• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian adalah analitik dengan pendekatan cross sectional dimana

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian adalah analitik dengan pendekatan cross sectional dimana"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah analitik dengan pendekatan cross sectional dimana

seluruh variabel dalam penelitian diukur dua kali pada saat yang sama dengan

tujuan untuk menganalisis hubungan paparan karbon monoksida dengan tekanan

darah.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian berada di empat bengkel sepeda motor yang terdiri dari

dua bengkel sepeda motorYamaha dan dua bengkel sepeda motor Honda di

daerah Medan Marelan. Alasan pemilihan lokasi penelitian dikarenakan belum

pernah ada penelitian mengenai hubungan paparan karbon monoksida dengan

tekanan darah pada pekerja bengkel sepeda motor Yamaha dan Honda di daerah

Medan Marelan.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai Mei 2017.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Menurut Imron, dkk (2009) populasi atau disebut juga dengan istilah

Universe atau universun atau keseluruhan, adalah sekelompok individu atau objek

(2)

yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari empat bengkel resmi Yamaha

dan Honda yang berjumlah 33 orang.

3.3.2. Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan total sampling.

Seluruh anggota populasi dari keempet bengkel sepeda motor berjumlah 33 orang

digunakan sebagai sampel penelitian, yang terdiri dari : untuk pekerja bengkel

Yamaha yang pertama berjumlah 12 orang, pada bengkel sepeda motor Yamaha

yang kedua berjumlah 6 orang, dan untuk pekerja bengkel sepeda motor Honda

pertama berjumlah 8 orang, dan bengkel Honda yang kedua berjumlah 7 orang

pekerja di bagian servis spare partdi daerah Medan Marelan. Sampel ini telah

memenuhi kriteria beberapa kriteria, diantaranya :

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi dalah karakteristik umum objek penelitian dari suatu

populasi, suatu target dan terjangkau akan ditelliti. Adapun kriteria inklusi sampel

yang akan diteliti adalah :

1) Pekerja berusia >20 tahun

2) Pekerja telah bekerja selama ≥1 tahun

b. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah keadaan yang menyebabkan subjek memenuhi

kriteria inklusi namun tidak dapat diikutsertakan dalam penelitian. Adapun

kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :

1) Pekerja tidak bersedia untuk dijadikan sebagai sampel penelitian

(3)

27

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari hasil pengamatan

langsung, pengukuran karbon monoksida dilakukan dengan CO Meter dan

pengukuran tekanan darah dilakukan dengan tensi meter.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dati bengkel resmi Honda dan Yamahamengenai

gambaran umum perusahaan.

3.5. Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1. Variabel

Variabel dalam penelitian ini dapat diklasifikasikan menjadi :

1. Variabel Independen

Variabel independen (bebas) dalam penelitian ini adalah paparan karbon

monoksida yang terukur dalam lingkungan kerja yaitu bengkel sepeda motor. Gas

karbon monoksida yang dihasilkan berasal dari asap pembuangan sepeda motor

yang sedang di servis dan dapat menimbulkan gangguan pada kesehatan tenaga

kerja. Alat ukur yang digunakan adalah CO Meter.

2. Variabel Dependen

Variabel dependen (terikat) dalam penelitian ini adalah tekanan darah pada

pekerja mekanik di bengkel. Pengukuran tekanan darah yang diukur merupakan

tekanan darah sistolik dan tekanan diastolik. Alat ukur yang digunakan adalah

(4)

3.5.2. Definisi Operasional 1. Karbon monoksia (CO)

Karbon monoksida adalah gas yang tidak berbau, tidak berwarna , tidak

berasa, dan merupakan 6% atau lebih dari seluruh gas buangan kendaraan

bermotor. Paparan karbon monoksida adalah keadaan bahwa seorang

tenaga kerja dalam pekerjaannya menghadapi gas karbon monoksida yang

mungkin berpengaruh kepada tingkat kesehatan dan keselamatannya.

Paparan karbon monoksida (CO) diukur dengan mengguanakan :

Alat Ukur : CO Meter

Satuan ; ppm

Skala : nominal

2. Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh darah dari sirkulasi

atau sistem vaskuler terhadap dinding pembuluh darah. Takanan darah

merupakan tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik pekerja

servis mekanik di bengkel Yamaha dan Honda. Untuk mengetahui tekanan

darah tenaga kerjanya yaitu melalui pengukuran langsung yang dilakukan

oleh para medis dengan menggunakan :

Alat ukur : tensi meter Digital LOTUS

Satuan : mmHg

Skala : nominal

3. Umur adalah waktu yang dihitung berdasarkan tahun kelahiran, hingga

saat penelitian dilakukan dalam tahun. Data yang diperoleh dengan cara

(5)

29

4. Masa Kerja adalah terhitung lama pekerja melakukan proses kerja dalam

satuan tahun.

5. Riwayat Penyakit adalah catatan penyakit yang pernah diderita dalam

waktu yang lalu dapat bersifat akut maupun kronik.

3.6. Metode Pengukuran 3.6.1. Karbon Monoksida (CO)

Sampling kualitas udara dilihat dari lokasi pemantauannya terbagi dalam

dua kategori yaitu sampling udara emisi dan udara ambien. Sampling udara emisi

adalah teknik sampling udara pada sumbernya, seperti cerobong pabrik dan

saluran knalpot kendaraan bermotor. Sampling kualitas udara ambien adalah

sampling kualitas udara pada media penerima polutan udara/emisi udara.

