• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALYSIS ON THE VALUE RELEVANCE OF CASH OPERATING PROFIT AND BOOK VALUE OF EQUITY SHARES AT THE PRICE IN STOCK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALYSIS ON THE VALUE RELEVANCE OF CASH OPERATING PROFIT AND BOOK VALUE OF EQUITY SHARES AT THE PRICE IN STOCK"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

xv

ANALYSIS ON THE VALUE RELEVANCE OF CASH

OPERATING PROFIT AND BOOK VALUE OF EQUITY

SHARES AT THE PRICE IN STOCK suspension LISTED

COMPANIES IN THE INDEX IN BEI LQ45

Muhammad Taufik, Dr.Prihantoro

Abstract

So far the study of the relevance of earnings, cash flow value, and the book reveals that the value of earnings and book value are positively correlated to the stock price while cash flow has no information content if the visible effects on stock prices.

This study aimed to determine the influence of the value relevance of earnings, operating cash flow and book value of equity to the stock price. This study uses data of registered companies in LQ45 as of August 2008 until January 2009. Data analysis was done through multiple regression, where prior to regression analysis of data was tested first with the classic assumption test.

Data analysis showed that the influence of the value relevance of earnings, operating cash flow and book value of shares in the period hargpa non suspension of shares indicate that the value relevance of earnings and book value significantly influence stock prices, while operating cash flow variable has no significant effect. Meanwhile, the value relevance test the influence of profit, operating cash flow and book value to share price on stock suspension period indicates that the variable income is a variable one - the only significant effect on stock prices, while the cash flow variable is a variable that has a negative and not significant. While the book value variable is a variable with a positive but not significant effect.

(2)

xv

ANALISA RELEVANSI NILAI LABA ARUS KAS OPERASI

DAN NILAI BUKU EKUITAS TERHADAP HARGA SAHAM

PADA PERIODE SUSPEN SAHAM PADA PERUSAHAAN

YANG TERDAFTAR DALAM INDEKS LQ45 DI BEI

Muhammad Taufik, Dr.Prihantoro

Abstrak

Sejauh ini studi mengenai relevansi nilai laba, nilai arus kas, dan nilai buku mengungkapkan bahwa nilai laba dan nilai buku berkorelasi positif terhadap harga saham sedangkan arus kas tidak mempunyai kandungan informasi jika dilihat pengaruhnya terhadap harga saham.

Studi ini ditujukan untuk mengetahui pengaruh relevansi nilai laba, arus kas operasi, dan nilai buku ekuitas terhadap harga saham . Studi ini menggunakan data perusahaan yang terdaftar dalam LQ45 per Agustus 2008 sampai dengan Januari 2009. Analisis data dilakukan melalui regresi berganda, dimana sebelum dilakukan analisis regresi data diuji terlebih dahulu dengan uji asumsi klasik.

Analisis data menunjukkan bahwa pengaruh relevansi nilai laba, arus kas operasi dan nilai buku ekuitas terhadap hargpa saham pada periode non suspen saham menunjukkan bahwa relevansi nilai laba dan nilai buku berpengaruh signifikan terhadap harga saham,sedangkan variabel arus kas operasi tidak berpengaruh signifikan. Sementara itu uji pengaruh relevansi nilai laba, arus kas operasi dan nilai buku ekuitas terhadap harga saham pada periode suspen saham menunjukkan bahwa variabel laba merupakan variabel satu – satunya yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham, sementara variabel arus kas

(3)

xv

merupakan variabel yang memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan. Sedangkan variabel nilai buku merupakan variabel dengan pengaruh positif namun tidak signifikan.

(4)

xv

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah

Kredit macet yang terjadi pada sektor perumahan standar rendah (Subprime Mortgage) sebesar US$ 6 trilyun di US adalah sinyal munculnya krisis global dengan diawali bangkrutnya berbagai perusahaan pembiayaan properti yaitu Freddie Mac & Fannie Mae. Ambruknya lembaga pembiayaan properti menyeret lembaga-lembaga keuangan yang merupakan kreditor dari lembaga pembiayaan dalam posisi yang sangat lemah sehingga banyak yang bertumbangan. dan memicu “domino effect” berikutnya dengan bangkrutnya Bear Stearns dan salah satu bank investasi terbesar ke 4 di dunia “Lehman Brothers” serta bank terbesar di US “WaMu” (Washington Mutual). Hal ini kemudian merembet kepada institusi keuangan/perbankan lainnya yang membutuhkan pertolongan seperti AIG, Merril Lync, dsb, yang mewabah ke institusi keuangan/perbankan di Eropa serta Asia.

Kejadian tersebut direspon secara cepat sebagai sentimen negatif yang sangat luar bisa dan signifikan oleh para pelaku pasar modal dan pasar komoditi dengan jatuhnya harga-harga saham di Wall Street New York (NYSE), serta jatuhnya harga-harga komoditi di bursa komoditi New York (NYMEX) hanya dalam hitungan detik/jam/hari (Crash Market), kemudian diikuti secara bersamaan oleh jatuhnya harga-harga saham di bursa-bursa efek & bursa-bursa

(5)

xv

komoditi Eropa dan Asia. Respon bursa efek (pasar modal/Capital Market) begitu signifikan kaitannya dengan keadaan ini, karena adanya keterkaitan yang sangat erat antara makro ekonomi yang diaplikasikan oleh keadaan kredit macet secara universal serta menyeluruh mempengaruhi keadaan ekonomi secara global, dan hal ini akan sangat berpengaruh negatif terhadap mikro ekonomi yang diwakili oleh perusahaan/industri serta institusi keuangan/perbankan.

Gambar 1.1

Penurunan Indeks Bursa Sejak 26 September 2008 s/d 10 Oktober 2008 (Sumber : Sahamdetektorblogspot.com)

Sebagai bagian dari resiko pasar bebas, menyebabkan efek krisis global menyebar ke berbagai Negara dan terutama akan langsung berefek pada Negara yang mempunyai fundamental ekonomi lemah. Tidak terkecuali di Indonesia, krisis Amerika Serikat akan mempengaruhi neraca pembayaran sisi ekspor maupun impor, serta pasar saham dan pasar uang. Pada sektor riil, berkurangnya peredaran dollar di Indonesia yang diakibatkan penarikan dana investor luar

(6)

xv

negeri menyebabkan spekulasi kenaikan harga US dollar karena pergeseran kurva permintaan dan penawaran yang kemudian mengakibatkan melemahnya kurs rupiah terhadap dollar. Efek berantai dari melemahnya kurs rupiah sehingga memperburuk sektor riil dalam ekspor-impor. Lebih parah lagi tidak sedikit konsumen ekspor Indonesia adalah Amerika dan Negara – Negara yang terkena imbas krisis global. Sehingga menyebabkan terjadi penurunan daya beli yang signifikan dari negara konsumen dan membuat melemahnya sektor riil di Indonesia.

Pelemahan daya beli akibat krisis global diseluruh dunia menurunkan target penjualan perusahaan – perusahaan besar sehingga menimbulkan sentimen negatif investor terhadap perusahaan yang sebelumnya dinilai memiliki fundamental kuat. Hal – hal diatas menyebabkan perusahaan dalam posisi kesulitan keuangan.

Untuk pasar saham dampak yang riil ialah dijualnya saham-saham di Bursa Efek Indonesia, baik oleh para investor asing karena mereka membutuhkan uangnya di negaranya masing-masing maupun para investor lokal yang takut akan keselamatan dananya. Hal ini menyebabkan rontoknya harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pada minggu awal Oktober 2008 menunjukkan penurunan tajam saham IHSG maupun LQ45. Puncaknya terjadi peristiwa untuk yang pertama kalinya, suspensi perdagangan saham di BEI oleh pemerintah untuk menghindari jatuh lebih dalam atas harga saham yang di akibatkan panic selling.

(7)

xv Gambar 1.2

Posisi IHSG Pertama kali nya di Suspen (Sumber : Sahamdetektorblogspot.com)

Saham LQ 45 merupakan saham yang terdiri dari 45 perusahaan dari perusahaan besar, mapan dan stabil, memiliki sejarah pertumbuhan dan modal yang baik, serta memiliki nilai pasar dan likuiditas tinggi. Saham LQ 45 merupakan jenis saham yang paling aktif dan paling diminati oleh pasar investor maupun calon investor. Dalam kaitan itu maka data yang akurat, mutlak menjadi pertimbangan utama oleh calon investor.

Goyahnya saham LQ 45 merupakan tanda terjadinya masalah di Bursa Saham Indonesia. Pada saat pasar dalam keadaan normal maka volume akan meningkat seiring dengan naiknya harga, dan volume akan mengalami penurunan jika harga juga turun. Namun pada kondisi gejolak ekonomi seperti ini, penjualan saham besar-besaran menyebabkan harga saham berkurang.

