berjalan lancar. Langkah-langkah

(52)

dalam melakukan eksperimen. Lembar kegiatan siswa terdapat pada

lampiran 4 halaman 73.

b. Setelah semua dijelaskan pada siswa, peneliti mengutarakan

permasalahan yang akan diteliti, sambil menunjukkan alat kepada

siswa.

c. Siswa diharapkan bisa merangkai alat percobaan bersama

kelompoknya.

d. Siswa diminta memecahkan permasalahan dengan menjawab

pertanyaan-pertanyaan yang telah diberikan. Pada tahap ini

kelompok menentukan sendiri proses yang akan dilakukan agar

permasalahan dapat terpecahkan.

e. Peneliti mengamati kegiatan siswa di dalam kelompok, membantu

dan membimbing siswa sehingga proses pembelajaran dapat berjalan

dengan lancar.

3. Setelah eksperimen

a. Pada tahap ini dilaksanakan diskusi. Perwakilan kelompok

mempresentasikan hasil percobaannya dan memberikan penjelasan.

Setelah diskusi dalam kelompok selesai, penjelasan yang diberikan

dibahas di kelas secara bersama-sama.

b. Peneliti melaksanakan posttest dengan materi perpindahan kalor yang

diikuti oleh siswa. Soal posttest terdapat pada lampiran 5 halaman

(53)

E. Instrument

Dalam penelitian ini instrument yang digunakan untuk mengumpulkan

data adalah test.

Pretest-Posttest

Pretest bertujuan untuk mengetahui pengetahuan awal siswa sebelum

mengikuti eksperimen. Posttest bertujuan untuk mengetahui sejauhmana

pemahaman siswa setelah mengikuti eksperimen. Pretest dan posttest

berupa soal-soal esai yang masing-masing terdiri dari 3 soal. Soal pretest

dan posttest dibuat berdasarkan indikator hasil belajar. Berikut ini

indikator hasil belajar sub pokok bahasan perpindahan kalor:

1. Membedakan peristiwa perpindahan kalor secara konduksi,

konveksi, dan radiasi.

2. Menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi perpindahan kalor

secara konduksi, konveksi, dan radiasi.

3. Memberikan contoh peristiwa konduksi, konveksi, dan radiasi dalam

kehidupan sehari-hari.

Untuk mengerjakan soal pretest, siswa diberikan waktu 30 menit dan

untuk mengerjakan soal posttest, siswa diberikan waktu 30 menit. Soal

(54)

Tabel 1 berikut ini adalah tabel distribusi soal-soal menurut sub

pokok bahasan perpindahan kalor dan aspek yang diukur untuk soal

pretest:

Tabel 1. Distribusi soal-soal menurut sub pokok bahasan

perpindahan kalor dan aspek yang diukur untuk soal Pretest

Indikator

ke-

Aspek yang

dicapai

No.

soal

Soal Pretest Skor

1 & 2 Ingatan 1 a. Tuliskan pengertian konduksi!

b. Sebutkan faktor-faktor yang

mempengaruhi laju kalor konduksi. 3

1 & 3 Ingatan 2 Tuliskan pengertian konveksi dan

sebutkan satu contoh peristiwa

konveksi dalam kehidupan

sehari-hari!

2

3 Pemahaman dan

penerapan

3 a. Mengapa pada saat Anda memakai

kaos berwarna hitam lebih terasa

panas dibandingkan dengan

memakai kaos berwarna putih?

b. Jelaskan secara singkat bagaimana

proses perpindahan kalor yang

dipancarkan sinar matahari sampai

ke bumi secara radiasi di dalam

ruang hampa!

(55)

Tabel 2 berikut ini adalah tabel distribusi soal-soal menurut sub

pokok bahasan perpindahan kalor dan aspek yang diukur untuk soal

posttest.

Tabel 2. Distribusi soal-soal menurut sub pokok bahasan

perpindahan kalor dan aspek yang diukur untuk soal Posttest

Indikator

ke-

Aspek yang

dicapai

No.

soal

Soal Posttest Skor

1 & 2 Ingatan 1 a. Tuliskan pengertian konduksi!

b. Sebutkan faktor-faktor yang

mempengaruhi laju kalor konduksi. 3

1 & 3 Ingatan 2 Tuliskan pengertian konveksi dan

sebutkan satu contoh peristiwa

konveksi dalam kehidupan

sehari-hari!

