• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada tahun 2015 sebanyak 122 daerah ditetapkan oleh pemerintah sebagai daerah tertinggal. Penetapan ini ada dalam Peraturan Presiden Nomor 131 Tahun 2015 tentang Penetapan Daerah Tertinggal Tahun 2015–2019. Salah satunya adalah Kabupaten Morowali Utara yang berada di Provinsi Sulawesi Tengah. Suatu daerah ditetapkan sebagai daerah tertinggal berdasarkan kriteria perekonomian masyarakat, sumber daya manusia, sarana dan prasarana, kemampuan keuangan daerah, aksesibiltas, serta karakteristik daerah. Pengertian daerah tertinggal berbeda dengan pengertian desa tertinggal. Pengertian ini kemudian menjadi paradox ketika banyak desa-desa tertinggal yang rupanya terletak di daerah-daerah yang cukup maju. Kabupaten Morowali Utara sendiri merupakan hasil pemekaran dari kabupaten Morowali pada tahun 2013. Kecamatan-Kecamatan yang ada pun masih bersifat tertinggal ataupun terpencil.

Daerah terpencil atau desa terpencil secara umum diartikan wilayah yang sulit dalam berbagai aspek seperti belum tersedianya pelayanan umum, belum tersedianya infrastruktur komunikasi dan transportasi yang memadai sehingga menimbulkan kesulitan yang tinggi bagi masyarakat yang berdomisili ditempat tersebut (Kaputra dkk, 2013:157). Salah satu desa terpencil di Kabupaten Morowali Utara yaitu desa Pandauke yang berada di kecamatan Mamosalato. Secara geografis letak yang terpencil membuat guru-guru didesa ini merasakan adanya hambatan dalam menggunakan Teknologi Komunikasidan Informasi dan juga hambatan sarana transportasi.

Guru adalah seseorang yang mempunyai tugas memberikan pendidikan dan pengetahuan kepada para siswa yang nantinya akan membantu mengembangkan bangsa dan negaranya sehingga guru

(2)

2

dituntut mempunyai kapasitas yang cukup baik agar dapat menjalankan tugasnya tanpa hambatan. Setiap guru mempunyai tugas yang sama tidak peduli apakah gurutersebut berada didesa ataupun dikota. Tetapi nyatanya saat ini terjadi kesenjangan antara guru yang didesaataupun guru yang dikota tak hanya dari segi pengetahuan tetapi juga segi Teknologi Informasi dan Komunikasi. Umumnya guru yang berada di kota akan cukup mengenal teknologi karena kehidupan yang lebih modern dibandingkan didesa. Kesenjangan akan lebih terlihat pada daerah yang terpencil karena minimnya infrastruktur yang memadai.

Hambatan yang sangat umum terjadi di desa terpencil adalah hambatan komunikasi dan juga transportasi. Ini menjadi penting karena letak desa Pandauke yang cukup jauh dari ibukota Kabupaten yaitu Kolonodale yang ditempuh selama 8 jam sekali perjalanan sehingga dengan waktu tempuh pulang-pergi bisa memakan waktu 16 jam tentunya cukup menguras tenaga dan biaya. Padahal beberapa pengurusan berkas-berkas seperti tunjangan guru daerah terpencil atau sertifikasi misalnya harus diurus di ibukota Kabupaten atau ibukota Provinsi. Selain itu pula masalah berikutnya adalah penerapan database sekolah-sekolah dan guru secara online. Tentunya ini diterapkan pada semua sekolah termasuk didesa terpencil seperti Pandauke. Infrastruktur yang minim membuat mereka kesulitan dalam hal mengakses TIK dan juga listrik yang belum ada membuat mereka memutuskan untuk tidak membeli barang elektronik seperti komputer. Sinyal telepon genggam pun cukup sulit karena letak tower yang berada 2 jam dari desa ini.

Untuk mengatasi masalah seperti ini pemerinta membuat berbagai program Melaluiproyek Universal Service Obligation (USO), Kementerian Komunikasi dan Informatika telah menelurkan sejumlah program inovasi salah satunya adalah program Pusat Layanan Internet Kecamatan (PLIK). Fokus utama program ini dalah untuk mengurangi kesenjangan informasi di masyarakat pedesaan, sesuai tujuan Kebijakan dan Rencana Strategis kedepan Kementerian Komunikasi dan Informatika, yakni diantaranya : Tersedianya akses komunikasi dan

(3)

3

informastika yang merata di seluruh Indonesia (Buku Putih Komunikasi dan Informatika Indonesia, 2010). Dengan program yang ada ini diharapkan akses internet oleh masyarakat pedesaan akan meningkat.

Program Pusat Layanan Internet Kecamatan, selanjutnya disebut PLIK, merupakan salah satu bentuk konsep dari sebuah

Telecenter, yaitu fasilitas akses bersama dilengkapi dengan telepon,

komputer, televisi dan video, dan perangkat teknologi lainnya. Tujuan dasar dari pusat seperti ini untuk memberikan kemudahan dalam mendapatkan layanan informasi dan komunikasi untuk pengembangan masyarakat (Roman, 2004:54). Dalam hal ini PLIK salah satu program pemerintah sebagai bentuk dukungan penuh perluasan layanan akses internet bagi masyarakat luas terutama masyarakat daerah pedesaan sekaligus mendorong pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk tujuan peningkatan kecerdasan warga dan kesejahteraan masyarakat.