(8)

xv Gambar 1.3

Posisi saham indeks LQ45 sekitar suspense oleh pemerintah

(Sumber : IDX Monthly Statistic)

Kondisi diatas mendorong perusahaan pada posisi lemah secara finansial. Ketika kesulitan keuangan maka terjadi perubahan relevansi nilai terhadap data – data informasi keuangan. Informasi akuntansi dikatakan relevan apabila dapat mempengaruhi keputusan dengan menguatkan atau mengubah pengharapan para pengambil keputusan SAK (2004). Komponen penting dalam laporan keuangan yang seringkali dijadikan sebagai alat untuk menginformasikan kinerja perusahaan adalah laba dan nilai buku.

Laba memiliki nilai relevansi bila secara statistik berhubungan dengan harga saham , yaitu penurunan dan peningkatan laba berhubungan dengan penurunan atau kenaikan harga saham (Ball dan Brown 1968). Demikian halnya dengan nilai buku, relevansi nilai buku berasal dari perannya sebagai suatu proksi untuk nilai adaptasi dan nilai penolakan (Burgstahler dan Dichev 1997). Selain

(9)

xv

laba, investor dan kreditor juga menggunakan informasi arus kas sebagai ukuran kinerja perusahaan (Atmini 2001).

Penelitian Pinasti (2004) menunjukkan bahwa relevansi nilai informasi laba dan nilai buku bukan menurun selama 40 tahun terakhir melainkan menunjukkan sedikit pergerakan naik, serta terjadi pergeseran relevansi nilai dari informasi laba ke nilai buku. Indra dan Syam (2004) yang meneliti kegunaan informasi laba dan arus kas operasi dibandingkan dengan total informasi yang ada di pasar dengan periode pengamatan 20 tahun (1977 – 1996). Penemuannya mengindikasikan bahwa hubungan cross sectional model return yaitu hubungan pelaporan laba akuntansi dan arus kas operasi dengan return saham mengalami penurunan selama 20 tahun masa pengamatan. Pada penggunaan model harga yaitu hubungan antara laba akuntansi dan nilai buku dengan harga saham juga menurun selama 20 tahun masa pengamatan. Hal ini dikarenakan keterbatasan dari laporan keuangan yang tidak cukup menggambarkan perubahan – perubahan dari kegiatan operasi perusahaan yang disebabkan oleh inovasi – inovasi teknologi, kompetisi.

Pinasti (2004) menyatakan bahwa informasi akuntansi keuangan mempunyai nilai yang terbatas bagi investor ketika menilai perusahaan – perusahaan berbasis jasa dan teknologi yang melakukan investasi dalam aktiva aktiva tidak berwujud (intangibles), misalnya riset dan pengembangan. Proporsi jumlah perusahaan–perusahaan dalam kelompok jasa (yang diduga mempunyai relevansi nilai informasi akuntansi lebih rendah dibanding kelompok industri) juga tampak sedikit bergerak naik. Hal ini berarti bahwa penurunan relevansi nilai

(10)

xv

informasi akuntansi dari waktu ke waktu disebabkan oleh meningkatnya proporsi karakteristik perusahaan yang mempunyai relevansi – nilai informasi akuntansi yang rendah. Sementara itu posisi suspensi saham yang merupakan hal baru di Indonesia merupakan masalah yang layak untuk diteliti dampaknya terhadap harga saham maupun relevansi nilai buku dan laba, serta arus kas perusahaan yang listing di BEI. Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka judul skripsi adalah ANALISA RELEVANSI NILAI LABA ARUS KAS OPERASI DAN NILAI BUKU EKUITAS TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERIODE SUSPEN SAHAM PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DALAM INDEKS LQ45 DI BEI.

1.2

Identifikasi dan Rumusan Masalah

Sebelumnya telah diuraikan secara teoritis mengenai relevansi nilai buku, laba dan arus kas terhadap harga saham serta kaitannya dengan peristiwa suspen saham. Sehingga rumusan masalah penelitian ini berkaitan dengan pengaruh antara relevansi nilai laba, arus kas operasi dan nilai buku perusahaan ( LQ 45) dengan harga saham di sekitar periode suspen.

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka detail masalah yang ingin dikemukakan dari penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah pengaruh relevansi nilai laba, arus kas operasi dan nilai buku ekuitas terhadap harga saham pada perusahaan yang terdaftar dalam indeks LQ45 saat periode sebelum suspens saham ?

(11)

xv

2. Bagaimanakah pengaruh relevansi nilai laba, arus kas operasi dan nilai buku ekuitas terhadap harga saham perusahaan yang terdaftar dalam indeks LQ45 saat periode ketika suspens saham?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Pengaruh relevansi nilai laba, arus kas operasi dan nilai buku ekuitas terhadap harga saham pada perusahaan yang terdaftar dalam indeks LQ45 saat periode sebelum suspensi saham,

2. Pengaruh relevansi nilai laba, arus kas operasi dan nilai buku ekuitas terhadap harga saham pada perusahaan yang terdaftar dalam indeks LQ45 saat periode ketika suspensi saham.

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada pihak-pihak tertentu seperti berikut ini :

1. Bagi investor, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam pengambilan keputusan investasi portofolio di pasar modal. 2. Bagi perusahaan yang telah listing di pasar modal, hasil penelitian ini

dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam mengambil keputusan keuangan yang berkaitan dengan pengelolaan perusahaan.

3. Bagi peneliti-peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi penelitian selanjutnya

(12)

xv

sehingga dapat digunakan sebagai bahan pembanding hasil-hasil penelitian yang sejenis.

1.4 Kerangka Berfikir dan Hipotesis Penelitian

1.4.1 Kerangka Berfikir

Investor dalam mengambil keputusan investasi akan mempertimbangkan kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan dapat dianalisis melalui informasi dari laporan keuangan perusahaan. Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan penggunaan dalam proses pengambilan keputusan ekonomi pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa-peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan, atau mengoreksi, hasil evaluasi pengguna di masa lalu (PSAKNo. 1 paragraf 26).

Pada penelitian relevansi ini, mengacu kepada beberapa penelitian terdahulu. Dalam penelitian terdahulu telah dipakai beberapa variabel untuk mengurai masalah relevansi nilai. Penelitian Ferry dan Erni Eka Wati (2004) menggunakan variabel informasi laba, total aliran kas, dan komponen aliran kas yang terdiri dari aktivitas operasi, investasi maupun pendanaan untuk menguji hubungannya terhadap harga saham. Penelitian tersebut menjelaskan bahwa pada model level untuk laba akuntansi mempunyai pengaruh yang positif dengan harga saham daripada total aliran kas maupun pemisahan kedalam komponen aliran kas.

Penelitian Indra dan Fazli (2004) menggunakan variabel penelitian laba akuntansi, nilai buku dan total arus kas atas pengaruhnya pada market value dengan menggunakan model penilaian harga dan return saham. Hasil penelitian

(13)

xv

tersebut mengemukakan bahwa laba akuntansi dan nilai buku mempunyai pengaruh yang positif dengan harga saham. Sedangkan arus kas mempunyai pengaruh negatif terhadap harga saham.

Sementara Sekar Mayang Sari (2004) dalam penelitiannya mengenai relevansi nilai pada periode krisis keuangan tahun 1995 – 1998 menggunakan variabel laba, arus kas, nilai buku ekuitas, dan harga saham memperoleh kesimpulan bahwa variabel laba lehih berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham pada periode sebelum krisis dibandingkan nilai buku dan arus kas. Namun pada periode krisis, arus kas memiliki relevansi nilai paling tinggi, diikuti nilaibuku dan yang terakhir laba. Untuk periode setelah krisis, posisi kembali memposisikan laba sebagai variabel yang memiliki relevansi nilai tertinggi dibandingkan nilai buku dan arus kas operasi.

Almilia dan Sulistyowati (2004) dalam penelitian yang serupa dengan Sekar Mayang Sari (2004) dan menggunakan variabel penelitian yang sama menghasilkan kesimpulan yang sama pada periode non krisis dan pasca krisis. Namun dalam periode krisis terdapat perbedaan pada relevansi nilai buku yang lebih tinggi dibandingkan variabel arus kas yang merupakan variabel dengan relevansi tertinggi periode krisis pada penelitian Sekar Mayang Sari (2004), bahkan arus kas masih kalah dibandingkan relevansi nilai laba.

Dalam penelitian ini akan dilakukan pengujian secara statistik, yaitu dengan analisis regresi berganda untuk mengukur pengaruh relevansi nilai laba, arus kas operasi, dan nilai buku terhadap harga saham pada periode suspen

(14)

xv

saham. Dengan mempertimbangkan penelitian yang telah mendahului. maka penelitian ini menggunakan laba, arus kas, nilai buku ekuitas, dan harga saham sebagai variabel penelitian.

