68
GAMBARAN POLA MAKAN DAN ASUPAN ZAT GIZI MAKRO PADA
REMAJA GEMUK DI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
MAKASSAR JURUSAN GIZI
Zakaria1, Hj Hikmawati1, Suriani Rauf1, Mira Salama2 1
Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan Kemenkes, Makassar 2
Alumni Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan Kemenkes, Makasar
Abstract
Background: Fatis apathological statein which the accumulation of fat tissueunder the skin. Diet and intake can cause more fat foods such asexcessive energy sources, such as carbohydrates, fats and proteins.
Objektive: This studyaims to determine Overview Diet and Nutrition Intake substances (proteins, fats, and carbohydrates) in Obese Adole scentsat the Polytechnic of Health Ministry of Health Nutrition Department Makassar.
Mecthods: This study is a descriptive research. Dietary data were collected by interview using the Food Frekuency Qualiti to risk eating frequency, and then calculated the total score of each sample based on the FFQ operational definitions and objective criteria, and then processed using the computer program excel. And nutrient intake obtained using the 24-hour food recall was processed using the program and compared with the AKG nutrisurvey. Obesity is obtained by measuring weight and height.
Results: The results showed that picture of food diet as much as 45.9% and the risk of diet foods are not at risk of 54.1%. more protein intake as much as 59.5% and as much as 18.9% less. fat intake as much as 43.3% and 43.2% less. carbohydrate intake as much as 40.6% less 37.8%.
Suggestion: It is advis able for studentsto be able to eat good diet of meal frequency and
type of food consumed so that the intake does not exceed the requirements
Keywords: dietary and nutrient intake of macro
PENDAHULUAN
Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu komponen penting dalam mencapai tujuan pembangunan kesehatan. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh berbagai faktor, diantaranya adalah sektor kesehatan, pendidikan dan ekonomi. Gizi merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam pembangunan yang dapat memberikan konstribusi dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas sehingga mampu berperan secara optimal dalam pembangunan serta dapat mempengaruhi status gizi (Supariasa, 2012).
Status gizi adalah keadaan tubuh yang merupakan gambaran dari apa yang dimakan sehari-hari. Status gizi dikatakan baik, apabila
pola makan seimbang, artinya berbagai jenis makanan yang dimakan sesuai dengan kebutuhan tubuh. Apabila asupan makanan melebihi kebutuhan tubuh maka tubuh akan mengalami gizi lebih, sebaliknya apabila asupan makanan kurang dari yang dibutuhkan tubuh, maka tubuh akan kurus dan sakit-sakitan (Aritonang, 2010).
Berat badan lebih merupakan suatu kelainan kompleks pengaturan nafsu makan dan metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik yang spesifik. Faktor genetik diketahui sangat berpengaruh bagi perkembangan penyakit, secara fisiologis berat badan lebih didefenisikan sebagai suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau berlebihan dijaringan adipose
69
sehingga dapat mengganggu kesehatan(Yuniastuti, 2008).
Berat badan lebih bisa terjadi pada siapa saja, anak-anak, remaja, dewasa maupun yang lanjut usia, ada banyak faktor yang menyebabkan meningkatnya angka kejadian berat badan lebih, salah satunya adalah kebiasaan pola makan dan asupan. Apabila berat badan lebih semakin berlanjut dan tidak diatasi dengan cepat maka akan mengalami berbagai dampak bagi kesehatan tubuh. Adapun dampak atau faktor resiko bagi kesehatan tubuh yaitu terjadi penyakit degenerative diantaranya penyakit jantung koroner, hipertensi, diabetes mellitus, dan dislipidemia pada remeja yang menikah dini (Fanny, 2009).
Pola makan seimbang dikatakan baik apabila teratur serta mengonsumsi beranekaragam makanan dalam jumlah dan proporsi yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, sebaliknya apa bila pola makan salah maka akan terjadi masalah gizi. Pola makan salah yang terjadi pada remaja gemuk disebabkan karena seringnya mengonsumsi makanan berisiko seperti makanan dan minuman manis, makanan asin dan makanan berlemak (Hamam, 2005).
Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu. Pola makan dapat diartikan sebagai suatu sistem, cara kerja atau usaha untuk melakukan sesuatu (Sulistyoningsih, 2011).
Asupan zat gizi adalah kemampuan untuk mengonsumsi hidangan yang terbagi-bagi dalam komponen zat gizi. Tingkat konsumsi asupan zat gizi dipengaruhi oleh banyak hal seperti pendidikan, pengetahuan, daya beli, ketersediaan serta kesukaan dan selera keluarga. Zat-zat gizi yang utama dibutuhkan dalam makanan yang dikonsumsi yaitu energi, protein, lemak, karbohidrat (Almatsier, 2005).
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan mengunakan metode survei, yaitu ingin memperoleh gambaran pola makan beresiko dan asupan zat gizi (karbihidrat, protein, lemak) pada remaja gemuk di Poltekkes Kemenkes Makassar Jurusan Gizi.
Sampel penelitian ini adalah semua Mahasiswa yang gemuk di Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Makassar sebanyak 37 orang. Pemilihan sampel yang dilakukan dengan menggunakan purposive sampling, yang memenuhi kriteria sebagai berikut : Mahasiswa jurusan gizi, Mempunyai IMT >23 kg/m², Bersedia jadi sampel.
Instrumen penelitian yang digunakan adalah menggunakan lembar kuesioner dan alat ukur timbangan berat badan dan tinggi badan. Data pola makan dikumpulkan dengan cara wawancara terhadap sampel. Data asupan zat gizi dikumpulkan dengan menggunakan metode food recall 2x24 jam. HASIL PENELITIAN
Jenis Kelamin
Tabel 02
Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin di Kampus Gizi Politeknik Kementerian
kesehatan Makassar
Jenis Kelamin n %
Laki-laki 6 16.2
Perempuan 31 83.8
Total 37 100
Pada umumnya jenis kelamin yang mengalami gemuk lebih banyak terjadi pada perempuan yaitu sebanyak 31 orang sedangkan untuk laki-laki yang gemuk hanya 6 orang.
Pola Makan
Berdasarkan tabel 03 menunjukkan perempuan dengan pola makan yang beresiko yaitu 15 orang (40.5%).
Tabel 03
Distribusi Sampel Berdasarkan Pola Makan
di Kampus Gizi Politeknik Kementerian Kesehatan Makassar
Pola Makan Laki-laki Perempuan Jumlah
n % n % n %
Tidak beresiko 4 10.8 16 43.3 20 54.1
Beresiko 2 5.4 15 40.5 17 45.9
70
DISTRIBUSI ASUPAN ZAT GIZI Asupan Protein
Tabel 04
Distribusi Sampel Berdasarkan Asupan Protein di Kampus Gizi Politeknik Kementerian kesehatan Makassar
Asupan Protein
Gemuk Tingkat Ringan Gemuk Tingkat Berat
Jumlah Laki-Laki Perempuan Laki-Laki Perempuan
n % n % n % n % n % Kurang 1 2.7 4 10.8 0 0 2 5.4 7 18.9 Cukup 2 5.4 6 16.2 0 0 0 0 8 21.6 Lebih 3 8.1 14 37.9 0 0 5 13.5 22 59.5 Jumlah 6 16.2 24 64.9 0 0 7 18.9 37 100
Berdasarkan tabel 04 menunjukkan bahwa asupan protein sampel perempuan
dengan kategori gemuk tingkat ringan yaitu lebih ada 14 orang (37.9%).
Asupan Lemak
Tabel 05
Distribusi Sampel Berdasarkan Asupan Lemak di Kampus Gizi Politeknik Kementerian Kesehatan Makassar
Asupan Lemak
Gemuk Tingkat Ringan Gemuk Tingkat Berat
Jumlah Laki-Laki Perempuan Laki-Laki Perempuan
n % n % n % n % n % Kurang 4 10.8 9 24.3 0 0 3 8.1 16 43.2 Cukup 1 2.7 3 8.1 0 0 1 2.7 5 13.5 Lebih 1 2.7 12 32.5 0 0 3 8.1` 16 43.3 Jumlah 6 16.2 24 64.9 0 0 7 18.9 37 100
Berdasarkan tabel 05 menunjukkan bahwa asupan lemak sampel perempuan
dengan kategori gemuk tingkat ringan yaitu lebih ada 12 orang (32.5%).
