Asumsi Pedagang dengan Jumlah Unit
• Jumlah Kios = 90 bh (rata-rata memiliki karyawan 2 orang)
• Jumlah Los (grosir) = 230 bh (rata-rata memiliki karyawan 1 orang) Total = (90x3) + (230x2) = 730 orang
• Prosentase Pedagang :
- 50% asal Jakarta = 50/100 x 730
= 365 orang (penduduk setempat) - 50% asal luar Jakarta = 50/100 x 730
= 365 orang (target penghuni rusun)
• Maksimal kapasitas rumah susun sederhana :
Dengan standar kebutuhan ruang rusun per orang adalah 9 m2 = ruang huni / standar ruang per orang
= 11760 m2 / 9 m2 = 1306,7 ~ 1307 orang
• Berdasarkan pertimbangan kelayakan hunian, pencapaian target dan peraturan pembangunan daerah setempat maka perencanaan rumah susun sederhana ini sebagian besar diperuntukkan bagi pedagang yang berasal dari luar Jakarta dengan jumlah 365 orang ~ 400 pedagang
Hirarki Program Ruang
Susunan kebutuhan ruang dari tingkat yang paling kecil pada tipe 21 : JUMLAH PENGHUNI UNIT RUSUNA 2 KAMAR TIDUR LEMARI MEJA KURSI 12 TAMAN HIJAU RUANG JEMUR 24 KAMAR MANDI R. KOMUNAL TAMAN HIJAU 48 PLAZA R. KOMUNAL TAMAN HIJAU 288 PLAZA R. KOMUNAL TAMAN HIJAU R. KOMERSIL MASJID LAPANGAN
Susunan kebutuhan ruang dari tingkat yang paling kecil pada tipe 36 : JUMLAH PENGHUNI UNIT RUSUNA 3 KAMAR TIDUR KAMAR MANDI LEMARI MEJA KURSI 18 RUANG JEMUR TAMAN HIJAU 36 R. KOMUNAL TAMAN HIJAU 144 PLAZA R. KOMUNAL TAMAN HIJAU R. KOMERSIL MASJID LAPANGAN
Dimensi Kebutuhan Ruang
Unit Kebutuhan Penghuni & Pengunjung
Ruang Standar Kapasitas Jumlah Ruang
Luas Sumber
Unit Hunian 1 21 m2 2 133 2793 m2 NAD
Unit Hunian 2 36 m2 3 74 2664 m2 NAD
Kamar Mandi Umum 2 m2 1 254 508 m2 TSS Studi Banding Ruang Komunal 48 m2 7 10 480 m2 Studi Banding Ruang Tanam 598 m2 4m2 /orang 1 598 m2 Asumsi Sub Total 7043 m2
Unit Kebutuhan Pengelola
Ruang Standar Kapasitas Jumlah Ruang Luas Sumber Ruang Administrasi dan Keuangan 30 m2 10 1 30 m2 Studi Banding Ruang Manajemen Gedung 30 m2 4 1 30 m2 Studi Banding Ruang Unit Pelayanan dan Utilitas 6 m2 4 1 6 m2 Studi Banding Ruang Kepala Pengelola Gedung 18 m2 /orang 2 1 18 m2 Studi Banding Ruang Rapat Pengelola 28 m2 15 1 28 m2 NAD Kamar Mandi 3 m2 1 6 18 m2 TSS Sub Total 130 m2
Unit Kebutuhan Kegiatan Penunjang
Ruang Standar Kapasitas Jumlah Ruang Luas Sumber Ruang Serba Guna 200 m2 50% penghuni = 200 1 200 m2 TSS Ruang Komersil 12 m2 /unit 3 15 180 m2 Asumsi Musholla 1 m2 /orang 50% penghuni =200 1 200 m2 Studi Banding TSS Lapangan Olah-Raga 365 m2 200 1 365 m2 NAD Studi Banding Sub Total 945 m2
Unit Kebutuhan Servis
Ruang Standar Kapasitas Jumlah Ruang Luas Sumber Pos Keamanan 6 m2 2 2 12 m2 Studi Banding Ruang ME & Genset 6 m2 2 1 6 m2 Studi Banding
Gudang 12 m2 - 1 12 m2 Studi Banding
Parkir Mobil 25 m2 /mobil 5% penghuni =20 1 500 m2 Studi Banding Asumsi Parkir Motor 1,5 m2 /motor 144 144 216 m2 Studi Banding Asumsi Sub Total 746 m2 TOTAL 8864 m2 Sirkulasi 20% 1772.8 m2 TOTAL 10636.8 m2
IV.2.4. Pengelompokan Program Ruang
Berdasarkan analisa pelaku kegiatan, sifat kegiatan dan kebutuhan ruang, maka kegiatan dalam Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini dikelompokkan dalam :
1. Kegiatan Penghuni & Pengunjung : ruang yang berisikan segala kegiatan dan tingkah laku dari para pengguna, termasuk penghuni maupun pengunjung lainnya untuk melakukan aktivitas beristirahat, bertempat tinggal atau sekedar berkunjung.
