• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hadis Nabi merupakan sumber ajaran Islam. Di samping al-Quran, hadis Nabi merupakan penafsiran al-Quran dalam praktek atau aktualisasi ajaran Islam secara faktual dan ideal. Hal ini mengingat bahwa pribadi Rasulullah Saw merupakan manifestasi dari al-Quran yang ditafsirkan untuk manusia, serta ajaran Islam yang dijabarkan dalam kehidupan sehari-hari.

Ahli akal dan naql dalam Islam, telah bersepakat bahwa hadis merupakan dasar hukum Islam. Umat Islam diwajibkan untuk mengikutinya sebagaimana kewajiban yang mengikuti al-Quran, karena antara keduanya tidak terdapat perbedaan dalam garis besarnya.1

Hadis Nabi sebagai sumber ajaran Islam merupakan sumber pokok kedua setelah al-Quran di mana keduanya memiliki kedudukan yang berbeda. Hadis merupakan penafsiran al-Quran dalam praktek atau penerapan risalah Islam, hal ini mengingat pribadi Nabi Muhammad merupakan perwujudan dari al-Quran yang ditafsirkan untuk manusia.2

Hadis Nabi Saw sebagai sumber ajaran Islam kedua setelah al-Quran, menempati posisi yang sangat penting dan strategis didalam kajian-kajian ke-Islaman, sehingga keberadaan dan kedudukannya tidak diragukan lagi.

Meskipun al-Quran dan hadis Nabi Saw sama-sama merupakan sumber utama dalam ajaran Islam bukan berarti keduanya dapat dipersamakan sepenuhnya.

1

M. Hasbi al-Shidieqi, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis, (Jakarta : Bulan Bintang, 1958), hlm. 158

2

Yusuf Qardhawi, Bagaimana Memahami Hadis Nabi, terj. Muhammad Baqir, (Bandung : Karisma, 1995), hlm. 17

(2)

Tidak ada ayat-ayat al-Quran yang diturunkan hampa dari kultur, ia pasti berhadapan dengan masyarakat, budaya (kultur) yang mengitarinya, begitu juga hadis. Sedangkan ayat-ayat al-Quran dan penjelasan dari hadis itu tidak hanya diperuntukkan bagi masyarakat ketika ayat-ayat tersebut diturunkan, tetapi juga untuk generasi sesudahnya untuk sekarang ini, dan sampai hari kiamat kelak.3

Al-Quran dan hadis Nabi Saw dari periwayatannya memiliki perbedaan, al-Quran diriwayatkan secara mutawatir4 dan berkedudukan qath’i al-wurud, sedangkan hadis Nabi berlangsung secara mutawatir dan sebagian lagi berlangsung secara ahad sehingga sebagiannya berkedudukan qath’i al-wurud dan sebagian lagi berkedudukan sebagai zanni al-wurud.5

Dilihat dari periwayatannya, hadis Nabi berbeda dengan al-Quran, semua periwayatan yang terdapat dalam al-Quran berlangsung secara mutawatir, sedang hadis Nabi sebagian besar periwayatannya berlangsung secara perorangan (ahad) pada bagian yang lain. Oleh karenannya dilihat dari sisi ini, al-Quran seluruhnya mempunyai kedudukan qath’i al-wurud, sedangkan hadis Nabi sebagian lagi bahkan yang lebih banyak berkedudukan zanni al-wurud. Perbedaan ini disebabkan adanya kesenjangan yang cukup lama antara kodifikasi hadis Nabi, dengan masa hidup Rasulullah Saw, yakni pada masa Khalifah Umar ibn Abdul Aziz.6 Atau sekitar sembilan puluh tahun setelah Nabi wafat. Hal ini berbeda dengan al-Quran yang telah menjadi

3

Hasan Baharun, Islam Esensial, (Jakarta : Pustaka Amani, 1998), hlm. vii-viii

4

Arti harfiah mutawatir adalah tatabu’ yakni berturut-turut, sedangkan arti istilah dalam ilmu hadis adalah berita yang diriwayatkan oleh orang banyak pada setiap tingkatan periwayat, mulai dari tingkat sahabat sampai dengan mukharij, yang menurut ukuran rasio dan kebiasaan mustahil para periwayat yang jumlahnya banyak itu bersepakat terlebih dahulu untuk berdusta, sedang ahad sebagai jama’ untuk kata wahid arti harfiahnya satu, arti istilah menurut ilmu hadis ialah apa yang diberitakan oleh orang seorang yang tidak mencapai tingkat mutawatir. Maksud

qath’i al-wurud atau qath’i as-subut adalah absolut (mutlak) kebenaran beritanya. Sedang zanni al-wurud atau zanni as-subut ialah nisbi atau relatif (tidak mutlak) tingkat kebenarannya.

