• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "II. TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. LIDAH BUAYA

Di dunia terdapat lebih dari 350 jenis lidah buaya yang termasuk suku Liliaceae. Jenis lidah buaya yang banyak dikenal diantaranya adalah Aloe nobilis, Aloe variegata, Aloe vera(Aloe barbadensis), Aloe ferox Miller, Aloe arborescens, Aloe chinensis Baker, dan Aloe schimperi(Mc Vicar, 1994).

Tanaman lidah buaya diperkirakan masuk ke Indonesia sekitar abad ke-17. Tanaman lidah buaya dapat dilihat pada Gambar 1. Saat ini lidah buaya terdapat di seluruh pelosok Indonesia dan umumnya ditanam terbatas sebagai tanaman hias di dalam pot dan halaman rumah. Di samping itu, tanaman ini dapat dijadikan sebagai bahan obat-obatan dan kosmetik, karena bahan lendir atau gel yang terdapat dalam daunnya mengandung barbaloin dan iso barbaloin (Wahid, 2000).

Gambar 1. Tanaman Lidah Buaya

Menurut Furnawanthi (2003), Aloe barbadensis Miller mempunyai sinonim binomial dengan Aloe barbadensis dan Aloe vulgaris. Taksonomi

Aloe barbadensisMiller sebagai berikut: Dunia : Plantae Divisi : Spermatophyta Kelas : Monocotyledone Bangsa : Liliflorae Suku : Liliacea Marga : Aloe

(2)

Tanaman lidah buaya dapat tumbuh di daerah panas dan berhawa kering, seperti Afrika, serta di daerah beriklim dingin. Suhu optimum untuk pertumbuhannya berkisar 16-330C, curah hujan 1.000-3.000 mm/tahun dan musim kering agak panjang. Ketinggian tempat tumbuh yang baik sekitar 0-1.500 meter di atas permukaan laut pada jenis tanah latosol, podsolik, andosol, atau regosol dengan drainse yang cukup baik. Keasaman (pH) tanah yang diinginkan adalah 5,5-6. Tanah yang terlalu asam bisa mengakibatkan lidah buaya keracunan logam berat, sehingga ujung daunnya terbakar, pertumbuhan terhambat, dan jumlah anaknya berkurang. Pada umumnya tanaman lidah buaya berbatang pendek, batangnya dikelilingi pelepah tebal berbentuk roset

dengan ujung-ujung runcing mengarah ke atas. Permukaan daun lidah buaya dilapisi lilin dengan duri lemas dipinggirnya. Panjang pelepah dapat mencapai 50-80 cm dengan berat 0,5-1 kg, dan pelepah melingkar (Wahjono dan Koesnandar, 2002).

Lidah buaya mengandung cairan bening seperti jeli dan cairan berwarna kekuningan yang mengandung aloin. Gel lidah buaya dapat dilihat pada Gambar 2. Beberapa bahan kimia yang terkandung dalam tanaman ini adalah barbaloin, isobarbaloin, aloe-imodin, aloenin dan aloesin yang mengandung antibiotik. Efek farmakologis lidah buaya diantaranya adalah obat luka bakar, pencahar (laxative), parasiticidedan memperbaiki pankreas. Tanaman ini dapat dijadikan sebagai obat sakit kepala, pusing, sembelit (constipation), kejang pada anak, kurang gizi (malnutrition), batuk rejan (pertussis), muntah darah, kencing manis, wasir, dan meluruhkan haid. Tak kalah pentingnya, lidah buaya dapat dijadikan sebagai obat alamiah untuk penderita HIV/AIDS karena kandungan polisakarida dan acelated mannose

(3)

Menurut Wijayakusuma (2007), beberapa zat kandungan yang terdapat dalam tanaman lidah buaya adalah:

1) Antakuinon dan Kuinon memiliki efek menghilangkan rasa sakit (analgetik dan menghilangkan pusing)

2) Lignin atau Selulosa dalam gel lidah buaya mampu menembus dan meresap ke dalam kulit, menahan hilangnya cairan tubuh dari permukaan kulit, sehingga kulit tidak cepat kering dan menjaga kelembabannya

3) Acetylated Mannosemerupakan imunostimulan yang kuat, yang berfungsi meningkatkan fungsi fagositik dari sel makrofag, respon sel T terhadap

phatogen serta produksi interferon dan zat kimia yang meningkatkan sistem imun untuk menstimulasi atau merangsang antibodi