2. Kegiatan Pengelola : ruang yang berisikan aktivitas pengelola untuk mengurus segala permasalahan manajemen rumah susun.
3. Kegiatan Penunjang : ruang-ruang yang berisikan fasilitas dan kegiatan pendukung bagi para pengguna rusun.
4. Kegiatan Servis : ruang yang berisikan bagian seperti utilitas dan sirkulasi parkir serta berbagai kegiatan pelayanan lainnya.
Kelompok Ruang Dimensi
Ruang Penghuni & Pengunjung 7043 m2 Ruang Pengelola 130 m2 Ruang Penunjang 945 m2 Ruang Servis 746 m2 Total Total + Sirkulasi 20% 8864 m2 10636.8 m2 Tabel 19: Kelompok Program Ruang
IV.3. ANALISA ASPEK BANGUNAN
IV. 3. 1. Analisis Sistem Massa Bangunan
1. Analisa Bentuk Dasar Bangunan
Secara umum terdapat tiga bentuk dasar bangunan yaitu bentuk persegi, segitiga dan lingkaran. (Francis D.K. Ching)
KRITERIA PERSEGI SEGITIGA LINGKARAN
Kesesuaian dengan Fungsi Peruntukkan
Bangunan
Kesesuaian dengan Bentuk Tapak
Kesesuaian dengan Topik dan Tema
Orientasi Bentuk Bangunan Terhadap
Lingkungan
Mendukung Kegiatan di dalam Ruang
dan Fungsi Ruang Luar
Memiliki Kekuatan Karakteristik
Bangunan
TOTAL BOBOT (Tanda )
16
11
8
Tabel 20: Bentuk Dasar Bangunan
Berdasarkan kriteria diatas, bentuk dasar persegi sesuai dengan peruntukkan lahan sebuah Rumah Susun melalui penempatan fungsi ruang huni secara maksimal dan orientasi bentuk bangunan terhadap lingkungan yang dapat menyesuaikan bentuk tapak.
2. Analisa Pola Massa Bangunan
Penerapan pola massa bangunan terbagi menjadi dua macam, yaitu pola massa tunggal dan majemuk.
POLA MASSA TUNGGAL POLA MASSA MAJEMUK
Massa hanya terdiri dari satu gubahan massa yang menampung seluruh program ruang di atas tapak
Massa yang terdiri dari beberapa gubahan massa yang masing-masing menampung program ruang yang terpisah di atas tapak PERTIMBANGAN
- Sifat bangunan terpusat
- Sirkulasi pencapaian yang cepat dan relatif lebih pendek
- Efisiensi penyediaan fasilitas dan maintenance
- Efisiensi penggunaan lahan yang terbatas
PERTIMBANGAN - Sifat bangunan yang menyebar dan memusat pada satu massa utama
- Adanya pemisahan kelompok aktivitas manusia
- Adanya rongga sirkulasi antar massa - Pola perletakan massa yang lebih dinamis
Tabel 21: Pola Massa Bangunan
Melalui pertimbangan diatas, maka Rumah Susun di Jakarta Barat ini menggunakan pola massa majemuk. Selain alasan adanya pemisahan kelompok aktivitas manusia, juga rongga sirkulasi yang sangat berpengaruh terhadap kondisi thermal lingkungan berhubungan dengan kondisi iklm tropis.