Gambar 1.4 Kerangka Berpikir

1.4.2 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis untuk penelitian ini adalah :

Ho1 : Tidak ada pengaruh antara relevansi nilai laba, arus kas operasi, dan nilai buku ekuitas terhadap harga saham pada periode non suspen saham.

Ha1 : Adanya pengaruh antara relevansi nilai laba, arus kas operasi, dan nilai buku ekuitas terhadap harga saham pada periode non suspen saham.

Nilai Buku

Harga Saham Arus Kas

(15)

xv

Ho2 : Tidak ada pengaruh antara relevansi nilai laba, arus kas operasi, dan nilai buku ekuitas terhadap harga saham pada periode suspen saham. Ha2 : Adanya pengaruh antara relevansi nilai laba , arus kas operasi, dan nilai

(16)

xv

BAB

II

LANDASAN TEORI

2.1 Teori Terkait dan Relevan

2.1.1 Relevansi Nilai

Relevansi nilai merupakan pelaporan angka – angka akuntansi yang memiliki suatu model prediksi berkaitan dengan nilai – nilai pasar sekuritas. Pinasti (2004) mendefinisikan Relevansi – nilai adalah kemampuan menjelaskan (explanatory power) informasi akuntansi terhadap harga atau return saham. Penelitian mengenai relevansi – nilai dirancang untuk menetapkan manfaat nilai – nilai akuntansi terhadap penilaian ekuitas perusahaan.Konsep relevansi nilai tidak terlepas dari kriteria relevan dari standar akuntansi keuangan karena jumlah suatu angka akuntansi akan relevan jika jumlah yang disajikan merefleksikan informasi – informasi yang relevan dengan penilaian suatu perusahaan. Pengujian hubungan antara informasi akuntansi dengan nilai saham memerlukan suatu model penilaian.

Terdapat dua tipe model penilaian yang umumnya digunakan yaitu model harga dan model return. Kebanyakan penelitian mengenai relevansi – nilai informasi akuntansi menggunakan R2 dari model harga atau model return sebagai pengukur relevansi – nilai. Hal ini disebabkan karena R2 merupakan pengukur explanatory power dari variabel independen dalam suatu regresi linier. Nilai R2 atau determinasi merupakan ukuran yang mengukur proporsi variasi dari variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh sekelompok variabel independen atau

(17)

xv

merupakan ukuran yang menyatakan kontribusi (dalam persen) variabel independen.

2.1.2 Laba Akuntansi

Earnings (penghasilan) adalah :

• Laba bersih suatu perusahaan.

• Pemasukan yang diperoleh perorangan seperti kompensasi dan pendapatan pasif, (misal: bunga, dividen).

• Oleh Ball dan Brown, earnings diansumsikan sebagai proxy arus kas dan pengukuran earning di dasarkan pada net income dan earnings per share (EPS) tahunan.

Earnings per share adalah keuntungan yang diberikan kepada pemegang saham untuk setiap lembar saham yang dipegangnya. Perhitungannya adalah laba bersih untuk satu tahun dibagi dengan jumlah lembar saham yang beredar selama tahun tersebut.

Kerangka Dasar Penyususnan dan Penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK) yang juga mengacu pada Framework for Preparation and the Presentation of Financial Statement yang di susun oleh International Accounting Standards Commite (IASC), menyebutkan beberapa mengenai penghasilan, antara lain :

• Pada paragraf 69.

Penghasilan bersih sering kali di gunakan sebagai ukuran kinerja atau sebagai dasar bagi ukuran yang lain seperti imbalan investasi (return on invesment), atau penghasilan per saham (earnings per share). Unsur

(18)

xv

yang langsung berkaitan dengan pengukuran penghasilan bersih (laba) adalah penghasilan dan beban.

• Pada paragraf 70.

Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang menyebabkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal.

• Pada paragraf 74.

Definisi penghasilan (income) meliputi baik pendapatan (revenue) maupun keuntungan (gain), pendapatan timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa dan dikenal dengan sebutan yang berbeda seperti penjualan, penghasilan jasa (fees), bunga, dividen, royalti dan sewa.

2.1.3 Laporan Arus Kas

Laporan arus kas (cash flow statement) adalah laporan keuangan yang memperlihatkan pengaruh aktivitas-aktivitas operasi, pendanaan, dan investasi perusahaan terhadap aruskas selama periode akuntansi tertentu dengan suatu cara merenkosiliasi saldo awal dan akhir kas. Saldo kas awal perusahaan adalah jumlah kas yang disajikan di neracanya pada akhir periode akuntansi yang lalu, sedangkan saldo kas akhir perusahaan adalah jumlah kas yang disajikan dineraca pada akhir periode akuntansi berjalan.

Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 02 tentang laporan arus kas, pengertian arus kas adalah arus masuk dan arus keluar kas atau

(19)

xv

setara kas. Arus masuk kas (cash inflow) merupakan transaksi yang mengakibatkan kenaikan kas. Sedangkan arus kas keluar (cash outflow) adalah transaksi yang menyebabkan penurunan kas.

Dalam arus kas, definisi kas juga mencakup setara kas (cash equivalents) yaitu investasi yang sifatnya sangat liquid, berjangka pendek, dan dapat dengan segera dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi resiko perubahan nilai yang signifikan. Pada saat menyusun laporan arus kas, kas dan setara kas digabung dan jumlahnya disatukan. Hal ini diakukan karena pembelian dan penjualan investasi yang setara kas dianggap merupakan bagian dari keseluruhan pengelolaan kas ketimbang suatu sumer atau pemakaian kas.

Laporan arus kas (Statement of cash flow) memperlihatkan tiga aktifitas utama dalam kegiatan bisnis, yaitu operasi, investasi, dan pembiayaan. Arus kas dari aktivitas operasi merupakan kas masuk dank as keluar yang terkait langsung dengan pendapatan dan biaya yang dilaporkan dalam laporan laba rugi. Terdapat dua alternatif pendekatan untuk menyajikan aktivitas operasi dalam laporan arus kas, yaitu dengan metode langsung dan metode tidak langsung.

• Metode langsung melaporkan komponen arus kas dari aktivitas operasi sebagai penerimaan dan sebagai pembayaran kotor. Perbedaan antara arus kas masuk dan arus kas keluar disebut arus kas masuk (keluar) bersih dari aktivitas operasi.

• Metode tidak langsung dimulai dari laba bersih dari laporan laba rugi dan kemudian mengeliminasi item non kas untuk mendapatkana angka kas masuk (keluar ) bersih dari aktivitas operasi.

(20)

xv

Dalam PSAK No.2 paragraf 12 diterangkan tentang pentingnya arus kas operasi sebagai indicator yang menentukan apakah operasi perusahaan dapat menghasilkan aruskas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar deviden, dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan sumber pendapatan dari luar.

Arus kas dari aktivitas investasi merupakan kas masuk dan kas keluar terkait dengan pembelian dan penghentian asset produktif jangka panjang dan investasi dalam surat berharga di perusahaan lain. Dengan menganalisa seksi aktivitas investasi dari laporan arus kas akan memungkinkan pihak eksternal atau manajemen untuk menilai kemampuan entitas untuk memenuhi kewajibannya untuk membayar deviden serta kebutuhannya akan pendanaan eksternal.

Arus kas dari aktivitas pendanaan adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan jumlah serta komposisi modal dan pinjaman perusahaan (PSAK No. 2). Aktivitas pendanaan memasok bagi sebuah perusahaan dengan dana dari pemilik perusahaan maupun kreditor. Pengungkapan arus kas dari aktivitas pendanaan perlu dilakukan sebab berfaedah untuk memprediksi klaim terhadap arus kas masa depan oleh pemasok modal perusahaan.

2.1.4 Nilai Buku (Book Value)

Nilai buku adalah nilai saham yang didasarkan pembukuan perusahaan emiten. Pernyataan Burgstahler dan Dichev (1997) dalam Sekar Mayang Sari (2004) yang menyatakan bahwa nilai buku yang diperoleh dari neraca hanya memberikan informasi tentang nilai bersih sumber daya perusahaan memberikan suatu ukuran nilai yang merefleksikan hasil dari penggunaan sumber daya

(21)

xv

perusahaan, sehingga nilai buku mempunyai relevansi nilai yang rendah jika aktivitas perusahaan mengalami keuntungan dan laba mempunyai informasi yang lebih penting sebagai penentu nilai ekuitas.