Untuk udara ambien, teknik pengambilan sampel udara ambien ini

terbagi dalam dua macam, yaitu pemantauan kualitas udara secara aktif

(konvensional) dan secara pasif. Dari sisi parameter yang akan diukur,

pemantauan kualitas udara terdiri dari pemantauan gas-gas berbahaya dan

partikulat/debu. Untuk menetapkan kadar gas-gas berbahaya secara konvensional,

digunakan alat yang disebut air sampler CO Meter. Pada waktu pengukuran alat

tersebut ditempatkan sekitar sumber karbon monoksida dimana pekerja

melakukan pekerjaannya, alat CO Meter ini dioperasikan oleh teknisi dari Balai

(6)

Kriteria Penentuan Lokasi Uji Karbon Monoksida

Dalam penentuan lokasi pengambilan contoh uji, yang perlu diperhatikan

adalah bahwa data yang diperoleh harus dapat mewakili daerah yang sedang

dipantau, yang telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan.

Titik pemantauan kualitas udara ambien ditetapkan dengan mempertimbangkan :

a. Faktor meteorologi (arah dan kecepatan angin),

b. Faktor geografi seperti topografi, dan tata guna lahan.

Kriteria berikut ini dapat dipakai dalam penentuan suatu lokasi

pemantauan kualitas udara ambien:

1. Area dengan konsentrasi pencemar tinggi. Daerah yang didahulukan untuk

dipantau hendaknya daerah-daerah dengan konsentrasi pencemar yang

tinggi. Satu atau lebih stasiun pemantau mungkin dibutuhkan di sekitar

daerah yang emisinya besar.

2. Area dengan kepadatan penduduk tinggi. Daerah-daerah dengan kepadatan

penduduk yang tinggi, terutama ketika terjadi pencemaran yang berat.

3. Di daerah sekitar lokasi penelitian yang diperuntukkan untuk kawasan

studi maka stasiun pengambil contoh uji perlu ditempatkan di sekeliling

daerah/kawasan.

4. Di daerah proyeksi. Untuk menentukan efek akibat perkembangan

mendatang dilingkungannya, stasiun perlu juga ditempatkan di

(7)

31

5. Mewakili seluruh wilayah studi. Informasi kualitas udara di seluruh

wilayah studi harus diperoleh agar kualitas udara diseluruh wilayah dapat

dipantau (dievaluasi).

Beberapa petunjuk yang dapat digunakan dalam pemilihan titik pengambilan

contoh uji adalah:

1. Hindari tempat yang dapat merubah konsentrasi akibat adanya absorpsi,

atau adsorpsi (seperti dekat dengan gedung-gedung atau pohon-pohonan).

2. Hindari tempat dimana pengganggu kimia terhadap bahan pencemar yang

akan diukur dapat terjadi: emisi dari kendaraan bermotor yang dapat

mengotori pada saat mengukur ozon, amoniak dari pabrik refrigerant yang

dapat mengotori pada saat mengukur gas-gas asam.

3. Hindari tempat dimana pengganggu fisika dapat menghasilkan suatu hasil

yang mengganggu pada saat mengukur debu (partikulat matter) tidak

boleh dekat dengan incinerator baik domestik maupun komersial,

gangguan listrik terhadap peralatan pengambil contoh uji dari jaringan

listrik tegangan tinggi

4. Letakkan peralatan di daerah dengan gedung/bangunan yang rendah dan

saling berjauhan.

5. Apabila pemantauan bersifat kontinyu, maka pemilihan lokasi harus

mempertimbangkan perubahan kondisi peruntukan pada masa datang.

Pengukuran dilakukan empat titik pada setiap bengkel yaitu pada sekitar

area yang sedang digunakan untuk penanganan servis sepeda motor. Waktu

(8)

kerja. Adapun kategori untuk paparan karbon monoksida adalah tidak melebihi

nilai ambang batas yaitu 25 ppm (PER.13/MEN/X/2011). Adapun kategori untuk

paparan karbon monoksida adalah :

1. Tempat kerja yang melebihi kadar CO apabila pengukuran kadar CO

melebihi 25 ppm.

2. Tempat kerja yang tidak melebihi kadar CO apabila pengukuran kadar

CO tidak melebihi 25 ppm.

2.6.2. Tekanan Darah

Pengukuran dilakukan dengan menggunakan tensi meter digital merk

LOTUS dengan satuan mmHg yang diukur oleh para medis. Dimana tekanan

darah optimal orang dewasa menurut WHO-ISH 1999 adalah 120/80 mmHg.

Pengukuran tekanan darah pada pekerja dilakukan dua kali pengukuran yaitu

sebelum bekerja dan sesudah bekerj, yaitu pada pukul 07.30 WIB dan pukul 17.30

WIB.

(9)

33

Adapun cara pengukurannya adalah cara pengukurannya adalah :

1. Pasang manset perekat pada lengan

2. Tekan tombol power

3. Tunggu hingga angka pada monitor stabil

4. Catat hasil pengukuran tekanan darah tersebut.

Adapun kategori untuk tekanan darah adalah :

1. Tekanan darah normal yaitu 120 untuk sistolik dan 80 untuk diastolik, atau

tekanan darah sebelum pekerja melakukan pekerjaannya.

2. Tekanan darah meningkat yaitu apabila tekanan darah melebihi dari

tekanan awal pengukuran sebelum bekerja (>120/80).

Adapun kategori untuk tekanan darah adalah :

1. Tekanan darah normal yaitu 120/80 mmHg atau tekanan darah sebelum

pekerja melakukan pekerjaannya.

2. Tekanan darah meningkat yaitu jika tekanan darah pekerja setelah bekerja

melebihi tekanan darah sebelum pekerja melakukan pekerjaannya.