5

M. Syuhudi Ismail, Metode Penelitian Hadis Nabi, (Jakarta : Bulan Bintang, 1992), hlm. 3-4

6

M. Syuhudi Ismail, Kaedah Kesahihan Sanad Hadis, (Jakarta : Bulan Bintang, 1988), hlm. 4

(3)

perhatian yang sangat tinggi pada masa Khalifah al-Rasyidin, dan telah terkodifikasi menjadi mushaf resmi pada masa Khalifah Utsman ibn Affan.

Oleh karena itu, penelitian terhadap hadis-hadis Nabi sangat penting, baik dari segi sanad, penelitian penting artinya mengingat tujuan dari penelitian hadis adalah untuk menilai apakah secara historis sesuatu yang dikatakan sebagai hadis itu benar-benar dipertanggungjawabkan keshahihannya berasal dari Nabi atau tidak. Hal ini sangat penting, mengingat kedudukan kualitas hadis erat sekali kaitannya dengan dapat atau tidak dapatnya suatu hadis dijadikan hujjah (dalil) agama.7

Dari segi matan, penelitian hadis akan memperkuat kualitas sanad hadis. Perlunya penelitian matan hadis tak hanya karena matan tidak dapat dipisahkan dari pengaruh sanad, tetapi juga karena dalam periwayatan hadis dikenal adanya periwayatan secara makna (riwayat bil ma’na).8

Hadis Nabi juga merupakan kebijakan dari Nabi Muhammad. Segi-segi yang berkaitan erat dengan diri Nabi serta suasana yang melatarbelakanginya atau menyebabkan terjadinya hadis tersebut mempunyai kedudukan penting dalam pemahaman suatu hadis.

Teks-teks hadis yang telah tertulis dalam kitab-kitab hadis yang tersebar di tengah-tengah masyarakat dan dijadikan sebagai pegangan umat Islam dalam hubungannya dengan hadis sebagai sumber hukum Islam itu adalah kitab-kitab yang tersusun setelah Nabi wafat (II H/632 SM). Jadi terdapat jarak yang lama, sehingga memungkinkan adanya riwayat yang menyalahi apa yang sebenarnya datang dari Nabi. Dengan demikian, untuk mengetahui apakah riwayat hadis yang terhimpun dalam berbagai kitab hadis itu dapat dijadikan hujjah atau tidak perlu adanya penelitian.9

7 Ibid. 8 Ibid., hlm. 26 9

(4)

Selain itu, hadis tidak dihimpun pada awal Islam, sebagaimana para sahabat melakukannya terhadap al-Quran. Tapi tidak semuanya terhimpun dan lebih banyak mereka himpun untuk koleksi pribadi. Dalam kenyataannya catatan sahabat juga tidak seragam. Sangat sedikit hadis yang diriwayatkan secara mutawatir dan selebihnya diriwayatkan secara ahad.10

Mengingat hadis Nabi merupakan sumber hukum Islam di samping al-Quran, maka derajat keshahihannya harus diketahui lebih jelas agar sah sebagai legitimasi hukum terhadap pelaksanaan suatu perintah agama. Mengingat pula bahwa mayoritas ulama membolehkan penggunaan hadis dho’if untuk sugesti amalan utama dan perkara mustahab dengan syarat tertentu,11 maka untuk mendapat kejelasan mengenai kualitas hadis sebagai hujjah perlu diteliti dan mengingat polemik yang terjadi di kalangan masyarakat karena perbedaan pemahaman teks hadis, maka kegiatan penelitian hadis sangatlah penting, karena sudah banyak orang yang menciptakan hadis untuk kepentingan mereka sendiri, seperti legalisasi politik, legalisasi madhab, teknik dakwah dan lain-lain. Pada sisi lain, wilayah Islam yang kian lama kian meluas membuat penyebaran hadis semakin tidak terkendali. Maka dapat dipastikan hadis itu tidak seluruhnya diserap oleh kitab-kitab hadis, disamping juga tidak setiap hadis yang terliput di dalam kitab-kitab hadis itu dijamin otentik dari Nabi karena dimungkinkan beberapa ulah tangan jahil pencipta hadis palsu.12