Dengan adanya PLIK di desa Pandauke membuat warga sangat ramai mengunjungi tempat tersebut. Guru adalah pengguna terbanyak di daerah ini, seperti dikutip dari wawancara bersama pengelola PLIK Mamosalato “Pengguna terbanyak PLIK disini adalah para Guru, apalagi ketika sudah waktunya untuk mengakses Padamu negeri1, didalam ruangan ini akan dikhususkan untuk dipakai oleh para guru-guru tersebut2”. PLIK didesa Pandauke dinilai cukup aktif dan warga disana pun cukup antusias dalam penggunaannya di bandingkan dengan titik PLIK lain yang beerada di Kabupaten Mamosalato yang telah tutup sebelum program tersebut berakhir3”.

Salah satu teori yang menarik dan cocok digunakan untuk permasalahan diatas adalah teori difusi inovasi. Telecenter dapat dikatakan sebuah inovasi yang berwujud ide, praktik, atau objek baru yang awalnya belum diketahu suatu kelompok masyarakat. Ketika

1 Padamu negeri adalah sebuah sistem online dari pemerintah yang ditujukan bagi para

admin disekolah-sekolah seluruh Indonesia untuk melakukan transaksi pengiriman data yang lebih cepat dan efisien yang dibangun sejak 20 Juni 2013..

2 Wawancara dengan bapak gunawan 12juli 2015 – pengelola PLIK mamosalato 3

(4)

4

telecenter digunakan atau disebarkan ada proses adopsi yang dilakukan masyarakat terhadap inovasi. Dengan kata lain, studi tentang difusi inovasi adalah tentang bagaimana, mengapa, dan pada tingkat apa ide baru atau teknologi menyebar di antara para anggota suatu sistem sosial. Sebuah inovasi adalah Ide, praktek atau teknologi dianggap sebagai baru oleh seorang individu [Rogers 2003].

Roman menjelaskan bahwa untuk melihat proses adopsi dari suatu inovasi dalam hal ini Telecenter ada 3 aspek penting yang dapat dilihat yaitu (1) The Perceived Attributes of Innovation, (2) The

communication Aspects dan (3) The Consequences of Innovation Adoption. Tetapi dalam penelitian ini hanya akan melihat aspek The Perceived Attributes. Pada aspek ini akan melihat Atribut Inovasi yang

dikemukakan oleh Rogers yaitu Relative Advantage, Compability,

Complexity, Trialability dan Observability. Atribut inovasi dapat

menjelaskan dan memahami laju suatu adopsi.

Atribut ini dirasa perlu untuk diketahui karena nantinya akan berhubungan dengan kebutuhan apa saja yang diperlukan oleh seorang calon pengadopsi Inovasi yang pada akhirnya akan membantu perencanaan program-program selanjutnya sehingga sesuai dengan sasaran dan tujuan.Selain itu juga akan melihat persiapan para Guru di daerah terpencil menuju masyarakat Informasi apalagi Guru-guru masih banyak yang belum sadar dengan pentingnya TIK bagi kehidupan mereka. Pada akhirnya juga sistem data para guru di Indonesia akhirnya menerapkan sistem secara online ini juga akan berdampak pada guru yang berada di daerah terpencil. Dengan menggunakan Teori Difusi Inovasi diharapkan akan menjelaskan bagaimana atribut inovasi yang ada pada PLIK di desa Pandauke.

Inovasi dalam penelitian ini adalah sebuah ide atau gagasan berupa tempat yang dikemas menjadi sebuah telecenter yang menyediakan fasilitas berupa komputer dan Internet yaitu PLIK yang belum ada sebelumnya didesa Pandauke. Sebuah inovasi yang dikemas

(5)

5

dengan baik tidak akan berguna apabila inovasi tersebut tidak diadopsi oleh orang-orang yang ditujukan dari pengadaan Inovasi tersebut.

B. Rumusan Masalah

Dari penjelasan latar belakang diatas, maka peneliti dapat menarik rumusan masalah dari penelitian ini antara lain:

“Bagaimana Atribut Inovasi Program Penyedia Layanan

Internet Kecamatan (PLIK) oleh Guru di desa Pandauke Di kecamatan Mamosalato Kabupaten Morowali Utara Provinsi Sulawesi Tengah?”

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan Latar belakang dan Rumusan Masalah diatas, maka Tujuan dari penelitian ini adalah:

“Untuk mengetahui dan memahami Atribut Inovasi Program Penyedia Layanan Internet Kecamatan (PLIK) oleh Guru di desa Pandaukei kecamatan Mamosalato Kabupaten Morowali Utara Provinsi Sulawesi Tengah

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat dari hasil penelitian ini adalah:

1. Manfaat teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap Kajian Ilmu Komunikasi dibidang teknologi komunikasi di wilayah pedesaan serta dapat menjadi referensi bagi pembaca yang berminat akan melakukan penelitian berikutnya.

b. Dapat menambah referensi penelitian Teori difusi Inovasi yang diterapkan pada sebuah telecenter.

(6)

6 2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan referensi dan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan khususnya Kementerian Komunikasi dan Informatika RI dan pemerintah daerah kabupaten Morowali mengenai program PLIK diwilayah kabupaten morowali.

E. Kerangka Pemikiran

Perkembangan masyarakat saat ini menuju masyarakat informasi menjadi hal penting yang harus diperhatikan dari pemerintah. Tercapainya masyarakat informasi itu pula harus didukung oleh adanya infrastruktur dibidang teknologi khususnya TIK. Perkembangan TIK ini juga sekaligus pertanda masuknya manusia kedalam era revolusi informasi. Sehingga akses terhadap akses informasi sangat diperlukan. Untuk itulah pemerintah membuat program PLIK yang diharapkan dapat menjadi penunjang dan kemudahan mendapatkan informasi terhadap masyarakat pedesaan yang kurang adanya sarana teknologi. Keberhasilan dari implementasi PLIK ini bergantung bagaimana masyarakat menerima dan menggunakannya.