3.7. Metode Analisis Data

Data yang diperoleh diolah melalui proses editing dan coding dengan

bantuan computer menggunakan program pengolahan data statistik sebagai

(10)

1. Analisis univariat, yaitu analisis yang menggambarkan secara tunggal

variabel-variabel independen dan dependen dalam bentuk distribusi

frekuensi.

2. Analisis bivariat, yaitu analisis lanjutan untuk melihat hubungan antara

variabel independen (karbon monoksida) dan variabel dependen (tekanan

darah) menggunakan uji Chi Square dengan membandingkan nilai asebsar

0,05 pada taraf kepercayaan 95%. Jika p value < 0,05, artinya ada

hubungan yang bermakna antara variabel indpenden (karbon monoksida)

dengan variabel dependen (tekanan darah). Jika p value > 0,05 artinya

tidak ada hubungan yang bermakna antara variabel independen (karbon

monoksida) dengan variabel dependen (tekanan darah). Uji ini dilakukan

(11)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

PT. Astra Honda Motor merupakan sinergi antara keunggulan teknologi dan

jaringan pemasaran di Indonesia, yang merupakan jasa penjualan, perawatan,

perbaikan dan penyediaan suku cadang Honda yang manajemennya ditangani oleh

PT. Astra International Tbk salah satunya adalah CV. Garuda Jaya Motor (GJM)

Marelan. Sebagai perusahaan yang bergerak dalam bidang penjualan, perawatan,

perbaikan dan penyediaan suku cadang kendaraan bermotor, CV. Garuda Jaya

Motor sudah termasuk salah satu bengkel yang cukup maju karena saat ini dalam

satu wilayah Marelan naungan dari PT. Astra Honda Motor ini telah membuka

cabang lebih dari satu, yaitu di Jalan Marelan Raya Pasar II No.31 dan Jalan Raya

Marelan Pasar VII, Medan Marelan. Dalam menjalankan aktivitas perusahaan,

CV. Garuda Jaya Motor Marelan memiliki beberapa karyawan yang terdiri dari

tingkat pendidikan yang bersedia untuk memenuhi kebutuhan perusahaan

terhadap tenaga kerja, CV. Garuda Jaya Motor ini memiliki seorang kepala

Mekanik yang bertanggung jawab atas aktivitas service sepeda motor Honda.

Tugas dan tanggung jawab Kepala Mekanik Bengkel Honda CV. Garuda Jaya

Motor:

1. Bertugas bertanggung jawab terhadap perbaikan kenadaraan bermotor

(12)

2. Menandatangani surat perintah kerja sebelum menyerahkan ke service

costumer sebagai bukti bahwa mekanik telah melakukan perbaikan sepeda motor konsumen.

PT. Alfa Scorpi juga merupakan jaringan penjualan, perawatan, perbaikan

dan penyediaan suku cadang yang menejemennya menangani penuh untuk merk

Yamaha. Sama halnya dengan Honda, Yamaha juga salah satu brand ternama

untuk bagian terbaik penanganan service sepeda motor. Di daerah Medan Marelan

terdapat dua bengkel atas nama CV. Sinar Jaya Kencana Motor naungan dari

Yamaha yang manajemennya ditangani penuh oleh PT. Alfa Scorpi Tbk, yaitu di

Jalan Raya 1 II Marelan dan Jalan Pasar 1 Marelan Kegiatan usaha yang

dilakukan perusahaan PT. Alfa Scorpii yaitu :

1. Penjualan produk kendaraan sepeda motor Yamaha dengan beberapa tipe

motor seperti Yamaha V-ixion, Jupiter Z, New Vega R, Mio Sporty, New

RX-King, Jupiter MX, Scorpio Z dan Sebagainya.

2. Penjualan jasa servis sepeda motor. Penjualan jasa servis merupakan salah

satu aktivitas pada perusahaan untuk memberikan pelayanan jasa kepada

pelanggannya.

3. Penjualan suku cadang atau sparepart merk Yamaha. Selain penjualan

sepeda motor dan pelayanan servis, juga tersedia penjualan suku cadang

(sparepart) resmi dari Yamaha, sehingga keaslian dari suku cadang yang

(13)

37

CV. Sinar Jaya Kencana Motor ini juga memiliki seorang kepala Mekanik

yang bertanggung jawab atas aktivitas service sepeda motor Yamaha. Tugas dan

tanggung jawab dari kepala bengkel Yamaha adalah :

1. Mengatur kebijaksanaan perusahaan di bidang service.

2. Meningkatkan mutu service.

3. Mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan servis secara umum.

4. Mengadakan pengadaan suku cadang.

Untuk meningkatkan kemampuan mekanik, CV. Garuda Jaya Motor

maupun CV. Sinar Jaya Kencana Motor selalu mengirimkan karyawannya untuk

mengikuti pelatihan keterampilan service pada merk Honda maupun Yamaha

(14)

4.2. Analisis Univariat 4.2.1. Karakteristik Pekerja

Untuk mengetahui identitas pekerja dalam penelitian ini, maka dapat

dilihat dari katakteristik pekerja sebagai berikut :

Tabel 4.1 Identitas Pekerja

Karakteristik Frekuensi Persen (%)

Umur ≤26 Tahun 17 51,5 >26 Tahun 16 48,5 Total 33 100,0 Masa Kerja ≤5 Tahun 21 63,6 >5 Tahun 12 36,4 Total 33 100,0 Riwayat Penyakit Ada 5 15,2 Tidak Ada 28 84,8 Total 33 100,0

Sumber : Data Peneltian (diolah)

Dari tabel diatas dapat dilihat dari 33 pekerja yang diteliti mayoritas berada pada kelompok umur ≤26 tahun sebanyak 17 orang atau 51,5% dan untuk

kelompok umur >26 tahun sebanyak 16 orang atau 48,5%. Berdasarkan masa kerja dapat dilihat bahwa pekerja telah bekerja ≤5 tahun sebanyak 21 orang atau

63,6% dan dengan masa kerja >5 tahun sebanyak 12 orang atau 36,4%.