2

3 Pemahaman dan

penerapan

3 a. Mengapa pada saat Anda memakai

kaos berwarna hitam lebih terasa

panas dibandingkan dengan

memakai kaos berwarna putih?

b. Jelaskan secara singkat bagaimana

proses perpindahan kalor yang

dipancarkan sinar matahari sampai

ke bumi secara radiasi di dalam

ruang hampa!

(56)

Tabel 3 berikut adalah kriteria penskoran soal pretest dan posttest:

Tabel 3. Kriteria Penskoran pretest dan posttest

Nomor soal Jawaban Skor

a. Menjawab benar dan lengkap 3

b. Menjawab benar, tetapi kurang lengkap 2

c. Menjawab tetapi salah 1

1

d. Tidak menjawab 0

a. Menjawab benar dan lengkap 2

b. Menjawab benar, tetapi kurang lengkap 1

c. Menjawab tetapi salah 1/2 2

d. Tidak menjawab 0

a. Menjawab benar dan lengkap 5

b. Menjawab benar, tetapi kurang lengkap 3

c. Menjawab tetapi salah 1

3

d. Tidak menjawab 0

Tabel 4 berikut adalah tabel distribusi skor soal pretest dan posttest:

Tabel 4 : Distribusi skor soal pretest dan posttest

No

Soal

Pertanyaan Penjelasan Skor

1. a. Tuliskan pengertian

konduksi!

b. Sebutkan faktor-faktor

yang mempengaruhi

Pertanyaan ini mengukur aspek

ingatan, karena siswa harus bisa

menjelaskan pengertian konduksi

disertai faktor-faktor yang

(57)

laju kalor konduksi. Apabila dijawab dengan tepat dan

lengkap siswa memperoleh skor 3.

2. Tuliskan pengertian

konveksi dan sebutkan

satu contoh peristiwa

konveksi dalam

kehidupan sehari-hari!

Pertanyaan ini mengukur aspek

ingatan. Siswa hanya diminta untuk

menjelaskan pengertian perpindahan

kalor secara konveksi dan

menyebutkan 1 contoh peristiwa

konveksi dalam kehidupan sehari-hari.

Jawaban yang tepat dan bisa

memberikan 1 contoh, diberi skor 2.

2

3. a. Mengapa pada saat

Anda memakai kaos

berwarna hitam lebih

terasa panas

dibandingkan dengan

memakai kaos berwarna

putih?

b. Jelaskan secara singkat

bagaimana proses

perpindahan kalor yang

dipancarkan sinar

matahari sampai ke bumi

secara radiasi di dalam

ruang hampa!

Pertanyaan ini mengukur aspek

pemahaman dan penerapan. Perlu

pemahaman yang tepat tentang

pengertian dan konsep radiasi.

Selanjutnya konsep ini diterapkan

pada penerapan dalam kehidupan

sehari-hari. Siswa harus bisa

menjelaskan alasan memakai kaos

berwarna hitam lebih terasa panas

dibandingkan memakai kaos berwarna

putih, serta menjelaskan proses

perpindahan kalor yang dipancarkan

sinar matahari sampai ke bumi secara

radiasi di dalam ruang hampa. Apabila

dijawab dengan tepat dan lengkap

siswa memperoleh skor 5.

5

Jawaban pretest dan posttest secara lengkap dapat dilihat pada

(58)

F. Validitas

Suatu instrument dikatakan valid jika dapat mengungkapkan data dari

variabel yang diteliti secara tepat. Menurut Suparno (2007:68) sebuah

instrument dikatakan valid jika mampu mengukur atau menentukan apakah

suatu test sungguh mengukur apa yang mau diukur, apa sesuai tujuan. Suatu

instrument yang valid berarti sesuai tujuan. Sebaliknya, suatu instrument yang

tidak valid berarti tidak sesuai tujuan.

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi

(content validity). Sebuah instrument memiliki validitas isi apabila mengukur

apa isi dari instrument sungguh mengukur isi dari domain yang mau diukur.

Soal-soal pretest dan posttest dibuat berdasarkan pada

indikator-indikator dan kompetensi dasar yang akan dicapai pada sub pokok bahasan

perpindahan kalor. Lembar Kegiatan Siswa memuat langkah-langkah

percobaan untuk membantu siswa melakukan percobaan dan

pertanyaan-pertanyaan yang digunakan untuk mengetahui pemahaman siswa selama

mengikuti eksperimen dari mulai menghipotesis, merancang percobaan

(59)

G. Analisis Data

1. Untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa diketahui melalui hasil

pretest dan posttest yang dilaksanakan siswa. Jawaban siswa dalam

pretest dan posttest diperiksa dan diberi skor untuk setiap pertanyaan.

