• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESINFEKTAN TERHADAP PENURUNAN ANGKA TOTAL KUMAN PADA LANTAI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DESINFEKTAN TERHADAP PENURUNAN ANGKA TOTAL KUMAN PADA LANTAI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN KONSENTRASI LARUTAN JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia)

SEBAGAI DESINFEKTAN TERHADAP PENURUNAN ANGKA TOTAL KUMAN

PADA LANTAI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT

Rida Widiawati

Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung Ridawd28@gmail.com

ABSTRACT

The hospital is the risk place where the nosocomial infection might happen. The factor of hospital environment in decreasing the case of nosocomial infection is desinfection toward the floor in the hospital. Based on Kepmenkes Republik Indonesia No.1204/Menkes/SK/X/2004 about the healthy regulation of hospital environment for the nursing room is 5-10 CFU/cm2. The lime has the higher

microbial activity than the plants that has atsiri oil. The lime has also has the citric acid that used as the prevention of mildewand bacteria appearance, as the preservative and antiseptic. This research is kind of experimental research by using pre and post design method,the population is the whole of numerous germ on the floor in 3rd class children nursing room in the public hospital Al-Ihsan, to find out the difference of the lime concentrate in decreasing the number of germs on the floor there. The result shows that the lime solvent 25% concentrate has the activity about 37,783 while the number of germs are 37,78 coloni/cm2, the lime solvent concentrate 30% has the activity

about 21,550 while the number of germs are 21,55 coloni/cm2, the lime solvent concentrate 35%

has the activity about 12,650 while the number of germs are 12,54 coloni/cm2.The increasing of

lime solvent concentrate that used is invented with the increasing of the effectivity in minimizing the pathogen germ. The research recommended that it needs more research about cleaning activity either on the hospital floor or in the hospital environment generally, so that the number of germs on the floor might keep in standard.

(2)

PENDAHULUAN

Infeksi nosokomial adalah suatu infeksi yang tidak terinkubasi dan terjadi ketika pasien masuk ke rumah sakit atau akibat dari fasilitas kesehatan lainnya yang ada di rumah sakit. Infeksi nosokomial dapat terjadi pada setiap ruangan di rumah Sakit terutama ruang perawatan medis.

Angka kejadian infeksi nosokomial secara umum di dunia cukup tinggi yaitu 7,1 % per tahun atau dari 190 juta pasien yang dirawat. Angka kematian akibat infeksi nosokomial ini juga cukup tinggi yaitu 1 juta per tahunnya. Survey yang dilakukan WHO tahun 2010 terhadap 28 rumah sakit di Amerika dan Eropa menunjukkan insiden infeksi nosokomial 13 s.d 20 kejadian dari 1000 hari pasien di rawat dengan rincian 83 % pasien dengan infeksi VAP, 97 % infeksi saluran kemih, 81 % infeksi aliran darah perifer/plebitis (WHO, 2011).

Data infeksi nosokomial di Indonesia sendiri dapat dilihat dari data surveilans yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI pada tahun 1987 di 10 RSU Pendidikan, diperoleh angka infeksi nosokomial cukup tinggi yaitu sebesar 6-16 % dengan rata-rata 9,8 %. Penelitian yang pernah dilakukan di 11 rumah sakit di DKI Jakarta pada 2004 menunjukkan bahwa 9,8 % pasien rawat inap mendapat infeksi yang baru selama dirawat (Nihi, 2011)

Berdasarkan data laporan infeksi nosokomial di instalasi rawat inap RSUD Al Ihsan periode Januari s.d Desember 2012 angka kejadian infeksi di instalasi rawat inap RSUD Al-Ihsan infeksi aliran darah primer ruang Zaitun II Bedah 57,6 %, Zaitun I 0,7 %, Zaitun III Kebidanan 31,8 %, Zumar 1,3 %. Berdasarkan standar pelayanan minimal Depkes secara umum untuk kejadian infeksi nosokomial di rumah sakit adalah ≤ 1.5% (Depkes, 2008).