1. Teori Difusi Inovasi

Selain internet, telecenter juga merupakan suatu ide yang baru yang ada di dalam masyarakat pedesaan. Teori difusi inovasi merupakan teori yang digunakan untuk membahas mengenai penelitian-penelitian tentang suatu inovasi atau ide baru yang dikomunikasikan ke dalam suatu kelompok masyarakat tertentu. Teori ini berkembang sebagai respon terhadap pembangunan masyarakat yang menawarkan inovasi tertentu agar dapat mendorong adopsi pada masyarakat tertentu. Tantangan dalam memanfaatkan internet pada telecenter yang disediakan oleh pemerintah Indonesia di setiap daerah, terletak pada keterbatasan akses dan pemanfaatannya. Untuk memahami keterbatasan ini diperlukan

(7)

7

melihat empat elemen yang menjadi asumsi dari teori ini (Rogers, 1983: 10-24) yaitu:

a. Inovasi, adalah ide, praktik, atau objek yang dianggap sebagai baru oleh individu atau unit-unit lain yang akan mengadopsinya. Setidaknya ada beberapa elemen yang dapat mempengaruhi suatu inovasi yang mempengaruhi pengadopsiannya, antara lain: 1.) Relative advantage, yaitu suatu anggapan di mana inovasi baru yang datang dianggap lebih baik daripada ide yang ada sebelumnya.;2.)

Compatibility, yaitu suatu anggapan di mana inovasi dirasa

selaras dengan nilai-nilai yang berlaku, pengalaman, dan juga kebutuhan dari pengadopsi.; 3.) Complexity, yaitu anggapan di mana inovasi yang datang terasa sulit untuk dipahami dan digunakan.; 4.) Trialability, yaitu suatu anggapan di mana inovasi dapat diaplikasikan dalam kedaan yang terbatas.; 5.)

Observability, yaitu suatu anggapan di mana hasil inovasi

dapat dilihat oleh orang lain.

b. Komunikasi, merupakan suatu media atau saluran di mana pesan-pesan yang berisi inovasi itu berpindah dari satu orang ke orang lain. Selain itu juga inti dari proses difusi adalah proses perpindahan suatu ide yang baru dari satu penerima kepada penerima yang lain, proses ini juga melibatkan, yaitu suatu inovasi, individu atau unit lain pengadopsi yang memiliki pengetahuan, atau pengalaman dalam menggunakan inovasi, individu atau unit lain yang belum memiliki pengetahuan tentang inovasi, dan saluran komunikasi yang menghubungkan dua unit. Sebuah saluran komunikasi adalah sarana yang pesan dapatkan dari salah satu orang ke orang lain. Ada dua model komunikasi yang umum digunakan, yaitu

interpersonal channel dan mass communication. Sedangkan

saluran yang digunakan setidaknya ada dua yaitu media massa dan opinion leader. Sifat hubungan pertukaran informasi

(8)

8

antara pasangan individu menentukan kondisi yang mana sumber akan atau tidak akan mengirimkan inovasi untuk penerima, dan juga efeknya.

c. Waktu, merupakan elemen selanjutnya dalam proses difusi. Dengan adanya jangka waktu tertentu, proses difusi bisa didokumentasikan lalu dipelajari oleh pihak lain. Dimensi waktu dalam proses difusi inovasi meliputi, Pertama, proses keputusan inovasi mulai dari pengetahuan pertama hingga keputusan untuk mengadopsi atau menolak. Ada lima tahapan adopsi yang dimodelkan dalam teori ini yaitu knowledge,

persuasion, decision, implementation, dan confirmation. Kedua, Perbandingan antara individu atau unit lain yang cepat

mengadopsi dan yang lebih lambat mengadopsi. Ketiga, rata-rata waktu mengadopsi yang dihitung dari jumlah pengadopsi dalam rentang waktu tertentu.

d. Sistem sosial, merupakan suatu unit yang terikat di mana mereka bergabung untuk menyelesaikan masalah bersama dan untuk mencapai suatu tujuan bersama. Proses difusi itu sendiri terjadi dalam suatu sistem social. Opinion Leader dan agen perubahan, menyebabkan suatu difusi inovasi berjalan dalam berbagai cara. Struktur dalam suatu sistem social mempengaruhi cara difusi itu terjadi. Pemahaman tentang sistem social berkaitan dengan difusi inovasi sangat penting. Sejalan dengan pemikiran Rogers, dalam tulisan Roman (2004) bahwa untuk memahami teori difusi inovasi dalam telecenter harus memahami yaitu

1. Perceived Attributes of Innovations, yaitu bagaimana persepsi masyarakat tentang adanya telecenter dan layanan yang disediakan, meliputi relative advantage, compatibility, dan complexity,

2. The Communication Process, yaitu bagaimana inovasi dikomunikasikan dan dibagikan dan juga bagaimana

(9)

9

inovasi yang lain dicari dan dibuat didalam telecenter tersebut.