Nilai Buku ( book value) per lembar saham menunjukan aktiva bersih ( net assets) per lembar saham yang dimiliki oleh pemegang saham. Nilai buku per lembar saham ( book value per share ) tidak menunjukan ukuran kinerja saham yang penting, tetapi nilai buku per lembar saham dapat mencerminkan berapa besar jaminan yang akan diperoleh oleh pemegang saham apabila perusahaan penerbit saham ( emiten ) dilikuidasi.

2.1.5 Hubungan Laba Akuntansi Dan Nilai Buku Dengan Harga Saham

Laba tahunan memiliki kandungan informasi, apabila laba tahunan memiliki kandungan informasi, apabila pengumuman laba akan menyebabkan perubahan reaksi investor terhadap distribusi aliran kas dimasa yang akan datang, yang akan menyebabkan perubahan harga saham. Perubahan harga saham disekitar tanggal pengumuman diharapkan lebih besar jika dibandingkan dengan perubahan harga saham diluar tanggal pengumuman. Informasi laba akuntansi mempunyai pengaruh yang positif dengan harga saham (Indra dan Fazli, 2004 : 940). Hal ini mengindikasikan bahwa investor menggunakan informasi laba akuntansi untuk menilai kinerja perusahaan pada periode pengamatan.

Pada penelitian Indra dan Fazli (2004) menyimpulkan bahwa koefisien respon R2 nilai buku (BVRC) mengalami peningkatan dan secara signifikan mempunyai hubungan yang positif dengan harga saham. Indra dan Fazli (2004 : 935) menyatakan bahwa jika perusahaan rugi, pasar bersikap seolah-olah percaya

(22)

xv

pada nilai buku ekuitas sehingga terjadi penurunan slope koefisien laba yang merugi dikarenakan pergeseran relevansi nilai laba akuntansi ke nilai buku ekuitas.

2.1.6 Hubungan Arus Kas Operasi Dengan Harga Saham

Informasi laporan arus kas berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas, serta memungkinkan pemakai mengembangkan model untuk menilai dan membandingkan nilai sekarang dari arus kas masa depan dari berbagai perusahaan. Triyono dan Jogiyanto (2000:59) menyatakan bahwa unexpected cash inflow and cash outflow dari aktivitas operasi dalam periode tertentu akan mempengaruhi harga saham melalui pengaruhnya pada arus kas. Tetapi penelitian -Indra dan Fazli (2004:936) menyatakan data arus kas diluar laba akuntansi hanya memberikan dukungan yang lemah bagi investor, hal ini menunjukkan bahwa data arus kas tidak mempunyai kandungan informasi jika dilihat pengaruhnya terhadap harga saham.

2.2 Kajian Penelitian Sebelumnya

Penelitian relevansi sudah berlangsung sejak lama. Beberapa penelitian yang mengawali studi-studi tersebut antara lain, (Ball dan Brown 1968). Kedua penelitian tersebut menguji relevansi nilai laba. Variabel laba diduga memiliki nilai relevan karena memiliki hubungan statistik dengan harga saham yang mencerminkan nilai perusahaan (Ball dan Brown (1968). Nilai buku diduga memiliki nilai relevan karena nilai buku merupakan pengganti (proksi) untuk pendapatan normal masa depan yang diharapkan (Ohlson 1995), dan perannya

(23)

xv

sebagai suatu proksi untuk nilai adaptasi dan nilai penolakan (Burgstahler dan Dichev 1997). Studi terkini membuktikan bahwa laba dan nilai buku masih tetap memiliki nilai relevan. Nilai laba dan nilai buku mempunyai kaitan dengan negative earnings (Shamy dan Kayed 2005), non-information based trading (Dontoh et al. 2005), accounting reforms (Naceur dan Nachi 2006), dan profit and loss firms (Franzens dan Radhakrishnan 2006).

Di Indonesia, penelitian Indra dan Syam (2004), membuktikan relevansi laba dan nilai buku menunjukkan peningkatan dari waktu ke waktu dan sebagai dasar ekspektasi investor masa mendatang. Relevansi laba dan nilai buku juga berhubungan dengan kebijakan pembagian deviden, kualitas akrual dan ukuran perusahaan (Anggono dan Baridwan 2003). Dari hasil penelitian-penelitian tersebut dapat diindikasikan bahwa laba dan nilai buku masih merupakan variabel penting dalam proses penilaian perusahaan.

Penelitian Ferry dan Erni Eka Wati (2004), penelitian tersebut menganalisis tentang pengaruh informasi laba, total aliran kas, dan komponen aliran kas yang terdiri dari aktivitas operasi, investasi maupun pendanaan terhadap harga saham. Teknik analisis yang digunakan adalah model regresi sederhana secara cross-section (data yang dikumpulkan pada suatu titik waktu dan pengamatan dilakukan pada perusahaan yang berbeda pada saat yang sama) dengan mengambil sampel data keuangan berupa laporan keuangan yang terdiri dari laporan laba – rugi dan laporan aliran kas yang sudah diaudit oleh kantor akuntan publik untuk tahun buku per 31 Desember 1999-2002 pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Pada penelitian tersebut

(24)

xv

memiliki hasil yang bertolak belakang dengan penelitian Triyono dan Jogiyanto (2000) yang menyimpulkan bahwa pemisahan total aliran kas ke dalam ketiga komponen aliran kas yang terdiri dari aliran kas dari aktivitas operasi, investasi dan pendanaan mempunyai pengaruh yang signifikan dengan harga saham. Penelitian tersebut juga menjelaskan bahwa pada model level untuk laba akuntansi mempunyai pengaruh yang positif dengan harga saham daripada total aliran kas maupun pemisahan kedalam komponen aliran kas.

Penelitian Margani Pinasti (2004), penelitian tersebut menganalisis tentang faktor – faktor yang menjelaskan variasi relevansi nilai informasi akuntansi dengan dilandasi pengujian hipotesis informasi alternatif. Untuk menguji hipotesis informasi alternatif, dilakukan pengujian variasi relevansi – nilai informasi akuntansi antar waktu dan antar faktor – faktor karakteristik perusahaan. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda, statistik yang digunakan untuk mengukur relevansi nilai informasi akuntansi adalah model statistik R2 dan statistik dispersi residual. Dengan mengambil sampel 931 observasi untuk regresi model harga dan 822 observasi untuk regresi model return pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Periode penelitian mencakup 12 tahun untuk model harga (dari tahun 1990 sampai 2001), dan 11 tahun untuk model return (dari tahun 1991 sampai 2001). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa: (1) Variabel waktu mampu menjelaskan variasi relevansi-nilai informasi akuntansi dengan menggunakan tingkat signifikan pada _ = 0,05. Hal ini menunjukkan terjadinya penurunan relevansi nilai informasi dari waktu ke waktu, (2) Variabel industri dan variabel – variabel laba transitori

(25)

xv

(karakteristik laba negatif dan proporsi item laba tidak berulang) tidak dapat menjelaskan variasi relevansi – nilai informasi akuntansi. Hasil penelitian tersebut mendukung hipotesis informasi alternative yaitu penurunan relevansi – nilai informasi akuntansi dari waktu ke waktu di Indonesia disebabkan oleh perubahan respon pelaku pasar terhadap informasi akuntansi, sebagai akibat tersedianya dan digunakannya informasi – informasi alternatif dalam penilaian perusahaan pada waktu – waktu kini.

Penelitian Indra dan Fazli (2004), penelitian tersebut menguji hubungan antara laba akuntansi, nilai buku dan total arus kas dengan market value dengan menggunakan model penilaian harga dan return saham. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi secara cross- sectional yearly dengan mengambil sampel 58 perusahaan non keuangan yang mengumumkan laporan keuangannya diantara tanggal 1 Januari – 31 Juli untuk tahun 1997 - 2002, sampel yang dipilih dengan menggunakan metode stratified random sampling. Pada penelitian tersebut pengujian hipotesisnya dilakukan dengan menggunakan uji t dan uji F.

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, sebelumnya dilakukan pengujian asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji multikolonieritas, uji autokorelasi dan uji heteroskedasitas. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pengujian asumsi klasik untuk model harga ditemukan adanya autokorelasi untuk tahun 2001 dan 2002, dan heteroskedasitas untuk variabel laba tahun 1997. Sedangkan pengujian asumsi klasik untuk model return menunjukkan tidak terdapat multikolonieritas, autokorelasi dan heteroskedasitas. Pengujian untuk

(26)

xv

model harga secara simultan menunjukkan bahwa variabel laba akuntansi, nilai buku dan total arus kas memiliki tingkat keeratan hubungan (R2) yang sedang dengan harga saham pada signifikan _= 1% selama masa pengamatan. Sedangkan pengujian secara simultan untuk model return menunjukkan bahwa nilai R2 yang mengalami penurunan secara tidak signifikan.