Salah satu faktor lingkungan Rumah Sakit yang harus diperhatikan dalam rangka upaya menurunkan kasus infeksi nosokomial adalah desinfeksi terhadap seluruh aspek pelayanan pasien termasuk lantai rumah sakit. Desinfeksi dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai macam desinfektan kimia seperti lysol, kresol, fenol. Namun permasalahan

dalam penggunaan desinfektan tersebut adalah harga yang cukup mahal, selain itu menggunakan desinfektan kimia terkadang meninggalkan bau yang sangat tidak nyaman, juga ada yang berbahaya terhadap kulit

Dewasa ini banyak dikembangkan penelitian mengenai penggunaan desinfektan yang berasal dari alam, karena selain lebih ekonomis juga mudah didapatkan. Salah satu alternatif desinfektan yang digunakan adalah tanaman yang mengandung minyak atsiri diantaranya adalah cengkeh, daun sirih, kunyit, lengkuas, pala dan jeruk nipis.

Jeruk nipis memiliki aktivitas mikrobial yang tinggi dibandingkan dengan tanaman lain yang memiliki kandungan minyak atsiri. Hal ini terlihat dari kemampuannya dalam menghambat pertumbuhan beberapa bakteri dan jamur. Selain itu ekstrak kasar dari sari buah jeruk nipis mampu menghambat pertumbuhan bakteri anaerob dan gram positif

Jeruk nipis juga mengandung asam sitrat yang rasanya asam sekali. Asam Sitrat digunakan sebagai pencegah timbulnya jamur dan bakteri, sebagai pengawet dan antiseptik. METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini bersifat eksperimen kuasi berskala yaitu dengan sampel seluruh angka kuman pada lantai ruang rawat inap anak kelas III di Rumah Sakit Umum Daerah Al-Ihsan.

Persiapan penelitian diperlukan untuk mendukung kegiatan penelitian, dalam hal ini yaitu mempersiapkan Tempat pemeriksaan angka kuman pada lantai di Balai Laboratorium Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, tempat pembuatan larutan jeruk nipis konsentrasi 25%, 30%, 35% di Laboratorium Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Bandung serta pengambilan sampel usap lantai pada lantai Ruang rawat inap anak Kelas III Rumah Sakit Umum Daerah Al-Ihsan.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh angka kuman pada lantai ruang rawat inap anak kelas III di Rumah Sakit Umum Daerah Al-Ihsan dengan sampel yang diambil adalah total populasi. Sedangkan untuk pengulangan dilakukan 6 kali pengulangan berdasarkan rumus :

(3)

t (r-1) ≥ 15, (1) dimana : t = perlakuan r = pengulangan maka : 3(r-1) ≥ 15 3r-3 ≥ 15 3r ≥ 18 r ≥ 6

Dalam penelitian ini dilakukan 3 perlakuan yaitu pemberian larutan jeruk nipis dengan konsentrasi 25%, 30%, 35% terhadap lantai ruang rawat inap anak kelas III yang terdiri dari 3 titik pengambilan sampel pada masing-masing konsentrasi yang dijadikan satu sampel dengan metode pengambilan sampel paket. Sedangkan pengulangan dilakukan sebanyak 6 kali pengulangan berdasarkan rumus diatas. Pengumpulan data yang dilakukan adalah data primer melalui pengukuran dengan 3 perlakuan dan 6 kali pengulangan.

Data – data yang diperoleh dari hasil penelitian ini kemudian dianalisis dengan menggunakan uji statistik antara lain dengan analisis varian dengan perhitungan menggunakan software statistik dengan program SPSS versi 18 for windows.

Analisa data dilakukan dengan menggunakan uji statistik analisis univariat dan analisis bivariat dengan menggunakan uji distribusi normal, uji annova one way, dan uji post hoc.

Hipotesa penelitian (Ho) adalah :

Diduga ada perbedaan berbagai konsentrasi larutan jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dalam menurunkan angka total kuman pada lantai ruang perawatan Rumah Sakit.

