• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan HHBK Jenis Gaharu (Aquilaria malaccensis ) di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengembangan HHBK Jenis Gaharu (Aquilaria malaccensis ) di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

Pengembangan HHBK

Jenis Gaharu (

Aquilaria malaccensis

)

di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Oleh:

(2)

aharu adalah produk Hasil Hutan Bukan Kayu dalam bentuk gumpalan, serpihan atau bubuk yang memiliki aroma keharuman khas bersumber dari kandungan bahan kimia berupa resin (α-β oleoresin).

Gaharu terbentuk dalam jaringan kayu, akibat pohon terinfeksi penyakit cendawan (fungi) yang masuk melalui luka batang (patah cabang).Gaharu pertama dikenal dalam bentuk gubal, ditemukan di Assam, India dari pohon jenis Aquilaria agaloccha Rottb pada abad ke-7.

G

Di Indonesia dikenal mulai abad ke-12 diperdagangkan barter antara masyarakat Kalbar dan Sumsel dengan pedagang Kwang Tung, China. Gaharu dalam bentuk gubal semula dipungut dari pohon penghasilnya di dalam hutan dengan cara menebang pohon hidup dan mencacahnya untuk mendapatkan bagian yang bergaharu.

Komoditas gaharu telah cukup lama dikenal masyarakat umum. Beberapa jenis tanaman gaharu yang dikenal antara lain Aquilaria malaccensis, A. filaria, A. hirta, A, agalloccha, A. macrophylum dan beberapa puluh jenis lainnya. Dari puluhan jenis tanaman yang berpotensi tersebut, Aquilaria malaccensis adalah tanaman penghasil gaharu berkualitas terbaik dengan nilai jual yang tinggi, jenis ini termasuk dalam family Thymelleaceae, tumbuh di dataran rendah hingga pegunungan, 0-750 m dpl, suhu rerata 32˚C dengan kelembaban rerata 70%, curah hujan sekitar 2000 mm.

Tanaman ini cukup banyak potensi dan penyebarannya di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Di Pulau Bangka tanaman ini sering disebut Mengkaras, sedang di Belitung disebut Kepang. Di kedua pulau ini, diameter pohon dapat mencapai 40 – 80 cm. Kepulauan Bangka Belitung merupakan salah satu daerah sebaran pohon atau jenis-jenis penghasil gaharu terutama Aquilaria malaccensis yang dikenal merupakan penghasil gaharu bermutu tinggi, disamping jenis-jenis lain seperti A. microcarpa, Gonystilus dll.

Selama kurun waktu yang cukup lama, Bangka Belitung dikenal sebagai penghasil gaharu berharga tinggi di dunia, namun gaharu yang dihasilkan merupakan gaharu alam sehingga terjadi eksploitasi besar-besaran terhadap jenis-jenis tersebut. Hal ini mengakibatkan keberadaan jenis penghasil gaharu alam semakin langka. Saat ini jenis A. malaccensis telah masuk dalam kategori Appendiks II (langka) menurut CITES, sehingga ekspor atau perdagangannya dipantau dan dibatasi oleh kuota.

Berdasarkan kenyataan di lapangan, wilayah Bangka Belitung telah lama dikenal sebagai wilayah sebaran sekaligus tempat tumbuh yang potensial bagi jenis-jenis tanaman penghasil gaharu terutama sekali A. malacceensis. Dengan demikian lahan-lahan yang tersedia, baik di dalam kawasan hutan negara, hutan/perkebunan rakyat maupun lahan-lahan lainnya sesuai untuk pertumbuhan dan budidaya jenis-jenis tanaman penghasil gaharu.

(3)

Peta Sebaran Potensi Gaharu di Provinsi Kep. Bangka Belitung

Potensi Gaharu di Provinsi Kep. Bangka Belitung terdapat di 2 (dua) kabupaten : Potensi Gaharu

No. Kabupaten Desa Kel. Tani

Budidaya Alami 1. 2. 3. Bangka Selatan Bangka Tengah APSI 2008 44 13 44 13 220.100 6.450 30.000 38.414 - - T o t a l 57 57 256.550 38.414 Manfaat/Kegunaan Gaharu :

 Pengharum/pewangi ruangan alami, dengan cara dibakar yang banyak dilakukan oleh Masyarakat di Negara Timur Tengah.

