• Tidak ada hasil yang ditemukan

COGNITIVE BEHAVIORAL THERAPY UNTUK MENGURANGI SIMTOM SOMATISASI. Oleh: ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "COGNITIVE BEHAVIORAL THERAPY UNTUK MENGURANGI SIMTOM SOMATISASI. Oleh: ABSTRAK"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Esthy Ariany Safithry

ISSN: 2460-7274 17

SULUH Jurnal Bimbingan Konseling, Agustus 2016, Volume 2 Nomor 2 (17-22) http://jurnal.umpalangkaraya.ac.id/ejurnal/suluh

COGNITIVE BEHAVIORAL THERAPY UNTUK MENGURANGI SIMTOM SOMATISASI

Oleh:

Esthy Ariany Safithry ABSTRAK

Gangguan somatisasi adalah salah satu gangguan somatoform spesifik yang ditandai oleh banyaknya keluhan fisik dan gejala somatik yang mengenai banyak sistem organ yang tidak dapat dijelaskan secara adekuat melalui pemeriksaan medis dan laboratorium.

Subyek dalam penelitian ini adalah seorang wanita yang berusia 26 tahun dia sudah mengalami gangguan ini selama 1,5 tahu, sejak 6 bulan belakangan ini sakit tersebut semakin sering dia alami. Dia sendiri tidak mengetahui penyebab sakitnya tersebut karena sakitnya tersebut lebih sering timbul tanpa ada sebab yang jelas (tiba-tiba dia merasakan sakit). Rasa sakit yang dialami subyek dirasa sangat menganggu dan berdampak negatif bagi dirinya karena membuat semua aktivitas yang seharusnya dia lakuan menjadi terganggu, tertunda atau bahkan terlewatkan karena tidak bisa dilakukan karena sakit. Penelitian ini bermaksud untuk melihat apakah terapi kognitif – tingkah laku dapat efektif untuk mengurangi simtom somatisasi yang dirasakan subyek. Jenis penelitian ini adalah studi kasus.

Kesimpulan menunjukkan bahwa terapi kognitif – tingkah laku ini efektif untuk mengurangi simtom somatisasi subyek yang ditandai oleh menurunnya frekwensi sakit dan frekwensi kunjungan dokter untuk memeriksakan diri serta menurunnya tingkat keyakinan negatif setelah terapi diberikan dan relatif menetap hingga masa tindak lanjut.

©Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

Kata Kunci: Cognitive Behavioral Therapy, Somatisasi PENDAHULUAN

Dalam kehidupan, individu mengalami berbagai macam peristiwa. Ada peristiwa yang menyenangkan (positif) dan ada peristiwa yang tidak menyenangkan (negatif). Hal ini sesuai dengan kognitif dan sumber daya yang dimiliki orang tersebut yang saling berinteraksi sehingga terbentuklah suatu reaksi atau perilaku. Kesalahan dalam proses kognitif akan menimbulkan berbagai dampak karena suatu yang

dinilai positif akan menimbulkan kebahagian bagi orang tersebut, begitu juga sebaliknya sesuatu yang negatif akan berpotensi menimbulkan akibat negatif dan akan dipersepsikan individu sebagai sesuatu yang berbahaya, ancaman dan tantangan dan akan menghasilkan yang negatif karena pikiran yang sehat dapat membantu memfasilitasi tubuh yang sehat. Seseorang dengan pemikiran negatif dan mempunyai keyakinan irasional akan

(2)

Esthy Ariany Safithry

ISSN: 2460-7274 18

mengalami kesulitan dalam menghasilkan suatu emosi dan perilaku yang positif. Karena setiap stimulus yang datang akan diartikan atau diangap sebagai suatu tekanan, ancaman yang membahayakan bagi dirinya (Boere, 2008).

Saat berada pada keadaan tersebut, tubuh secara alami melalui otak akan mengaktifkan sistem saraf simpatetik, memobilisasi tubuh dengan meningkatkan aktivitas tubuh seperti detak jantung, tekanan darah dan laju pernafasan untuk bereaksi terhadap tantangan dan ancaman yang datang. Jika stresor berhasil dilewati, maka tubuh akan kembali normal seperti semula. Jika tidak, tubuh akan berusaha terus untuk bisa beradaptasi dengan stresor tersebut (Boree, 2008).