4) Gel atau Lendir lidah buaya mempunyai kemampuan untuk menyembuhkan luka, luka bakar, eksim, memberikan lapisan pelindung pada bagian yang rusak dan mempercepat tingkat penyembuhan. Reaksi tersebut dikarenakan adanya Aloectin B yang menstimulasi sistem immun 5) Aloin, Aloe-Emodin menyebabkan usus besar berkontraksi (mengkerut)

sehingga bersifat sebagai pencahar yang kuat (laxative)

Daun lidah buaya digunakan sebagai dasar kosmetika karena mengandung Zn, K, Fe, Vitamin A, asam folat dan kholin. Gel/lendir lidah buaya mengandung vitamin B1, B2, B6, B12, C, E, inositol dan asam folat. Kandungan mineral lidah buaya antara lain adalah kalsium, fosfor, besi, sodium, magnesium, mangan, tembaga, chromiumdan zinc, sedangkan enzim yang terkandung adalah amylase, catalase, cellulose, carboxypeptidase, carboxyhelolase, phosphatase, lipase, catalase, creatine phoshokinase, nucelotidase, alkaline, proteolytase, dan lain-lain.

Apabila produk olahan dari tanaman ini digunakan dalam jangka waktu yang sangat lama akan berakibat efek samping, misalnya: urine berwarna merah muda (pink) atau merah, dan kerusakan pada ginjal atau diare yang akut, atau jantung berdebar karena kurangnya kadar potasium dalam darah (Jatnika, 2009).

(4)

Konsumsi lidah buaya perlu kehati-hatian utamanya bagi: anak-anak dibawah usia 12 tahun, wanita hamil atau merencanakan kehamilan, wanita yang sedang haid dengan pengeluaran darah yang banyak, ibu yang sedang menyusui, orang yang mengalami gangguan pada perut dan usus, orang yang mengkonsumsi obat-obatan dari jenis licorine, diuretik, atau kortikosteroid, pengidap penyakit Crohn’s, orang yang mengkonsumsi obat antiarrythimic, dan orang yang setelah operasi laparotomy (Jatnika, 2009).

Lidah buaya juga dijuluki sebagai tanaman obat atau tanaman penyembuh utama. Manfaat dari lidah buaya diantaranya sebagai:

1) Sumber Zat Gizi

Lidah buaya mempunyai kandungan zat gizi yang diperlukan tubuh dengan cukup lengkap, yaitu vitamin A, B1, B2, B3, B12, C, E, choline, inositol dan asam folat. Kandungan mineralnya antara lain terdiri dari: kalsium (Ca), magnesium (Mg), potasium (K), sodium (Na), besi (Fe),

zinc (Zn), dan kromium (Cr). Beberapa unsur vitamin dan mineral tersebut dapat berfungsi sebagai pembentuk antioksidan alami, seperti vitamin C, vitamin E, vitamin A, magnesium, dan zinc. Antioksidan ini berguna untuk mencegah penuaan dini, serangan jantung, dan berbagai penyakit degeneratif.

2) Zat Antioksidan Alami

Enzim-enzim yang terkandung dalam lidah buaya berfungsi sebagai antioksidan yang sangat bermanfaat untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh terhadap berbagai penyakit.

3) Penyembuh Penyakit Kulit

Lidah buaya juga berfungsi sebagai antibakteri, antijamur, meningkatkan aliran darah ke daerah yang terluka, dan menstimulasi fibroblast, yaitu sel-sel kulit untuk penyembuhan luka. Lidah buaya juga mampu untuk mempercepat penyembuhan jerawat dan psoriasis yaitu sejenis penyakit kulit, dan mencegah kerusakan kulit akibat sinar x.

(5)

4) Obat, Makanan, Minuman

Pemanfaatan lidah buaya semakin lama semakin berkembang. Mula-mula lidah buaya hanya dikenal sebagai obat luar dengan berbagai kegunaan di antaranya sebagai penyubur rambut, penyembuh luka (luka bakar/tersiram air panas), obat bisul, jerawat/noda hitam, pelembab alami, antiperadangan, antipenuaan, serta tabir surya alami. Kegunaan lidah buaya sebagai makanan/minuman antara lain berkhasiat untuk: cacingan, susah kencing, susah buang air besar (sembelit), batuk, radang tenggorokan, hepatoprotektor (pelindung hati), imunomodulator (pembangkit sistem kekebalan), diabetes melitus, penurun kolesterol, dan penyakit jantung koroner. Mengingat demikian besar manfaat lidah buaya bagi kesehatan, tidak ada salahnya memasukkan produk olahannya ke dalam pola makan sehari-hari (Anonim, 2009).