Berdasarkan riwayat penyakit terdapat 5 orang atau 15,2% yang memliki riwayat

penyakit dan 28 orang pekerja atau 84,8% mengaku tidak memiliki riwayat

(15)

39

4.2.2. Pengukuran Kadar Karbon Monoksida (CO)

Tabel 4.2. Hasil Pengukuran Kadar Karbon Monoksida (CO)

Titik Pengukuran Waktu Pengukuran Rata-rata

Kadar CO (ppm) 11.00 WIB 15.00 WIB Bengkel I (Yamaha 1) I 25,08 27,63 26,35 II 25,16 27,58 26,37 III 24,98 25,89 25,43 IV 25,26 26,78 26,02 Rata-rata 26,04 Bengkel II (Yamaha 2) I 24,52 24,36 24,44 II 25,10 24,82 24,96 III 24,67 25,04 24,85 IV 24,98 24,97 24,88 Rata-rata 24,78

Bengkel III (Honda 1)

I 25,76 26,95 26,35 II 25,85 26,55 26,55 III 24,86 25,74 25,30 IV 24,72 25,52 25,12 Rata-rata 25,83 Bengkel IV (Honda 2) I 24,95 26,75 25,85 II 25,15 27,14 26,14 III 25,28 27,30 26,29 IV 24,97 25,34 25,15 Rata-rata 25,85

Keterangan : I : Ruang belakang sisi kiri

II : Ruang belakang sisi kanan

III : Ruang depan sisi kiri

IV : Ruang depan sisi kanan

Dari hasil pengukuran diketahui bahwa rata-rata kadar karbon monoksida

(CO) pada keempat bengkel bervariasi. Pada bengkel pertama (Bengkel Yamaha

1) diketahui rata-rata kadar karbon monoksida sebesar 26,04 ppm. Pada bengkel

(16)

sebesar 24,78 ppm. Kadar rata-rata pada bengkel ketiga (Bengkel Honda 1)

diketahui sebesar 25,83 ppm. Sedangkan pada bengkel keempat (Bengkel Honda

2) diketahui rata-rata kadar karbonmonoksida sebesar 25,85 ppm.

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Kadar Karbon Monoksida Kadar Karbon Monoksida (CO) Frekuensi Persentase (%) Tempat kerja yang Melebihi kadar

CO

3 75,0

Tempat yang Tidak Melebihi kadar CO

1 25,0

Total 4 100

Berdasarkan hasil pengukuran kadar karbon monoksida tersebut kemudian

dikategorikan menjadi dua kategori yaitu tempat kerja yang tidak melebihi kadar

CO yaitu bengkel yang dengan kadar karbon monoksida tidak melebihi 25 ppm

dan tempat kerja yang melebihi kadar CO yaitu bengkel dengan kadar karbon

monoksida yang melebihi 25 ppm.

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa kadar karbon monoksida yang

disesuaikan dengan beban kerja dari 33 orang pekerja dengan tempat kerja yang

melebihi kadar CO sebanyak 3 bengkel (75,0%) dan tempat kerja yang tidak

melebihi kadar CO sebanyak 1 orang (25,0%).

Dari hasil pengukuran tersebut diketahui bahwa terdapat tiga bengkel

sepeda motor yang rata-rata kadar karbon monoksida melebihi dari Nilai Ambang

Batas, yaitu bengkel pertama, ketiga dan keempat. Dimana Nilai Ambang Batas

Kadar Karbon monoksida menurut PER.13/MEN/X/2011 yaitu sebesar 25 ppm.

(17)

41

pertama (Bengkel Yamaha 1) yaitu sebesar 26,04 ppm. Hal ini dapat terjadi

karena pengukuran dilakukan pada saat mendekati akhir pekan dimana permintaan

service sepeda motor sedang meningkat. Faktor lain terjadinya peningkatan kadar karbon pada bengkel Yamaha 1 yaitu karena kondisi ruangan bengkel yang

tertutup dan tidak memiliki ventilasi sehingga tidak terjadi pertukaran udara.

Sementara rata-rata kadar karbon monoksida terendah terdapat pada bengkel

kedua (Bengkel Yamaha 2) yaitu sebesar 24,78 ppm. Rendahnya rata-rata kadar

karbon monoksida di bengkel kedua (Yamaha 2) karena pada saat pemgukuran

jatuh pada hari kerja yaitu hari senin dimana permintaan untuk service sepeda

motor rendah.

. Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Pekerja terhadap kadar Karbon Monoksida

Kategori Pekerja Frekuensi Persentase (%)

Pekerja terpapar melebihi kadar CO 27 81,8

Pekerja terpapar tidak melebihi kadar CO 6 18,2

Total 33 100

Dari hasil pengukuran kadar karbon monoksida di tempat kerja, dapat

diketahui bahwa pekerja terpapar kadar monoksida, kemudian dari hasil tersebut

dapat dikategorikan menjadi dua kategori yaitu pekerja terpaapar melebihi kadar

CO dimana pekerja yang terdapat pada bengkel yang rata-rata pengukuran kadar

CO nya melebihi 25 ppm dan pekerja terpapar tidak melebihi kadar CO yaitu

pekerja yang terdapat pada bengkel yang rata-rata pengukuran kadar CO tidak

(18)

4.2.3. Tekanan Darah pada Pekerja

Tebel 4.5. Hasil Pengukuran Tekanan Darah pada Pekerja

NO Tekanan Darah (mmHg)

Sebelum Sesudah

Sistolik Diastolik Sistolik Diastolik

1 122 83 135 80 2 110 68 126 76 3 120 78 137 90 4 119 73 125 75 5 122 78 122 80 6 115 74 120 78 7 132 90 132 89 8 129 80 124 68 9 110 80 127 98 10 112 76 118 80 11 134 81 142 84 12 118 69 124 72 13 123 78 133 80 14 133 81 133 82 15 118 73 137 88 16 135 90 146 89 17 126 80 124 78 18 120 84 136 86 19 136 95 142 98 20 140 96 152 102 21 124 82 130 80 22 124 82 130 80 23 126 88 124 80 24 135 94 138 97 25 121 82 123 80 26 118 73 128 84 27 110 86 125 89 28 126 92 130 80 29 132 89 135 90 30 128 88 135 90 31 137 98 139 95 32 122 74 125 80 33 127 98 138 98 Rata-rata 124 83 138 95

Dari hasil pengukuran tekanan darah pekerja di keempat bengkel diperoleh

(19)

43

tekanan darah normal sistolik adalah 120-130 mmHg dan tekanan darah diastolik

80-90 mmHg. Pada tabel diatas dilihat rata-rata tekanan darah sistolik sebelum

bekerja sebesar 124 mmHg dan rata-rata tekanan darah diastolik sebelum bekerja

sebesar 83 mmHg. Sedangkan rata-rata tekanan darah sistolik sesudah bekerja

sebesar 138 mmHg dan rata-rata tekanan darah diastolik sesudah bekerja sebesar

95 mmHg. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan tekanan darah sebelum dan

sesudah pekerja melalukan pekerjaannya.

Tabel 4.6 Hasil Pengukuran Tekanan Darah Normal pada Pekerja Tempat Kerja Frekuensi Persentase (%)

Bengkel I 3 37,5

Bengkel II 2 25,0

Bengkel III 2 25,0

Bengkel IV 1 12,5

Total 8 100

Dari tabel dapat diatas diketahui dari 33 orang pekerja terdapat 8 orang

pekerja yang memiliki tekanan darah normal dilihat dari pengukuran tekanan

darah sebelum dan sesudah bekerja. Pada bengkel pertama dari 12 orang pekerja

terdapat 3 orang pekerja (37,5%) yang memiliki tekanan darah normal. Pada

bengkel kedua yang berjumlah 6 orang pekerja terdapat 2 orang pekerja (25,0%)

yang memiliki tekanan darah normal. Untuk bengkel ketiga dengan 8 orang

pekerja terdapat 2 orang pekerja (25,0%) yang memiliki tekanan darah normal.

Sedangkan untuk bengkel keempat dari jumlah pekerja 7 orang terdapat 2 orang

(20)

Tabel 4.7 Hasil Pengukuran Tekanan Darah Meningkat pada Pekerja Tempat Kerja Frekuensi Persentase (%)

Bengkel I 9 36,0

Bengkel II 4 16,0

Bengkel III 6 24,0

Bengkel IV 6 24,0

Total 25 100

Dari tabel distribusi tekanan darah meningkat dapat diketahui dari 33

orang pekerja terdapat 25 orang pekerja yang memiliki tekanan darah meningkat

dilihat dari pengukuran tekanan darah sebelum dan sesudah bekerja. Pada bengkel

pertama dari 12 orang pekerja terdapat 9 orang pekerja (36,0%) yang memiliki

tekanan darah meningkat. Pada bengkel kedua yang berjumlah 6 orang pekerja

terdapat 4 orang pekerja (16,0%) yang memiliki tekanan darah meningkat. Untuk

bengkel ketiga dengan 8 orang pekerja terdapat 6 orang yang pekerja (24,0%)

memiliki tekanan darah meningkat. Sedangkan untuk bengkel keempat dari

jumlah pekerja 7 orang terdapat 6 orang (24,0%) diantaranya yang memiliki

tekanan darah meningkat.

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Perubahan Tekanan Darag pada Pekerja

No Tekanan Darah Frekuensi Persentase (%)

1 Normal 8 24,2

2 Meningkat 25 75,8

Jumlah 33 100

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sebelum dan sesudah

terpapar Karbon Monoksida di lingkungan kerja pekerja dengan tekanan darah

(21)

45

meningkat sebanyak 25 orang (75,8%). Hal ini menunjukkan adanya peningkatan

tekanan darah sebelum dan sesudah bekerja di lingkungan kerja bengkel.

4.3. Anlisis Bivariat

Untuk mengetahui hubungan dua variabel yaitu antara variabel independen

dengan satu variabel dependen maka digunakan analisis statistik bivariat. Pada

penelitian ini analisis bivariat yang digunakan adalah uji Chi-Square,

masing-masing variabel independen dan variabel dependen yang sudah dikategorikan

diuji apakah ada hubungan antara variabel independen yaitu Paparan Karbon

Monoksida (CO) dengan variabel dependen yaitu tekanan darah. Jika nilai p <0,05

maka ada hubungan antara variabel independen (Paparan Karbon Monoksida)

dengan variabel dependen (tekanan darah).