3. The consequences of adaption, yaitu bagaimana biaya dan dampak sosioekonomi didalam masyarakat

Pada akhirnya perkembangan teknologi komunikasi dengan adanya internet dan telecenter meningkatkan hubungan individu dengan yang lainnya. telecenter diharapkan dapat membuka pintu masuk dan kesetaraan dalam memperoleh informasi. Tetapi di Indonesia sendiri sangat terlihat kesenjangan akses informasi antara masyarakat perkotaan dan masyarakat pedesaan. Teori difusi inovasi ini sendiri dianggap mampu untuk memberikan pemahaman terhadap elemen dari proses difusi inovasi. Sehingga dengaan kondisi masyarakat yang kekinian dalam perkembangan internet ini terdapat dua poin penting dalam teori ini yaitu kompatibilitas inovasi dan komunikasi partisipatif (lindawati, 2014: 259) yang juga akan menjadi poin penting dalam penelitian ini.

Dalam penelitian ini teori difusi inovasi membantu membentuk persepsi dan pengambilan keputusan para guru terhadap PLIK yang ada didesa pandauke. Persepsi para guru akan dilihat melalui 5 atribut inovasi yang telah dikemukakan oleh Rogers yaitu Relative

Advantage, compability, Complexity, Trialability dan Compability.

Sebagaimana juga dikemukan oleh Roman (2003) bahwa untuk melihat proses adopsi inovasi terhadap telecenter dapat dijelaskan melalui 5 atribut inovasi Rogers.

2. Telecenter

Salah satu strategi untuk menjembatani kesenjangan digital dalam suatu negara, dan antara negara-negara, adalah untuk mendorong adanya telecenter yang biasanya menawarkan akses publik seperti komputer, internet, dan teknologi komunikasi lainnya, memberikan pelatihan, dan menyediakan layanan bisnis tertentu.

(10)

10

Konsep telecenter umumnya mengacu pada komunitas pusat sumber daya informasi terletak di pedesaan wilayah negara berkembang. Sebuah telecenter adalah fasilitas akses bersama dilengkapi dengan telepon, komputer, televisi dan video, dan perangkat teknologi lainnya. Tujuan dasar dari pusat seperti ini untuk memberikan kemudahan dalam mendapatkan layanan komunikasi dan informasi untuk pengembangan masyarakat. Selain itu telecenter adalah sebuah organisasi yang menerima dukungan eksternal, paling tidak pada awalnya, oleh donor internasional, pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat, atau kelompok lain diluar masyarakat tersebut (Roman, 2004: 54).

Yang terpenting telecenter menyediakan fasilitas tersebut untuk publik, sehingga setiap individu atau rumah tangga tidak perlu memiliki komputer dan peralatan telekomunikasi mereka sendiri.Telecenter juga yang paling mungkin akan didirikan di lokasi di mana individu akses ke Internet tidak terjangkau atau tidak tersedia. Telecenter merupakan strategi penting untuk menutup kesenjangan digital di negara-negara berkembang, meskipun kafe

cyber dan jenis lain dari telecenter juga sama penting di daerah

tertentu dari negara-negara maju.

Sebuah telecenter dapat terdiri dari sebuah ruangan kecil yang dilengkapi dengan satu atau lebih komputer dan telepon jarak jauh atau telepon nirkabel. Satu atau lebih individu staf atau pengelola yang mengetahui telecenter, dan biaya-biaya yang kecil per jam dalam penggunaan untuk komputer / internet, fax, atau telepon jarak jauh. Sebuah pelayanan nasional telekomunikasi dapat menyediakan peralatan ini pada tarif diskon untuk operator, yang sering menghasilkan pendapatan yang cukup untuk mendukung / keluarganya.

(11)

11

PLIK merupakan pusat sarana dan prasarana penyediaan layanan jasa akses internet di ibukota kecamatan yang dibiayai melalui dana Kontribusi Kewajiban Pelayanan Universai Telekomunikasi yang diarahkan untuk terwujudnya akses layanan internet di 5.748 desa di Ibu Kota Kecamatan pada tahun 2010. Program PLIK menyediakan layanan akses internet dikecamatan, masing-masing terdiri dari 1 unit Server PLIK dan 5 unit personal Computer (PC) client yang akan disediakan oleh Internet Service Provider (ISP) yang ditunjuk sebagai pemenang lelang yang diselenggarakan oleh BTIP.

PLIK merupakan salah satu bentuk konsep dari telecenter. Telecenter adalah sejenis layanan yang memberikan kontribusi kepada pembangunan dengan cara menyediakan akses informasi, komunikasi dan teknologi pendidikan, serta keterampilan ke seluruh penduduk, menciptakan kompetensi masyarakat yang mandiri dalam ekonomi informasi, membangun pasar serta peluang bagi sektor swasta. Dengan demikian PLIK memiliki peran penting dalam memfasilitasi serta membantu masyarakat dalam memperoleh informasi yang mereka butuhkan. Dalam hal ini masyarakat juga mengambil andil penting dalam memajukan dan memanfaatkan PLIK yang berada di daerah mereka sehingga manfaat dari PLIK dapat terlihat dan dirasakan.

Ini sesuai dengan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika (Perkominfo) 48/PER/M.KOMINFO/11/2010 pasal 1 ayat 9 yang menjelaskan bahwa internet kecamatan adalah lokasi penyediaan jasa akses internet pada kecamatan di daerah tertinggal, daerah terpencil, daerah perintisan, daerah perbatasan, dan daerah tidak layak secara ekonomis, serta wilayah yang belum terjangkau akses layanan internet. Selanjutnya Permenkominfo 48/PER/M.KOMINFO/11/2010 pasal 2 ayat 1 menyebutkan bahwa pada Wilayah Pelayanan Universal Telekomunikasi (WPUT) internet kecamatan dilaksanakan melalui penyediaan PLIK diibukota

(12)

12

kecamatan yang terdiri atas PLIK yang bersifat tetap dan PLIK yang bersifat bergerak.