 Bahan baku industri parfum, wangian dan kosmetik.

 Sebagai bahan pembuatan dupa (insence stick). Sebagai bahan baku pembuatan Kohdoh (untuk acara ritual masyarakat Jepang).

 Sebagai bahan baku pembuatan minyak gaharu.

 Sebagai bahan baku pembuatan aneka kerajinan gaharu.  Sebagai bahan pembuatan minuman (teh gaharu).

Bahan baku obat-obatan antara lain: anti asmatik, stimulan kerja saraf, perangsang seks, obat kanker, penghilang stress, obat malaria, anti mikrobia, obat sakit perut, penghilang rasa sakit, obat ginjal, obat lever dan obat diare.

(4)

Budidaya Tanaman Gaharu

Teknik Perbanyakan/Pembenihan/Propagasi Perbanyakan secara vegetatif Menggunakan stump

Perbanyakan dengan biji / benih

Buah/biji gaharu

Tissue culture

Cangkok / stek

Pola Tanam Gaharu :

Pola Tanam Monokultur Pola Tanam Agroforestry Pola Tanam Tumpangsari (diantara tanaman sawit)

Sekilas Teknik Inokulasi Gaharu :

• Pengadaan isolate : identifikasi, screening, (simpan=lab).

• Produksi inokulan : inokulan padat (serbuk gergaji)= cair (hara,mineral, air steril, botol infus)

• Pengadaan alat & perlengkapan : genset, bor & mata bor, pipa stainles, pisau, pinset, alkohol 70 %, malam/lilin, kapas steril, lap/tisue steril dll ( alat bantu ).

• Teknik inokulasi : pilih pohon (diameter : 15 up), design lubang bor (spiral batang), tentukan jarak bor, bor batang kedalaman 1/3 diameter, masukan inokulan, tutup malam. Catatan : lakukan proses cepat dan steril.

• Observasi : Setelah 1 – 2 bulan amati laju infeksi penyakit dengan membuka kulit batang sekitar lubang bor.

Catatan : bila telah berubah warna dan ada tanda infeksi dan dicek telah berbau gaharu = BERHASIL. T Taannaammaan nppookkookk T Taannaammaann ppeelliinndduunngg ( (LLeeuucceennaa sspp)) 3 300 ccmm 3 3 mm 1 1 mm 2 2 mm

(5)

PANEN DAN PASCAPANEN

Masa proses produksi ditentukan oleh : (a) kesesuaian jenis isolat & lingkungan, (b) jumlah lubang bor, (c) skill pelaku.

PANEN :

1. Berkala : dengan cara mengorek lubang bor (bubuk/serpih kecil) jual dalam Gram.

2. Total : pohon mati (daun rontok, batang kering, kulit mudah dikelupas) dipanen bersama akarnya.

Seleksi jenis produk : dipilah sesuai warna & keharuman : hitam mengkilat, hitam, hitam-coklat, hitam-coklat, kuning bergaris coklat/hitam, putih bergaris hitam-coklat, putih (kualitas & harga) kelas( gubal, kemedangan dan abu/bubuk).

PASCAPANEN : minyak gaharu (destilasi), bahan obat herbal, dupa/hio dll.

Pembuatan Hio

PROSPEK PENGEMBANGAN GAHARU DI BABEL

• Investasi dibidang gaharu sendiri sebenarnya sangat menguntungkan. Gaharu bisa dipanen pada usia 5-7 tahun.

• Untuk satu hektare gaharu hingga bisa dipanen, memerlukan biaya sebesar Rp 125 juta namun hasil panen yang didapat mencapai puluhan kali lipat. Budi daya gaharu sangat cocok dikembangkan dalam meningkatkan hasil hutan non kayu, sementara pasarnya sangat luas dan tidak terbatas.

(6)

• Untuk memperoleh 21 kg gubal gaharu, Adi Saptono tak perlu menjelajah hutan yang menguras tenaga. Ia cukup menebang 3 pohon dikebunnya setahun pasca insersi. Dari penjualan gubal itu, total pendapatannya Rp 52 juta.