HASIL

Hasil Pengukuran Angka Total Kuman pada Lantai Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Sebelum dan Sesudah Perlakuan dapat dilihat pada tabel 4.1 dibawah ini.

Tabel 4.1

Angka Total Kuman pada Lantai Ruang Rawat Inap Anak RSUD Al-Ihsan Sebelum

dan Setelah Diberikan Perlakuan dengan Larutan Jeruk Nipis

Pengu lang An

Angka Total Kuman Sebe

lum per lakuan (koloni/

cm2)

Setelah diberikan perlakuan dengan

Larutan jeruk Nipis 25 % (koloni /cm2) 30% (koloni/ cm2) 35% (koloni/ cm2) 1 80 66,7 80 53,3 66,7 53,3 53,3 40 26,7 2 26,7 13,3 8 3 53,3 26,7 13,3 4 26,7 13,3 9,3 5 40 26,7 13,3 6 26,7 9,3 5,3 Rata-rata 66,67 37,78 21,55 12,65 Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui rata-rata angka total kuman pada lantai ruang rawat inap rumah sakit sebelum diberi perlakuan sebesar 66,67 koloni/cm2 luas permukaan lantai, sedangkan rata-rata angka total kuman setelah diberikan perlakuan dengan larutan jeruk nipis konsentrasi 25% sebesar 37,78 koloni/cm2 luas permukaan lantai, rata-rata angka total kuman dengan larutan jeruk nipis 30% sebesar 21,55 koloni/cm2 luas permukaan lantai, dan rata-rata angka total kuman dengan larutan jeruk nipis 35% sebesar 12,65 koloni/cm2 luas permukaan lantai.

Hasil persentase penurunan angka total kuman setelah diberikan perlakuan dengan larutan jeruk nipis berikut dituangkan dalam tabel 4.2 di bawah ini.

Tabel 4.2

Persentase Penurunan Angka Total Kuman pada Lantai Ruang Rawat Inap Anak

RSUD Al-Ihsan Setelah diberikan Perlakuan dengan Larutan Jeruk Nipis

Pengu lang an

Angka Total Kuman Sebelu

m perlaku

an

Setelah perlakuan dengan Larutan Jeruk Nipis Penur unan 25% (%) Penur unan 30% (%) Penur unan 35% (%) 1 80 33,4 50 66,6

(4)

2 66,7 60 80 88 3 80 33,4 66,6 83,4 4 53,3 49,9 75 82,5 5 66,7 40 60 80 6 53,3 49,9 82,5 90 Rata-rata 44,4 69,02 81,7 Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat persentase rata-rata penurunan angka total kuman pada lantai ruang rawat inap rumah sakit setelah diberikan perlakuan dengan larutan jeruk nipis konsentrasi 25% sebesar 44,4%, persentase rata-rata penurunan angka total kuman dengan larutan jeruk nipis 30% sebesar 69,02%, dan persentase rata-rata penurunan angka total kuman dengan larutan jeruk nipis 35% sebesar 81,7%.

PEMBAHASAN

Angka kuman atau atau angka lempeng total adalah angka yang menunjukkan adanya mikroorganisme pathogen atau non pathogen menurut pengamatan secara visual atau dengan kaca pembesar pada media penanaman yang diperiksa, kemudian dihitung berdasarkan lempeng dasar untuk standart test terhadap bakteri (M.Maurer dalam Witantyo, 2011).

Berdasarkan Permenkes Republik Indonesia No.1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit bahwa batas maksimum angka kuman pada lantai ruang perawatan rumah sakit yaitu 5-10 CFU/cm2.

Penurunan angka total kuman pada lantai ruang rawat inap anak kelas III diperoleh dari rata-rata angka total kuman setelah diberikan perlakuan dengan larutan jeruk nipis dapat dilihat pada Gambar 4.1 berikut ini.

