BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Depresi
1. Definisi Depresi
Depresi merupakan perasaan hilangnya energi dan minat serta
timbulnya keinginan untuk mengakhiri hidup. Depresi biasanya
disertai perubahan tingkat aktivitas, pembicaraan, fungsi vegetatif, dan
kemampuan kognitif. Gejala-gejala depresi yang muncul sering sekali
menyebabkan gangguan fungsi interpersonal, sosial, dan pekerjaan.10
2. Epidemiologi Depresi
Gangguan depresi dapat terjadi pada seluruh kalangan usia,
biasanya dimulai sejak usia 20 sampai 50 tahun. Onset di bawah 20
tahun dapat disebabkan karena penyalahgunaan zat. Terdapat
perbedaan prevalensi antara laki-laki dan perempuan pada depresi
seumur hidup, yaitu 7-12% pada laki-laki dan 20-25% pada
perempuan. Hal yang paling memungkinkan menyebabkan perbedaan
ini adalah faktor biologis dan psikologis.8,11 Prevalensi terjadinya
depresi seumur hidup adalah 17,1%, dan untuk depresi berat adalah
16,6%. Dari persentase ini diketahui perempuan dua kali berisiko
terkena depresi dibandingkan laki-laki.12 Penelitian yang dilakukan
tanpa melihat pengaruh tempat dan budaya menunjukkan hasil yang
sama, yaitu perempuan berisiko dua kali lebih besar menderita
depresi.13 Depresi berat biasanya lebih sering terjadi pada seseorang
yang belum memiliki kedekatan hubungan antarpersonal atau
seseorang yang mengalami kehilangan.
Sepertiga pasien depresi hanya mengalami depresi ringan, tetapi
prevalensi kasus depresi sedang dan berat cukup tinggi, yaitu 14%
bahwa depresi merupakan gangguan jiwa kedua yang paling sering
terjadi di masyarakat. Bahkan 14% dari pasien di rumah sakit yang
dirawat karena berbagai macam masalah kesehatan juga menderita
gangguan depresi.12
3. Etiologi Depresi
Depresi dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang saling
mempengaruhi satu sama lain, yaitu :
a. Faktor Organobiologik
Norepinefrin, dopamin, dan serotonin adalah
neurotransmitter yang berpengaruh terhadap kejadian depresi.
Pasien depresi mengalami penurunan sekresi norepinefrin akibat
aktifnya suatu reseptor b2-presinaptik. Penurunan aktivitas
dopamin pada pasien depresi disebabkan karena disfungsi jalur
dopamin mesolimbik dan hipoaktif reseptor dopamin D1.
Serotonin juga mengalami penurunan jumlah terutama di celah
sinap, hal ini yang menyebabkan gangguan pada kontrol regulasi
afek, agresi, tidur, dan nafsu makan.8
b. Faktor Genetik
Pengaruh genetik terhadap depresi melalui mekanisme
kompleks karena sangat dipengaruhi oleh faktor psikososial dan
faktor lain sebagai kausanya. Kemungkinan menderita depresi akan
menurun jika derajat hubungan keluarga melebar. Sebagai contoh,
sepupu lebih kecil kemungkinannya untuk menderita depresi
dibandingkan dengan saudara kandung.8
c. Faktor Psikososial
Faktor psikososial dapat dikatakan sebagai penyebab awal
gangguan depresi. Depresi dan gangguan mood biasanya
disebabkan oleh peristiwa kehidupan yang menyebabkan stres.