B. BUDIDAYA LIDAH BUAYA

Lidah buaya dapat ditanam pada setiap musim, tetapi lebih baik dilakukan pada awal musim hujan atau akhir musim kemarau. Penyiraman dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan metode konvensional dan metode irigasi tetes. Pemupukan dilakukan menggunakan pupuk padat (solid fertilizer), baik organik maupun anorganik, pupuk cair (liquid fertilizer), baik organik maupun anorganik. Pembudidayaan lidah buaya tersaji pada Gambar 3 (Wahjono dan Koesnandar, 2002).

Gambar 3. Budidaya Lidah Buaya

Wahjono dan Koesnandar (2002) menambahkan pemanenan dilakukan setelah lidah buaya berumur 10-12 bulan dengan bertahap setiap pelepah

(6)

mencapai 600-800 g dan panjang 50-70 cm. Panen dapat dilakukan dengan cara memotong pangkal daun yang dimulai dari pelepah daun bagian bawah.

Budidaya lidah buaya sebaiknya dilakukan secara organik yaitu dengan menggunakan pupuk kandang tanpa pestisida serta menjaga sanitasi lingkungan dan pemeliharaan lainnya yang intensif. Tanaman ini relatif sedikit hama dan penyakit yang mengganggunya, maka besar kemungkinan produktivitasnya akan tinggi (Jatnika, 2009).

C. AGROINDUSTRI PENGOLAHAN LIDAH BUAYA

Di negara Hongkong, Taiwan dan Cina, mengkonsumsi lidah buaya sudah membudaya. Masyarakat di sana mengkonsumsi lidah buaya dalam bentuk juice, manisan bahkan dicampur dengan teh. Jika ingin lebih kreatif, daging lidah buaya sebenarnya lezat untuk dijadikan beragam masakan. Produk olahan lidah buaya antara lain: nata de aloe, krupuk, instant lidah buaya, sirup, dodol, selai, tepung, aloe leather dan koktail sampai Aloe vera

gel. Contoh produk olahan lidah buaya tersaji pada Gambar 4. Tekstur yang kenyal dengan rasanya menyegarkan membuat lidah buaya juga cocok untuk dijadikan sebagai campuran salad dan tumisan (Jatnika, 2009).

Gambar 4. Produk Olahan Lidah Buaya

Melihat berbagai peluang usaha tersebut, baik sebagai bahan baku maupun olahan, lidah buaya menjadi salah satu lahan bisnis domestik maupun ekspor yang sangat menggiurkan, terlebih lagi Indonesia masih sebagai pengimpor lidah buaya seperti untuk industri sabun, sampho, tepung aloe, sari

(7)

Salah satu industri pengolahan hasil pertanian yang sekarang ini sedang marak dikembangkan adalah industri pengolahan komoditas lidah buaya. Komoditas lidah buaya adalah salah satu peluang investasi di sektor pertanian, khususnya tanaman pangan hortikultura yang sangat berprospek untuk dikembangkan. Permintaan pasar terhadap komoditas ini semakin meningkat. Pengembangan agribisnis lidah buaya memiliki prospek yang sangat bagus dilihat dari segi keterlibatan masyarakat dan manfaat yang ditimbulkannya, antara lain:

1) Cara pembudidayaan lidah buaya relatif mudah

2) Mendorong tumbuhnya industri pedesaan baik sektor hulu maupun sektor hilir, sehingga dapat memperluas lapangan kerja di pedesaan

3) Penganekaragaman produknya sangat beragam dari mulai makanan dan minuman, bahan baku kosmetika, dan bahan baku obat-obatan

4) Nilai tambah produk hilirnya cukup besar

5) Permintaan produk olahannya mempunyai pasar yang bagus (Anonim, 2009).

Pengembangan agribisnis lidah buaya di Indonesia terpusat di Pontianak, Kalimantan Barat. Lidah buaya juga banyak diusahakan di Pulau Jawa, tetapi skala usahanya relatif sempit dan lokasinya terpencar. Pengembangan lidah buaya di Jawa Barat berada di daerah Bogor dan Parung. Lidah buaya di daerah tersebut dibudidayakan secara organik. Hasil produksinya digunakan sebagai bahan baku pembuatan minuman kesehatan lidah buaya (Anonim, 2009).

D. SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN

Manajemen merupakan proses yang berkaitan dengan tujuan suatu organisasi dan sumber daya yang dimiliki. Kesuksesan suatu menejemen tergantung pada kemampuan dari fungsi-fungsi yang dimiliki, yaitu planning,

organizing, directing, dan controlling. Semua aktivitas manajemen tersebut berkaitan dengan pengambilan keputusan yang optimum (Turban, 2005).

(8)

Menurut Indrajid (2001), sistem merupakan kumpulan dari komponen-komponen yang memiliki keterkaitan antara satu dan lainnya. Turban (2005) menambahkan bahwa sistem adalah sekumpulan dari objek seperti orang, sumberdaya, konsep, dan prosedur yang teratur untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Bagi Marimin (2004), sistem merupakan suatu kesatuan usaha yang terdiri dari bagian-bagian yang berkaitan satu sama lain yang berusaha mencapai suatu tujuan dalam suatu lingkungan kompleks. Definisi-definisi diatas menunjukkan bahwa sistem sebagai suatu gugus dari elemen-elemen yang saling berinteraksi secara teratur dalam rangka mencapai tujuan ataupun subtujuan.

Pengambilan keputusan yang cepat dan tepat merupakan syarat yang mutlak bagi sebuah perusahaan di masa sekarang. Perubahan struktur pasar, produk, teknologi produksi dan sebagainya, menuntut adanya perubahan pada kebijakan manajemen yang dijalankan. Dalam pengambilan keputusan, para pengambil keputusan akan menghadapi kesulitan dengan adanya alternatif-alternatif pilihan sebagai landasan untuk tindakan yang akan dilaksanakan. Akibatnya, para pengambil keputusan dituntut untuk selalu tahu dan mengerti tentang masalah yang dihadapi, alternatif-alternatif yang ada dan kriteria untuk mengukur setiap alternatif yang ada guna mendapatkan alternatif keputusan yang terbaik.

Sebuah perangkat yang disebut dengan Sistem Penunjang Keputusan dapat digunakan untuk membantu para pengambil keputusan dalam mengambil keputusan yang terbaik dari alternatif-alternatif yang ada. Menurut Turban (2005), sistem penunjang keputusan merupakan sebuah sistem yang digunakan untuk menunjang pembuat keputusan manajemen. Definisi lain dari Sistem Penunjang Keputusan menurut Eriyatno (1998) adalah pendekatan secara sistematis untuk menentukan teknologi ilmiah yang tepat dalam mengambil keputusan dan merupakan konsep spesifik yang menghubungkan sistem komputerisasi informasi dengan para pengambil keputusan sebagai pengguna. Selain memiliki kemampuan fleksibilitas, SPK selayaknya juga mampu mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu melalui pendekatan sistem

(9)

yang diterjemahkan dalam bahasa komputer diperlukan disiplin ilmu Penelitian Operasional. Selain itu, studi lapangan dan penelitian kasus sangat diperlukan untuk menguji validitas input dan parameter-parameter lainnya.

Menurut Moore dan Chang (1980) di dalam Turban et al. (2005), sistem penunjang keputusan adalah suatu sistem yang terdiri dari analisis data dan model keputusan yang digunakan untuk perencanaan akan datang dan digunakan secara umum. Hang (2004) menyebutkan bahwa sistem penunjang keputusan adalah sistem yang sangat fleksibel dan interaktif yang didesain untuk menunjang dalam pengambilan keputusan suatu permasalahan yang tidak terstruktur.

Dari definisi tersebut, dapat diindikasikan empat karakteristik utama dari SPK (Marimin, 2004), yaitu :

1) SPK menggabungkan data dan model menjadi satu bagian

2) SPK dirancang untuk membantu para manajer (pengambil keputusan) dalam proses pengambilan keputusan dari masalah yang bersifat semi struktural atau tidak tersruktur

3) SPK lebih cenderung dipandang sebagai penunjang penilaian manajer dan sama sekali bukan untuk menggantikannya

4) Teknik SPK dikembangkan untuk meningkatkan efektivitas dari pengambilan keputusan

Dalam suatu Sistem Penunjang Keputusan dikenal istilah kriteria dan alternatif. Istilah kriteria dapat digunakan untuk menggambarkan tujuan dari sistem serta berbagai basis dalam merancang bangun dan pengembangan sistem. Istilah alternatif adalah suatu kemungkinan tindakan yang diambil dan dipilih agar diperoleh hasil yang terbaik serta sesuai dengan keinginan sistem.