3. Analisa Bentuk Massa Bangunan
ALTERNATIF 1 - BENTUK MASSA L
- MASSA CUKUP MENDEKATI BENTUK & POTENSI TAPAK - MASSA BERSIFAT KAKU DAN STATIS
ALTERNATIF 2 - BENTUK MASSA U
- MASSA KURANG MENDEKATI BENTUK TAPAK
- MASSA BERSIFAT KAKU DAN TERKESAN FORMAL
ALTERNATIF 3
- BENTUK MASSA SUSUN PERSEGI - MASSA MENDEKATI BENTUK & POTENSI TAPAK
- MASSA BERSIFAT DINAMIS
Tabel 22: Analisa Bentuk Massa Bangunan
Bentuk massa susun persegi dianggap ideal untuk mengembangkan bentuk sebuah hunian rumah susun. Selain pemanfaatan dan maksimalisasi ruang-ruang huni di dalamnya, hubungan dengan potensi dan bentuk tapak mempengaruhi keleluasaan bentuk dalam mengembangkan elemen pendamping serta ruang utama dalam keterkaitan topik dan tema.
• Analisa Gubahan Massa Bangunan
Analisa gubahan massa bangunan dilakukan dengan pemikiran dalam perkiraan dasar pembagian kelompok ruang yang masing-masing memiliki sifat dan fungsi yang sesuai peruntukannya, maka hal tersebut dilakukan dengan meletakkan hubungan-hubungan yang ada pada tapak sehingga dapat memperkirakan volume dan bentuk bangunan.
Gambar 18: Analisa Gubahan Massa Bangunan
private
semiprivate
public
service
• Analisa Orientasi Massa Bangunan
Pembuatan area penghubung antara kawasan perumahan sekitar dengan bangunan rumah susun. Hal tersebut bertujuan agar tercipta interaksi antar penghuni maupun bangunan sekitar. Pedestrian sekitar bangunan juga bertujuan menciptakan interaksi tersebut.
Gambar 19: Penghubung Kawasan Gambar 20: Jalan Sebagai Arah Orientasi
Gambar 21: Orientasi lokasi UPT
Orientasi bangunan mengikuti tapak yang menghadap arah utara, tepat di depan alur lalu lintas Jln. Salam yang merupakan jalur mobil angkutan mikrolet M24. Pencapaian tapak dan orientasi pada lokasi UPT Pasar Kembang Rawa Belong juga berjarak tidak terlalu jauh dari lokasi tapak.
IV. 3. 2. Analisis Tata Ruang Dalam Analisa Sirkulasi Dalam Bangunan
1. Sirkulasi Penghuni Rusun (pencapaian ruang huni)
- Penerapan promenade dalam upaya menciptakan ruang rekreasi dan dinamisasi.
- Koridor dengan besaran yang manusiawi sehingga membuat penghuni leluasa untuk bergerak.
- Pengarahan dan sirkulasi yang jelas antar blok massa maupun ruang-ruang tertentu yang berkaitan.
2. Sirkulasi Pengunjung Rusun
- Ruang publik yang ramah sebagai penghantar pengunjung menuju kawasan pribadi.
- Sirkulasi antar ruang huni yang jelas, agar pengunjung mudah mencari kamar yang dituju.
- Tata ruang yang secara tidak langsung menjadi signage (tanda) bagi pengunjung untuk menuju ruang yang diinginkan.
3. Sirkulasi Pengelola Rusun
- Pembuatan sirkulasi yang berupaya tidak banyak mengganggu aktivitas penghuni & pengunjung.
- Jalur-jalur yang berkaitan dengan kawasan hunian agar memudahkan pengawasan, maintenance dan pelayanan terhadap penghuni rusun, pengunjung baru yang butuh infomasi maupun bangunan itu sendiri.
Analisa Sirkulasi Horizontal
SISTEM SIRKULASI KETERANGAN
Sistem Linear
- Menghubungkan Ruang Secara Kontinu - Menunjukkan Satu Arah
- Fleksibel
- Menggambarkan Sebuah Gerak - Bereaksi dengan Bermacam Keadaan Sistem Radial
- Merupakan Sirkulasi Linear yang Berkembang Dari Pusat
- Extrovert dan Menuju Banyak Arah - Memiliki Titik Awal dan Akhir Sistem Grid
- Membutuhkan Tingkat Pelayanan yang Tinggi
Sistem Spiral
- Memiliki Titik Pusat
- Bersifat Menerus dan Tidak Berhenti - Memiliki Tujuan Keluar
Sistem Network
- Memperkuat Kesan Sudut
- Merupakan Jalan Pintas untuk Menuju Pencapaian (shortcut)
Sistem Loop (komposisi) Gabungan
- Awal & Akhir Pergerakan Berada di Satu Titik
- Menerus Membentuk Ruang Pusat Tabel 23: Analisa Sirkulasi Horizontal
Berdasarkan analisa di atas, pola sirkulasi sistem radial sesuai dengan fungsi sebuah bangunan rumah susun. Karena merupakan pengembangan dari sirkulasi linear yang fleksibel dalam pola pembagian ruang dan kejelasan arah yang sewaktu-waktu dapat dikembangkan.