Dalam suatu agama terutama menyangkut akan ritual-ritual keagamaan keberadaan hari sangatlah signifikan sekali. Hal ini sebagaimana diyakini dalam orang-orang Yahudi, misalnya, bahwa hari sabtu merupakan hari besar bagi mereka. Dalam agama Islam sendiri, begitu juga sangat meyakini adanya hari-hari tertentu yang sangat dimuliakan. Hari raya misalnya, merupakan hari

10

Ahmad Darodji, “Takhrij Hadis Dasar-dasar Keputusan Pengadilan Tinggi Semarang”,

Jurnal Penelitian Walisongo, No. VI, 1996, hlm. 7

11

Muhammad Awwamah, Hadis Rasulullah dan Keragaman Pendapat Para Pakar,

(Surabaya : Amar Press, 1990), hlm. 9

12

Muhammad Zuhri, “Metode Penelitian Hadis”, Jurnal Penelitian Walisongo, No. VI, Balai Penelitian Jurnal Walisongo, 1996, hlm. 1

(5)

yang sangat dimuliakan oleh kaum muslimin dan bahkan selain orang muslim kadang juga menyempatkan diri untuk memuliakan hari-hari besar tersebut demi mengekspresikan maksud tertentu.

Banyak orang Islam meyakini akan keberadaan sang hari. Sebuah hari bagi orang-orang tertentu, sangatlah memberi arti tersendiri. Persoalannya kemudian adalah mengapa banyak warga muslim khususnya, sangat meyakini dan bahkan sampai mensakralkan keberadaan hari-hari tertentu. Apakah di agama Islam, khususnya hadis, memang demikian yakni sangat mensakralkan dan bahkan sampai mengkultuskan sebuah hari? Apakah memang keistimewaan sebuah hari datang murni dari agama Islam atau sebaliknya, yakni datang dari luar Islam? Bagaimana keberadaan akan keotentikan redaksi hadis Nabi Saw yang telah berbicara akan hal itu?

Pentingnya sebuah hari (waktu), sama persisnya dengan pentingnya beribadah kepada Tuhan. Hal ini tentu saja karena dalam beribadah kepada Tuhan tidak terlepas akan keberadaan waktu, apalagi adanya waktu yang mulia dan sangat disakralkan tersebut.

Oleh karena itulah, hadis-hadis Nabi Saw yang membahas akan kemuliaan sebuah hari, khususnya hari Jum’at sangat perlu dan penting untuk dikaji. Misalkan beberapa hadis di bawah ini :

ﺮﻄﻔﻟﺍ ﻡﻮﻳﻭ ﻰﺤﺿﻷﺍ ﻡﻮﻳ ﻦﻣ ﷲﺍ ﺪﻨﻋ ﺎﻬﻤﻈﻋﺃﻭ ﻡﺎﻳﻷﺍ ﺪﻴﺳ ﺔﻌﻤﳉﺍ ﻡﻮﻳ ﹼﻥﺇ

.

Artinya : “Sesunggunya hari Jum’at merupakan pemimpin beberapa hari. Di sisi Allah, hari Jum’at lebih mulia daripada hari raya Idhul Adha dan Idhul Fitri”.

ﻢﻜﻴﻠﻋ ﺽﺮﻓ ﹼﻞﺟﻭ ﺰﻋ ﷲﺍ ﹼﻥﺇ

ﺍﺬﻫ ﻲﻣﺎﻘﻣ ﰲ ﺍﺬﻫ ﻡﻮﻳ ﰲ ﺔﻌﻤﳉﺍ

) .

ﺔﺟﺎﻣ ﻦﺑﺍ ﻩﺍﻭﺭ

(

Artinya : “Bahwasannya Allah Azzawajalla sangat mewajibkan kepada kalian di hari Jum’at ini untuk melaksanakan shalat Jum’at”. (HR. Ibnu Majah)13

13

Al-Hafidz Abi Abdillah Muhammad bin Yazid, Sunan Ibnu Majah Jilid I, (Beirut : Dar al-Fikr, 275 H), hlm. 343

(6)

ﻝﺎﻗ ﻢﻠﺳﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﷲﺍ ﻰﻠﺻ ﱯﻨﻟﺍ ﻦﻋ ﻪﻨﻋ ﷲﺍ ﻰﺿﺭ ﺓﺮﻳﺮﻫ ﰉﺍ ﻦﻋﻭ

:

ﺔﻠﻴﻟ ﺍﻮﺼﲣ

ﻥﻮﻜﻳ ﻥﺍ ﹼﻻﺍ ﻡﺎﻳﻷﺍ ﲔﺑ ﻦﻣ ﻡﺎﻴﺼﺑ ﺔﻌﻤﳉﺍ ﻡﻮﻳ ﺍﻮﺼﲣﻻﻭ ﱄﺎﻴﹼﻠﻟﺍ ﲔﺑ ﻦﻣ ﻡﺎﻴﻘﺑ ﺔﻌﻤﳉﺍ

ﻢﻛﺪﺣﺍ ﻪﻣﻮﺼﻳ ﻡﻮﺻ ﰱ

) .