Menurut Eriyatno (2007), karakteristik pokok yang melandasi teknik sistem penunjang keputusan adalah interaksi langsung antara komputer dengan pengambil keputusan, dukungan menyeluruh (holistic) dari keputusan bertahap ganda, dan suatu sintesa dari konsep yang diambil dari berbagai bidang, antara lain ilmu komputer, psikologi, intelegensi buatan, ilmu sistem

(10)

dan ilmu manajemen, dan mempunyai kemampuan adaptif terhadap perubahan kondisi dan kemampuan berevolusi menuju sistem yang bermanfaat.

Tahapan dalam pengambilan keputusan menurut Syamsi (1995) meliputi identifikasi masalah, pengumpulan dan analisis data, pembuatan alternatif kebijakan yang dijadikan alternatif keputusan terbaik untuk dijadikan keputusan, melaksanakan keputusan, serta memantau dan mengevaluasi hasil pelaksanaan keputusan.

Landasan utama dalam pengembangan SPK adalah konsep model. Konsep model ini menggambarkan hubungan abstrak antara 3 komponen utama dalam penunjang keputusan, yaitu pengambil keputusan atau pengguna, model dan data. Masing-masing komponen tersebut dikelola oleh sebuah sistem manajemen (Eriyatno, 1998). Hubungan antara komponen-komponen tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Struktur Dasar Sistem Penunjang Keputusan (Eriyatno, 1998) Menurut Marimin (2004), secara umum Sistem Penunjang Keputusan terdiri dari tiga komponen, yaitu :

1) Manajemen Data, termasuk di dalamnya adalah databaseyang berisi data yang berhubungan dengan sistem yang diolah menggunakan perangkat lunak yang disebut dengan sistem manajemen basis data

2) Manajemen Model, yaitu paket perangkat lunak yang terdiri dari model finansial, statistikal, ilmu manajemen, atau model kuantitatif lain yang

(11)

3) Subsistem Dialog, yaitu subsistem yang menghubungkan pengguna dengan perintah-perintah dalam SPK

Sistem manajemen basis data memiliki tiga fungsi dasar. Fungsi yang pertama adalah sebagai penyimpanan data dalam basis data. Fungsi kedua adalah menerima data dari basis data. Fungsi yang ketiga adalah sebagai pengendali basis data. Sistem manajemen basis data harus bersifat interaktif dan luwes dalam artian mudah dilakukan perubahan-perubahan terhadap ukuran, isi, dan struktur elemen-elemen data (Marimin, 2004).

Sistem manajemen basis model merupakan sistem perangkat lunak yang mempunyai empat fungsi pokok, yaitu sebagai perancang model, sebagai perancang format keluaran model, untuk memperbaharui dan merubah model, dan untuk memanipulasi data. Pada intinya, sistem manajemen basis model memberikan fasilitas pengelolaan model untuk mengkomputasikan pengambilan keputusan dan meliputi semua aktivitas yang tergabung dalam pemodelan SPK (Marimin, 2004).

Sistem pengolahan dialog adalah satu-satunya subsistem yang berkomunikasi dengan pengguna. Tugas utamanya adalah menerima input dan memberikan output yang dikehendaki pengguna. Sistem pengolahan problematik adalah koordinator dan pengendali dari operasi Sistem Penunjang Keputusan secara menyeluruh. Sistem ini menerima input dari ketiga subsistem lainnya dalam bentuk baku, serta menyerahkan output ke subsistem yang dikehendaki dalam bentuk baku pula. Fungsi utamanya adalah sebagai penyangga untuk menjamin adanya keterikatan antara subsistem (Eriyatno, 1998).

E. PENELITIAN TERDAHULU

Penelitian berkaitan dengan analisa kelayakan investasi diantaranya telah dilakukan oleh Dewi (2004) yang merancang dan mengembangkan model AloeSips 1.01 yang merupakan aplikasi sistem penunjang keputusan untuk investasi syariah berbasis lidah buaya pada sentra usaha tani lidah buaya di Kalimantan Barat. Model ini dibuat untuk membantu menganalisa

(12)

kelayakan pendirian agroindustri lidah buaya ditinjau dari aspek pasar, aspek teknis khususnya pemilihan lokasi, dan aspek finansial. Kriteria investasi yang digunakan untuk mengukur kelayakan dalam model ini adalah payback periode, Net Present Value(NPV), dan Internal Rate of Return(IRR).