Akibat dari hal tersebut dampak fisik yang dirasakan seseorang diantaranya otot tegang, sakit kepala, mudah letih, diare, atau masalah perut, kepala berputar atau ingin pingsan, resah, merasa gemetar, sering buang air kecil dan rasa sakit pada saat menelan. Sedangkan dampak psikologis yang dirasakan seseorang pada saat mengalami pemikiran negatif adalah merasa gugup, kuatir yang berlebihan, tidak dapat istirahat dengan tenang, merasa tidak mampu, sulit berkonsentrasi, serta merasa bahwa apa yang buruk akan segera terjadi (Boeree, 2008).

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada subyek rasa sakit seperti di ataslah yang sering terjadi pada subyek. Dimana ia mengalami berbagai rasa sakit pada bagian tubuh yang berpindah-pindah dan itu selalu terulang.

Hal tersebut sudah dialami subyek kurang lebih selama 1,5 tahun. Rasa sakit tersebut dirasa sangat menganggu dalam kehidupan sosialnya. Diantaranya dia menjadi mengurangi banyak aktifitas karena sakit, dia harus keluar dari pekerjaan karena sering tidak masuk kerja yang disebabkan sakit, tidak mampu menyelesaikan kuliahnya tepat waktu karena sulit untuk konsentrasi dan rasa sakit yang selalu datang. Untuk mengatasi rasa sakit yang dideritanya subyek sudah beberapa kali melakukan pemeriksaan kesehatan dan pengobatan medis, saran dokter untuk melakukan pemeriksaan laboratorium juga sudah dilakukan tetapi dari semua hasil tersebut tidak ada yang menunjukan bahwa subyek menderita suatu penyakit yang serius atau perlu penanganan segera.

Dalam psikologi, penyakit yang subyek derita dapat dikategorikan pada gangguan sematoform dengan jenis somatisasi. Didalam istilah gangguan somatisasi berasal dari bahasa Yunani somatisasi dapat diartikan sebagai hubungan fisik dan jiwa. Ada hubungan yang sangat erat antara faktor fisik, faktor psikologis, dan sosial terhadap perjalanan suatu penyakit (Durand & Barlow, 2006).

Ada beberapa faktor kognitif yang menyebabkan gangguan somatisasi seperti prediksi berlebih terhadap ketakutan, keyakinan irasional, sensitivitas berlebih mengenai sinyal-sinyal dan tanda-tanda ancaman, harapan-harapan self-efficacy (kemampuan diri) yang terlalu rendah dan salah mengartikan sinyal-sinyal tubuh. Teoretikus kognitif berpendapat

(3)

Esthy Ariany Safithry

ISSN: 2460-7274 19

bahwa somatisasi terbentuk karena cara berpikir yang terdistorsi yang membuat orang tersebut salah mengartikan perubahan kecil dalam sensasi tubuh sebagai tanda dari bencana yang akan terjadi (Salkovskis & Clark, 1993 dalam Siswanto, 2003).

Salah satu intervensi yang disarankan untuk membantu mengatasi permasalahan tersebut diatas adalah dengan pengunaan Cognitive-Behavioral Therapy karena melalui terapi ini seseorang diajari bagaimana memahami bahwa adanya hubungan antara emosi, pikiran dan perilaku yang dihasilkan, serta melalui terapi ini dapat membantu menghilangkan pemikiran neagtif seseorang. Dalam CBT salah satunya ada teknik relaksasi. Secara teoritis relaksasi merupakan bentuk terapi yang berupa pemberian instruksi kepada seseorang dalam bentuk gerakan-gerakan yang tersusun secara sistematis untuk merilekskan otot-otot dan mengembalikan kondisi dari keadaan tegang ke keadaan rileks, normal dan terkontrol, mulai dari gerakan tangan sampai kepada gerakan kaki. Dengan kendornya otot-otot tubuh, yang tegang menjadi rileks (santai), maka akan tercipta suasana perasaan yang tenang dan nyaman. (Burns dalam Subekti, 2007).