Melalui program internet kecamatan seperti halnya PLIK ini, sangat membantu meningkatkan aksesbilitas masyarakat serta memberikan harapan mengurangi kesenjangan digital dan juga meningkatkan harapan tentang adanya keterbukaan informasi. Walaupun sebenarnya upaya pemenuhan kebutuhan informasi dan komunikasi masyarakat tidak hanya dilakukan oleh pemerintah tetapi juga dilakukan oleh LSM dan swasta. Selain itu dibuatnya program PLIK ini adalah untuk mengantisipasi dan menghindari hal-hal sebagai berikut:

- Pemekaran wilayah Pemerintah Daerah yang berdampak pada penambahan jumlah kecamatan

- Karakteristik wilayah pedesaan IKC dengan territorial yang sangat luas sehingga membutuhkan lebih dari satu PLIK - Karakteristik pertumbuhan ekonomi dan industry serta

tingkat kebutuhan masyarakat yang cukup tinggi sehingga membutuhkan lebih dari satu PLIK

4. Guru di daerah terpencil sebagai pengadopsi PLIK

Dengan posisi geografis dan keadaan ekonomi yang rendah, biasanya menjadi hambatan bagi tenaga pengajar untuk mau mengabdi di sekolah yang berada di pedasaan atau daerah terpencil, sehingga yang terjadi adalah jumlah tenaga pendidik sedikit. Hal ini menjadi penghambat dalam proses belajar mengajar. Sulitnya akses informasi masuk ke wilayah perbatasan, menyebabkan secara kualitas pengetahuan tenagapendidik tidak semaju tenaga pendidik yang ada di perkotaan. Hal ini juga berakibat pada rendahnya kualitas siswanya. Aspek geografis mengasumsikan bahwa kondisi geografis suatu daerah akan berpengaruh terhadap pembentukan identitas suatu kelompok masyarakat sehingga kondisi geografis dapat mempengaruhi guru yang berdomisili di daerah terpencil.

(13)

13

Sekolah di pedesaan biasanya mengisolasi guru dari peluang untuk interaksi dengan rekan-rekan mereka, pengembangan profesi, dan sistem promosi guru. Beberapa negara telah menempatkan program-program inovatif di tempat untuk memerangi isolasi tersebut. Misalnya, Mali telah menciptakan buletin profesional untuk guru pedesaan (Thomas & Shaw, 1992). Begitu juga dengan Indonesia yang mulai membuat inovasi yang tidak hanya ditujukan bagi guru tetapi juga bagi masyarakat pedesaan

PLIK merupakan sebuah program pemerintah yang bertujuan untuk mengurangi kesenjangan teknologi dan informasi di pedesaan. PLIK disini sebagai sebuah infrastruktur TIK bagi guru yang berada di desa terpencil. Berkembangnya TIK yang cukup signifikan membuat para guru mau tidak mau harus mengikuti perkembangan zaman ini. Apalagi dengan kesenjangan yang ada di kota dan didesa.sehingga PLIK dipercaya mampu memberikan mereka kemampuan dan pengetauan TIK yang dibutuhkan.

Untuk mengadopsi PLIK ini diperlukan keyakinan dan pengetahuan. Dalam kasus keyakinan guru tentang ICT, misalnya, pengetahuan tentang blog dan bagaimana blog, dan bahkan mengetahui guru lain yang menggunakan blog dalam praktek mereka, tidak berarti bahwa seorang guru akan percaya bahwa blog dapat menguntungkan untuk digunakan. Pengetahuan adalah berasal dari luar diri, dalam arti bahwa ia memerlukan evaluasi atau penilaian untuk mencapai konsensus. Sedangkan, keyakinan yang dibentuk oleh non-konsensus, mereka berasal dari perasaan afektif dan evaluasi serta pengalaman pribadi, penilaian atau kritik (Pajares, 1992). Sehingga guru yang mengadopsi PLIK di pedesaan telah melalui tahap-tahap yang disebut dengan pengetahuan dan keyakinan. Kemudian Prestridge (2012) Menyatakan ada dasarnya guru-guru yang menggunakan ICT berdasarkan kompetensi ICT dan keyakinan biasanya mempraktekannya hanya untuk mengembangkan keterampilan mereka terhadap ICT.

(14)

14 F. Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, dapat disimpulkan bahwa Telecenter mempunyai peranan besar dalam menyediakan fasilitas TIK bagi masyarakat pedesaan. Telecenter dibuat agar kebutuhan informasi di masyarakat khususnya masyarakat pedesaan dapat terpenuhi. Selain itu juga berperan besar dalam mengurangi kesenjangan digital antar daerah. Telecenter dalam hal ini yaitu PLIK ini akan berfokus pada PLIK yang berada di kabupaten Morowali, Provinsi Sulawesi tengah. Beberapa kecamatan dikabupaten ini masih jauh dari akses teknologi seperti internet. Untuk itulah pemerintah menempatkan 9 titik PLIK di kabupaten ini. PLIK sendiri diharapkan dapat memperkecil kesenjangan informasi antara masyarakat dipedesaan. Tetapi sayangnya, hampir seluruh titik PLIK ini akhirnya tutup. Berbagai kendala didapatkan dalam penerapan PLIK oleh masyarakat pedesaan. Masyarakat pedesaan didalam penelitian ini adalah para guru pengguna PLIK di desa pandauke.

Salah satu desa yang paling aktif menggunakan PLIK adalah desa Pandauke yang merupakan salah satu desa terpencil dikabupaten morowali Utara. Salah satu kelompok masyarakat yang aktif menggunakannya adalah Para Guru. Proses penggunaan PLIK oleh guru didesa pandauke dapat dijelaskan dengan menggunakan teori difusi inovasi dengan melihat bagaimana atribut inovasi dapat mempengaruhi mereka mengadopsi suatu inovasi.