Penelitian Amilia dan Sulistyowati (2007), penelitian tersebut menguji hubungan relevansi nilai laba, arus kas operasi, dan nilai buku ekuitas disekitar periode krisis keuangan. Sampel yang digunakan adalah 61 perusahaan manufaktur yang melaporkan laporan keuangan pada 31 Desember 1995 – 1998 dan 2003 – 2004. Sementara untuk teknik pengumpulan data menggunakan metode purposive sampling. Pengujian hipotesa dilakukan dengan menggunakan uji t, dan didahului dengan uji asumsi klasik menggunakan uji normalitas, uji multikolonieritas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas.

Dalam pengujian asumsi klasik terdapat masalah hesteroskedastisitas dan data tidak berdistribusi normal karena pengaruh nilai negative pada data. Dalam memakai data, peneliti tidak melakukan transformasi data karena akan mengurangi jumlah sampel. Hasil penelitian tersebut adalah adanya dominasi relevansi nilai laba pada harga saham pada periode sebelum dan sesudah krisis keuangan. Serta tingginya relevansi nilai buku atas harga saham pada periode krisis.

(27)

xv

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Obyek Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia tahun 2008. Sedangkan untuk sampel penelitian adalah perusahaan yang tercantum pada indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia periode Agustus 2008 – Januari 2009. Pemilihan sampel berdasarkan indeks LQ 45 dalam penelitian ini karena LQ 45 merupakan indeks yang dalam perhitungannya hanya melibatkan saham-saham yang aktif, memiliki kapitalisasi pasar yang besar dan memiliki fundamental yang baik. Indeks LQ 45 juga dipandang lebih mewakili kondisi pasar di Bursa Efek Jakarta dibandingkan IHSG (Agus Sartono dan Sri Zulaihati, 1998; Bima Putra, 2001 dalam Qiqin 2003)

Prosedur yang digunakan untuk menentukan sampel penelitian adalah metode purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu yang dinilai akan dapat memberikan data secara maksimal sesuai dengan tujuan penelitian. (Nur Indriantoro, 2002 : 131). Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel dilakukan dengan menentukan kriteria sebagai berikut:

1. Perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ45 per Agustus 2008 – Januari 2009 .

(28)

xv

3. Perusahaan yang telah menyampaikan laporan keuangan tahunan sesuai dengan periode penelitian yang diperlukan yaitu seluruh laporan keuangan 2008.

Sehingga jumlah perusahaan manufaktur yang masuk dalam kriteria dan dapat dijadikan sampel adalah 36 perusahaan. Data perusahaan yang menjadi sampel penelitian ini telah dilampirkan pada lampiran penelitian.

3.2 Data dan Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk jadi, telah dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain, biasanya sudah dalam bentuk publikasi, berupa data – data variabel bebas (independen) dan tergantung (dependen). Data laporan keuangan, data tanggal publikasi laporan keuangan dan harga saham diperoleh dari Pojok Bursa Saham Universitas Teknik Yogyakarta (UTY) serta dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD).

Melalui kriteria sampel diatas, maka dilakukan pengambilan sampel melalui proses pengumpulkan data – data laporan keuangan seperti neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas tahun pada perusahaan yang terdaftar dalam LQ 45. Pengumpulan data yang pertama yaitu mendapatkan informasi perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ 45 periode Agustus 2008 sampai dengan Januari 2009. Setelah informasi perusahaan terkumpul, kemudian mengambil laporan keuangan melalui pojok bursa UTY dan mendownload via website di www.idx.co.id.

(29)

xv

Pengambilan laporan keuangan dengan memperhatikan tanggal publikasi laporan keuangan. Laporan keuangan yang dikumpulkan adalah laporan keuangan kuartal III dan kuartal IV yang dikeluarkan oleh perusahan sampel dan dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia. Setelah semua laporan keuangan terkumpul, kemudian di identifikasi berdasarkan tanggal pelaporan. Untuk kuartal III merupakan laporan keuangan yang berakhiran 31 September 2008 dan untuk kuartal IV yang jatuh pada 31 Desember 2008.

Untuk harga saham diperoleh dari harga saham (closing price) ketika publikasi laporan keuangan kuartal III dan IV. Data dikumpulkan bersamaan saat mengambil data laporan keuangan.

3.3 Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Harga saham (Y). Harga saham yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga pada closing price pada periode pengamatan. Periode pengamatan penelitian ini adalah t1,yaitu 3 hari sebelum pengumuman laporan keuangan (t0) sampai dengan 3 hari sesudah pengumuman (t3). Harga suatu saham pada hakikatnya ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran terhadap saham yang bersangkutan. Pada penelitian ini harga saham yang digunakan adalah harga saham penutupan pada tanggal pengumuman laporan keuangan.

2. Laba akuntansi perlembar saham (X1) adalah laba bersih per lembar saham setelah pajak. Variabel ini diukur dengan Laba Perlembar Saham = Laba akuntansi / Jumlah lembar saham beredar.

(30)

xv

3. Nilai buku per lembar saham/book value per share (X2) yang menunjukkan aktiva bersih (net aset) yang dimiliki oleh pemegang saham dengan memiliki satu lembar saham. Aktiva bersih adalah sama dengan total ekuitas pemegang saham, maka nilai buku per lembar saham adalah total ekuitas dibagi jumlah lembar saham yang beredar.

4. Arus kas operasi (X3) adalah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan.

3.4 Teknik Analisis Data

Analisa data yang akan dilakukan untuk menguji relevansi nilai laba, nilai buku ekuitas dan arus kas operasi atas harga saham melalui analisis regresi berganda. Analisis regresi berganda merupakan analisis untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih, juga menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen dan variabel independen apakah masing – masing variabel independen berhubungan positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan.

Untuk menguji pengaruh relevansi nilai laba, arus kas operasi dan nilai buku ekuitas terhadap harga saham pada periode non-suspen dan saat suspen dengan model regresi linier berganda sebagai berikut:

Pit = a0 + a1LABAit + b1BUKUit + c1AKOit + _it ……….(1)

(31)

xv Keterangan :

ao = Koefisien konstanta

a1 – c3 = Koefisien variabel bebas Pit = harga saham i pada periode ke–t

LABAit = laba per lembar saham perusahaan i pada periode t BUKUit = nilai buku ekuitas per lembar perusahaan i pada periode t AKOit = arus kas operasi per lembar saham perusahaan i pada periode t _it = residual regresi

3.5 Pengujian Hipotesis

3.5.1 Pengujian Asumsi Klasik

Sebelum melakukan uji hipotesis dengan menggunakan analisis regresi linier berganda, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik terhadap data yang akan diolah. Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada analisis regresi linear berganda yang berbasis ordinary least square (OLS). Uji asumsi klasik ini bertujuan untuk menghilangkan penyimpangan-penyimpangan yang mungkin terjadi dalam analisis regresi Dengan terpenuhinya asumsi tersebut, maka hasil yang akan diperoleh dapat lebih akurat dan mendekati atau sama dengan kenyataan. Empat tahapan uji asumsi klasik yang akan dipakai pada penelitian ini adalah uji normalitas, uji multikolonieritas, uji autokorelasi dan uji heteroskedasitas.

(32)

xv

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Uji ini biasanya digunakan untuk mengukur data berskala ordinal, interval, maupun rasio. Jika analisis menggunakan metode parametrik, maka persyaratan normalitas harus terpenuhi, yaitu data berasal dari distribusi yang normal. Jika data tidak berdistribusi normal, atau jumlah sampel sedikit dan jenis data adalah nominal atau ordinal maka metode yang digunakan adalah statistik non parametrik.

Uji normalitas dapat dilakukan dengan menggunakan uji kolmogorov smirnov dengan menggunakan taraf signifikansi 0.05. Data dinyatakan berdistribusi normal jika signifikansi lebih besar dari 5% atau 0.05.

b. Uji Multikolonieritas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen.

Untuk mendeteksi ada tidaknya hubungan multikoliniearitas diantara variabel-variabel bebas dengan variabel terikat dapat dilihat pada tolerance value atau variance inflation factor (VIF). Dalam penelitian Almilia dan Sulistyowati (2007) multikolonieritas dalam regresi dapat diketahui dengan menggunakan nilai tolerance diatas 0.1 mendekati 1 serta nilai variance inflation factor (VIF) dibawah 10. Batas VIF adalah 10, jika

(33)

xv

nilai VIF di bawah 10, maka tidak terjadi gejala multikoliniearitas dan sebaliknya (Singgih Santoso, 2000: 206).

c. Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Konsekuensi dari adanya autokorelasi adalah model regresi yang dihasilkan tidak dapat digunakan untuk menaksir nilai variabel dependen pada nilai variabel independent tertentu. Metode pengujian yang sering digunakan adalah dengan Uji Durbin Watson (Uji DW).

Adapun ketentuan dalam uji DW sebagai berikut :

• Jika d lebih kecil dari dL atau lebih besar dari (4-dL) maka berarti terdapat autokorelasi.