Setelah jawaban siswa diberi skor, kemudian skor yang diperoleh siswa

dimasukkan ke dalam tabel 5 berikut ini:

Tabel 5. Hasil analisis data skor siswa untuk pretest-posttest

Kode siswa Skor pretest

(XB1B)

Skor posttest

(XB2B)

D = pre-post DP

2

P

Jumlah

Kemudian data yang diperoleh, dianalisis dengan menggunakan

Test-T dependen (Suparno, 2002:59) dengan rumusan matematis berikut:

(

)

(

1

)

) ( 2 2 2 1 − ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡Σ Σ − N N N D D X X

TBdepen B=

Keterangan: X1 = skor rata-rata pretest

(60)

D = perbedaan antara skor tiap subjek (XB1B – XB2B)

N = jumlah pasangan skor

DBfB = N – 1

Kemudian nilai TBdepen Byang diperoleh dari hasil perhitungan,

nilainya dibandingkan dengan TBcritical Byang nilainya diketahui dari tabel

T-Test. Menggunakan tabel Two Tailed Test untuk memperoleh nilai

critikal dari t distribusi berdasarkan level significan 0.05.

Apabila maka dikatakan signifikan. Hal ini berarti

siswa mengalami peningkatan pemahaman dengan metode eksperimen.

Namun, apabila diperoleh nilai maka dikatakan tidak

signifikan. Hal ini berarti tidak terjadi peningkatan pemahaman dengan

metode eksperimen. crit

depen T

T

crit

depen T

T

2. Untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar antara siswa putra dan siswa

putri dianalisis dengan Test-T independen.

a. Mengetahui hasil pretest antara siswa putra dan siswa putri.

b. Mengetahui hasil posttest antara siswa putra dan siswa putri.

Untuk menganalisis tBobs Bdimana nB1B nB2B, maka untuk mencari tBobsB

(Suparno, 2002:56) menjadi:

(61)

Keterangan: X1 = mean 1

X2 = mean 2

N = jumlah pasang skor

DBfB = N – 2

Kemudian nilai TBobs Byang diperoleh dari hasil perhitungan, nilainya

dibandingkan dengan TBcritical Byang nilainya diketahui dari tabel T-Test.

Menggunakan tabel Two Tailed Test untuk memperoleh nilai critikal dari

t distribusi berdasarkan level significan 0.05.

Apabila maka dikatakan signifikan. Hal ini berarti

prestasi belajar siswa putri dengan prestasi belajar siswa putra berbeda.

Namun, apabila diperoleh nilai maka dikatakan tidak

signifikan. Hal ini berarti prestasi belajar siswa putri dengan prestasi

belajar siswa putra tidak berbeda.

(

)

(

)

(

)

(

)

+

+

+

=

2 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2 1

1

1

2

1

1

n

n

n

n

s

n

s

n

X

X

t

o T c Trit o

Tbs

cri

T

(62)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 1 Ngemplak, Sleman, Yogyakarta,

pada tanggal 16 Mei – 6 Juni 2008. Alasan peneliti memilih SMA tersebut

sebagai tempat penelitian karena peneliti pernah praktek mengajar di SMA

Negeri 1 Ngemplak, dan di sekolah tersebut jarang melakukan eksperimen.

Peneliti berharap dapat memberikan kontribusi bagi kemajuan pendidikan di

SMA Negeri 1 Ngemplak, Sleman.

Siswa-siswi kelas XA yang berjumlah 36 orang dan XC yang berjumlah

35 orang terpilih sebagai sampel dalam penelitian ini. Dipilih siswa-siswi kelas

XA dan XC sebagai sampel penelitian karena peneliti pernah mangajar di kelas

tersebut pada saat Program Pengalaman Lapangan (PPL). Untuk kelas XA, dari

36 siswa yang ada hanya 34 siswa dan XC dari 35 siswa yang ada hanya 33

siswa. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 36 siswa putri dan 31 siswa

putra sehingga jumlah sampel keseluruhan adalah 67 siswa. Kelas XA ada 1

orang siswi yang tidak masuk dan 1 orang siswi sedang rapat OSIS, kelas XC

ada 2 orang siswi yang tidak masuk, sehingga tidak mengikuti salah satu

(63)

Proses pengumpulan data dalam penelitian ini berlangsung dalam

tahap-tahap sebagai berikut: mula-mula seluruh sampel diberi pretest. Pretest terdiri

dari 3 pertanyaan yang memuat 1 materi, yaitu: perpindahan kalor. Siswa

mengikuti pretest dengan sungguh-sungguh dengan keadaan kelas yang tenang.