Gambar 4.1

Penurunan Angka Total Kuman pada Lantai Setelah Perlakuan dengan Larutan

Jeruk Nipis pre 25% 30% 35% 0 10 20 30 40 50 60 70 80 66.67 37.78 21.55 12.65

Perlakuan dengan larutan jeruk nipis

Dari Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa laju grafik menurun. Semakin tinggi konsentrasi larutan jeruk nipis maka semakin tinggi zat aktif yang terkandung dalam larutan jeruk nipis sehingga rata-rata angka kuman pada lantai menjadi menurun, hal ini disebabkan karena dalam larutan jeruk nipis terkandung zat seperti minyak atsiri, asam sitrat yang memiliki kemampuan sebagai anti bakteri.

Berdasarkan data hasil pengujian analisis hasil Uji Post Hoc (LSD) konsentrasi larutan jeruk nipis 30% dengan 25% diperoleh nilai P value < 0,05 yaitu (0,022< 0,05). Konsentrasi 35% dengan 25% diperoleh nilai P value < 0,05 yaitu (0,001< 0,05). Konsentrasi 35% dengan 30% diperoleh nilai P value > 0,05 yaitu (0,182> 0,05).Dengan demikian secara statistik pada α 5% pada konsentrasi Konsentrasi 35% dengan 25%, dan 30% dengan 25% maka (Ho ditolak) terdapat perbedaan yang bermakna larutan jeruk nipis sebagai desinfektan terhadap penurunan angka total kuman pada lantai sedangkan pada konsentrasi 35% dengan 30% maka (Ho diterima) tidak terdapat perbedaan yang bermakna larutan jeruk nipis sebagai desinfektan terhadap penurunan angka total kuman pada lantai.

Berdasarkan data hasil pengujian analisis data Hasil Uji Post Hoc (Tukey) diperoleh nilai terbesar 37,633 pada konsentrasi 25% yang artinya pada konsentrasi 25% mempunyai nilai yang paling baik (efektif) dibandingkan dengan konsentrasi 30% dan 35% yang digunakan dalam penelitian.

(5)

1. Angka kuman sebelum diberi perlakuan dengan larutan jeruk nipis sebesar 66,67 koloni/cm2, sedangkan setelah perlakuan dengan menggunakan larutan jeruk nipis konsentrasi 25% sebesar 37,78 koloni/cm2 dengan persentase penurunan 44,4% dengan rata-rata penurunan sebesar 28,89 koloni/cm2 . Larutan jeruk nipis konsentrasi 30% sebesar 21,55 koloni/cm2 dengan persentase penurunan 69,02% dengan rata-rata penurunan sebesar 45,12koloni/cm2 Larutan jeruk nipis konsentrasi 35% sebesar 12,65 koloni/cm2 dengan persentase penurunan 81,7% dengan rata-rata penurunan sebesar 54,02 koloni/cm2. 2. Larutan jeruk nipis dengan konsentrasi 25%

memiliki efektivitas dalam menurunkan angka total kuman sebesar 37,783. Larutan jeruk nipis dengan konsentrasi 30% memiliki efektivitas dalam menurunkan angka total kuman sebesar 21,550. Larutan jeruk nipis dengan konsentrasi 35% memiliki efektivitas dalam menurunkan angka total kuman sebesar 12,650. Peningkatan konsentrasi larutan jeruk nipis yang digunakan untuk membersihkan lantai rumah sakit berbanding terbalik dengan peningkatan efektivitas dalam menurunkan angka total kuman

SARAN

1. Perlu penelitian lebih lanjut tentang kegiatan pembersihan lantai rumah sakit maupun lingkungan rumah sakit secara umum sehingga jumlah angka total kuman yang terdapat pada lantai dapat memenuhi standar sesuai dengan Permenkes Republik Indonesia No.1204/Menkes/SK/X/2004 yaitu sebesar 5-10 koloni/cm2 sebagai upaya untuk menghindari terjadinya infeksi nosokomial.

2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai ruang lingkup skala lapangan. Hal ini dilakukan dengan menaikan konsentrasi lerutan jeruk nipis (Citrus aurantifolia) agar angka kuman pada lantai dapat memenuhi syarat.