Analisa Sirkulasi Vertikal
Dalam perancangan Rumah Susun Sederhana ini, sirkulasi vertikal bangunan hanya menggunakan tangga. Selain karena bangunan terdiri hanya dari 5 lantai, efisiensi dan penggunaan tangga dianggap lebih ideal untuk masyarakat kalangan menengah ke bawah dan juga dampak penggunaan energi yang berlebihan terhadap lingkungan, seperti lift. A. Dimana tangga tersebut memiliki fungsi :
- Sebagai sirkulasi antar lantai
- Sebagai sirkulasi darurat (tangga darurat) B. Analisa Sirkulasi Darurat :
Pendekatan bagi sistem tangga kebakaran yang berfungsi memberi kemudahan bagi penghuni/pengguna bangunan untuk dapat menyelamatkan diri apabila sewaktu-waktu bangunan terkena musibah.
Berikut persyaratan tangga kebakaran, terkait dengan kemiringan tangga, jarak pintu dengan anak tangga, tinggi pegangan tangga, dan lebar serta ketinggian anak tangga.
IV. 3. 3. Hubungan Skematik
Hubungan Skematik Program Secara Umum
Gambar 23: Diagram Skematik Secara Umum
RUANG
PENUNJANG
RUANG
HUNI
RUANG
SERVICE
RUANG
PENGELOLA
PLAZA
SIDE
ENTRANCE
MAIN
ENTRANCE
SIDE
ENTRANCE
IV. 3. 4. Zoning dalam Bangunan
Zoning dilakukan berdasarkan kelompok ruang yang dimana pembagian kelompok ruang tersebut terbagi menurut zoning vertikal dan horizontal.
Kelompok Ruang Dimensi
Ruang Penghuni & Pengunjung 7043 m2 Ruang Pengelola 130 m2 Ruang Penunjang 945 m2 Ruang Servis 746 m2 Total Total + Sirkulasi 20% 8864 m2 10636.8 m2 Tabel 24: Pembagian Kelompok Ruang
Gambar 24: Zoning Vertikal Bangunan
IV. 3. 5. Struktur Bangunan
• Struktur Bawah (Sub-Structure)
Usulan penggunaan pondasi pada bangunan :
JENIS PONDASI KETERANGAN
Pondasi Bored Pile Getaran yang ditimbulkan pada saat pelaksanaan cukup kecil, cocok digunakan pada daerah yang padat, dan tidak menganggu lingkungan sekitar.
Ukuran diameter biasanya lebih besar dari ukuran pracetak, sehingga daya dukung tiap tiang lebih besar.
Karena diameter lebih besar, maka pekerjaan ini memerlukan biaya besar.
Waktu pelaksanaan relatif lama.
Pondasi Tiang Pancang Pemancangan relatif cepat, kualitas lebih terjamin dan dapat digunakan sebagai pondasi air.
Dapat menahan gaya vertikal dengan baik.
Untuk tiang yang tidak cukup panjang perlu penyambungan dan hasilnya kurang baik.
Pelaksanaan mudah, tidak memerlukan tenaga ahli. Pondasi Dangkal
(Lajur & Setempat)
Pelaksanaan yang mudah dan tidak membutuhkan peralatan khusus.
Tidak menimbulkan getaran.
Hanya untuk bangunan bertingkat 4. Tabel 25: Jenis-jenis Pondasi
Pondasi yang akan digunakan pada Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat adalah pondasi tiang pancang. Pertimbangannya karena kualitas mutu yang lebih terjamin dan kemampuannya dalam menahan gaya vertikal.
• Struktur Atas (Upper-Structure)
Struktur dinding dan plat lantai pada bangunan Rumah Susun Sederhana menggunakan sistem struktur rangka berdasarkan pertimbangan:
a. Cukup fleksibel dalam pembagian ruang karena dinding-dindingnya merupakan elemen non-struktural.
b. Memungkinkan untuk membuat bukaan sebanyak mungkin, sehingga memudahkan pencahayaan dan penghawaan alami.