ﻢﻠﺴﻣ ﻩﺍﻭﺭ

(

Artinya : “Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi Saw beliau telah bersabda : “Janganlah kamu khususkan malam Jum’at dengan mendirikan shalat di antara malam-malam lainnya. Dan janganlah kamu khususkan hari Jum’at dengan berpuasa di antara hari-hari yang lain, kecuali jika hari Jum’at itu jatuh pada hari yang salah seorang dari kamu harus berpuasa”. (H.R. Muslim)14

Pentingnya mengkaji dan meneliti beberapa hadis Nabi Saw yang berhubungan dengan keterangan keutamaan hari Jum’at, tidak lain adalah untuk mengungkap dan mengetahui sejauhmana hadis-hadis Nabi Saw merespon persoalan waktu (hari) khususnya hari Jum’at. Hadis-hadis yang seperti apa (tingkat keshahihan) yang sering mengkaji.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Apa dan mengapa keutamaan hari Jum’at dari hari-hari lainnya?

2. Bagaimana kualitas hadis tentang anjuran dan larangan yang berkaitan dengan ibadah hari Jum’at?

3. Bagaimana pemahaman hadis tentang anjuran dan larangan yang berkaitan dengan ibadah di hari Jum’at?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini meliputi :

14

Imam Abu al-Husain Muslim bin al-Hajaz, Al-Jami’ al-Shahih Jilid 2, Beirut : Dar al-Kutub, t.th.), hlm. 154

(7)

1. Untuk mengetahui keutamaan apa saja yang ada di hari Jum’at menurut hadis

2. Untuk mengetahui rahasia keutamaan hari Jum’at menurut hadis

3. Untuk mendapatkan pemahaman hadis tentang anjuran dan larangan yang berkaitan dengan ibadah hari Jum’at

D. Tinjauan Pustaka

Sejauh pengetahuan penulis, ada beberapa karya ilmiah yang mengkaji masalah keutamaan hari Jum’at meskipun belum fokus didalam kajiannya. Di bawah inilah, penulis akan memaparkan beberapa kajian yang telah diteliti oleh penelitian lain.

Karya Al-Ghazaly, Asrar Ash-Shalah wa Muhimmatuhu yang diterjemahkan oleh Muhammad Al-Baqir tahun 2005 berjudul Rahasia-rahasia Sholat, telah menjelaskan berbagai macam kerahasiaan akan shalat Jum’at. Dalam buku ini telah dikupas akan keutamaan (fadhilah) hari Jum’at dan ketentuan-ketentuan apa yang harus dilakukan jika hari Jum’at telah tiba. Begitu juga adab dan perbuatan yang seperti apa yang seharusnya dilakukan di sepanjang hari Jum’at yang sangat diutamakan.

Karya Marzuqi yang berjudul Keistimewaan Hari Jum’at : Rahasia, Hikmah dan Panduan Amalnya, dalam karyanya ia mengemukakan hadis-hadis tentang keistimewaan hari Jum’at. Memang secara tidak langsung buku karya Marzuqi ini sudah membahas masalah keistimewaan hari Jum’at, namun dalam uraiannya belum terfokus langsung terhadap kajian hadis khususnya mengenai keutamaan hari Jum’at.

Mengingat hadis merupakan sumber ajaran Islam yang kedua setelah al-Quran, maka menurut penulis faktor kualitas hadis tersebut sangat perlu dikaji untuk layaknya dalil yang dapat dijadikan hujjah. Disinilah letak kekhususan penelitian ini di antaranya yang ditulis sebelumnya.