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap bagian lain dari tanaman jeruk

nipis (Citrus aurantifolia) yang mengandung senyawa aktif yang memiliki fungsi sebagai senyawa anti bakteri

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Direktur Politeknik Kesehatan Bandung 2. Ketua Jurusan kesehatan Lingkungan 3. Staff RSUD Al-Ihsan

4. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2012. Faktor-Faktor yang Mempengeruhi Pertumbuhan Mikroba. Diakses 04 Februari 2015.

Azwar, A. 1989. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Cetakan ke-empat. Jakarta : PT.Mutiara Sumber Widya

Depkes, RI.2004. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.

Enda,Fitarosana.2012.Pengaruh Pemberian Ekstrak Jeruk Nipis (Citrus atirantifolia) terhadap Pembentukan Plak Gigi.Diakses tanggal 04 Februari 2015.

Ernawati.2002.Efektivitas Jeruk Nipis (Citrus atirantifolia) dalam Meminimalisasi Bakteri Patogen di Lantai Rumah Sakit Sufina Aziz Medan .Medan. Diakses 20 Desember 2014.

Fajar, Ibnu dkk. 2009. Statistika Untuk Praktisi Kesehatan. Cetakan Pertama. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Notoatmojo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Palupi, Retno.2005.Efektivitas Beberapa Merk Desinfektan Dalam Menurunkan Jumlah Angka Kuman Pada Lantai Ruang Rawat Inap Di Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005. Diakses Tanggal 5 Februari 2015.

Panjaitan, Kartini.2012.Perilaku hygiene perawatan dan fasilitas sanitasi Dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial di RSUD

(6)

Perdagangan Kabupaten Simalungun. Diakses 20 Januari 2015.

Ratnasari, Pipit.2012.Perbedaan Angka Total Kuman Pada Alat makan yang Dibilas dan Tidak Dibilas dengan Air perasan Jeruk Nipis (Citrus atirantifolia) di

Pujasera Warung Panjang

Sumedang.Program DIII Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Bandung.

Razak, Abdul,dkk.2013.Uji Daya Hambat Air Perasan Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia s.)Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus Secara In Vitro. Diakses 4 Februari 2015.

Said, Nusa Idaman.2007. Desinfeksi untuk Pengolahan Air Minum.Diakses 5 Februari 2015.

Sarwono. 2002. Khasiat dan Manfaat Jeruk Nipis. Jakarta : Agro Medika Pustaka Ulfah.2012.Uji Faktor Lingkungan terhadap

Pertumbuhan Mikroorganisme. Diakses 3 Februari 2015.

Witantyo, Haris.2011. Laporan Praktikum Mikrobiologi.Diakses 5 Juli 2015.

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Andang (2014:55) kemampuan yang harus dimiliki oleh kepala sekolah adalah kemampuan kepribadian, manajerial, supervisi, kewirausahaan dan sosial.

Metode yaitu peraturan standar pelaksanaan program pengendalian TB, dalam hal ini berarti pedoman, dan SOP yang digunakan dalam penyelenggaraan program TBi kepada pasien

28 September 2016 Membantu memilih bahan baku yang masuk 29 September 2016 Merekap jumlah barang yang dikeluarkan 30 September 2016 Mencatat bahan masuk dan merekapnya. 1

Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan fungsi afektif keluarga dengan kecerdasan emosional remaja kelas VIII di MTsN 12 Jombang3. Desain penelitian ini menggunakan

Pada umumnya topografi bagian tengah dan utara (wilayah republik Indonesia/RI) adalah daerah pegunungan tinggi dengan kelerengan yang terjal dan merupakan

Terwujudnya sampel probabilitas yang sempurna adalah tidak mungkin. Bahkan metode yang dirancang dengan baik untuk pengambilan sampel akan sering agak menyimpang karena populasi

Hasil pengujian terhadap hipotesis 2 penelitian juga menunjukkan adanya hubungan yang sangat signifikan antara kepuasan kerja dengan inovasi organisasi dengan nilai rx1y

Brownies dengan campuran tepung kacang tolo yang memiliki tingkat kesukaan paling tinggi dari segi warna, rasa, aroma dan tekstur yaitu pada brownies dengan campuran