Tabel 4.6 Hubungan Paparan Karbon Monoksida (CO) terhadap Tekanan Darah Pekerja

No Tekanan Darah

Kadar Karbon Monoksida (CO) Total P Tidak Melebihi Kadar (<25 ppm) Melebihi Kadar (>25 ppm) F % F % F % 1 Normal 1 33,3 2 66,7 3 100,0 0,020 2 Meningkat 3 10,0 27 90.0 30 100,0

Berdasarkan hasil tabulasi silang antara karbon monoksida (CO) terhadap

tekanan darah pekerja pada keempat bengkel diperoleh bahwa ada 1 pekerja

dengan tekanan darah normal pada tempat kerja yang tidak melebihi kadar CO

(33,3%) dan 2 orang pekerja dengan tekanan darah normal pada tempat kerja yang

(22)

tekanan darah pada tempat kerja yang tidak melebihi kadar CO sedangkan 27

orang pekerja (90,0%) mengalami peningkatan tekanan darah pada tempat kerja

yang melebihi kadar CO.

Pada hasil uji Chi-Square antara paparan Karbon Monoksida (CO) dapat

diketahui nilai p = 0,020 dimana p < 0,05 artinya ada hubungan paparan

karbon monoksida (CO) dengan terjadinya kenaikan tekanan darah pada pekerja bengkel sepeda motor.

(23)

BAB V PEMBAHASAN

Penelitian hubungan paparan karbon monoksida terhadap tekanan darah

dilakukan di keempat bengkel sepeda motor di daerah Medan Marelan. Melihat

kegiatan yang dilakukan berupa perbaikan dan perawatan mesin kendaraan

bermotor yaitu sepeda motor, besar kemungkinan gas karbon monoksida (CO)

yang dihasilkan dalam kegiatan tersebut tinggi. Jam kerja yang ada pada pada

keempat bengkel sepeda motor dimulai pukul 08.00-17.00 dan istirahat kerja

selama satu jam pada pukul 12.00-13.00. dalam penelitian ini didapatkan sampel

sebanyak 33 orang yang memenuhi kriteria inklusi dan bersedia menjadi

responden.

5.1. Karakteristik Responden

Dari hasil diperoleh bahwa karakteristik responden bervariasi, mulai dari

umur, masa kerja dan riwayat penyakit. Dari tabel 4.1 dapat diketahui bahwa kelompok umur yang terbanyak adalah kelompok umur ≤26 tahun yaitu 17 orang

(51,5%) dan sisanya pada umur >26 tahun yaitu 16 orang (48,5%). Dalam

penelitian Pitaloka tekanan darah akan cenderung tinggi bersama dengan

peningkatan usia. Umumnya, sistolik akan meningkat sejalan dengan peningkatan

usia, sedangkan diastolik akan meningkat sampai usia 55 tahun untuk kemudian

menurun lagi.

Masa kerja yang paling banyak adalah pada masa kerja ≤5 tahun sebanyak

(24)

karbon monoksida terhadap kesehatan ditentukan oleh waktu paparan selama 8

jam sehari atau 5 hari setiap minggu untuk tahun yang tidak terbatas, sehingga

apabila waktu paparan sehari terjadi secara terus menerus maka akan berdampak

pada kesehatan seseorang (Anggraerni, 2009). Pada umumnya efek karbon

monoksida tidak bersifat kumulatif, kerusakan permanen dapat terjadi apabila sel

vital (contohnya sel-sel otak) yang mengalami kekurangan oksigen dalam waktu

yang cukup lama (Wardhana, 2004).

Pada riwayat penyakit banyak pekerja yang pada dasarnya tidak memliki

riwayat penyakit sebanyak 28 orang (84,8%) dan 5 orang mengaku mermiliki

riwayat pernyakit berupa asam urat dan magh. Pada dasarnya riwayat penyakit

yang dialami oleh para pekerja di bengkel tidak mempengaruhi tekanan darah

yang meningkat akibat paparan karbon monoksida.

5.2. Analisis Univariat

5.2.1. Karbon Monoksida (CO)

Karbon monoksida (CO) adalah hasil pembakaran tidak sempurna bahan

karbon atau bahan-bahan yang mengandung karbon (Suma’mur, 2009). Paparan

karbon monoksida adalah keadaan bahwa seseorang tenaga kerja dalam

pekerjaannya menghadapi gas karbon monoksida yang mungkin akan

berpengaruh kepada tingkat kesehatan dan keselamatannya. Pengukuran karbon

monoksida dalam penelitian ini adalah kadar karbon monoksida dalam ruangan

(25)

49

Pengukuran kerbon monoksida pada keempat bengkel dilakukan selama

empat hari mulai dari hari kamis tanggal 13 april 2017 sampai hari senin tanggal

17 april 2017, yang diukur pada pukul 11.00 dan pukul 15.00. Pengukuran ini

dilakukan pada saat mendekati akhir pekan dimana para pengunjung bengkel

biasanya meningkat. Pengukuran dilakukan sebanyak empat titik pada setiap

bengkel yang titik pengukurannya telah ditentukan sesuai dengan denah tempat

kerja.

Berdasarkan hasil pengukuran karbon monoksida diketahui bahwa kadar

rata-rata pengukuran karbon monoksida di keempat bengkel bervariasi. Terdapat

tiga bengkel sepeda motor yang rata-ratanya melebihi Nilai Ambang Batas, yaitu

pada Bengkel Yamaha 1, Honda 1 dan Honda 2. Pada bengkel Yamaha 1 didapat

nilai rata-rata kadar karbon monoksida sebesar 26,04 ppm, untuk bengkel Honda

1 didapat hasil pengukuran kadar karbon monoksida sebesar 25,83 ppm dan pada

bengkel Honda 2 didapat hasil rata-rata pengukuran kadar karbon monoksida

sebesar 25,85 ppm. Sedangkan rata-rata pengukuran kadar karbon terendah

terdapat pada bengkel Yamaha 2 sebesar 24,78 ppm. Dapat dilihat dari hasil

pengukuran di keempat bengkel diketahui kadar karbon monoksida tertinggi

terdapat pada bengkel Yamaha 2 yaitu dengan rata-rata karbon monoksida 25,85

ppm. Hal ini dapat terjadi karena kondisi ruangan bengkel yang tertutup dan tidak

memiliki ventilasi sehingga tidak terjadi pertukaran udara.