(8)

E. Metode Penelitian

Metode penelitian yang kami gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pengumpulan data

Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan, yaitu penelitian yang mengambil sumber dari buku-buku atau kitab-kitab hadis yang secara langsung membahas tentang keutamaan hari Jum’at dan anjuran serta larangan yang berkaitan dengan ibadah di hari Jum’at dan buku-buku yang berkaitan dengan takhrij al-hadis yang mendukung dalam pengumpulan data ini, sehingga metode ini disebut metode library reearch.15

2. Sumber data

Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah : a. Sumber data primer

Yaitu data yang diperoleh langsung dari subyek penelitian yang menggunakan alat pengukur atau alat pengambilan data langsung pada subyek sebagai sumber informasi yang dicari.16 Dalam hal ini buku pokok yang penulis gunakan adalah kitab-kitab hadis yang tergolong Kutub As-Sittah dan buku-buku yang menguraikan tentang biografi para periwayat sesuai dengan masalah penulis angkat yaitu kitab Tahdzib at-Tahdzib atau Tahdzib al-Kamal.

b. Sumber data sekunder

Yaitu data yang diperoleh oleh pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh penelitian dari subyek penelitiannya.17 Dalam hal ini,

15

Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Jakarta : Andi Offset, 1997), hlm. 9

16

Saifuddin Azwar, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1998), hlm. 91

17 Ibid.

(9)

buku penunjangnya adalah karya Yusuf al-Qardhawi yang berjudul Waktu adalah Kehidupan yang secara tidak langsung yang berkaitan dengan persoalan di atas.

3. Metode analisis data

Metode analisis data yang penulis gunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut :

a. Metode takhrij hadis

Yaitu penelusuran atau pencarian hadis-hadis pada berbagai kitab sebagai sumber asli dari hadis yang bersangkutan, yang didalam sumber itu dikemukakan secara lengkap matan dan sanad hadis yang bersangkutan.18 Penggunaan metode ini sangat penting, karena jika tanpa dilakukan kegiatan ini, maka akan sulit diketahui asal-usul riwayat hadis yang akan diteliti. Metode ini penulis gunakan pada bab III.

b. Metode deskriptif

Adalah penyelidikan yang menentukan, menganalisa dan mengklasifikasikan juga penafsiran (menginterpretasikan) data yang ada.19 Dalam hal ini penulis gunakan untuk memaparkan data berupa periwayat hadis yang menyangkut nama perawi, tahun lahir, dan wafatnya, guru-gurunya, murid-muridnya dan beberapa pendapat ulama mengenai pribadinya.

Untuk mendapatkan informasi tentang perawi hadis, penulis menggunakan kitab-kitab yang berhubungan dengan biografi rawi yaitu kitab Tahzib al-Kamal karya Abdul Hajjaj Yusuf bin Zaki

18

M. Syuhudi Ismail, “Metode Penelitian Hadis Nabi”, op.cit., hlm. 43

19

(10)

Mizzi, Tahzib al-Tahzib karya Ibnu Hajar al-Asqalanidan kitab (buku) lain yang berkaitan dengan bigrafi rawi.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mengetahui gambaran secara global terhadap keseluruhan pembahasan skripsi ini, maka berikut ini dikemukakan beberapa bahasan pokok dalam tiap-tiap bab, yaitu :

Bab I : Pendahuluan

Dalam bab ini dibagi menjadi beberapa sub bab, yaitu : latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, sistematika penulisan skripsi. Bab II : Gambaran Umum tentang Keutamaan Waktu dan Hari-hari

Tertentu dalam Islam

Bab kedua ini terdiri dari beberapa sub bab, yaitu : pengertian eksistensi waktu dalam agama Islam, dan hari-hari istimewa dalam agama Islam.

Bab III : Hadis-hadis tentang Anjuran dan Larangan Ibadah Hari Jum’at Dalam bab ini penulis membagi tiga sub bab, yaitu : pertama, hadis tentang anjuran ibadah hari Jum’at meliputi hadis tentang anjuran membaca shalawat Nabi Saw, kedua, hadis tentang larangan ibadah hari Jum’at meliputi hadis tentang larangan mengkhususkan hari Jum’at untuk berpuasa, hadis tentang larangan mengkhususkan malam Jum’at untuk shalat malam, ketiga, penyelesaian kontradiksi hadis anjuran dan larangan yang berkaitan dengan ibadah hari Jum’at.

(11)

Bab IV : Analisa

Dalam bab analisa ini terdiri tiga sub bab, yaitu : pertama, menganalisa tentang sanad hadis masing-masing hadis yang diteliti, kedua, menganalisa tentang nilai matan masing-masing hadis jika dibutuhkan, ketiga pemahaman terhadap hadis-hadis tersebut.

Bab V : Penutup

Pada bab ini dikemukakan beberapa kesimpulan hasil pembahasan dari bab-bab sebelumnya dan merupakan jawaban singkat dari pokok permasalahan. Kemudian dikemukakan saran-saran sebagai tindak lanjut penelitian sekaligus disertakan kata penutup sebagai penutup akhir dari rangkaian pembahasan.