Indikator atau parameter yang digunakan dalam penelitian ini diuraikan dalam Tabel 1

(15)

15

Tabel 1.1: Operasionalisasi Konsep Penelitian

Konsep Makna Konsep

1. Relative Advantage Relative Advantage adalah Keuntungan lebih yang

didapatkan oleh pengadopsi dari suatu inovasi dibandingkan dengan inovasi sebelumnya yang dapat diukur melalui keuntungan ekonomi, prestige sosial, menghemat waktu dan tenaga, kenyamanan dan juga kepuasan.

Keuntungan Ekonomi disini di mana PLIK dapat

memberikan keuntungan ekonomi kepada calon pengadopsinya dibandingkan dengan inovasi yang digunakan sebelumnya. Kemudian

Prestige sosial diukur dengan bagaimana PLIK dapat

mengubah status sosial atau pandangan orang lain kepada pengadopsi.

Menghemat waktu dan tenaga di mana dengan adanya PLIK

pengadopsi merasakan keuntungan jarak yang lebih dekat sehingga dapat menghemat waktu dan Usaha.

Kenyamanan di mana adanya PLIK ini dirasakan

fleksibilitas dan aksesbilitas. Fleksibilitas disini di mana pengadopsi dapat pergi kapan saja ke PLIK. Aksesbilitas di mana pengadopsi disediakan fasilitas yang dapat digunakan untuk apa saja seperti komputer, print dan internet.

Kepuasan di mana pelayanan operator dan fasilitas yang

disediakan sesuai dengan keinginan pengadopsi.

2. Compability Compability adalah di mana suatu inovasi dalam hal ini

PLIK dianggap sesuai dengan nilai-nilai budaya, pengalaman masa lalu dan juga kebutuhan.

3. Complexity Complexity adalah mudah atau silitnya dalam

menggunakanfasilitas PLIK yang telah disediakan.

4. Trialability Trialability adalah di mana PLIK dapat dicoba dalam batas

tertentu. Trialability disini diukur dengan informan yang secara langsung mencoba PLIK dari proses pelatihan yang diadakan pengelola dan juga informan yang mencoba secara langsung.

5. Observability Observability adalah keuntungan yang didapatkan selama

(16)

16 G. Metodologi Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif digunakan bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data yang sedalam-dalamnya. Maka dalam penelitian ini studi deskriptif digunakan untuk menjelaskan bagaimana adopsi inovasi yang dilakukan oleh guru di desa pandauke terhadap teknologi informasi dan Komunikasi melalui program PLIK.

1. Jenis Penelitian

Untuk mengetahui bagaimana adopsi inovasi guru terhadap telecenter melalui program PLIK di desa pandauke maka akan menggunakan pendekatan deskriptif bersifat kualitatif. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif bersifat deskriptif. Jenis penelitian ini dipilih karena pertimbangan kondisi yang bervariasi dalam penelitian serta tidak memerlukan kuantifikasi. Kondisi-kondisi tersebut juga lebih mudah dipahami apabila dideskripsikan dengan kata-kata atau gambaran-gambarandaripada dengan angka.

2. Obyek Penelitian

Obyek penelitian merupakan hal yang menjadi sasaran dalam penelitian ini, terdiri atas lokus atau lokasi penelitian dan fokus atau hal yang menjadi pembahasan dalam penelitian ini. Yang menjadi lokus dalam penelitian ini adalah Pusat Layanan Internet Kecamatan (PLIK) yang berada di desa pandauke pada tahun 2011-2014. Secara spesifik di tentukan tahun disini dikarenakan pada tahun tersebut program ini berjalan yaitu pada tahun 2011 diadakan PLIK didesa pandauke sampai pada tahun 2014 dikarenakan program dari

(17)

17

pemerintah ini telah berakhir. Kemudian yang menjadi fokus penelitian ini adalah adopsi inovasi yang dilakukan para guru didesa terpencil terhadap PLIK didesa pandauke pada tahun 2011-2014.

Alasan pemilihan lokasi di desa Pandauke karena akses layanan internet untuk masyarakat sangat terbatas. Selain itu juga desa Pandauke memiliki jumlah guru yang cukup banyak dibandingkan dengan desa yang lain. Tentunya mereka juga membutuhan media informasi dan komunikasi (internet) dengan adanya peraturan pemerintah berupa pengisian database sekolah melalui online.

3. Informan Penelitian

Informan dalam penelitian ini adalah para guru yang yang aktif menggunakan PLIK didesa pandauke dan juga bertempat tinggal didesa pandauke. Hal ini disebabkan karena pilihan objek penelitian yang berada didesa tersebut, dan dari wawancara yang dilakukan dengan pengelola PLIK bahwa guru yang dominan menggunakan PLIK disana berasal dari desa pandauke. Alasan lain juga untuk mempermudah peneliti bertemu dengan informan penelitian, dikarenakan jika mengambil informan dari desa yang lain peneliti akan merasa kesusahan dengan situasi desa-desa dikecamatan mamosalato yang susah untuk ditempuh.