Struktur rangka akan menggunakan bahan beton bertulang dengan perpaduan struktur rangka baja pada area tertentu.
IV. 3. 6. Material
• Struktur untuk menahan lantai dibantu oleh kolom dan plat bondeks cor beton yang menggunakan bahan beton bertulang.
• Material struktur kulit bangunan menggunakan dinding bata dan finishing dengan acian agar terkesan alami, selain itu dalam pertimbangan pola hidup pedagang yang minim akan maintenance, sehingga tidak harus mengecat tembok berulang kali.
• Pada atap menggunakan genteng sebagai material atap miring serta penerapan green roof di beberapa bagian yaitu berupa pot tanaman sebagai penghijauan dan atap cor beton yang berfungsi sebagai tempat reservoir atas. Selain itu atap beton juga dimaksudkan untuk area tanam, yang dimana pedagang tanaman dengan budaya bercocok tanamnya.
IV. 3. 7. Sistem Utilitas
Sistem utilitas bangunan merupakan faktor kenyamanan dan keamanan dalam kelangsungan kegiatan di dalam bangunan. Ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan, yaitu adanya kenyamanan pada penghuni, pengunjung dan pengelola atas kondisi thermal, pencahayaan, faktor kebisingan dan keamanan apabila sewaktu-waktu bahaya kebakaran serta kejadian-kejadian yang tidak diinginkan. Selain itu yang juga harus diperhatikan adalah kemudahan pemasangan dan pemeliharaan (maintenance) sistem utilitas tersebut. Penempatan inti bangunan akan berdampak pada kemungkinan penempatan jalur distribusi jaringan utilitas, baik pada arah vertikal yang berdampak pada rancangan denah bangunan, maupun pada arah horizontal yang berdampak pada potongan bangunan. Berikut ini adalah alternatif jalur sirkulasi utilitas bangunan:
A. Sistem Distribusi Air Bersih
Distribusi penyediaan air bersih dan air minum berasal dari PDAM yang ditampung pada reservoir bawah lalu dipompa ke reservoir atas untuk didistribusikan ke ruang-ruang yang membutuhkan. Dengan sistem penyaluran ”Down Feed Distribution” dimana keuntungannya adalah: hanya perlu satu pompa bila reservoir atas kosong, dan bila listrik mati, air keran tetap dapat mengalir karena tekanan gravitasi.
Gambar 27: Diagram Air Bersih
B. Sistem Pembuangan Air Kotor
Pembuangan air kotor menyangkut pembuangan air kotor padat dan air kotor cair. Air kotor yang terbuang akan masuk ke dalam tempat pengolahan limbah, dan kemudian akan dipakai kembali (recycle). Hal ini bertujuan guna meningkatkan efesiensi penggunaan air dalam bangunan. Air kotor dari air hujan, juga diusahakan dapat ditampung untuk bisa digunakan kembali ke dalam bangunan maupun di luar bangunan seperti menyiram tanaman. PDAM Sumur Recycling Water Pompa Reservoir Bawah Pompa Reservoir Atas WC Ruang Tanam
Gambar 28: Diagram Air Kotor
C. Sistem Instalasi Listrik
Instalasi listrik berasal dari PLN. Listrik akan disalurkan melalui gardu utama yang kemudian diteruskan ke setiap ruang yang memerlukan. Untuk melayani kebutuhan listrik dalam keadaan darurat atau pada saat mati listrik dari PLN, maka digunakan genset.