Stres dapat menyebabkan perubahan biologi otak yang dapat
bertahan lama. Kondisi ini dapat mengakibatkan perubahan
dan penurunan kontak sinaptik secara signifikan yang nantinya
dapat menyebabkan pasien mengalami depresi tanpa adanya stresor
eksternal di waktu yang akan datang.8 Hubungan yang efektif
antara seorang individu dengan lingkungannya akan mengurangi
risiko kekambuhan depresi.13
d. Faktor Kepribadian
Semua pola kepribadian memiliki risiko untuk terkena
depresi, namun kepribadian obsesi kompulsi, histrionik, dan
ambang lebih berisiko terkena depresi diabandingkan dengan
kepribadian paranoid dan antisosial. Sedangkan gangguan
kepribadian yang paling berisiko terkena depresi berat adalah
distimik dan siklotimik.8
e. Faktor Psikodinamik
Depresi dapat terjadi jika seseorang merasa bahwa dirinya
tidak mampu menggapai cita-citanya yang tinggi. Timbulnya
depresi juga dapat dijelaskan dengan teori self-psychology, diamana seseorang pada masa kanak-kanak membutuhkan
pemberian rasa aman dan kepercayaan diri dari orang tuanya, dan
jika hal ini tidak terpenuhi akan menyebabkan timbulnya depresi
pada masa dewasa. Biasanya hal ini terjadi jika seseorang
kehilangan orang tua sebelum usia 11 tahun.8
4. Gambaran Klinis Depresi
Mood depresi, hilangnya minat, dan menurunnya energi merupakan gejala utama pada pasien depresi. Trias kognitif pada
pasien depresi yang dijelaskan oleh Aaron Beck mencakup persepsi
negatif pada diri sendiri, menganggap dunia dan lingkungan sekitar
memusuhi dirinya, dan bayangan tentang penderitaan di masa depan.
Persepsi dan perasaan ini dapat menyebabkan timbulnya ide-ide untuk
melakukan bunuh diri. Dua pertiga pasien depresi diketahui memiliki
ide untuk melakukan bunuh diri dan 10-15% dari mereka benar-benar
Dari semua gejala yang mungkin terjadi, kecemasan merupakan
gejala yang paling sering menyerang pasien depresi. Tidak kurang dari
90% pasien depresi mengalami kecemasan. Beberapa pasien depresi
tidak dapat menyadari bahwa mereka mengalami depresi, hal ini
disebabkan karena mereka tidak mengalami gangguan mood. Gejala yang timbul pada pasien jenis ini biasanya berupa penarikan diri dari
lingkungan dan penurunan energi. Penurunan energi merupakan
masalah yang umum ditemui pada depresi. Hampi seluruh pasien
depresi mengeluhkan adanya penurunan energi.8
Masalah-masalah yang dihadapi oleh pasien depresi dapat
membuat mereka mengalami gangguan pada tidur. Gangguan tidur
dapat ditemui pada 80% pasien depresi. Selain gangguan tidur, pasien
depresi juga sering mengalami gangguan nafsu makan. Gangguan ini
dapat berupa peningkatan maupun penurunan nafsu makan.
Kombinasi dari gangguan tidur dan gangguan makan dapat berisiko
menyebabkan penyakit lain seperti diabetes, hipertensi, gangguan
haid, dan lain-lain.8
5. Diagnosis Depresi
Gambaran klinis depresi dapat dikategorikan menjadi gejala utama,
gejala lainnya, dan gejala somatik. Berikut merupakan penjabaran
gambaran klinis depresi berdasarkan Pedoman Penggolongan dan
Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III.14
a. Gejala utama
- Afek depresif.
- Kehilangan minat dan kegembiraan.
- Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan
mudah lelah dan menurunnya aktivitas.
b. Gejala lainnya
- Konsentrasi dan perhatian berkurang.
- Harga diri dan kepercayaan diri berkurang.
- Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis.
- Gagasan atau perbuatan membahayakan diri sendiri atau
bunuh diri.
- Tidur terganggu.
- Nafsu makan berkurang.
c. Gejala somatik
- Kehilangan minat atau kesenangan pada kegiatan yang
biasanya dapat dinikmati.
- Tiadanya reaksi emosional terhadap lingkungan atau
peristiwa yang biasanya menyenangkan.
- Bangun pagi leboh awal 2 jam atau lebih daripada biasanya.
- Depresi yang lebih parah pada pagi hari.
- Bukti objektif dari retardasi atau agitasi psikomotor yang
nyata.
- Kehilangan nafsu makan secara mencolok.
- Penurunan berat badan (5% atau lebih dari berat badan
bulan sebelumnya)
- Kehilangan libido secara mencolok.
Gejala - gejala depresi bermanfaat pada penegakan diagnosis.
Berikut adalah tata cara penegakan diagnosis berdasarkan Pedoman
Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III.14
a. Episode depresif ringan (F32.0)
- Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama
depresi.
- Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya.
- Tidak boleh ada gejala yang berat di antaranya.
- Lamanya episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar
2 minggu.
- Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan
- Dikategorikan sebagai episode depresi ringan dengan gejala
somatik jika terdapat empat atau lebih gejala somatik.
b. Episode depresif sedang (F32.1)
- Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama
depresi.
- Ditambah sekurang-kurangnya 3 (dan sebaiknya 4) dari
gejala lainnya.
- Lamanya seluruh episode berlangsung minimum sekitar 2
minggu.
- Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan
sosial, pekerjaan, dan urusan rumah tangga.
- Dikategorikan sebagai episode depresi sedang dengan
gejala somatik jika terdapat empat atau lebih gejala
somatik.
c. Episode depresif berat tanpa gejala psikotik. (F32.2)
- Semua 3 gejala utama depresi harus ada.
- Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya, dan
beberapa di antaranya harus berintensitas berat.
- Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi
psikomotor) yang mencolok, maka pasien mungkin tidak
mau atau tidak mampu untuk melaporkan banyak gejalanya
secara rinci.
- Episode deprsif biasanya harus berlangsung
sekurang-kurangnya 2 minggu, akan tetapi bila gejala amat berat dan
beronset sangat cepat, maka masih dibenarkan untuk
menegakkan diagnosis dalam kurun waktu kurang dari 2
minggu.
- Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan
kegiatan sosial, pekerjaan atau urusan rumah tangga,
d. Episode depresif berat dengan gejala psikotik. (F32.3)
- Episode depresif berat yang memenuhi kriteria menurut
F32.2 tersebut di atas.
- Disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Waham
biasanya melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan, atau
malapetaka yang mengancam, dan pasien merasa
bertanggungjawab akan hal itu. Halusinasi auditorik atau
olfaktorik biasanya berupa suara yang menghina atau
menuduh, atau bau kotoran atau daging membusuk.
Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor.
- Jika diperlukan, waham atau halusinasi dapat ditentukan
sebagai serasi atau tidak serasi dengan afek ( mood-congruent).
6. Penanganan Depresi
Pasien depresi biasanya datang dengan keluhan lain atau setelah
menjalani skrining depresi. Penanganan dilakukan untuk mencegah
terjadinya penelantaran diri dan risiko bunuh diri. Rujukan psikiatri
perlu dilakukan jika telah terjadi depresi berat ataupun risiko bunuh
diri. Meskipun efek terapinya sering gagal akibat kurangnya
kepatuhan, selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI) masih menjadi terapi yang paling sering diresepkan. Jika depresi telah
disertai gejala psikosis, electroconvulsive therapy (ECT) bisa menjadi terapi yang efektif. Pada kondisi nonpsikotik, terutama depresi ringan,
cognitive behavioural therapy (CBT) disarankan sebagai pilihan utama. Terapi CBT juga dapat dijadikan sebagai terapi profilaksis.15
Latihan fisik yang dikombinasikan dengan CBT dapat dengan efektif
B. Olahraga bulutangkis 1. Definisi Bulutangkis
Bulutangkis adalah cabang olahraga yang dimainkan oleh dua
atau empat orang dengan cara memukulshuttlecockmelewati net.16 2. Kuantitas Latihan Olahraga Bulutangkis
Kuantitas olahraga aerobik dapat diketahui kecukupannya
dengan cara mengukur frekuensi, intensitas, dan durasi latihan.17
Frekuensi adalah jumlah sesi olahraga per minggu. Frekuensi
olahraga 3-5 kali seminggu dapat dikatakan sebagai latihan yang
cukup dan teratur.20
Durasi olahraga adalah lama latihan olahraga per hari dan biasa
dihitung dengan satuan menit. Durasi olahraga dikategorikan cukup
bila latihan dilakukan selama 20–60 menit per hari. Sebaiknya durasi
olahraga dinaikkan secara berkala sampai angka cukup agar tubuh
dapat beradaptasi dengan baik.17
Intensitas olahraga adalah seberapa berat kita berolahraga.
Intensitas biasanya dipakai untuk mengukur tingkat keberhasilan pada
olahraga aerobik. Semakin tinggi intensitas olahraga, semakin tinggi
pula tingkat kebugaran yang kita peroleh dari olahraga tersebut.
Tingkat intensitas olahraga biasanya dibagi menjadi intensitas cukup
dan intensitas kuat. Intensitas cukup adalah ketika jumlah tekanan
nadi saat berolahraga 60% - 70% dari tekanan nadi maksimum.