Gambar 5 menunjukkan saat siswa mengikuti pretest.

Gambar 5: Siswa mengerjakan pretest

Kemudian dilakukan eksperimen untuk 2 kelas. Pelaksanaan eksperimen

dilakukan sesuai dengan jadwal pelajaran kelas XA dan XC. Sebelum memulai

eksperimen, peneliti membagi sampel ke dalam kelompok. Peneliti membagi

sampel menjadi 7 kelompok sesuai nomor urut absen, dalam 1 kelompok ada 5

orang. Kelas XA, 5 kelompok beranggotakan 2 siswa dan 3 siswi, 2 kelompok

lagi beranggotakan 3 siswa dan 2 siswi. Kelas XC, 6 kelompok beranggotakan 2

siswa dan 3 siswi, 1 kelompok lagi beranggotakan 3 siswa dan 2 siswi.

Untuk membantu siswa dalam melakukan percobaan dan memecahkan

masalah, peneliti membagi LKS kepada setiap siswa. Sampel diminta untuk

(64)

peneliti menjelaskan langkah-langkah percobaan dan menjelaskan alat-alat yang

akan digunakan dalam percobaan (gambar 6).

Gambar 6: Peneliti menjelaskan langkah-langkah percobaan

Siswa melakukan percobaan dengan sungguh-sungguh dan sesuai dengan

panduan yang telah disediakan. Gambar di bawah ini menunjukkan saat siswa

melakukan percobaan konduksi (gambar 7), percobaan konveksi (gambar 8), dan

percobaan radiasi (gambar 9).

Gambar 7: Siswa melakukan percobaan konduksi

(65)

Gambar 9: Siswa melakukan percobaan radiasi

Setelah semua siswa melakukan percobaan dan memahami permasalahan

yang diberikan, para siswa diminta untuk memecahkan masalah dalam

kelompok. Setelah eksperimen selesai, pada pertemuan berikutnya melanjutkan

diskusi kelompok. Kelompok diminta untuk berdiskusi agar permasalahan yang

diberikan bisa terpecahkan.

Kelompok diminta untuk mengerjakan LKS yang dibagikan. Setiap

kelompok diminta untuk mengumpulkan hasil kerjanya di LKS. Dari LKS ini

peneliti bisa mengetahui proses berpikir kelompok untuk sementara. Gambar 10

menunjukkan saat siswa melakukan diskusi kelompok.

Gambar 10: Siswa berdiskusi dalam kelompok setelah melakukan

(66)

Peneliti mengamati kegiatan siswa di dalam kelompok, membantu dan

membimbing siswa sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar.

Gambar 11 menunjukkan saat peneliti mengamati kegiatan siswa.

Gambar 11: Peneliti mengamati kegiatan siswadanikut berdiskusi dengan

kelompok

Setelah diskusi semua kelompok selesai, ada perwakilan dari kelompok

untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. Setiap kelas ada 3

kelompok yang mempresentasikan hasil diskusinya, dimana kelompok yang

ditunjuk bertugas untuk mempresentasikan 1 hasil percobaan dan diskusinya

(misalnya kelompok 2 mempresentasikan kegiatan I). Gambar 12 menunjukkan

saat salah satu kelompok mempresentasikan hasil percobaan.

Gambar 12: Salah satu kelompok mempresentasikan hasil percobaan dan

(67)

Dari presentasi ini, diskusi dalam kelompok besar dimulai. Pada diskusi ini

peneliti bertugas sebagai moderator, agar proses diskusi dapat berjalan dengan

baik. Diskusi yang dilakukan adalah untuk memecahkan permasalahan dan

membahas konsep lain yang berhubungan dengan materi perpindahan kalor

secara bersama-sama.

Pada pertemuan berikutnya, seluruh sampel diberi posttest. Posttest

dilaksanakan setelah siswa mengikuti percobaan. Soal Posttest terdiri dari 3

pertanyaan yang memuat 1 materi, yaitu: perpindahan kalor. Gambar 13

menunjukkan saat siswa mengikuti posttest.