Gambar 29: Diagram Listrik Air Hujan Air Bersih Air Kotor Padat Air Kotor Cair Bak Kontrol Bak Kontrol Pengolahan Limbah Reservoir Rembesan Riol Kota Pompa Penerangan Panel Cabang Panel Utama Travo ATV ATV Genset PLN
Pencahayaan
Standar insensitas cahaya menurut (Ir. Jimmy S. Juwana, MSAE, dalam bukunya Panduan Sistem Bangunan Tinggi:
RUANG KEBUTUHAN
Ruang Tidur 250 lux
Dapur 250 lux
R. Keluarga/Tamu/Kerja 120-150 lux Kamar Mandi 200 lux Sirkulasi 100-150 lux Area Pengelola 250-350 lux Parkir, Penerangan Jalan 150-250 lux Toilet Umum 100 lux Utilitas
- ME - Gudang
100-200 lux 50 lux
Tabel 26: Kebutuhan Cahaya Pada Ruang
• Pencahayaan Alami
Rumah Susun berlokasi di daerah dengan latar iklim tropis. Sinar matahari dengan intensitas tinggi sudah seharusnya dimanfaatkan untuk menghemat energi. Pada siang hari cahayanya diupayakan sebisa mungkin masuk ke seluruh ruang-ruang tertentu tetapi tetap memperhatikan intensitas cahaya sesuai dengan kebutuhan. Dengan mengoptimalkan bukaan dan membatasi pencahayaan yang berlebihan karena akan menyebabkan kondisi thermal yang tidak nyaman.
• Pencahayaan Buatan (Artificial)
Sumber energi yang menghasikan pencahayaan buatan pada rusun ini menggunakan energi listrik Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan genset. Pencahayaan buatan (artificial) adalah salah satu upaya untuk memberikan cahaya masuk ke dalam mata melalui pantulan sehingga manusia dapat melakukan aktivitasnya. Energy-Saving Lamp, berupa lampu neon/TL yang berupaya mengurangi dampak pemborosan energi terhadap pencahayaan buatan dengan kriteria:
- Jenis dan jumlah lampu serta titiknya. - Daya tahan lampu (life-cycle).
- Jenis kegiatan dan kebutuhan penerangan dalam ruang. D. Penghawaan
Penghawaan berfungsi mempertahankan kondisi thermal dalam ruangan agar tercipta kenyamanan. Kenyamanan yang dimaksud adalah Suhu (Temperature), Kelembaban (Humidity) dan Kecepatan Angin (Velocity). Sistem penghawaan tersebut terbagi menjadi 2, yaitu:
• Penghawaan Alami
Dengan memberikan banyak bukaan agar udara luar bisa keluar masuk (cross ventilation). Dengan penggunaan sistem void dan plafon yang agak tinggi pada ruang, udara dapat mengalir ke tiap-tiap koridor.
Gambar 30: Penghawaan Alami
• Penghawaan Buatan
Penghawaan buatan dilakukan dengan mempertahankan suhu dan kelembapan di dalam ruangan melalui cara penyerapan panas yang ada di dalam ruangan lalu menggantinya dengan udara dengan suhu sesuai dengan tingkat kenyamanan manusia. Bangunan rumah susun ini tidak bisa sepenuhnya bergantung pada pengudaraan alami. Diperlukan juga penghawaan buatan untuk tetap menjaga temperatur udara di dalam ruangan. Dalam hal ini, penggunaan AC hanya ditempatkan pada ruang pengelola saja. Pada ruang huni tetap mengandalkan penghawaan alami dengan bantuan tambahan kipas angin (fan).
E. Sistem Penanggulangan Kebakaran
Musibah kebakaran adalah salah satu musibah yang sering terjadi pada sebuah bangunan, bisa terjadi akibat kelalaian manusia maupun kesalahan teknis pada bangunan.
Gambar 32: Jarak Aman Hydrant
Dalam mengamankan bahaya kebakaran pada bangunan rumah susun ini mengunakan pencegahan kebakaran aktif yaitu Fire Hydrant dan Pylar Hydrant.
F. Sistem Penangkal Petir
Penangkal petir adalah media penghantar di atas atap berupa elektroda logam yang dipasang tegak dan elektroda logam yang dipasang mendatar. Sistem tersebut menyediakan jalur menerus dari logam yang menyalurkan petir ke tanah pada saat terjadi sambaran petir pada bangunan. Penangkal petir biasanya terdiri dari tiang pendek (finial) dan kepala penangkap petir (air termination).
Gambar 35: Pusat Menara Penangkal Petir
Terdapat 2 jenis penangkal petir yang umum digunakan pada bangunan, yaitu:
- Penangkal Petir Sistem Prevectron
Memiliki areal perlindungan yang berbentuk paraboloid - Penangkal Petir Sistem Thomas
Memiliki jangkauan perlindungan bangunan yang lebih luas dengan tiang penangkap petir dan pengebumiannya. Yang diterapkan pada bangunan rusun ini adalah penangkal petir sistem Thomas karena jangkauan perlindungan bangunannya luas.