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Al-Shidieqi, M. Hasbi, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis, Jakarta : Bulan Bintang, 1958

Awwamah, Muhammad, Hadis Rasulullah dan Keragaman Pendapat Para Pakar, Surabaya : Amar Press, 1990

Azwar, Saifuddin, Metodologi Penelitian, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1998 Baharun, Hasan, Islam Esensial, Jakarta : Pustaka Amani, 1998

Darodji, Ahmad, “Takhrij Hadis Dasar-dasar Keputusan Pengadilan Tinggi Semarang”, Jurnal Penelitian Walisongo, No. VI, 1996

Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, Jakarta : Andi Offset, 1997

Ismail, M. Syuhudi, Kaedah Kesahihan Sanad Hadis, Jakarta : Bulan Bintang, 1988

________________, Metode Penelitian Hadis Nabi, Jakarta : Bulan Bintang, 1992

Muhammad, Al-Hafidz Abi Abdillah bin Yazid, Sunan Ibnu Majah Jilid I, Beirut: Dar al-Fikr, 275 H

Qardhawi, Yusuf, Bagaimana Memahami Hadis Nabi, terj. Muhammad Baqir, Bandung : Karisma, 1995

Zuhri, Muhammad, “Metode Penelitian Hadis”, Jurnal Penelitian Walisongo, No. VI, Balai Penelitian Jurnal Walisongo, 1996

(13)

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Tinjauan Pustaka E. Metodologi Penelitian

F. Sistematika Penulisan Skripsi

BAB II : Gambaran Umum tentang Keutamaan Waktu dan Hari-hari Tertentu dalam Islam

A. Eksistensi Waktu dalam Agama Islam B. Hari-hari Istimewa dalam Agama Islam BAB III : Hadis-hadis tentang Keutamaan Hari Jum’at

A. Hadis tentang Keutamaan Hari Jum’at

1. Kajian sanad hadis keutamaan hari Jum’at 2. Kajian matan hadis keutamaan hari Jum’at B. Hadis tentang Anjuran Ibadah Hari Jum’at

1. Kajian sanad hadis anjuran ibadah hari Jum’at 2. Kajian matan hadis anjuran ibadah hari Jum’at C. Hadis tentang Larangan Ibadah Hari Jum’at

1. Kajian sanad hadis larangan ibadah hari Jum’at 2. Kajian matan hadis larangan ibadah hari Jum’at BAB IV : ANALISA

A. Nilai Sanad Masing-masing Hadis B. Nilai Matan Masing-masing Hadis C. Pemahaman terhadap Hadis Tersebut

(14)

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran-saran C. Penutup

(15)

KEUTAMAAN HARI JUM’AT

(Telaah Hadis Anjuran dan Larangan yang Berkaitan dengan Ibadah)

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan Guna Mendapatkan

Ijin Penelitian (Penyusunan) Skripsi

Oleh :

SITI MAESAROH

4 1 0 1 1 1 1

FAKULTAS USHULUDDIN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

Referensi

Dokumen terkait

Penyerapan tenaga kerja merupakan jumlah tertentu dari tenaga kerja yang digunakan dalam suatu unit usaha tertentu atau dengan kata lain penyerapan tenaga kerja

Tindakan untuk menurunkan pengeluaran yang kami lakukan telah membuahkan hasil seperti yang terlihat dalam penurunan 13% beban crewing menjadi US$ 11,1 juta

Beberapa cara telah dilakukan untuk memanen energi yang terbuang tersebut, seperti Kinetic Energy Recovery System (KERS) yang memanen energi terbuang saat pengereman, Thermal

pada tahun itu kata kurik un itu kata kurikulum ulum di gunakan dala di gunakan dalam bidang olah raga yakni m bidang olah raga yakni suatu alat yang membawa

Untuk informasi kesehatan dan keselamatan untuk komponen masing-masing yang digunakan dalam proses manufaktur, mengacu ke lembar data keselamatan yang sesuai untuk

Struktur pasar monopolistik terjadi manakala jumlah produsen atau penjual banyak dengan produk yang serupa/sejenis, namun di mana konsumen produk tersebut

Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh duduk 5 menit dibanding dengan langsung dibaringkan setelah pemberian obat anestesia spinal bupivakain 0,5% hiperbarik 10 mg

Sehingga dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang dibelajarkan melalui model kooperatif tipe CPS