• Contoh konkrit di Bangka Belitung adalah Adi Saptono yang memiliki 10 ha gaharu di kebunnya. Masing-masing terdiri atas 400 pohon per ha. 'Di halaman belakang rumah ada 200 pohon,' kata pekebun di Pangkalpinang, Bangka-Belitung tersebut. Gaharu-gaharu di kebun itulah yang ia panen setelah setahun disuntik cendawan. Pohon-pohon lain anggota famili Thymelaeceae itu menyusul panen pada bulan mendatang. Adi tak perlu repot memasarkan gaharu. Karena, importir asal Taiwan mendatangi rumahnya, 'Importir itu malah minta pasokan rutin 10 ton sehari,' katanya.

Saat ini, kebutuhan dan penggunaan gaharu secara internasional terus mengalami peningkatan

sementara quota gaharu Indonesia terus menurun karena menurunnya potensi gaharu alam yang ada. Untuk itu perlu upaya para pencinta gaharu dan masyarakat pada umumnya untuk dapat

mengembangkan potensi gaharu ini melalui : a. Budidaya tanaman jenis-jenis penghasil gaharu

unggulan secara intensif dan berkesinambungan. A. malaccensis sebagai salah satu tanaman unggulan lokal di Bangka Belitung, sangat memungkinkan untuk dikembangkan serta serta memiliki prospek gemilang bagi investasi masa depan

b. Peningkatan dan pengembangan teknologi inokulasi menggunakan cendawan yang telah berhasil diujicobakan oleh Balitbanghut dan lembaga ilmiah lainnya untuk mempercepat produksi gaharu serta meningkatkan kuantitas maupun kualitas produk yang dihasilkan.

Harga Gaharu hasil induksi (satu tahun setelah induksi) : Jakarta (Pedagang Taiwan) : US $ 150 /kg

Mecca : Real 800-1000/kg Termasuk kriteria grade : Kelas Teri

Pasar yang menyerap gaharu adalah Singapura (75%), Timur Tengah (17%), dan Taiwan (5%). Selebihnya terserap pasar Hongkong, Jepang, dan Malaysia.

Harga ditentukan oleh pedagang gaharu, berdasarkan :  dibakar dan dihirup wanginya

 warna gaharu  beratnya

(7)

ANALISIS EKONOMI USAHA PENGEMBANGAN BUDIDAYA DAN PRODUKSI GAHARU

Luas : 1 ha, Waktu : 8 tahun I. BIAYA

A. Tahun ke-I

1. Pembelian bibit 2000 pohon @ Rp 20.000,- Rp. 40.000.000,- (termasuk sulaman 20%)

2. Pupuk kandang 10 ton @ Rp 75.000,- Rp. 750.000,- 3. Pestisida Rp. 120.000,- 4. Tenaga kerja lepas Rp. 4.000.000,- + Sub total A Rp. 44.870.000,- B. Tahun ke-II sampai ke-VII

1. Pupuk kandang Rp. 750.000 x 6 tahun Rp. 4.500.000,- 2. Pestisida Rp. 120.000,- x 6 tahun Rp. 720.000,- 3. Isolate Fusarium (umur 6 tahun)

@ Rp. 100.000,- x 2000 bibit Rp. 200.000.000,- 4. Tenaga kerja pemeliharaan ( 6 tahun ) Rp. 8.000.000,- 5. Tenaga karja panen lepas Rp. 4.000.000,- + Sub total B Rp. 217.220.000,- C. Total Biaya (A + B) Rp. 262.090.000,- II. PENERIMAAN

Pohon yang dipanen diasumsikan hanya 60 % dari 1.667 pohon/ha yaitu 1000 pohon :

1. Gubal 1000 kg x @ Rp 1.000.000,- Rp 1.000.000.000,-

2. Kemedangan 10.000 kg x @ Rp 100.000,- Rp 1.000.000.000,- 3. Abu gaharu 15.000 kg x @ Rp 10.000,- Rp 150.000.000,- + Sub total C Rp 2.150.000.000,- III. KEUNTUNGAN (II - I)

Rp. 2.150.000.000 - Rp. 262.090.000 = Rp. 1.887.910.000

Pemberdayaan Masyarakat melalui Gaharu :

• Sosialisasi, penyuluhan, pelatihan serta pertemuan kelompok tani. • Penyusunan rencana kegiatan kelompok tani.