Menuru Mukono (2008), udara yang mengandung karbon monoksida 5-200

ppm merupakan udara tercemar. Jadi, rata-rata pengukuran kadar CO yang diukur

(26)

karbon monoksida (CO). Resiko yang diakibatkan oleh adanya pencemaran gas

karbon monoksida (CO) ini bias menjadi sangat fatal, mulai dari kepala pusing,

pingsan, hingga mengakibatkan kematian apabila kadar gas karbon monoksida

semakin tinngi.

Hasil pengukuran yang dilakukan di beberapa titik tempat kerja didapat

mayoritas tempat kerja melebihi kadar karbon monoksida yang diperkenankan.

Hal itu dikarenakan pada saat pengukuran kondisi bengkel tempat kerja sedang

meningkat oleh pengunjung yang ingin service sepeda motor, sehingga dari pagi

hingga sore para pekerja selalu menangani sepeda motor. Saat sepeda motor

ditangani, setiap pekerja akan melakukan pengujian kondisi sepeda motor dengan

indikator pengegasan, pada proses ini sepeda motor akan melakukan proses

pembakaran bahan bakar minyak dan akan menghasilkan karbon monoksida yang

cukup tinggi. Tingginya permintaan service membuat para pekerja tidak henti

terpapar karbon monoksida,

Untuk mengatasi lingkungan kerja yang terpapar karbon monoksida pihak

bengkel telah melakukan beberapa hal berikut : pembuatan ventilasi di ruangan

dan penyediaan penghisap gas karbon monoksida. Namun para pekerja banyak

yang belum menerapkan penghisap gas karena terkadang ingin cepat menangangi

(27)

51

5.2.2. Tekanan Darah

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata tekanan darah

sistolik sebelum bekerja sebesar 124 mmHg dan rata-rata diastolik sebelum

bekerja sebesar 83 mmHg. Sedangkan rata-rata tekanan darah sistolik sesudah

bekerja sebesar 138 mmHg dan rata-rata tekanan darah diastolik sesudah bekerja

sebesar 95 mmHg.

Dari hasil tabel distribusi frekuensi perubahan tekanan darah pekerja pada

lingkungan kerja, dapat dilihat dari 33 orang pekerja dengan tekanan normal

sebanyak 8 orang atau 24,2% dan tekanan darah meningkat sebanyak 25 orang

atau 75,8%. Adanya perubahan tekanan darah pekerja disebabkan karena kadar

karbon monoksida saat pekerja bekerja melebihi NAB yang diperkenankan,

ditambah lagi pekerja tidak menggunakan alat pelindung diri dikarenakan kurang

nyaman saat bekerja. Sehingga pekerja langsung terpapar gas karbon monoksida

dari hasil pembakaran karbon monoksida yang berasal dari asap sepeda motor.

Dari hasil wawancara pekerja, memang pekerja mengakui mengalami keluhan

kepala pusing, rasa cepat lelah setelah bekerja, mata berkunang-kunang jikalau

cepat berdiri dari duduk, atau jongkok. Karbon monoksida (CO) yang terdapat

pada area bengkel apabila dihirup ileh pekerja akan memiliki afinitas dengan

(28)

5.3. Analisis Bivariat

Berdasarkan hasil tabulasi silang antara karbon monoksida (CO) terhadap

tekanan darah pekerja pada keempat bengkel diperoleh bahwa ada 1 pekerja

dengan tekanan darah normal pada tempat kerja yang tidak melebihi kadar CO

(33,3%) dan 2 orang pekerja dengan tekanan darah normal pada tempat kerja yang

melebihi kadar CO (66,7%). Sedangkan 3 (7,2%) pekerja mengalami peningkatan

tekanan darah pada tempat kerja yang tidak melebihi kadar CO sedangkan 30

(92,8%) pekerja mengalami peningkatan tekanan darah pada tempat kerja yang

melebihi kadar CO.

Pada hasil uji Chi-Square antara paparan Karbon Monoksida (CO) dapat

diketahui nilai p = 0,020 dimana p < 0,05 artinya ada hubungan paparan karbon

monoksida (CO) dengan terjadinya kenaikan tekanan darah pada pekerja bengkel

sepeda motor.

Hal diatas didukung dengan hasil pengukuran karbon monoksida yang

menunjukkan hasil untuk rata-rata kadar karbon monoksida sebesar 25,44 ppm

melebihi NAB menurut PER.13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor

Fisika dan Faktor Kimia di tempat kerja yaitu sebesar 25 ppm, sedangkan utnuk

hasil pengukuran tekanan darah menunjukkan perbedaan antara sebelum

melakukan pekerjaan dan sesudah melakukan pekerjaan.

Menurut Harrianto (2009) tenaga kerja yang terpapar gas karbon monoksida

yang terdapat pada lingkungan kerja, apabila terhirup oleh pekerja akan memiliki

(29)

53

COHb. Akibatnya, terjadi kompetisi dengan O2 untuk berikatan dengan Hb

sehingga konsentrasi COHb di darah meningkat, sehingga meningkatkan

kekentalan darah yang berdampak pada gangguan aliran darah.