Asupan Karbohidrat
Tabel 06
Distribusi Sampel Berdasarkan Asupan Karbohidrat di Kampus Gizi Politeknik Kementerian Kesehatan Makassar
Asupan KH
Gemuk Tingkat Ringan Gemuk Tingkat Berat
Jumlah Laki-Laki Perempuan Laki-Laki Perempuan
n % n % n % n % n % Kurang 2 5.4 10 27 0 0 2 5.4 14 37.8 Cukup 2 5.4 5 13.5 0 0 1 2.7 8 21.6 Lebih 2 5.4 9 24.3 0 0 4 10.9 15 40.6 Jumlah 6 16.2 24 64.8 0 0 7 19 37 100
71
Berdasarkan tabel 06 menunjukkanbahwa sampel perempuan dengan kategori gemuk tingkat ringan memiliki asupan karbohidrat lebih ada 9 orang (24.3%).
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengumpulan data yang telah dilakukan didapatkan sampel sebanyak 37 orang dengan distribusi mahasiswa Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar Jurusan Gizi yang dijadikan sampel, dalam penelitian terdapat sebanyak 15 orang (40.5%) dengan kategori makan makanan beresiko yang dialami oleh perempuan, sedangkan pada laki-laki yang mengalami pola makan makanan beresiko ada 2 orang (5.4%). Pola makan makanan beresiko yang terlalu sering dikonsumsi akan lebih cenderung menderita atau mengalami kegemukan.
Berdasarkan hasil pengumpulan data dengan menggunakan metode recall 24 jam, asupan protein yang lebih yaitu 14 orang (37.8%) sampel perempuan dengan kategori gemuk tingkat ringan, untuk kategori perempuan berat tingkat berat yaitu 5 orang (13.5%) dan 3 orang (8.1%) laki-laki dengan asupan protein lebih. Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya oleh Muryani 2011 terhadap siswa SMA Negeri 2 karema Sul–Bar dimana asupan proteinnya tergolong cukup sebanyak (83.6%). Terjadinya kelebihan protein pada mahasiswa disebabkan karena sampel pada saat makan mengunakan sumber protein hewani telur sebanyak 6 orang (16.2%) 2-3 kali dalam sehari, sampel yang mengonsumsi ikan (1-2 potong sedang setiap makan) yaitu sebanyak 3 orang (8.1%) dan yang mengonsumsi ayam 1-2 kali dalam sehari sebanyak 4 orang (10.8%), bakso dikonsumsi sebanyak 9 orang (24.3%) 1-2 kali. Protein merupakan zat gizi yang sangat pening, karena paling erat hubungannya dengan proses kehidupan. Protein mempunyai fungsi khas yang tidak dapat digantikan oleh zat gizi lain, kareana untuk membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh (Almatsier, 2005).
Protein yang berlebih tidak menguntungkan tubuh. Makanan yang tinggi protein biasanya tinggi lemak sehingga dapat menyebabkan kegemukan. Kelebihan protein memberatkan kerja ginjal dan hati yang harus memetabolisme dan mengeluarkan kelebihan nitrogen (Sediaoetama, 2000).
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh data mengenai asupan lemak, berdasarkan tingkat asupan zat gizi menunjukkan bahwa asupan lemak sampel
perempuan dengan kategori gemuk tingkat ringan adalah lebih sebanyak 12 orang (32.4%), dan untuk kategori perempuan gemuk tingkat berat ada 3 orang ( 8.1%). Hal ini berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya oleh Mawaddah Pical 2005 dimana asupan lemaknya tergolong kurang sebanyak (79.58%). Frekuensi penggunaan bahan makanan sumber lemak yang tergolong lebih karena rata-rata sampel sering mengonsumsi makanan goreng-gorengan (2 kali dalam sehari) sebanyak 6 orang (16.2%) dan 2 orang (5.4%) sampel mengonsumsi coto dalam seminggu 3–4 kali, serta 4 orang (10.8%) yang mengonsumsi susu dalam kemasan 2 kali dalam sehari, kerupuk dikonsumsi 3 orang (13.1%) 1-2 kali dalam sehari.