Penelitian dengan pengunaan Cognitive-Behavioral Therapy untuk meningkatkan kesadaran emosi pada penderita hipertensi esensial yang dilakukan oleh Inten (2009), dengan pengunaan teknik relaksasi dan restrukturisasi kognitif pada pasien hipertensi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ada pasien hipertensi

mengalami penurunan tekanan darah tanpa mengkonsumsi obat dengan mengikuti pelatihan teknik relaksasi, selain itu membantu individu memahami untuk belajar membuka diri, bersentuhan dengan diri pribadi dan mengenal emosinya dengan lebih baik.

Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk mengunakan CBT sebagai intervensi untuk mengurangi simtom gangguan somatisasi. Dengan pemberian CBT dapat membantu seseorang untuk mengelola dan memonitor pola fikir, mengurangi pikiran negatif dan tingkat keyakinan negatif, menempatkan suatu pikiran, keyakinan berdasarkan pada realitanya, membantu mengubah isi pikiran negatif dengan yang lebih positif. METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini peneliti mengunakan rancangan penelitian studi kasus yang bersifat non-eksperimental atau case study. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain A-B-A pada dasarnya melibatkan fase baseline (A) dan fase perlakuan (B). Desain ini dilakukan dengan menambah fase baseline kedua stelah fase perlakuan. Penelitian ini dilakukan pada 1 orang subyek yang berjenis kelamin perempuan dengan usia 24 tahun.

Metode asesmen yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Daftar riwayat hidup, Wawancara, Observasi, Self report

Pada proses terapi atau tahap pelaksanaan intervensi hal-hal yang akan dilakukan oleh peneliti pada subyek adalah sebagai berikut: Latihan relaksasi, Restrukturisasi kognitif, Self report, Pemberian tugas rumah

(4)

Esthy Ariany Safithry

ISSN: 2460-7274 20

restrukturisasi kognitif, Pasca Terapi, dan Tindak lanjut (Follow Up).

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Gambaran Kasus.

Subyek bertemu peneliti atas rekomendasi dokter. Menurut keterangan dari dokter kurang lebih 1,5 tahun belakangan ini subyek sering mengeluhkan menderita sakit. Sakit yang dikeluhkan seperti rasa sakit pada kepala, diare, sakit pada perut serta siklus menstruasi yang tidak teratur. Berbagai upaya medis sudah dilakukan untuk membantu subyek meyembuhkan penyakitnya mulai dari obat, diet makanan (pantangan makan) serta berbagai pemeriksaan medis tetapi hal

tersebut kurang membuahkan hasil karena subyek kembali datang dengan berbagai keluhan. Upaya yang dilakukan subyek selama ini untuk membantu mengatasi rasa sakit yang dialaminya adalah dengan terus melakukan pengobatan secara medis walau pihak dokter mengatakan bahwa dia sebenarnya tidak menderita suatu penyakit yang berbahaya yang mengangu tetapi hal tersebut sulit untuk dipercaya oleh subyek.

2. Hasil Terapi dan Analisis. Berikut perubahan-perubahan yang dialami subyek setelah tahapan terapi. Penurunan pada tingkat keyakinan negatif.

Table 2

Tingkat keyakinan negatif pra terapi hingga follow up

Keyakinan negative Pra Proses terapi Pasca Follow up Sesi 1 Sesi 2 Sesi 3 Sesi 4 Sesi 5 Sesi 6 rentan dan mudah terkena penyakit 8

0 8 0 8 0 6 0 4 0 3 0 10 0

Sakit karena terlalu sensitive terhadap keadaan lingkungan 7 0 7 0 7 0 6 0 4 0 2 0 15 10

Tubuh sulit untuk adaptasi dengan lingkungan baru 7 0 7 0 7 0 5 0 3 0 2 0 10 0

Sakit bawaan dan mungkin akan selalu mengalaminya 7 0 7 0 7 0 5 0 3 0 2 0 0 0

harus melakukan pengobatan medis untuk menyembuhkan sakit .