• Jika d terletak anatara dU dan (4-dU), maka berarti tidak terdapat autokorelasi.

• Jika d terletak antara dL dan dU atau di antara (4-dU) dan (4-dL), maka tidak mengahasilkan kesimpulan yang pasti.

Nilai dL dan dU dapat diperoleh melalui tabel d (durbin watson).

d. Uji Hesteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas yaitu adanya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model

(34)

xv

regresi.. Salah satu pengujian hesteroskedastisitas adalah dengan menggunakan Uji Park yang akan digunakan juga pada penelitian ini. Konsekuensi adanya heteroskedastisitas dalam model adalah penaksir (estimator) yang diperoleh tidak efisien. Penilaian terhadap pengujian ini sebagai berikut:

• Bila t-tabel ≤ t hitung ≤ t tabel berarti tidak terdapat heteroskedastisitas.

• Bila t hitung > t tabel atau – t hitung < -t tabel berarti terdapat heteroskedastisitas.

3.5.2 Uji t (Uji Parsial)

Untuk menguji hipotesis penelitian digunakan uji koefisien regresi secara parsial (Uji t). Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel independen secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel independen. Rumus t hitung pada analisis regresi adalah sebagai berikut :

t hitung =

keterangan :

r = Koefisien korelasi parsial k = Jumlah variabel independen n = Jumlah data atau kasus

Tingkat signifikansi (α) yang digunakan dalam pengujian ini adalah 5 %, artinya kemungkinan kesalahan yang dapat ditolerir dalam mengambil keputusan adalah 5 %. Pengambilan keputusan yaitu jika tingkat signifikansi (α) lebih besar

(35)

xv

atau lebih kecil dari 0.05, berarti Ha diterima, namun bila sebaliknya berarti Ha ditolak.

(36)

xv

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Analisis Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik ini bertujuan untuk menghilangkan penyimpangan-penyimpangan yang mungkin terjadi dalam analisis regresi dengan terpenuhinya asumsi tersebut, maka hasil yang akan diperoleh dapat lebih akurat dan mendekati atau sama dengan kenyataan. Berdasarkan penelitian Indra dan Fazli (2004) maka empat uji asumsi klasik yang akan dipakai pada penelitian ini adalah uji normalitas, uji multikolonieritas, uji autokorelasi dan uji heteroskedasitas.

4.1.1 Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi variabel dependen, variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah berdistribusi normal atau mendekati normal. Untuk menguji normalitas data dapat digunakan uji statistik Non Parametric One-Sampel Kolmogorov- Smirnov (K-S).

Dalam penelitian ini tidak berdistribusi normal karena sebagian besar data mempunyai nilai negatif dan juga tidak melakukan transformasi data untuk memperbaiki data yang dianalisis, sehingga pada akhirnya peneliti mengabaikan uji normalitas dengan transformasi data dan tetap menggunakan uji normalitas yang awal.

4.1.2 Uji Multikolonieritas

Uji Multikolonieritas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik moltikolonieritas, yaitu adanya hubungan linear

(37)

xv

antar variabel independen dalam model regresi. Adanya multikolonieritas dalam regresi dapat diketahui dengan menggunakan nilai Tolerance dan lawannya Variance Inflation Factor (VIF) yang disajikan dalam tabel output SPSS. Adapun hasil uji multikolonieritas sebagai berikut

Tabel 4.1

Hasil Uji Multikolonieritas

Periode Nilai Tolerance Nilai VIF

Sebelum Suspen Laba Arus Kas Nilai Buku 0,137 0,318 0,159 7,303 3,143 6,300 Periode Suspen Laba Arus Kas Nilai Buku 0,142 0,320 0,124 7,061 3,127 8,033

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui hasil perhitungan nilai Tolerance menunjukkan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai Tolerance kurang dari 0,10 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel independen yang nilainya lebih dari 95%. Hasil perhitungan nilai VIF juga menunjukkan hal yang sama tidak ada satu variabel independent yang memiliki nilai VIF lebih dari 10 walaupun ada variabel yang hampir mendekati 10 yaitu variabel laba dengan nilai VIF sebesar 7,303 (periode sebelum suspen) dan nilai buku 8,033 (periode suspen). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi yang digunakan tidak terdapat Multikolonearitas.

4.1.3 Uji Autokorelasi

Hasil pengujian autokorelasi pada tabel 4 menunjukkan bahwa nilai D-W 2,127 (pra suspen) dan 2,340 (saat suspen) terletak antara nilai dU (1,654) dan

(38)

xv

nilai 4-dU (2,346) . Maka hal ini menunjukkan bahwa dalam model regresi ini tidak terdapat autokorelasi.

Tabel 4.2 Hasil Uji Autokorelasi Periode Nilai

DW

dL dU 4-dU 4-dL Keterangan

Pra Suspen 2,127 1,295 1,654 2,346 2,705 Bebas dari autokorelasi Saat Suspen 2,340 1,295 1,654 2,346 2,705 Bebas dari autokorelasi 4.1.4 Uji heteroskedastisitas

Model regresi yang digunakan pada penelitian ini terdapat heteroskedastisitas pada variabel Log_Laba dan Log_NBuku periode sebelum suspen, dengan ditunjukkan nilai t hitung > t tabel dan nilai t hitung sebesar 2,035. Sedangkan untuk variabel Log_ArsKas periode sebelum suspen dan seluruh variabel pada periode suspen terbebas dari heteroskedastisitas. Hal itu dapat dilihat melalui tabel ringkasan hasil uji hesteroskedastisitas sebagai berikut :

Tabel 4.3

Tabel Hasil Uji Heteroskedastisitas Dengan Uji Park

Periode Variabel Nilai t hitung Nilai t tabel

Sebelum Suspen Log_Laba Log_ArsKas Log_NBuku 3,449 2,201 3,419 2,035

Saat Suspen Log_Laba

Log_ArsKas Log_NBuku 1,741 1,744 1,814 2,035

Agar datanya tidak terdapat heteroskedastisitas bisa diatasi dengan transformasi data tetapi tidak dilakukan oleh peneliti karena sampel menjadi berkurang disebabkan ada variabel yang mempunyai nilai negatif. Akhirnya

(39)

xv

peneliti mengabaikan uji heteroskedastisitas dengan transformasi data dan tetap menggunakan uji heteroskedastisitas yang awal.

4.2 Pengujian Hipotesis Pertama

Pengujian hipotesis pertama dilakukan melalui uji t (uji signifikansi parameter individual), uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh secara parsial relevansi nilai laba akuntansi, arus kas operasi dan nilai buku ekuitas terhadap harga saham selama periode non-suspen pada perusahaan yang terdaftar dalam LQ 45. Berikut ini hasil kesimpulan yang diambil berdasarkan hasil uji t :

Tabel 4.2 Hasil Uji Parsial Periode Non Suspen

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Correlations

B Std. Error Beta Zero-order Partial Part

1 (Constant) 171.698 175.896 .976 .336

Laba 2.007 .967 .364 2.075 .046 .899 .344 .135

Aruskas -.038 .482 -.009 -.079 .938 .757 -.014 -.005

NBuku .870 .239 .593 3.635 .001 .919 .541 .236

a. Dependent Variable: Harga

4.2.1 Pengaruh Relevansi Nilai Laba Terhadap Harga Saham.

Berdasarkan analisis t-hitung untuk periode non-suspen yang telah dilakukan, maka untuk variabel Laba diperoleh nilai sebesar 2,075 > nilai t-tabel (2,037) dan nilai signifikan sebesar 0,046 < nilai 0,05, maka hal ini berarti bahwa secara parsial variabel Laba mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel harga saham.

(40)

xv

Besar koefisien determinasi (R²) parsial adalah 0,118 yang berarti secara parsial laba memberikan kontribusi sebesar 11,8 % terhadap perkembangan harga saham. Koefisien determinasi parsial diperoleh dari pengkuadratan koefisien korelasi parsial. Semakin besar nilai koefisien determinasi parsial (R²) variabel laba maka semakin besar pengaruhnya terhadap variabel harga saham.

4.2.2 Pengaruh Relevansi Nilai dari Arus Kas Operasi Terhadap Harga Saham.

Berdasarkan analisis t-hitung untuk periode non-suspen yang telah dilakukan, maka untuk variabel arus kas operasi diperoleh nilai sebesar – 0,079 dan nilai t-tabel 2,037. Oleh karena nilai -2,037 < - 0,079 > 2,037 serta nilai signifikan sebesar 0,938 > nilai 0,05, maka hal ini berarti bahwa secara parsial variabel nilai buku tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Besar koefisien determinasi (R²) parsial adalah 0,000196 yang berarti secara parsial nilai buku memberikan kontribusi sebesar 0,019 % terhadap perkembangan harga saham.