• Penyiapan sistem administrasi kelompok tani.

• Penyusunan perangkat dan aturan internal kelompok tani.

• Penyiapan naskah kerja sama kelompok tani dengan mitra pada pola kemitraan.

• Pendampingan kelompok tani oleh LSM setempat, perguruan tinggi atau Penyuluh (PKL/PLG).

(8)

PENGUATAN KELEMBAGAAN & DUKUNGAN

1. Pendampingan : untuk membina kelompok usaha tani dalam rangka menumbuh

kembangkan sikap partisipatif, mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan melakukan usaha.

2. Pelatihan : pelatihan didasarkan dari hasil identifikasi permasalahan lapangan dan kebutuhan latihan serta tingkat pendidikan dan pemahaman kelompok tani tentang aspek-aspek yang terkait dengan usaha gaharu.

3. Penyuluhan : penyuluhan dilaksanakan untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam melaksanakan kegiatan usaha secara berkelanjutan.

4. Bimbingan Teknis meliputi bimbingan teknis perencanaan, budidaya, administrasi kelompok, kerjasama dalam kelompok dan antar kelompok serta aspek kemitraan usaha.

5. Penguatan Modal : pemberian bantuan modal kelompok melalui skim kredit atau bantuan bergulir dari pemerintah, bank atau manajemen industri dalam bentuk kemitraan. Bantuan bibit telah dilaksanakan tahun 2008 di Basel dan Belitung sekitar 300 ribu batang (Pemprov) dan sekitar 250 ribu (Pemda Bateng).

6. Saat ini Pemda Bangka Tengah melalui Bupati dan Ketua Bappeda telah mencanangkan “BATENG KABUPATEN GAHARU”.

PERMASALAHAN DALAM PENGEMBANGAN GAHARU :

• Masyarakat belum tertarik untuk mengolah gaharu secara lebih lanjut, misalnya dalam bentuk produk olahan seperti destilat gaharu, parfum, chopstick, dan lain-lain, yang tentunya akan lebih meningkatkan nilai jualnya.

• Belum adanya mekanisme pasar yang menjamin distribusi secara berkeadilan dan transparan (masih dikuasai pihak-pihak tertentu) sehingga masyarakat belum yakin karena harga dapat dipermainkan, serta payung hukum yang kuat terhadap produk tersebut. • Belum adanya pengawasan dan standarisasi kualitas produk, sehingga harga menjadi

sangat subyektif (tergantung selera pembeli).

HARAPAN – HARAPAN :

• Agar Departemen Kehutanan menetapkan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebagai provinsi model pengembangan gaharu.

Agar lembaga-lembaga non departemen dan swasta lebih berperan dalam pengembangan

kelembagaan dan penyediaan modal untuk pengembangan hasil hutan bukan kayu khususnya gaharu di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Referensi

Dokumen terkait

DEPARTEMEN.:P.IENDIDIKANIii

 Lokasi Trans Studio Padang mungkin akan membuat pengunjung yang melewati kota Padang, baik yang dari arah Utara Sumatera seperti Medan maupun arah Selatan

Pada siklus ke - II karakter disiplin siswa kembali mengalami peningkatan yaitu siswa yang masuk dalam kategori karakter disiplin baik menjadi sebanyak 25

orang siswa yang mencapai KKM yaitu 74 dan persentase ketuntasannya yaitu 15%.Dilihat dari hasil evaluasi yang tidak memenuhi tujuan tersebut, hal ini disebabkan oleh

5.1.1 Proses Menuju Mobil Pemadam dan Menggunakan Alat Pelindung Diri Pekerjaan petugas pemadam yang dituntut harus cepat sampai di lokasi kebakaran untuk memadamkan api

Perencanaan, Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 3 siklus. Masing-masing siklus terdiri dari 2 pertemuan. Pertemuan I melakukan tahap Pilih,

Grafik dalam soal belum dilengkapi dengan angka yang memberikan informasi tentang jumlah murid dan berat badan, sehingga informasi dalam grafik itu tidak

Banyak hal yang penulis peroleh ketika menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan Judul “ Rancang Bangun Alat Pengering Tipe Tray Dengan Media Udara Panas Ditinjau Dari Lama