7 0 7 0 7 0 6 0 5 0 3 0 10 10 3. Pembahasan

Berdasarkan data hasil penelitian yang dilakukan pada subyek menunjukan bahwa cognitive behavioral

theraphy dengan pengunaan teknik

restrukturisasi kognitif dan relaksasi dapat membantu mengurangi simtom somatisasi pada subyek. Gangguan

somatisasi adalah gangguan dengan karakteristik adanya keluhan gejala fisik yang berulang berupa rasa sakit pada bagian tubuh ditempat yang berpindah-pindah disertai permintaan pemeriksaan medik, namun tidak ditemukannya bahwa ada kelainan yang mendasari keluhannya.

(5)

Esthy Ariany Safithry

ISSN: 2460-7274 21

Pada awal terapi diberikan teknik relaksasi bagi subyek hal ini ditujukan untuk membantu subyek dalam menghadapi teknik terapi selanjutnya serta untuk membantu subyek menciptakan suasana perasaan yang tenang, nyaman dan rileks. Dengan harapan bila subyek sudah bisa membuat dirinya merasa tenang dan nyaman akan menopang lahirnya pola pikir dan tingkah laku yang positif, normal dan terkontrol.

Dari hasil terapi subyek pada 2 sesi awal dengan pengunaan teknik relaksasi didapatkan hasil bahwa pengunaan relaksasi saja ternyata tidak cukup dapat membantu banyak pada penurunan simtom somatisasi yang dirasakan subyek hal ini disebabkan karena walalupun subyek sudah mampu merasa tenang dan releks tetapi pemikiran dan keyakinan negative yang dirasakannya terus menganggunya sehingga simtom somatisasi yang dia rasakan selama ini masih terus dirasakannya. Walau demikian pengunaaan teknik relaksasi yang diberikan sangat membantu subyek dalam menghadapi teknik berikutnya (restrukturisasi kognitif).

Berdasarkan hal tersebut maka untuk bisa mengatasi somatisasi sebaiknya juga perlu dilakukan restrukturisasi kognitif dengan tujuan untuk memperbaiki pola pemikiran yang terdistorsi. Restrukturisasi kognitif digunakan karena restrukturisasi kognitif merupakan salah satu teknik CBT yang berguna untuk menata kembali pikiran, menghilangkan keyakinan irasional yang menyebabkan ketegangan dan cemas bagi diri orang tersebut yang selama ini mempengaruhi

emosi dan perilakunya. Untuk memecahkan akibat dari pikiran irasional tersebut maka dapat dilakukan dengan kendali kognitif (Ellis dalam Oemardi, 2003).

Restrukturisasi kognitif dilakukan dalam 4 sesi. Teknik ini dilakukan disertai dengan relaksasi yang sudah diajarkan dan pemberian tugas rumah pada setiap sesi. Dengan adanya tugas rumah diharapkan seseorang dapat latihan berfikir yang lebih spesifik guna meningkatkan kemampuan koping dan kontrol perasaan, sehingga dapat merubah cara dan respon terhadap gejala yang muncul serta memperbaiki kekeliruan caranya berfikir (Oemardi, 2004).

Dari hasil pengukuran yang dilakukan pada subyek terlihat mulai ada penurunan pada tingkat keyakinan negative serta simtom somatisasi yang dirasakannya secara bertahap dari sesi per sesi. Teknik yang digunakan adalah konfrontasi dimana dengan cara terapis menyerang ketidaklogikan berfikir klien dan membawa klien ke arah berfikir yang lebih logika. Dalam penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai antisipasi bagi peneliti selanjutnya. Berikut penjelasan beberapa keterbatasan dalam penelitian ini.