Sedangkan intensitas kuat adalah ketika jumlah tekanan nadi saat
berolahraga 70% - 80% dari tekanan nadi maksimum. Maka dapat
ditarik kesimpulan jika tekanan nadi saat berolahraga kurang dari 60%
tekanan nadi maksimum, intensitasnya adalah kurang.21
Bulutangkis adalah salah satu jenis olahraga aerobik.18 Hal ini
menyebabkan pengukuran kuantitas latihan olahraga bulutangkis
dapat menggunakan guideline kuantitas latihan olahraga aerobik.19 Terdapat sedikit kekhususan dalam mengukur kuantitas latihan
menggunakan tekanan nadi, tetapi dapat diasumsikan sebagai
intensitas cukup (moderate) jika dilakukan dengan durasi yang cukup pula.22
Terdapat sedikit perbedaan antara guideline di atas dengan
guideline yang dipakai di klub bulutangkis dimana penelitian ini akan dilaksanakan, tepatnya di Klub Bulutangkis Universitas Negeri
Semarang (UNNES). Klub ini memadatkan frekuensi latihan menjadi
dua kali dalam seminggu dengan durasi selama minimal dua jam. Hal
ini dilakukan karena mempertimbangkan status mahasiswa para
pemain yang berlatih di klub ini. Hasil suatu penelitian pada atlet
mahasiswa menjelaskan bahwa overtraining justru dapat memicu terjadinya depresi.23Guidelineini akan digunakan pada penelitian ini, sedangkan guideline yang bersumber dari Depkes akan dijadikan sebagai bahan diskusi di akhir penelitian.
3. Maanfaat Olahraga Bulutangkis
Berlatih bulutangkis secara teratur dipercaya mampu mencegah
terjadinya penyakit-penyakit tidak menular, salah satunya adalah
depresi. Mekanisme pencegahan depresi dengan berlatih bulutangkis
dapat dijelaskan melalui dua cara, yaitu dengan cara memperbaiki
kualitas sistem kardiovaskuler dan membentuk karakter pada jiwa
pemainnya.20,24,25,26,27
Sebagaimana olahraga pada umumnya, berlatih bulutangkis
mampu memperbaiki kualitas sistem kardiovaskuler. Olahraga secara
teratur dapat menjaga sistem peredaran darah agar tetap sehat.
Beberapa manfaat olahraga terhadap kesehatan kardiovaskuler antara
lain, mencegah kekakuan pembuluh darah, meningkatkan
angiogenesis pada myokardium, dan meningkatkan fungsi
endothel.24,25
Manfaat olahraga terhadap kardiovaskuler ini dapat
meningkatkan suplai darah ke organ-organ target agar bekerja lebih
aliran darah ke otak akibat olahraga dapat menyebabkan peningkatan
aktivitas neuron dan neurotransmitter yang dapat mencegah terjadinya
depresi.24,26
Karakter dapat dibentuk dengan berlatih bulutangkis secara
teratur. Karakater yang dapat dibentuk dengan berlatih bulutangkis
secara teratur antara lain sportivitas, kesadaran diri, dan kemampuan
untuk menghadapi masalah-masalah yang ada. Hal-hal ini yang dapat
berguna dalam mengatasi stress di kehidupan sehari-hari sehingga
dapat meraih kesuksesan dan mencegah depresi.20,27 Jika seseorang
tidak memiliki harapan untuk meraih sukses maka keadaan ini dapat
C. Kerangka Teori
Faktor Psikodinamik Faktor
Kepribadian Faktor
Psikososial Faktor
Genetik Faktor
Organobiologik
Etiologi Depresi
DEPRESI
Pencegahan Depresi
Membentuk Karakter Memperbaiki
Kardiovaskuler
Manfaat Olahraga Bulutangkis
Durasi Frekuensi
Pengukuran Kuantitas Latiahan Olahraga
D. Kerangka Konsep
E. Hipotesis
a. H0: Tidak ada hubungan antara kuantitas latihan olahraga
bulutangkis dan tingkat depresi pada usia dewasa.
b. H1: Ada hubungan antara kuantitas latihan olahraga bulutangkis
dan tingkat depresi pada usia dewasa. Depresi Kuantitas