Erfanto (2008) merancang model sistem penunjang keputusan untuk merencanakan pendirian agroindustri pepaya gunung dengan pembiayaan syariah. Paket program Cap’S dirancang dengan menggunakan bahasa pemrograman Borland Delphi 7.0 dan terdiri dari tiga bagian utama yaitu Sistem Manajemen Dialog, Sistem Manajemen Basis Data, dan Sistem Manajemen Basis Model. Sistem ini memiliki model untuk mengevaluasi tingkat risiko pembiayaan berdasarkan penilaian pakar (expert judgement), model untuk menentukan bagi hasil berdasarkan risiko pembiayaan dan porsi modal, model untuk memprakirakan jumlah penjualan dengan menggunakan metode regresi linier dan deret waktu, dan model untuk menentukan lokasi yang cocok untuk agroindustri pepaya gunung.

Sistem Penunjang Keputusan berbasis tomat di Kabupaten Bogor dilakukan oleh Cahya (2001). SPK tersebut dirancang dalam suatu paket perangkat lunak komputer bernama TOMEPS 1.01, yang tersusun atas Pusat Pengolahan Sistem, Sistem Manajemen Basis Data Statis, Sistem Manajemen Basis Data Dinamis, Sistem Manajemen Basis Model, dan Sistem Manajemen Dialog. Sistem Manajemen Basis Model yang merupakan inti dari TOMEPS 1.01 terdiri dari 8 sub model, yaitu sub model penentuan lokasi unggulan, sub model penentuan varietas unggulan, sub model prakiraan pasar usahatani, sub model kelayakan finansial usahatani, sub model pola tanam, sub model prakiraan pasar agroindustri, sub model kelayakan finansial agroindustri, dan sub model harga kesepakatan.

Nugraha (2008) melakukan penelitian tentang analisis kinerja usahatani dan pengolahan lidah buaya di Kabupaten Bogor. Dia mengkaji lebih lanjut mengenai perkembangan dan prospek tanaman lidah buaya di Kabupaten Bogor baik budidaya maupun pengolahannya. Hasilnya adalah bahwa agroindustri berbasis lidah buaya di daerah ini cukup berpotensi dan

(13)

perhatian dan dukungan lebih dari pemerintah setempat guna menjadikan Kabupaten Bogor sebagai sentra usahatani lidah buaya di Pulau Jawa.

Penelitian mengenai perencanaan bisnis berbasis paprika dilakukan oleh Haris (2008) dimana kriteria investasi yang dianalisa yaitu dengan menghitung nilai NPV, B/C Ratio, Payback periode, dan Break Event Point.

Gambar

Gambar 5. Struktur Dasar Sistem Penunjang Keputusan (Eriyatno, 1998) Menurut  Marimin (2004), secara umum Sistem Penunjang Keputusan  terdiri dari tiga komponen, yaitu :

Referensi

Dokumen terkait

sanggup bekerja sama dan memberikan bantuan penuh untuk menanggapi secara efektif semua permintaan dari entitas grup, atau lembaga sertifikasi atas data, dokumen,

Bagi penulis, seni merupakan sebuah proses pencarian untuk menemukan nilai-nilai yang mampu menjawab pertanyaan penulis akan sesuatu. Hal ini sejalan dengan pendekatan seni

Perangkat keras pada Tabel 4.1 digunakan untuk melakukan pengujian terhadap sistem ekstraksi informasi berdasarkan spesifikasi minimum yang telah

Hal tersebut sejalan dengan Townend (1991) yang menjelaskan bahwa perilaku asertif memiliki hubungan dengan kepercayaan pada diri sendiri, dengan mempunyai

Adapun unsur-unsur tindak pidana mendistribusikan VCD bajakan tersebut sebagai berikut : unsur setiap orang dan yang dengan tanpa hak dan / atau tanpa izin

Sebagai pertimbangan untuk membentuk indikator pekerja terancam selain pemberian kontrak perkhidmatan adalah memadai di peringkat awal ini untuk mengambil kira dua terma

Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya Persepsi dukungan atasan mengacu kepada tingkat yang memandang karyawan bahwa atasan mereka peduli tentang mereka dan

Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan oleh peneliti maka data yang diperlukan adalah data kekuatan dan kelemahan internal perusahaan khususnya yang berhubungan dengan