4.2.3 Pengaruh Relevansi Nilai Buku Terhadap Harga Saham.

Berdasarkan analisis hitung untuk periode non-suspen yang telah dilakukan, maka untuk variabel nilai buku diperoleh nilai sebesar 3.635 yang lebih besar dari nilai t-tabel sebesar 2,037. Oleh karena itu nilai t-hitung > t-tabel dan nilai signifikan sebesar 0,001 < nilai 0,05, maka ini berarti secara parsial variabel laba mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel harga saham. Besar koefisisen determinasi (R²) parsial adalah 0,293 yang berarti secara

(41)

xv

parsial variabel laba memberikan kontribusi sebesar 29,3 persen terhadap perkembangan harga saham.

Penelitian ini mendukung pernyataan Indra dan Fazli (2004) menyimpulkan bahwa laba mempunyai pengaruh positif terhadap harga saham. Hubungan positif antara laba dengan harga saham dapat diartikan bahwa semakin tinggi nilai laba akan menimbulkan reaksi positif dari pasar.

Koefisien R2 laba pada periode non-suspen lebih tinggi dibandingkan arus kas operasi namun lebih rendah bila dibandingkan nilai buku. yang berarti mendukung penelitian Almilia dan Sulistyowati (2007) dan Sekar Mayang Sari (2004) yang menyatakan bahwa pada saat perusahaan terindikasi mengalami kesulitan keuangan maka laba memiliki relevansi nilai lebih rendah dibandingkan arus kas operasi dan nilai buku. Hal ini merupakan indikasi dari penurunan kinerja perusahaan terutama berkaitan dengan menurunnya ekspor sehingga berdampak pada trend penurunan laba perusahaan.

Pada variabel arus kas operasi penelitian ini menghasilkan kesimpulan yang sama dengan penelitian Ferry dan Erni Eka Wati (2004) bahwa dalam periode pengamatan arus kas operasi memberikan pengaruh negatif terhadap harga saham. Hubungan yang negatif antara arus kas operasi dengan harga saham dapat diartikan bahwa investor merespon negatif terhadap kenaikan arus kas operasi karena terdapat risiko dirnasa depan yang bisa berupa lambatnya pasar menyerap produk. Koefisien R2 arus kas operasi pada periode non-suspen lebih rendah dibandingkan laba. Hal ini menunjukkan bahwa investor lebih baik

(42)

xv

menggunakan informasi laba daripada arus kas operasi pada saat perusahaan mengalami keuntungan.

Sedangkan pada variabel nilai buku menghasilkan kesimpulan bahwa nilai buku mempunyai pengaruh positif terhadap harga saham. Pengaruh yang positif ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi nilai buku ekuitas maka dapat meningkatkan harga saham perusahaan tersebut. Hal ini dimungkinkan karena sebagian investor menggunakan nilai buku sebagai informasi yang perlu dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan berinvestasi ketika aktivitas perusahaan mengalami keuntungan.

Hasil penelitian ini tidak mendukung pernyataan Sekar Mayang Sari (2004) yang menyatakan nilai buku mempunyai relevansi nilai yang rendah jika aktivitas perusahaan mengalami keuntungan dan laba mempunyai informasi yang lebih penting sebagai penentu nilai ekuitas. Hal ini bisa disebabkan posisi perusahaan yang mulai di pengaruhi krisis Amerika membuat investor berhati – hati dalam membuat keputusan sehingga memprioritaskan pertimbangan-pertimbangan dari nilai buku ekuitas.

4.3 Pengujian Hipotesis Kedua

Pengujian hipotesis kedua dilakukan melalui uji t. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh secara parsial relevansi nilai laba, arus kas operasi dan nilai buku ekuitas terhadap harga saham selama periode suspen pada perusahaan manufaktur. Berikut ini hasil kesimpulan yang diambil berdasarkan hasil uji t :

(43)

xv

Tabel 4.3 Hasil Uji Parsial

Periode Suspen Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Correlations

B Std. Error Beta Zero-order Partial Part

1 (Constant) 710.030 230.245 3.084 .004

LABA_PS 7.138 .971 1.181 7.353 .000 .934 .793 .444

ARSKAS_PS -.288 .506 -.061 -.568 .574 .698 -.100 -.034

NBUKU_PS -.416 .332 -.215 -1.254 .219 .827 -.216 -.076

a. Dependent Variable: HRG_SHM

4.3.1 Pengaruh Relevansi Nilai Laba Terhadap Harga Saham.

Berdasarkan perhitungan untuk periode suspen yang telah dilakukan, maka untuk variabel laba diperoleh nilai t-hitung sebesar 7,353 dan nilai t-tabel 2,037. Dengan demikian nilai t-hitung > dari nilai t-tabel, serta nilai signifikan sebesar 0,000 lebih kecil dari nilai 0,05 . Sehingga berarti bahwa secara parsial variabel laba mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel harga saham. Besar koefisien determinasi (R²) parsial adalah 0,269 yang berarti secara parsial laba memberikan kontribusi sebesar 26,9 persen terhadap perkembangan harga saham. Nilai koefisien determinasi (R²) atau kekuatan penjelas laba lebih tinggi dibandingkan nilai buku ekuitas.

4.3.2 Pengaruh Relevansi Nilai Arus Kas Operasi Terhadap Harga Saham.

Berdasarkan analisis t-hitung untuk periode krisis yang telah dilakukan, maka untuk variabel arus kas operasi diperoleh nilai sebesar -0,568 dan nilai dari t-tabel sebesar 2,037. Dengan demikian -t-tabel < t-hitung > t-tabel serta nilai

(44)

xv

signifikan sebesar 0,574 > nilai 0,05, sehingga hal ini berarti bahwa secara parsial variabel arus kas operasi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Besar koefisien determinasi (R²) parsial adalah 0,010 yang berarti secara parsial arus kas operasi memberikan kontribusi sebesar 1 persen terhadap perkembangan harga saham.

4.3.3 Pengaruh Relevansi Nilai dari Nilai Buku Ekuitas Terhadap Harga Saham.

Berdasarkan analisis t-hitung untuk periode krisis yang telah dilakukan, maka untuk variabel nilai buku diperoleh nilai sebesar -1,254. Oleh karena nilai t-hitung diantara -t-tabel dan t-tabel dan nilai signifikan sebesar 0,219 > nilai 0,05, maka hal ini berarti bahwa secara parsial variabel nilai buku tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Besar koefisien determinasi (R²) parsial adalah 0,047 yang berarti secara parsial nilai buku ekuitas memberikan kontribusi sebesar 4,7 persen terhadap perkembangan harga saham.

Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa laba operasi mempunyai pengaruh positif dan paling signifikan terhadap harga saham. Hubungan yang positif ini dapat diartikan bahwa investor merespon positif terhadap perkembangan nilai laba karena dengan laba yang semakin meningkat maka perusahaan mampu untuk menghasilkan return saham yang tercermin dalam nilai saham perusahaan tersebut. Koefisien determinasi (R2 ) laba pada periode suspen mengalami peningkatan jika dibandingkan pada periode non-suspen.

Pada variabel arus kas operasi disimpulkan bahwa pada periode suspen arus kas operasi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga

(45)

xv

saham. Pengaruh yang tidak signifikan dimungkinkan karena investor tidak menggunakan informasi arus kas operasi sebagai dasar pengambilan keputusan berinvestasi. Dimana arus kas dan laba akuntansi sering kali memberikan informasi yang bertentangan, yaitu kenaikan laba dapat diikuti oleh penurunan arus kas. Koefisien R2 arus kas operasi pada periode suspen lebih rendah jika dibandingkan dengan nilai buku dan laba. Hal ini menunjukkan bahwa investor lebih baik menggunakan informasi nilai buku dan laba daripada arus kas operasi pada saat perusahaan mengalami kesulitan keuangan (merugi).

Penelitian ini juga menghasilkan kesimpulan bahwa nilai buku mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap harga saham dan mempunyai relevansi nilai lebih rendah dibandingkan laba ketika perusahaan mengalami peningkatan keuntungan. Hasil penelitian ini menghasilkan kesimpulan yang sama dengan penelitian Sekar Mayang Sari (2004) yang menyatakan bahwa nilai buku yang diperoleh dari neraca hanya memberikan informasi tentang nilai bersih sumberdaya perusahaan sedangkan laba memberikan suatu ukuran nilai yang merefleksikan hasil dari penggunaan sumber daya perusahaan, sehingga nilai buku mempunyai relevansi nilai yang rendah jika aktivitas perusahaan mengalami keuntungan dan laba mempunyai informasi yang lebih penting sebagai penentu nilai ekuitas.