Lemak merupakan zat gizi kedua sebagai sumber energi setelah karbohidrat, oleh karena itu tidak mengherankan bahwa makanan dengan kandungan lemak yang tinggi sering dianggap sebagai pangkal terjadinya kegemukan (Moehji, 2002).
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh data mengenai asupan karbohidrat, asupan karbohidrat sampel perempuan dengan kategori gemuk tingkat ringan lebih sebanyak 9 orang (24.3%), umtuk perempuan dengan kategori gemuk tingkat berat yaitu 4 orang (10.8%), dan laki-laki sebanyak 2 orang (5.4%). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya oleh Nur Alia H.Pattola 2007 dimana asupan karbohidratnya tergolong lebih sebanyak 13 orang (65%). Kelebihan karbohidrat disebabkan karena frekuensi penggunaan sumber karbohidrat tergolong tinggi yang berasal dari makanan pokok seperti beras (> 1 kali) sebanyak (100%) dan roti sebanyak (40%) ditambah dengan konsumsi mie instan (≥ 3 kali seminggu) sebanyak (65%).
Menurut Moure 2002, karbohidrat didalam tubuh berperan untuk menyediakan glukosa bagi sel-sel tubuh yang kemudian diubah menjadi energi, apabila di konsumsi berlebihan akan di simpan didalam hati dalam bentuk glikogen dalam jumlah terbatas yaitu untuk keperluan energi beberapa jam, tatapi jika terus berlebih karbohidrat di dalam tubuh diubah menjadi lemak sehingga terjadi kegemukan.
Kelamahan penelitian ini adalah saat melakukan recall makanan tidak menanyakan apakah sampel bangun pada tengah malam dan mengonsumsi lagi makanan/minuman, serta menganalisis zat gizi hanya berdasarakan estimasi ukuran rumah tangga
72
ke gram dan tidak melakukan penimbangan, sehimgga asupannya kurang namun dalam keadaan gemuk.
KESIMPULAN
1. Pola makan makanan beresiko pada mahasiswa Poltekkes Makassar Jurusan Gizi yaitu lebih sebanyak 17 orang (45.9%). 2. Asupan protein mahasiswa Poltekkes
Makassar Jurusan Gizi yaitu lebih sebanyak 22 orang (59.5%).
3. Asupan lemak mahasiswa Poltekkes Makassar Jurusan Gizi yaitu lebih sebanyak 16 orang (43.2%).
4. Asupan karbohidrat mahasiswa Poltekkes Makassar Jurusan Gizi yaitu lebih sebanyak 15 orang (40.5%).
SARAN
1. Diharapkan bagi mahasiswa untuk selalu memperhatikan pola makan yang seimbang dan sehat.
2. Diharapkan bagi mahasiswa untuk selalu memperhatikan jumlah asupan zat gizi yang dikonsumsi sehari-hari
3. Diharapkan bagi mahasiswa untuk selalu mengontrol berat badannya setiap bulan. DAFTAR PUSTAKA
Almatsier. (2005). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta; PT. Gramedia Pustaka Utama Fanny Lydia, dkk. (2009). Buku Ajar Gizi
Dalam Daur Kehidupan. Makassar;
Poltekkes Jurusan Gizi Makassar. Hamam Hadi. (2006). Konsumsi Fast Food
Sebagai Faktor Resiko Obesitas pada Anak Remaja. Jakarta: Medika
Irianto Aritonang. (2010). Menilai Status Gizi
Untuk Mencapai Sehat Optimal.
Jakarta; Grafina Media Cipta CV. Sediaoetomo A. (2011). Ilmu Gizi. Jilid 1.
Jakarta; Dian Rakyat.
Supariasa, IDM, Bakri B, Fajar l, dkk. (2012).
Penilaian Status Gizi. Jakarta; EGC
Sulistyoningsih H. (2011). Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta;
Graha Ilmu.
Yuniastuti Ari. (2008). Gizi dan Kesehatan. Yogyakarta; Graha Ilmu.