Peneliti tidak melibatkan pihak lain (teman dan keluarga) dalam melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap subyek diluar seting terapi. Selain itu, dukungan dan motivasi dari pihak lain diharapkan lebih membantu subyek dalam mengatasi permasalahan yang sedang dihadapinya. Peneliti tidak

(6)

Esthy Ariany Safithry

ISSN: 2460-7274 22

meneliti penyebab terjadinya keyakinan irasional yang menyebabkan gangguan somatisasi pada subyek hanya fokus pada simtom somatisasi yang dirasakan sekarang, dan keyakinan irasional yang mendasari sekarang.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa penerapan terapi perilaku kognitif

(cognitive behavioral theraphy) yang

diberikan dapat membantu mengurangi simtom somatisasi yang dirasakan subyek. Teknik terapi yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik relaksasi otot dan restrukturisasi kognitif.

DAFTAR PUSTAKA

Boeree, George. 2008. Psikologi

Kepribadian, Persepsi,

Kognisi, Emosi & Perilaku.

Jogjakarta: Prismasophie. Caplan & Sadock. 2010. Synopsis

Psikiatri. Tangerang: Binarupa

Aksara.

Davidson, G.C & Neale, K., 2006.

Psikologi Abnormal. Jakarta:

PT. Raja Grafindo Persada. Durand, V.M. & Barlow, D.H. 2006.

Intisari Psikologi Abnormal.

Edisi keempat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Gunarsa, Singgih D. 2003, Konseling

dan Psikoterapi, Jakarta:

Gunung Mulia.

Hall, C.S & Lindzey.G.1994. Teori-teori

Psikodinamik (klinis)

Yogyakarta: Kanisius.

Inten M, S. 2007. Cognitive Behavioral Theraphy untuk Meningkatkan

Kesadaran Emosi pada

Penderita Hipertensi Esensial

di Puskesmas Depok II. Tesis

(Tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Lukluk, Zuyina & Bandiyah. 2010.

Psikologi Kesehatan.

Yogjakarta: Muha Medika. Odgen, J. 2004. Health Psychology: A

textbook third edition.

McGraw-Hill education: United State of America. Oemardi, A.K. 2003. Pendekatan

Cognitive Behavior dalam

Psikoterapi. Creativ Media:

Jakarta.

Prawitasari, J.E. 2002. Psikoterapi: Pendekatan Konvensional dan

Kontemporer. Jakarta: Pustaka

Populer.

Slamet, S & Markam, S. 2003.

Pengantar Psikologi Klinis.

Jakarta: UI Press.

Sternberg, Robert J. 2006. Psikologi

Kognitif. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Sundberg, D & Allen W. 2007. Psikologi

Klinis. Jogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Siswanto. 2002. Efektivitas Cognitive Behavioral Theraphy untuk simtom-simtom Depresi pada

Remaja. Tesis (Tidak

diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada

Shaughnessy, J. J., Zechmeister, E. B., Zechmeister, J. S. 2007.

Metodologi Penelitian

Psikologi. Edisi Ketujuh.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pengamatan selama melakukan tindakan sebanyak 2 kali pertemuan dan dari hasil refleksi bersama observer, masih terdapat kekurangan pada siklus I

Sedangkan Suherman dan Sukjaya menyatakan bahwa kemampuan analisis adalah kemampuan untuk merinci atau menguraikan suatu masalah (soal) menjadi bagian-bagian yang lebih

instrumen final yang nantinya digunakan untuk mengukur.. variabel

Dengan adanya masalah tersebut maka akan dibuat sistem yang dapat dapat memudahkan penyampaian semua informasi produk terbaru kepada customer secara cepat, mempermudah

Berdasarkan Tata cara Evaluasi yang ditetapkan dalam Dokumen serta setelah dilakukannya Evaluasi terhadap penawaran yang ada maka dinyatakan tidak ada Calon

Nilai korelasi Spearman Rang yaitu sebesar 0.291 dengan nilai signifikan 0.022, hal ini menunjukkan bahwa nilai p< 0.05 artinya bahwa terdapat hubungan

2) Komprehensif (comprehensive). Menyimak komprehensi ini bertujuan untuk memahami pesan. Menyimak komprehensi ini merupakan menyimak yang mendasari jenis menyimak

Di samping itu, juga hadis riwayat Imam Bukhari dari Abu> Bakrah secara ma’ruf yang berbunyi, “Tidak akan beruntung suatu kaum yang mana urusan mereka dipimpin oleh