Tabel 5.1 Pengaruh Konsentrasi CO di udara dan COHb darah serta pengaruh terhadap tubuh

Konsentrasi CO di udara (ppm) Konsentrasi COHb dalam darah (%) Gangguan pada Tubuh 3 0,98 Tidak ada

5 1,3 Belum begitu terasa

10 2,1 Sistem syaraf sentral

20 3,7 Panca indera 40 6,9 Fungsi jantung 60 10,1 Sakit kepala 80 13,3 Sulit bernafas 100 16,5 Pingsan-kematian Sumber : Wardhana, 2001 : 118-120

Konsentrasi gas karbon monoksida (CO) di udara secara langsung akan

mempengaruhi konsentrasi karboksihemoglobin (COHb). Dalam keadaan normal

darah sudah mengandung 0,5%, berasal dari proses metabolisme di dalam tubuh.

Dari tabel diatas dapat dilihat pengaruh gas karbon monoksida (CO) di udara

dengan konsentrasi COHb darah. Dari hasil pengukuran keempat bengkel,

masing-masing rata-rata kadar karbon monoksida melebihi 20 ppm yang artinya

sudah terdapat pengaruh di dalam tubuh yaitu gangguan pada panca indera dengan

konsentrasi 3,7% di dalam darah.

The Occupational Safety and Health Administration (OSHA) menganjurkan

batas pemaparan maksimum yang dapat diterima adalah 35 ppm selama 8 jam.

(30)

tidak pernah memiliki kadar karboksihemoglobin darah diatas 5%. Berdasarkan

lamanya waktu tinggal di udara, gas karbon monoksida termasuk kedalam bahan

pencemar yang tahan lama yaitu bahan pencemar yang bias bertahan antara 2-7

tahun di udara. Karbon monoksida walaupun dianggap sebagai polutan, telah lama

(31)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat diperoleh

kesimpulan bahwa :

1. Dari hasil penelitian diketahui karakteristik responden berdasarkan umur,

masa kerja dan riwayat penyakit. Mayoritas pekerja berada pada kelompok

umur <26 tahun sebanyak 17 orang (51,5%). Masa kerja terbanyak yaitu <5

tahun sebanyak 21 orang (63,3%) dan sebanyak 28 orang pekerja mengaku

tidak memiliki riwayat penyakit (84,8%).

2. Dari hasil pengukuran kadar karbon monoksida pada keempat bengkel

diperoleh kadar yang bervariasi. Terdapat tiga bengkel sepeda motor yang

melebihi Nilai Ambang Batas yaitu pada bengkel Yamaha 1 (26,04 ppm),

Honda 1 (25,83 ppm) dan Honda 2 (25,83 ppm). Dan terdapat satu bengkel

dengan kadar yang tidak melebihi Nilai Ambang Batas yaitu pada bengkel

Yamaha 2 (24,78 ppm).

3. Dari hasil pengukuran tekanan darah sebelum dan sesudah bekerja di

lingkungan kerja pekerja dengan tekanan darah normal sebanyak 8 orang

(24,2%) dan yang paling banyak tekanan darah meningkat sebanyak 25

orang (75,8%)

4. Terdapat hubungan antara paparan karbon monoksida terhadap tekanan

darah pada pekerja bengkel sepeda motor di daerah Medan Marelan Tahun

(32)

6.2. Saran

1. Sebaiknya perusahaan meyediakan Alat Pelindung Diri berupa masker

karbon aktif bagi pekerja untuk mengurangi paparan karbon monoksida

(CO) yang masuk kedalam tubuh.

2. Sebaiknya perusahaan memberikan kebijakan yang tegas kepada pekerja

untuk menggunakan alat penghisap emisi gas karbon monoksida yang telah

disediakan perusahaan agar kualitas udara tetap dibawah Nilai Ambang

Gambar

Gambar 2.3. Tensi meter merk Lotus
Tabel 4.1 Identitas Pekerja
Tabel 4.2. Hasil Pengukuran Kadar Karbon Monoksida (CO)  Titik Pengukuran  Waktu Pengukuran  Rata-rata
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Kadar Karbon Monoksida  Kadar Karbon Monoksida (CO)  Frekuensi  Persentase (%)  Tempat kerja yang Melebihi kadar
+5

Referensi

Dokumen terkait

Kuesioner responden yang sudah dikelompokkan kemudian dipilih secara acak, sehingga setiap subjek penelitian dalam populasi yang telah dikelompokkan memiliki

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner pengetahuan remaja tentang dampak seks bebas.. Pertanyaan kuesioner terdiri dari

Populasi actual pada penelitian ini adalah seluruh ibu hamil trimester I, II, dan III yang memeriksakan diri di BPS Sri Martuti Piyungan Yogyakarta pada bulan

Oleh karena itu hubungan kadar debu dengan fungsi paru tidak dapat di uji secara statistik dengan uji chi square, sedangkan faktor pengganggu/confounding (umur,

Pada penelitian ini alat yang dipakai adalah alat tulis, program SPSS pada komputer, dan daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah diuji validitas dengan

Consecutive sampling ini merupakan jenis non probability sampling yaitu pemilihan sampel dengan menetapkan subjek yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam

Kuesioner tingkat religiusitas ini menggunakan kuesioner serupa yang sudah pernah digunakan oleh Khotibuddin (2016) untuk meneliti Hubungan Antara Tingkat

Kuesioner ini merupakan kuesioner berupa 12 pertanyaan dan mempunyai bobot nilai untuk mendiagnosa adanya sindrom mata kering pada operator komputer, mata kering adalah salah