(46)

xv

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh relevansi nilai laba akuntansi, arus kas operasi dan nilai buku ekuitas terhadap harga saham selama periode disekitar suspen saham pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara parsial. Sampel yang digunakan pada penelitian adalah tiga puluh enam perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ45 selama periode September 2008 – Januari 2009. Teknik analisis dalam penelitian ini menggunakan regresi linear berganda dengan uji t. Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Dalam pengujian hipotesis pertama yaitu menguji pengaruh relevansi nilai laba, arus kas operasi dan nilai buku ekuitas terhadap harga saham pada periode non suspen saham menunjukkan bahwa relevansi nilai laba dan nilai buku berpengaruh signifikan terhadap harga saham,sedangkan variabel laba tidak berpengaruh signifikan. Pada variabel Laba dan Nilai Buku mempunyai pengaruh positif terhadap harga saham sedangkan untuk arus kas memiliki pengaruh negatif terhadap hara saham. Melalui tingkat koefisien determinasi R2 ditunjukkan bahwa variabel laba memiliki relevansi nilai terbesar diantara variabel yang lain. Berdasarkan nilai koefisien R² menunjukkan bahwa pada saat periode non suspen dan

(47)

xv

periode suspen, relevansi nilai buku ekuitas lebih tinggi dibandingkan arus kas operasi dan nilai laba.

Pada periode non suspen, arus kas operasi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Hal ini dikarenakan pada saat perusahaan mengalami kesulitan keuangan arus kas operasi banyak yang bernilai negatif sehingga kegiatan operasional perusahaan menjadi terhambat. Hal ini dapat menjadi petunjuk bagi investor bahwa pada saat perusahaan public merugi dapat menggunakan informasi lain, dalam hal ini laba atau nilai buku. Nilai buku yang diperoleh dari neraca memberikan informasi tentang nilai bersih sumberdaya perusahaan.

2. Sedangkan untuk pengujian hipotesis kedua yaitu menguji pengaruh relevansi nilai laba, arus kas operasi dan nilai buku ekuitas terhadap harga saham pada periode suspen saham menunjukkan bahwa variabel laba merupakan variabel yang paling berpengaruh signifikan terhadap harga saham, sementara variabel arus kas merupakan variabel yang memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan. Sedangkan variabel nilai buku merupakan variabel dengan pengaruh positif namun tidak signifikan.

Dari hasil penelitian ini juga dapat disimpulkan bahwa pada periode suspen relevansi nilai laba mengalami peningkatan dibandingkan arus kas operasi dan nilai buku ekuitas, hal ini dikarenkan pada periode tersebut perusahaan banyak yang mengalami keuntungan sehingga yang mempunyai relevansi nilai adalah laba. Laba telah memberikan suatu ukuran nilai yang merfleksikan hasil dari penggunaan sumber daya

(48)

xv

perusahaan dan memberikan informasi profitabilitas perusahaan untuk suatu periode tertentu, sehingga laba relatif lebih penting sebagai penentu nilai ekuitas dan dapat memberikan informasi yang relevan bagi investor sebagai dasar pertimbangan keputusan berinvestasi ketika aktivitas perusahaan mengalami laba.

3. Kesimpulan yang dihasilkan pada analisis regresi baik pada periode suspen maupun non-suspen hanya menghasilkan perbedaan pada relevansi nilai buku, dari signifikan menjadi tidak signifikan sehingga simpulannya hampir sama.

5.2 Keterbatasan dan Saran Penelitian Selanjutnya

Meskipun peneliti telah berusaha merancang dan mengembangkan penelitian sedemikian rupa, namun ada beberapa keterbatasan dalam penelitian ini antara lain :

1. Sampel yang digunakan adalah dari perusahaan LQ45, hal ini menyebabkan hasil dari penelitian ini tidak dapat dijadikan sebagai generalisasi untuk jangka panjang karena perubahan periode perusahaan yang masuk indeks LQ45 adalah setiap 6 bulan sekali.

2. Kasus suspen saham yang terjadi pada waktu dekat ini menyebabkan data yang diperoleh masih berjangka pendek sehingga hasilnya kurang dapat dibandingkan jika menggunakan periode panjang.

3. Datanya tidak berdistribusi normal, meskipun sudah dilakukan transformasi data. Dan terdapat heteroskedastisitas, meskipun sudah

(49)

xv

dilakukan transformasi data. Hal ini karena pengaruh data yang bernilai negatif.

5.3 Saran

1. Dalam penelitian selanjutnya diharapkan untuk menambah jumlah sampel serta jangka periode setelah suspen saham. Sehingga pembandingan antara pengaruh relevansi nilai masing-masing variabel akan lebih baik.

2. Bagi emiten sebaiknya wajib dan rutin secara tepat waktu dalam menerbitkan laporan keuangan terutama berkaitan dengan informasi ekuitas, laba, dan arus kas karena merupakan variabel yang penting untuk membuat keputusan investasi bagi investor.

(50)

xv

Daftar Pustaka

Anggono, A. dan Zaki Baridwan.2003. Pengaruh Kebijakan Pembagian Deviden, Kualitas Akrual, dan Ukuran Perusahaan pada Relevansi Nilai Deviden, Nilai Buku, danLaba, Simposium Nasional Akuntansi VI,Ikatan Akuntan Indonesia.

Ball, R., and P. Brown. 1968. An Empirical Evaluation of Accounting Numbers. Journal of Accounting Research 6 (Autumn): 159-178.

Baruch Lev and S. Thiagarajan, Fundamental Information Analisis, Journal of Accounting Reseach, Vol. 31, No.2, Autumn 1993, pp.190-215.

Ferry dan Eka.W, Erni, 2004. Pengaruh Informasi Laba Aliran Kas dan Komponen Aliran Kas Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi VII, 2-3 Desember 2004: 1122 – 1132.

Indra dan Syam, Fazli, 2004. Hubungan Laba Akuntansi, Nilai Buku, Dan Total Arus Kas Dengan Market Value : Studi Akuntansi Relevansi Nilai, Simposium Nasional Akuntansi VII, 2-3 Desember 2004 : 931 – 944.

Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat,Jakarta, 2004.

Margani Pinasti, 2004. Faktor – Faktor Yang Menjelaskan Variasi Relevansi – Nilai Informasi Akuntansi : Pengujian Hipotesis Informasi Alternatif. Simposium Nasional Akuntansi VII, 2-3 Desember 2004 : 738 – 753.

Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, 2002. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi & Manajemen. Yogyakarta : BPFE – Yogyakarta.

Sari Atmini, 2002. Asosiasi Siklus Hidup Perusahaan Dengan Incremental Value – Relevance Informasi Laba Dan Arus Kas. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Volume 5 No. 3, September 2002 : 257 – 276.

Sekar Mayang Sari, 2004. Analisa Terhadap Relevansi Nilai (value-relevance), Laba, Arus Kas dan Nilai Buku Ekuitas: Analisa Diseputar Periode Krisis Keuangan 1995 – 1998. Simposium Nasional Akuntansi VII, 2-3 Desember 2004 : 862 – 882.

Singgih Santoso, SPSS (Statistical Product and Service Solution), Elex Media Komputindo, Jakarta, 2000.

Gambar

Gambar 1.4  Kerangka Berpikir
Tabel 4.2  Hasil Uji Autokorelasi  Periode  Nilai
Tabel 4.2  Hasil Uji Parsial  Periode Non Suspen
Tabel 4.3  Hasil Uji Parsial

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, penelitian yang berjudul “Perancangan Jaringan menggunakan VRRP Mikrotik dan Thin Client” ini, diharapkan dapat memperkecil pengeluaran yang

Untuk peneliti selanjutnya dapat melakukan variasi terhadap rasio asam penitrasi (asam sulfat dan asam nitrat) yang digunakan sesuai dengan diagram terner nitrasi

“Penanaman akhlak pada siswa merupakan suatu hal yang sangat penting. Namun yang paling utama adalah penanaman ibadah terlebih dahulu, karena dari ibadah yang sempurna

Prevalensi zoonosis dari infeksi ini banyak terjadi di wilayah Asia Tenggara yang secara geografis terdapat hutan hujan tropis karena pada daerah tersebut banyak

Beberapa tema lain yang menjadi perhatian pendekatan teologi publik Indonesia (meskipun mereka tidak. per se menyebut

Baru teknologi dan komputer kemajuan telah membuka pintu untuk menyajikan materi pembelajaran dalam berbagai bentuk seperti audio (yaitu, kata-kata yang dipakai, efek suara

Saran : Bagi peneliti selanjutnya dapat dilakukan dengan menambah metode observasi dan wawancara mendalam kepada responden, karena dalam penelitian ini hanya

• Chapter 6, “Network Flows and Anomaly Detection,” explores the topic of network flow data: its collection for network security analysis and, specifically, an emerging field