Gambar 13: Siswa mengerjakan posttest

B. Hasil Pangamatan Kegiatan Siswa Selama Melakukan Percobaan

Sebelum mengamati, peneliti meminta agar siswa duduk dalam

kelompoknya masing-masing. Kemudian peneliti membagikan LKS kepada

masing-masing siswa. Sebelum kegiatan dimulai, peneliti mengajak siswa untuk

(68)

dan alat-alat yang akan digunakan. Semua kelompok bisa melakukan percobaan.

Setelah percobaan selesai, masing-masing kelompok diminta untuk berdiskusi.

Selama melakukan percobaan, ada beberapa masalah diantaranya:

1. Ada 1 kelompok yang kurang paham bagaimana merangkai alatnya,

sehingga peneliti membantu supaya kelompok segera bisa mencobanya.

2. Pada percobaan konduksi, ada 2 kelompok terutama yang siswa

perempuan, takut untuk memegang kawat yang dipanaskan. Mereka

menyuruh siswa laki-laki yang mencobanya. Siswa perempuan lebih

memilih untuk menghitung waktunya dan mencatat hasil percobaan.

3. Pada percobaan konveksi, ada 1 siswa yang mengajukan pertanyaan, yaitu

bagaimana cara melepas kertas penyekatnya supaya air tidak tumpah? Ada

1 kelompok yang kurang hati-hati sehingga air di dalam botol bisa tumpah.

Peneliti dan beberapa siswa membantu membersihkan supaya kelompok

segera bisa mencobanya kembali.

4. Pada saat percobaan radiasi, ada beberapa siswa yang tampak

bermalas-malasan, dan berbicara dengan teman sebelahnya.

5. Sebagian besar siswa mengikuti diskusi dengan baik dan ikut aktif dalam

kelompoknya, meskipun terkadang siswa juga bercanda di tengah-tengah

(69)

Dari hasil pengamatan, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa

aktif dan melakukannya dengan sungguh-sungguh selama mengikuti

pembelajaran dengan metode eksperimen. Masih ada sedikit siswa yang tampak

bermalas-malasan dan berbicara dengan teman sebelahnya. Hal itu hanya

berlangsung sebentar saja, setelah itu siswa mengikuti percobaan kembali dengan

sungguh-sungguh.

C. Hasil Perhitungan Skor

1. Untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa diketahui melalui hasil

pretest dan posttest dianalisis dengan Test-T dependen. Tabel 6

menunjukkan data hasil pretest dan posttest siswa, yaitu sebagai berikut:

Tabel 6. Hasil analisis skor pretest dan posttest dengan Uji Test-T dependen

Kode

Siswa Skor Pretest (XB1B) Skor Posttest (XB2B)

D = (XB1 B- XB2B) DP

2

P

1 6,5 8,5 -2 4

2 5 7 -2 4

3 8,5 9 -0,5 0,25

4 6 9 -3 9

5 4,5 9 -4,5 20,25

6 7 9 -2 4

7 5 9 -4 16

8 6,5 8

Gambar

Tabel T-Test......................................................................
Gambar 1. Partikel-partikel pada ujung yang dipanasi bergetar lebih cepat daripada
Gambar 3 . Laju konduksi kalor Q/t  yang melalui dinding = kA .∆T/d
Gambar 4.  Konveksi alami dalam zat cair
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian bank syariah dapat menjalankan kegiatannya tanpa terganggu dengan kenaikan tingkat suku bunga yang terjadi, sehingga perbankan syariah mampu menyediakan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keputusan masyarakat yang tinggal di luar kota untuk melakukan migrasi sirkuler di Kota Medan

Periksa semua cek di dalam cutoff bank statement mengenai kemunkinan hilangnya cek yang tercantum sebagai cek yang beredar pada tanggal neraca 4.. Pengujian

Penerangan Tunjuk cara Perisian Perakaunan Aplikasi TMK Bahan maujud: (Contoh Penyata Pendapatan & Kunci Kira-kira)... Bidang Pembelajaran

masyarakat secara aktif dalam proses pemecahan masalah Pengendalian Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular FR PTM yang dihadapi untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dan

Alat yang digunakan adalah Beam Balance Scale ( tidak dianjurkan memakai tibangan kamar mandi ).. Pengukuran tinggi badan dapat menggunakan alat pengukur tinggi badan dengan

Sistem refrigerasi yang direncanakan adalah kompresi uap (vapor Compresion refrigerant sistem), dimana pada sistem ini aliran refrigerant menyerap panas dari ruang pendingin melalui

[r]