Informan penelitian ini rata-rata masih berusia 30 tahun. Berikut profil lengkap dari informan penelitian ini:

(18)

18

No Nama Informasi

1. Irwan Informan yang pertama adalah bapak Irwan guru SMP Mamosalato satu atap. Pendidikan terakhir bapak Irwan adalah Sarjana (S1) Pendidikan. Selain menjadi guru bapak Irwan juga menjadi operator pada sekolah jika ada sistem online seperti padamu negeri atau data base sekolah secara online. Usia bapak Irwan saat ini adalah 31 tahun dan telah menguasai komputer sejak masih duduk dibangku kuliah. Perangkat TIK yang dimiliki dirumah berupa komputer semenjak ditugaskan sebagai guru dikecamatan mamosalato. Kemudian setelah masuknya PLIK didesa mereka Bapak Irwan kemudian mulai membeli laptop karena menganggap laptop lebih mudah dibawa kemana-mana. Ketika PLIK masih aktif di desa pandauke bapak Irwan sering membantu beberapa pengguna dan termasuk rekannya yang ingin belajar komputer atau internet. Biasanya akan menghabiskan waktu selama 2 jam perhari dan selama 5 kali seminggu akan dihabiskan di PLIK. Selain untuk mencari berita bapak Irwan juga aktif dalam menggunakan media sosial.

2. Jens Informan yang kedua adalah bapak Jens guru SDN Tananagaya. Pendidikan terakhir bapak Jens adalah Sarjana (S1) Usia bapak Jens sekarang adalah 33 tahun dan sebelumnya telah menggunakan komputer ketika masih kuliah. Sering menggunakan PLIK karena sering bertukar pikiran dengan bapak Irwan.Perangkat TIK yang dimiliki hanya sebatas HP bukan smartphone, untuk komputer atau laptop belum dimiliki sama sekali. Ini dipengaruhi karena listrik yang belum ada. Biasanya selama seminggu bapak Jens aktif datang menggunakan PLIK untuk belajar mengetik dan untuk mengakses youtube.

3. Sabdin Informan yang ketiga adalah bapak Sabdin yang merupakan guru SMA Negeri 1 mamosalato. Pendidikan terakhir bapak Sabdin adalah S1. Bapak Sabdin mulai mengajar di SMA N 1 Mamosalato sejak tahun 2012. Usiaa bapak Sabdin saat ini adalah 29 tahun. Sering menggunakan PLIK karena di ajak oleh bapak Gunawan pengelola PLIK dan juga karena merasa ingin belajar komputer dan internet. Keterbatasan keterampilan komputer pada saat kuliah membuat bapak Sabdin tertarik untuk sering datang di PLIK. Biasanya bapak Sabdin hanya datang untuk mengakses media sosial, sehingga setelah apa yang dia inginkan telah selesai dia akan berhenti pada saat itu juga jadi untuk berapa jam mengakses internet

(19)

19 tidak tentu.

4. Sugiyani Informan yang keempat adalah ibu sugiyani yang merupakan guru SDN 1 Pandauke. Pendidikan terakhir dari ibu sugiyani adalah diploma. Tetapi saat ini sedang melanjutkan ke jenjang strata 1 (s1). Usia ibu sugiyani saat ini adalah 30 tahun. Pertama kali menggunakan PLIK saat mengikuti pelatihan yang diberikan bapak gunawan atau pengelola PLIK Pandauke. Kemudian karena tempat tinggal yang berdekatan dengan PLIK akhirnya ditunjuk sebagai operator sekolah saat adanya sistem ddatabase Padamu Negeri. Karena pekerjaan ibu sugiyani juga sebagai ibu rumah tangga, jadi tidak begitu bebas menggunakan PLIK sehingga seminggu hanya akan datang ke PLIK sebanyak 3 kali. Biasanya akan mengakses media sosial, mencari bahan untuk tugas kuliah atau belajar menggunakan internet. Fasilitas TIK yang dipunyai berupa laptop dan komputer. 5. Fransiska Informan yang kelima adalah ibu siska yang

merupakan seorang guru di SMP Tanasumpu, Mamosalato. Pendidikan terakhir ibu siska adalah S1. Usia ibu siska saat ini adalah 32 tahun. Pertama kali menggunakan PLIK karena ingin belajar mengetik dan belajar internet. Selama seminggu ibu hanya menggunakan PLIK sebanyak 3 kali yang disebabkan kesibukannya dirumah dan dikebun. Untuk saat ini dan ketika PLIK masih berjalaan ibu siska sama sekali tidak mempunyai komputer atau laptop. Dan ketika PLIK akhirnya ditutup, ibu siska membeli sebuah smartphone yang bisa mengakses internet walaupun di desa mereka sangat susah jaringan.

6. Maemunah Informan yang terakhir adalah ibu Maemunah yang merupakan seorang guru di SMA 1 Mamosalato. Pendidikan terakhir ibu Maemunah adalah S1 yang sekarang berusia 54 tahun. Pertama kali menggunakan PLIK karena merasa ingin belajar internet dan komputer.selama seminggu biasanya akan seringke PLIK diwaktu sore hari untuk berkumpul dengan teman-teman sesama guru, dan juga belajar menggunakan komputer. Ibu maemunah mempunyai Komputer dirumah yang digunakan bersama anaknya yang juga masih kuliah.

7. Gunawan Bapak Gunawan addalah Pengelola PLIK yang berada didesa Pandauke. Berusia 52 tahun dan merupakan pensiunan PNS. Posisi bapak Gunawan disini untuk menjelaskan bagaimana perjalanan PLIK selama berada di desanya. Dengan dibantu anaknya bapak Gunawan mengajarkan komputer dan internet kepada

(20)

20 masyarakat sekitar.

4. Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara

Wawancara merupakan Tanya jawab dengan tujuan memperoleh informasi-informasi yang digunakan untuk berbagai macam kepentingan. Dalam hal ini wawancara dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh informasi-informasi dari informan sebagai data primer penelitian. Wawancara dilakukan secara terbuka, terfokus dan open ended. Terbuka artinya peneliti tidak memberikan pilihan jawaban atas pertanyaan yang diajukan sehingga informan bisa lebih mengeksplorasi pemikirannya. Terfokus artinya narasumber yang diwawancarai hanya dalam waktu singkat.

Kemudian open-ended yaitu peneliti mengajukan pertanyaan kepada narasumber mengenai fakta yang berkaitan dengan objek dan hal tersebut diluar opini peneliti terhadap objek yang bersangkutan. Selain itu wawancara juga dilakukan dengan semi terstruktur, artinya peneliti telah menyusun pedoman tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada informan. Namun pada pelaksanaan wawancara peneliti bisa bersikap fleksibel dan tidak harus runtut serta dimungkinkan juga adanya pengembangan pertanyaan. Hal tersebut menyesuaikan dengan kondisi dan posisi informan, tetapi tetap harus pada batas pedoman yang telah ditetapkan.

b. Observasi

Observasi atau pengamatan juga dilakukan untuk melengkapi sumber data dari hasil wawancara. Dalam hal ini peneliti melakukanpengamatan terbuka, yang diketahui oleh subjek agar subjek tersebut bisa secara sukarela memberikan informasi kepadapeneliti.

(21)

21 c. Studi Pustaka

Untuk mendapat teori-teori dan data lain-lain yang diperlukan dalam penelitian ini, peneliti melakukan studi pustaka dengan sumber buku, jurnal, makalah, internet dan sumber-sumber yang lainnya.

5. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam hal ini adalah mengatur, mengurutkan, mengelompokkan dan mengkategorikan. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan selama memasuki lapangan yaitu selama proses pengumpulan data dan setelah selesai dari lapangan. Analisis data dalam hal ini bertujuan untuk menjawab rumusan masalah yang telah dirumuskan . Marshall dan Rossman dalam Kabalmay (2002: 56) mengungkapkan untuk menganalisis data-data yang telah didapat sehingga diperoleh kesimpulan yang valid maka ditempuh langkah-langkah sebagai berikut:

1. Mengorganisasikan data

Peneliti mendapatkan data langsung dari subjek melalui wawancara mendalam (indepthh interviewer) di mana data tersebut direkam dengan handphone dibantu alat tulis lainnya. Kemudian dibuatkan transkipnya dengan mengubah hasil wawancara dari bentuk rekaman menjadi bentuk tertulissecara verbatim. Data yang telah didapat dibaca berulang-ulang agar penulis mengerti benar data atau hasil yang telah didapatkan.

2. Reduksi Data

Pada penelitian ini, analisis dilakukan terhadap sebuah kasus yang diteliti. Peneliti menganalisis hasil wawancara berdasarkan pemahaman terhadap hal-hal yang diungkapkan oleh responden.

(22)

22

Tahapan ini dibutuhkan pengertian mendalam terhadap data. Dengan pedoman ini, peneliti kemudian kembali membaca transkip wawancara dan melakukaninterpretasi, melakukan pemilihan data yang relevan dengan fokus penelitian. Data yang relevan kemudian diberi penjelasan singkat, kemudian dikelompokkan atau dikategorikan berdasarkan kerangka konsep yang telah dibuat. 3. Penyajian Data

Penyajian data dilakukan dengan menyusun data yang diperoleh dan telah direduksi, kemudian disajikan dalam bentuk narasi dan tulisan dengan menyusun kalimat secara logis dan sistematis sehingga mudah dibaca dan dipahami.

4. Penarikan Kesimpulan

Dalam penelitian ini penarikan kesimpulan dimulai sejak pengumpulan data, yaitu dengan memahami arti dari berbagai hal yang ditemui dengan melakukan pencatatan pertanyaan-pertanyaan, peraturan-peraturan, arahan dan berbagai jawaban perlu diverifikasi. Hal tersebut dilakukan dengan aktivitas pengulangan dengan tujuan pemantapan dan penelusuran data kembali.

Gambar

Tabel 1.1: Operasionalisasi Konsep Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Saat ini selalu diadakan evaluasi tentang tatanan zonasi kawasan Taman Nasional Gunung Merapi sebab dikhawatirkan kegiatan perumputan yang dilakukan masyarakat

Berawal dari analisis kebutuhan PT PMI untuk sistem kehadiran yang bisa memberikan informasi kehadiran yang benar dan akurat dalam waktu yang cepat, maka dirancanglah

Pengalaman kerjasama dalam lebih dari satu dekade menunjukkan bahwa keberadaan Nota Kesepahaman dalam tujuh tahun terakhir telah berhasil meningkatkan

Pada kecepatan superfisial air dan udara yang rendah, dari sinyal liquid hold-up pada gambar4 (a) terlihat adanya gelembung yang cukuppanjang Pada gambar 4 (b) dengan

Pengertian Do’a dan Term yang Serupa dengannya dalam al-Qur’an Al-Qur’an menggunakan kata du’a> dengan berbagai term yang seakar dengannya dan kata yang semakna dengannya

Pendekatan yang interaktif dengan fasilitator unggulan dalam bidang GCG dan manajemen risiko terpadu (Enterprise Risk Management - ERM) akan memberikan kesempatan bagi peserta

Mahasiswa dalam kelompok usaha menyajikan hasil mencipta produk kreatif melalui zoom meeting sesuai jadwal (siapkan PPT untuk mempresentasikan).. 10

Pertama, pada judul yang tadinya cuma Pemohon tulis Undang- Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, sebagaimana nasihat yang diberikan oleh Majelis